You are on page 1of 14

AKIBAT HUKUM KELALAIAN KREDITUR DALAM MELAKUKAN ROYA

ATAS JAMINAN FIDUSIA

Ninik Meiyudianti
Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Email : ninik.jurnal2018@gmail.com

ABSTRACT

Obligation of creditor in making report for nullification of debt in fiduciary


registration office to delete the record of fiduciary object is known as liability omission
(Roya). Liability omission can be done when debtor paying off all debts that
is possessed to the creditor. When liability omission (roya) is not conducted by the
creditor after debtor pay off all the debt, it certainly harms the debtor since he/she as
debtor is not able to use the fiduciary object to make new credit agreement with other
parties.
The present research aims to elaborate and examine further about the obligation
of creditor in performing liability omission toward the fiduciary object when the debtor
paying off all the debts. Moreover, the present study tries to elaborate further about
accountability of creditor regarding negligence in performing liability omission toward
fiduciary object that has been paid off.
The method used in the present study is a normative legal research, namely legal
research which is conducted by examining the library materials or secondary law while
in finding and collecting the data is done by two approaches, namely the law and
conceptual approaches.
The present study shows that deletion record of fiduciary object based on paying
off of debts by the debtor shall be performed by the creditor. When creditor neglects in
performing this act within fourteen days (14) after the repayment of debt, it can be
justified as infringement of law. Moreover, creditor shall responsible to pay all losses
that is experienced by the debtor.

Keywords: Deletion of Fiduciary Object, Infringement of law, Accountability

ABSTRAK

Kewajiban kreditur melakukan laporan atas hapusnya hutang kepada kantor


pendaftaran fidusia untuk dilakukan pencoretan pencatatan jaminan fidusia dikenal
dengan sebutan roya. Roya dilakukan setelah debitur melunasi seluruh hutang yang
dimilikinya kepada kreditur. Kewajiban melakukan roya tersebut apabila tidak
dilakukan oleh kreditur tentunya akan merugikan debitur karena debitur tidak dapat
menjadikan benda yang dimilikinya tersebut sebagai obyek jaminan fidusia pada saat
debitur akan melakukan perjanjian kredit dengan pihak lain setelah dilunasinya hutang
yang lama.
Penulis dalam penelitian ini ingin menelaah dan menganalisa
lebih lanjut tentang kewajiban kreditur atas jaminan fidusia yang telah dilunasi
debitur dan tanggung gugat kreditur atas kelalaian melakukan roya pada jaminan fidusia
yang telah lunas.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau bahan hukum sekunder sedangkan pendekatan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan undang-
undang dan pendekatan konseptual.
Pencoretan pencatatan Jaminan Fidusia setelah hapusnya Jaminan Fidusia karena
adanya pelunasan hutang oleh debitur menjadi kewajiban dari kreditur. Kreditur yang
karena kelalaiannya tidak melakukan pencoretan pencatatan Jaminan Fidusia dalam
waktu 14 (empat belas) haris setelah adanya pelunasan hutang dari debitur dapat
dikualifikasikan melakukan perbuatan melawan hukum dan bertanggung gugat untuk
mengganti kerugian yang dialami oleh debitur.

Kata Kunci : Pencoretan Jaminan, Perbuatan Melawan Hukum, Tanggung Gugat

I. PENDAHULUAN jaminan fidusia sebagai salah satu


II. bentuk lembaga jaminan sampai saat ini
A. Latar Belakang masih didasarkan pada yurisprudensi
III. dan belum diatur dalam peraturan
IV. Salah satu lembaga perundang-undangan secara lengkap
jaminan yang dikenal dalam sistem dan komprehensif dan ketiga untuk
hukum jaminan di Indonesia adalah memenuhi kebutuhan hukum yang
lembaga jaminan fidusia. Fidusia yang dapat lebih memacu pembangunan
berarti penyerahan hak milik atas dasar nasional dan untuk menjamin kepastian
kepercayaan memberikan kedudukan hukum serta mampu memberikan
kepada debitur untuk tetap menguasai perlindungan hukum bagi pihak yang
barang jaminan, walaupun hanya berkepentingan, maka perlu dibentuk
sebagai peminjam pakai untuk ketentuan yang lengkap mengenai
sementara waktu atau tidak lagi sebagai jaminan fidusia dan jaminan tersebut
pemilik. perlu didaftarkan pada kantor
V. Di Indonesia, lembaga pendaftaran fidusia. Berdasarkan ketiga
jaminan fidusia diatur melalui peraturan pertimbangan tersebut maka dipandang
perundang-undangan yaitu Undang- perlu untuk membentuk UU Jaminan
Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia.
Jaminan Fidusia (selanjutnya ditulis UU VI. Jaminan fidusia adalah
Jaminan Fidusia), dengan berlakunya hak jaminan atas benda yang bergerak
UU Jaminan Fidusia, pengikatan baik yang berwujud maupun yang tidak
jaminan hutang yang dilakukan melalui berwujud dan benda tidak bergerak
jaminan fidusia wajib mematuhi khususnya bangunan yang tidak dapat
ketentuan undang-undangnya. Undang- dibebani hak tanggungan sebagaimana
undang ini dibentuk karena terdapat dimaksud dalam Undang-Undang
beberapa pertimbangan yaitu pertama Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
bahwa kebutuhan yang sangat besar dan Tanggungan yang tetap berada dalam
terus meningkat bagi dunia usaha atas penguasaan pemberi fidusia, sebagai
tersedianya dana, dimana perlu agunan bagi pelunasan utang tertentu,
diimbangi dengan adanya ketentuan yang memberikan kedudukan
hukum yang jelas dan lengkap yang diutamakan kepada pemberi fidusia
mengatur lembaga jaminan, kedua terhadap kreditor lainnya.
