Professional Documents
Culture Documents
82
Perlindungan Hukum terhadap Kreditur sebagai Pemegang Jaminan Fidusia Benda Persediaan
I. PENDAHULUAN
Fidusia merupakan lembaga yang lahir karena kebutuhan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Timbul karena atas dasar kebutuhan masyarakat akan kredit, tetapi masih
memerlukan benda-benda jaminan tersebut dalam kesehariannya untuk dipakai sendiri.
Tujuan dengan dibuatnya perjanjian fidusia dan pendaftaran atas jaminan fidusia dikantor
pendaftaran fidusia disetiap provinsi ialah agar memberikan jaminan kepastian hukum
kepada pelaku usaha, pihak bank ataupun pihak ketiga yang berkepentingan atas hal tersebut.1
Adanya hubungan pinjam meminjam tersebut diawali dengan perbuatan kesepakatan antara
peminjam (debitur) dan yang meminjamkan (kreditur) yang dituangkan dalam bentuk
perjanjian. Perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata. Perjanjian tersebut terbuka dengan
siapa pun, hal ini sejalan dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur di dalam Pasal 1338
1
Fredi Harris, Hukum Dan Pembangunan Pembebasan Jaminan Kebendaan Dalam Jaminan Fiducia (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1996).
83
Notary Law Journal Vol 2 Issue 1 January 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348
ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”.
Lembaga Jaminan Fidusia telah diakui eksistensinya dengan adanya Undang-Undang
RI Nomor: 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yang telah diundangkan pada tanggal 30
September 1999. Sebagaimana diketahui bahwa jaminan Fidusia adalah hak agunan/jaminan
atas benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, atau yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang
dimiliki oleh Penerima Fidusia yang terdaftar di Kantor Pendaftaran Fidusia, yaitu sebagai
agunan bagi pelunasan utang tertentu dan yang mempunyai hak untuk didahulukan daripada
para kreditor lainnya. Sedangkan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas suatu
benda yang dapat difidusiakan tersebut berdasarkan kepercayaan yang penguasaannya tetap
dilakukan oleh si pemilik benda tersebut.
Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia memperbolehkan adanya
jaminan salah satunya adalah barang persediaan. Barang persediaan yang dimaksud adalah
merupakan barang yang di perdagangkan dalam kegiatan usaha debitur. Barang persediaaan
tersebut sangat besar kemungkinan untuk berpindah tangan kepada pihak lain yang pada
dasarnya di dalam ketentuan mengenai Jaminan Fidusia hal tersebut tidak diperbolehkan
karena terdapat kemungkinan akan terjadi ketidaksesuaian nilai pertukaran barang persediaan
yang diperjanjijan apabila terjadi kredit macet.
Dalam UUJF benda persediaan sering mendapatkan “keistimewaan”. Benda persediaan
sering kali dikecualikan pengaturannya dalam UUJF. Salah satu contohnya adalah dalam
ketentuan Pasal 20 UUJF yang memberikan perlindungan kepada penerima fidusia dengan
asas droit de suite yang menyatakan bahwa: “Jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang
menjadi objek jaminan Fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali
pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia”. Dalam ketentuan
pasal tersebut dijelaskan bahwa penerima fidusia dapat menegakkan hak kebendaannya
kepada siapapun benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut berada. Akan tetapi, hal
tersebut tidak berlaku pada benda persediaan.
Hal ini tentu sangat merugikan bagi pemegang jaminan fidusia berupa benda persediaan
atau yang sering disebut dengan penerima fidusia. Bank sebagai salah satu penerima fidusia
benda persediaan akan sangat dirugikan karena ia tidak dapat menegakkan hak kebendaannya
jika pemberi fidusia cidera janji dan sudah tidak dapat lagi membayarkan hutangnya karena
objek jaminan berupa benda persediaan telah beralih. Melihat sifat kebendaan yang dimiliki
oleh barang persediaan maka penelitian ini akan mengupas mengenai ciri-ciri hak kebendaan
yang dimiliki oleh objek jaminan Fidusia berupa benda persediaan dan juga melemahnya hak
kebendaan yang dimiliki oleh benda persediaan ketika diberi jaminan fidusia.
