Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan Di Indonesia (

You might also like

You are on page 1of 14

Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No.

3, Desember 2016: 159-172


ISSN 0216-0897 Terakreditasi
e-ISSN 2502-6267
No. 755/AU3/P2MI-LIPI/08/2016

PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI PASAR KARBON HUTAN


DI INDONESIA
(The Forest Carbon Market Implementation Progress in Indonesia)

Deden Djaenudin, Mega Lugina, Ramawati, Galih Kartikasari,


Indartik, Mirna Aulia Pribadi & Satria Astana
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim
Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor 16610, Indonesia
E-mail: dendja07@yahoo.com.au; mega_lugina@yahoo.com; rymai_taurus@yahoo.com;
galihkartika@gmail.com; indartik32@yahoo.co.id; mirnapribadi@yahoo.com; astanasatria@yahoo.com

Diterima 25 Mei 2016; direvisi 5 Juni 2016; disetujui 5 Desember 2016

ABSTRACT

REDD+ carbon market can be an incentive for implementation of REDD+ actors in the field. The facing problem is the
high of market uncertainty due to the unavailability of carbon transaction mechanism. The commitment of local government,
relatively high as indicated by the formulation of regulations that support the REDD+ implementation. Activity within REDD+
framework mainly is in order to maintain forest sustainability, revenue from carbon trading will be giving out additional benefit if
carbon market occurred. Local government has not understood well on the carbon market procedure or its mechanism including carbon
standard and methodology for producing carbon credit. Incentives for the achievement of emissions reductions are more likely based on
their roles in the sustainable forest management/improvement community's welfare instead of carbon credit. However, at the local level
there are some voluntary forest carbon payment initiatives. The amount of proportion should consider sharing investment costs, both
between donors (buyers) and government. Registry agency need to be established in order to manage activities, oversee achievement of
emission reduction, and facilitate the implementation of REDD+ in the field, and should have a task to set up a system of incentives
and disincentives in the management leakage risk and non-permanence.

Keywords: Carbon transaction; carbon credit; credit standard; registry agency

ABSTRAK

Pasar karbon REDD+ dapat menjadi insentif bagi pelaku implementasi REDD+ di lapangan.
Permasalahan yang dihadapi adalah ketidakpastian pasar yang tinggi yang diakibatkan oleh belum tersedianya
mekanisme transaksi karbon. Komitmen pemerintah daerah relatif tinggi yang ditunjukan dengan disusunnya
peraturan pendukung implementasi REDD+. Kegiatan REDD+ adalah dalam rangka menjaga hutan lestari dan
seandainya terjadi perdagangan karbon maka hasil perdagangan merupakan manfaat tambahan. Pemda belum
mengetahui secara pasti tentang tatacara atau mekanisme pasar karbon, termasuk standar karbon dan metodologi
untuk menghasilkan kredit karbon. Insentif yang diharapkan atas capaian penurunan emisi yang dihasilkan lebih
didasarkan pada perannya dalam pengelolaan hutan lestari/peningkatan kesejahteraan masyarakat bukan
berdasarkan harga karbon. Selain itu terdapat sejumlah inisiatif pembayaran karbon hutan secara sukarela.
Besarnya proporsi perlu mempertimbangkan pangsa modal investasi yang telah dikeluarkan oleh pembeli dan
pemerintah. Juga diperlukan lembaga registri yang mengelola kegiatan, capaian penurunan emisi, dan fasilitasi
implementasi REDD+ di lapangan, dan mengatur sistem insentif dan disinsentif dalam pengelolaan resiko
kebocoran dan ketidakpermanenan.

Kata kunci: Transaksi karbon; kredit karbon; standar kredit; lembaga registri

159
Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 3, Desember 2016: 159-172

I. PENDAHULUAN Elemen penting dalam pasar karbon yang


perlu dipersiapkan adalah mekanisme transaksi
Pengurangan emisi dari deforestasi dan yang jelas sehingga pembayaran karbon melalui
degradasi hutan,peningkatan penyerapan karbon pasar karbon dapat berjalan secara efektif, efisien
dan pengelolaan hutan lestari(Reducing Emission dan berkeadilan. Mekanisme transaksi yang jelas
from Deforestation and forest Degradation, REDD+) akan meningkatkan kepastian usaha karbon
merupakan bentuk mekanisme insentif bagi sehingga akan meningkatkan volume per-
negara berkembang yang berhasil menurunkan dagangan karbon dan nilai manfaat yang diperoleh
laju deforestasinya. Mekanisme insentif dapat semakin tinggi juga. Terkait hal tersebut,
berjalansecara efektif jika ada kesepakatan pemerintah telah mengeluarkan regulasi dan
transaksi yang bersifat mengikat (mandatory)antara membentuk kelembagaan mitigasi perubahan
negara berkembang (sisi suplai) dan negara maju iklim di tingkat nasional maupun di daerah.
(sisi permintaan). Mekanisme ini terus didorong Berkaca pada perdagangan karbon hutan
seperti yang dihasilkan pada Conference of melalui skema mekanisme pembangunan bersih
Parties(COP) 21 di Paris bahwa semua negara dengan kegiatan aforestasi dan resforestasi di
harus mengimplementasikan dan mendorong Indonesia tidak berjalan dengan baik yang
REDD+ melalui berbagai pendekatan salah diakibatkan oleh rumitnya prosedur dan
satunya adalah results-based payments. Sehingga persyaratan yang harus diikuti. Hal ini menjadi
upaya pencegahan kenaikan suhu permukaan pembelajaran yang baik untuk perdagangan
o
bumi di atas 2 C melalui pengurangan deforestasi, karbon melalui mekanisme REDD+.
perlindungan hutan tropis dan pengendalian Telah banyak kegiatan percontohan REDD+
dinamika tutupan hutan dapat tercapai. Busch et dengan sumber pembiayaan yang sangat beragam
al.(2012) menyimpulkan bahwa mekanisme di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun demikian
transaksi pembayaran karbon dipercaya mampu kegiatan percontohan tersebut masih difokuskan
menyediakan insentif untuk menurunkan emisi pada persiapan implementasi REDD+. Dengan
yang paling efisien dan efektif. demikian tulisan ini bertujuan untuk menggam-
Berbagai inisiatif pasar karbon wajib telah barkan perkembangan implementasi pasar karbon
berkembang seperti Mekanisme Pembangunan hutan di Indonesia.
Bersih dan Sistim Perdagangan Emisi Uni
Eropa.Dalam kerangka Mekanisme Pemba-
ngunan Bersih, kegiatan berbasis lahan yang dapat II. METODE PENELITIAN
masuk di dalamnya adalah kegiatan aforestasi dan
reforestasi. A. Kerangka pemikiran
Akan tetapi inisiatif pasar karbon ini belum
Literatur ekonomi menyatakan bahwa kredit
berjalan secara efektif untuk kegiatan berbasis
karbon merupakan non-used values dari sumberdaya
lahan seperti aforestasi dan reforestasi.Kondisi ini
hutan dan belum ada pasarnya (Caseyet. al., 2008).
mendorong berkembang berbagai inisiatif pen-
Cakupan REDD+ sangat luas, yaitu pencegahan
danaan internasional untuk mitigasi perubahan
terjadinya deforestasi dan degradasi, peningkatan
iklim berbasis lahan. Meskipun demikian pen-
penyerapan karbon dan pengelolaan hutan lestari.
danaan internasional tersebut belum cukup
Kredit karbon yang dihasilkan merupakan selisih
memberikan kompensasi ekonomi karena
antara tingkat emisi tanpa REDD+ (baseline) dan
menekan konversi hutan untuk tujuan lain
tingkat emisi deng an REDD+ seper ti
(Keohane, 2008). Selain itu berkembang juga pasar
diilustrasikan pada Gambar 1. Kredit karbon yang
karbon sukarela, tetapi volume transaksi yang
dihasilkan dari usaha karbon adalah sebesar
masih sangat kecil.
adisionalitasnya tersebut.