VII. Pengertian tentang dibebani dengan jaminan fidusia wajib
jaminan fidusia terdapat di Pasal 1 didaftarkan; (2) Dalam hal benda yang
angka (2) Undang- Undang Fidusia dibebani dengan Jaminan Fidusia
yang menyebutkan bahwa Jaminan berada di luar wilayah negara Republik
fidusia adalah hak jaminan atas benda Indonesia, kewajiban sebagaimana
yang bergerak baik yang berwujud dimaksud dalam ayat (1) tetap berlaku.
maupun yang tidak berwujud dan benda X. Benda yang menjadi
tidak bergerak khususnya bangunan obyek jaminan Fidusia adalah benda
yang tidak dapat dibebani hak bergerak baik yang berwujud maupun
tanggungan sebagaimana dimaksud yang tidak berwujud dan benda tidak
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun bergerak khususnya bangunan yang
1996 tentang Hak Tanggungan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan.
tetap berada dalam penguasaan pemberi Benda yang dijadikan jaminan fidusia
fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan tetap berada dalam penguasaan Pemberi
utang tertentu, yang memberikan Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
kedudukan diutamakan kepada pemberi utang tertentu, yang memberikan
fidusia terhadap kreditor lainnya. kedudukan yang diutamakan kepada
VIII. Suatu perubahan yang Penerima Fidusia terhadap kreditor
cukup mendasar dari perkembangan lainnya. Berlakunya Undang-Undang
jaminan fidusia adalah mengenai Jaminan Fidusia di Indonesia secara
pendaftaran. Sebelum terbitnya UU langsung telah memberikan rasa aman
Jaminan Fidusia, masalah pendaftaran khusunya bagi kreditur dalam kaitannya
jaminan fidusia bukanlah menjadi suatu dengan perjanjian hutang piutang.
kewajiban, tetapi setelah keluarnya UU XI. Kreditur sebagai
Jaminan Fidusia masalah pendaftran penerima fidusia memiliki kewajiban
jaminan fidusia semakin krusial. untuk memberitahukan kepada kantor
Pendaftaran tersebut memiliki arti pendaftaran fidusia mengenai hapusnya
yuridis sebagai suatu rangkaian yang jaminan fidusia dengan melampirkan
tidak terpisah dari proses terjadinya pernyataan mengenai hapusnya utang,
perjanjian jaminan fidusia. Selain itu, pelepasan hak, atau musnahnya Benda
pendaftaran jaminan fidusia merupakan yang menjadi obyek Jaminan Fidusia
perwujudan dari asas publisitas dan tersebut. Salah satu sebab yang
kepastian hukum.1 mengakibatkan hapusnya jaminan
IX. UU Jaminan Fidusia fidusia sebagaimana tersebut diatas
mengatur tentang kewajiban adalah karena adanya pembayaran yang
pendaftaran jaminan fidusia agar melunasi hutang debitur.
memberikan kepastian hukum kepada XII. Kewajiban kreditur
para pihak yang berkepentingan dan melakukan laporan atas hapusnya
pendaftaran jaminan fidusia ini hutang kepada kantor pendaftaran
memberikan hak yang didahulukan fidusia tersebut dalam praktek disebut
(preference) kepada penerima fidusia dengan roya. Roya dilakukan setelah
terhadap kreditor lain. Pendaftaran debitur melunasi seluruh hutang yang
jaminan fidusia diatur pada Pasal 11 UU dimilikinya kepada kreditur. Kewajiban
Jaminan Fidusia yaitu : (1) Benda yang melakukan roya tersebut apabila tidak
dilakukan oleh kreditur tentunya akan
1 H. Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia merugikan debitur karena debitur tidak
Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni, dapat menjadikan benda yang
Bandung, 2006, hal. 213 dimilikinya tersebut sebagai obyek
jaminan fidusia pada saat debitur akan pandangan dan doktrin-doktrin yang
melakukan perjanjian kredit dengan berkembang di dalam ilmu hukum.2
pihak lain setelah dilunasinya hutang XIX. PEMBAHASAN
yang lama. XX.
XIII. Meskipun secara hukum XXI. Perlindungan Hukum Bagi
dengan adanya pembayaran atas hutang Debitur Saat Kreditur
sebagai perjanjian pokok membuat Tidak Melakukan Roya
perjanjian jaminan yang bersifat Atas Jaminan Fidusia Yang
accesoir juga hapus mengikuti Telah Lunas
perjanjian pokoknya, namun terdapat XXII.
proses administratif yang harus XXIII. Hukum jaminan yang
dilakukan yaitu dengan melaporkan tergolong dalam bidang hukum
kepada kantor pendaftaran fidusia. ekonomi (the economic law),
Dalam hal ini kelalaian dari kreditur mempunyai fungsi sebagai penunjang
untuk melakukan roya pada jaminan kegiatan perekonomian dan kegiatan
fidusia yang telah dilunasi oleh debitur pembangunan pada umumnya.3
akan merugikan posisi debitur. Uraian Eksistensi perjanjian sebagai salah satu
tersebut menggambarkan bahwa debitur sumber perikatan dapat kita temui
harus mendapatkan perlindungan landasannya pada ketentuan Pasal 1233
hukum terhadap kelalaian yang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
dilakukan oleh kreditur. yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap
XIV. perikatan dilahirkan, baik karena
B. PERUMUSAN MASALAH perjanjian atau karena Undang-
XV. Undang”.4
1) Bagaimana kewajiban kreditur atas XXIV. Jaminan menurut hukum
jaminan fidusia yang telah dilunasi perdata dapat dibedakan menjadi dua
debitur? yaitu jaminan perorangan dan jaminan
2) Bagaimana tanggung gugat kreditur kebendaan, sebagai berikut :
atas kelalaian melakukan roya pada 1. Jaminan perorangan (personal
jaminan fidusia yang telah lunas? guaranty), yaitu jaminan seseorang
XVI. pihak ketiga yang bertindak untuk
C. METODE PENELITIAN menjamin dipenuhinya kewajiban-
XVII. kewajiban si debitur. Jaminan ini
XVIII. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian yuridis 2 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian
normatif yang menekankan pada norma- Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta,
norma hukum dengan menganalisa 2010, hal. 95-97
peraturan perundang-undangan terkait.
