You are on page 1of 11

KARAKTERISTIK EMISI INDUSTRI PULP DAN KERTAS DALAM

KONTEKS PENCEMARAN UDARA

Yusup Setiawan*, Sri Purwati, Aep Surachman, Setiadji


*Staf peneliti kelompok lingkungan dan derivat selulosa

CHARACTERISTICS OF EMISSION OF PULP AND PAPER INDUSTRIES IN


RELATION AIR POLLUTION

Abstract

The study of characterization of emissions coming out from pulp and paper industries using
bagasse (non-wood) as raw material include recovery boiler, power boiler, smelt dissolving tank,
lime kiln, and chlorine washer units. Whereas the study of characterization of emissions coming out
from pulp and paper industries using wood as raw material include recovery boiler and power boiler
units. The emission parameter measured include Cl2, TRS, particulate, NOx, NO2, NO, SO2, CO2 and
CO. Cl2 and TRS concentrations were done by iodometric method. Particulate was determined by
gravimetric method. The concentration of NOx, NO2 and NO were measured by chemiluminescence
method. Non-dispersive infra red (NDIR) method was used to measure for SO2, CO and CO2
parameters.
The results study reveal that the power boiler using heavy fuel oil emited SO2 concentration
above emissions standard. Recovery boiler, lime kiln, and smelt dissolving tank, in generally, also
emited particulate concentrantion above emissions standard. The equipments for air emissions
control such as cyclone scrubber and electro static precipitator used in pulp and paper industry are
required to be operated in the optimum condition.

Keywords : emissions, boiler, particulate, cyclone scrubber, electro static precipitator

Abstrak

Pengkajian terhadap sumber dan karakteristik emisi industri pulp dan kertas yang
menggunakan bahan baku bagas (bukan kayu) dan kayu pengaruhnya terhadap pencemaran udara
telah dilakukan. Sumber emisi yang dikaji pada industri pulp dan kertas yang menggunakan bahan
baku bagas (bukan kayu) yaitu unit recovery boiler, power boiler, smelt dissolving tank, lime kiln dan
unit chlorine washer. Adapun sumber emisi yang dikaji pada industri pulp dan kertas dengan bahan
baku kayu yaitu unit recovery boiler dan boiler. Beberapa parameter emisi yang diukur meliputi
parameter klor (Cl2), Sulfur tereduksi total (TRS) sebagai H2S, partikulat (debu), NOx, NO2, NO, SO2,
CO2 dan CO. Pengukuran konsentrasi klor dan TRS dilakukan dengan cara penyerapan dan
konsentrasinya ditentukan dengan metoda iodometri. Penentuan partikulat dilakukan dengan metoda
gravimetric. Konsentrasi NOx, NO2 dan NO diukur dengan metoda chemiluminescence, dan
konsentrasi SO2, CO dan CO2 ditentukan dengan metoda non-dispersive infra red (NDIR).
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa boiler yang menggunakan bahan bakar residu
mengeluarkan emisi SO2 yang belum memenuhi baku mutu. Demikian juga dengan konsentrasi
partikulat yang dikeluarkan dari cerobong recovery boiler, lime kiln, dan smelt dissolving tank. Alat
pengendali emisi seperti cyclone scrubber dan electrostatic precipitator yang digunakan di industri
pulp dan kertas pengoperasiannya perlu dioptimalkan.

Kata kunci : emisi, boiler, partikulat, cyclone scrubber, electro static precipitator

