You are on page 1of 10

Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No.

2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ambulasi Dini Post


ORIF pada Pasien Fraktur Femur Study Retrospektif
Giat Wantoro1, Muflihatul Muniroh2, Henni Kusuma3
1
Prodi SI Keperawatan STIKes Baiturrahim Jambi
2
Prodi SI KedokteranUNDIP Semarang
3
Prodi S1 Keperawatan UNDIP Semarang
Email: giatwantoro@gmail.com

Submitted : 06/08/2020 Accepted: 20/08/2020 Published: 07/09/2020

Abstract
Femur fracture is a loss of continuity of the femur, which can be caused by direct trauma to the
thigh or pathological factors. The main treatment for fractures is ORIF. Implementation of early
ambulation is important to prevent post ORIF complications. Objective: This study aims to analyze
the factors that influence early ambulation post ORIF in femoral fracture patients. Methods: The
study design was a cross-sectional retrospective approach with 82 respondents and data collection
using medical record data. The independent variables are education, sex, age, hemoglobin,
temperature, blood pressure, pain, fracture location, and time span of operation while the
dependent variable is early ambulation. The test used in multivariate is logistic regression test.
Results and discussion: Research shows education (p = 0,000), gender (p = 0.028), age (p =
0,000), Hb (p = 0.029), pain (p = 0.001), and location of the fracture (p = 0.007) , is an influential
factor. The multivariate model found the fracture location to be the most influencing factor in post
ORIF early ambulation in femur fracture patients with p = 0.023 and an OR value of 2.140.
Conclusion: This study recommends that nurses first examine the factors that influence early
ambulation, especially fracture location factors before providing post ORIF early ambulation
interventions in femur fracture patients.
Keywords: early ambulation, femoral fracture, post ORIF

Abstrak
Fraktur femur merupakan hilangnya kontinuitas tulang paha, yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung pada paha ataupun faktor patologis. Penatalaksanaan utama pada fraktur adalah ORIF.
Pelaksanaan ambulasi dini menjadi penting untuk mencegah terjadinya komplikasi post ORIF.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ambulasi dini Post
ORIFP ada Pasien Fraktur Femur. Desain penelitian adalah cross-sectional pendekatan retrospektif
dengan 82r esponden dan pengumpulan data menggunakan data rekammedik.Variabel independen
adalah pendidikan, jenis kelamin, usia, Hb, suhu,tekanan darah, nyeri, lokasifraktur, dan waktu
rentang operasi sementara variable dependen adalah ambulasi dini. Uji yang digunakan pada
multivariat adalah uji regresilogistic. Hasil dan pembahasan: Penelitian menunjukan pendidikan
(p=0,000), jenis kelamin (p=0,028), usia(p=0,000), Hb (p=0,029),nyeri (p=0,001), dan lokasi
fraktur (p=0,007), adalah faktor yang berpengaruh. Model multivariate didapatkan faktor lokasi
fraktur menjadi faktor yang paling mempengaruhi ambulasi dini post ORIF padapasienfraktur
femur denganp=0,023 dan nilai OR 2.140. Kesimpulan: Penelitian ini menyarankan perawat
mengkaji terlebih dahulu faktor yang mempengaruhi ambulasi dini khususnya faktor lokasi fraktur
sebelum memberikan intervensi ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur femur.
Kata Kunci :ambulasidini, fraktur femur, post ORIF