Dalam Penelitian ini peneliti
menggunakan dua metode pendekatan 3 Sri Soedewi Maschoen Sofwan, Hukum
masalah yaitu : 1) Statute Approach, Jaminan di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum
Jaminan dan Jaminan Perorangan,
pendekatan dengan menelaah semua
Liberty,Yogyakarta, 1980, hal.33
peraturan perundang-undangan yang
bersangkut paut dengan permasalahan
(isu hukum) yang sedang dihadapi. 2) 4 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
Conseptual Approach, yaitu pendekatan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Raja
yang beranjak dari pandangan- Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.1.
dapat dilakukan tanpa sepengetahuan diserahkan sepenuhnya pada kehendak
si debitur. para pihak yang melangsungkan
2. Jaminan kebendaan (persoonlijke en perbuatan hukumnya. Publikasi ini
zekelijke zekerheid), yaitu jaminan karena memang ditujukan untuk
yang dilakukan oleh kreditur dengan melindungi kepentingan pihak ketiga
debiturnya, ataupun antara kreditur adalah terbuka untuk umum. Tidak
dengan seseorang pihak ketiga yang dilakukannya pencatatan dan publikasi,
menjamin dipenuhinya kewajiban- berakibat tidak berlakunya perbuatan
kewajiban si debitur.5 hukum yang dikehendaki oleh para
XXV. Berkaitan dengan pihak terhadap pihak ketiga, berarti
jaminan perorangan, Subekti bahwa apabila pencatatan dan publikasi
berpendapat bahwa jaminan perorangan tersebut diabaikan, para pihak tidak
adalah selalu suatu perjanjian antara dapat mendalilkan hubungan hukum
seorang berpiutang (kreditur) dengan yang ada di antara para pihak terhadap
seorang ketiga, yang menjamin pihak ketiga. 7
dipenuhinya kewajiban si berhutang XXVIII. Kewajiban pencatatan
(debitur). Ia bahkan dapat diadakan dan publikasi atas suatu perjanjian
diluar (tanpa) pengetahuan si berhutang penjaminan yang merupakan perjanjian
tersebut.6 Lebih lanjut menurut Subekti, assesoir dari suatu perjanjian pokok
pemberiaan jaminan kebendaan kepada yang bersifat perorangan lahirlah suatu
kreditur, memberikan suatu hak kebendaan yang bersifat droit de
keistimewaan baginya terhadap kreditur suite dan droit de preference. Pemegang
lainnya. hak atas jaminan kebendaan yang
XXVI. Dalam praktek jaminan dijaminkan secara kebendaan tersebut
kebendaan diadakan suatu pemisahan yaitu hak yang melekat atas kebendaan
bagian dari kekayaan seseorang yang dijaminkan kemanapun kebendaan
(pemberi jaminan) yaitu melepaskan tersebut dialihkan.8
sebagaian kekuasaan atas sebagaian XXIX. Salah satu lembaga
kekayaan tersebut dan semuanya itu jaminan yang dikenal dalam sistem
diperuntukkan guna memenuhi hukum jaminan di Indonesia adalah
kewajiban debitur bila diperlukan. lembaga jaminan fidusia. Fidusia yang
Kekayaan tersebut dapat berupa berarti penyerahan hak milik atas dasar
kekayaan debitur itu sendiri, ataupun kepercayaan memberikan kedudukan
kekayaan pihak ketiga. kepada debitur untuk tetap menguasai
XXVII. Pada jaminan kebendaan barang jaminan, walaupun hanya
selalu diikuti dengan adanya pencatatan sebagai peminjam pakai untuk
dan publikasi sebagai pemenuhan asas
publisitas. Pencatatan dan publikasi
pada hukum kebendaan pelaksanaannya 7 Ida Ayu Made Widyari, “Akibat Hukum
5 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Di Pendaftaran Jaminan Fidusia Dalam Sistem
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, Online”, Tesis, Program Pasca Sarjana,
hal. 248. Universitas Udayana, Denpasar, 2015, hal.
26
6 Subekti dalam Johannes Ibrahim, Cross
Default & Cross Collateral Sebagai Upaya 8 Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum
Penyelesaian Kredit Bermasalah, Refika Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya
Aditama, Bandung, 2004, hal.79. Bakti, Bandung, 2008, hal. 230.
