You are on page 1of 8

Jurnal Biogenesis Vol.

11(2):169-176, 2015
© Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau
ISSN : 1829-5460

PERTUMBUHAN CACING TANAH ( Lumbricus rubellus )


DENGAN PEMBERIAN PAKAN BUATAN
UNTUK MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN
PADA KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INVERTEBRATA

Elya Febrita*, Darmadi, dan Endro Siswanto


*e-mail: elyafebrita59@gmail.com, phone: +628127535414

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP


Universitas Riau Pekanbaru 28293

ABSTRACT

Research has been conducted in order to determine the growth of the earthworm (Lumbricus rubellus)
with artificial food and utilization of research results to support the learning process on the concept of
growth and development of invertebrates. This research was conducted at the Natural Laboratory of
Education and Teacher Training University of Riau in April to June 2013. This study used a
completely randomized design with 9 treatments and 3 replications. The material used is the
earthworm (Lumbricus rubellus) as much as 270 worm with averaged biomass and body length.
Organic materials as artificial feed (P1) tofu, (P2) kakawatan grass, (P3) chicken manure, (P4) cow
manure, (P5) tofu + chicken manure, (P6) + kakawatan grass + tofu, (P7) chicken manure and
kakawatangrass (P8) + cow manure + tofu. Parameters measured were the length and biomass of
earthworm for 60 days after planting (at the beginning and end of the research). Proponent parameters
measured were pH of soil, temperature of soil and moisture. Data were analyzed using analysis of
variance (ANOVA) followed by DMRT (Duncan Multiple Range Test) at the level of 5 %. The results
showed increase length and biomass of earthworm (Lumbricus rubellus) is highest at (P4)treatment
(cow manure) which is 0.214 g/tail, long worms present in the (P2) treatment (kakawatan grass) which
is 4.99 cm and the lowest on all parameters is the (P0) treatment (no treatment). The results of the
research can be used to support the learning process in the form of Student Worksheet (LKS).

Keywords : Lumbricus rubellus, Growth, Artificial Feeding, LKS

PENDAHULUAN pertumbuhan cacing tanah akan meningkat


bila pakan tersebut banyak mengandung
Kehadiran cacing tanah di dalam bahan organik. Pakan utama cacing tanah
habitat tanah sangat menentukan dalam adalah bahan organik yang dapat berasal dari
penghancuran sampah nabati menjadi humus, serasah daun (daun yang gugur), kotoran
mengubah profil tanah dan membuat lubang- ternak atau bagian tanaman dan hewan yang
lubang tanah atau aerasi tanah sehingga sudah mati (Suin, 1997). Saat ini limbah
oksigen dapat masuk ke dalam tanah untuk peternakan, limbah pertanian, limbah rumah
kehidupan hewan tanah lainnya. Cacing tangga dan industri terdapat dalam jumlah
tanah membantu mempercepat proses yang sangat melimpah. Hal ini akibat dari
mineralisasi yang terjadi di tanah karena pengembangan usaha pada sektor peternakan
dapat menyediakan substrat yang baik bagi dan pertanian. Apabila limbah ini tidak
organisme serta butiran-butiran kascing dapat dimanfaatkan secara optimal, maka akan
memperbaiki struktur tanah. mengganggu lingkungan. Menurut
Pertumbuhan cacing tanah sangat Palungkun (2010), dengan memanfaatkan
bergantung pada jenis pakannya, cacing tanah sebagai dekomposer, maka akan

