You are on page 1of 8

Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021

DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

Pengaruh Range Of Motion Aktif terhadap Pemulihan Kekuatan


Otot dan Sendi Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas di Wilayah Kerja
Puskemas Muara Kumpeh
Rino M1, Jufri Al Fajri2
1,2
Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi
Email : Rino.malvino20@yahoo.com

Submitted : 11/01/2021 Accepted: 10/09/2021 Published: 15/09/2021

Abstract
Fracture is a break in bone continuity and is determined according to its type and extent (Anita,
2015). Fractures caused by injuries include falls, traffic accidents and trauma to sharp or blunt
objects. The trend of injury prevalence shows an increase from 7.5% in 2017 to 8.2% in 2018
(Kemenkes RI, 2018). This research is a quantitative research with pre-experimental research
methods with one group pretest and posttest research design. This study was conducted to
determine the effect of restoring muscle and joint strength in post-op patients with limb fracture in
the working area of Muara Kumpeh puskemas. The research time is planned to be carried out on
July 15, 2020 in the working area of the Muara Kumpeh Health Center. The population in this
study was Post op fracture with a number of 84 people. The sample in this study was 15 people
using purposive sampling method. Data collection was carried out by observing the respondents
MMT (Manual Muscle Testing). research using the T-Test. The results showed that the average
value of muscle and joint strength recovery in post-op limb fracture patients before therapy was
30.20 Mean while the average value of muscle and joint strength recovery in post-op limb fracture
patients after being given therapy was 35.80 and the results showed The effect of restoring muscle
and joint strength in post-op limb fracture patients in the working area of Muara Kumpeh Health
Center with p-value (0,000) <α = 0.05. The conclusion of this study is the importance of ROOM
therapy in post-op expression fracture patients. It is hoped that it can be used for patients to
improve muscle strength systems and better recovery of mobilization activities.
Keywords: fracture, , patiens, ROM

Abstrak
Fraktur adalah terputusnya konstinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Anita,
2015). Kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena terjatuh, kecelakaan lalu lintas
dan trauma benda tajam atau tumpul. Kecenderungan prevalensi cedera menunjukkan kenaikan dari
7,5 % pada tahun 2017 menjadi 8,2% pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian pre eksperiment dengan desain
penelitian one group pretest dan posttest. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh
pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien post op fraktur ekstremitas di Wilayah kerja puskemas
Muara Kumpeh. Waktu penelitian di lakukan pada bulan Juli 2020 di wilayah kerja puskemas
muara kumpeh. Populasi adalah pasien Post op Fraktur dengan jumlah 84 orang. Sampel dalam
penelitian adalah 15 orang dengan menggunakan metode pengambilan sampel Purposive
Sampling.Pengumpulan data dilakukan dengan observasi MMT (Manual Muscle Testing) kepada
responden. Penelitian menggunakan uji T-Test Hasil penelitian di ketahui bahwa nilai rata-rata
pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien post op fraktur ekstremitas sebelum diberikan terapi
adalah 30.20 Mean sedangkan nilai rata-rata pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien post op
fraktur ekstremitas sesudah diberikan terapi adalah 35.80 dan hasil penelitian menujukan ada
Pengaruh pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien post op fraktur ekstremitas di Wilayah kerja
puskemas Muara Kumpeh dengan p-value (0,000) <α=0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
pentingnya terapi ROOM pada pasien Post Op Fraktur Ekstermitas diharapkan dapat digunakan
bagi pasien meningkat sistem kekuatan otot dan pemulihan aktivitas mobilisasi lebih baik.
Kata kunci: fraktur, pasien, ROM

1
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021
DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