Melihat dari perjanjian kredit yang dilakukan oleh sebuah Bank, yakni Bank Pemerintah
Daerah tindakan praktek penerapan perjanjian fidusia di lapangan, berupa tidak dilakukannya
pendaftaran benda fidusia pada benda persediaan, sedangkan pada pasal 11 UUJF menjelaskan
bahwa semua benda yang dibebankan fidusia harus didaftarkan. Dalam hal ini tidak adanya
kepastian hukum jika suatu saat terjadi wanprestasi oleh pemberi fidusia terhadap penerima
84
Perlindungan Hukum terhadap Kreditur sebagai Pemegang Jaminan Fidusia Benda Persediaan
fidusia serta tidak adanya perlindungan hukum bagi penerima fidusia sebagai pemegang
jaminan fidusia untuk melakukan eksekusi terhadap benda persediaan yang dijadikan sebagai
jaminan. Sebab pelindungan bagi kreditur yang disebutkan dalam Pasar 1131 BW adalah
perlindungan atau jaminan yang bersifat umum yakni apabila terjadi wanprestasi maka
seluruh harta benda debitor dijual lelang dan dibagi-bagi menurut besar kecilnya piutang
masing-masing kreditor, jika dikaitkan dengan jaminan fidusia berupa benda persedian, maka
perlindungan ini sulit diterapkan.
2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004).
3
Debu Yandi, “Jenis Penelitian Hukum,” Acedmia Edu, 2015, https://www.academia.edu/6730430/Macam-macam_
Penelitian_Hukum.
4
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Perasada Media Group, 2015).
85
Notary Law Journal Vol 2 Issue 1 January 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348
5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (Lembaran Negara Re-
publik Indonesia Tahun 1996 Nomor 42 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Noor 3632)
6) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Re-
publik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168 dan Tambahan Lembaran Negara Republik In-
donesia Nomor 3889).
7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Nega-
ra Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5253).
8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pen-
daftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.
9) Peraturan Presiden Repupblik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembi-
ayaan.
10) Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor Ahu.Ot.03.01-01
Tahun 2013 tentang Proses Permohonan Jaminan Fidusia pada Kantor Wilayah Kemen-
terian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
11) Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor Ahu-06.Ot.03-01
Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Se-
cara Elektronik (Online System).
a. Bahan hukum sekunder
Yaitu semua bahan hukum yang bersifat penjelasan terhadap bahan hukum primer ini
dapat berupa :
1) Buku-buku ilmiah.
2) Jurnal / Hasil Penelitian Terdahulu
3) Makalah-makalah yang berkaitan dengan pokok bahasan.
b. Bahan hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, majalah, surat ka-
bar dan internet yang relevan dengan penelitian ini.
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1.1 Karakteristik Hak Kebendaan Pada Objek Jaminan Fidusia Berupa Benda Persediaan
A. Karakteristik Jaminan Fidusia Berupa Benda Persediaan
Definisi persediaan dalam PSAK No.14, Persediaan adalah aset tersedia untuk dijual
dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, dalam
bentuk bahan atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa.5 Skousen mengemukakan bahwa persediaan ialah kata yang diserahkan untuk
produk-produk baik yang dibeli atau dibuat untuk dijual kembali pada kondisi bisnis yang
normal.6 Sedangkan Gitosudarmo menjelaskan bahwa persediaan merupakan bagian
5
Fauziah Hanif Maulida, “Sistem Akuntansi PErsediaan Bahan Baku The Botol Sosro Pada PT Sinar Sosro” (STIE
Indonesia Jakarta, 2020).
6
Fred K Skousen, Akuntansi Keuangan (Jakarta: Salemba Empat, 2015).
86
Perlindungan Hukum terhadap Kreditur sebagai Pemegang Jaminan Fidusia Benda Persediaan
utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan.7
UUJF memberikan penjelasan dalam penjelasan Pasal 6 huruf c yaitu benda
persediaan (inventory) merupakan benda yang selalu berubah-ubah atau tidak tetap.