283
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

PENDAHULUAN pembuluh darah dan saraf yang berada


Fraktur femur merupakan diskontinuitas didekatnya,dapat mencapai stabilitas fiksasi
dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat yang memadai, dan tidak perlu berulang
trauma baik secara langsung ataupun tidak kali memasang gips atau alat-alat stabilisasi
langsung dan apabila terjadi patah pada lainnyaPrice & Wilson, (2012).
tulang ini bisa menimbulkan perdarahan Permasalahan yang timbul dari
yang cukup banyak bahkan bisa tindakan ORIF berkaitan dengan nyeri,
mengakibatkan syok, morbiditas yang lama gangguan perfusi jaringan, gangguan
dan juga kecacatan apabila tidak mobilitas fisik, dan gangguan konsep
mendapatkan penanganan yang diri.Penatalaksanaan fraktur tersebut dapat
baik.Diantara pasien fraktur femur terdapat mengakibatkan masalah atau komplikasi
1% yang menderita kecacatan menetap dan seperti baal, nyeri, kekakuan otot, bengkak
30% mengalami kecacatan yang bersifat atau edema, keterbatasan lingkup gerak,
sementara.Fraktur saat ini merupakan penurunan kekuatan otot, penurunan
penyakit muskuloskeletal yang banyak di aktivitas fungsional serta pucat pada
jumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan anggota gerak yang di operasi.Masalah
di seluruh duniaObaidurrahman,et,all tersebut dapat dicegah dengan ambulasi dini
(2013). pasca pembedahanSmeltzer& Bare (2013).
Insiden fraktur di dunia menurut WHO Mobilisasi dini merupakan usaha atau
terdapat 21 juta orang.Sementara di kemampuan pasien setelah operasi untuk
Indonesia sekitar 8 juta orang mengalami bergerak dengan tujuan untuk memenuhi
kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
berbeda dan penyebab yang berbeda.Di kesehatannya sesuai dengan kondisi pasien
Provinsi Jawa Tengah angka kejadian tersebut. Beberapa literatur menyebutkan
fraktur juga cukup tinggi yaitu sebanyak bahwa pentingnya melakukan mobilisasi
496.000 kasus. Berdasarkan data dari dini yaitu untuk memperbaiki sirkulasi,
Rekam Medik RSU Siaga Medika mencegah terjadinya masalah atau
Banyumas jumlah pasien fraktur yang komplikasi setelah operasi serta
dirawat inap pada tahun 2019 sebanyak mempercepat proses pemulihan pasien.
2914 orang, dan persentase fraktur femur Hasil dari beberapa penelitian menunjukan
menjadi yang terbanyak dibandingkan bahwa ambulasi dini meningkatkan
dengan fraktur yang lain yaitu sebesar 39% pemenuhan Activity of Daily Living
Depkes RI (2013). (ADL),memperpendek lama hari rawat
Penatalaksanaan utama yang sering pasien post ORIF, selanjutnya ambulasi dini
dilaksanakan pada kasus fraktur femur juga meningkatkan kekuatan otot dan
untuk memulihkan fungsi normal adalah mengurangi nyeriKeehan, ett,all ( 2014).
tindakan pemasangan Open Reduction Hampir semua jenis pembedahan,
Internal fixatie (ORIF).ORIF adalah sebuah setelah 24 jam dianjurkan untuk melakukan
prosedur bedah medis, yang tindakannya mobilisasi sesegera mungkin.Kenyataannya
mengacu pada operasi terbuka untuk tidak semua pasien setelah pembedahan
mengatur tulang kembali pada posisi dapat segera melakukan mobilisasi dini,
anatominya.Fiksasi internal mengacu pada umumnya pasien post operasi setelah 24
fiksasi Plate and Screw untuk memfasilitasi jam lebih memilih untuk diam ditempat
penyembuhanBrunner&Sudarth(2010). tidur (bedrest)Smeltzer & Bare (2013).
Penatalaksanaan bedah patah tulang ini Hasil penelitian Tita menunjukan bahwa
paling banyak keunggulannya seperti implementasi mobilisasi dini yang
ketelitian reposisi fragmen-fragmen tulang dilakukan oleh perawat pada pasien post
yang patah,kesempatan untuk memeriksa ORIF fraktur ekstremitas bawah yaitu
perawat melakukan mobilisasi dini
284
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

sebanyak 16 dan tidak melakukan sebanyak proksimal menempati urutan tertinggi yaitu
15 dari 30 responden. Sedangkan penelitian 187 dan jenis kelamin terbanyak adalah
Satiadidapatkan 26 dari 30 responden tidak laki-laki dan usia paling banyak adalah
melakukan mobilisasi dini. diatas 31 tahun. Perawat menyatakan bahwa
Pelaksanaan mobilisasi dini dapat pasien dianjurkan melaksanakan ambulasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dini pada 24 jam post ORIF. Dari 5 pasien
pengetahuan, pendidikan, dukungan fraktur femur yang dilakukan tindakan
sosial,status perkembangan (usia dan jenis ORIF, sebanyak 4 pasien belum berani
kelamin), faktor fisiologis (lokasifraktur melakukan ambulasi dini pada 24 jam
dannyeri) faktor status mental (cemas dan pertama setelah tindakan ORIF. Mereka
motivasi).Kebanyakan pasien merasa takut mengatakan merasa takut untuk bergerak
untuk bergerak paska operasi fraktur karena karena merasa nyeri, 2 dari 5 pasien
merasa nyeri pada luka bekas operasi dan dilakukan tindakan ORIF setelah berobat ke
luka bekastrauma. Selanjutnya efek dari alternatif.
ORIFdapat menimbulkan hipotensi Berdasarkan faktor-faktor yang
ortostatik dimana pasien mengalami mempengaruhi ambulasi dini dan hasil
ketidakmampuan berat dengan karakteristik survey pendahuluan maka penulis tertarik
tekanan darah yang. Anemia mungkin untuk melakukan penelitian tentang faktor-
terjadi paska ORIF yang dapat faktor yang mempengaruhi ambulasi dini
mempengaruhi pasien pada saat latihan fisik post ORIF pada pasien fraktur femur.
dikarenakan cepat lelah, takikardi, palpitasi
METODE PENELITIAN
dan takipnea, perubahan status kesehatan Jenis penelitian ini merupakan
dapat mempengaruhi sistem penelitian analitik non-eksperimental
musculoskeletal dan sistem saraf berupa dengan rancangan penelitian cross-sectional
penurunan koordinasi yang mengakibatkan pendekatan retrospektif. Variabel
berkurangnya kemampuan seseorang untuk dependen pada penelitian ini adalah
melakukan aktifitas dan latihan. Hasil ambulasi dini sedangkan variabel
penelitian lain menyatakan bahwa faktor independen penelitian antara lain:
pendidikan dan usia menyebabkan karakteristik pasien, status kesehatan dan
perubahan pada kemampuan intelektual faktor fisiologis. Populasi pada penelitian
yang mempengaruhi perilaku dan ini semua pasien post ORIF pada fraktur
memberikan gambaran korelasi yang femur cara pengambilan sampel
signifikan dengan indeks menggunakan consecutive sampling dan
kemandirianPotter& Perry (2010). besar sampel adalah 82 responden yang
Kemudian operasi yang dilakukan sedini sesuai dengan kriteria inklusi. Analisa data
mungkin dalam 24 hingga 36 jam paska yang digunakan adalah univariat, bivariat
admisi ke rumah sakit memiliki indeks menggunakan uji chi-aquare dan
kemandirian aktifitas sehari hari yang lebih multivariat dengan uji regresi logistik.
baik dibandingkan dengan operasi yang
tertunda.
Hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Siaga
Medika Banyumas, didapatkan jumlah
pasien ORIF tahun 2019 bulan (Januari-
Oktober) sebanyak 632 pasien, dari jumlah
tersebut kasus fraktur femur menempati
jumlah terbanyak yaitu 309 pasien,
berdasarkan lokasinya fraktur femur