PENDAHULUAN atas, tungkai bawah, tangan dan kaki


Pembedahan atau operasi merupakan (Windiarto, 2016).
tindakan pengobatan dengan menggunakan Berdasarkan 34 Provinsi yang ada di
teknik invasif dimana dilakukan sayatan pada Indonesia, tindakan operasi fraktur ekstremitas
bagian tubuh yang akan ditangani dan diakhiri paling tinggi ada pada Provinsi Bali (3.065),
dengan penutupan dengan jahitan luka. disusul setelahnya DKI Jakarta (2.780), Jawa
Tindakan pembedahan bertujuan untuk Timur (2.655), Jawa Tengah (2.576) dan Jambi
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan (2.443) (Depkes RI, 2018). Dari 19
dan komplikasi (Safitri, 2015). Kabupaten/Kota yang ada di Jambi, Kota Jambi
Data World Health Organization (WHO) merupakan daerah yang persentase rumah
(2018) menunjukkan bahwa selama lebih dari sakitnya paling banyak melakukan tindakan
satu abad perawatan bedah sudah menjadi operasi fraktur ekstremitas (20,3%), disusul
komponen penting dari perawatan kesehatan di setelahnya Dharmasraya (16,2%) dan Pasaman
seluruh dunia.Diperkirakan 234,2 juta prosedur Barat (11,5%) yang telah mengalami kenaikan
operasi dilakukan setiap tahun (Safitri, 2018). 1,3% bila dibandingkan dengan tahun
Tindakan pembedahan atau operasi terbanyak sebelumnya (Riskesdas, 2018).
di rumah sakit seluruh dunia adalah akibat Banyak dampak negatif dari kejadian
insiden kecelakaan, yaitu operasi fraktur dengan fraktur ekstremitas. Menurut Oktasari (2013),
persentase 35,6% dan sisanya operasi kasus dari 2.700 orang mengalami insiden fraktur
lainnya. ekstremitas, 56% penderita mengalami
Fraktur adalah terputusnya konstinuitas kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15%
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya mengalami kesembuhan dan 5% mengalami
(Anita, 2015). Fraktur dibagi atas fraktur gangguan psikologis atau depresi terhadap
terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka adanya kejadian fraktur. Kerusakan frakmen
merupakan suatu fraktur dimana terjadi tulang ekstremitas memberikan menifestasi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit. pada hambatan mobilisasi fisik dan akan diikuti
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit dengan adanya spasme otot yang memberikan