sementara waktu atau tidak lagi sebagai mengakibatkan pertentangan berbagai
pemilik. kepentingan, yang ditandai dengan
XXX. Jaminan fidusia telah permasalahan yang dihadapi oleh
digunakan di Indonesia sejak zaman perusahaan-perusahaan pertanian yang
penjajahan Belanda sebagai suatu melanda negara Belanda bahkan seluruh
bentuk jaminan yang lahir dari negara di Eropa. Krisis tersebut
yurisprudensi, yang semula berasal dari melahirkan lembaga jaminan fidusia
zaman Romawi. Jaminan Fidusia, selain yang keberadaannya didasarkan pada
merupakan bentuk jaminan juga yurisprudensi. Untuk mengatasi
merupakan lembaga titipan. Dalam masalah itu lahirlah peraturan tentang
hukum Romawi lembaga ini dikenal ikatan panen atau Oogstverband
dengan nama fiducia cum creditore (Staatsblad 1886 Nomor 57). Peraturan
contracta yang berarti janji kepercayaan ini mengatur mengenai peminjaman
yang dibuat oleh kreditor. Isi janji yang uang, yang diberikan dengan jaminan
dibuat oleh kreditor dengan debitur panen yang akan diperoleh dari suatu
adalah bahwa debitur akan mengalihkan perkebunan. Dengan adanya peraturan
kepemilikan atas suatu benda sebagai ini maka dimungkinkan untuk
jaminan utang dengan kesepakatan mengadakan jaminan atas barang-
bahwa debitur tetap menguasai secara barang bergerak, atau setidak-tidaknya
fisik benda tersebut dan kreditur akan kemudian menjadi barang bergerak,
mengalihkan kembali kepemilikan sedangkan barang-barang itu tetap
tersebut kepada debitur bilamana berada dalam kekuasaan debitor.11
utangnya sudah dibayar lunas. Dengan XXXII. Berkaitan dengan
demikian berbeda dari pignus (gadai) berlakunya UU Jaminan Fidusia di
yang mengharuskan penyerahan secara Indonesia, Salim HS berpendapat
fisik benda yang digadaikan. Dalam hal bahwa Undang-Undang Jaminan
fiducia cum creditore pemberi fidusia Fidusia berlaku terhadap setiap
tetap menguasai benda yang menjadi perjanjian yang bertujuan untuk
objek fidusia, dengan tetap menguasai membebani Benda dengan Jaminan
benda tersebut, pemberi fidusia dapat Fidusia,terutama bagi Lembaga
menggunakan benda dimaksudkan Pembiayaan (Leasing). Jaminan Fidusia
dalam menjalankan usahanya.9 adalah hak jaminan atas benda bergerak
Keduanya timbul dari perjanjian yang baik yang berwujud maupun yang tidak
disebut pacium fiduciae yang kemudian berwujud dan benda tidak bergerak
diikuti dengan penyerahan hak atau in khususnya bangunan yang tidak dapat
iure cession.10 dibebani hak tanggungan sebagaimana
XXXI. Krisis dalam bidang dimaksud dalam Undang-Undang No. 4
hukum jaminan pada pertengahan Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
sampai dengan akhir abad 19, yang tetap berada dalam penguasaan
Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi
9 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum pelunasan uang tertentu, yang
Perbankan Di Indonesia, Gramedia Pustaka memberikan kedudukan yang
Utama, Jakarta, 2001, hal. 282.
diutamakan kepada Penerima Fidusia
terhadap kreditur lainnya. Jaminan
10 Henny Tanuwidjaja, Pranata Hukum fidusia sendiri sebagaimana yang
Jaminan Utang & Sejarah Lembaga Hukum dipaparkan para ahli adalah perluasan
Notariat, Refika Aditama, Bandung, 2012, hal.
51. 11 Ibid, hal 154
akibat banyak kekurangannya lembaga a. Sifat ketergantungan terhadap
gadai (pand) dalam memenuhi perjanjian pokok
kebutuhan masyarakat dan tidak dapat b. Keabsahannya semata-mata
mengikuti perkembangan di ditentukan oleh sah tidaknya
masyarakat.12 perjanjian pokok.
XXXIII. Berlakunya UU Jaminan c. Sebagai perjanjian bersyarat, maka
Fidusia, maka objek jaminan fidusia hanya dapat dilaksanakan jika
diberikan pengertian yang luas. ketentuan yang disyaratkan dalam
Berdasarkan undang-undang ini, objek perjanjian pokok telah atau tidak
jaminan fidusia dibagi dua (2) macam, dipenuhi.14
yaitu: XXXVII. Sifat accessoir
1. Benda bergerak, baik yang berwujud dari jaminan fidusia ini membawa
maupun tidak berwujud; dan akibat hukum, bahwa:
2. Benda tidak bergerak, khususnya a. Dengan sendirinya jaminan fidusia
bangunan yang tidak dibebani hak menjadi hapus karena hukum,
tanggungan.13 apabilaperjanjian pokoknya itu
XXXIV. Subjek dari jaminan berakhir atau karena sebab lainnya
fidusia adalah pemberi dan penerima yang menyebabkan perjanjian
fidusia. Pemberi fidusia adalah orang pokoknya menjadi hapus.
perorangan atau korporasi pemilik b. Fidusia yang menjaminnya karena
benda yang menjadi objek jaminan hukum beralih pula kepada penerima
fidusia sedangkan penerima fidusia fidusia yang baru dengan
adalah orang perorangan atau korporasi dialihkannya perjanjian pokoknya
yang mempunyai piutang yang kepada pihak lain.
pembayarannya dijamin dengan c. Fidusia merupakan bagian tidak
jaminan fidusia. terpisahkan dari atau selalu melekat
XXXV. Adapun sifat dari pada perjanjian pokoknya, karena itu
jaminan fidusia berdasarkan Pasal 4 UU hapusnya fidusia tidak menyebabkan
Jaminan Fidusia, jaminan fidusia hapusnya perjanjian pokoknya.
merupakan perjanjian ikutan (accessoir) XXXVIII.
dari suatu perjanjian pokok yang XXXIX. Karena perjanjian
menimbulkan kewajiban bagi para fidusianya merupakan perjanjian yang
pihak di dalam memenuhi suatu prestasi bersifat accessoir, sesuai dengan
untuk memberikan suatu atau tidak sifatnya tersebut, perjanjian pemberian
berbuat sesuatu yang dapat dinilai jaminan fidusia merupakan suatau
dengan uang sehingga akibatnya perjanjian bersyarat, dengan syarat
jaminan fidusia hapus demi hukum pembatalan sebagaimana diatur dalam
apabila perjanjian pokok yang dijamin Pasal 1253 Jo Pasal 1265 KUHperdata,
dengan fidusia hapus. dengan konsekuensinya, pemberian
XXXVI. Sebagai suatu perjanjian jaminan fidusia itu dengan sendirinya
accessoir, perjanjian fidusia memiliki berakhir atau hapus, kalau perjanjian
sifat sebagai berikut: pokoknya untuk mana diberikan
12 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan
Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004, hal. 57
14 Gunawan Widjaja, Jaminan Fidusia,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.
13 Ibid, hal. 64. 125
jaminan fidusia hapus, antara lain XLIII. Adapun pendaftaran
karena pelunasan.15 benda yang dibebani dengan jaminan
XL. UU Jaminan Fidusia fidusia dilaksanakan di tempat
menganut prinsip pendaftaran jaminan kedudukan pemberi fidusia dan
fidusia, sekalipun dalam Pasal 11 UU pendaftarannya mencakup benda, baik
Jaminan Fidusia disebutkan bahwa yang yang berada didalam maupun diluar
didaftar tersebut adalah benda yang wilayah negara Republik Indonesia
dibebani jaminan fidusia akan tetapi untuk memenuhi asas publisitas,
harus diartikan jaminan fidusia tersebut sekaligus menjamin kepastian terhadap
yang didaftarkan.16 Tujuan pendaftaran kreditur lainnya mengenai benda yang
dimaksudkan untuk memenuhi asas telah dibebani jaminan fidusia.
