You are on page 1of 9

KAJIAN KARAKTERISTIK ALAT PENGURANGAN KADAR AIR MADU

DENGAN SISTEM VAKUM YANG BERKONDENSOR

STUDY OF TOOLS REDUCTION CHARACTERISTICS OF HONEY WATER CONTENT


WITH CONDENSED VACUUM SYSTEM

Bambang Sigit Amanto 1), Nur Her Riyadi P.,1). Basito, 1)


1)
Staf Pengajar Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
Honey is a natural product produced by the bee to be consumed, because it contains a very essential
nutrient. Honey is not only a sweetener, or food flavoring, but also frequently used as medicine. Honey is
produced by bee by utilizing the plant flower. Honey has different color, aroma, and taste, depending on the
nectar of plant type. Indonesian honey generally contains high moisture content so that is vulnerable to

of
vacuum evaporator will maintain the nutrient content within the honey. This research aimed to find out the tool
characteristics, the physicochemical and organoleptic properties of curdled honey using condensed vacuum
evaporator system. This research employed a Completely Randomized Design (CRD) with one factor namely
temperature variation (40oC, 50oC, and 60oC). The examination of honey organoleptic property was done using
Multiple Comparison Test. The result of research showed that tools efisience were 31,6 %, 33,89 % and 39,6 %,

of honey. The reduction of moisture content with temperature variation of 40oC, 50oC, and 60oC took 12 hours, 7
hours, and 4 hours time, respectively. The viscosity of curdled honey increased by 0.1937 Ns/m2 into range
1.7114-1.7388 Ns/m2. The total reduced sugar level (glucose and fructose) was not different significantly. The
control reduced sugar level of honey was 84.0622%, while that of curdled honey with each temperature
variation ranged from 84.8716 to 85.1806%. The ash and mineral (calcium and magnesium) level did not show
significant difference. The ash level of control honey and of curdled honey ranged from 0.1110 to 0.115%,
calcium level ranged from 15.9824 to 16.3007 mg/100g, and magnesium level ranged from 10.2367 to 11.7633
mg/100g. The panelist assessment on curdled honey with varied evaporation temperature was not different

each evaporation temperature variation was acceptable to the panelist and was slightly better than that on
control honey.
Keywords: moisture content, physicochemical and organoleptical properties, vacuum evaporator
ABSTRAK
Madu mengandung bahan gizi yang sangat essensial. Madu bukan hanya merupakan bahan pemanis, atau
penyedap makanan, tetapi sering pula digunakan untuk obat-obatan. Madu dihasilkan oleh lebah madu dengan
memanfaatkan bunga tanaman. Madu memiliki warna, aroma dan rasa yang berbeda-beda, tergantung pada
nektar jenis tanaman. Madu Indonesia pada umumnya mengandung kadar air yang tinggi sehingga rentan
terhadap fermentasi. Salah satu cara pencegahannya adalah menurunkan kadar air madu. Pada penelitian ini,
penurunan kadar air madu dengan menggunakan vakum evaporator. Proses penurunan kadar air dengan vakum
evaporator akan mempertahankan kandungan nutrisi dalam madu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik alat, sifat fisikokimia dan sifat organoleptik madu yang dikentalkan dengan sistem vakum
evaporator berkondensat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu
variasi suhu (40oC, 50oC, dan 60oC). Pengujian sifat organoleptik madu dengan metode Multiple Comparation
Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kadar air madu dengan sistem vakum evaporator dapat
mempertahan kandungan gizi dalam madu. Efisiensi penguapan kadar air berturut-turut adalah 31,6 %, 33,89 %
dan 39,6 %. Penurunan kadar air dengan variasi suhu 40oC, 50oC, dan 60oC membutuhkan waktu berturut-turut
12 jam, 7 jam, dan 4 jam. Viskositas madu yang telah dikentalkan mengalami peningkatan yaitu 0,1937 Ns/m 2
menjadi kisaran 1,7114-1,7388 Ns/m2. Kadar gula reduksi total (glukosa dan fruktosa) tidak terdapat perbedaan
yang nyata. Kadar gula reduksi madu kontrol 84,0622%, sedangkan madu yang telah dikentalkan dengan
masing-masing variasi suhu berkisar 84,8716 85,1806%. Kadar abu dan mineral (kalsium dan magnesium) juga
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar abu madu kontrol dan yang telah dikentalkan berkisar 0,111-
0,116%, kadar kalsium berkisar 15,9824-16,3007 mg/100g, dan kadar magnesium berkisar 10,2367-11,7633
mg/100g. Penilaian panelis terhadap madu yang telah dikentalkan dengan berbagai variasi suhu evaporasi secara
sifat organoleptik tidak berbeda nyata. Penilaian dari panelis dari segi warna, rasa dan overall madu yang telah
dikentalkan dengan masing-masing variasi suhu evaporasi dapat diterima oleh panelis dan sedikit lebih baik dari
madu kontrol.
Kata kunci: evaporator vakum, kadar air, sifat fisikokimia dan organoleptik