169
Elya, Darmadi, dan Endro : Pertumbuhan Cacing Tanah

mengurangi volume limbah dan sekaligus konsep dari fakta-fakta sesuai dengan yang
menjadi sumber pakan bagi cacing tanah. dilihat dilingkungan dan yang dipelajarinya.
Cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai METODE PENELITIAN
salah satu sumber pakan alternatif bagi
hewan ternak seperti unggas, ikan, dan udang Penelitian ini telah dilaksanakan di
karena cacing tanah mengandung protein Laboratorium Alam Pendidikan Biologi
hewani yang cukup tinggi. FKIP Universitas Riau, Pekanbaru.
Beberapa jenis cacing tanah yang Penelitian ini berlangsung pada bulan April
banyak dikembangbiakkan adalah Pheretima sampai dengan Juni 2013. Bahan yang
sp, Perionyx sp, dan Lumbricus sp. Ketiga gunakan dalam penelitian adalah cacing
jenis cacing tanah ini menyukai bahan tanah jenis (Lumbricus rubellus) sebanyak
organik yang berasal dari pupuk kandang dan 270 ekor dan limbah organik seperti limbah
sisa-sisa tumbuhan. Namun cacing tanah ampas tahu, limbah organik Gramineae jenis
jenis Lumbricus memiliki keunggulan dan kakawatan/rumput grinting, kotoran ayam,
potensi yang lebih banyak jika dibandingkan kotoran sapi, air dan tanah 27 kg sebagai
dengan dua jenis cacing tanah yang lainnya, medianya. Alat yang digunakan dalam
seperti memiliki kemampuan untuk penelitian ini adalah wadah plastik berbentuk
mempercepat dekomposisi sampah-sampah lingkaran dengan ukuran diameter 20 cm dan
organik, tingkat produktivitasnya yang tinggi 15 cm sebanyak 27 buah dengan merk
tinggi, penambahan berat badan lebih cepat, Nagata, termometer air raksa, soil tester
produksi cocon, juvenil (anakan) dan dengan merk Dematra, alat penyemprot
pemeliharaannya sangat mudah. (sprayer), petri dish, loupe, sarung tangan
Pertumbuhan dan perkembangan cacing lateks, timbangan elektrik merk Ohaus,
tanah ini dapat dijadikan sebagai sumber timbangan digital merek adventurer,
belajar. Salah satu pendekatan yang dapat meteran/penggaris, millimeter blok, cangkul,
dilakukan pada pembelajaran biologi adalah gelas besar, ayakan tanah, kamera digital
pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri dapat merek Sony, pensil dan kertas label.
mengembangkan nilai-nilai ilmiah yang Rancangan percobaan yang dilakukan
harusnya ada pada peserta didik. Amin dalam penelitian ini adalah rancangan acak
(2010) mengatakan bahwa dalam lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 3
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini ulangan. Menurut Rukmana (2003) bahwa
siswa akan dihadapkan pada suatu pemberian pakan yang baik bagi
permasalahan yang harus diamati, dipelajari pemeliharaan cacing tanah adalah 50%
dan dicermati yang pada akhirnya dapat sampai 65%. Berdasarkan pendapat ini maka
meningkatkan pemahaman konsep mata ditetapkan perlakuan yang dilakukan adalah
pelajaran dalam kegiatan pembelajaran. sebagai berikut: (P0) 100% tanah, tanpa
Hasil penelitian merupakan data dan pemberian feses maupun sampah organik
fakta yang dapat membantu dalam mencapai (control), (P1) 50% tanah + 50% ampas tahu,
tujuan pembelajaran sehingga kegiatan (P2) 50% tanah + 50% rumput kakawatan,
pembelajaran dapat terlaksana secara (P3) 50% tanah + 50% kotoran ayam, (P4)
optimal. Kegiatan itu dapat berupa kegiatan 50% tanah + 50% kotoran sapi, (P5) 50%
praktikum yang dilakukan oleh siswa di tanah + 25% ampas tahu + 25% kotoran
sekolah. Dengan kegiatan ini akan ayam, (P6) 50% tanah + 25% rumput
memberikan pengalaman dan kesan belajar kakawatan + 25% ampas tahu, (P7) 50%
bermakna bagi anak didik. Pembelajaran tanah + 25% kotoran ayam + 25% rumput
akan lebih bermakna apabila anak didik kakawatan, dan (P8) 50% tanah + 25%
diberikan kesempatan untuk tahu dan terlibat kotoran sapi + 25% ampas tahu.
secara aktif dalam menemukan konsep-