160
Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia
(Deden Djaenudin, Mega Lugina, Ramawati, Galih Kartikasari, Indartik, Mirna Aulia Pribadi & Satria Astana)

Stok Karbon (tCO2)

Emisi Karbon (tCO2)

adisionalitas
adisionalitas
(a) Waktu (b) Waktu

Sumber (Source): Djaenudin et al., 2015

Gambar 1. Adisionalitas kegiatan penyerapan karbon (a) dan pengurangan deforestasi (b)
Figure 1. Additionality of carbon sequestration (a) and reduction of deforestation (b) activities

Dalam perdagangan karbon, produk yang Penanganan isu kebocoran dan ketidak-
ditransaksikan adalah adisionalitas karbon yang permanenan tersebut menjadikan harga kredit
dinyatakan dalam bentuk sertifikat penurunan karbon yang layak menjadi semakin mahal,
emisi (SPE). Hal lain yang membedakan per- sehingga menjadi tidak kompetitif dengan usaha
dagangan karbon dengan komoditi lain adalah berbasis lahan lainnya. Hal ini dikarenakan adanya
1
sifat inklusif, dimana SPE telah mempertim- biaya transaksi yang tinggi . Keadaan ini
bangkan aspek sosial dan lingkungan. menjadikan usaha karbon melalui implementasi
Kepastian transaksi SPE ditentukan oleh REDD+ berdaya saing rendah.
kemampuan pengelola untuk menjamin terjadi
penurunan emisi dalam jangka panjang yang dapat B. Kerangka Analisis
diukur, dilaporkan dan diverifikasi.Tantangan
Pendekatan analisis yang digunakan adalah
implementasi REDD+ adalah upaya meminimal-
dengan analisi kualitatif deskriptif dengan melalui
kan munculnya resiko kebocoran dan resiko balik.
studi literatur tentang berbagai bentuk mekanisme
Koordinasi yang intensif antar parapihak dan
transaksi pasar karbon yang muncul di Indonesia;
kejelasan mekanisme transaksi dan aturan menjadi
wawancara mendalam dengan stakeholder terkait,
sangat penting. Pemenuhan terhadap keperluan
pengambil kebijakan di bidang perdagangan
tersebut menghasilkan biaya transaksi yang tinggi.
(Kementerian Perda gangan), pembiayaan
Tingginya biaya transaksi tersebut menurunkan
(Kementerian Keuangan), pengelola demonstration
daya saing SPE dibandingkan kegiatan produktif
activity (DA)REDD+, dan Direktorat Jendral
berbasis lahan lainnya.
Pengendalian Perubahan Iklim, dan kunjungan
Pengendalian resiko membutuhkan biaya
lapangan.
pengelolaan dan transaksi yang tinggi. Semakin
tinggi resiko yang dihadapi maka semakin besar
biaya transaksi (BT) yang harus dikeluarkan.
Implikasinya harga kredit karbon yang harus
diterapkan menjadi lebih mahal (PA) yang pada
awalnya adalah PP (Cach et al., 2005) seperti terlihat
pada Gambar 2. Dampak dari biaya transaksi
tersebut juga menurunkan volume SPE yang
ditransaksikan.

1
Adapun biaya transaksi tersebut mencakup biaya negosiasi; biaya
validasi dan verifikasi; serta biaya pemantauan.

161
Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 3, Desember 2016: 159-172

P (Rp)
SA
BT
SP
PA
PP

QA QP Q (SPE)

Sumber (Source): Cacho et al., 2005


Gambar 2. Pengaruh biaya transaksi terhadap jumlah dan harga kredit karbon
Figure 2. The Impact of transaction cost on amount and price of carbon credit

III. HASIL DAN PEMBAHASAN berbagai sumber dan mekanisme. Mekanisme


pendanaan yang terjadi sekarang merupakan
A. Peraturan terkait perdagangan karbon jembatan transisi dari pasar karbon sukarela ke
pasar karbon yang mengikat yang akan menjadi
Indonesia menindaklanjuti kesepakatan
sumber pembiayaan yang utama (Boucher, 2009).
internasional dengan penyusunan regulasi terkait
Dalam pasar karbon yang mengikat yang
penanganan perubahan iklim termasuk regulasi
terbentuk, permintaan terhadap kredit karbon
untuk usaha karbon di bidang kehutanan.
lebih didominasi oleh kredit karbon yang berasal
Meskipun demikian belum ada petunjuk teknis
dari luar sektor yang tidak berbasis lahan, seperti
dan pelaksanaan yang akan menjadi acuan bagi
sektor energi (Butarbutar, 2012). Dalam per-
daerah untuk membuat peraturan daerah provinsi
kembangannya nilai transaksi di pasar karbon
maupun kabupaten yang lebih seragam, sehingga
menunjukkan kecenderungan yang terus
didalam menjalin kerjasama dengan lembaga-
meningkat sampai dengan tahun 2011, tetapi terus
lembaga terkait perdagangan karbon menjadi
menurun sejak tahun 2012. Kondisi ini juga
lebih jelas, misalnya ketetapan harga jual karbon
mendorong terjadinya kelebihan pasokan kredit
dan lain-lain. Kerangka regulasi yang dapat
karbon di pasar karbon Eropa.
dijadikan sebagai acuan dalam perdagangan
Berdasarkan Protokol Kyoto, permintaan
karbon hutan dari kegiatan REDD+ disajikan
terhadap karbon Kyoto cenderung menurun.
pada Tabel 1.
Pada tahun 2011 diduga permintaan karbon
terhadap karbon di bawah mekanisme Kyoto
B. Perkembangan pasar karbon
berjumlah 136 juta ton CO2-eq oleh pemerintah
REDD dapat melindungi hampir 20% hutan Eropa. Nilai ini 41% lebih rendah dibandingkan
tropis dari bahaya deforestasi, jika tersedia tahun 2010 (Kossoy & Guigon, 2012). Untuk
anggaran sebesar $20 milyar setahun akan alasan tersebut juga Indonesia telah memper-
melindungi sekitar 50% dan jika sebesar $50 siapkan kemungkinan pengembangan pasar
milyar setahun, maka akan menurunkan tingkat karbon domestik melalui pengembangan Skema
deforestasi sebesar 2/3 atau 67,7% (Boucher, Karbon Nusantara (Hindarto, 2013). Skema ini
2009). Pembiayaan REDD dapat berasal dari juga belum berjalan secara efektif.