tidak tertembus oleh frakmen tulang, sehingga menifestasi deformitas pada ekstremitas yaitu
tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan pemendekan, apabila kondisi ini berlanjut tanpa
diluar kulit (Permana, 2015). dilakukan intervensi yang optimal maka akan
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab memberikan risiko terjadinya malunion pada
kematian terbesar ketiga di bawah penyakit tulang yang mengalami fraktur tersebut.
jantung koroner dan tuberculosis. Kasus fraktur Menggunakan pengujian otot dan sendi
yang disebabkan oleh cedera antara lain karena secara manual yang disebut dengan MMT
terjatuh, kecelakaan lalu lintas dantrauma benda (Manual Muscle Testing). Pemeriksaan ini
tajam atau tumpul. Kecenderungan prevalensi bertujuan untuk mengetahui kemampuan otot
cedera menunjukkan kenaikan dari 7,5 % pada dan sendi mengkontraksikan kelompok otot
tahun 2017 menjadi 8,2% pada tahun 2018 sendi secara volunter. Metode MMT
(Kemenkes RI, 2018). menggunakan skala 0-5. Skala 0 jika Tidak ada
Di Indonesia angka operasi fraktur gerakan otot sama sekali, skala 1 jika Ada
hingga akhir tahun 2017 telah mencapai 27,9% kontraksi saat palpasi tetapi tidak ada gerakan
dari total keseluruhan jenis operasi. Prevalensi yang terlihat, skala 2 jika Ada gerakan tetapi
fraktur yang cukup tinggi yaitu insiden fraktur tidak dapat melawan gravitasi, skala 3 jika
pada ekstremitas yakni sekitar 46,2% (Depkes dapat bergerak melawan gravitasi, skala 4 jika
RI, 2017). Hal ini dibuktikan dengan adanya dapat bergerak melawan tahanan pemeriksa
kecenderungan peningkatan tindakan operasi tetapi masih lemah dan skala 5 jika dapat
bedah bagian ekstremitas di beberapa rumah bergerak dan melawan tahanan pemeriksa
sakit dari tahun ke tahun, yakni sekitar delapan dengan kekuatan penuh. (Kozier et al, 1995
juta orang mengalami kejadian fraktur dalam Ananda, Usyaira, 2016).
ekstremitas dengan jenis fraktur yang berbeda Penatalaksanaan non farmakologi yaitu
dan penyebab yang berbedayang dapat terjadi fisioterapiuntuk mengurangi nyeri dan
pada tulang lengan atas, lengan bawah, tungkai mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
otot dan sendi yaitu dengan Range of Motion