Contoh yang diberikan dalam penjelasan pasal tersebut adalah stok bahan baku, benda
jadi, atau portofolio perusahaan efek. Jika ditelusuri lebih lanjut dalam Black’s Law
Dictionary maka akan ditemukan definisi inventoryyaitu sebagai berikut: “A detailed
list of assets; esp., an executor’s or administrator’s detailed list of the probate-estate
assets”.8
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa benda persediaan adalah benda yang
diuraikan dalam suatu daftar secara detail, spesifik baik jumlah maupun jenisnya.
Contoh sederhana yang dapat menggambarkan tentang barang persediaan yaitu
seorang pengusaha jual beli mobil bekas yang menjaminkan 10 (sepuluh)
mobilnya yang ada didalam showroom-nya untuk perluasan usaha. Mobil nantinya
akan digolongkan sebagai barang persediaan karena mobil tersebut dipergunakan
dalam perdagangan. Menganalisa suatu benda tersebut merupakan benda persediaan
atau bukan pada jaminan fidusia akan sangat penting karena akan membawa
akibat hukum yang berbeda.
Dalam hal jaminan fidusia yang memiliki objek jaminan berupa benda persediaan,
terdapat beberapa keistimewaan yang diatur dalam UUJF Beberapa pasal yang mem-
berikan pengaturan mengenai benda persediaan terdapat dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal
22 dan Pasal 23 ayat (2) UUJF. Dalam Pasal 20 UUJF dijelaskan mengenai: “Jami-
nan Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek JaminanFidusia dalam tangan
siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang
menjadi objek Jaminan Fidusia”. Ketentuan tersebut menjelaskan bahwa sejatinya
hak kebendaan pada objek jaminan fidusia akan tetap mengikuti kemanapun benda
itu berada. Dalam perjanjian pokok sejatinya kepemilikan berada pada debitur, dengan
adanya perjanjian tambahan berupa fidusia maka debitur atau pemberi fidusia mem-
berikan sifat droit de suite hak kebendaannya kepada kredituratau penerima fidusia.
Dengan asas ini hak kebendaan yang dimilik penerima fidusia tetap mengikuti
bendanya ke tangan siapapun benda itu berada, ini berlaku pula bila terdapat pihak
ketiga sebagai pemilik baru, yang berkedudukan sebagai pihak diluar perjanjian.9
Akan tetapi, menurut ketentuan pasal tersebut, terdapat pengecualian asas ini
terhadap objek jaminan fidusia berupa benda ersediaan. Asas droit de suitetidak ber-
laku pada benda persediaan yang dijadikan objek jaminan fidusia, penerima fidusia
tidak dapat menegakkan hak kebendaan yang diberikan pemberi fidusia pada benda
persediaan. Hal ini tegaskan oleh Pasal21 ayat (1) UUJF yang mengatakan bahwa pem-
beri fidusia dapat mengalihkan objek jaminan fidusia berupa benda persediaan
7
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Operasi (Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada, 2017).
8
Gitosudarmo.
9
Erich Kurniawan Widjaja and Willian Tandya Putra, “Karakteristik Hak Kebendaan Pada Objek Jaminan Fidusia
Berupa Benda Persediaan,” Jurnal Mercatoria 12, no. 1 (2019): 14–28.
