You are on page 1of 6

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 2: 808-813


P-ISSN: 2503-­3638, E-ISSN: 2089-­9084

Interval waktu iskemia, derajat iskemia, dan sindrom


kompartemen merupakan faktor risiko amputasi
pada pasien acute limb ischemia yang dilakukan CrossMark
Published by DiscoverSys
tindakan trombektomi terbuka di RSUP Sanglah
Denpasar

Dea Emmanuel,1* Ketut Putu Yasa,2 Ida Bagus Putra Manuaba,3 I Nyoman Semadi,2
Ketut Widiana,4 Gede Wirya Kusuma Duarsa5

ABSTRACT

Introduction: Acute Limb Ischemia (ALI) is a sudden decrease in Results: In this study we found that the time interval of ischemia
perfusion in the extremities that causes the threat of tissue viability and the degree of ischemia is a risk factor of amputation in
and is still one of the causes of disability. The purpose of this study was person with ALI (p<0.05) but compartment syndrome was not
to determine the factors that influence amputation in patients with significantly related to amputation in ALI. Multivariate analysis
acute limb ischemia who undergo thrombectomy. shows degree of Rutherford IIB/III ischemia to be a the most
Methods: This was a retrospective observational study with case-­ dominant factor for amputation (OR = 6.84; 95% CI = 1.19-­39.35;
control studies. As many as 40 patients with acute limb ischemia who p = 0.03).
underwent thrombectomy were seen as an outcome of amputation. Conclusion: The time interval of ischemia and the degree of ischemia
Matching was done based on age and sex in the case (amputation) are factors that influence amputation in patients with acute limb
and control (without amputation) groups. Data collection is based on ischemia who undergo thrombectomy. The degree of ischemia is the
1
Program Pendidikan Dokter medical records from 2014 to 2019. Bivariate analysis uses Chi-­Square most dominant risk factor affecting amputation.
Spesialis Bedah, Fakultas or Fisher’s Test while multivariate analysis uses logistic regression.
Kedokteran Universitas Udayana-­
RSUP Sanglah Denpasar, Bali-­
Indonesia
2
Sub Bagian Bedah Thoraks dan Keywords: Ischemic Time Interval, Ischemia Degrees, Compartment Syndrome, Acute Limb Ischemia, Thrombectomy
Kardiovaskular, Departemen/KSM Cite This Article: Emmanuel, D., Yasa, K.P., Manuaba, I.B.P., Semadi, I.N., Widiana, K., Duarsa, G.W.K. 2020. Interval waktu iskemia, derajat
Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran iskemia, dan sindrom kompartemen merupakan faktor risiko amputasi pada pasien acute limb ischemia yang dilakukan tindakan trombektomi
Universitas Udayana-­RSUP terbuka di RSUP Sanglah Denpasar. Intisari Sains Medis 11(2): 808-813. DOI: 10.15562/ism.v11i2.753
Sanglah Denpasar, Bali-­Indonesia
3
Program Pasca Sarjana Biomedik,
Fakultas Kedoktera Universitas
Udayana, Bali-­Indonesia ABSTRAK
4
Sub Bagian Bedah Onkologi,
Departemen/KSM Ilmu Bedah, Latar Belakang: Acute Limb Ischemia (ALI) adalah penurunan secara 2019. Analisa bivariat menggunakan Chi-­Square atau Uji Fisher
Fakultas Kedokteran Universitas tiba-­tiba perfusi di ekstremitas sehingga menyebabkan ancaman sedangkan analisa multivariat menggunakan regresi logistik.
Udayana-­RSUP Sanglah Denpasar,
viabilitas jaringan dan masih menjadi salah satu penyebab disabilitas Hasil: Berdasarkan analisa statistik didapatkan didapatkan interval
Bali-­Indonesia
5
Sub Bagian Bedah Urologi, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor waktu iskemia dan derajat iskemia mempengaruhi amputasi (p<0,05)
Departemen/KSM Ilmu Bedah, yang mempengaruhi amputasi pada pasien acute limb ischemia yang namun sindrom kompartemen tidak berhubungan secara signifikan.
Fakultas Kedokteran Universitas dilakukan trombektomi. Hasil multivariat dengan regresi logistik ditemukan derajat iskemia
Udayana-­RSUP Sanglah Denpasar, Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional Rutherford IIB/III menjadi faktor dominan terjadinya amputasi (OR =
Bali-­Indonesia
retrospektif dengan studi kasus kontrol. Sebanyak 40 pasien acute 6.84; IK 95% = 1,19-­39,35; p = 0,03).
limb ischemia yang dilakukan trombektomi dilihat outcomenya dari Simpulan: Interval waktu iskemia dan derajat iskemia merupakan
*
Correspondence to: Dea Emmanuel, amputasi. Dilakukan matching berdasarkan usia dan jenis kelamin faktor yang mempengaruhi amputasi pada pasien acute limb ischemia
Program Pendidikan Dokter Spesialis
Bedah, Fakultas Kedokteran pada kelompok kasus (amputasi) dan kontrol (tanpa amputasi). yang dilakukan trombektomi. Derajat iskemia merupakan faktor risiko
Universitas Udayana-­RSUP Sanglah Pengambilan data berdasarkan catatan medis dari tahun 2014 hingga yang paling dominan mempengaruhi amputasi.
Denpasar, Bali-­Indonesia
dea.emmanuel07@gmail.com
Kata kunci: Interval Waktu Iskemia, Derajat Iskemia, Sindrom Kompartemen, Acute Limb Ischemia, Trombektomi
Diterima: 07-­05-­2020 Cite Pasal Ini: Emmanuel, D., Yasa, K.P., Manuaba, I.B.P., Semadi, I.N., Widiana, K., Duarsa, G.W.K. 2020. Interval waktu iskemia, derajat iskemia,
Disetujui: 10-­07-­2020 dan sindrom kompartemen merupakan faktor risiko amputasi pada pasien acute limb ischemia yang dilakukan tindakan trombektomi terbuka di
Diterbitkan: 01-­08-­2020 RSUP Sanglah Denpasar. Intisari Sains Medis 11(2): 808-813. DOI: 10.15562/ism.v11i2.753