2
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021
DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

(ROM). ROM merupakan salah satu indikator fraktur ekstremitas sangat mempengaruhi
fisik yang berhubungan dengan fungsi dengan tingkat kesembuhan pasien.
pergerakan. Menurut Insiyah (2015), ROM Dilakukannya ROM secara rutin dapat
dapat diartikan sebagai pergerakan maksimal mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan
yang dimungkinkan pada sebuah persendian ikat, meminimalisir efek dari pembentukan
tanpa menyebabkan rasa nyeri. ROM kontraktur, mempertahankan elastisitas mekanis
merupakan kegiatan yang penting dalam dari otot, membantu kelancaran sirkulasi,
pemulihan kekuatan otot dan sendi post operasi meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut tulang rawan serta difusi persendian,
Menurut Potter & Perry (2005) dalam menurunkan atau mencegah rasa nyeri,
Oktasari (2013), pada kondisi post op fraktur membantu proses penyembuhan pasca cedera
ekstremitas, seseorang tidak mampu melakukan dan operasi dan membantu mempertahankan
aktivitas karena keterbatasan gerak, maka kesadaran akan gerak dari pasien. Untuk
kekuatan otot dapat dipertahankan melalui mendapatkan hasil yang maksimal, ROM harus
penggunaan otot yang terus-menerus, salah diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2
satunya melalui mobilisasi persendian dengan kali sehari selama minimal 3 hari berturut-turut
latihan rentang gerak sendi atau ROM. Latihan dan dapat dilakukan hari ke 2 setelah operasi.
ROM adalah latihan yang dilakukan untuk Berdasarkan studi pendahuluan yang
mempertahankan atau memperbaiki tingkat dilakukan oleh mewawancarai 5 orang pasien
kesempurnaankemampuan menggerakkan post operasi fraktur ekstremitas, didapati bahwa
persendian secara normal dan lengkap untuk 3 dari 5 orang pasien mengatakan masa
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter pemulihan setelah operasi terasa lambat, lebih
& Perry, 2005 dalam Wiharja, 2016).ROM dari 3 hari ekstremitas bekas operasi baru dapat
adalah latihan yang memungkinkan terjadinya digerakkan. 2 dari 5 orang pasien mengatakan
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien tidak melakukan ROM aktif, Latihan ROM
menggerakkan masing- masing persendiannya hanya dilakukan saat ada perawat yang
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun membantu saja.Berdasarkan hasil observasi
pasif (Ridha & Putri, 2015). yang dilakukan oleh peneliti di hari yang sama,
Hasil penelitian Murtaqib (2013), peneliti juga menemukan bahwa belum ada
terdapat perbedaan antara rentang gerak atau satupun pasien melakukan ROM aktif
kekuatan otot dan sendi pada ROM pasif dan (mandiri). 3 dari 5 orang pasien memiliki
ROM aktif di wilayah kerja Puskesmas Tanggul kekuatan sendi dan otot dengan rentang nilai 1
Kabupaten Jember (p = 0.001). Penelitian (skala 0-5).
Purwanti (2015) didapatkan hasil ada pengaruh Berdasarkan latar belakang dan
signifikan pada latihan ROM aktif terhadap fenomena yang ditemukan oleh peneliti, maka
kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
humerus di RSUD Dr. Moewardi dengan hasil yang berjudul “Pengaruh range of motion aktif
p value = 0,000. Selanjutnya penelitian terhadap pemulihan kekuatan otot dan sendi
Mintarsih (2015) juga didapati bahwa ada pasien post op fraktur ekstremitas di Wilayah
pengaruh ROM aktif terhadap kemampuan kerja puskemas Muara Kumpeh”.
fungsi ektremitas sendi lutut pada pasien post
operasi fraktur femur (p = 0,00). METODE PENELITIAN
ROM aktif lebih memberikan pengaruh Penelitian ini merupakan penelitian
dibandingkan ROM pasif sebesar 3,2x. hal ini kuantitatif dengan rancangan /desain
dikarenakan pada ROM aktif pasien dapat lebih penelitian quasi eksperimentone group pre test
sering dan mandiri dalam melakukan latihan post test. Penelitian ini akan dilakukan di Kota
dengan nyaman serta terhindar dari rasa nyeri. Jambi pada Bulan Januari 2020. Populasi
Anita (2018) juga mengatakan bahwa dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
mobilisasi dini dengan ROM aktif adalah salah post op fraktur ekstremitasdi Wilayah Kerja
satu faktor kunci dalam perawatan pasien post Puskemas Muara Kumpeh pada bulan Januari
operasi fraktur ekstremitas. 2020 dengan populasi 84 jumlah 15 Sampel.
Menurut Usyaira (2015), melakukan Tehnik pengambilan sampel Purposive
tindakan ROM aktif pada pasien post operasi Sampling. Metode pengumpulan data