170
Elya, Darmadi, dan Endro : Pertumbuhan Cacing Tanah

Tanah yang digunakan sebagai media cacing dalam keadaan tenang dihitung
adalah tanah yang diambil dari Laboratorium panjang tubuhnya sesuai dengan skala yang
Alam Pendidikan Biologi. Selanjutnya tanah ada pada millimeter blok. Pengukuran cacing
dikering-anginkan dan ditimbang seberat 500 dilakukan satu persatu. Panen dilakukan pada
gram/wadah dan ditambahkan pakan buatan tahap akhir pengamatan. Proses pemanenan
sesuai dengan komposisi yang ditentukan. dilakukan dengan menggunakan tangan,
Cacing Lumbricus rubellus yang didapatkan dengan cara mengambil sedikit demi sedikit
dari pengumpul sebanyak 300 ekor kemudian tanah mulai dari permukaan atas menuju ke
diaklimatisasikan di Laboratorium Alam bagian bawah, lalu ditebarkan di atas terpal.
Biologi selama seminggu dengan makanan Cacing yang telah didapat dihitung
berupa kotoran sapi. Penebaran bibit cacing berdasarkan unit percobaan. Perhitungan
tanah sebanyak 10 ekor ke permukaan biomassa dan panjang langsung dilakukan
masing-masing media pembiakan unit pada saat pemanenan berlangsung. Data yang
percobaan. Sebelum dilakukan penebaran, diperoleh disajikan dalam bentuk grafik
terlebih dahulu dilakukan penimbangan dan perbandingan biomassa dan panjang cacing
pengukuran panjang untuk mengetahui berdasarkan perlakuan. Untuk mengetahui
biomassa dan panjang tubuh cacing awal. perbedaan biomassa dan panjang cacing
Adapun biomassa rata-rata cacing tanah terhadap pakan yang diberikan
0,12gram/ekor dan panjang cacing berkisar dilakukan analisis varians (ANAVA).
antara 3-4 cm. Penyemprotan air dilakukan 2 Apabila ditemukan perbedaan maka
hari sekali selama 60 hari pada setiap media dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
pembiakan. Berat tubuh cacing tanah Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
ditimbang sebanyak 2 kali yaitu pada awal Hasil dari penelitian digunakan sebagai
penelitian (0 hari) dan akhir penelitian (60 sumber belajar pada konsep pertumbuhan
hari). dan perkembangan dalam bentuk perangkat
Adapun parameter penelitian yang akan pembelajaran berupa LKS.Berkaitan dengan
diamatidalam penelitian ini adalah parameter penggunaan hasil penelitian ini sebagai
biologi dan parameter fisika-kimia tanah. sumber belajar, maka diperlukan analisis
Penimbangan biomassa dan pengukuran kurikulum tingkat SMP meliputi: Analisis
panjang tubuh cacing dilakukan sebelum SK (Standar Kompetensi) Analisis KD
diberi perlakuan (0 hari) dan pada akhir (Kompetensi Dasar), Indikator, Tujuan
perlakuan (hari ke-60). Pengukuran biomassa Pembelajaran. Fakta-fakta hasil penelitian
cacing dihitung dengan menggunakan yang telah dianalisis kemudian dilanjutkan
timbangan digital Adventurer. Sebanyak 10 dengan pembuatan perangkat pembelajaran
ekor diletakkan dalam wadah yang sudah berupa silabus, rencana pelaksanaan
diketahui beratnya terlebih dahulu pembelajaran dan LKS. Sehingga diharapkan
selanjutnya dilakukan penimbangan. Untuk dapat digunakan sebagai pengembangan
mendapatkan biomassa, berat total cacing salah satu perangkat pembelajaran pada
dibagi dengan jumlah total cacing tanah. konsep pertumbuhan dan perkembangan
Untuk mendapatkan data-data tersebut hewan ditingkat satuan pendidikan SMP.
diatas perhitungan dilakukan dengan rumus
Ricker (1975). Pengukuran panjang tubuh HASIL DAN PEMBAHASAN
cacing tanah dilakukan dengan menggunakan
kertas grafik. Caranya cacing yang sudah Pertumbuhan Cacing Tanah Lumbricus
dibersihkan diletakkan dengan arah sejajar rubellus
dengan garis-garis pada millimeter blok, Berdasarkan hasil pengukuran
bagian anterior dan posterior dipegang pertambahan biomassa cacing Lumbricus
dengan hati-hati menggunakan kuas, setelah rubellus yang diberikan perlakuan berbagai

171
Elya, Darmadi, dan Endro : Pertumbuhan Cacing Tanah

jenis pakan buatan dapat dilihat pada Gambar 1.

