You are on page 1of 10

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)

DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan (JARSP)


Journal of Archive in Civil Engineering and Planning
E-ISSN: 2615-1340
Journal homepage: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP/index

ANALISIS PUSHOVER TERHADAP RESPON STRUKTUR DENGAN


ISSN: 2088-9860
MENGGUNAKAN BASE ISOLATOR
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
ISSN: 2088-9860
Fitry Hasdanitaa,*, Mochammad Afifuddinb, Muttaqin Muttaqinc
a Journal
Magister Teknik Sipil, Fakultas homepage:
Teknik, http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
Universitas Syiah kuala, Banda Aceh
b,c
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding author, email address: fitryhasdanita@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article History: The earthquake-resistant building is a concept in construction


Recieved 27 December 2017 technology that is in line with technology evolution. The idea of this
Recieved in revised from 01 March 2018
earthquake-resistant concept is to reduce the seismic force that might
Accepted 07 March 2018
work to the building structure instead of strengthening the structure
itself. The structural component for reducing the earthquake force is
called as a base isolator or seismic isolation. During seismic loading,
this component is expected to accept and minimize the earthquake
forces at a certain level without any significant damage to structure.
Keywords: This research is conducted to evaluate the response of the structure with
Pushover Analysis, Base Isolator, Lead
base isolator. Then, the influence of base isolator on building structure
Rubber Bearing, Fixed Base, Base
Isolated, Performance point is justified. Two (2) different types of structures, fixed base and base-
isolated structure with a variety of post-yield stiffness (K2), were
developed. The used type of base isolator is Lead Rubber Bearing
(LRB). The analysis is conducted in accordance with pushover analysis
method using SAP2000 v.19 program. The result suggested that the
building structure with base isolator extends the natural period of the
structure up to 1,380 times. The interstory drift of the base-isolated
structure is smaller than the fixed base structure. The use of base isolator
reduces the top displacement to an average of 21.93% for x- and
18.506% for y-direction. The overall structure performance evaluation
of fixed base and base-isolated structures is at Damage Control level.

©2018 Magister Teknik Sipil Unsyiah.All rights reserved

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi konstruksi, muncul konsep baru
mengenai bangunan tahan gempa. Gagasan dari konsep ini ialah bangunan tahan gempa tidak didesain
dengan memperkuat tahanan strukturnya terhadap gaya gempa, melainkan bagaimana cara mereduksi
gaya gempa yang bekerja pada bangunan tersebut atau menambah suatu sistem struktur yang dikhususkan
untuk menyerap sebagian energi gempa yang masuk kebangunan dan hanya sebagian kecil (sisanya)
dipikul oleh komponen struktur bangunan tersebut. Sistem struktur yang mampu mereduksi gaya gempa
ini dikenal dengan nama base isolator atau isolasi seismic (Erista D, 2011). Tujuan dari penelitian ini
mengevaluasi respon struktur akibat pengaruh penggunaan base isolator pada struktur gedung sebagai
alternatif pereduksi beban gempa. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan respon struktur fixed base.

169
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Berbasis Kenerja (Performance Based Design)
Menurut dewobroto (2005), bangunan pada daerah rawan gempa harus direncanakan mampu
bertahan terhadap gempa. Trend perencanaan yang terkini adalah performance based seismic design,
yang memanfaatkan teknik analisis nonlinear berbasis komputer untuk menganalisis perilaku inelastis
struktur dari berbagai macam intensitas gerakan tanah (gempa). Sehingga dapat diketahui kinerja pada
kondisi kritis. Selanjutnya dapat dilakukan tindakan bilamana tidak memenuhi persyaratan yang
diperlukan. Mengacu pada FEMA (Federal Emergency Management Agency) 273 (1997) yang menjadi
acuan klasik bagi perencanaan berbasis kinerja maka kategori level kinerja struktur, adalah IO (Immediate
Occupancy), LS (Life-Safety), CP (Collapse Prevention). Tingkat kinerja struktur yang diatur dalam
ATC40 (Aplplied Technology Council-40) adalah seperti pada Tabel 1.