8 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012


PENDAHULUAN mengetahui kinerja alat tersebut perlu
dilakukan uji karakteristik alat sehingga
Sejak ribuan tahun yang lalu sampai dapat diketahui kinerja alat secara
sekarang ini, madu telah dikenal sebagai keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk
salah satu bahan makanan atau minuman mengetahui efisiensi dan laju penurunan
alami yang mempunyai peranan penting kadar air pada pengurang kadar air madu
dalam kehidupan. Madu telah banyak menggunakan sistem vakum dan kondensor,
dikembangkan dalam dunia industri mengetahui karakteristik fisikokimia dan
minuman, kesehatan, kosmetik dan sensori madu yang dihasilkan dibanding
farmakologi. Menurut Zahwa (2008) dengan kondisi madu awal, mengetahui
kandungan gizi utama adalah aneka senyawa pengaruh suhu penguapan terhadap sifat
karbohidrat seperti gula fruktosa, glukosa, fisikokimia dan sensori madu.
sukrosa, dan dekstrin. Kadar protein dalam
madu relatif kecil, namun kandungan asam METODE PENELITIAN
aminonya cukup beragam, baik asam amino
esensial maupun non-esensial. Mineral yang Penelitian dilakukan di Laboratorium
terkandung dalam madu antara lain kalium, Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan
natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, Hasil Pertanian, Jurusan/Program Studi
fosfor, dan sulfur. Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Selain kandungan gizinya, kualitas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
madu juga dipengaruhi oleh kadar air dalam Surakarta. Penelitian dilakukan dalam waktu
madu. Kadar air madu di Indonesia cukup 6 bulan. Bahan utama yang digunakan dalam
tinggi hal ini disebabkan salah satunya adalah penelitian ini adalah madu randu dan bahan
pengaruh kelembapan udara yang cukup pendukung lainnya. Alat utama yang
tinggi yaitu 60-80%, dan kondisi madu saat digunakan dalam penelitian ini adalah
panen di Indonesia rata-rata memiliki kadar evaporator dengan sistem vakum dan alat
air 25 29 %, itu artinya 8% di atas standar pendukung lainnya seperti hand
pasar internasional (Anonim, 2009a) dan juga refraktometer, viscometer Ostwald, dan
di atas Standar Nasional Indonesia (SNI) lainnya. Analisis sifat sensori dilakukan pada
Madu No. 013545 Tahun 1994 (kadar air akhir proses penguapan. Pengujian sifat
maksimal 22%). Tingginya kadar air tersebut sensoris diantaranya adalah aroma, warna dan
dapat menyebabkan kualitas madu lebih rasa dengan uji kesukaan. Analisis sensori
rendah, karena tidak tahan untuk disimpan. dilakukan menggunakan analisis diskriptif.
Pengurangan kadar air madu Perhitungan karakteristik alat adalah
bertujuan untuk meningkatkan mutu madu. untuk mengetahui performance dari vakum
Selain itu, pengurangan kadar air juga evaporator dalam proses pengurangan kadar
berakibat meningkatnya viskositas sehingga air madu. Karakteristik tersebut adalah
madu tidak mudah terfermentasi. Fermentasi efisiensi dan laju penurunan kadar air.
madu dalam kemasan pada jangka waktu Penghitungan tersebut dilakukan diantaranya
yang lama dapat merusak kemasan (pecah) dengan menghitung laju penurunan kadar air
dan juga mengakibatkan perubahan sensori dan efisiensi penguapan.
serta menurunkan kandungan gizi dalam Untuk mengetahui pengaruh suhu
madu yang mengakibatkan penurunan terhadap sifat fisikokimia madu digunakan
kualitas madu. rancangan penelitian menggunakan
Pengurangan kadar air madu dapat Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
dilakukan dengan berbagai alat. Salah perlakuan suhu penguapan. Pada penelitian
satunya adalah dengan sistem vakum ini digunakan 3 variasi suhu yaitu 40oC, 50
o
evaporator. Vakum evaporator biasa C dan 60 oC. Penguapan dilakukan selama 6
digunakan untuk produk yang bersifat cair jam. Kemudian data yang didapat dianalisis
salah satunya adalah madu. Telah dirancang
vacum evaporator yang digunakan untuk adalah kadar air, viskositas, pH, kadar gula
mengurangi kadar air madu. Untuk