0,25
0.214 a
Biomassa cacing tanah (gram)

b
0,2
b
0.153
0.141
0,15 0.126

0,1
0.073
0.06
0.049
0,05 0.037
0.025

0
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Perlakuan pemberian pakan buatan
keterangan:
P0=Tanpa pakan tambahan P5= Ampas tahu + kotoran ayam
P1=Ampas tahu P6= Rumput kakawatan + ampas tahu
P2=Rumput kakawatan P7= Kotoran ayam + rumput kakawatan
P3=Kotoran ayam P8= Kotoran sapi + ampas tahu
P4=Kotoran sapi

Gambar 1. Pengaruh pemberian pakan buatan terhadap biomassa cacing tanah Lumbricus rubellus.
(huruf yang sama pada gambar menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji
DMRT (n=3)

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa sedangkan pakan tambahan berupa pupuk


biomassa tubuh cacing Lumbricus rubellus kandang atau sisa-sisa tumbuhan sangat
yang setiap perlakuan berkisar antara 0,025- penting untuk makanan cacing tanah.
0,214 gram/ekor. Jika diurutkan perlakuan Palungkun (2010) menyatakan bahwa cacing
yang memberikan nilai tertinggi sampai yang tanah sangat menyukai bahan organik yang
terendah yaitu: P4 (0,214 gr), P6 (0,153 gr), sedang membusuk, baik yang berasal dari
P2 (0,141 gr), P7 (0,126 gr), P8 (0,073 gr), hewan maupun dari tumbuhan. Oleh karena
P3 (0,060 gr), P5 (0,049 gr), P1 (0,037 gr) itu pakan yang tidak ditambahkan pada
dan P0 (0,025 gr). Biomassa tertinggi pada perlakuan P0 sehingga menyebabkan cacing
perlakuan P4 dengan pemberian 50% tanah + hanya memanfaatkan ketersediaan bahan
50% kotoran sapi dan yang terendah pada organik yang ada di tanah sebagai media
perlakuan P0 tanpa pemberian pakan buatan hidup sekaligus sumber makanannya. Hal
(kontrol). inilah yang menyebab pertumbuhan dan
Berdasarkan biomassa tubuh cacing perkembangan dari cacing tidak maksimal.
pada Gambar 1, diketahui bahwa adanya Yuliprianto (2010) menyatakan bahwa
perbedaan yang nyata antara biomassa tubuh berkurangnya bahan organik tanah yang
cacing tanah Lumbricus rubellus tanpa berarti sedikitnya persediaan pakan cacing
adanya pemberian pakan tambahan (P0) tanah sehingga untuk jangka panjang akan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal menyebabkan cacing tanah meninggalkan
ini disebabkan karena pada perlakuan (P0) lahan atau mengalami kematian.
medium yang gunakan hanyalah tanah tanpa Menurut Barnes (1984), hewan-hewan
adanya pemberian pakan tambahan, memanfaatkan bahan organik sebagai sumber