Tabel 1
Tingkat Kinerja Struktur Menurut ATC40
Immediate
Interstory drift limit Damage Control Life safety Structural Stability
Occupancy
Maximum Total Drift 0.01 0.01-0.02 0.02 0.33 Vi/Pi
Maximum Inelastis Drift 0.005 0.005-0.015 No Limit No Limit
Sumber : ATC40

Menurut Wisnumurti et al (2008), analisis statik nonlinear pushover merupakan komponen


performance based design yang menjadi sarana dalam mencari kapasitas dari suatu struktur. Dasar
analisis dilakukan dengan peningkatan beban statik tertentu dalam arah lateral yang nilainya ditingkatkan
berangsur-angsur (incremental) secara proporsional pada struktur hingga mencapai target displacement
atau mencapai mekanisme diambang keruntuhan. Prosedur analisisnya akan menjelaskan bagaimana
mengidentifikasikan bagian-bagian dari bangunan yang akan mengalami kegagalan terlebih dahulu.
Performance point adalah titik dimana capacity sama dengan demand. Hasil dari analisis pushover
adalah kurva kapsitas (capacity curve). Agar kurva kapasitas dan kurva kebutuhan ini dapat dibandingkan
secara langsung, maka kurva kapasitas struktur harus digambarkan menjadi satu dengan kurva kebutuhan
dengan format Acceleration (Sa) dan Displacement (Sd), dan Response Spectrum (ADRS). Setelah
performance point diperoleh, dapat diketahui nilai simpangan antar tingkat dan sendi plastis untuk
berbagai periode ulang gempa. Selain itu, dapat ditentukan tingkat kinerja struktur dari simpangan antar
tingkat untuk berbagai periode ulang gempa. Proses pembentukan performance point dapat dilihat pada
Gambar 1.

2.2 Base Isolation System


Menurut Samsuryana (2011), base isolation sistem adalah desain alternatif untuk mengurangi resiko
kerusakan bangunan akibat gempa dengan cara mereduksi beban gempa yang bekerja pada bangunan.
Base isolator mempunyai kekakuan geser yang relatif kecil akan meningkatkan daya tahan bangunan
terhadap gempa. Bangunan memiliki waktu getar alami yang lebih panjang, sehingga percepatan gempa
yang bekerja pada bangunan tersebut menjadi lebih kecil. Dengan demikian gaya gempa yang bekerja
pada struktur atau bangunan tersebut menjadi berkurang atau tereduksi (Marsico, M.R, 2008). Disamping
itu, base isolator juga mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi semula saat terjadi gerakan
seismik. Contoh struktur bangunan base isolator seperti pada Gambar 1.

170
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

Gambar 1. Struktur dengan Base Isolator


(Sumber: Akhare dan Wankhade, 2014)

Menurut Naeim, F dan Kelly, J.M (1999), LRB adalah salah satu jenis base isolator yang telah
dikembangkan untuk memproteksi struktur dari bahaya gempa. LRB merupakan base isolator jenis
elastomeris rubber bearing yang terdiri dari beberapa lapisan karet alam atau sintetik yang mempunyai
nisbah redaman kritikal antara 2%5%. Dalam analisis struktur, LRB dapat dimodelkan sebagai model
bilinier dengan tiga (3) parameter yang menentukan karakteristik mekanisme dari LRB, yaitu: kekakuan
awal (K1), kekakuan pasca leleh (K2), dan kekakuan leleh dari inti timah (Q) seperti pada Gambar 2.
K1 memiliki nilai kekakuan yang cukup besar dan direncanakan untuk beban angin dan gempa kecil.
Nilai K1 sulit diukur dan biasanya diambil secara empiris dari kelipatan K2. Pada umumnya nilai K1
mencapai 6 s/d 10 kali kekakuan K2. Nilai K2 dapat diperkirakan secara akurat dari modulus geser karet
dan desain bearing.

Gambar 2. Kurva bilinier hysteresis loop,


parameter dasar yang menentukan
mekanisme LBR
(Sumber: Naeim, F dan Kelly, J.M, 1999)

Rasio antara K2 dengan K1 disebut post yield stiffness ratio (’) ditulis dengan Persamaan berikut:

𝛼 ′ = 𝐾2 ⁄𝐾1 (1)

Dimana: ’ : post yield stiffness ratio


K2 : kekakuan pasca leleh
K1 : kekakuan awal base isolator

Variasi nilai post yield stiffness rasio mempengaruhi K1, K2, dan kekauan efektif (Keff), sehingga
respon struktur yang dihasilkan akan bervarisi tergantung dari nilai post yield stiffness ratio yang
digunakan.