162
Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia
(Deden Djaenudin, Mega Lugina, Ramawati, Galih Kartikasari, Indartik, Mirna Aulia Pribadi & Satria Astana)

Tabel 1. Daftar regulasi tingkat nasional terkait perdagangan karbon


Table 1. Regulations at national level related to carbon trade
Peraturan Keterangan
(Regulation) (Remark)
1. P.14/Menhut-II/2004 Mengatur tata cara Aforestasi dan Reforestasi dalam Kerangka Mekanisme
Pembangunan Bersih
2. P. 68/Menhut-II/2008 Mengatur Penyelenggaraan DA REDD. Antara lain memuat mengenai lokasi dan
pelaksana DA, serta tata cara permohonan dan persetujuan
3. P. 30/Menhut-II/2009 Mengatur Tata Cara REDD yang mencakup tata cara pelaksanaan REDD, termasuk
persyaratan yang harus dipenuhi, verifikasi dan sertifikasi,serta hak dan kewajiban
pelaku REDD.
4. P.36/Menhut-II/2009 Mengatur Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan
Karbon Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung yang mencakup mengatur izin
usaha REDD melalui penyerapan dan penyimpanan karbon, perimbangan keungan,
tata cara pengenaan, pemungutan, penyetoran dan penggunaan penerimaan Negara
dari REDD.
5. P. 49/Menhut-II/2011 Mengatur Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011–2030.
Permenhut ini memuat arahan makro pemanfaatan dan penggunaan ruang dan potensi
kawasan hutan untuk pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan
hutan dalam jangka panjang 20 tahun ke depan termasuk pemanfaatan jasa lingkungan
dari kawasan hutan.
6. P.20/Menhut-II/2012 Mengatur Penyelenggaraan Karbon Hutan. Penyelenggaraan Demontration Activity
dan Implementasi penyelenggaraan karbon hutan, disamping itu diatur juga tentang
prosentase kredit karbon yang dapat diperdagangkan yaitu sebesar 49%.
7. P.50/Menhut-II/2014 Mengatur Perdagangan SPEKHI.
Permenhut ini memuat tatacara penerbitan sertifikat kredit karbon hutan dan
perdagangan SPEKHI.
8. P.73/Menhut-II/2014 Mengatur RKU Penyerapan dan/atau penyimpanan karbon padahutan produksi.
9. P.74/Menhut-II/2014 Mengatur Penerapan teknik silvikultur dalam Usaha Pemanfaatan Penyerapan
dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan produksi.
Sumber (Source): Djaenudin et al., 2015a

Kinerja pasar karbon sangat tergantung pada dihasilkan tersebut disimpan di suatu lembaga
tingkat risiko kebocoran dan balik dalam yang bersifat sementara. Hal ini dinilai akan
implementasi REDD+. Isu kepermanenan meru- berlaku efektif dalam menjamin bahwa
pakan salah satu kunci keberhasilan dalam penurunan tingkat deforestasi akan terjadi dalam
penyelenggaran kegiatan konservasi hutan untuk jangka panjang (Ndjondo et al., 2014). Upaya
menurunkan emisi karbon terkait dengan upaya memenuhi kepermanenan ini sangat penting bagi
pencegahan deforestasi (Laurance et al., 2002). negara berkembang seperti Indonesia, karena
Ketidakpermanenan terjadi jika pembiayaan terkait dengan kegiatan pembangunan nasional.
untuk perlindungan hutan meningkat tetapi Secara umum rantai transaksi karbon
tingkat deforestasi juga meningkat atau men- sukarela yang potensial dapat dibedakan menjadi
jadikan hutan semakin berkurang (Laurance, 3, yaitu transaksi langsung antara pengembang
2007). dan pembeli, transaksi melalui broker, dan
Untuk menjamin bahwa kepermanenan transaksi melalui agen yang mempunyai hak untuk
tersebut dapat dipenuhiadalah dengan me- kepemilikan atas kredit karbon yang kemudian
ngembangkan mekanisme penetapan sistem dijual kembali kepada pembeli. Secara grafis
asuransi (buffer) dimana sebagian dana yang mekanisme tersebut disajikan pada Gambar 3.

163
Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 3, Desember 2016: 159-172

Pengembang Proyek

Perantara (Broker) Reseller


(tidak mempunyai (punya hak
hak kepemilikan) kepemilikan)

PEMBELI

Sumber (Source): Djaenudin et al., 2015a


Gambar 3. Mekanisme transaksi karbon di lapangan
Figure 3. The carbon transaction mechanism on the ground

Implementasi mekanisme pasar untuk pendanaan tersebut telah memberikan manfaat


REDD+ mengharuskan adanya upaya untuk yang besar dalam peningkatan kapasitas atau
menjaga kualitas dan kuantitas kredit karbon yang modalitas untuk implementasi REDD+ di
dihasilkan (result-based market). Dalam mekanisme Indonesia mulai dari tingkat nasional sampai
pasar, kinerja REDD+ sangat tergantung pada dengan sub nasional. Salah satunya pengem-
tingkat harga kredit karbon yang berlaku. Volume bangan metodologi untuk pengukuran, peman-
kredit karbon yang dihasilkan sangat tergantung tauan dan verifikasi capaian pengurangan emisi
pada baseline yang digunakan dan harga karbon. melalui pembangunan percontohan REDD+.
Dimana semakin tinggi harga kredit karbon yang Pendanaan yang tersedia tersebut banyak
berlaku akan meningkatkan volume kredit karbon. yang dilaksanakan dalam bentuk pilot per-
Di samping itu penerapan baseline dengan predicted contohan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Business as Usual (BAU) memberikan nilai kredit Beberapa pilot percontohan tersebut sudah ada
karbon yang tertinggi sementara dengan pen- yang melakukan transaksi kredit karbon dengan
dekatan BAU historis memberikan kredit karbon pembeli internasional. Mekanisme yang diguna-
yang terkecil (Djaenudin, et al.,2015b). kan adalah mekanisme pasar sukarela. Meka-
Dalam perkembangannya tren permintaan nisme sukarela tersebut menggunakan dua jenis
karbon kredit cenderung menurun, hal ini standar kredit karbon, yaitu Voluntary Carbon
dikarenakan kondisi pasar karbon dalam keadaan Standard (VCS) dan PlanVivo.
kelebihan penawaran. Terdapat kekuatiran bahwa Perkembangan proyek dengan standar Plan
jika REDD+ berjalan maka akan meningkatkan Vivo di pasar karbon sukarela di dunia, yang sudah
pasokan karbon kredit di pasar sehingga akan masuk di Plan Vivo pipeline berjumlah 29 proyek
mendorong harga kredit karbon yang semakin dengan rincian 28 proyek masih dalam tahap
rendah. ProjectIdea Note (PIN) dan 1 proyek sudah dalam
bentuk Dokumen Rancangan Proyek. Dari 29
B. Perkembangan kesiapan perdagangan proyek tersebut 6 diantaranya berada di Indonesia
karbon REDD+ yang didampingi oleh lembaga swadaya
masyarakat (LSM), yaitu LSM Fauna & Flora
REDD+ merupakan batu loncatan yang
International (3 proyek), Warsi (1 proyek), SSS
berguna untuk program nasional, dimana tersedia
Pundi (1 proyek) dan SCF (1 proyek). Keenam
banyak pendanaan inter nasional yang
proyek tersebut adalah berlokasi di Hutan Desa
menyediakan bantuan finansial dalam fase
Laman Satong (Kalimantan Barat), Hutan Desa
readiness (Djaenudin et al., 2015a). Banyaknya