285
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

HASIL DAN PEMBAHASAN kategori anemia berjumlah 71 (86,6%),suhu


A. Univariat responden terbesar adalah pada kategori
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden suhu normal yaitu sebesar 78
Variable f % (95,1%)tekanan darah responden terbesar
Pendidikan adalah pada kategori dengan nilai
SD 31 37,8 normotensi sebesar 62 responden
SMP 10 12,2
SMA 33 40,2 (75,6%),tingkat nyeri terbesar adalah pada
PT 8 9,8 kategori sedang yaitu sebesar 50
Jenis Kelamin (61,0%),lokasi fraktur terbesar adalah pada
Laki-laki 47 57,3 kategori lokasi fraktur di area proksimal
Perempuan 35 42,7 yaitu sebesar 39 (47,6%), waktu rentang
Usia operasi terbessar adalah pada kategori
Remaja 10 12,2 responden dengan waktu rentang operasi
Dewasa 49 59,8 cepat yaitu sebesar 48 (58,5%) dan
Lansia 23 28,0 distribusi frekuensi terbesar pada variabel
HB ambulasi dini adalah pada kategori
Normal 11 13,4 melakukan ambulasi dini sebanyak 42
Anemia 71 86,6
responden (51,2%)
Suhu
Hipotermi 3 3,7
Normal 78 95,1 B. Bivariat
Hipertermi 1 1,2 a. Pengaruh pendidikan terhadap
Tekanan Darah ambulasi dini
Normotensi 62 75,6 Tabel 2. Pengaruh pendidikan terhadap
Hipotensi 5 6,1 ambulasi dini pasien post ORIF pada pasien
Hipertensi 15 18,3 fraktur femur
Nyeri Ambulasi
Jumlah
Pendi- Dini
Ringan 12 14,6
dikan Tidak Ya p
Sedang 50 61,0
f % f % f %
Berat 20 24,4 SD 24 29,3 7 8,5 31 37,8 0.000
Lokasi Fraktur SMP 3 3,7 7 8,5 10 12,2
Proksimal 39 47,6 SMA 7 8,5 26 31,7 33 40,2
Medial 25 30,5 PT 6 7,3 2 2,4 8 9,7
Distal 18 22,0 Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100
W.R.O Tabel 2 menujukkan Hasil penelitian
Cepat 48 58,5 ini sebagian besar tingkat pendidikan
Lambat 34 41,5 responden adalah pada tingkat SMA yaitu
Ambulasi Dini sebesar 33 responden (40,2%) dan yang
Tidak dilakukan 40 48,8 melakukan ambulasi dini sebesar 26
Dilakukan 42 51,2
(31,7%). Hasil uji chi-square didapatkan
Total 82 100
p=0,000 menunjukan ada pengaruh yang
Tabel 1 diatas menunjukan bahwa responden
dengan tingkat pendidikan terakhir terbesar significan antara variabel tingkat
adalah pada tingkat pendidikan SMA yaitu pendidikan dengan ambulasi dini post ORIF
sejumlah 33 responden (40,2%),jenis kelamin pada pasien fraktur femur.
dengan distribusi frekuensi terbesar adalah Menurut Notoadmodjo(2010)
pada laki-laki yaitu sebesar47 responden mengatakan bahwatingkat pendidikan
(57,3%), tingkat usia responden terbanyak seseorang akanmempengaruhi
adalah pada tingkat usia dewasa yaitu sebesar pengetahuannya. Pendidikandapat
49 responden (59,8%),kadar haemoglobin membawa wawasan atau
terbesar adalah pada responden dengan pengetahuanseseorang yang mempunyai
286
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