808 Open access: http://isainsmedis.id/


ORIGINAL ARTICLE

PENDAHULUAN yang dinilai adalah interval waktu iskemia, derajat


iskemia dan sindrom kompartemen. Sementara
Acute Limb Ischemia (ALI) adalah penurunan secara variabel terikat adalah amputasi setelah trombek-
tiba-­tiba perfusi di ekstremitas sehingga menye- tomi. Variabel kendali yaitu: umur, jenis kelamin,
babkan ancaman viabilitas jaringan. Secara klinis atrial fibrilasi, rhematic heart disease, diabetes
disebut ALI apabila menimbulkan gejala kurang mellitus, hipertensi dan pemberian heparin.
dari 2 minggu. Sampai saat ini ALI masih merupa- Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
kan masalah kesehatan, hal ini karena insiden, bantuan SPSS versi 25.0 untuk Windows. Analisis
keterlambatan penanganan, amputasi dan mortal- bivariat menggunakan Chi square atau Uji Fisher
itas masih tetap tinggi. Di Amerika Serikat didapa- serta permodelan risiko menggunakan rasio odds
tkan insiden ALI sebesar 26 per 100.000 penduduk. (OR), kemudian analisis multivariat menggunakan
Tingkat amputasi berkisar 25% dan in hospital regresi logistik untuk mengetahui faktor risiko yang
mortality berkisar antara 9-­ 15%. Keterlambatan paling dominan. Seluruh nilai dianggap bermakna
penanganan pasien ALI akan meningkatkan risiko apabila p<0,05.
amputasi.1
Faktor yang sangat menentukan adalah lamanya
iskemia dan derajat iskemia, semakin lama iske- HASIL PENELITIAN
mia terjadi akan semakin meningkatkan derajat
iskemia.2,3 Derajat dari ALI sendiri sebenarnya Dari data yang diperoleh selama tahun 2014
menggambarkan kerusakan sel dan jaringan, baik sampai 2019 terdapat 40 pasien ALI yang dilaku-
itu endotel, otot maupun saraf dengan gejala klinis kan tindakan trombektomi, dimana 20 pasien
berupa 6 P, yaitu: pain, pallor, poikilothermia, pares- dengan amputasi dan 20 pasien tanpa amputasi.
thesia, dan paralysis. Komponen dari 6 P terse- Karakteristik sampel penelitian dapat dilihat pada
but yang menjadi dasar pembagian kriteria dari tabel 1, tidak ditemukan adanya perbedaan karak-
Rutherford ditambah dengan konfirmasi pulsasi teristik berdasarkan usia, jenis kelamin, kondisi
dari arteri dan vena berdasarkan ultrasonografi. diabetes dan hipertensi, atrial fibrilasi, penyakit
Rutherford menbagi derajat ALI menjadi I, IIA, IIB jantung reumatik, penggunaan heparin sebelum
dan III.3,4 Keadaan emboli yang lama > 6 jam akan dan pasca tindakan, dan fasiotomi antara kelom-
mempunyai prognosis yang buruk. Tindakan reva- pok kasus (amputasi) dan kontrol (tidak amputasi)
skularisasi segera yaitu trombektomi harus segera (p>0,05). Sedangkan interval waktu iskemia yang
dilakukan. lebih dari 6 jam, derajat iskemia IIB/III lebih
Tindakan trombektomi yang dilakukan pada banyak ditemukan pada kelompok yang mengalami
iskemia yang lama dapat menyebabkan terjadinya amputasi (p<0,05).
peningkatan tekanan intra kompartemen yang Interval waktu iskemia pada kelompok kasus
disebut sindrom kompartemen. Terjadi ekstrav- (amputasi) > 6 jam sebanyak 17 responden (68%)
asasi cairan dan respon inflamasi setelah keadaan dan pada kelompok kontrol (tanpa amputasi)
iskemia-­reperfusi.4,5 Sindrom kompartemen harus sebanyak 8 responden (32%). Interval waktu
dikenali dengan cepat karena akan menyebabkan <6  jam pada kelompok amputasi 3 respon-
kerusakan pada ekstremitas. den (20%) dan pada kelompok tanpa amputasi
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneli- 12  responden (80%). Nilai Odds Ratio (OR)
tian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 8,5  (95% IK: 1,18-­38,31) berarti interval waktu
faktor-­faktor yang berperan terhadap keberhasilan iskemia >6 jam menyebabkan amputasi sebanyak
tindakan revaskularisasi dengan trombektomi pada 8.5 kali dengan nilai p = 0.003, ada hubungan
pasien ALI. antara interval waktu iskemia dengan amputasi
pasca trombektomi (Tabel 2).
Derajat iskemia IIB/III pada kelompok kasus
METODE
(amputasi) sebanyak 15 responden (78,9%) dan
Penelitian ini merupakan penelitian observasional pada kelompok kontrol (tanpa amputasi) sebanyak
retrospektif dengan studi kasus kontrol. Kelompok 4 responden (21,1%). Derajat iskemia IIA pada
kasus adalah pasien ALI yang mengalami amputasi kelompok amputasi sebanyak 5 responden (23,8%)
setelah trombektomi, kelompok kontrol dipilih dan pada kelompok tanpa amputasi 16 respon-
sesuai dengan jumlah kasus. Kelompok kontrol den (76,2%). Nilai Odds Ratio (OR) 12,0 (95%
adalah pasien ALI yang tidak mengalami amputasi IK: 2,7-­53,33), berarti interval waktu iskemia IIB/
setelah trombektomi. Kemudian dilakukan match- III menyebabkan amputasi sebanyak 12 kali dan
ing berdasarkan usia dan jenis kelamin. Penelitian nilai p<0,001 menunjukkan ada hubungan yang
ini menggunakan data dari catatan rekam medis signifikan antara derajat iskemia dengan amputasi
pasien dari tahun 2014 sampai 2019. Variabel bebas pasca trombektomi (Tabel 2).

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 808-813 | doi: 10.15562/ism.v11i2.753 809
ORIGINAL ARTICLE

Sindrom kompartemen pada kelompok signifikan dengan amputasi pasca trombektomi


amputasi sebanyak 1 responden (14%) dan (Tabel 2).
kelompok tanpa amputasi 19 responden (85,7%) Analisis multivariat menunjukkan derajat
sementara pada yang tidak sindrom kompartemen Iskemia dengan nilai OR 6.84 berarti interval waktu
pada kelompok amputasi sebanyak 19 responden iskemia memberikan peluang terjadinya amputasi
(57,6%) dan kelompok tanpa amputasi sebanyak sebanyak 6.84 kali. Hal ini dapat disimpulkan
14 responden (42,6%). Nilai Odds Ratio 0.12 (95% faktor risiko yang paling dominan menyebabkan
IK: 0,013-­1,13) dan nilai p = 0,091. Hal ini berarti amputasi pasca trombektomi adalah derajat iske-
sindrom kompartemen tidak berhubungan secara mia (Tabel 3).