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012 9


reduksi, kadar abu, kadar kalsium, dan kadar karbohidratnya, juga dipengaruhi oleh
magnesium serta uji sensori. sumber nektarnya. Madu randu memiliki rasa
yang manis. Manisnya madu ditentukan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN rasio karbohidrat yang terkandung dalam
nektar tanaman yang menjadi sumber madu.
Rasa madu bisa berubah bila disimpan pada
Sifat Organoleptik
kondisi yang tidak cocok dan suhu yang
Uji ini dilakukan dengan metode tinggi, yang mengakibatkan rasa madu
Multiple Comparation Test oleh 25 orang berubah menjadi agak masam (Suranto,
panelis tidak terlatih. Parameter yang 2007).
digunakan untuk pengujian sifat organoleptik Berdasarkan data Tabel 2, hasil uji
adalah warna, rasa dan overall. organoleptik kualitas rasa, tidak
Warna menunjukkan perbedaan yang nyata. Madu
setelah dikentalkan memiliki rasa sedikit
Hasil penerimaan panelis terhadap lebih baik dibanding kontrol. Hal ini
atribut warna dapat dilihat pada Tabel 1. dikarenakan kandungan glukosa dan fruktosa
Berdasarkan data hasil pengujian dalam madu yang dikentalkan meningkat.
atribut warna dari masing-masing variasi Proses evaporasi pada madu dengan vakum
suhu memperlihatkan hasil yang tidak bebeda evaporator dan dengan suhu yang terkontrol
nyata. Namun dari data yang didapat dari pada tekanan dibawah atmosfir, tidak
pengamatan panelis, madu yang dievaporasi merusak glukosa dan fruktosa.
pada suhu 40oC, 50 oC dan 60 oC Agar rasa madu menjadi tetap enak,
menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik maka pemanasan harus sesedikit mungkin
dari sampel kontrol (madu tanpa perlakuan dan madu sebaiknya ditutup rapat. Bila
evaporasi). Madu randu memiliki warna keadaan memungkinkan, madu sebaiknya
kuning kecoklatan, dan setelah dilakukan tidak mengalami pemanasan sama sekali
proses evaporasi warna madu menunjukkan (Winarno, 1982).
warna kuning kecoklatan yang lebih pekat.
Menurut Winarno (2007) proses evaporasi Overall
sangat berpengaruh terhadap warna larutan. Penilaian overall merupakan penilaian
Pada proses evaporasi, sebagian kadar air terhadap semua parameter yang dimaksudkan
yang terkandung dalam madu telah untuk mengetahui tingkat penerimaan
teruapkan, sehingga meningkatkan panelis. Hasil penerimaan terhadap kualitas
kandungan padatan yang terlarut dan keseluruhan (overall) ditunjukkan pada Tabel
menghasilkan warna yang lebih pekat 3.
Warna madu tergantung dari jenis Berdasarkan Tabel 3 ditunjukkan
tanaman asal dan sifat tanah, tetapi tingkatan bahwa madu yang telah dikentalkan dengan
pemanasan juga mempengaruhi warna. variasi suhu 40oC, 50oC, 60oC memiliki skor
Pemanasan madu yang lama akan mempertua yang mendekati 5. Artinya, madu yang
warna. Panas yang tinggi akan membentuk dikentalkan memiliki kualitas sedikit lebih
kerak gula yang bewarna coklat yang baik dibandingkan dengan kontrol. Hal ini
memberikan bau gosong pada madu. Warna dimungkinkan penerimaan panelis
madu tidak dapat dikatakan sebagai petunjuk berdasarkan perubahan sifat fisik pada madu
kualitas dari madu. Namun, warna yang yang telah dikentalkan. Warna dan rasa
semakin gelap dikatakan memiliki kandungan adalah yang paling penting dalam
mineral yang cukup tinggi. (Suranto, 2007). penerimaan madu oleh konsumen.
Rasa Pemanasan madu harus tepat agar tidak
merusak madu. Madu yang terpengaruh suhu
Hasil uji organoleptik parameter rasa terlalu tinggi warnanya makin gelap dan
yang dibandingkan dengan madu kontrol rasanya seperti zat terbakar. Pemanasan yang
dapat dilihat pada Tabel 2. berlebihan dan tidak terkontrol juga dapat
Rasa yang khas pada madu ditentukan menghilangkan aroma (Sihombing, 1997).
oleh kandungan asam organik dan
10 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik terhadap Warna pada Madu
Sampel Warna