tingkat pendidikanyang tinggi akan melakukan ambulasi dini dibandingkan


mempunyai pengetahuanyang luas bila laki-laki, laki-laki lebih aktif dan ekploratif
dibandingkan dengan tingkatpendidikan sedngkan perempun lebih sensitif.
yang lebih rendah Jenis kelamin laki-laki memiliki
Menurut Bruner &Suddarth(2002) kekuatan otot yang lebih baik dibandingkan
menyatakan bahwa pasien yang sudah perempuan, sehingga pada pelaksanaan
diajarkan mengenai gangguan ambulasi dini, laki-laki akan lebih kuat
muskuloskeletal akan mengalami dalam melakukan setiap tahap ambulasi.
peningkatan alternatif penanganan.
Informasi mengenai apa yang diharapkan c. Pengaruh usia terhadap ambulasi dini
termasuk sensasi selama dan setelah Tabel 4. Pengaruh usiaterhadap ambulasi
penanganan misalnya adanya balutanh dini pasien post ORIF pada pasien fraktur
dapat memberanikan pasien untuk femur
Ambulasi
berpartisipasi secara aktif dalam Dini
Jumlah p
pengembangan dan penerapan perawatan. Usia
Tidak Ya
Tingkat pendidikan yang semakin f % f % f %
tinggi disertai dengan pemahaman tentang remaja 0 0 10 12,2 10 12,2 0.000
pentingnya mobilisasi juga akan dewasa 17 20,7 32 39 49 59,7
Lansia 23 28,1 0 0 23 28,1
meningkatkan kemampuan klien melakukan
Jumlah 40 48.8 42 51,2 82 100
mobilisasi. Klien dengan tingkat pendidikan
Tabel 4. menunjukan bahwa sebagian
rendah membutuhkan edukasi yang lebih
besar usia responden dengan kategori
ekstra dari tenaga kesehatan untuk
rentang usia dewasa yaitu 49 responden
memahamkan pentingnya mobilisasi.
(59,7%) dan yang melakukan sebanyak 32
responden (39%). Hasil uji chi-square
b. Pengaruh jenis kelamin terhadap
didapatkan p=0,000 dimana nilai p-
ambulasi dini
value<0,05 menunjukan ada pengaruh
Tabel 3. Pengaruh jenis kelamin terhadap
ambulasi dini pasien post ORIF pada pasien antara variabel usia dengan ambulasi dini
fraktur femur post ORIF pada pasien fraktur femur
Ambulasi Dini Jumlah p Hasil penelitian ini sejalan dengan
Jenis
Kelamin
Tidak Ya penelitian Tuti (2013) tentang factor-faktor
f % f % f % yang mempengaruhi motivasi ambulasi dini
Laki-laki 18 22 29 35,4 47 57,4 0.028 bahwa usia mempengaruhi motivasi
perempuan 22 26,8 13 15,8 35 42,6
pelaksanaan ambulasi dini dengan p= 0,001
Jumlah 40 48 42 51,2 82 100
,8 Seorang anak akan berbeda tingkat
Tabel 3. menunjukan bahwa sebagian besar kemampuan ambulasinya dibandingkan
jenis kelamin responden adalah laki-laki 47 dengan seorang remaja. Usia berpengaruh
(57,4%) dan yang melakukan ambulasi dini terhadap kemampuan seseorang dalam
sebesar 29 (35,4%). Hasil uji chi-square melakukan ambulasi. Pada individu lansia,
didapatkan p=0,028 menunjukan ada kemampuan untuk melakukan aktivitas dari
pengaruh yang significan antara variabel ambulasi menurun sejalan dengan penuaan.
jenis kelamin dengan ambulasi dini post pada orang dewasa berpendapat bahwa
ORIF pada pasien fraktur femur mobilisasi merupakan sesuatu yang harus
Penelitian ini sejalan dengan penelitian mereka lakukan setelah tindakan
tuti (2013) dimana terdapat hubungan pembedahan selesai dilakukan. Pasien
antara jenis kelamin dengan ambulasi dini dewasa tua menganggap bahwa mobilisasi
dengan nilai p-value 0,001.Berkaitan pasca bedah dengan resiko terjadinya nyeri
dengan ambulasi dini perempuan lebih merupakan komponen alamiah yang harus
cemas akan ketidakmampuannya mereka terima dari penyembuhan sehingga
287
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