publisitas dengan maksud masyarakat Pendaftaran Jaminan fidusia dilakukan
dapat mengakses informasi dan pada kantor pendaftaran fidusia. Kantor
mengetahui adanya dan keadaan benda pendaftaran fidusia mencatat jaminan
yang merupakan objek fidusia juga fidusia dalam buku daftar fidusia pada
untuk memberikan kepastian terhadap tanggal yang sama dengan tanggal
kreditur lainnya mengenai benda yang penerimaan pendaftaran. Ketentuan ini
telah dibebani dengan jaminan fidusia, dimaksudkan agar kantor pendaftaran
hal ini mencegah terjadinya fidusia fidusia tidak melakukan penilaian
ulang sebagaimana yang dilarang oleh terhadap kebenaran yang dicantumkan
Pasal 17 UU Jaminan Fidusia.17 dalam pernyataan pendaftaran jaminan
XLI. Kewajiban pendaftaran fidusia, akan tetapi hanya melakukan
ini tentu bukan tanpa alasan. Menurut pengecekan data yang tercantum dalam
Pasal 37 ayat (3) UU Jaminan Fidusia, akta jaminan fidusia.
jika dalam jangka waktu dimaksud tidak XLIV. Prosedur selanjutnya,
dilakukan penyesuaian, maka perjanjian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14
jaminan fidusia tersebut bukan ayat (1) UU Jaminan Fidusia, kantor
merupakan hak agunan atas kebendaan pendaftaran fidusia menerbitkan dan
sebagaimana dimaksud dalam undang- menyerahkan kepada penerima fidusia
undang ini. Berdasarkan ketentuan ayat sertifikat jaminan fidusia pada tanggal
ini, maka yang sama dengan tanggal penerimaan
XLII. perjanjian jaminan fidusia permohonan pendaftaran. Sertifikat
yang tidak didaftarkan tidak jaminan fidusia yang merupakan salinan
mempunyai hak yang dari buku daftar fidusia memuat catatan
didahulukan (preferen) baik tentang hal-hal sebagaimana dimaksud
di dalam maupun diluar dalam Pasal 13 ayat (2) UU Jaminan
kepailitan dan atau likuidasi. Fidusia. Jaminan fidusia lahir pada
tanggal yang sama dengan tanggal
15 J. Satrio, Hukum Jaminan : Hak dicatatnya jaminan fidusia dalam buku
Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, daftar fidusia.
Bandung, 2002, hal. 97 XLV. Sistem administrasi
pendaftaran jaminan fidusia berupa
prosedur pendaftaran jaminan fidusia
16 Ibid, hal. 175
serta penerbitan sertifikat jaminan
fidusia yang dapat dilakukan secara
17 Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan online oleh pemohon pendaftaran
Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia, jaminan fidusia melalui sistem
Jakarta, 1983, hal. 5 elektronik milik Direktorat Jendral
Administrasi Hukum Umum (Ditjen objek jaminan fidusia tersebut adalah
AHU). Sumber hukum yang menjadi diluar dari kesalahannya.18
dasar pembentukkan dan pemberlakuan XLIX. Prosedur yang harus
sistem ini adalah Peraturan Pemerintan ditempuh jika jaminan fidusia tersebut
Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata hapus, yakni dengan melakukan
Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan pencoretan (Roya) pencatatan jaminan
Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia fidusia tersebut di kantor pendaftaran
(selanjutnya ditulis PP No. 21 Th. fidusia. Selanjutnya kantor pendaftaran
2015). fidusia menerbitkan surat keterangan
XLVI. Menurut Pasal 25 ayat yang menyatakan bahwa sertifikat
(1) UU Jaminan Fidusia apabila terjadi jaminan fidusia tersebut tidak berlaku
hal-hal tertentu, maka Jaminan fidusia lagi dan dalam hal ini dilakukan
demi hukum dianggap telah hapus, pencoretan jaminan fidusia tersebut dari
kejadian-kejadian tersebut adalah: buku daftar fidusia yang ada pada
1. Hapusnya hutang yang dijamin oleh kantor pendaftaran fidusia.
jaminan fidusia. L. Sesuai dengan sifat
2. Pelepasan hak atas Jaminan fidusia accesoir dari jaminan fidusia yang
oleh penerima fidusia. berakhirnya mengikuti perjanjian
3. Musnahnya benda yang menjadi pokok, maka dengan adanya pelunasan
jaminan fidusia. dari debitur yang membuat
XLVII. Hapusnya jaminan terpenuhinya segala kewajiban dari
fidusia karena lunasnya hutang yang debitur akan mengakibatkan perjanjian
dijamin dengan jaminan fidusia adalah pokok antara debitur dengan kreditur
konsekuensi logis dari karakter berakhir, sehingga dengan demikian
perjanjian assessoir. Jadi, jika perjanjian maka perjanjian tambahan yaitu
hutang piutangnya tersebut hapus jaminan fidusia juga berakhir pula.19
karena sebab apapun maka jaminan Namun dengan adanya kewajiban
fidusia tersebut menjadi hapus pula. administratif untuk melakukan
Sementara itu hapusnya jaminan fidusia pencoretan jaminan fidusia maka
karena pelepasan hak atas jaminan adanya pelunasan dari debitur belum
Fidusia oleh penerima jaminan fidusia sepenuhnya mengakhiri jaminan fidusia.