Madu Evaporasi Suhu 40oC 4,80 ± 0,283a


Madu Evaporasi Suhu 50oC 5,16 ± 0,325a
Madu Evaporasi Suhu 60oC 5,36 ± 0,326a
Keterangan:
*Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada 0,05
*Skala nilai: 1= sangat lebih buruk dari kontrol. 2= cukup lebih buruk dari kontrol. 3= sedikit lebih buruk dari kontrol R.
4= sama dengan kontrol. 5= sedikit lebih baik dari kontrol. 6= cukup lebih baik dari kontrol. 7= sangat lebih baik dari
kontrol.

Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik terhadap Rasa pada Madu


Sampel Rasa
o
Madu Evaporasi Suhu 40 C 4,76 ± 0,202a
o
Madu Evaporasi Suhu 50 C 4,92 ± 0,310a
Madu Evaporasi Suhu 60oC 5,04 ± 0,324a
Keterangan:
*Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada 0,05
*Skala nilai: 1= sangat lebih buruk dari kontrol. 2= cukup lebih buruk dari kontrol. 3= sedikit lebih buruk dari kontrol R.
4= sama dengan kontrol. 5= sedikit lebih baik dari kontrol. 6= cukup lebih baik dari kontrol. 7= sangat lebih baik dari
kontrol.

Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik terhadap Overall pada Madu


Sampel Overall
o
Madu Evaporasi Suhu 40 C 5,00 ± 0,163a
Madu Evaporasi Suhu 50oC 4,92 ± 0,288a
o
Madu Evaporasi Suhu 60 C 5,40 ± 0,245a
Keterangan:
*Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada 0,05
*Skala nilai: 1= sangat lebih buruk dari kontrol. 2= cukup lebih buruk dari kontrol. 3= sedikit lebih buruk dari kontrol R.
4= sama dengan kontrol. 5= sedikit lebih baik dari kontrol. 6= cukup lebih baik dari kontrol. 7= sangat lebih baik dari
kontrol.

Karakteristik (1985), bagian air yang terdapat dalam bahan


basah terdiri dari air bebas, air terikat fisis
Karakteristik utama pada alat
dan air terikat secara kimia. Air bebas di
pengurang kadar air adalah kadar air akhir
nyatakan dengan aw (water activity),
proses penguapan dan efisiensi alat. Hasil
merupakan air pada permukaan bahan padat
akhir proses penguapan dapat dilihat pada
yang dapat dengan mudah dihilangkan dan
Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa
dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan
proses penguapan pada suhu 40 oC
mikroba. Hal ini sesuai menurut Rahardi
membutuhkan waktu 12 jam untuk mencapai
(2011) dalam proses penurunan kadar air
kadar air 21,9 %, pada suhu 50 oC
madu secara efisiensi dapat dilakukan dengan
membutuhkan waktu 7 jam untuk mencapai
suhu 60oC. Jadi, semakin rendah suhu yang
kadar air 21,8 % dan pada suhu 60 oC
digunakan maka waktu yang diperlukan
membutuhkan waktu 4 jam untuk mencapai
dalam menurunkan kadar air madu semakin
kadar air 22,0 %. Efisiensi masing-masing
lama dan sebaliknya. Akan tetapi,
berturut-turut adalah sebesar 31,6 %, 33,89 %
penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat
dan 39,6 %.
merusak kandungan gizi dalam madu yang
Interaksi gula yang kuat dengan
tidak tahan terhadap suhu tinggi.
molekul air dalam madu juga dapat
Faktor yang mempengaruhi mutu
mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
madu salah satunya adalah air. Jika kadar air
yang dapat menyebabkan terjadinya
dalam madu tinggi, maka selama
fermentasi dan mengakibatkan terjadinya
penyimpanan madu akan mengalami
kerusakan atau penurunan nilai gizi
fermentasi. Menurut Winarno (2007),
(Omafuvbe, 2009). Menurut Setijahartini
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012 11
Gambar 1. Penurunan Kadar Air Madu Selama Proses Evaporasi dengan Variasi Suhu