172
Elya, Darmadi, dan Endro : Pertumbuhan Cacing Tanah

pakan untuk kelangsungan hidupnya. Pakan kotoran sapi. Hal ini disebabkan karena
tersebut dapat berupa kulit kayu yang kotoran ayam memiliki zat amoniak yang
terkelupas, tinja, bangkai hewan atau hasil tinggi sehingga tidak disukai oleh cacing
tumbuhan yang tidak hidup seperti selulosa tanah.
dan senyawa organik lain. Zat makanan yang Pada perlakuan P1 (50% tanah + 50%
dibutuhkan itu adalah protein, lemak, ampas tahu) rataan pertambahan
karbohidrat, vitamin, mineral dan juga air. biomassanya juga rendah jika dibandingkan
Selanjutnya menurut Tang (2002), protein dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini
merupakan suatu zat makanan yang amat disebabkan karena kandungan protein yang
penting bagi tubuh cacing tanah, karena zat terkandung pada ampas tahu tinggi (28,20%)
ini selain sebagai sumber energi juga sebagai sehingga menghasilkan amoniak yang besar
penyedia asam-asam amino dan sebagai zat dan tidak disukai oleh cacing tanah.
pembangun. Sebagai zat pembangun, protein Pada perlakuan yang diberikan
merupakan bahan pembentuk jaringan- kombinasi pakan buatan yaitu perlakuan P2
jaringan baru yang selalu terjadi di dalam (50% tanah + 50 % rumput kakawatan), P6
tubuh cacing tanah. (50% tanah +25% rumput kakawatan + 25%
Rataan pertambahan biomassa cacing ampas tahu), P7 ( 50% tanah + 25% kotoran
tanah tertinggi adalah pada perlakuan P4 ayam + 25% rumput kakawatan) rataan
(50% tanah + 50% kotoran sapi) yaitu pertambahan biomassanya juga masih rendah
mencapai (0,214 gr) lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan P4.
dibandingkan dengan perlakuan P3 (50% Namun apabila dilihat secara keseluruhan
tanah + 50% kotoran ayam) hanya mencapai pemberian rumput kakawatan menunjukkan
yaitu (0,060 gr). Hal ini disebabkan karena pertambahan biomassanya lebih baik
kandungan protein pada kotoran sapi (9,32) dibandingkan dengan perlakuan pemberian
lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran ampas tahu dan kotoran ayam.
ayam (7,64) sehingga kotoran sapi Hasil pengukuran pertambahan panjang
mendukung untuk pertumbuhan cacing tanah. cacing Lumbricus rubellus yang diberikan
Bahan organik yang terkandung pada kotoran perlakuan berbagai jenis pakan buatan dapat
sapi juga lebih tinggi (30,00) dibandingkan dilihat pada Gambar 2.
dengan kotoran ayam (25,00). Selanjutnya Dari Gambar 2 terlihat bahwa panjang
nitrogen total yang terkandung di dalam tubuh cacing tanah Lumbricus rubellus yang
kotoran sapi tidak begitu tinggi sehingga terendah terdapat pada perlakuan P0, yaitu
tidak menimbulkan kadar amoniak yang tanpa adanya pemberian pakan buatan.Rataan
terlalu besar yang berpengaruh terhadap tertinggi pada perlakuan P2 yaitu dengan
konsumsi pakan cacing tanah. Pertumbuhan pemberian 50% tanah + 50% rumput
cacing tanah akan tinggi bila cacing itu kakawatan. Jika dilihat dari nilai rataan
menyenangi makanan tersebut dan banyak panjang tubuh cacing tanah, maka perlakuan
makannya (Suin, 1997). Hal inilah yang P2 menunjukkan nilai yang tertinggi yaitu
menyebabkan kenaikan biomassa cacing (4,99 cm) selanjutnya diikuti dengan
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan perlakuan P7 (3,24 cm), P4 (2,67 cm), P6
yang lainnya. Selain itu didukung oleh (2,57 cm), P8 (2,16 cm), P5 (1,92 cm), P3
keadaan pH pada media (6,9) dan (1,75 cm), P1(1,41 cm), P0 (1,27 cm).
kelembaban (44,5%) yang mendekati normal Dari pemaparan data panjang tubuh
sehingga sangat baik untuk pertumbuhan cacing pada Gambar 2 menunjukkan
cacing tanah. perbedaan yang nyata antara media tanpa
Pada perlakuan dengan pemberian adanya pemberian pakan (P0) dibandingkan
kotoran ayam menunjukkan rataan biomassa dengan perlakuan lainnya yang ada diberi
cacing lebih rendah dibandingkan dengan pakan tambahan.

