Professional Documents
Culture Documents
(jaisir921@gmail.com)
(andikasidi0310@gmail.com)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan Tarekat di Indonesia saat ini tentu saja tidak terlepas
dari sumber ajaran Islam yang berasal dari Semenanjung Arab, di mana
makhluk Allah yang paling mulia di antara semua makhluk adalah Nabi (saw).
Kemudian estafet Tarekat berlanjut hingga masa Khalifah ar Rashidin dan
hingga hari ini khususnya Indonesia dari berbagai orde.
Kata Tarekat berasal dari bahasa Arab, artinya adalah jalan. Kemudian
mereka memaknainya sebagai jalan menuju Tuhan. Makna Tarekat menurut
pendapat Ulama Mutashawwifin adalah cara atau arahan dalam melakukan
ibadah sesuai dengan ajaran Rasulullah dan dicontohkan olehnya dan para
sahabatnya serta para sahabatnya dan Nabi, Tabi’it Tabi’in. Guru,
cendekiawan, Panitera terhubung ke hari iini.
Secara garis besar suluk merupakan kegiatan seseorang untuk
menuju kedekatan diri kepada Allah, suluk hampir sama dengan tarekat,
yakni cara mendekakan diri kepada Tuhan. Hanya saja, kalau tarekat masih
bersifat konseptual, sedangkan suluk sudah dalam bentuk teknis oprasional.
Oprasional dalam arti yang sesungguhnya, bukan hanya sekedar teori
melainkan langsung dipraktikkan dalam tingkah laku keseharian
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian Tarekat?
2. Apa pengertian suluk?
3. Bagaimana silsilah tarekat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perbedaan kedua istilah itu juga ditegaskan oleh Fazlur Rahman dengan
melihat pengertian asal keduanya. Poin penekanan terma order terletak pada
aspek organisasi, sedangkan tarekat selain bermakna organized sufism, juga
merupakan jalan sufi yang mengklaim memberikan bimbingan mistik manusia
untuk “bersatu”dengan Tuhan. Karenanya, tarekat bisa eksis tanpa adanya
sebuah organisasi persaudaraan. Tentunya, tegas Rahman, sebelum
keberadaan organized Sufism telah ada tarekat yang bermakna school of sufi
doctrine.
1
Jean Louis Michon, “Praktek Spiritual Tasawuf” dalam Syed Hossein Nasr (ed), Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 2002), h. 357-394
3
Tarekat sebagai organized sufism hadir sebagai institusi penyedia layanan
praktis dan terstruktur untuk memandu tahapan-tahapan perjalanan mistik yang
berpusat pada relasi guru murid; otoritas sang guru yang telah mendaki tahapan-
tahapan mistik harus harus diterima secara keseluruhan oleh sang murid. Ini
diperlukan agar langkah murid untuk bertemu dengan Tuhan dapat terlaksana
dengan sukses. Relasi guru-murid ini terbangun sambung menyambung hingga
sampai kepada Rasulullah Muhammad Saw sebagai sumbernya. Inilah yang
disebut sebagai silsilah (jama’: salasul). Silsilah kemungkinan besar merupakan
copy-an dari institusi isnad (sanad) yang digunakan ahli hadis untuk menguatkan
validitas dan otentisitas suatu hadis kepada Rasulullah Saw. 2
Secara etimologis, kata suluk berarti jalan atau cara, bisa juga diartikan
kelakuan atau tingkah laku, sehingga husnul-suluk berarti kelakuan yang baik.
Kata suluk adalah bentuk masdar yang diturunkan dari bentuk verbal "salaka
yasluku" yang secara harfiah mengandung beberapa arti yaitu "Memasuki,
melalui jalan, bertindak dan memasukkan".3
2
Ahmad Khoirul Fata,Tarekat, Jurnal Ulum, Volume 11, No.2, desember 2011, hlm. 375-376.