3
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021
DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552
dilakukan dengan pengukuran tekanan darah

4
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021
DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

lansia sebelum dan sesudah diberikan plantarfleksi adalah 33.5 derajat dengan rentang
intervensi. Uji statistik yang digunakan jika tertinggi 45 derajat dan terendah 25 derajat.
data berdistribusi normal adalah dengan Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
ujiPaired Sample T Test (T Dependen). Namun jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang
jika data tidak normal, maka peneliti umumnya disebabkan oleh rudapaksa
menggunakan uji wilcoxon. Tingkat kemaknaan (Sjamsuhidajat, 2015). Fraktur femur adalah
dalam penelitian adalah 95% (α = 0,05 atau suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang
5%). Dikatakan ada pengaruh jika p_value ≤ paha yang ditandai adanya deformitas yang
0,05 dan tidak ada pengaruh jika p_value> 0,05. jelas yaitu pemendekan tungkai yang
mengalami fraktur dan hambatan mobilitas fisik
HASIL DAN PEMBAHASAN yang nyata (Muttaqin, 2013). Fraktur dapat
Tabel 1. Jumlah Range of motion pada terjadi akibat peristiwa trauma langsung,
pasien pemulihan kekuatan otot dan sendi tekanan yang berulang-ulang, dan kelemahan
pasien post op fraktur ekstremitas Sebelum abnormal pada tulang (fraktur patologik)
Dan Sesudah Diberikan Terapi (Pre-Test (Salamon, 2010).
Dan Post-Test) Fraktur terbagi atas fraktur komplet,
fraktur tidak komplet, fraktur tertutup, fraktur
No Skor Pre-Test Skor Post-Test Selesih terbuka, dan fraktur patologis. Fraktur bisa
1 31 36 5 terjadi didaerah cranium, thorak, pelvis,
2 28 35 3 anggota gerak atas, dan anggota gerak bawah.
3 30 36 6 Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi,
4 31 36 5 imobilisasi, pengembalian fungsi, dan kekuatan
5 30 35 5
normal dengan rehabilitasi. Reduksi dapat
6 29 35 6
7 29 37 8 dilakukan secara terbuka maupun tertutup.
8 32 37 5 Reduksi terbuka (open reduksi) dilakukan
9 30 36 6 melalui pembedahan dengan cara memasukkan
10 30 34 4 alat fiksasi berupa plat, screw, wire atau pin
11 30 36 6 kedalam tulang. Fiksasi dapat dilaksanakan
12 30 35 5 secara interna maupun ekterna, tergantung dari
13 30 34 4 bentuk frakturnya (Smeltzer & Bare, 2012).
14 32 38 6 Kondisi perkembangan kekuatan otot dan
15 31 37 6 sendi pasien akan berdampak pada lama
T 453 537
80 perawatan. Waktu perawatan Length of stay
R 30,20 35,80
(LOS) merupakan salah satu indikator penilaian
Dari tabel 1. di atas dapat diketahui bahwa dalam akreditasi sebuah rumah sakit. Semakin
nilai rata-rata Range of motionpada pasien lama length of stay maka penilaian terhadap
pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien post rumah sakit tersebut semakin buruk. Dampak
op fraktur ekstremitas Sebelum diberikan terapi negatif lain yang diakibatkan lamanya
adalah 30,20 sedangkan nilai rata-rata Range of pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien pasca
motionpada pasien pemulihan kekuatan otot dan operasi menyebabkan pasien harus berlama-
sendi pasien post op fraktur ekstremitas sesudah lama dalam posisi tirah baring. Posisi tirah
diberikan pendidikan kesehatan adalah 35,80. baring yang lama akan meningkatkan terjadinya
Berdasarkan hasil penelitian Reni (2014) komplikasi yang serius seperti pembentukan
rata-rata fleksibilitas fleksi sendi panggul suatu thrombus sehingga aliran balik vena
adalah 45.5 derajat dengan rentang tertinggi mengalami hambatan (Windiarto, 2016).
adalah 50 derajat dan terendah adalah 40 Faktor pemulihan kekuatan otot dan
derajat.Rata-rata fleksibilitas fleksi sendi lutut sendi bagi pasien post op fraktur ekstremitas
adalah 15.5 dengan rentang tertinggi 20 derajat dapat dilakukan dengan penatalaksanaan
dan terendah 10 derajat. Dan rata-rata farmakologi dan non farmakologi.
fleksibilitas dorsofleksi adalah 1.5 derajat Penatalaksanaan secara farmakologi dapat
dengan rentang tertinggi 5 dan terendah 0 dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan.
derajat, sedangkan rata-rata fleksibilitas Obat farmakologi dapat memberikan efek
samping yang jika konsumsi secara berlebihan
5
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021
DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