164
Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia
(Deden Djaenudin, Mega Lugina, Ramawati, Galih Kartikasari, Indartik, Mirna Aulia Pribadi & Satria Astana)

Durian Rambun (Jambi), Masyarakat Bujang Raba rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi yang
(Jambi), Lombok (Nusa Tenggara Barat), berwawasan pelestarian lingkungan di Kalimantan
Bulukumba (Sulawesi Selatan), dan Dataran Timur, dibentuklah Dewan Daerah Perubahan
Tinggi Jangkat (Jambi). Iklim (DDPI) yang diresmikan pada tanggal 12
Sementara itu untuk proyek karbon yang Januari 2011 melalui Peraturan Gubernur
menggunakan standar VCS tersebar di beberapa Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011. DDPI
negara. Negara yang paling banyak mengajukan bertugas mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
standar VCS adalah Kolumbia (9 proyek), adaptasi dan mitigasi perubahan iklim baik dengan
kemudian Brazil dan Peru (masing-masing 4 pemerintah pusat maupun antar instansi di
proyek). Sementara di Indonesia terdapat 3 wilayah Kalimantan Timur.DDPI diketuai oleh
proyek. Meskipun demikian jumlah potensi Gubernur Kalimantan Timur dan beranggotakan
penurunan emisi yang dihasilkan oleh Indonesia 17 orang yang berasal dari instansi-instansi
adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 8,56 juta tCO2, pemerintah dan para ahli. Cakupan dan ruang
sementara pengurangan emisi dari proyek di lingkup kegiatan DDPI mencakup kegiatan
Kolumbia sebesar 3 juta tCO2 (Gambar 4). kelompok kerja (Pokja) REDD sehingga saat ini
DDPI lebih aktif dibandingkan dengan Pokja
C. Implementasi pasar karbon REDD+ di REDD.
Sub Nasional Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah
satu provinsi yang terpilih menjadi provinsi
1. Kasus Kalimantan Timur
percontohan REDD+ oleh Badan Pengelola (BP)
Ke l o m p o k Ke r j a R E D D P r ov i n s i REDD+ melalui nota kesepahaman yang
Kalimantan Timur dibentuk melalui Surat ditandatangani pada tanggal 21 Juni 2013. Melalui
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. kesepakatan bersama ini, disepakati bahwa BP
522/K.51/2008 tanggal 11 Februari 2008 dengan REDD+, Pemerintah Provinsi Kalimantan
tujuan melakukan penyempurnaan upaya mitigasi Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Barat,
perubahan iklim. Dengan beberapa alasan, dan Kabupaten Kutai Kartanegara bekerja sama
kemudian direvisi melalui Surat Keputusan (SK) dalam rangka penundaan pemberian izin baru dan
G u b e r nu r K a l i m a n t a n T i mu r N o m o r penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan
522/K.512/2010 tanggal 14 April 2010.Dalam lahan gambut dan strategi nasional REDD+.

10 9,000,000
Jumlah Proyek
9 8,000,000
Dugaan Pengurangan Emisi

8 Penurunan Emisi 7,000,000


Tahunan
Tahunan (tCO2)

7
6,000,000
Junlah Proyek

6
5,000,000
5
4,000,000
4
3,000,000
3

2 2,000,000

1 1,000,000
- -
New…
Guatem…
Belize

Brazil

India
Indonesia

Peru
Spain
Ecuador

Laos
Ethiopia

Tanzania
Bolivia

Colombia

Paraguay
Kenya

Sumber (Source): v-c-s.org, diolah (calculated)

Gambar 4. Jumlah proyek dan penurunan emisi tahunan dengan Standar VCS
Figure 4. Number of projects and annual emission reduction based on VCS Standard

165
Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 3, Desember 2016: 159-172