87
Notary Law Journal Vol 2 Issue 1 January 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348
dengan cara yang lazim dilakukan dalam usaha perdagangan. Pasal tersebut berarti
pemberi fidusia dapat mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak
lain bila objek jaminan adalah benda persediaan. Pengaturan mengenai pengalihan
objek jaminan fidusia berupa benda persediaanjuga terdapat dalam Pasal 23 ayat (2)
UUJF yang mengatakan: “Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan,
atau menyewakan kepada pihak lain Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia yang
tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu
dari Penerima Fidusia”. Dimaksud dengan pengalihan adalah jika dilakukan sesuai
dengan sifat dan fungsi benda persediaan untuk kegiatan perdagangan, baik dalam
bentuk jual beli maupun sewa menyewa. Atas pengalihan objek fidusia berupa benda
persediaan, UUJF hanya mengisyaratkan mengenai kewajiban mengganti benda yang
telah terjual dengan benda yang setara, yaitu benda yang mempunyai nilai ataupun
jenis yang sama dengan benda yang telah dibebani fidusia.10
Hal tersebut dikuatkan dengan adanya pengaturan dalam Pasal 22 UUJF,
yang mengatakan bahwa: “Pembeli benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia yang
merupakan benda persediaan bebas dari tuntutan meskipun pembeli tersebut meng-
etahui tentang adanya Jaminan Fidusia itu, dengan ketentuan bahwa pembeli telah
membayar lunas harga penjualan Benda tersebut sesuai dengan harga pasar”.
Pengaturan tersebut mengandung makna bahwa pihak ketiga yang menerima pen-
galihan benda persediaan dari pemberi fidusia bebas dari tuntutan penerima fidusia.
Perlindungan terhadap pihak ketiga yang dalam hal ini adalah pembeli benda per-
sediaan tidak serta merta diberikan oleh UUJF, terdapat syarat yang harus dipenuhi
yaitu dengan membayar benda persediaan dengan lunas dan sesuai dengan harga
pasar. Dalam penjelasan Pasal 22 UUJF dijelaskan mengenai harga pasar yaitu harga
yang wajar yang berlaku di pasaran pada saat penjualan benda persediaan tersebut.
Hal ini ditujukan agar tidak ada kesan bahwa terjadi penipuan dari pemberi fidusia
yang melakukan penjualan tersebut.11
Pada jaminan fidusia berupa benda persediaan terjadi relativering. Relativer-
ing adalah keadaan suatu hak kebendaan sebagai eigendom dari benda bergerak yang
dalam keadaan-keadaan tertentu kehilangan ciri-ciri suatu hak kebendaan. Ciri
hak kebendaan tersebut melemah dan menimbulkan ciri-ciri hak perorangan. Pada
dasarnya selama perjanjian berlangsung, objek jaminan tetap merupakan milik debitur,
sehingga debitor dapat melakukan tindakan kepemilikan atas benda jaminannya. Den-
gan pembebanan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, maka debitur atau Pem-
beri Fidusia memberikan sifat hak kebendaan yang salah satunya adalah droit de suite
yang melekat pada objek jaminan yang dijaminkan pada kredituratau Penerima
Fidusia. Dengan adanya sifat kebendaan tersebut, maka Penerima Fidusia dapat
menegakkan hak kebendaannya kemanapun benda tersebut berada.12
10
Widjaja and Putra.
Ibid
11
12
Ibid
88
Perlindungan Hukum terhadap Kreditur sebagai Pemegang Jaminan Fidusia Benda Persediaan
Khusus pada jaminan fidusia dengan objek berupa benda inventory (benda perse-
diaan), sifat droit de suite tidak ada karena ciri khas dari benda-benda berupa in-
ventory, pembeli tidak dikenakan asas ini. Melemahnya hak kebendaan pada jaminan
fidusia terjadi karena adanya aturan dalam UUJF, yaitu ketentuan Pasal 20 UUJF yang
menyatakan bahwa dalam hal pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek
jaminan fidusia, maka jaminan fidusia tidak mengikuti objek jaminan fidusia tersebut.
Hal ini tentunya merupakan pelemahan dari hak kebendaan karena Penerima Fidusia
tidak dapat menegakkan hak kebendaannya kepada pihak ketiga saat objek fidusia diali-
hkan.13
Ketentuan yang menyatakan pada jaminan fidusia mengalami kondisi yang
melemah juga terdapat dalam ketentuan Pasal 21 UUJF, khususnya pada ketentuan
ayat (1) yang mengatakan bahwa “Pemberi Fidusia dapat mengalihkan benda per-
sediaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia dengan cara dan prosedur yang lazim
dilakukan dalam usaha perdagangan”. Berdasarkan pasal tersebut, Pemberi Fidusia
dapat mengalihkan benda persediaan yang dijadikan objek fidusia kepada pihak ketiga.