171
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

Keff dihitung dengan Persamaan:

𝑄
𝐾𝑒𝑓𝑓 = 𝐾2 + 𝐷 (2)

Dimana: Keff : kekakuan efektif


Q : kekuatan karakteristik
D : perpindahan maksimum yang terjadi pada slider isolator

2.3 Waktu Getar Alami Struktur


Menurut Budiono (2011), semakin besar periode struktur maka nilai kekakuan struktur semakin
kecil, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan SNI-1726-2012,terdapat dua nilai batas untuk periode
bangunan, yaitu nilai minimum periode bangunan (Ta minumum) dan nilai maksimum periode bangunan (Ta
maksimum).

Menurut Anonim (2012), penentuan simpangan antar lantai tingkat desain () harus dihitung sebagai
perbedaan defleksi pada pusat massa tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau seperti pada Gambar 3.
Apabila tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diizinkan untuk menghitung defleksi di tingkat dasar
berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat diatasnya.

Gambar 3. Penentuan Simpangan Antar Lantai


Berdasarkan SNI-03-1726-2012
(Sumber: SNI-1726-2012, 2012)

3. METODE PENELITIAN
3.1 Geometri Model
Gedung yang dianalisis merupakan bangunan gedung beton bertulang SRPMK 10 lantai dengan
tinggi setiap lantai 4 m. Pemodelan struktur dilakukan terhadap 2 kondisi yaitu, struktur gedung fixed
base dan base isolated. Fungsi gedung adalah untuk perkantoran dengan berjarak 5 km dari pantai,
diasumsikan terletak di Kota Banda Aceh dan bangunan terletak di kelas situs SD (tanah sedang). Gambar
geometri denah gedung ditunjukkan pada Gambar 4. Pemodelan struktur bangunan gedung dilakukan
dengan program SAP2000 v.19. Pada struktur base isolated terdiri dari 4 model dengan variasi nilai
kekakuan pasca leleh (𝐾2 ) seperti diuraikan pada Tabel 2.

172
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

Gambar 4. Denah Pemodelan Struktur


Tabel 2
Simulasi Pemodelan Struktur
No. Model Struktur ’ K2
1 Fixed base GTB
2 GBI 1 0.200 0.700
3 GBI 2 0.200 1.000
Base Isolated
4 GBI 3 0.200 1.200
5 GBI 4 0.200 1.400

Keterangan:
GTB : Struktur fixed base
GBI 1 : Struktur dengan base isolator tipe 1
GBI 2 : Struktur dengan base isolator tipe 2
GBI 3 : Struktur dengan base isolator tipe 3
GBI 4 : Strukturdengan base isolator tipe 4

3.2 Pemodelan Base isolator


langkah-langkah yang dijadikan dasar dalam memilih jenis LRB yang digunakan yaitu:
a. Menentukan gaya aksial maksimum bangunan dari struktur dari masing-masing kolom
berdasarkan beban-beban yang telah direncanakan sebelumnya;
b. Menentukan dimensi LRB yang digunakan berdasarkan gaya aksial maksimum kolom;
c. Menghitung redaman, tekuk dan stabilitas LRB

Penambahan parameter pada LRB dilakukan dengan kekakuan pasca leleh (K2) berdasarkan data
LRB yang digunakan. variasi nilai K2 yang digunakan adalah 0,7; 1,00; 1,20; dan 1,20 denagan ’ adalah
0,2. Simulasi pemodelan parameter LRB adalah seperti pada Tabel 2.

3.3 Analisis Pushover


Tahapan analisis pushover pada struktur fixed base dan base isolated adalah sebagai berikut:
a. Setelah struktur aman maka dilanjutkan dengan define properties sendi plastis pada elemen balok
dan kolom.
b. Menjalankan analisis pushover dangan SAP2000 v.19 secara otomatis;
c. Melakukan plot kurva pushover, performance point,
d. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada target perpindahan
merupakan hal utama dari perencanaan berbasis kinerja.