keluhan sering diabaikanKozier (2010). juga akan mengalami defisiensi protein,


Faktor yang dapat mempengaruhi orang keseimbangan nitrogen dan tidak
yang berusia dewasa melakukan mobilisasi adekuatnya vitamin C sehingga
pasca bedah adalah rasa takut akan mempengaruhi kemampuan mobilisasi atau
kehilangan kemandirian. Orang dewasa aktifitas Kozier (2010).
cenderung tidak mau menyusahkan orang Trauma ataupun metode operasi pada
lain dan berusaha semaksimal mungkin fraktur batang femur yang menimbulkan
untuk melakukan apapun secara perdarahan akut dalam jumlah besar, bisa
mandiriLeMone & Burke(2008). menimbulkan penurunan kadar hemoglobin
akibat ketidakmampuan tubuh
d. Pengaruh Hb terhadap ambulasi dini memproduksi sel darah merah yang
Tabel 5. Pengaruh Hb terhadap ambulasi cukupNagra, ett,all (2016).Jadi pasien yang
dini pasien post ORIF pada pasien fraktur mengalami anemia penurunan Hb tidak
femur akan tahan melakukan ambulasi karena
Ambulasi
Jumlah p cepat lelah dan pusing. Ini juga sejalan
Dini
HB
Tidak Ya dengan pendapat Potter & Perry yang
f % f % f % menyatakan bahwa seseorang yang
Normal 2 2,4 9 11 11 13,4 0.029 mengalami sakit kepala ringan, pusing,
Anemia 38 46,4 33 40,2 71 86,6 kelemahan, kelelahan, kehilangan energi,
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100 dispnue dan hampir pingsan kurang mampu
Tabel 5. menunjukan bahwa sebagian untuk melakukan aktivitas seperti
besar responden dengan kategori anemia ambulasiKozier (2010). kelelahan yang
yaitu sebesar 71 (86,6%) dan yang tidak berlebihan bisa menyebabkan pasien jatuh
melakukan ambulasi dini post ORIF pada atau mengalami ketidak seimbangan pada
pasien fraktur femur sebesar 38 (46,4%) saat latihan
responden. .Hasil uji chi-square didapatkan e. Pengaruh suhu terhadap ambulasi dini
p=0,029 dimana nilai p- <0,05 menunjukan Tabel 6. Pengaruh Hb terhadap ambulasi
ada pengaruh antara hb dengan ambulasi dini pasien post ORIF pada pasien fraktur
dini post ORIF pada pasien fraktur femur. femur
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ambulasi Dini
Jumlah p
Suhu Tidak Ya
penelitian yanti (2009) tentang faktor-faktor f % f % f %
yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi Hipotermi 3 3,6 0 0 3 3,6
dini pasien paska operasi fraktur ekstremitas Normal 36 44 42 51,2 78 95,2 0.110
bawah, dimana hasil penelitian menunjukan Hipertermi 1 1,2 0 0 1 1,2
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100
ada pengaruh Hb dengan pelaksanaan
Tabel 6. bahwa sebagian besar suhu
ambulasi dini dengan p-value = 0,026.
responden dalam kategori normal yaitu 78
Seseorang dengan nutrisi kurang, akan
(95,1%), dan yang tidak melakukan
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot
ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur
yang berdampak pada penurunan aktivitas
femur sebesar 36 (44%) responden. Hasil
dan pergerakan. Setiap orang dalam
uji chi-square didapatkan p=0,110 dimana
melakukan mobilisasi jelas memerlukan
nilai p- >0,05 menunjukan tidak ada
tenaga dan energi, orang yang sedang sakit
pengaruh antara suhu dengan ambulasi dini
akan berbeda mobilitasnya dibandingkan
postORIF pada pasien fraktur femur.
orang yang sehat. Pasien dengan anemia
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
menunjukan adanya defisit atau tidak
Hernawily (2012) tentang faktor yang
adekuatnya nutrisi, sehingga sering
berkontribusi pada pelaksanaan ambulasi
mengalami atropi otot, penurunan jaringan
dini pasien fraktur ekstremitas bawah
subkutan yang serius, dan gangguan
dengan hasil tidak terdapat hubungan antara
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien
288
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