Tabel 1  Karakteristik subjek penelitian


Amputasi
Variabel Ya (n=20) Tidak (n=20) Nilai p
Usia (tahun (rerata + SD) 60,00 + 13,42 61,15 + 18,02 0.82
Jenis Kelamin (n,%)
Laki-­laki 9 (50%) 9(50%) 1,00
Perempuan 11 (50%) 11(50%)
Interval waktu iskemia (n,%)
> 6 jam 17(68%) 8 (32%) 0,003
< 6 jam 3 (20%) 12(80%)
Derajat iskemia (n,%)
IIB/III 15 (78,9%) 4 (21,1%) <0,001
IIA 5 (23,8%) 16 (76,2%)
Kompartemen sindrom (n,%)
Ya 1 (14,3%) 6 (85,7%) 0,091
Tidak 19 (57,6%) 14 (42,4%)
Diabetes melitus (n,%)
Ya 6 (66,7%) 3 (33,3%) 0,45
Tidak 14 (45,2%) 17 (54,8%)
Hipertensi (n,%)
Ya 14 (48,3%) 15(51,7%) 0,72
Tidak 6 (54,5%) 5(45,5%)
Atrial fibrilasi (n,%)
Ya 10 (41,7%) 14 (58,3%) 0,19
Tidak 10 (62,5%) 6 (37,5%)
Rheumatic heart disease (n,%)
Ya 2 (33,3%) 4 (66,7%) 0,66
Tidak 18 (52,9%) 16 (47,1%)
Heparin pre tindakan (n,%)
Ya 17 (45,9%) 20 (54,1%) 0,23
Tidak 3 (100%) 0 (0%)
Heparin post tindakan (n,%)
Ya 18(47,4%) 20 (52,6%) 0,48
Tidak 2 (100%) 0 (0%)
Fasciotomi (n,%)
Ya 1 (14,3%) 6(85,7%) 0,091
Tidak 19 (57,6%) 14 (42,4%)

810 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 808-813 | doi: 10.15562/ism.v11i2.753
ORIGINAL ARTICLE

Tabel 2  A
 nalisa bivariat hubungan antara interval waktu iskemia, derajat iskemia dan
kompartemen sindrom dengan amputasi
Amputasi
Variabel Ya (n=20) Tidak (n=20) OR IK 95% Nilai p
Interval waktu iskemia
> 6 jam 17 (68%) 8 (32%) 8,5 1,18-­38,31 0,003
< 6 jam 3 (20%) 12 (80%)
Derajat iskemia
IIB/III 15(78,9%) 4(21,1%) 12,0 2,70-­53,33 <0,001
IIA 5(23,8%) 16(76,2%)
Kompartemen sindrom
Ya 1 (14,3%) 6 (85,7%) 0,12 0,013-­1,13 0,091
Tidak 19 (57,6%) 14 (42,4%)

Tabel 3  A
 nalisa multivariat pengaruh interval waktu dan derajat iskemia terhadap
amputasi
Variabel OR IK 95% Nilai p
Interval waktu iskemia 2,81 0,44-­17,73 0,27
Derajat iskemia 6,84 1,19-­39,35 0,03