3
Dewan Redaksi Enslikopedi Islam, Enslikopedi Islam, Cet. 1, jilid IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993, hlm. 292
4
ٌ ِك ُذلُاًل ۗ يَ ْخ ُر ُج ِم ۢ ْن بُطُوْ نِهَا َش َرا بٌ ُّم ْختَل
ف ِ ِّت فَا ْسلُ ِك ْي ُسبُ َل َرب ِ ثُ َّم ُكلِ ْي ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم ٰر
َ ِس ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذل
َك اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن ِ اَ ْل َوا نُهٗ ِف ْي ِه ِشفَٓا ٌء لِّلنَّا
Artinya: "kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan, lalu tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir." (QS. An-Nahl
16: Ayat 69).
Suluk di dalam istilah tasawuf adalah jalan atau cara mendekatkan diri
kepada Allah SWT atau cara memperoleh ma’rifat. Dalam istilah selanjutnya
istilah ini digunakan untuk sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mencapai suatu ikhwal (keadaan mental) atau maqam tertentu. 4
5
a) Marhalah amal lahir yaitu melakukan amal ibadah yang bersifat lahir atau
nyata.
b) Marhalah amal batin atau muroqobah (mendekatkan diri kepada Allah)
dengan jalan membersihkan diri dari maksiat baik lahir maupun batin.
c) Marhalah riyadlah atau melatih diri dan mujahadah atau mendorong diri
untuk selalu berusaha lebih dekat dengan Allah. Seperti di dalam firman-
Nyadalam surat Al-Ankabut ayat 69:
Artinya: dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik. (Q.S. Al-Ankabut 69).
Maksud mujahadah ini adalah melakukan jihad lahir untuk menambah
kuatnya kekuasaan rohani atas jasmani guna membebaskan jiwa kita dari
belenggu nafsu duniawi, supaya jiwa itu menjadi suci bersih bagaikan kaca yang
segera dapat menangkap apa-apa yang bersifat suci, sehingga mustahiq
memperoleh berbagai pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan
kebesarannya.8
Macam-macam Suluk
Secara umum suluk dibedakan menjadi tiga macam yaitu: suluk ibadah,
suluk riyadah dan suluk mujahadah.
8
Ibid., hlm. 18
6
merupakan kehidupan orang islam sehari-hari itu menjadi lebih sempurna.
Meskipundemikian menurut anggapan suffi petunjuk yang dieperoleh dalam amal
yang demikian itu sama, ada yang lekas mencapainya, ada yang sampai
bertahun-tahun perbuatanya dalam beribadah itu belum dapat menangkap
hikmah-hikmah dan kegemaran dalam beribadah lahir itu. 9
b) Suluk dalam bentuk riyadah
Suluk riyadah iniadalah pelajaran akhlak untuk melatih diri agar jiwa ini
selalu dekat dengan Allah seperti yang diperintahkan dalam islam. Begitu juga
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan suluk dalam bentuk riyadah semua sifat-
sifat (akhlaqul karimah) dijadikan perbuatan dan amalan sehari-hari, supaya
perbuatannya bisa terhindar dari sifat-sifat madzmumah.
c) Suluk mujahadah
Suluk yang ketiga ini adalah latihan untuk hidup menderita. Salah satu
usaha suffi untuk menormalisir kepribadian ini ialah berkelana dalam daerah–
daerah yang belum dikenalnya, adapun bentuk amalan suluk mujahadah yang
dimaksud adalah seperti;
1) Membantu orang yang membutuhkan di daerah-daerah yang di datangi.
2) Melakukan perjalanan ke tempat yang sama sekali belum pernah di
datanginya seperti naik turun ke gunung dan juran, masuk hutan.
Sedangkan tujuannya adalah untuk:
1) Merubah akhlaq yang kikir menjadi orang yang dermawan.
2) Menambah akhlaq menjadi penyayang terhadap sesama.
3) Merubah akhlaq menjadi peka terhadap keadaan.
9
Abu Bakar Aljeh, Pengantar Ilmu Tarekat, Ramadhani, (Solo, 1992), hlm.122.
