Professional Documents
Culture Documents
2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552
Abstract
Femur fracture is a loss of continuity of the femur, which can be caused by direct trauma to the
thigh or pathological factors. The main treatment for fractures is ORIF. Implementation of early
ambulation is important to prevent post ORIF complications. Objective: This study aims to analyze
the factors that influence early ambulation post ORIF in femoral fracture patients. Methods: The
study design was a cross-sectional retrospective approach with 82 respondents and data collection
using medical record data. The independent variables are education, sex, age, hemoglobin,
temperature, blood pressure, pain, fracture location, and time span of operation while the
dependent variable is early ambulation. The test used in multivariate is logistic regression test.
Results and discussion: Research shows education (p = 0,000), gender (p = 0.028), age (p =
0,000), Hb (p = 0.029), pain (p = 0.001), and location of the fracture (p = 0.007) , is an influential
factor. The multivariate model found the fracture location to be the most influencing factor in post
ORIF early ambulation in femur fracture patients with p = 0.023 and an OR value of 2.140.
Conclusion: This study recommends that nurses first examine the factors that influence early
ambulation, especially fracture location factors before providing post ORIF early ambulation
interventions in femur fracture patients.
Keywords: early ambulation, femoral fracture, post ORIF
Abstrak
Fraktur femur merupakan hilangnya kontinuitas tulang paha, yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung pada paha ataupun faktor patologis. Penatalaksanaan utama pada fraktur adalah ORIF.
Pelaksanaan ambulasi dini menjadi penting untuk mencegah terjadinya komplikasi post ORIF.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ambulasi dini Post
ORIFP ada Pasien Fraktur Femur. Desain penelitian adalah cross-sectional pendekatan retrospektif
dengan 82r esponden dan pengumpulan data menggunakan data rekammedik.Variabel independen
adalah pendidikan, jenis kelamin, usia, Hb, suhu,tekanan darah, nyeri, lokasifraktur, dan waktu
rentang operasi sementara variable dependen adalah ambulasi dini. Uji yang digunakan pada
multivariat adalah uji regresilogistic. Hasil dan pembahasan: Penelitian menunjukan pendidikan
(p=0,000), jenis kelamin (p=0,028), usia(p=0,000), Hb (p=0,029),nyeri (p=0,001), dan lokasi
fraktur (p=0,007), adalah faktor yang berpengaruh. Model multivariate didapatkan faktor lokasi
fraktur menjadi faktor yang paling mempengaruhi ambulasi dini post ORIF padapasienfraktur
femur denganp=0,023 dan nilai OR 2.140. Kesimpulan: Penelitian ini menyarankan perawat
mengkaji terlebih dahulu faktor yang mempengaruhi ambulasi dini khususnya faktor lokasi fraktur
sebelum memberikan intervensi ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur femur.
Kata Kunci :ambulasidini, fraktur femur, post ORIF
283
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552
sebanyak 16 dan tidak melakukan sebanyak proksimal menempati urutan tertinggi yaitu
15 dari 30 responden. Sedangkan penelitian 187 dan jenis kelamin terbanyak adalah
Satiadidapatkan 26 dari 30 responden tidak laki-laki dan usia paling banyak adalah
melakukan mobilisasi dini. diatas 31 tahun. Perawat menyatakan bahwa
Pelaksanaan mobilisasi dini dapat pasien dianjurkan melaksanakan ambulasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dini pada 24 jam post ORIF. Dari 5 pasien
pengetahuan, pendidikan, dukungan fraktur femur yang dilakukan tindakan
sosial,status perkembangan (usia dan jenis ORIF, sebanyak 4 pasien belum berani
kelamin), faktor fisiologis (lokasifraktur melakukan ambulasi dini pada 24 jam
dannyeri) faktor status mental (cemas dan pertama setelah tindakan ORIF. Mereka
motivasi).Kebanyakan pasien merasa takut mengatakan merasa takut untuk bergerak
untuk bergerak paska operasi fraktur karena karena merasa nyeri, 2 dari 5 pasien
merasa nyeri pada luka bekas operasi dan dilakukan tindakan ORIF setelah berobat ke
luka bekastrauma. Selanjutnya efek dari alternatif.