PEMBAHASAN iskemia yang lama akan meningkatkan risiko


amputasi (OR 4,3; IK 95%: 1,9-­9,6) pada iskemia
Hubungan antara interval waktu iskemia > 25 jam dibandingkan dengan iskemia < 6 jam.7
dengan amputasi
Emboli arteri merupakan suatu keadaan kega-
watdaruratan pada penyakit arteri perifer dimana Hubungan antara derajat iskemia dengan
akan terjadi keadaan iskemia pada jaringan yang amputasi
disebabkan oleh karena oklusi pada arteri. Acute Berdasarkan guideline dari American Heart
limb ischemia (ALI) merupakan manifestasi klinis Association, manifestasi klinis dari Penyakit Arteri
dari keadaan ini dimana keadaan iskemia yang Perifer dibagi menjadi empat, yaitu: asimptoma-
lama akan menyebabkan gangguan pada status tik, klaudikasio, critical limb ischemia dan acute
hemodinamik dan menyebabkan gagal organ limb ischemia. Acute limb ischemia didefinisikan
sistemik karena pelepasan dari metabolit anaer- sebagai penurunan seketika perfusi ke tungkai yang
obik kedalam sirkulasi sistemik selama proses menyebabkan ancaman viabilitas jaringan dengan
iskemia berlangsung (Mutirangura, 2009). Durasi onset kurang dari 2 minggu.8
iskemia akan berkorelasi dengan derajat iskemia Kriteria ALI berdasarkan Rutherford dibagi
merupakan faktor risiko yang akan mempen- menjadi I, IIA, IIB dan III. Hasil penelitian ini dari
garuhi luaran dari terapi. Penelitian yang dilaku- tabel 2 didapatkan hasil terjadi peningkatan risiko
kan oleh Mutirangura et  al.6 terhadap 91 pasien amputasi pada grade IIB/III dibandingkan IIA (OR
dengan emboli arterial akut pada ekstremitas 12,0; IK 95%: 2,70-­53,33; p<0,001). Pada tabel 3 dari
bawah didapatkan hasil 31 pasien (34,1%) dengan analisis multivariat didapatkan faktor yang paling
early acute embolism (<24  jam) dan 60  pasien dominan mempengaruhi amputasi adalah derajat
(65,9%) dengan late acute embolism (>24 jam). iskemia (OR 6,84, IK 95%: 1,19-­39,35; p=0,03).
Gangren yang luas didapatkan pada pasien Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dengan late acute embolism (26,7% vs 3,2%, p = yang dilakukan oleh Genovese et al.9 yang menya-
0,009) dan angka amputasi lebih tinggi (20% vs takan bahwa risiko amputasi akan meningkat
3,2%, p = 0,05). sejalan dengan meningkatnya derajat iskemia
Menentukan kapan tindakan trombektomi pada (Rutherford IIB dibandingkan dengan IIA; HR:
keadaan ALI masih merupakan perdebatan sampai 2,57; p<0,001).
saat ini. Dari penelitian lain yang dilakukan oleh Derajat dari ALI menurut Rutherford dibagi
Ljungman et  al.7 didapatkan hasil bahwa waktu menjadi tiga kategori. Penentuan derajat berdasarkan

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 808-813 | doi: 10.15562/ism.v11i2.753 811
ORIGINAL ARTICLE