Hal inilah yang menunjukkan bahwa hak kebendaan yang memiliki sifat unggul
dapat melemah. Lemahnya hak kebendaan ini disebabkan pengaturan dalam undang-
undang. Dengan kata lain, hak kebendaan dapat melemah karena ketentuan yang ada
didalam undang-undang.14
Ibid
13
Ibid
14
Ibid.
16
89
Notary Law Journal Vol 2 Issue 1 January 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348
Terhadap benda-benda persediaan, baik terhadap benda yang merupakan bahan baku,
benda yang sedang diproses maupun benda jadi atau finished good maupun benda da-
gangan atau juga dikenal dengan inventory, alas hak yang ditemui dalam praktek selama
ini hanya dengan dasar “daftar persediaan” yang dibuat oleh pemberi Fidusia, beberapa
bank menggunakan lembaga surveyor untuk meneliti keabsahan baik kualitas maupun
Kuantitas benda, namun banyak juga daftar tersebut cukup dibuat di bawah tangan ke-
mudian di countersign oleh penerima Fidusia, demikian pula terhadap benda-benda in-
ventaris, mesin-mesin yang tidak melekat terutama untuk home industry dan industry
kecil cukup dengan dasar invoice benda. 17
benda persediaan seperti stok benda dagangan dapat dijadikan objek jaminan Fidusia.
Bukan berarti bila dijadikan objek jaminan, kemudian stok benda dagangan tersebut
tidak boleh diperdagangkan, karena terdapat pengecualian untuk benda persediaan, yaitu
dapat tetap diperdagangkan sewaktu dijaminkan dengan Fidusia, lalu kemudian diganti
benda yang baru yang serupa dan senilai. J. Satrio berpendapat, Stok benda dagang,
sekalipun melalui lembaga Fidusia telah diberikan sebagai jaminan, namun tidak di-
maksud bahwa stok benda dagangan sementara sedang menjadi jaminan, menjadi benda
yang dikeluarkan dari peredaran perdagangan. Sebaliknya dibiarkan berganti-ganti mel-
alui penjualan dan pembelian oleh pemberi Fidusia, dengan prinsip bahwa yang dijual,
keluar dari ikatan jaminan dan melalui penyerahan oleh pemberi Fidusia, menjadi milik
pembeli/orang yang mengopernya, sedangkan pembelian benda baru, otomatis tercakup
dalam jaminan Fidusia yang sudah diberikan. Semuanya bisa dilaksanakan sama seperti
biasa pemberi Fidusia menjual dan mengoper benda dagangannya, sehingga tidak ada
formalitas yang harus diturut.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah kewenangan pemberi Fidusia (debitor) un-
tuk mengalihkan benda persediaan yang sedang dijaminkan adalah kewenangan ber-
syarat yaitu sepanjang Pemberi Fidusia tidak cidera janji. Munir Fuady menegaskan
bahwa apabila terjadi wanprestasi oleh debitor maka: Benda persediaan yang menjadi
objek tidak dapat dialihkan lagi; Hasil pengalihan dan atau tagihan yang timbul karena
pengalihan, demi hukum menjadi objek Jaminan Fidusia Pengganti dari objek Jaminan
Fidusia yang telah dialihkan.18
17
M. Bahsan, Hukum Jaminan Dan Jaminan Perbankan Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017).
18
J Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan Fidusia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2017).