maka akan menimbulkan terjadinya retensi Hasil analisis pada tabel 2 diatas
cairan, alergi dan aritmia jantung. Upaya untuk menunjukan bahwa rata – rata range of motion
meminimalkan efek samping farmakologis, aktifterhadap pemulihan kekuatan otot dan
maka perlu pendekatan nonfarmakologis sendi pasien post op fraktur ekstremitas
(Nuraini, 2016). responden sebelum diberikan terapi adalah
Menurut teori yang dikemukakan oleh 30,20 dengan standar deviasi 1,082 sedangkan
Smeltzer (2012), latihan rentang gerak setelah diberikan terapi rata – rata range of
bertujuan untuk mempertahankan fleksibilitas motion aktif terhadap pemulihan kekuatan otot
dan mobilitas sendi, mengembalikan kontrol dan sendi pasien post op fraktur
motorik, meningkatkan/ mempertahankan ekstremitasSetelah diberikan terapi responden
integritas sendi dan jaringan lunak, membantu adalah 35,80 dengan standar deviasi 1.146.
sirkulasi dan nutrisi sinovial dan menurunkan Hasil uji statistik paired t-test didapatkan nilai
pembentukan kontraktur terutama pada p-value = 0,000< 0,05 dengan selisih mean
ekstremitas yang mengalami paralisis. Manfaat 0.553 maka dapat disimpulkan bahwa secara
lain yang didapatkan dari latihan rentang gerak statistik mengalami peningkatan signifikan
yaitu dapat memaksimalkan fungsi aktifitas range of motion aktif terhadap pemulihan
kehidupan sehari-hari, mengurangi atau kekuatan otot dan sendi pasien post op fraktur
menghambat nyeri, mencegah bertambah ekstremitas.
buruknya sistem neuromuscular, mengurangi Hal ini didukung penelitian Murtaqib
gejala depresi dan kecemasan, meningkatkan (2013), terdapat perbedaan antara rentang gerak
harga diri, meningkatkan citra tubuh dan atau kekuatan otot dan sendi pada ROM pasif
memberikan kesenangan. dan ROM aktif di wilayah kerja Puskesmas
Muscle spindle merupakan suatu receptor Tanggul Kabupaten Jember (p=0.001).
yang menerima rangsang dari regangan otot. Penelitian Purwanti (2015) didapatkan hasil ada
Regangan yang cepat akan menghasilkan pengaruh signifikan pada latihan ROM aktif
impuls yang kuat pada muscle spindle. terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi
Rangsangan yang kuat akan menyebabkan fraktur humerus di RSUD Dr. Moewardi
refleks muscle spindle yaitu mengirim impuls dengan hasil p value = 0,000. Selanjutnya
ke spinal cord menuju jaringan otot dengan penelitian Mintarsih (2015) juga didapati bahwa
cepat, menyebabkan kontraksi otot yang cepat ada pengaruh ROM aktif terhadap kemampuan
dan kuat. Muscle spindle sangat berperan dalam fungsi ektremitas sendi lutut pada pasien post
proses pergerakan atau pengaturan motorik operasi fraktur femur (p = 0,00).
(Potter & Perry, 2005). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
Berdasarkan hasil penelitian, pada klien jaringan tulang. Fraktur biasa terjadi karena
fraktur mengalami keterbatasan dalam trauma langsung eksternal, tetapi dapat juga
pergerakan, latihan pasif sangat tepat dilakukan terjadi karena deformitas tulang misalnya
dan akan mendapatkan manfaat seperti fraktur patologis karena osteoporosis, penyakit
terhindarnya dari kemungkinan terjadinya paget dan osteogenesis imperfekta). Secara
gangguan fleksibilitas sendi. Setiap gerakan teori, latihan rentang gerak yang dilakukan
yang dilakukan dengan rentang yang penuh, secara rutin sangat penting karena tujuan utama
maka akan meningkatkan kemampuan bergerak latihan rentang gerak adalah untuk memelihara
dan dapat mencegah keterbatasan dalam sendi agar tetap fleksibel.Latihan ini juga dapat
beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat membantu sendi agar tidak kaku, kontraktur
melakukan latihan secara aktif maka perawat serta menghindari deformitas.Bahaya paling
bisa membantu untuk melakukan latihan. besar ketika terjadi paralisis atau spastis yang
menyebabkan ketidakseimbangan otot, dimana
Tabel 2. Pengaruh range of motion aktif
sendi tertarik lebih kuat ke satu arah sehingga
terhadap pemulihan kekuatan otot dan sendi
menekuk secara terus menerus (Werner, 2009).
pasien post op fraktur ekstremitas
Keadaan ini akan mengakibatkan sendi
Variabel Mean SD p- N kehilangan elastisitasnya sehingga fleksibilitas
value
(Pre test) ROM 30,20 1,082 sendi menjadi menurun.
(Post test)ROM 35,80 1,146
0,000 15 Kontraktur merupakan gangguan yang
umum terjadi pada klien dengan pasien fratur