adalah wajar karena sebagai pihak yang LI. Adanya pencoretan
mempunyai hak dia bebas untuk pencatatan jaminan fidusia menjadi hak
mempertahankan atau melepaskan dari debitur setelah memenuhi
haknya tersebut. kewajiban membayar hutangnya kepada
XLVIII. Hapusnya jaminan kreditur. Disebutkan dalam Pasal 25
fidusia karena musnahnya barang ayat (3) UU Jaminan Fidusia bahwa atas
jaminan fidusia tersebut dapat hapusnya jaminan fidusia penerima
dibenarkan karena tidak ada manfaat fidusia memberitahukan kepada Kantor
lagi fidusia itu dipertahankan, jika
barang objek jaminan fidusia tersebut 18 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Citra
sudah tidak ada akan tetapi jika ada Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 50
asuransi maka hal tersebut menjadi hak (selanjutnya ditulis Munir Fuady I)
dari penerima fidusia dan pemberi
fidusia tersebut harus membuktikan
bahwa musnahnya barang yang menjadi 19 Hatta Isnaini Wahyu Utomo, “Hukum
Jaminan”, Bahan Ajar, Universitas Yos
Sudarso, Surabaya, 2017, hal. 7
Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya perbuatan yang bertentangan dengan
jaminan fidusia dengan melampirkan undang-undang pidana saja, akan tetapi
pernyataan mengenai hapusnya utang. jika perbuatan tersebut bertentangan
Merujuk pada Pasal 1 angka 6 UU dengan undang-undang lainnya dan
Jaminan Fidusia yang menyatakan bahkan dengan ketentuan-ketentuan
bahwa penerima fidusia adalah hukum yang tidak tertulis. Ketentuan
perseorangan atau korporasi yang perundang-undangan dari perbuatan
mempunyai piutang yang melawan hukum bertujuan untuk
pembayarannya dijamin dengan melindungi dan memberikan ganti rugi
jaminan fidusia. Maka kewajiban untuk kepada pihak yang dirugikan.21
melakukan pencoretan pencatatan LVII. Tanggung jawab
jaminan fidusia adalah menjadi dimaksudkan sebagai keterikatan
kewajiban dari Kreditur. terhadap ketentuan-ketentuan hukum
LII. dalam menjalankan tugas dan
LIII. Tanggung Gugat Kreditur kewajibannya, dalam pengertian bahwa
Atas Kelalaian Melakukan semua perbuatan dalam menjalankan
Roya Pada Jaminan tugas kewajibannya harus dapat
Fidusia Yang Telah Lunas dipertanggungjawabkan secara hukum,
LIV. termasuk dengan segala konsekuensinya
LV. Tanggung Jawab Hukum untuk dikenakan sanksi hukum terhadap
adalah kesadaran manusia akan tingkah pelanggaran norma-norma hukum yang
laku atau perbuatan yang disengaja mendasarinya.22
maupun yang tidak disengaja. Tanggung LVIII. Istilah tanggung gugat,
jawab juga berarti berbuat sebagai menurut Agus Yudha Hernoko23,
perwujudan kesadaran akan tanggung gugat adalah suatu rangkaian
kewajibannya. Ridwan Halim, untuk menanggung kerugian yang
mendefinisikan bahwa “tanggung jawab diakibatkan karena kesalahan atau
hukum sebagai sesuatu akibat lebih resiko. Hal tersebut juga dijelaskan oleh
lanjut dari pelaksaan peranan, baik Y. Sogar Simamora,24 bahwa tanggung
peranan itu merupakan hak dan gugat tidak hanya berupa ganti
kewajiban ataupun kekuasaan. Secara
umum tanggung jawab hukum diartikan 21 Komariah, Edisi Revisi Hukum
sebagai kewajiban untuk melakukan Perdata,Universitas Muhammadiyah
sesuatu atau berprilaku menurut cara Malang, Malang, 2001, hal. 12
tertentu tidak menyimpang dari
peraturan yang telah ada.”20 22 Ghansham Anand, “Karakteristik
LVI. Tanggung jawab hukum Jabatan Notaris Di Indonesia Dan Batas
dalam hukum perdata berupa tanggung
Tanggung Gugatnya”, Disertasi, Program
jawab seseorang terhadap perbuatan
Studi Doktor Ilmu Hukum, Fakultas
yang melawan hukum. Perbuatan
Hukum Universitas Airlangga, Surabaya,
melawan hukum memiliki ruang
lingkup yang lebih luas dibandingkan 2013
dengan perbuatan pidana. Perbuatan
melawan hukum tidak hanya mencakup 23 Agus Yudha Hernoko, kuliah Teori-Teori
Tanggung Jawab Hukum dan Tanggung Gugat,
20 Khairunnisa, Kedudukan, Peran tanggal 25 Oktober 2010, Program Studi Doktor
dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Pasca Sarjana, Medan, 2008, hal. 4 Airlangga dalam Ghansham Anand, Ibid
kerugian, namun juga berupa pemulihan hukum atau tindakan hukum. Ia,
kepada keadaan semula. Lebih lanjut, Y. misalnya harus membayar ganti
Sogar Simamora menyatakan, inti dari kerugian kepada orang atau badan
suatu perbuatan melanggar hukum hukum lain karena telah melakukan
(onrecht-matige daad), yaitu tidak ada perbuatan melanggar hukum
hubungan kontraktual antara satu pihak (onrechtmatige daad) sehingga
dengan pihak lainnya. Perbuatan menimbulkan kerugian bagi orang atau
melanggar hukum dapat terjadi bila badan hukum lain tersebut. Istilah
salah satu pihak merugikan pihak lain tanggung gugat berada dalam lingkup
dengan suatu kesengajaan ataupun hukum privat”.