Komitmen penanganan perubahan iklim oleh pemerintah, penanganan perubahan iklim


tidak hanya dilakukan di tingkat provinsi tetapi juga melibatkan swasta baik di bidang kehutanan,
juga di tingkat internasional. Dimana Gubernur pertanian, perkebunan, maupun pertambangan.
Kalimantan Timur menjadi anggota forum Dalam RPJMD, salah satu misi yang diemban
internasional Governore Climate Forest Task Force adalah penanganan perubahan iklim dan pening-
(GCFTF). Dengan menjadi anggota GCFTF katan kualitas lingkungan. Dengan dimasukannya
tersebut Kalimantan Timur dapat membangun isu perubahan iklim ke dalam RPJMD maka
komitmen dan mendorong masing-masing diharapkan ada alokasi anggaran di masing-
anggotauntuk memiliki program bersama untuk masing SKPD untuk melaksanakan kegiatan
penanganan perubahan iklim dan pengelolaan penanganan perubahan iklim dan peningkatan
sumber daya hutan yang lestari. kualitas lingkungan. Saat ini sedang disusun
Perangkat pasar karbon sampai sekarang naskah akademik untuk diajukan ke Dewan
masih belum berkembang, motivasi pemba- Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sehingga
ngunan daerah di Kalimantan Timur didasarkan dihasilkan peraturan daerah (PERDA).
pada kesadaran terhadap kebutuhan terhadap Pada awalnya upaya pengendalian perubahan
sumberdaya hutan. Kesadaran terhadap iklim belum diarahkan untuk tujuan perdagangan
pentingnya fungsi hutan mendorong Pemda karbonakan tetapi beberapa kegiatan di tingkat
Kalimantan Timur mengeluarkan kebijakan untuk tapak memiliki peluang untuk memasuki pasar
kelestarian sumberdaya hutan. Hal inilah yang karbon, salah satunya percontohan REDD+ di
mendorong Pemerintah Kalimantan Timur Kabupaten Berau yang difasilitasi oleh The
memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya Nature Conservancy (TNC) sudah merancang
mengurangi laju deforetasi. Melalui DDPI, untuk masuk ke pasar karbon melalui Program
pemerintah daerah kabupaten terus diingatkan Karbon Hutan Berau (PKHB). Persiapannya
untuk mengoptimalkan penggunaan lahan karena tersebut sudah berjalan dari tahun 2010 dengan
penelantaran lahan dapat mengakibatkan kerugian menyiapkan kondisi pemungkin seperti
yang besar baik secara ekonomi, sosial maupun perencanaan di tingkat desa dan rancangan
lingkungan. mekanisme kompensasi dalam bentuk insentif
Revisi dokumen Rencana Aksi Daerah bagi masyarakat yang ikut menjaga keamanan
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) kawasan hutan dari perambahan. PKHB
Provinsi Kalimantan Timur telah ditetapkan bertujuan untuk menunjukkan bahwa upaya
melalui Keputusan Gubernur Nomor 54 Tahun pembangunan dapat dilakukan tanpa harus
2012. Dokumen RAD-GRK merupakan mengorbankan hutan dan sumber daya alam
pedoman dalam upaya pelaksanaan pembangunan lainnya secara berlebihan. PKHB dicanangkan
yang ramah lingkungan yang tentunya menurun- secara resmi oleh Kementerian Kehutanan
kan emisi GRK di Kalimantan Timur. Dokumen sebagai program percontohan REDD+ di
RAD-GRK meliputi sektor berbasis lahan Indonesia pada bulan Januari 2010. PKHB
(kehutanan, perkebunan, pertambangan, dan merupakan inisiatif REDD+ pertama di
pertanian); energi, transportasi, dan industri; serta Indonesia pada seluruh wilayah daratan Kabu-
limbah (Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, paten Beraus eluas 2,2 juta ha, PKHB mempunyai
2012). Implikasi dari kebijakan yang diambil oleh peluang untuk mengatasi berbagai sumber atau
Pemda Kalimantan Timur adalah melakukan penyebab penggundulan dan kerusakan hutan.
pengarusutamaan penanganan perubahan iklim Kalimantan Timur sedang membangun
dalam visi misi Kalimantan Timur dan dinyataan sistem safeguard yang mempertimbangkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah pelibatan masyarakat dengan mempertimbangkan
Daerah (RPJMD), sehingga setiap Satuan Kerja beberapa aspek lokal meliputi aspek teknis,
Perangkat Daearah (SKPD) terkait memiliki budaya, adat istiadat, keanekaragaman hayati
legalitas untuk melaksanakan kegiatan pena- setempat, resiko-resiko yang mungkin terjadi dan
nganan perubahan iklim. Disamping dilakukan antisipasi terjadinya kebocoran emisi. Fasilitasi

166
Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia
(Deden Djaenudin, Mega Lugina, Ramawati, Galih Kartikasari, Indartik, Mirna Aulia Pribadi & Satria Astana)

TNC tersebut telah dilakukan melalui pendam- Beberapa kegiatan yang telah dikerjakan
pingan masyarakat di beberapa kampung di dalam rangka implementasi REDD+ diantaranya
Kabupaten Berau yang bertujuan untuk adalah proyek peningkatan kapasitas petani dalam
mengembangkan sumber mata pencaharian, mengimplementasilan Pembukaan Lahan Tanpa
memperkuat tata kelola, dan memperkuat hak Bakar di Kabupaten Merangin, Tebo dan Muaro
pengelolaan masyarakat lokal atas hutan dan Jambi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Mitra Aksi
sumber daya hutan (Hartanto et al., 2014). Foundation, yaitu kerjasama multipihak antara
Pendampingan oleh TNC memberikan dampak BP-REDD+, Komda REDD+ Propinsi Jambi,
positif bagi masyarakat setempat di mana Pemerintah Daerah dan Yayasan KEHATI
masyarakat berperan aktif mengurangi kerusakan dengan dukungan pendanaan dari United Nations
dan penggundulan hutan; hingga akhirnya Development Programme (UNDP). Tujuan dari
keluarlah Surat Keputusan (SK) Menteri kegiatan ini adalah (1) membentuk dan
Kehutanan 28/Menhut-II/2012 yang menetap- meningkatkan kapasitas kelompok tani dalam
kan areal kerja Hutan Desa Merbabu (Hartanto et mengendalikan kebakaran lahan di Kabupaten
al., 2014). Muaro Jambi; (2) meningkatkan kapasitas kelom-
pok tani dalam mengimplementasikan pem-
2. Kasus Jambi bukaan lahan tanpa bakar (PLTB) di Kabupaten
Pemerintan Provinsi Jambi telah melakukan Merangin dan Tebo. Melalui peningkatan kapasi-
persiapan dalam implementasi REDD+. tas di atas, diharapkan kejadian kebakaran akibat
Beberapa infrastruktur telah disiapkan oleh Pe- pembukaan lahan oleh masyarakat dapat
merintah Provinsi Jambi, diantaranya pem- diturunkan/dikendalikan.
bentukan Komisi Daerah Penurunan Emisi Gas Di Kabupaten Muaro Jambi telah terbentuk
Rumah Kaca dari Deforestasi dan Degradasi Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) Desa Gambut
Hutan dan Lahan Gambut (Komda REDD+) Jaya yang beranggotakan 30 orang, dengan
melalui SK Gubernur No. 441/KEP.GUB/ struktur organisasi dan hubungan kerja dan
SETDA.APSDA-3.1/2014. Komda REDD+ komunikasi yang telah dibangun dengan dinas/
bertugas membantu gubernur dalam mengkoor- instansi terkait Dinas Perkebunan Kabupaten.
dinasikan, mensinkronisasikan, merencanakan, Kelompok tersebut telah mendapat dukungan
memfasilitasi, mengelola, memantau, mengen- peralatan sekaligus mendapat pelatihan penyu-
dalikan, dan mengawasi usaha-usaha terkait sunan standar operasional prosedur (SOP) dan
REDD+. praktek/simulasi penggunaan alat pemadaman
Pemerintah Jambi juga sudah membuat lahan dan kebun.Di Kabupaten Merangin dan
RAD-GRK melalui Peraturan GubernurNomor Tebo, telah terbangun dua demplot PLTB, yaitu
36 Tahun 2012. Dokumen RAD-GRK menjadi demplot seluas 5 ha, yang terletak terletak di Desa
rujukan bagi pemda, masyarakat dan pelaku usaha Simpang Limbur Kecamatan Pemenang Barat
dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan dengan Kelompok Tani Usaha Maju; dan demplot
penurunan emisi GRK (Bappeda Provinsi Jambi, seluas 6 ha yang terletak di Desa Aur Cino,
2013). Rencana aksi penurunan emisi ini Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo dengan
diturunkan pada sektor pertanian, sektor Kelompok Tani Paparan Jaya. Kedua kelompok
kehutanan dan lahan gambut, sektor energi dan telah mendapat pelatihan ekologi tanah, pelatihan
transportasi, dan sektor industri. Pemerintah dan melakukan praktek pembuatan pupuk
daerah juga telah menyusun dokumen Strategi organik dari limbah pembersihan lahan, serta
Rencana Aksi Propinsi (SRAP) REDD+ 2012- pembuatan biofungisida/biopestisida. Di
2030 yang memfokuskan program REDD+ Kabupaten Merangin dan Tebo dilakukan
melalui “Program Kesejahteraan Rendah Emisi penanaman benih karet unggul bersertifikat label
Karbon Hutan Provinsi Jambi Tahun 2012 – biru dengan danaberasal dari KEHATI/UNDP,
2030”. Mitra Aksi dan masyarakat.