1
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan sektor industri telah mendorong Sumber Pencemaran


pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti,
terutama dari ekspor hasil industri manufaktur Isu pencemaran udara dewasa ini semakin
seperti industri pulp dan kertas. Namun sesuai meningkat dengan terjadinya peningkatan suhu
dengan sifat-sifat kegiatan industri disamping global. Salah satu sumber pencemaran udara ini
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, adalah sumber tidak bergerak, seperti aktivitas
juga dapat mempunyai dampak samping berupa industri. Di industri, sumber pencemaran udara
ketergantungan kepada sumber daya alam dan pada umumnya berasal dari aktivitas mesin uap
menghasilkan pula limbah yang dapat me- (boiler), dan pembangkit listrik tenaga diesel
nimbulkan masalah pencemaran lingkungan. (Genset), alat pembakaran sampah (Insinerator)
Berbagai upaya pengelolaan lingkungan dan lain lain yang dikeluarkan melalui cerobong
telah dilakukan di industri pulp dan kertas, baik (Stack).
pengelolaan terhadap limbah cair, padat maupun Pada boiler, baik boiler uap maupun
gas. Namun pengelolaan terhadap limbah gas boiler oli atau genset, dari pembakaran bahan
atau emisi yang dihasilkan masih perlu men- bakar menghasilkan produk samping berupa
dapatkan perhatian, khususnya bagi industri emisi yang dikeluarkan lewat cerobong. Emisi
pulp dan kertas terpadu yang dilengkapi dengan yang dikeluarkan tersebut pada umumnya
unit pemulihan bahan kimia, karena berpotensi mengandung bahan pencemar berupa partikulat
menghasilkan emisi yang dapat mengakibatkan (debu), ataupun berupa gas seperti NOx, (NO
pencemaran udara apabila tidak dikelola dengan dan NO2), SO2, CO, CO2 serta komponen
baik. lainnya. Jenis dan konsentrasi bahan pencemar
Di dalam unit pemulihan bahan kimia, yang ada di emisi ini sangat dipengaruhi oleh
disamping kaitannya dengan proses yang jenis bahan bakar yang digunakan, apakah
ditujukan untuk menggunakan kembali bahan- menggunakan bahan bakar solar, residu atau
bahan kimia bekas pemasakan atau yang di- batu bara. Emisi yang dikeluarkan dari cerobong
sebut lindi hitam, juga dapat pula menghasilkan baik yang berupa partikulat maupun gas
energi yang diperoleh dari hasil pembakaran merupakan emisi yang dapat mencemari udara
senyawa organik dalam lindi hitam tersebut. sekitarnya.
Walaupun kegiatan mengarah pada upaya
efisiensi produk dan aspek lingkungan, namun
implikasi dari kegiatan tersebut adalah di- Pembentukan Emisi
hasilkannya emisi yang mencemari udara.
Pencemaran yang terjadi di udara, penyebaran Emisi terbentuk dari sistem pembakaran
dan pengaruhnya dapat mencakup daerah yang bahan bakar seperti solar dan residu dalam
sangat luas. boiler dan genset. Emisi ini sangat dipengaruhi
Pengendalian emisi di industri pulp dan oleh efektifitas dari sistem pembakarannya.
kertas selain mengurangi dampak terhadap Pembakaran yang efektif akan mengurangi
kualitas udara, juga untuk memperkecil ke- emisi pencemar dalam aliran gas buang. Asap
hilangan bahan-bahan kimia. Untuk dapat yang dihasilkan dari pembakaran ini serta
melaksanakan kegiatan tersebut secara efektif, besarnya konsentrasi CO dalam emisi dapat
sebagai langkah awal perlu adanya pengkajian dijadikan indikator dari efisiensi suatu
teknis melalui penentuan karakteristik gas dan pembakaran.
partikulat yang terkandung didalamnya sehingga Efisiensi pembakaran (CE) didefin-
hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai isikan sebagai perbandingan konsentrasi CO2
dasar penentuan sistim pengelolaannya. terhadap jumlah konsentrasi CO2 dan CO dalam
Dalam makalah ini dipaparkan sumber persen, yang dapat dihitung dengan rumus
emisi dan karakteristiknya di industri pulp dan sebagai berikut :
kertas yang berbeda bahan baku dan prosesnya.
Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat [CO2]
bagi industri yang bersangkutan dan industri CE = ---------------- x 100%
lain yang sejenis dalam penanganan masalah [CO2 + CO]
emisi.