173
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Hasil analisis menunjukkan waktu getar alami struktur base isolated lebih besar dibandingkan
dengan struktur fixed based. Waktu getar alami struktur terjadi penurunan seiring dengan pertambahan
kekakuan awal pada base isolator. Grafik perbandingan waktu getar alami struktur fixed base dan base
isolated dapat lihat pada Gambar 5 berikut:

GBI 1 GBI 2 GBI 3 GBI 4

3,000
2,500 2,623
2,000 GTB 2,533 2,490 2,421
1,798
1,500
Perioda (s)

1,000
0,500
0,000
- 0,500 1,000 1,500
Kekakuan Pasca Leleh, K2 (kN/mm)
Fixed base
Base isolator…

Gambar 5. Grafik periode struktur fixed base dan base isolated dengan variasi nilai 𝑘2

Gambar 6 dan 7 menampilkan grafik perbandingan displacement struktur fixed base dan base
isolated. Displacement pada lantai dasar sruktur base isolated memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan srtuktur bangunan fixed base. Pada struktur fixed base dasar bangunan tidak terjadi
perpindahan karena ditahan oleh pondasi. Displacement terbesar pada GTB yaitu sebesar 0.343 m dalam
arah y, sedangkan pada struktur base isolated pada GB I yaitu 0.387 m dalam arah x.

10
9 ' = 0.20
8
7
6
Lantai

5 GTB
4 GBI 1 (K2 = 0.70)
3 GBI 2 (K2 = 0.10)
2 GBI 3 (K2 = 1.20)
1 GBI 4 (K2 = 1.40)
0
0,0000 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000
Displacement (m)
Gambar 6. Displacement Arah x

10
9 ' = 0.20
8
7
6 GTB
5
Lantai

4 GBI 1 (K2 = 0.70)


3 GBI 2 (K2 = 0.10)
2 GBI 3 (K2 = 1.20)
1 GBI 4 (K2 = 1.40)
0
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
Displacement (m)
Gambar 7. Displacement Arah y

174
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

Interstory drift dianalisis berdasarkan nilai target perpindahan yang telah diperoleh kemudian
dievaluasi berdasarkan persyaratan SNI 1726  2012. Perbandingan interstory drift arah x dan y struktur
fixed base dan base isolated dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Interstory drift lantai 1 dan 2 struktur
base isolated variasi nilai 𝐾2 lebih besar dari struktur fixed base. Pada lantai 3 sampai 10 interstory drift
struktur base isolated lebih kecil daripada struktur fixed base.

Hal ini dipengaruhi oleh adanya perpindahan dasar pada struktur akibat penggunaan base isolator.
Bangunan yang menggunakan base isolator memiliki nilai interstory drift lebih mendekati nol dari pada
struktur fixed based. Interstory drift maksimum struktur fixed base terjadi pada lantai 4 dan struktur base
isolated terjadi pada lantai 1. Dari hasil perhitungan interstory drift untuk struktur fixed base dan base
isalated untuk masing-masing model memenuhi persyaratan yang diizinkan SNI17262012.

11
10 ' = 0.20
9
8
7
6 GTB
5 GBI 1 (K2 = 0.70)
GBI 2 (K2 = 1.00)
Lantai

4
3 GBI 3 (K3 = 1.20)
2 GBI 4 (K2 = 1.40)
1 SNI-1726-2012
0
0,0000 0,0200 0,0400 0,0600 0,0800 0,1000

Interstory Drift (m)


Gambar 8. Interstory Drift Arah x

11
10 ' = 0.20
9
8
7
Lantai

6
5 GTB
4 GBI 1 (K2 = 0.70)
3 GBI 2 (K2 = 1.00)
2 GBI 3 (K2 = 1.20)
1 GBI 4 (K2 = 1.40)
0 SNI-1726-2012
0,0000 0,0200 0,0400 0,0600 0,0800 0,1000
Interstory Drift (m)

Gambar 9. Interstory Drift Arah y

Eveluasi kinerja menurut ATC40 berdasarkan nilai maksimum interstory drift seperti pada Tabel 1.
Interstory drift masksimum arah x dan y pada struktur fixed base dan base isolated dapat dilihat pada
Tabel 3. Mengacu pada ATC40 nilai interstory drift maksimum pada struktur fixed base dan base
isolated untuk arah x da y berada pada nilai 0.01 m  0.02 sehingga kinerja struktur berada pada level
Damage Control.