6
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021
DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

femur pasca pembedahan. Kontraktur bisa yang dimungkinkan pada sebuah persendian
berupa kontraksi otot yang permanen, tahanan tanpa menyebabkan rasa nyeri. ROM
yang tinggi pada peregangan pasif, merupakan kegiatan yang penting dalam
hipoekstensibilitas, berkurangnya rentang pemulihan kekuatan otot dan sendi post operasi
peregangan pasif dan pemendekan otot. Untuk untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
mencegah terjadinya kontraktur dan deformitas, Latihan ROM adalah latihan yang
latihan rentang gerak harus dilakukan secara dilakukan untuk mempertahankan atau
kontinyu. Penting bagi pasien fraktur femur memperbaiki tingkat kesempurnaan
terpasang fiksasi interna untuk menggerakan kemampuan menggerakkan persendian secara
tubuhnya melalui pergerakan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
penuh dalam aktifitas kehidupan sehari-hari otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005 dalam
(Werner, 2009). Wiharja, 2016). ROM adalah latihan yang
Penatalaksanaan umum fraktur meliputi memungkinkan terjadinya kontraksi dan
menghilangkan rasa nyeri, Menghasilkan dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan
mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur, masing- masing persendiannya sesuai gerakan
Agar terjadi penyatuan tulang kembali, Untuk normal baik secara aktif ataupun pasif (Ridha &
mengembalikan fungsi seperti semula. Untuk Putri, 2015).ROM kegiatan penting pada
mengurangi nyeri tersebut, dapat dilakukan periode post operasi guna mengembalikan
dengan pembidaian atau gips. Bidai dan gips kekuatan otot pasien (Purwanti, 2013).
tidak dapat pempertahankan posisi dalam waktu Latihan rentang gerak yang diberikan dalam
yang lama. Untuk itu diperlukan teknik seperti penelitian ini cukup mendapat respon yang baik
pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksteral atau dari responden, keluarga dan petugas Trauma
fiksasi internal (Murtaqib, 2013). Centre sendiri. Pelaksanaan latihan rentang
Kekuatan otot dan sendi merupakan gerak ini juga didukung dengan pedoman yang
kekuatan suatu otot atau grup otot dan sendi disertai gambar, sehingga memudahkan
yang dihasilkan untuk dapat melawan tahanan
responden dan petugas untuk
dengan usaha yang maksimum.Kekuatan otot
dan sendi merupakan suatu hal penting untuk
melaksanakannya.
setiap orang, karena kekuatan otot merupakan
suatu daya dukung gerakan dalam SIMPULAN
menyelesaikan tugas-tugas. Penurunan fungsi Dapat disimpulkan bahwa gambaran
dan kekuatan otot sendi akan mengakibatkan sebelum pemulihan kekuatan otot dan sendi
penurunan kemampuan mempertahankan pasien post op fraktur ekstremitas di dapatkan
keseimbangan tubuh, hambatan dalam gerak nilai rata – rata (30.20) mean. Gambaran setelah
duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh, diberikan pemulihan kekuatan otot dan sendi
perubahan postur (Gontung, 2012). pasien post op fraktur ekstremitas di dapatkan
Latihan rentang gerak dapat diberikan nilai rata – rata (35.80) mean. Ada Pengaruh
pada pasien yang mengalami keterbatasan pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien post
mobilisasi, dan tidak mampu melakukan op fraktur ekstremitas di Wilayah kerja
beberapa atau semua latihan rentang gerak puskemas Muara Kumpeht-test p-value = 0,000
dengan mandiri.Untuk itu perawat harus < 0,005.
membuat jadwal kapan latihan rentang gerak
harus dilakukan. Berdasarkan obsevasi peneliti SARAN
dilapangan hal-hal yang menghambat dalam Disarankan dapat menjadi salah satu
danya nyeri pasca pembedahan dan daerah program yang ditawarkan dan dikenalkan
trauma dapat ditepis dengan cara melakukan kepada pasien pemulihan kekuatan otot dan
latihan rentang gerak pasif secara perlahan dan sendi pasien post op fraktur ekstremitas di
lembut sehingga tidak menimbulkan perasaan Wilayah kerja puskemas Muara Kumpehyang
nyeri pada pasien. (Potter & Perry, 2012). terlibat dalam kegiatan tersebut sebagai metode
ROM merupakan salah satu indikator untuk meningkatkan fungsi muskular pada
fisik yang berhubungan dengan fungsi pasien post op sehingg diharapkan pasien bisa
pergerakan. Menurut Insiyah (2015), ROM beraktifitas.
dapat diartikan sebagai pergerakan maksimal

7
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 2, September 2021
DOI : 10.36565/jab.v10i2.343
p-ISSN: 2302-8416
e-ISSN: 2654-2552

DAFTAR PUSTAKA Fraktur Humerus di RSUD Dr.