ketidaksengajaan dan menimbulkan LXI. Munir Fuady27
kerugian pada salah satu pihak. menyatakan, teori aansprakelijkheid
LIX. Menurut J. H. atau dalam bahasa Indonesia dapat
Nieuwenhuis,25 tanggung gugat timbul disebut dengan teori tanggung gugat
karena adanya perbuatan melanggar adalah teori untuk menentukan siapa
hukum (onrehtmatige daad) dan yang harus menerima gugatan atau
merupakan penyebab (oor-zaak) siapa yang harus digugat karena adanya
timbulnya kerugian sedangkan pe- suatu perbuatan melawan hukum. Jadi
lakunya bersalah (schuld) maka orang tanggung gugat terhadap notaris timbul
itu harus bertanggung gugat atas karena adanya kesalahan yang
kerugian tersebut. Hal ini juga selaras dilakukan di dalam menajalankan tugas
dengan pendapat Marthalena Pohan, jabatan dan kesalahan itu menim-bulkan
yang menyatakan suatu tanggung gugat kerugian terhadap penghadap atau orang
karena ada suatu kunstfout. lain. Dapat dikatakan secara sedarhana
LX. Menurut Peter Mahmud bahwa setiap kewenangan yang sah baik
26
Marzuki Tanggung gugat yang bersumber dari undang-undang
(liability/aansprakelijkheid) merupakan maupun dari perjanjian, dapat
bentuk spesifik dari tanggung jawab. menimbulkan tanggung jawab pada si
Pengertian tanggung gugat merujuk pelaksana tugas atau kewajiban itu.
kepada posisi seseorang atau badan LXII. Sedangkan Menurut
hukum yang dipandang harus Rutten28 pertanggungan-jawab
membayar suatu bentuk kompensasi (verantwoordelijk-heid) adalah
atau ganti rugi setelah adanya peristiwa merupakan pengertian, yang harus
dibedakan tidak saja dari dapat
24 Yohanes Sogar Simamora, Kuliah dipersalahkan (toerekenbaarheid),
Perbandingan Hukum Perdata, tanggal 26 melainkan juga harus dibedakan dari
Oktober 2010, Program Studi Doktor Ilmu tanggung gugat (aansprakelijkheid).
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Tanggung gugat (aansprakelijkheid)
dalam Ghansham Anand, Ibid merupakan kewajiban hukum
(rechtsplicht) untuk memberi ganti
25 J. H. Nieuwenhuis, Hoofdstukken
kerugian, akan tetapi pertanggung-
jawab merupakan syarat untuk
Verbintenissenrecht, Terjemahan Djasadin
Saragih, Surabaya, 1985, hal. 118. 27 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 10.
(selanjutnya ditulis Munir Fuady II)
26 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu
Hukum, Prenada Media Grup, Jakarta, 2008,
hal. 258-259. 28 Ibid
pertanggung-gugat yang harus ada pada c. tidak ada alasan pembenar atau
sebelumnya. Orang harus alasan pemaaf, seperti keadaan
bertanggungjawab menurut undang- memaksa (overmacht), membela
undang bilamana dan segera ia menurut diri, tidak waras, dan lain-lain.
hukum harus bertanggungjawab atas 4. Adanya kerugian bagi korban, yaitu
kerugian yang ditimbulkannya. Maka, kerugian karena perbuatan melawan
pertanggung-jawab di muka pengadilan hukum meliputi kerugian materiil
merupakan dasar umum untuk dan immaterial, yang juga dinilai
pertanggung-gugat atas perbuatannya dengan uang.
sendiri dan juga orang lain yang 5. Adanya hubungan kausalitas, yaitu
melawan hukum serta tindak-tanduk hubungan sebab akibat yang dengan
yang tidak me-lawan hukum.” adanya perbuatan yang dilakukan
LXIII. Akibat kelalaian yang seseorang dapat mengakibatkan
dilakukan oleh kreditur pihak yang pihak lain men-derita kerugian. Ada
dirugikan dapat menuntut ganti 2 (dua) teori, yaitu:
kerugian kepada notaris, apabila a. Conditio Sine Qua Non.
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: LXIV. Menurut teori ini, setiap
29
orang yang melakukan perbuatan
1. Adanya suatu perbuatan, yaitu suatu me-langgar hukum selalu
perbuatan melawan hukum selalu bertanggung gugat, jika
diawali oleh suatu perbuatan dari si perbuatannya condition sine qua
pelakunya. non menimbulkan keru-gian.
2. Perbuatan tersebut melawan hukum, b. Adequate Veroorzaking
yaitu unsur melawan hukum ini LXV. Menurut teori ini, si
diartikan dalam arti seluas-luasnya, pelaku hanya bertanggung gugat
yakni meliputi hal-hal sebagai atas kerugian yang merupakan
berikut: akibat daripada perbuatan
a. perbuatan yang melanggar melanggar hukum yang secara
undang-undang yang berlaku, layak dapat diperkirakan timbul.
b. yang melanggar hak orang lain LXVI. Sebagaimana telah
yang dijamin oleh hukum, disebutkan dalam Pasal 25 ayat (3) UU
c. perbuatan yang bertentangan Jaminan Fidusia bahwa kewajiban
dengan kewajiban hukum si untuk melakukan pencoretan jaminan
pelaku, fidusia ada pada kreditur dan ketentuan
d. perbuatan yang bertentangan tersebut juga ditegaskan kembali dalam
dengan kesusilaan, Pasal 16 ayat (2) PP No. 21 Th. 2015
e. dengan kehati-hatian atau yang menyatakan “Dalam hal Jaminan
keharusan dalam pergaulan Fidusia hapus sebagaimana dimaksud
masyarakat yang baik. pada ayat (1) maka Penerima Fidusia,
3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku, kuasa atau wakilnya, wajib
yaitu suatu tindakan dianggap oleh memberitahukan kepada Menteri dalam
hukum mengandung unsur kesalahan jangka waktu paling lama 14 (empat
jika memenuhi unsur-unsur sebagai belas) hari terhitung sejak tanggal
berikut: hapusnya Jaminan Fidusia.”
a. ada unsur kesengajaan, LXVII. Selanjutnya ditegaskan
b. ada unsur kelalaian, dalam Pasal 17 ayat (2) PP No. 21 Th.