175
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

Tabel 3
Tingkat Kinerja Struktur Fixed Base dan Base Isolator Berdasarkan ATC40
ATC40
Model Struktur K2 Maksimum interstory Drift (m) Kriteria Kinerja Struktur
Arah x Arah y
Fixed base GTB - 0.013 0.014
GBI 1 0.700 0.016 0.018
GBI 2 1.000 0.015 0.016 Damage Control
Base isolated
GBI 3 1.200 0.016 0.016
GBI 4 1.400 0.016 0.016

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh seperti pada Gambar 7 menunjukkan penggunaan base
isolator dapat memperpanjang periode struktur bangunan. Peride struktur fixed base adalah 1.798 s
sedangkan pada strukur gedung base isolated (GBI 1; GBI 2; GBI 3; GBI 4) mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan nilai 𝐾2 . Penurunan nilai periode seiring dengan meningkatnya 𝐾2
menunjukkan semakin kaku suatu struktur maka periode semakin kecil. Peningkatan periode struktur
menyebabkan interstory drift dan gaya gempa yang bekerja pada bangunan menjadi lebih kecil.

Tabel 4
Peningkatan Periode Struktur Bangunan
K2
No. Model Struktur Perioda Peningkatan perioda
kN/mm (s) kali
1 Fixed base GTB - 1.798
2 GBI 1 0.700 2.623 1.459
3 GBI 2 1.000 2.533 1.409
Base isolated
4 GBI 3 1.200 2.490 1.385
5 GBI 4 1.400 2.421 1.347

Pada lantai dasar bangunan base isolated memiliki displacement yang lebih besar daripada bangunan
fixed base. Pada bangunan fixed base tidak terjadi perpindahan karena dasar bangunan ditahan oleh
pondasi. Perpindahan dasar pada bangunan dengan base isolator terjadi karena LRB yang terletak didasar
bangunan base isolator memiliki kekakuan yang lebih kecil dan sangat fleksibel dalam arah horizontal.
Displacement yang terjadi dalam arah x dan y ditinjau pada lantai 3 dan 6. Pada lantai 3 displacement
bangunan masih besar akibat perpindahan dasar bangunan oleh base isolator dibandingkan dengan
bangunan fixed base. Pada ke-6 nilai perpindahan pada tiap lantai bangunan base isolator tidak besar,
menandakan bentuk displacement tidak lagi mengikuti efek gempa.
Pemakaian base isolator pada bangunan akan memperbesar deformasi pada lantai dasar namun
memperkecil perbedaan simpangan tiap lantai, sehingga membuat bangunan bergerak sebagai satu
kesatuan struktur yang kaku ketika terjadi gempa. Hasil analisis top displacement diperoleh bahwa
bangunan base isolator dibandingkan dengan bangunan fixed base maka nilai displacement dapat
direduksi rata-rata mencapai 21.93% untuk arah x dan 18.506% pada arah y,
Berdasarkan Gambar Gambar 8 dan 9 interstory drift terbesar terjadi pada bangunan fixed base
kemudian diikuti bangunan dengan base isolator Interstory drift bangunan yang menggunakan base
isolator lebih kecil daripada bangunan fixed base untuk arah x dan y. Bangunan dengan base isolator
memiliki nilai simpangan antar lantai mendekati nol. Kerusakan bangunan dapat direduksi serta

176
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai partisipadi modal yang diinginkan. Bangunan
dengan sistem base isolator lebih baik digunakan daripada bangunan fixed base, terlebih pada daerah
rawan gempa yang memiliki skala besar.
Kinerja struktur dievaluasi berdasarkan nilai maksimum drift struktur ketika mencapai performance
point. Perbanding performance point untuk masing-masing model struktur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5
Perbandingan Performance Point
Performance Point