167
Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 3, Desember 2016: 159-172

Pengembangan kegiatan yang mendukung c) Pembayaran kredit karbon dilakukan pada saat
skema perdagangan karbon sukarela di Provinsi kredit karbon itu sudah dihasilkan (result-based
Jambi diantaranya adalah skema Plan Vivo di payment) sedangkan biaya yang diperlukan
Hutan Desa Rio Kemunyang, Durian Rambun, untuk mengembangkan proyek REDD+
dengan pendampingan dari FFI. Hutan desa sangat tinggi. Pemerintah perlu membentuk
tersebut memiliki luas 4.484 ha, yang terbagi atas lembaga pengelola keuangan perubahan iklim
zona lindung (2.810,63 ha) dan zona pemanfaatan yang dapat menyediakan fasilitasi keuangan
(1.673,37 ha), memperoleh pencadangan areal kepada pengembang proyek di masa awal
kerja hutan desa (PAK-HD) pada tanggal 7 Juli proyek.
2011, dan mendapatkan hak pengelolaan hutan d) Berkurangnya permintaan kredit karbon
desa (HPHD) pada tanggal 31 Juli 2013. Hutan karena perubahan kebijakan di negara maju.
desa termasuk dalam wilayah penyangga yang e) Ketidakmampuan untuk memberikan kontri-
berbatasan langsung dengan Taman Nasional busi terhadap pembangunan berkelanjutan
Kerinci Seblat. Hutan tersebut kaya dengan flora karena rendahnya harga kredit karbon dan
dan fauna yang dilindungi dan terancam punah penurunan keuntungan.
seperti harimau Sumatera. Hutan desa ini Tantangan lain yang dihadapi dalam
berpotensi berkontribusi dalam penurunan emisi perdagangan karbon adalah tingginya pembiayaan
rata-rata 2.968,41ton C atau sebesar 13.558,81 ton untuk menghasilkan kredit karbon. Sementara
CO2 eq per tahun. Selain manfaat karbon, harga karbon yang berlaku di pasar tidak pasti.
masyarakat juga memanfaatkan sungai di hutan Faktor kendala yang berkaitan dengan pem-
tersebut untuk pembangkit listrik dan air bersih biayaan meliputi:
yang disalurkan melalu pipa ke rumah-rumah a) Belum adanya lembaga keuangan dalam negeri
masyarakat desa. yang berpartisipasi dalam perdagangan
karbon.
D. Tantangan pasar karbon b) Hukum dan peraturan tentang keuangan dalam
negeri kurang fleksibel.
Indonesia mulai dari tingkat nasional sampai
c) Insentif keuangan untuk proyek-proyek yang
dengan sub-nasional telah mempersiapkan
berkontribusi tinggi terhadap pembangunan
infrastruktur implementasi REDD+ termasuk
berkelanjutan tidak mencukupi.
pasar karbon di dalamnya. Pasar karbon
Perdagangan karbon belum terbentuk hingga
merupakan tempat bertemunya kepentingan
saat ini meskipun beberapa kegiatan percontohan
penjual dan pembeli kredit karbon. Keber-
REDD+ sudah ada yang melakukan perda-
hasilannya sangat tergantung pada kemudahan
gangan. Beberapa percontohan REDD+ yang
dan kepastian untuk melakukan transaksi kredit
bersifat sukarela seperti yang terjadi di Provinsi
karbon tersebut. Dari berbagai literatur maupun
Jambi dan Kalimantan Timur. Dari kegiatan
diskusi yang berkembang di tingkat lapangan
percontohan tersebut permasalahan yang di-
(kasus di Kalimantan Timur dan Jambi), beberapa
hadapi oleh pengembang proyek adalah mencari
tantangan yang dihadapi dalam pasar karbon
kepastian pembeli kredit karbon yang dihasilkan.
REDD+, yaitu sebagai berikut:
Pengalaman yang dihadapi oleh percontohan
a) Tingginya ancaman yang bersifat alami (misal
REDD+, untuk mendapatkan pembeli sangat
kebakaran hutan dan lahan) maupun yang
tergantung pada penghubung dengan pembeli
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
(broker) atau kemampuan pendamping untuk
perambahan.
meyakinkan pembeli melalui penggunaan
b) Pasar karbon yang berjalan di Indonesia masih
metodologi atau standar internasional kredit
bersifat sukarela. Beragamnya metodologi dan
karbon yang digunakan.
standar kredit karbon berimplikasi pada
Dari berbagai mekanisme transaksi yang
potensi pembeli kredit karbon yang dihasilkan.
terjadi di lapangan, pemerintah tidak dapat
Masing-masing standar kredit mempunyai
mengontrol arus kredit karbon. Hal ini
metodologi dan tingkat harga yang berbeda.

168
Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia
(Deden Djaenudin, Mega Lugina, Ramawati, Galih Kartikasari, Indartik, Mirna Aulia Pribadi & Satria Astana)