suhu dengan ambulasi dini post operasi memperlihatkan bahwa kondisi kesehatan
dengan p-value = 0,341. Penelitian ini juga yang normal tidak mempengaruhi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pelaksanaan ambulasi dini pasien paska
Yanti (2009) bahwa tidak terdapat pengaruh operasi. Pada penelitian ini sebagian besar
antara suhu dengan pelaksanaan ambulasi responden memiliki tekanan darah normal
dini pasien paska operasi fraktur yang seharusnya memungkinkan untuk
ekstremitas bawah. melakukan ambulasi dini.
Pasien yang lemah tidak akan mampu Tidak semua pasien setelah
untuk melakukan latihan ambulasi, karena pembedahan dapat segera melakukan
ambulasi yang aman memerlukan mobilisasi dini, umumnya pasien post
keseimbangan dan kekuatan yang cukup operasi setelah 24 jam lebih memilih untuk
untuk menopang berat badan dan menjaga diam ditempat tidur (bedrest). Hipotensi
postur tubuhHoeman (2001). ortostatik sering menyebabkan pasien
kurang melakukan aktivitas seperti
f. Pengaruh tekanan darah terhadap ambulasi dini. Pada penelitian ini sebagian
ambulasi dini besar responden memiliki tekanan darah
Tabel 7. Pengaruh tekanan darah terhadap normal tetapi masih banyak yang tidak
ambulasi dini pasien post ORIF pada pasien melakukan ambulasi dini.
fraktur femur
Ambulasi Dini
TD Tidak Ya
Jumlah p g. Pengaruh nyeri terhadap ambulasi dini
f % f % f % Tabel 8. Pengaruh nyeri terhadap ambulasi
Hipotensi 2 2,4 3 3,7 5 6,1 0.301 dini pasien post ORIF pada pasien fraktur
Normotensi 28 31,2 34 41,4 62 72,6 femur
Hipertensi 10 15,2 5 6,1 15 21,3 Ambulasi Dini
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100 Jumlah p
Nyeri Tidak Ya
Tabel 7. Hasil penelitian menunjukan f % f % f %
bahwa dalam penelitian didapatkan hasil Ringan 4 4,9 8 9,7 12 14,6
pada responden dengan hipotensi sebesar 3 Sedang 19 23,2 31 37,8 50 61 0.001
(3,7%) yang melakukan ambulasi dini post Berat 17 20,7 3 3,7 20 24,4
ORIF pada pasien fraktur femur dan 2 Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100
(2,4%) tidak melakukan ambulasi dini post Tabel 8. menunjukan bahwa sebagian
besar nyeri responden dalam kategori sedang
ORIF pada pasien fraktur femur. Pada
yaitu 50 (61%) dan yang melakukan ambulasi
responden dengan tekanan darah normal dini post ORIF pada pasien fraktur femur
atau normotensi sebesar 34 (41,4%) sebesar 31 (37,8%) responden. Secara statistik
responden yang melakukan ambulasi dini penelitian ini menyatakan ada hubungan antara
post ORIF pada pasien fraktur femur nyeri dengan perilaku ambulasi dini post
sedangkan yang tidak melakukan sebanyak ORIFpada pasien fraktur femur dengan p 0,001.
28 (31,2%) responden. Selanjutnya pada Hasil penelitian ini sejalan dengan
responden dengan hipertensi terdapat 5 penelitian Martinah (2009) tentang pelaksanaan
(6,1%) responden yang melakukan ambulasi dini pada pasien post operasi dengan
ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur hasil ada hubungan yang bermakna antara nyeri
femur, dan sebesar 10 (15,2%) responden dengan terlaksananya ambulasi dinyatakan
dengan hasil statistik yaitu p-value = 0,01.
yang tidak melakukan ambulasi dini post Penelitian ini juga selaras dengan hasil
ORIF pada pasien fraktur femur. Secara penelitian Yunilda (2017) ada hubungan antara
statistik penelitian ini tas menyatakan tidak nyeri dengan pelaksanaan ambulasi dini p-value
ada hubungan antara tekanan darah dengan = 0,00.
perilaku ambulasi dini post ORIF pada Masalah sering terjadi post operasi adalah
pasien fraktur femur dengan p value 0,301. ketika pasien merasa terlalu sakit atau nyeri dan
Penelitian ini sejalan dengan faktor lain yang menyebabkan mereka tidak
penelitian Yanti (2010) yang mau melakukan ambulasi dini dan memilih
289
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