Model Struktur Pecepatan Spektra, g Perpindahan Spektra, m

Sumbu x Sumbu y Sumbu x Sumbu y


GTB 0.157 0.165 0.256 0.223
GBI 1 0.091 0.082 0.25 0.278
GBI 2 0.095 0.085 0.238 0.266
GBI 3 0.097 0.087 0.233 0.262
GBI 4 0.083 0.088 0.283 0.258

Mengacu pada ATC40 nilai interstory drift maksimum pada struktur fixed base dan base isolated
untuk arah x da y berada pada nilai 0,01  0,02 m sehingga kinerja struktur pada GTB; GBI 2; GBI 3; dan
GBI 4 berada pada level Damage Control.

5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan base isolator dengan pada struktur gedung dapat memperbesar periode alami struktur.
Peningkatan periode alami struktur dengan base isolator dibandingkan dengan struktur fixed base rata-
rata mencapai dan 1.380 kali;
2. Simpangan antar lantai (interstory drift) pada struktur dengan base isolator lebih kecil dibandingkan
dengan struktur fixed base baik dalam arah x maupun y. Hal ini menyebabkan gaya gempa yang
bekerja pada struktur menjadi lebih kecil.
3. Pemakaian isolator pada bangunan memperbesar perpindahan lateral (displacement) pada lantai dasar
namun memperkecil interstory drift, sehingga membuat bangunan bergerak sebagai satu kesatuan
struktur yang kaku ketika terjadi gempa.
4. Pemakaian isolator dapat mereduksi top displament rata-rata mencapai 21.93% untuk arah x dan
18.506% pada arah y,
5. Hasil eveluasi berdasarkan interstory drift maksimum. Interstory drift maksimum pada struktur fixed
base dan base isolated untuk arah x da y berada pada nilai 0.01 m  0.02 sehingga kinerja struktur
berada pada level Damage Control.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diberikan beberapa saran berikut:
1. Melakukan analisis pada struktur gedung tidak beraturan dengan menggunakan base isolator tipe lain
seperti Elactomeric Rubber Bearing (ERB), Friction Pendulum System (FPS), High Dumping Rubber
Bearing (HDRB);

177
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):169-178 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10374

2. Penggunaan base isolator pada struktur dengan sistem penahan gaya seismik lainnya, seperti Rangka
Baja Pemikul Momen Khusus

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan gempa untuk Struktur Banguna gedung dan Non
Gedung, SNI-03-1726-2012, Bandung.
Anonim, 2000, Prestandart and Commentary for The Seismic Rehabilitation of Building, FEMA-356 ,
Washington, D.C.
Anonim,1996, Seismic Evaliation and Retrofit of Concrete, Vol. 1, ACT-40, California.
Bisch, P., Carvalho, E., dan Degee, H., 2011, Seismic Design of Building Worked Examples, (EC 8),
Luxembourg, European Union.
Budiono, B dan Lucky.S, 2011, Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa Dengan Menggunakan
SNI-03-1726-2002 dan RSNI-03-1726-201x, Penerbit ITB, Bandung.
Dewobroto, W., 2005, Evaluasi Kinerja Portal Baja Tahan Gempa Dengan SAP2000, http:
wira@uph.edu.
Erista, D., 2011, Kajian Parameter Base Isolator Terhadap Respon Bangunan Akibat Gaya Gempa
dengan Menggunakan Analisis Riwayat Waktu, Tugas Akhir, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Marsico, M.R., Seismic Isolation and Energy Dissipation: Theorical Basis and Applications, Thesis,
Universitas Degli Studi di Napoli Federico II.
Naeim, F., and Kelly, J.M., 1999,Design of Seismic Isolated Structures: From Theory to Practice., Jhon
Wiley & Sons, Inc , New York.
Teruna, D.R, 2005, Analisis Respon Bangunan dengan Base Isolator Akibat Gaya Gempa, Jurnal Sistem
Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005 Hal. 58 s/d 63, Oktober 2005.
Yang, B.Y., Chang, C.K., dan Yau, D.J. (2003), Earthquake Engineering Handbook Chapter 17 Base
Isolation, National Taiwan University, Taipe.

178

You might also like