terjadinya fermentasi terutama karena juga dipengaruhi oleh sumber nektar


aktivitas ragi yang memang secara normal (Browning, 2010).
terdapat dalam madu.
Kadar Glukosa dan Fruktosa
Selain air yang bisa menurunkan
kualitas madu adalah pengemasan madu. Gula utama dari nektar adalah
Pada madu sebaiknya ditangani dan dikemas sukrosa. Selama proses pematangan, gula
dalam wadah atau tempat yang kedap nektar akan dipecah oleh aktivitas enzim
terhadap uap air, karena madu merupakan invertase menjadi bentuk gula sederhana
salah satu produk yang bersifat higroskopis. yaitu glukosa dan fruktosa. Standar mutu
Maka agar kondisi madu tetap baik, penutup madu dalam SNI salah satunya didasarkan
botolnya harus rapat dan dijauhkan dari pada kandungan gula pereduksi (glukosa dan
cahaya, ditambah dengan berbagai persiapan fruktosa) total yaitu minimal 65%. Pada
lainnya. penelitian ini diharapkan madu yang telah
dikentalkan tidak mengalami perubahan atau
kerusakan pada nilai gizinya. Kandungan
Sifat Fisikokimia glukosa dan fruktosa adalah nilai gizi utama
Viskositas pada madu yang memiliki tingkat kemanisan
lebih tinggi dibandingkan dengan gula
Viskositas adalah sifat dari cairan
sukrosa. Hasil analisis kadar glukosa dan
yang menunjukkan adanya hambatan-
fruktosa pada madu yang tanpa perlakuan
hambatan, artinya apabila didalam cairan
evaporasi dan madu yang telah dievaporasi
terdapat benda yang bergerak maka
dari tiap variasi suhu dari sampel madu awal
pergerakan dari benda dihambat oleh
yang sama ditunjukkan pada Tabel 5.
viskositas cairan. Makin besar nilai viskositas
Dalam penelitian ini dari tiap faktor
cairan, maka semakin besar hambatan yang
variasi suhu perlakuan evaporasi
diberikan (Sobbich, 2005). Hasil analisis
menggunakan sampel madu yang sama dan
viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.
dievaporasi dengan variasi suhu 40oC, 50oC
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
dan 60oC. Dari data Tabel 5 hasil analisis
viskositas berkisar antara 1,711 - 1,739
kadar glukosa dan fruktosa madu kontrol
Ns/m2. Nilai viskositas madu yang telah
(tanpa perlakuan) dengan madu yang
mengalami perlakuan lebih besar dibanding
dievaporasi dengan variasi suhu tidak
dengan kontrol (0,194 Ns/m2). Hasil analisis
terdapat perbedaan yang nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa besarnya viskositas
menunjukkan tidak terjadinya kerusakan
tidak berbeda nyata pada masing-masing
(caramelisasi) pada gula (glukosa dan
perlakuan, berbeda nyata dengan kontrol. Hal
fruktosa) dalam madu. Kadar glukosa
ini karena nilai viskositas sangat dipengaruhi
maupun fruktosa pada madu yang
oleh kadar air. Pada madu nilai viskositas

12 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012


Tabel 4. Hasil Analisis Viskositas Madu

Sampel Viskositas (Ns/m2)


Madu tanpa perlakuan 0,193 ± 0,003a
Madu Evaporasi Suhu 40oC 1,739 ± 0,022b
Madu Evaporasi Suhu 50oC 1,739 ± 0,014b
Madu Evaporasi Suhu 60oC 1,711 ± 0,013b
Keterangan:
*Superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada = 0,05*Superskrip yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata = 0,05

Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Glukosa dan Fruktosa


Sampel Glukosa (%) Fruktosa (%)
Madu tanpa perlakuan 40,74 ± 1,63a 43,32 ± 1,78a
Madu Evaporasi Suhu 40oC 41,36 ± 1,47a 43,82 ± 1,78a
o
Madu Evaporasi Suhu 50 C 41,11 ± 0,63a 43,86 ± 0,75a
Madu Evaporasi Suhu 60oC 41,17 ± 1,49a 43,70 ± 1,60a
Keterangan:
*Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada 0,05