7
Seperti fungsi sanad dalam hadis, keberadaan silsilah dalam tarekat
berfungsi menjaga validitas dan otentisitas ajara mistik agar tetap merujuk pada
sumbernya yang pertama, Rasulullah Muhammad Saw. Kebanyakan tarekat
mengaitkan silsilah mereka kepada Rasulullah Saw melalui sahabat Ali bin Abi
Thalib, kecuali Naqsyabandi yang melalui Abu Bakar Siddiq. Di bawah Imam Ali
terdapat empat khalifah: Imam Hasan, Hussein, Kumayl bin Ziyad, dan Hasan al-
Bashri. Dua imam yang pertama adalah anak-anak Imam Ali Kw. Kedua imam
itu memiliki khalifah dari jalur keturunan mereka. Mereka dikenal sebagai aimah
ahl bayt. Sedangkan Imam Hasan alBashri memiliki beberapa khalifah, dua di
antaranya yang terkenal adalah: Abd al-Wahid bin Zayd dan Habib ‘Ajami atau
Habib alFarsi.
1. Silsilah Qadiriyah. Nama ini merujuk pada Abd al-Qadir alJailani , ia adalah
khalifah dar Abu Said Makhzumi, khalifah dari Abu al-Hasan Ali al-Qarshi,
khalifah dari Abu al-Farah alTartusi, khalifah dari Junayd al-Baghdadi
bersambung terus sampai Imam Ali. Al-Jailani meminta jubah kekhalifahan
melalui jaringan keturunan Imam Hasan bin Abi Thalib dengan 11 jaringan di
antaranya.
2. Silsilah Yasuya. Dipimpin oleh Ahmad Yasui yang dikenal sebagai “Syaikh of
Turkistan”. Dia adalah khalifah Yusuf Hamdani, khalifah Ali Farmadi (Syaikh Abu
Hamid alGazali), khalifah Abd al-Qasim Gorgani, khalifah Abu Usman Maghribi,
khalifah Abu Katib, khalifah Abu Ali Rodbari, khalifah Junayd Baghdadi terus
hingga ke Imam Ali. Ahmad Yasui juga memperoleh jaringan ke Imam Ali dari
para syaikh melalui Muhammad Hanafiyah, anak Imam Ali dari istri lainnya.
3. silsilah Naqshabandiyah. Dinamai dengan nama Bahau al-Din Naqshaband. Dia
adalah khalifah Amir Syed Kalal, khalifah Muhammad Samasi, khalifah Ali
Ramatani, khalifah Mahmud Abu Khayr Faghnavi, khalifah Arif Regviri, khalifah
8
Abd alKhaliq Ghayidwani, khalifah Yusuf Hamdani, khalifah Ali farmadi, khalifah
Abu al-Qasim Gorgani, yang berjaring ke atas dengan Junayd al-Baghdadi
dengan 3 jaringan di antaranya. Abu al-Qasim juga berjaringan ke atas dengan
Abu Bakar melalui Abu al-Hasan Khargani, Abu Yazid al-Bistami, dan Ja’far
Shiddiq.
4. Silsilah Nuriyah. Dinamai dengan Syaikh Abu al-Hasan Nuri. Dia adalah khalifah
dari Sari Saqti.
5. Silsilah Khazruyah. Diambil dari nama Ahmad Khazruya yang merupakan
khalifah dari Hatim Asum, khalifah Saqiq Balkhi, khalifah Muhammad Ali Ishqi,
khalifah Ibrahim Adham yang menerima kekhalifahan dari Fudhayl bin Ayyas
sebagaimana Imam Muhammad Baqir, cucu Imam Hussein.
6. Silsilah Shattariyah. Dari Muhammad Arif, khalifah Muhammad Ali Ishqi, khalifah
Syaikh Khuda Qali Mawara alnahri, khalifah Abd al-Hasan al-Ishqi, khalifah Abi
Mudhaffar Mawlana Turk Tusi, khalifah Bayazid al-Ishqi, khalifah Muhammad
Maghribi, khalifah Abu Yazid al-Bistami hingga Imam Ali.