173
Elya, Darmadi, dan Endro : Pertumbuhan Cacing Tanah

6
4.99
Panjang cacing tanah (cm)

4
b
c cd 3.24
de
3 2.67 2.57
fg ef e
g 2.16
1.75 1.92
2 1.41
1.27
1

0
p0 p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8
Perlakuan pemberian pakan buatan
Keterangan:
P0=Tanpa pakan tambahan P5= Ampas tahu + kotoran ayam
P1=Ampas tahu P6= Rumput kakawatan + ampas tahu
P2=Rumput kakawatan P7= Kotoran ayam + rumput kakawatan
P3=Kotoran ayam P8= Kotoran sapi + ampas tahu
P4=Kotoran sapi
Gambar 2. Pengaruh pemberian pakan buatan terhadap panjang tubuh cacing tanah Lumbricus rubellus
(huruf yang sama pada gambar menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji DMRT)
(n=3)
Perlakuan (P1) dengan pemberian 50%
Dari hasil rataan panjang tubuh cacing tanah + 50% ampas tahu menunjukkan nilai
tanah menunjukkan bahwa angka paling yang paling rendah setelah (P0)
tinggi untuk panjang tubuh cacing tanah dibandingkan dengan dengan perlakuan
adalah pada perlakuan (P2) (50% tanah + lainnya. Karlina (dalam Yuliprianto 2010)
50%) sampah rumput kakawatan) menyatakan bahwa ketidakmampuan cacing
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu tanah dalam mengambil nutrisi terutama
mencapai panjang rataan (4,99 cm). Hal ini makro molekul berupa protein karena
disebabkan media yang diberikan banyak kandungan amoniak yang cukup tinggi yang
mengandung nutrisi yang berfungsi untuk terdapat pada pakan ampas tahu. Kandungan
pertumbuhan cacing tanah. Sesuai dengan protein yang tinggi dapat menimbulkan
pendapat Karlina (dalam Dahelmi 1984) degradasi yang cepat berkaitan dengan
menyatakan bahwa bahan-bahan organik pemanasan, dan ketidaknyamanan. Seperti
mempengaruhi terhadap pertumbuhan cacing yang diketahui bahwa cacing tanah tidak
tanah karena menjadi sumber pakan serta menyukai bahan-bahan yang mengeluarkan
mengandung senyawa dalam pembentukan bau yang sangat menyengat.
tubuh cacing tanah. Bertambah panjangnya
tubuh cacing tanah dapat diamati pada bagian Faktor-Faktor Fisika dan Kimia Medium
posterior dari cacing, yaitu adanya ruas yang Tanah
lebih berwarna cerah dengan segmen lebih Hasil pengamatan terhadap faktor-
pendek dibandingkan dengan segmen- faktor fisika dan kimia tanah yang terdiri
segmen yang lainnya. Sesuai dengan dari: Keasaman Tanah (pH), Suhu Tanah
pendapat Barnes (1984) yang menyatakan (0C) dan Kelembapan Tanah (%) dapat
bahwa pertambahan segmen yang baru dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat
terdapat pada bagian posterior tubuh, di bahwa pH tanah berkisar antara 4.5-7.0. pH
depan anus. medium tanah yang terendah pada perlakuan