ORIFdapat menimbulkan hipotensi Berdasarkan faktor-faktor yang
ortostatik dimana pasien mengalami mempengaruhi ambulasi dini dan hasil
ketidakmampuan berat dengan karakteristik survey pendahuluan maka penulis tertarik
tekanan darah yang. Anemia mungkin untuk melakukan penelitian tentang faktor-
terjadi paska ORIF yang dapat faktor yang mempengaruhi ambulasi dini
mempengaruhi pasien pada saat latihan fisik post ORIF pada pasien fraktur femur.
dikarenakan cepat lelah, takikardi, palpitasi
METODE PENELITIAN
dan takipnea, perubahan status kesehatan Jenis penelitian ini merupakan
dapat mempengaruhi sistem penelitian analitik non-eksperimental
musculoskeletal dan sistem saraf berupa dengan rancangan penelitian cross-sectional
penurunan koordinasi yang mengakibatkan pendekatan retrospektif. Variabel
berkurangnya kemampuan seseorang untuk dependen pada penelitian ini adalah
melakukan aktifitas dan latihan. Hasil ambulasi dini sedangkan variabel
penelitian lain menyatakan bahwa faktor independen penelitian antara lain:
pendidikan dan usia menyebabkan karakteristik pasien, status kesehatan dan
perubahan pada kemampuan intelektual faktor fisiologis. Populasi pada penelitian
yang mempengaruhi perilaku dan ini semua pasien post ORIF pada fraktur
memberikan gambaran korelasi yang femur cara pengambilan sampel
signifikan dengan indeks menggunakan consecutive sampling dan
kemandirianPotter& Perry (2010). besar sampel adalah 82 responden yang
Kemudian operasi yang dilakukan sedini sesuai dengan kriteria inklusi. Analisa data
mungkin dalam 24 hingga 36 jam paska yang digunakan adalah univariat, bivariat
admisi ke rumah sakit memiliki indeks menggunakan uji chi-aquare dan
kemandirian aktifitas sehari hari yang lebih multivariat dengan uji regresi logistik.
baik dibandingkan dengan operasi yang
tertunda.
Hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Siaga
Medika Banyumas, didapatkan jumlah
pasien ORIF tahun 2019 bulan (Januari-
Oktober) sebanyak 632 pasien, dari jumlah
tersebut kasus fraktur femur menempati
jumlah terbanyak yaitu 309 pasien,
berdasarkan lokasinya fraktur femur
285
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552
suhu dengan ambulasi dini post operasi memperlihatkan bahwa kondisi kesehatan
dengan p-value = 0,341. Penelitian ini juga yang normal tidak mempengaruhi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pelaksanaan ambulasi dini pasien paska
Yanti (2009) bahwa tidak terdapat pengaruh operasi. Pada penelitian ini sebagian besar
antara suhu dengan pelaksanaan ambulasi responden memiliki tekanan darah normal
dini pasien paska operasi fraktur yang seharusnya memungkinkan untuk
ekstremitas bawah. melakukan ambulasi dini.
Pasien yang lemah tidak akan mampu Tidak semua pasien setelah
untuk melakukan latihan ambulasi, karena pembedahan dapat segera melakukan
ambulasi yang aman memerlukan mobilisasi dini, umumnya pasien post
keseimbangan dan kekuatan yang cukup operasi setelah 24 jam lebih memilih untuk
untuk menopang berat badan dan menjaga diam ditempat tidur (bedrest). Hipotensi
postur tubuhHoeman (2001). ortostatik sering menyebabkan pasien
kurang melakukan aktivitas seperti
f. Pengaruh tekanan darah terhadap ambulasi dini. Pada penelitian ini sebagian
ambulasi dini besar responden memiliki tekanan darah
Tabel 7. Pengaruh tekanan darah terhadap normal tetapi masih banyak yang tidak
ambulasi dini pasien post ORIF pada pasien melakukan ambulasi dini.