7. Silsilah Sadat Karram. Pemimpin silsilah ini adalah Jalal alDin Bukhari, khalifah
leluhurnya dari imam-imam Ahl al-Bayt dengan 15 jejaring antara dia dan Imam
Ali. Dia menerima lebih dari 2 jubah kekhalifahan. Satu dari Syaikh Rukun al-Din
Suhrawardi, cucu dari Bahau al-Din Multan, yang lain dari Syaikh Nasir al-Din
khalifah dari Nizam al-Din Awlia, khalifah Baba Farid al-Din Ganjshaker, khalifah
dari Qutb alDin Bakhtiar, khalifah Muin al-Din Ajmeri.
8. silsilah Zahidiyah. Dari Badr al-Din Zahid yang merupakan khalifah Sadr al-din
Samarqand, khalifah Abd al-Qasim, khalifah Qutb al-Din Abd al-Majid, khalifah
Abu Ishaq Gazruni, khalifah Hussain Bazyar dari Herat, khalifah Muhammad
Roem, khalifah Junayd Baghdadi hingga ke Imam Ali.
9. Silsilah Anshariyah. Dimulai dari Abd Allah Anshari, khalifah dari Abd al-Hasan
Qirqani, khalifah Abi Yazid Bistami. Dia juga menyambung dari Abu al-Abbas
Qassab, khalifah dari Abu Muhammad Abd Allah Tabri, khalifah Abu Muhammad
al-Dariri, khalifah Junayd Baghdadi hingga ke Imam Ali.
9
10. .Silsilah Safwiyah. Dari Safi’ al-Din Ishaq, khalifah Zahid, khalifah Jamal al-Din
Tabrizi, khalifah Shihab al-Din Abhari, khalifah Rukun al-Din Sajjazi, khalifah
Qurb al-Din Abhari, khalifah Abu Najib Suhrawardi yang menyambung hingga ke
Junayd Baghdadi sampai ke Imam Ali.
11 .Silsilah Idrusiyah. Dari Mir Abd Allah al-Makki Idrusi, dia adalah khalifah dari Abu
Bakar, khalifah Abd al-Rahman, khalifah dari Syaikh Mawla, khalifah Ali, khalifah
Syaikh Alwi, khalifah Muhammad bin Ali, khalifah Abu Muhammad Maghribi,
berjenjang ke atas sampai ke Junayd Baghdadi. Syaikh Idrus juga menerima
kekhalifahan dari silsilah Suhrawardi.
12. Silsilah Qalandariyah. Silsilah ini berada di beberapa syaikh yang memiliki
beberapa silsilah. Dikenal dengan Qalandariyah karena anggotanya merupakan
kaum Qalandari (kaum sufi mabuk). Beberapa Qalander adalah: Muhammad
Qalander, Syaikh Haidar Qalander, Hussein Balkhi, Syaikh Tabrizi, Fakhr al-Din
Iraqi, dll.10
BAB III
PENUTUP
10
Ahmad Khoirul Fata,Tarekat, Jurnal Ulum, Volume 11, No.2, desember 2011, hlm. 380-382.
10
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
11
Aljeh Abu Bakar, Pengantar Ilmu Tarekat, Ramadhani, Solo, 1992.
Amstrong Amatullah, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf: Khasanah Istilah Sufi, Mizan,
Bandung: 1996.
Dewan Redaksi Enslikopedi Islam, Enslikopedi Islam, Cet. 1, jilid IV, Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1993.
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, 2002.
Fata Ahmad Khoirul,Tarekat, Jurnal Ulum, Volume 11, No.2, desember 2011
Imam Al-Ghazali, Taman Jiwa Kaum Sufi, Terj. Abu Hamid, Risalah Gusti, Surabaya:
1994.
Jean Louis Michon, “Praktek Spiritual Tasawuf” dalam Syed Hossein Nasr (ed),
Zahri Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1979.
12