174
Elya, Darmadi, dan Endro : Pertumbuhan Cacing Tanah

P0 yaitu tanpa pemberian pakan buatan bila kelembabannya mendukung. Suhu


dengan pH 4.50, sedangkan pada perlakuan lingkungan sangat berpengaruh pada
yang diberikan pakan buatan, pH tanah aktivitas metabolisme, pertumbuhan,
mencapai pH yang optimum, yaitu P1 (6.6), respirasi dan produksi. Suhu yang terlalu
P2 (6.8), P3 (6,7), P4 (6.9), P5 (6.3), P6 tinggi atau terlalu rendah akan sangat
(6.6), P7 (7.0), P8 (6.7). Palungkun (2010) mengganggu terhadap fisiologi cacing tanah.
menyatakan bahwa keasaman media Rerata pengukuran kelembapan selama
merupakan faktor pembatas pada penyebaran penelitian berlangsung masih berada pada
cacing tanah. Agar pertumbuhan cacing kisaran yang dibutuhkan oleh cacing tanah.
tanah menjadi baik, maka keasaman media Hasil rataan kelembapan yang paling rendah
harus netral. Bila dilihat rendahnya pH pada terdapat pada perlakuan P0(26,5%)
perlakuan P0 yaitu (4.5), disebabkan karena sedangkan perlakuan yang menunjukkan
tanpa pemberian pakan buatan. pH pada kelembapan tertinggi adalah terdapat pada
perlakuan P4 (44,5%) diikuti dengan
Tabel 1. Faktor Fisika Dan Kimia Medium perlakuan P2(40,4%), P7(38,0%),
Tanah Selama Penelitian P8(36,0%), P6(35,2%) P3(34,5%),
P5(33,8%) dan P1(32,2%).
Parameter Rendahnya kelembapan pada perlakuan
pH Kelem- P0 disebabkan karena tidak adanya
Perlakuan Temperatur
tana bapan
Media (0C) pemberian pakan buatan. Sedangkan pada
h (%)
PO 4,5 25,0 26,5 perlakuan yang diberikan pakan buatan
P1 6,6 26,5 32,2 memiliki kadar kelembapan yang lebih
P2 6,8 26,0 40,4 tinggi. Hal ini terjadi karena pada pakan
P3 6,7 26,5 34,5 tambahan yang diberikan ke cacing tanah
P4 6,9 25,5 44,5 masih mengandung air sehingga
P5 6,3 26,5 33,8 kelembapannya lebih tinggi.
P6 6,6 25,5 35,2 Pada perlakuan P4 menunjukkan
P7 7,0 26,0 38,0 kelembapan yang paling tinggi bila
P8 6,7 25,5 36,0 dibandingkan dengan perlakuan yang
Keterangan:
lainnya. Hal ini disebabkan karena kotoran
P0=Tanpa pemberian pakan
P1=Ampas tahu sapi memiliki kadar air mencapai (85%).
P2=Rumput kakawatan Palungkun (2010) menyatakan bahwa pakan
P3=Kotoran ayam cacing tanah lebih bagus mengandung air
P4=Kotoran sapi 75% sehingga cacing tanah mudah dalam
P5= Ampas tahu + kotoran ayam mencerna pakannya.Selanjutnya pada
P6= Rumput kakawatan + ampas tahu
P7= Kotoran ayam + rumput kakawatan
perlakuan P1, P2, P3, P5, P6, P7 dan P8
P8= Kotoran sapi + ampas tahu kelembapannya juga masih berada pada
perlakuan P0 dianggap asam, namun cacing kisaran yang dibutuhkan untuk kelangsungan
masih dapat bertahan hidup karena masih pertumbuhan cacing tanah. Menurut Karlina
didukung oleh faktor kelembaban dan dalam Rukmana (2003) kelembapan yang
temperatur tanah. Katalan dalam Brata baik untuk cacing tanah antara 15%-50%.
(2009) menyakan bahwa cacing tanah jarang Kelembapan tanah terlalu tinggi dapat
dijumpai pada tanah dengan pH di bawah 4, menyebabkan cacing berwarna pucat dan
karena keasaman (pH) optimum bagi cacing bisa mengalami kematian. Sebaliknya apabila
tanah adalah 6,8-7,2. kelembapan terlalu rendah cacing tanah akan
Menurut Palungkun (2010), suhu bergerak kemedia yang lembab. Palungkun
lingkungan yang diperlukan oleh cacing (2010) menyatakan bahwa untuk menjaga
tanah untuk pertumbuhan berkisar antara 15- kandungan air dalam tubuh cacing tanah,
250C dan suhu yang lebih tinggi dari 250C maka kelembapan tanah sangat dibutuhkan
masih baik untuk pertumbuhan cacing tanah untuk proses pernapasan. Media yang lembab
biasanya mengandung oksigen yang cukup