adanya pulsasi arteri dan vena (dengan Doppler untuk melakukan tindakan fasiotomi yang selektif
ultrasonografi) adanya sensasi dan fungsi motorik. pada pasien ALI.13
Derajat dari ALI sendiri sebenarnya menggambar-
kan kerusakan sel dan jaringan, baik itu endotel,
SIMPULAN
otot maupun saraf dengan gejala klinis berupa 6P,
yaitu: pain, pallor, poikilothermia, paresthesia, dan Interval waktu iskemia dan derajat iskemia
paralysis. Komponen dari 6P tersebut yang menjadi merupakan faktor yang mempengaruhi amputasi
dasar pembagian kriteria dari Rutherford ditam- pada ALI pasca trombektomi. Dari penelitian ini
bah dengan konfirmasi pulsasi dari arteri dan vena derajat iskemia menjai faktor yang paling dominan
berdasarkan ultrasonografi. mempengaruhi amputasi. Oleh karena itu diagno-
sis ALI harus ditegakkan dalam waktu yang cepat,
Hubungan antara sindrom kompartemen dan tindakan trombektomi dilakukan dalam waktu
dengan amputasi < 6 jam.
Penelitian yang dilakukan oleh Feliciano et  al.
di selama pengamatan 9 tahun pada 122 pasien ETIKA DALAM PENELITIAN
trauma diperoleh hasil bahwa 75% amputasi pada
ekstremitas bawah berhubungan dengan keterlam- Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
batan tindakan fasiotomi atau fasiotomi yang tidak dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas
sempurna.10 Oleh karena itu pasien paska tindakan Udayana/RSUP Sanglah Denpasar dengan nomer
revaskularisasi yang dicurigai akan mengalami referensi kelaikan etik 08/UN14.2.2.VII.14/LP/2020.
sindrom kompartemen harus dilakukan monitoring
yang ketat. Meskipun demikian faktor-­faktor yang KONFLIK KEPENTINGAN
berhubungan dengan sindrom kompartemen masih
belum jelas, sehingga kewaspadaan dan tindakan Penulis menyatakan tidak terdapat konflik kepent-
preventif untuk mencegah sindrom kompartemen ingan terkait publikasi dari penelitian ini.
sukar untuk dilakukan. Studi oleh Papalambros
et al.11 yang melaporkan bahwa faktor risiko terjad- PENDANAAN
inya sindrom kompartemen yaitu: waktu iskemia
>6 jam, usia muda (<45 tahun), riwayat ALI sebel- Penelitian ini tidak mendapatkan pendanaan dari
umnya pada ekstremitas inferior, dan inadekuat pemerintah ataupun sektor swasta lainnya.
backflow paska tindakan revaskularisasi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil pada DAFTAR PUSTAKA
pasien yang mengalami sindrom kompartemen 1. Baril DT, Ghosh Kaushik, Rosen Allison B. Trend in the
semuanya dilakukan fasiotomi. Dari hasil tabel  2 incidence, treatment, and outcome of acute lower extrem-
didapatkan tingkat amputasi pada pasien yang ity ischemia in the United States Medicare Population.
Journal of Vascular Surgery. 2014;60(3):669-­677.
dilakukan fasiotomi lebih rendah dibandingkan 2. Mutirangura P et al. Acute Arterial Embolism of the Lower
yang tidak (14,3% vs 57,6%, p=0,091) namun Extremities:Impact of 24 Hour Duration on the Outcome
secara statistik tidak bermakna. Pada penelitian of Management. Journal Med Association Thailand. 2008;
91(9):1360-­7.