untuk istirahat di tempat tidurKozier, merupakan fraktur yang paling sering di operasi
dkk(2010). Beberapa pasien menyatakan dengan fatality rate pasca operasi yang tinggi,
bahwa nyerinya lebih ringan dibanding sebelum serta menjadi beban ekonomi yang berat akibat
pembedahan dan hanya memerlukan jumlah biaya perawatan pasca trauma yang tinggi.
analgetik yang sedikit saja, harus diupayakan Alasan mengenai tingginya biaya perawatan,
segala usaha untuk mengurangi nyeri dan diakibatkan buruknya waktu penyembuhan
ketidaknyamanan. Obat harus diberikan segera pasien pasca operasi untuk kembali dapat
dalam interval yang ditentukan bila awitan nyeri melakukan mobilisasi secara mandiriCanale
dapat diramalkan misalnya ½ jam sebelum (2008)
aktivitas terencana seperti pemindahan dan Collum femur paling sempit ada pada
latihan ambulasiBrunner & Suddarth (2010). bagian tengahnya dan bagian paling lebar
Kebanyakan pasien merasa takut untuk adalah pada bagian lateral. Collum
bergerak setelah paska operasi fraktur karena menghubungkan caput terhadap corpus femur
merasa nyeri pada luka bekas operasi dan luka dengan sudut inklinasi (Neck Shaft Angle)
bekas trauma. Selanjutnya pasien yang kurang lebih 1250, hal ini memfailitasi
mengalami nyeri post operasi menjadi ragu pergerakan pada sendi coxae dimana tungkai
untuk melakukan batuk, nafas dalam, mengganti dapat mengayun secara bebas terhadap pelvis
posisi, ambulasi atau melakukan latihan yang
diperlukanSmeltzer& Bare (2013). i. Pengaruh waktu rentang operasi
terhadap ambulasi dini
h. Pengaruh lokasi fraktur terhadap Tabel 10. Pengaruh suhu terhadap ambulasi
ambulasi dini dini pasien post ORIF pada pasien fraktur
Tabel 9. Pengaruh lokasi fraktur terhadap femur
ambulasi dini pasien post ORIF pada pasien Ambulasi
Dini Jumlah p
fraktur femur W.R.O
Tidak Ya
Ambulasi
f % f % f %
Lokasi Dini Jumlah p
Cepat 20 24,4 28 34,1 48 58,5 0.126
Fraktur Tidak Ya
Lambat 20 24,4 14 17,1 34 41,5
f % f % f %
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100
Proksimal 26 31,7 13 15,8 39 47,6
Medial 7 8,5 18 22 25 30,5 0.007 Tabel 10. Menujukkan tidak ada hubungan
Distal 7 8,5 11 13,4 18 21,9 antara waktu rentang operasi dengan
Jumlah 40 48,8 42 51,2 82 100 perilaku ambulasi dini post ORIF pada
Tabel 9. menujukkanbahwa sebagian pasien fraktur femur dengan p = 0,126
besar lokasi fraktur responden adalah pada Menurut Potter& Perry (2010) pada
bagian proksimal yaitu sebesar 39 (47,6%) dan penelitianya The Timing Of Surgery For
yang tidak melakukan ambulasi dini post ORIF Proximal Femoral Fracture bahwa dari 4
pada pasien fraktur femur sebesar 26 (31,7%). karakteristik responden berdasarkan waktu
Secara statistik penelitian ini menunjukan ada admisi operasi hasilnya yaitu rata-rata
pengaruh antara lokasi fraktur dengan perilaku mobilisasi untuk group <24 jam adalah 5,3
ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur group 24 s/d 47 jam nilai rata-rata mobilisasinya
femur dengan p 0,007. adalah 4,8 group 48 s/d 72 jam adalah 5,5 dan
Femur merupakan tulang paling panjang group >72 jam nilai rata-rata mobilisasinya
dan kuat dan yang dapat dibagi menjadi 3 adalah 4,5.
bagian: proksimal, median, dan distal. Bagian Waktu dilakukannya pembedahan adalah
proksimal terdiri dari kepala, leher, dan salah satu faktor yang dapat dimodifikasi serta
trochanter35.Kepala femur terdapat dalam memiliki dampak terhadap kemampuan pasien
acetabulum pada pelvis.Kepala femur untuk kembali ke aktivitas sehari-hari.Hubungan
mempunyai ukuran yang bervariasi tergantung antara waktu dilakukannya pembedahan fraktur
proporsi IMT (Indeks Massa Tubuh) dan kira- proksimal femur dengan hasil akhir operasi telah
kira berdiamater kisaran 38-58 mm menutupi menjadi subjek penelitian untuk waktu yang
ligamen kartilago dengan rata-rata ketebalannya lama.Waktu penundaan operasi yang singkat
3-4 mm2.Pada fraktur intertrochanter berkaitan dengan penurunan tingkat komplikasi
290
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