dievaporasi menunjukkan sedikit Menurut Ratnayani (2008) kadar


peningkatan, karena komposisi madu yang glukosa dan fruktosa pada madu juga dapat
diuapkan sebagian besar adalah kadar air. mengindikasikan sifat madu. Pada madu
Sehingga zat padatan yang terlarut palsu, madu tersebut tidak memenuhi standar,
menunjukkan kenaikan, dalam hal ini adalah salah satunya kadar sukrosa yang melebihi
kandungan gulanya. ketentuan SNI atau total gula pereduksi
Gula reduksi atau gula sederhana kurang dari 60%. Akan tetapi pada beberapa
merupakan golongan monosakarida yang kasus madu palsu, kadar total gula pereduksi
mempunyai kemampuan mereduksi (glukosa dan fruktosa) masih dapat
(reduktor) yang berarti dia sendiri mengalami memenuhi ketetuan SNI. Ini disebabkan
oksidasi yang akan menghasilkan asam karena jika proses penyimpanan madu cukup
aldonat (aldonic acid) karena mempunyai lama, maka sukrosa yang terdapat pada madu
gugus aldehid (seperti glukosa) dan keton akan mengalami peruraian membentuk gula
(seperti fruktosa). Hasil analisis kadar yang lebih sederhana yaitu glukosa dan
glukosa dan fruktosa madu menunjukkan fruktosa.
bahwa sampel madu yang dianalisis telah
Kadar Abu
memenuhi ketentuan SNI. Kadar gula
pereduksi total pada madu kontrol (tanpa Hasil analisis kadar abu madu kontrol
perlakuan) sebesar 84,0622%, kadar gula dan yang telah dievaporasi dengan variasi
pereduksi pada madu yang telah dievaporasi suhu dapat dilihat pada Tabel 6.
dengan suhu 40oC sebesar 85,1806%, pada Berdasarkan Tabel 6, diketahui
madu yang dievaporasi dengan variasi suhu bahwa kadar abu madu kontrol tidak berbeda
50oC sebesar 84,9753% dan pada madu dengan kadar abu madu perlakuan. Kadar
dengan variasi suhu evaporasi 60oC kadar abu awal pada madu kotrol sebesar 0,1155%,
gula pereduksi total sebesar 84,8716%. pada madu yang setelah dievaporasi dengan
Menurut Suranto (2007) kadar glukosa pada suhu 40oC sebesar 0,1152%, madu yang
madu berkisar antara 22,89% - 44,26% dan setelah dievaporasi pada suhu 50oC sebesar
kadar fruktosa pada madu berkisar antara 0,1134%, dan kadar abu padu madu yang
30,91% - 44,26%. Dengan kadar gula setelah dievaporasi dengan variasi suhu 60oC
pereduksi (glukosa dan fruktosa) total adalah 0,1110%.
sedemikian, maka dapat meminimalisir akan Kadar abu pada madu yang
terjadinya fermentasi dalam madu. mengalami perlakuan evaporasi sedikit lebih
rendah dibanding dengan madu kontrol. Hal

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012 13


Tabel 6. Hasil Analisis Kadar Abu Madu
Sampel Abu (%)
Madu tanpa perlakuan 0,116 ± 0,007a
Madu Evaporasi Suhu 40oC 0,115 ± 0,005a
Madu Evaporasi Suhu 50oC 0,113 ± 0,012a
Madu Evaporasi Suhu 60oC 0,111 ± 0,022a
Keterangan:
*Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada 0,05

Tabel 7. Hasil Analisis Kadar Kalsium Madu


Sampel Kalsium (mg/100 g)
Madu tanpa perlakuan 15,98 ± 0,23a
Madu Evaporasi Suhu 40oC 16,30 ± 0,21a
o
Madu Evaporasi Suhu 50 C 16,17 ± 0,29a
Madu Evaporasi Suhu 60oC 16,06 ± 0,15a
Keterangan:
*Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada 0,05