90
Perlindungan Hukum terhadap Kreditur sebagai Pemegang Jaminan Fidusia Benda Persediaan
alihkan. Akan tetapi, apabila hasil penjualan/pengalihan masih berbentuk tagihan, maka
tagihan itu mengganti obyek Jaminan yang menghasilkan tagihan itu. Berdasarkan ura-
ian tersebut dapat diartikan bahwa semua benda jaminan Fidusia yang berupa stok benda
dagangan adalah benda yang bisa diganti. 19
Pada prinsipnya, kreditor tidak dapat menjual atau mengalihkan benda jaminan ter-
hadap pihak ketiga, sebelum debitor lalai memenuhi kewajibannya. Hal ini disebabkan
karena tujuan kreditor dan debitor adalah mengadakan jaminan. Jika ternyata kreditor
menjual benda jaminan, maka pembeli tidak mendapat perlindungan Pasal 1977 BW.
BW hanya memberikan perlindungan kepada pembeli yang beritikad baik. Pembeli
disini dapat dikatakan tidak beritikad baik, karena kalau ada itikad baik, tentu ia akan
menanyakan penjual mengapa menjual benda yang ada di bawah penguasaan orang lain.
Pembeli tidak melakukan hal itu, maka baik dan debitor dapat menuntut pembatalan jual
beli itu. Lain halnya apabila debitor yang menjual benda persediaan atau inventaris yang
dijadikan objek jamian Fidusia. Pembeli disini dilindungi oleh ketentuan Pasal 1977
BW, karena ia sebagai pihak ketiga dapat menganggap bahwa pihak yang menguasai
benda sebagai pemilik dan tidak ada kewajiban baginya untuk menyelidiki status benda
yang akan dibeli terlebih dahulu. Jadi jual beli yang dilakukan antara debitor dengan
pihak ketiga adalah sah. 20
1.2 Perlindungan Hukum Terhadap Kerditur Penerima Fidusia atas bagaimana Barang
Jaminan Fidusia berupa Benda Persediaan
A. Penyelesaian Sengketa Jaminan Fidusia dengan Objek Benda Perediaan saat Debi-
tur Wanprestasi
Bagi kreditor atau penerima Fidusia dengan objek jaminan Fidusia berupa benda
tidak terdaftar, dengan adanya sistem pendaftaran ikatan jaminan ini dengan sendirinya
semua stok benda dagangan atau inventory yang dijadikan objek Fidusia akan dicatat-
kan dalam sertifikat jaminan Fidusia, sehingga apabila terjadi wanprestasi dari pemberi
Fidusia atau debitor, maka kreditor hanya perlu mengeksekusi semua benda dagangan
sebagaimana yang dicatatkan, atau apabila tidak ada sesuai dengan yang dicatatkan
maka kreditor dapat mengeksekusi stok benda dagangan yang ada yang senilai dengan
yang dijaminkan, karena sebenarnya yang dijaminkan adalah nilai ikatan jaminannya
bukan bendanya. Gunawan Widjaja berpendapat, Dalam Jaminan Fidusia yang didaftar-
kan tersebut ada lampiran tentang uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia sebagaimana diatur pada Pasal 13 ayat (1) huruf d UUJF. Dengan demikian
jelas benda mana yang dijaminkan tersebut. Dalam hal yang dijaminkan tersebut berupa
stok benda dagangan (inventory), maka akan dirinci tentang stok benda dagangan terse-
but sesuai dengan daftar stok benda dagangan yang dibuat oleh pemberi Fidusia, yang
91
Notary Law Journal Vol 2 Issue 1 January 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348
21
Gunawan Widjaja and Ahmad Yani, Jaminan Fidusia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011).
22
Ibid., hlm. 239.
92
Perlindungan Hukum terhadap Kreditur sebagai Pemegang Jaminan Fidusia Benda Persediaan
IV. PENUTUP
1. Benda persediaan merupakan salah satu bentuk jaminan fidusia yang sebenarnya meny-
impang dari sejumlah aturan jaminan fidusia, sebab berpeluang bisa berpindah tangan
kepada invidpidu atau puhak lain sebab di jual, dan tidak terikat asas droit de suite, yang
kemudian menyebabkan posisi kreditur menjadi berisiko tinggi. Pada benda persedi-
aan yang dijadikan objek jaminan fidusia, terdapat kondisi yang membuat lemahnya
hak kebendaan atas objek jaminan atau yang dikenal dengan istilah relativering. Rela-
tivering pada hak kebendaan objek jaminan fidusia berupa benda persediaan memiliki
konsekuensi yuridis bagi bank, yaitu kedudukan bank sebagai Penerima Fidusia yang
pada awalnya bank sebagai kreditur preferen berubah menjadi kreditur konkuren. Hal
ini disebabkan karena bank sebagai penerima fidusia tidak dapat menegakkan hak ke-
bendaanya pada objek jaminan fidusia berupa benda persediaan.