paska operasi.Telah dipublikasikan bahwa Diharapkan bagi perawat untuk mengkaji


operasi yang dilakukan sedini mungkin (dalam 24 faktor-faktor apa saja dan faktor yang paling
hingga 36 jam paska admisi ke rumah sakit) dominan yang mempengaruhi pelaksanaan
berhubungan dengan komplikasi paska operasi ambulasi dini post ORIF pada pasien fraktur
yang lebih minimal (pneumoni, konfusi, ulkus femur sebelum memberikan intervensi ambulasi
decubitus) dan waktu tinggal di rumah sakit yang dini.
lebih singkat.Namun, operasi yang dini tidak
memperpanjang harapan hidup pasien.Hal ini DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Amer Brunner & Sudarth, B.A.R. (2010). Buku
bahwa penundaan waktu operasi akan Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi
menyebabkan waktu imobilisasi yang lebih ke 12. Jakarta :EGC
panjang dan dapat menginduksi proses atrofi pada
Canale T, Beaty JH. (2008). Campbell’s
otot (Zuckerman J.D, 1995).
Operative Orthopaedic: Fracture of the
Hip (11th Ed). Philadelphia: Mosby
C. Multivariat
Elsevier.
Tabel 11. Hasil analisis Regresi Logistik
95,0% C.I.for
Hernawily. (2012). Faktor Yang
Variabel Sig. Exp EXP(B) Berkontribusi Pada Pelaksanaan
Lower Upper Ambulasi Dini Pasien Fraktur
Hb .014 .101 .016 .624 Ekstremitas Bawah. Jurnal
Nyeri .002 .230 .089 .591 Keperawatan, Volume VIII, No. 2,
Lokasi
.023 2.140 1.113 4.117 Oktober 2012. ISSN 1907 - 0357
Fraktur
Constant .006 450.438 Hoeman, S.P. 2001. Rehabilitation nursing
Tabel 4.30 menujukkan bahwa dari keseluruhan (process application & out comes). (3th
proses analisis yang telah dilakukan dapat edition). United States of America:
disimpulkan bahwa dari 7 (tujuh) variabel Mosby Inc.
independent yang diduga berpengaruh Keehan, R., Kendrick, E., Flavell, E.,
terhadap ambulasi dini post ORIF pada Deglurkar, M. 2014. Enhanced recovery
pasien fraktur femur ternyata hanya ada 3 for fractured neck of femur: a report of 3
(tiga) yang secara signifikan berpengaruh cases. Geriatric orthopaedic surgery &
yaitu variabel Hb (p value = 0.014), nyeri (p rehabilitation. Vol. 5 (2), 37 – 42.
value = 0.002) dan LF (p value = 0.023). Kozier, B., dkk. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
SIMPULAN proses, & praktik (7th ed, 2nd vol.).
Berdasarkan hasil penelitian yang Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
dilakukan pada 82responden post ORIF pada LeMone, P, & Burke.(2008). Medical
pasien fraktur femur di RSU Siaga Medika surgical nursing : Critical thinking in
Banyumas didapatkankesimpulan :sebagian clientcare.( 4th ed). Pearson Prentice
besar responden melakukan ambulasi dini post Hall : New Jersey
ORIF pada pasien fraktur femur. Hasil uji Martinah(2009). Pelaksanaan Ambulasi dini
regresi logistik didapatkan 3 faktor yang
pada pasien post operasi, Palembang
berpengaruh secara significan yaitu faktor Hb
dengan nilai p=0,014 dan dengan OR 0,101, Nagra, N. S, van Popta, D, Whiteside, S, &
kemudian faktor nyeri p = 0,002 dengan OR Holt, E. M. (2016). analysis of
0,230 dan lokasi fraktur yang paling postoperative hemoglobin levels in
berpengaruh terhadap ambulasi dini post ORIF patients with a fractured neck of femur.
pada pasien fraktur femur. Faktor lokasi fraktur Acta Orthopaedica et Traumatologica
memiliki ods ratio p = 0.023, dengan nilai OR Turcica, 50(5), 507–513
2.140 dan dapat disimpulkan bahwa lokasi Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
fraktur merupakan factor yang paling penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
berpengaruh terhadap ambulasi dini post ORIF Cipta
pada pasien fraktur femur.
291
Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No. 2, September 2020
Doi: 10.36565/jab.v9i2.273
p-ISSN :2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

Obaidurrahman,et,all. 2013. Patern of


Femoral Fractures . Journal of
Rawalpindi Medical College (JRMC).
Vol 17. no 1
Price & Wilson, 2012. Patofisiologi: konsep
klinis proses-proses penyakit.Jakarta:
EGC
Potter, P.A. & Perry, AG. 2010. Fundamental
keperawatan, Edisi 7,Buku 2 Jakarta:
EGC
Satia. 2011. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi
Dini Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah
Smeltzer, SC & Bare BG. (2013). Buku ajar
keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC
Tita. 2013. Gambaran implementasi
mobilisasi dini oleh perawat pada klien
post operasi fraktur ekstremitas bawah di
RSUP Fatmawati
Tuti, dkk. (2013). Analisis factor-faktor yang
berhubungan dengan motivasi mobilisasi
dini pada pasien pasca bedah digestif di
RSUD Serang
Yanti, N. M (2009). Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
PelaksanaanAmbulasi Dini Pasien Paska
Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di
rinduB3 RSUP. H Adam Malik Medan
Yunilda, dkk. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan
Ambulasi Dini Pada Pasien Post Operasi
Diruang Rawat InapRsi Siti Khadijah
Palembang
Zuckerman J.D. (1995). Postoperative
Complications and Mortality Associated
with Operative Delay in Older Patients
Who Have a Fracture of the Hip. The
Journal of Bone and Joint Surgery, 77-
A(10): 1551-1556.

292

You might also like