ini dimungkinkan karena sifat fisik pada evaporasi suhu 50oC berkadar kalsium
madu yaitu tegangan permukan (Surface sebesar 16,1699 mg/100 gram, dan kadar
Tension) pada madu yang rendah dengan kalsium pada madu yang telah dievaporasi
kekentalan yang tinggi membuat madu dengan suhu 60oC sebesar 16,0565 mg/100
memiliki ciri khas membentuk busa apabila gram.
terkena pengaruh suhu tinggi (Insan, 2010). Kadar kalsium pada madu kontrol
Sehingga madu yang memiliki kekentalan (tanpa perlakuan) maupun madu yang telah
lebih besar akan mengalami sedikit dikentalkan dengan variasi suhu evaporasi
kehilangan komposisi madu pada saat sesuai teori menurut Suranto (2007) dan
pengabuan. Atau juga dimungkinkan proses Crane (1975) dalam Joseph (2007) yang
pembakaran pada madu yang dikentalkan menyatakan bahwa kadar kalsium pada madu
kurang begitu sempurna. Hasil analisis kadar berkisar antara 4 - 30 mg dalam 100 gram
abu pada madu masih berada dalam standar madu. Kadar kalsium pada madu juga
kualitas mutu SNI madu No. 01-3545-2004. dipengaruhi dari sumber nektar. Sumber
nektar berpengaruh pada warna madu, dari
Kadar Kalsium
beberapa ahli menyatakan bahwa madu yang
Madu merupakan produk makanan berwarna lebih gelap mengandung kadar
alami yang memiliki kandungan gizi yang mineral yang lebih tinggi dari pada madu
sangat lengkap. Kandungan gizi salah yang berwarna lebih terang (Warisno, 1996).
satunya adalah kadar kalsium yang
merupakan salah satu mineral dalam madu. Kadar Magnesium
Kandungan kalsium pada madu relatif sangat Madu memiliki kekayaan akan
kecil. Hasil analisis kadar kalsium padu madu nutrisi. Madu mengandung mineral yang
dapat dilihat pada Tabel 7. sangat lengkap dan kadarnya bervariasi.
Berdasarkan data Tabel 7, yang Elemen mineral dalam madu merupakan
menunjukkan kadar kalsium antara kontrol yang paling lengkap dan tinggi diantara
dan dan perlakuan tidak berbeda nyata. Pada produk organik lainnya. Biasanya madu yang
madu yang tanpa perlakuan berkadar kalsium berwarna gelap lebih kaya akan mineral
15,9824 mg/100 gram, sedangkan madu yang (Suranto, 2007). Salah satu mineral yang
setelah dikentalkan dengan proses evaporasi terkandung dalam madu adalah magnesium.
pada tiap variasi suhu mengalami sedikit Magnesium bermanfaat dalam membantu
kenaikan. Madu yang telah dievaporasi metabolisme tubuh. Magnesium juga
dengan suhu 40oC kadar kalsiumnya sebesar membantu menghindari pembekuan darah,
16,3007 mg/100 gram, madu dengan menurunkan tekanan darah, mencegah

14 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012


Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Magnesium Madu
Sampel Magnesium (mg/100 g)
Madu tanpa perlakuan 10,23 ± 0,27a
o
Madu Evaporasi Suhu 40 C 11,34 ± 0,49a
Madu Evaporasi Suhu 50oC 11,73 ± 0,70a
o
Madu Evaporasi Suhu 60 C 11,76 ± 0,42a
Keterangan:
*Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada 0,05

komplikasi yang berhubungan dengan dan waktu yang dibutuhkan 12 jam, 7 jam
diabetes, membantu memelihara kekuatan dan 4 jam dengan nilai kadar air 21, 8 22,4
tulang dan memberikan kontribusi untuk %. Nilai viskositas antara kontrol dan
harapan hidup yang lebih lama dengan perlakuan berbeda. Gula reduksi, kadar abu,
mengurangi resiko dari sakit jantung dan kadar kalsium, dan kadar magnesium tidak
membatasi efek dari radikal bebas. Hasil berbeda.
analisis kadar Magnesium pada madu dapat Saran
dilihat pada Tabel 8. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian
Berdasarkan data Tabel 8, dapat lebih lanjut dalam penggunaan suhu yang
dilihat bahwa kadar magnesium madu kontrol lebih bervariasi dalam mencari suhu yang
tanpa perlakuan evaporasi sebesar 10,2367 lebih efisien yang dapat dikembangkan dalam
mg/100 gram. Sedangkan madu yang telah skala industri serta aman dalam menjaga
dievaporasi dengan variasi suhu evaporasi komposisi gizinya. Serta penelitian lebih
40oC, 50oC dan 60oC masing-masing sebesar lanjut terhadap analisis kandungan gizi
11,3367 mg/100 gram, 11,7333 mg/100 gram seperti enzim invertase, HMF
dan 11,7633 dan mg/100 gram. Dari data (Hidroxymethylfurfural), kandungan vitamin
kadar magnesium dari masing-masing sampel pada madu yang telah dikentalkan dengan
madu tidak berbeda nyata. Madu yang telah evaporator sistem vakum.
dikentalkan dengan proses evaporasi pada
suhu yang terkontrol tidak mengurangi kadar DAFTAR PUSTAKA
magnesium pada madu.
Kadar magnesium madu kontrol dan Anonim. 2009a. Standard Mutu Madu Lebah
madu yang telah dikentalkan sesuai dengan Indonesia. http://www.
teori. Kadar magnesium dalam madu berkisar mustang89.com/literatur/78-literatur--
antara 7 13 mg/100 gram (Suranto, 2007; ternak-lainnya/306-standar-mutu-
Crane, 1975 dalam Joseph, 2007). Kadar madu-lebah-indonesia (Diakses pada
mineral dalam madu kandungannya sangat tanggal 2 November 2010)
kecil dan bervariasi, termasuk kadar Apriyantono, A; D.Fardiaz; Ni Luh
magnesium. Hal ini karena kadar mineral Puspitasari; Sedarnawati; S. Budiyanto.
dalam madu juga dipengaruhi oleh warna 1989. Analisis Pangan. Bogor: IPB
madu yang berasal dari sumber nektar bunga
yang diserap oleh lebah madu. Browning Zac, Clint Walker III, George
Hansen. 2010. Honey (Honey A
KESIMPULAN
Sweetener.
Kesimpulan http://www.docstoc.com/docs Honey-
Berdasarkan hasil penelitian dapat A-Reference-Guide-to-Natures-
diambil beberapa kesimpulan antara lain Sweetener (Diakses pada tanggal 30
adalah uji organoleptik (warna, rasa, dan November 2010).
keseluruhan) antara kontrol dan perlakukan Insan. 2010. Mengenal Madu. http://www.
tidak berbeda nyata. Efisiensi penguapan habbatsonline. Com /in /berita /artikel /
dengan menggunakan suhu 40 oC, 50 oC dan 344-mengenal-madu. html (Diakses
60 oC sebesar 31,6 %, 33,89 % dan 39,6 % pada tanggal 16 November 2010).