2. Perlindungan bagi kreditor atas jaminan fidusia berupa benda persediaan berpijak pada
pengaturan UUJF dan pendaftaran jaminan fidusia, pendaftaran objek jaminan fidusia
disertai dengan mencantukan nilai dari objek jaminan fidusia. Peraturan UUJF secara
tegas menyebutkan bahwa jika benda persedian di jual, maka harus diganti dengan ben-
da yang memiliki nilai setara, apabila belum diganti, maka uang hasil penjualan benda
bersangkutan yang dijadikan sebagai pengganti benda yang sudah dijual tersebut.nilai
jeminan Fidusia menjadi patokan besarnya uang yang wajib dikembalikan oleh debitor
kepada kreditor, terlepas dari benda persediaan yang dijual sudah diganti atau belum,
Ibid.
23
93
Notary Law Journal Vol 2 Issue 1 January 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348
tentunya semua tahapan ini memerlukan pengawasan oleh pihak kreditor kepada debitor.
Berkenaan dengan eksekusinya, bagi benda persediaan yang berwujud bursa dan efek,
ada cara khusus dan bisa diselenggarakan tanpa harus mengadakan pelelangan, semen-
tara yang tidak termasuk kategori saham dan efek bisa diselenggarakan menggunakan
salah satu Metode eksekusi objek jaminan fidusia, yakni parate eksekusi, title eksekuto-
rial, maupun penjualan di bawah tangan.
B. Saran
1. Kedudukan kreditor yang rentan pada objek jaminan fidusia yang berwujud bernda per-
sediaan ata benda investasi, maka di seharunya diselenggarakan pendaftaran fidusia se-
hingga kreditur memperoleh perlindungan hukum yang lebih pasti.
2. Berkenaan dengan eksekusi yang diselenggarakan secara parate eksekusi harus lebih
dipertegas lagi melalui ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan dengan kekua-
saan sendiri (parate eksekusi) mengharuskan flat eksekusi dari pengadilan. Selain itu
juga harus ada ketentuan yang mengatur waktu penyerahan obyek jaminan fidusia dari
debitur kepada kreditur atau juru lelang sebelum pelaksanaan lelah sebab akan memper-
mudah tahapan lelang itu sendiri.
REFERENSI
Bahsan, M. Hukum Jaminan Dan Jaminan Perbankan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2017.
Gitosudarmo, Indriyo. Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada, 2017.
Harris, Fredi. Hukum Dan Pembangunan Pembebasan Jaminan Kebendaan Dalam Jaminan
Fiducia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Perasada Media Group, 2015.
Maulida, Fauziah Hanif. “Sistem Akuntansi PErsediaan Bahan Baku The Botol Sosro Pada PT
Sinar Sosro.” STIE Indonesia Jakarta, 2020.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004.
Roestamy, Martin. Hukum Jaminan Fidusia. Bogor: Unida Press, 2018.
Satrio, J. Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan Fidusia. Bandung: Citra Aditya Bakti,
2017.
Skousen, Fred K. Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 2015.
Widjaja, Erich Kurniawan, and Willian Tandya Putra. “Karakteristik Hak Kebendaan Pada Objek
Jaminan Fidusia Berupa Benda Persediaan.” Jurnal Mercatoria 12, no. 1 (2019): 14–28.
Widjaja, Gunawan, and Ahmad Yani. Jaminan Fidusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Yandi, Debu. “Jenis Penelitian Hukum.” Acedmia Edu, 2015. https://www.academia.
edu/6730430/Macam-macam_Penelitian_Hukum.
94