2015 bahwa jika Penerima Fidusia,
29 Munir Fuady II, Op. Cit., hal. 10. kuasa atau wakilnya tidak
memberitahukan penghapusan Jaminan perjanjian pokok maka mengakibatkan
Fidusia maka Jaminan Fidusia yang Jaminan Fidusia menjadi hapus.
bersangkutan tidak dapat didaftarkan Pencoretan pencatatan Jaminan Fidusia
kembali. Adanya ketentuan tersebut setelah hapusnya Jaminan Fidusia
dapat mengakibatkan kerugian bagi karena adanya pelunasan hutang oleh
pihak debitur terlebih apabila dengan debitur menjadi kewajiban dari kreditur.
adanya pelunasan tersebut debitur Kreditur yang karena kelalaiannya tidak
berkeinginan untuk menjaminkan melakukan pencoretan pencatatan
kembali bendanya. Jaminan Fidusia dalam waktu 14 (empat
LXVIII. Kreditur pada saat tidak belas) haris setelah adanya pelunasan
melakukan pencoretan pencatatan hutang dari debitur dapat
Jaminan Fidusia setelah hutang dari dikualifikasikan melakukan perbuatan
debitur dilunasi adalah bertentangan melawan hukum dan bertanggung gugat
dengan kewajiban hukum dari kreditur untuk mengganti kerugian yang dialami
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 25 oleh debitur jika debitur tidak dapat
ayat (3) UU Jaminan Fidusia jo. Pasal mendaftarkan kembali jaminan fidusia
16 ayat (2) PP No. 21 Th. 2015, baik hal tersebut.
tersebut dilakukan karena kesengajaan LXXIV.
ataupun karena kelalaian kreditur. LXXV.DAFTAR PUSTAKA
Adanya kewajiban hukum dari kreditur LXXVI.
dan adanya kerugian yang dialami oleh LXXVII. Buku
kreditur menjadi suatu hubungan LXXVIII.
kausalitas sehingga dengan kondisi LXXIX. Budiono, Herlien,
tersebut debitur dapat mengajukan Kumpulan Tulisan Hukum
gugatan Perbuatan Melawan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,
kepada kreditur. Citra Aditya Bakti, Bandung,
LXIX. Berdasarkan ketentuan 2008
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang LXXX. Fuady, Munir, Jaminan
Hukum Perdata disebutkan bahwa Tiap Fidusia, Citra Aditya Bakti,
perbuatan yang melanggar hukum dan Bandung, 2000
membawa kerugian kepada orang lain, LXXXI. ---, Perbuatan Melawan
mewajibkan orang yang menimbulkan Hukum, Citra Aditya Bakti,
kerugian itu karena kesalahannya untuk Bandung, 2002
menggantikan kerugian tersebut. LXXXII. HS, Salim,
Sehingga dengan demikian kreditur Perkembangan Hukum Jaminan
yang dinyatakan bersalah karena Di Indonesia, Raja Grafindo
kelalaiannya melakukan pencoretan Persada, Jakarta, 2004
pencatatan Jaminan Fidusia LXXXIII. Ibrahim, Johannes, Cross
bertanggung gugat untuk mengganti Default & Cross Collateral
kerugian yang dialami oleh debitur. Sebagai Upaya Penyelesaian
LXX. Kredit Bermasalah, Refika
LXXI. KESIMPULAN Aditama, Bandung, 2004
LXXII. LXXXIV. Kamelo, H. Tan, Hukum
LXXIII. Jaminan Fidusia Jaminan Fidusia Suatu
merupakan perjanjian tambahan Kebutuhan Yang Didambakan,
(accesoir) yang keberadaannya Alumni, Bandung, 2006
mengikuti perjanjian pokoknya. Dengan LXXXV. Khairunnisa,
adanya pelunasan hutang yang menjadi Kedudukan, Peran dan Tanggung
Jawab Hukum Direksi, Pasca Lembaga Hukum Notariat, Refika
Sarjana, Medan, 2008 Aditama, Bandung
LXXXVI. Komariah, Edisi Revisi XCIV. Tiong, Oey Hoeng, Fidusia
Hukum Perdata,Universitas Sebagai Jaminan Unsur-Unsur
Muhammadiyah Malang, Malang, Perikatan, Ghalia Indonesia,
2001 Jakarta, 1983
LXXXVII. Marzuki, Peter Mahmud XCV.Usman, Rachmadi, Aspek-Aspek
Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Hukum Perbankan Di Indonesia,
Media Grup, Jakarta, 2008 Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
LXXXVIII. ---,Penelitian Hukum, 2001
Kencana Prenada Media, Jakarta, XCVI. Widjaja, Gunawan, Jaminan
2010 Fidusia, Raja Grafindo Persada,
LXXXIX. Muhamad Djumhana, Jakarta, 2004
Hukum Perbankan Di Indonesia, XCVII.
Citra Aditya Bakti, Bandung, XCVIII. Karangan Esai dalam
1996, hal. 248. Kumpulan Buku
XC. Muljadi, Kartini dan Widjaja, Karangan
Gunawan, Perikatan Yang Lahir XCIX.
Dari Perjanjian, Raja Grafindo C. Utomo, Hatta Isnaini Wahyu,
Persada, Jakarta, 2004 “Hukum Jaminan”, Bahan Ajar,
XCI. Satrio, J., Hukum Jaminan : Hak Universitas Yos Sudarso,
Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Surabaya, 2017
Bakti, Bandung, 2002 CI. Widyari, Ida Ayu Made, “Akibat
XCII.Sofwan, Sri Soedewi Maschoen, Hukum Pendaftaran Jaminan
Hukum Jaminan di Indonesia, Fidusia Dalam Sistem Online”,
Pokok-Pokok Hukum Jaminan Tesis, Program Pasca Sarjana,
dan Jaminan Perorangan, Universitas Udayana, Denpasar,
Liberty,Yogyakarta, 1980 2015
XCIII. Tanuwidjaja, Henny, Pranata CII.
Hukum Jaminan Utang & Sejarah

You might also like