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012 15


Joseph Tchoumboue, Awah-Ndukum Julius, Sobbich, Entjie Mochamad dan B. Atedi.
Fonteh Florence A., Dongock N. 2005. Analisis Propagasi
Delphine, Pinta Jonnas and Mvondo Ze Ketidakpastian Pada Penentuan
Antoine. 2007. Physico-chemical and Viskositas Menggunakan Bola Jatuh.
microbiological characteristics of Jurnal Standarisasi Vol 7 No. 2, pp. 59-
honey from the sudano-guinean zone of 64.
West Cameroon. African Journal of Standar Nasional Indonesia. 2004. Madu.
Biotechnology Vol. 6 (7), pp. 908-913. SNI 01-3545-2004.
Muijohardjo, M. 1991. Alat dan Mesin Standar Nasional Indonesia. 1992. Cara Uji
Pengolahan Hasil Pertanian. Gula. SNI 01-2892-1992.
Yogyakarta: UGM.
Standar Nasional Indonesia. 2005. Cara Uji
Omafuvbe, B. O and O. O. Akanbi. 2009. Kadar Magnesium (Mg) dengan
Microbiological and physico-chemical Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
properties of some commercial SNI 06-6989.55-2005.
Nigerian honey. African Journal of
Microbiology Research Vol. 3(12) pp. Sudarmadji, S; B.Haryono dan Suhardi.
891-896 ISSN 1996-0808 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Edisi
Praptiningsih, Y. 2010. Evaporasi dan Keempat. Jakarta: Liberty.
Pengeringan. Handout. Jember: FTP
UNEJ. Sukartiko, A.B. 1986. Prosesing madu lebah.
Prosiding Lokakarya Pembudidayaan
Puspa, R.A. 2010. Evaporator dalam Industri lebah madu untuk peningkatan
Gula. kesejahteraan masyarakat, 20-22 Mei
http://www.scribd.com/doc/39472372/ 1986. Sukabumi.
maklh-pip-evaporator (Diakses pada
tanggal 21 Desember 2010). Suranto. 2007. Terapi Madu. Jakarta :
Penebar Plus.
Rahmad, A. 2010. Operasi Perpindahan
Kalor. Tugas Evaporasi Teknik Kimia Warisno. 1996. Budidaya Lebah Madu.
Fakultas Teknik Universitas Riau Yogyakarta: Kanisius.
Pekanbaru. Winarno, F. G. 1982. Madu: Teknologi,
Ratnayani, K., N. M. A. Dwi Adhi S., dan I Khasiat, dan Analisa. Bogor: Pusat
G. M. A. S. Gitadewi, 2008. Penentuan Pengembangan Teknologi Pangan.
Kadar Glukosa dan Fruktosa Pada Winarno, F. G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi.
Madu Randu dan Madu Kelengkeng Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dengan Metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 2 (2), pp. Zahwa. 2008. Manfaat Madu.
77-86. http://www.infobunda.com/pages/
newforum/posts.php?
Setyaningsih, D. 2010. Analisis Sensori topic=8338&setpages=1&start=0 (Diakses
untuk Industri Pangan dan Agro. pada tanggal 27 September 2010)
Bogor: Penerbit IPB Press.
Sholeh, M. 2010. Penguapan (Evaporator).
http:// mohammad sholeh. my blog
republika. com/penguapan-evaporator
(Diakses pada tanggal 30 November
2010).
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Lebah
Madu. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

16 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Februari 2012

You might also like