fraktur femur
Ambulasi Dini
TD Tidak Ya
Jumlah p g. Pengaruh nyeri terhadap ambulasi dini
f % f % f % Tabel 8. Pengaruh nyeri terhadap ambulasi
Hipotensi 2 2,4 3 3,7 5 6,1 0.301 dini pasien post ORIF pada pasien fraktur
Normotensi 28 31,2 34 41,4 62 72,6 femur
Hipertensi 10 15,2 5 6,1 15 21,3 Ambulasi Dini
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100 Jumlah p
Nyeri Tidak Ya
Tabel 7. Hasil penelitian menunjukan f % f % f %
bahwa dalam penelitian didapatkan hasil Ringan 4 4,9 8 9,7 12 14,6
pada responden dengan hipotensi sebesar 3 Sedang 19 23,2 31 37,8 50 61 0.001
(3,7%) yang melakukan ambulasi dini post Berat 17 20,7 3 3,7 20 24,4
ORIF pada pasien fraktur femur dan 2 Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100
(2,4%) tidak melakukan ambulasi dini post Tabel 8. menunjukan bahwa sebagian
besar nyeri responden dalam kategori sedang
ORIF pada pasien fraktur femur. Pada
yaitu 50 (61%) dan yang melakukan ambulasi
responden dengan tekanan darah normal dini post ORIF pada pasien fraktur femur
atau normotensi sebesar 34 (41,4%) sebesar 31 (37,8%) responden. Secara statistik
responden yang melakukan ambulasi dini penelitian ini menyatakan ada hubungan antara
post ORIF pada pasien fraktur femur nyeri dengan perilaku ambulasi dini post
sedangkan yang tidak melakukan sebanyak ORIFpada pasien fraktur femur dengan p 0,001.
28 (31,2%) responden. Selanjutnya pada Hasil penelitian ini sejalan dengan
responden dengan hipertensi terdapat 5 penelitian Martinah (2009) tentang pelaksanaan
(6,1%) responden yang melakukan ambulasi dini pada pasien post operasi dengan
ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur hasil ada hubungan yang bermakna antara nyeri
femur, dan sebesar 10 (15,2%) responden dengan terlaksananya ambulasi dinyatakan
dengan hasil statistik yaitu p-value = 0,01.
yang tidak melakukan ambulasi dini post Penelitian ini juga selaras dengan hasil
ORIF pada pasien fraktur femur. Secara penelitian Yunilda (2017) ada hubungan antara
statistik penelitian ini tas menyatakan tidak nyeri dengan pelaksanaan ambulasi dini p-value
ada hubungan antara tekanan darah dengan = 0,00.
perilaku ambulasi dini post ORIF pada Masalah sering terjadi post operasi adalah
pasien fraktur femur dengan p value 0,301. ketika pasien merasa terlalu sakit atau nyeri dan
Penelitian ini sejalan dengan faktor lain yang menyebabkan mereka tidak
penelitian Yanti (2010) yang mau melakukan ambulasi dini dan memilih
289
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552
untuk istirahat di tempat tidurKozier, merupakan fraktur yang paling sering di operasi
dkk(2010). Beberapa pasien menyatakan dengan fatality rate pasca operasi yang tinggi,
bahwa nyerinya lebih ringan dibanding sebelum serta menjadi beban ekonomi yang berat akibat
pembedahan dan hanya memerlukan jumlah biaya perawatan pasca trauma yang tinggi.