diakibatkan oleh tiga hal, yaitu belum tersedianya Hal lain yang dipandang memberikan
mekanisme pencatatan dari setiap pengurangan ketidakpastian terhadap transaksi karbon adalah
emisi yang berhasil dicapai oleh pengembang, dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 12
volume kredit karbon yang berhasil dijual, dan Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
siapa yang membeli kredit karbon tersebut. Ketiga Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
hal tersebut menyulitkan Indonesia mengetahui pada Kementerian Kehutanan. Dalam peraturan
informasi penurunan emisi yang berhasil pemerintah tersebut karbon merupakan sumber
dicapaidan menghubungkan pengembang dengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor
pembeli yang potensial. Untuk mengatasi kehutanan. Pemungutan PNBP menjadi
permasalahan tersebut maka keberadaan lembaga disinsentif karena pengembang sudah menge-
registrasi menjadi sangat penting. Keberadaan luarkan biaya yang tidak sedikit untuk meng-
lembaga registri ini dapat menghidarkan kegiatan hasilkan kredit karbon dan harga kredit karbon
penurunan emisi terhitung dua kali (double yang ada masihrelatif rendah. Dengan tingkat
counting). harga karbon yang terjadi sekarang belum tentu
Berkaca pada pengalaman perdagangan dapat memenuhi biaya yang dikeluarkan untuk
kredit karbon di pasar karbon regional seperti menghasilkan kredit karbon.
Chicago Climate Exchange (CCX), keberhasilan Mekanisme distribusi manfaat dari REDD+
pengendalian transaksi karbon harus memenuhi dikembangkan untuk menarik inisiatif berbagai
komponen sistem perdagangan, yang secara pihak turut serta dalam pengurangan emisi
umum terdiri dari 3 bagian, yaitu: REDD+. Saat ini sudah banyak mekanisme
a) Trading Platform, merupakan tempat atau distribusi manfaat yang ditawarkan, akan tetapi
mekanisme pelaksanaan perdagangan diantara belum ada satupun mekanisme yang digunakan
pemegang Account. oleh pemerintah. Setiap pengembang akhirnya
b) Clearing and Settlement Platform, yang memproses mengembangkan mekanisme distribusi manfaat
semua informasi transaksi. masing-masing sesuai dengan kebutuhan,
c) Registry, merupakan database resmi untuk contohnya PKHB yang difasilitasi oleh TNC
instrument pembiayaan karbon yang dimiliki dengan berbasis pada SIGAP REDD+ di
oleh pemilik Registry Account. Kabupaten Berau dan Proyek REDD yang
difasilitasi oleh FFI dengan berbasis besarnya
Keberhasilan ketiga komponen sistem proporsi di Hutan Desa Durian Rambun Jambi.
perdagangan di atas dipengaruhi oleh dukungan Tingkat komitmen pemerintah daerah baik
regulasi dari pemerintah baik pusat maupun propinsi maupun kabupaten menurut sebagian
daerah terkait dengan upaya pencapaian komit- besar responden relatif besar. Beberapa peraturan
men pemerintah untuk menurunkan emisi sebesar pendukung untuk kegiatan implementasi
26% atas kemampuan sendiri dan 41% apabila ada REDD+ telah dibentuk sebagai bukti tingginya
pendanaan internasional. Pasal 8 pada Peraturan komitmen tersebut. Namun pemerintah cen-
Menteri Kehutanan Nomor P. 20/Menhut- derung berhati-hati dalam hal perdagangan
II/2012tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan karbon untuk menghindari persepsi para pihak
menetapkan bahwa kredit karbon yang dapat yang salah terhadap REDD+. Pemerintah daerah
diperdagangkan hanya maksimum 49%. cenderung memaknai REDD+ dalam rangka
Pengembang menilai pasal tersebut merupakan menjaga hutan lestari dan seandainya terjadi
disinsentif bagi inisiatif-inisiatif penurunan emisi perdagangan karbon dan mendapatkan pem-
dari REDD+ yang berkembang di tingkat tapak. bagian manfaat hanya dianggap sebagai bonus dan
Seharusnya pemerintah sudah mendesain dari bukan tujuan utama. Hal ini dilatarbelakangi
awal kegiatan-kegiatan mana saja (mencakup dengan kejadian sebelumnya dimana Pemerintah
lokasi kegiatan dan sumber pendanaan yang Provinsi Jambi pernah dengan sangat antusias
dialokasikan) yang dapat dijadikan sebagai sarana menandatangi perjanjian dengan lembaga
pencapaian komitmen penurunan emisi. tertentu, tetapi ternyata tidak ada tindak lanjutnya.

169
Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 3, Desember 2016: 159-172

Insentif yang diharapkan atas capaian tersebut sehingga belum diketahui secara luas.
penurunan emisi yang dihasilkan lebih didasarkan Permenhut tersebut juga belum berjalan secara
pada kriteria penting secara berturut-turut adalah efektif karena ada hambatan kelembagaan.
pembangunan/kesejahteraan masyara kat, Lembaga yang berwenang untuk menerbitkan
penurunan emisi (adisionalitas), konservasi SPEKHI adalah Badan Registrasi Nasional
keanekaragaman hayati dan harga. Dari hasil (BRN),akan tetapi hinggasaat ini lembaga tersebut
wawancara terlihat bahwa stakeholder belum belum terbentuk. Meskipun demikian, disebutkan
melihat harga karbon sebagai pemicu motivasi bahwa selama BRN belum ada, maka kewenangan
implementasi REDD+. Secara keseluruhan lembaga tersebut berada di Sekretariat Jenderal
responden pesimis adanya pasar karbon, karena Kementerian Kehutanan.
melihat perkembangan proses negosiasi yang Lembaga yang berwenang untuk melakukan
semakin tidak jelas. Perdagangan karbon dapat verifikasi dan validasi yaitulembaga independen
terjadi jika terdapat kepastian adanyapembeli. yang diketahui oleh Lembaga Akreditasi Nasional
Sampai saat ini belum ada mekanisme yang (LAN). Setiap standar kredit karbon mempunyai
memaksa negara pengemisi untuk membeli kredit lembaga independen masing-masing. Sebagai
karbon. contoh untuk lembaga validator dan verifikator
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian untuk standar VCS terdapat 39 buah lembaga yang
Kehutanan terlah menerbitkan Peraturan Menteri aktif dan 13 yang tidak aktif. Hingga saat ini belum
KehutananNomor 50/Menhut-II/2014 tentang ada lembaga nasional untuk melakukan verifikasi
Perdagangan Sertifikat Pengurangan Emisi dan validasi, yang berimplikasipada tingginya
Karbon Hutan Indonesia (SPEKHI). Di dalam biaya yang harus dikeluarkan. untuk mengurangi
Permenhut tersebut diatur mekanisme penerbitan biaya verifikasi dan validasi maka LAN harus
SPEKHI seperti disajikan pada Gambar 5. mendorong lembaga-lembaga verifikasi dan
Berdasarkan wawancara dengan stakeholder terkait validasi nasional yang bertaraf internasional.
di daerah, belum ada sosialisasi terkait Permenhut

Lembaga Verifikasi PENGAWAS PERDAGANGAN


Lembaga Akreditasi Nasional Independen membina, mengatur dan mengawasi
melakukan akreditasi terhadap melakukan Penilaian /verifikasi kegiatan perdagangan sertifikat
lembaga verifikasi & validasi terhadap PDD pengembang karbon
proyek

Lembaga Registrasi Nasional


Pengembang Proyek
Lembaga Pemantau Independen Melakukan registrasi terhadap
menyiapkan Rancangan SPEKHI/ICER
penurunan emisi yang dilaporkan
Dokumen Proyek (RDP)
dalam RDP

Lembaga Validasi Independen


melakukan Validasi terhadap
PDD pengembang proyek

Sumber (Source): Peraturan Menteri KehutananNomor 50/Menhut-II/2014

Gambar 5. Alur penerbitan Sertifikat Pengurangan Emisi Karbon Hutan Indonesia(SPEKHI)