ini didapatkan hanya 7 pasien yang mengalami 3. Orrapin S, Orrapin M, Arwon S, Rerkasem K. Predictive
kompartemen sindrom dan semuanya dilakukan Factors for Post Ischemic Compartment Syndrome in
fasiotomi sehingga kemungkinan hal tersebut Non Traumatic Acute Limb Ischemia in Lower Extremity.
Annals of Vascular Disease. 2017;10(4):378-­385.
juga menjadi faktor dapat menyebabkan ketidak 4. Rutherford RB. Clinical Staging of Acute Limb Ischemia
bermaknaan yang ditemui secara statistik pada as a Basis Choice of Revascularization Method: When
penelitian ini. and How to Intervene. Seminars in Vascular Surgery
2009;22:5-­9.
Pada beberapa penelitian sebelumya meskipun 5. Simon F, et  al. Acute Limb Ischemia-­Much More Than
tindakan profilaksis fasiotomi dapat menurunkan Just a Lack of Oxygen. International Journal of Molecular
insiden amputasi, beberapa penelitian lain menun- Science. 2018;19(2):1-­16.
6. Mutirangura P, et al. Clinical differentiation between acute
jukkan bahwa tindakan ini tidak terlalu berman- arterial embolism and acute arterial thrombosis of the
faat pada pasien-­pasien dengan usia yang lanjut lower extremities. J Med Assoc Thai. 2009;92(7):891-­7.
dan dengan indeks masa tubuh yang rendah.12 7. Ljungman C, Holmberg L, Bergqvist D, Bergsrom R,
Adami Hans O. Amputation Risk and Survival after
Sementara itu penelitian lainnya oleh Endicott et al. Embolectomy for Acute Arterial ischemia. Time Trends
menunjukkan bahwa pada pasien ALI yang dilaku- in a Defined Swedish Population. European Journal of
kan trombektomi dan profilaksis fasiotomi terjadi Vascular and Endovascular Surgery. 1996; 11:176-­182.
8. Hardman RL, et  al. Overview of Classification System in
peningkatan operasi ulangan atau re-­operasi (OR Peripheral Artery Disease. Semin Intervent Radiologi.
1,6; IK 95%: 1,2-­2,0; p< 0,01), sehingga disarankan 2014;31(4):378-­388.

812 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 808-813 | doi: 10.15562/ism.v11i2.753
ORIGINAL ARTICLE

9. Genovese EA, Chaer RA, Taha AG, Marone LK, Averinos E, 13. Endicott Kendal M. Selective Use of Fasciotomy with
Makaroun MS, Baril DT. Risk factors for long term mortal- Emergent Lower Extremity Embolectomy Demonstrates
ity and amputation after open and endovascular treatment Comparable 30-­ Days Amputation Rates. Journal
of acute limb ischemia. Ann Vasc Surg. 2016;30:82-­92. of Vascular Surgery. Journal of Vascular Surgery.
10. Feliciano DV, Herskowitz K, O’Gorman RB. Management 2018;67(6):139-­140.
of vascular injuries in the lower extremities. J Trauma.
1988;28:319-­328.
11. Papalambros EL, Panayiotopoulos YP, Bastounis E, et  al.
Prophylactic fasciotomy of legs following acute arterial
occlusion procedures. Int Angiol. 1989;8:120-­4.
12. Alizadegan S. Old Tradition of Prophylactic Fasciotomy This work is licensed under a Creative Commons Attribution
Could Be Avoided. Journal of Vascular Surgery.
2018;68(3):1-­7.

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 808-813 | doi: 10.15562/ism.v11i2.753 813

You might also like