analgetik yang sedikit saja, harus diupayakan Alasan mengenai tingginya biaya perawatan,
segala usaha untuk mengurangi nyeri dan diakibatkan buruknya waktu penyembuhan
ketidaknyamanan. Obat harus diberikan segera pasien pasca operasi untuk kembali dapat
dalam interval yang ditentukan bila awitan nyeri melakukan mobilisasi secara mandiriCanale
dapat diramalkan misalnya ½ jam sebelum (2008)
aktivitas terencana seperti pemindahan dan Collum femur paling sempit ada pada
latihan ambulasiBrunner & Suddarth (2010). bagian tengahnya dan bagian paling lebar
Kebanyakan pasien merasa takut untuk adalah pada bagian lateral. Collum
bergerak setelah paska operasi fraktur karena menghubungkan caput terhadap corpus femur
merasa nyeri pada luka bekas operasi dan luka dengan sudut inklinasi (Neck Shaft Angle)
bekas trauma. Selanjutnya pasien yang kurang lebih 1250, hal ini memfailitasi
mengalami nyeri post operasi menjadi ragu pergerakan pada sendi coxae dimana tungkai
untuk melakukan batuk, nafas dalam, mengganti dapat mengayun secara bebas terhadap pelvis
posisi, ambulasi atau melakukan latihan yang
diperlukanSmeltzer& Bare (2013). i. Pengaruh waktu rentang operasi
terhadap ambulasi dini
h. Pengaruh lokasi fraktur terhadap Tabel 10. Pengaruh suhu terhadap ambulasi
ambulasi dini dini pasien post ORIF pada pasien fraktur
Tabel 9. Pengaruh lokasi fraktur terhadap femur
ambulasi dini pasien post ORIF pada pasien Ambulasi
Dini Jumlah p
fraktur femur W.R.O
Tidak Ya
Ambulasi
f % f % f %
Lokasi Dini Jumlah p
Cepat 20 24,4 28 34,1 48 58,5 0.126
Fraktur Tidak Ya
Lambat 20 24,4 14 17,1 34 41,5
f % f % f %
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100
Proksimal 26 31,7 13 15,8 39 47,6
Medial 7 8,5 18 22 25 30,5 0.007 Tabel 10. Menujukkan tidak ada hubungan
Distal 7 8,5 11 13,4 18 21,9 antara waktu rentang operasi dengan
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100 perilaku ambulasi dini post ORIF pada
Tabel 9. menujukkanbahwa sebagian pasien fraktur femur dengan p = 0,126
besar lokasi fraktur responden adalah pada Menurut Potter& Perry (2010) pada
bagian proksimal yaitu sebesar 39 (47,6%) dan penelitianya The Timing Of Surgery For
yang tidak melakukan ambulasi dini post ORIF Proximal Femoral Fracture bahwa dari 4
pada pasien fraktur femur sebesar 26 (31,7%). karakteristik responden berdasarkan waktu
Secara statistik penelitian ini menunjukan ada admisi operasi hasilnya yaitu rata-rata
pengaruh antara lokasi fraktur dengan perilaku mobilisasi untuk group <24 jam adalah 5,3
ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur group 24 s/d 47 jam nilai rata-rata mobilisasinya
femur dengan p 0,007. adalah 4,8 group 48 s/d 72 jam adalah 5,5 dan
Femur merupakan tulang paling panjang group >72 jam nilai rata-rata mobilisasinya
dan kuat dan yang dapat dibagi menjadi 3 adalah 4,5.
bagian: proksimal, median, dan distal. Bagian Waktu dilakukannya pembedahan adalah
proksimal terdiri dari kepala, leher, dan salah satu faktor yang dapat dimodifikasi serta
trochanter35.Kepala femur terdapat dalam memiliki dampak terhadap kemampuan pasien
acetabulum pada pelvis.Kepala femur untuk kembali ke aktivitas sehari-hari.Hubungan
mempunyai ukuran yang bervariasi tergantung antara waktu dilakukannya pembedahan fraktur
proporsi IMT (Indeks Massa Tubuh) dan kira- proksimal femur dengan hasil akhir operasi telah
kira berdiamater kisaran 38-58 mm menutupi menjadi subjek penelitian untuk waktu yang
ligamen kartilago dengan rata-rata ketebalannya lama.Waktu penundaan operasi yang singkat
3-4 mm2.Pada fraktur intertrochanter berkaitan dengan penurunan tingkat komplikasi
290
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552
292