175
Elya, Darmadi, dan Endro : Pertumbuhan Cacing Tanah

tinggi sehingga proses penangkapan oksigen yaitu mencapai biomassa 0,214 gram/ekor
oleh tubuh dapat berlangsung dengan baik. dibandingkan dengan media yang
menggunakan ampas tahu, rumput
Manfaat Hasil Penelitian Sebagai kakawatan, kotoran ayam dan kombinasi
Pengembangan Sumber Belajar antara keduanya. Perlakuan P2 (50%
Pembelajaran inkuiri merupakan tanah+50% sampah rumput kakawatan
pembelajaran yang berbasis kontekstual. menunjukkan penambahan panjang yang
Dimana pembelajaran akan terjadi apabila tertinggi yaitu 4,99 cm dibandingkan dengan
siswa menerapkan dan mengalami apa yang perlakuan yang lainnya. Hasil penelitian ini
sedang diajarkan. Trianto (2010) mengatakan dapat dijadikan sebagai sumber belajar pada
bahwa pengetahuan dan keterampilan yang konsep pertumbuhan dan perkembangan
diperoleh siswa diharapkan bukan hanya pada siswa SMP berupa LKS.
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi Disarankan untuk melanjutkan pene-
hasil dari penemuan sendiri. Inkuiri suatu litian ini sehingga diketahui perkem-
proses umum yang dilakukan untuk mencari bangbiakan cacing tanah Lumbricus rubellus
atau memahami suatu informasi. pengaruh penggunaan kotoran sapi terhadap
Hasil penelitian yang dilakukan ini kepadatan populasinya.
akan memberikan informasi tentang
komposisi dan sumber pakan yang efektif DAFTAR PUSTAKA
untuk pertumbuhan cacing tanah dalam Amin, M.H. 2010.Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari
bentuk dokumentasi dan data hasil penelitian. Pembelajaran Inkuiri dan Kemandirian
Dokumentasi dan data-data hasil penelitian Belajar Pada Kelas VII SMP N 16 Surakarta
dapat digunakan sebagai sumber belajar. Tahun Ajaran 2008/2009.Skripsi sarjana
Hasil penelitian akan memberikan biologi FKIP Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
bantuan kepada siswa tentang perancang-an
Barnes, R.D. 1984. Invertebrata Zoology. W.B
desain sederhana untuk pengembangan Sounder Company Toppan Company. London.
cacing tanah dengan pakan buatan sehingga Brata, B. 2009. Cacing Tanah: Factor Mempengaruhi
mengetahui pertumbuhan pada mahluk hidup Pertumbuhan dan Perkembangbiakan. IPB
sehinggga dapat dijadikan media Press. Bogor.
pembelajaran. Dengan mengguna-kan media Dahelmi.1984. Cacing Tanah Pada Timbunan Sampah
pembelajaran sehingga diharapkan akan Kotamadya Padang. Thesis Sarjana Biologi
Universitas Andalas Padang.
membantu siswa agar lebih mudah Palungkun, R. 2010. Usaha Ternak Cacing Tanah
memahami materi pelajaran yang diajarkan. Lumbricus rubellus. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pemanfaatan hasil penelitian yang akan Paidi. 2012. Peningkatan Scientific Skill Siswa
digunakan dalam proses belajar mengaja Melalui Implementasi Metode Guided Inquiry
diawali dengan penyusunan perangkat Pada Pembelajaran Biologi Di SMAN 1
Sleman. FMIPA Universitas Negeri
pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS. Yogyakarta. Yogyakarta.
Dokumentasi serta data penelitian yang yang Ricker, W.E. 1975 .Computation And Interpretation
diperoleh selama penelitian akan digunakan Of Biological Statistics Of Fish Population.
sebagai media pembelajaran berupa gambar. Bull. 191 Dept. of the Envirotmen t Fisheries
and Marine Science, Ottawa.
KESIMPULAN DAN SARAN Rukmana, D. 2003. Budi Daya cacing Tanah.
Yogyakarta. Kaninus
Dari hasil penelitian yang diperoleh Suin, N. M. 1997.Ekologi Hewan Tanah. Bumi
Aksara. Jakarta.
maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
pakan berupa kotoran sapi memberikan Inovatif Progresif Konsep, Landasan, dan
pengaruh yang berbeda terhadap Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat
pertumbuhan dan perkembangan cacing Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.
tanah Lumbricus rubellus. Penggunaan media Tang, U.M. 2002. Pengetahuan Pakan dan Gizi
Pakan. Unri press. Pekanbaru.
yang menggunakan 50% tanah + 50 kotoran Yuliprinto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi
sapi memberikan pertumbuhan yang terbaik Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

176

You might also like