Aini, M. (2015). Efektivitas Latihan Range Of Moewardi. GASTER. 10(2), 42-52.
Motion (ROM) Bahu terhadap Ridha & Putri. (2015). Pengaruh Latihan Range
Peningkatan ROM pada Pasien Post Of Motion (ROM) Aktif terhadap
Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah pada
Medan. Jurnal Keperawatan USU. 5(3), Lansia dengan Osteoarthritis di Wilayah
980-997 Kerja Puskesmas Koni Kota Jambi.
Anita, F. (2015). Pengaruh Latihan Range of Jurnal Akademika Baiturrahim. 4(2), 45-
Motion terhadap Rentang Gerak Sendi 52.
Ekstremitas Atas pada Pasien Pasca Riyanto, A. (2009). Pengolahan Data
Stroke di Makassar. Journal of Islamic Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursing. 3(1), 97-99. Safitri, U. (2018). Efektifitas ROM Aktif dan
Bowden, (2018). Pediatric nursing procedures. Mobilisasi Dini terhadap Kembalinya
second edition. Philadelphia: Lipincot Peristaltik Usus pada Pasien Post Operasi
William and Wilkins. Abdomen dengan General Anestesi di
Depkes RI (2017). Prevalensi Angka Kejadian RSUD Kota Salatiga. Jurnal Ilmu
Fraktur di Indonesia. Jakarta. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).
Gontung, A.T. (2012). Orthopaedic dan 7(2), 67-78
Traumatology Center di Manado Sjamsuhidajat, (2015). Buku-ajar ilmu bedah
“Sustainable Healthcare Architecture” (2nd.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jurnal UNSRAT. 4(3), 93-102 Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Hastono, S. P. & S. (2011). Statistik Kesehatan Smeltzer, (2012). Buku ajar
(1st ed.). Raja Grafindo Persada. Jakarta. keperawatanmedikal-bedah brunner &
Insiyah, R. (2015). Petingnya Latihan Gerak suddarth (8th, 3rd vol.). Jakarta: Buku
pada Pasien Fraktur. Rineka Cipta. Kedokteran EGC
Jakarta. WHO. (2018). Surgery in the World.
Kemenkes RI (2018). Prevalensi Cidera Akibat Philadelpia. Pennsylvania. USA.
Kecelakaan di Indonesia. Jakarta. Wiharja, W. (2016). Acute Effect of Slow Deep
Murtaqin, R. (2013). Pengaruh ROM terhadap Breathing Maneuver on Patient with
Pencegahan Kecacatan. Rineka Cipta. Essential Hypertension Stage 1 and 2.
Jakarta. Jurnal Kardiologi Indonesia. 37(2), 75-
Nuraini, D.S. (2016). Perbedaan Slow Deep 80.
Breathing dan Diaphragmatic Breathing
Terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi di RSUD
Ambarawa. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan (JIKK). 6(2), 1-10.
Oktasari, V. (2013). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Pelaksanaan
Rentang Gerak Sendi Aktif Post Operasi
pada Pasien Fraktur Ekstremitas di
Ruang Bedah Trauma Center RSUP DR.
M. Djamil Padang. Jurnal Ners. 9(2), 94-
102.
Permana, O. (2015). Pengaruh Range Of
Motion (ROM) terhadap Intensitas Nyeri
pada Pasien Post Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah. Jurnal KEMAS. 2(2),
1327-1334.
Purwanti, R. (2015). Pengaruh Latihan Range
Of Motion (ROM) Aktif terhadap
Kekuatan Otot Pada Pasien Post Operasi

You might also like