Figure 5. Flowto issue of Iindonesian Certified Emission Reduction (ICER)

170
Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia
(Deden Djaenudin, Mega Lugina, Ramawati, Galih Kartikasari, Indartik, Mirna Aulia Pribadi & Satria Astana)

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3. Lembaga registrasi untuk memastikan kepemi-


likan kredit karbon yang diperoleh, menjamin
A. Kesimpulan kelancaran pembiayaan atau investasi karbon,
dan menyediakan lembaga yang mengelola
1. Di tingkat lapangan sudah terdapat beberapa
keuangan hasil perdagangan untuk mem-
inisiatif perdagangan karbon meskipun
fasilitasi implementasi REDD+ di lapangan.
bersifat sukarela. Permasalahan yang dihadapi
4. Standar kredit karbon yang berlaku didasarkan
mencakup ketidakpastian pembeli kredit
pada kriteria atau persyaratan yang diajukan
karbon, kurang intensifnya pendampingan
oleh pengemisi yang secara metodologi relatif
untuk menjaga komitmen pengembang, dan
sulit untuk diikuti. Indonesia perlu menge-
besarnya biaya kelembagaan.
luarkan standar kredit karbon sendiri dengan
2. Tingkat komitmen pemerintah daerah baik
mengacu pada karakteristik Indonesia dengan
propinsi maupun kabupaten relatif tinggi yang
mempertimbangkan atribut pasar karbon yang
ditunjukan dengan dibentuknya peraturan
sesuai dari sisi penawaran.
pendukung untuk kegiatan implementasi
REDD+.
3. Parapihakyang berasal dari instansi pemerintah
UCAPAN TERIMAKASIH
ter utama pemerintah daerah belum
(ACKNOWLEDGMENT)
mengetahui secara pasti tentang tatacara atau
mekanisme pasar karbon, termasuk standar
karbon (metodologi). Ucapan terimakasih disampaikan kepada
4. Insentif yang diharapkan atas capaian penu- para narasumber dari berbagai instansi peme-
runan emisi yang dihasilkan lebih didasarkan rintah di tingkat pusat, Provinsi Jambi dan
pada kriteria penting secara berturut-turut Kalimantan Timur, Kabupaten Merangin,
a d a l a h p e m b a n g u n a n / ke s e j a h t e r a a n Kabupaten Berau serta lembaga yang telah
masyarakat, penurunan emisi (adisionalitas), membantu selama penelitian seperti TNC, FFI
konservasi keanekaragaman hayati, dan harga. danBadan Pengawas Perdagangan Berjangka
Terlihat bahwa parapihak belum melihat harga Komoditi (BAPPEBTI).
karbon sebagai pemicu motivasi implementasi
REDD+.
DAFTAR PUSTAKA
B. Rekomendasi
Bappeda Provinsi Jambi. (2013) Pedoman
Diperlukan upaya-upaya peningkatan penyusunan RAD GRK Kabupaten/Kota. Jambi:
kepastian transaksi untuk memotivasi pengem- Bappeda Provinsi Jambi.
bang untuk terlibat dalam pasar karbondengan
mempersiapkan infrastruktur perdagangan Boucher, D. (2009). Estimating the Cost and Potential
karbonyang mencakup: of Reducing Emissions from Deforestation. Briefing
1. Regulasi mekanisme transaksi, lembaga regis- #1. United of Concerned Scientists.
trasi, dan distribusi manfaat dari REDD+. Busch, J., Lubowski, R. N., Godoy, F., Steininger,
Ketersediaan regulasi ini sebagai landasan M., Yusuf, A. A., Austin, K., … Boltz, F.
dalam memberikan insentif dan disinsentif (2012). Structuring economic incentives to reduce
dan juga meminimumkan biaya transaksi emissions from deforestation within Indonesia.
(efisiensi). Proceedings of the National Academy of Sciences,
2. Penetapan proporsi yang dapat diperdagang- 109(4), 1062–1067. doi.org/10.1073/
kan oleh pengembang terkait adanya komit- pnas.1109034109
men pemerintah untuk menurunkan emisi
26% pada tahun 2020 atau 29% pada tahun Cacho, O. J., Marshall, G. R., & Milne, M. (2005).
2030. Transaction and abatement costs of carbon-sink
projects in developing countries. Environment and

171
Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 3, Desember 2016: 159-172

Development Economics, 10(5), 597. doi.org/ Indonesia? (Bahan Presentasi). Jakarta: Dewan
10.1017/S1355770X05002056. Nasional Perubahan Iklim.
Casey, J. F., Kahn, J. R., & Rivas, A. A. F. (2008). Kossoy, A., & Guigon, P. (2012). State and trends of
Willingness to accept compensation for the the carbon market 2012. State and trends of carbon
environmental risks of oil transport on the Amazon: pricing. Washington DC: World Bank.
A choice modeling experiment. Ecological Economics,
Laurance, W. F. (2007). A new initiative to use carbon
67(4), 552–559. doi.org/10.1016/
trading for tropical forest conservation. Biotropica,
j.ecolecon.2008.01.006.
39(1), 20–24. doi.org/10.1111/j.1744-
Djaenudin, D., Lugina, M., Ramawati, & Sari, G. 7429.2006.00229.x
K. (2015a). Desain peraturan perdagangan karbon
Laurance, W. F., Albernaz, A. K. M., Schroth, G.
hutan. (Laporan Hasil Penelitian). Bogor:
tz, Fearnside, P. M., Bergen, S., Venticinque,
P3SEKPI.
E. M., & Costa, C. Da. (2002). Predictors of
Djaenudin, D., Suryandari, E. Y., & Suka, A. P. deforestation in the Brazilian Amazon. Journal of
(2015b). Strategi penurunan risiko kegagalan Biogeography, 29, 737–748.
implementasi pengurangan emisi dari
Ndjondo, M., Gourlet-fleury, S., Manlay, R. J.,
deforestasi dan degradasi hutan: Studi kasus
Laurier, N., Obiang, E., Romero, C., …
di Merang Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Picard, N. (2014). Opportunity costs of
Analisis Kebijakan Kehutanan, 3(2), 173–188.
carbon sequestration in a forest concession in
Hartanto, H., Yulianto, T. S., & Hidayat, T. (2014). central Africa. Carbon Balance and Management,
SIGAP-REDD+: Aksi inspiratif warga untuk 9, 1–13. doi.org/10.1186/s13021-014-0004-
perubahan dalam REDD+. (B. K. Munggoro & 3.
D. Wahyu, Eds.). Jakarta: The Nature
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. (2012).
Concervancy.
Keputusan Gubernur Nomor 54 Tahun 2012
Hindarto, D. E. (2013). Apa pengaruh Doha Climate tentang Revisi dokumen Rencana Aksi
Gateway terhadap perkembangan pasar karbon di Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAD-GRK) Provinsi Kalimantan Timur.

172

You might also like