2
Dimana : merata. Faktor-faktor tersebut akan menye-
[CO2] = konsentrasi CO2 , babkan terbentuknya partikulat karbon dan asap
[CO] = konsentrasi CO berwarna hitam pekat.
Suatu metoda umum untuk mengurangi
Indikator pembakaran yang sempurna adalah asap hitam adalah dengan menginjeksikan
bila CE mencapai 99,9%, biasanya, konsentrasi kembali uap kedalam ruang bakar. Karbon yang
CO tidak lebih besar dari 150 ppm dan terbentuk kemudian dikonversi menjadi CH4
konsentrasi CO2 diatas 15 % (1,3). dan CO2 seperti reaksi sebagai berikut :

Asap 3 C (asap) + 2 H2O CH4 + 2 CO2

Asap adalah suspensi dari partikulat Emisi Anorganik


atau cairan dalam emisi yang dapat dilihat.
Umumnya ukuran partikulat berdiameter kurang Proses pembakaran menghasilkan gas
dari 50 mikron. Terlihatnya asap adalah fungsi CO, oksida nitrogen dan oksida belerang. Pada
dari jumlah partikulat yang ada. Opasitas dari umumnya oksida belerang didalam emisi
emisi juga fungsi dari ukuran partikulat dan terdapat dalam bentuk SO2. Kurang dari 2 %
berat jenisnya. Asap dapat berwarna hitam atau oksida belerang tersebut terdapat dalam bentuk
putih. SO3. SO3 larut dalam air dan secara cepat akan
Pembentukan asap berwarna putih atau berubah menjadi asam sulfat (H2SO4). Jumlah
hitam biasanya disebabkan oleh kurang gas CO yang terbentuk adalah fungsi dari
memadainya suhu dalam ruang pembakaran perbandingan C dan H dalam bahan bakar dan
ketika pembakaran bahan zat organik yang suhu proses pembakaran Umumnya oksida
mengandung senyawa rantai karbon. Asap putih nitrogen yang terbentuk adalah NO dan NO2.
terbentuk dari hasil pemanasan hidrokarbon
sampai tingkat terjadi penguapan atau Dampak Pencemaran
“cracking” dalam ruang bakar (tungku).
Temperatur dalam ruang bakar cukup tinggi Masuknya emisi dari cerobong ke udara
sampai menghasilkan pembakaran sempurna disekitarnya dapat menimbulkan dampak
dari hidrokarbon ini. Dengan temperatur sekitar negatif baik dampak skala mikro yang orde
150 – 260oC, beberapa hidrokarbon akan jangkau-annya sampai beberapa kilo meter,
terkondensasi menjadi cairan aerosol, dan dampak skala meso dengan jangkauan sampai
partikulat padat yang akan menjadi asap ratusan kilo meter dan dampak skala makro
berwarna bukan hitam. yang jangkauannya sampai diatas ribuan kilo
Penaikan suhu ruang bakar atau peninggian meter (8,9).
cerobong serta peningkatan turbulensinya Dampak skala mikro terjadi dalam orde
adalah beberapa metoda untuk mengendalikan waktu detik sampai beberapa menit. Faktor yang
asap berwarna putih. Turbulensi membantu mempengaruhi dampak skala mikro adalah
keseragaman suhu dalam aliran gas. Aliran meteorologis lokal. Dampak skala mikro adalah
udara yang berlebih dapat memperbaiki pengurangan jarak pandang (visibility) dan
pendinginan ruang bakar yang berlebihan, dan peningkatan presipitasi. Dampak skala meso
merupakan suatu cara untuk menurunkan terjadi dalam orde waktu menit sampai beberapa
buangan asap berwarna putih. Adanya zat jam, dan dipengaruhi oleh angin geostropik.
anorganik dalam emisi juga bisa menghasilkan Dampak skala meso hampir sama dengan
asap berwarna bukan hitam, seperti adanya dampak skala mikro. Sedangkan dampak skala
belerang dapat menghasilkan asap berwarna makro terjadi dalam waktu lebih besar dari pada
kuning, sedangkan kalium dan silikon oksida satu hari dan sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
akan menampakkan asap berwarna coklat muda global. Salah satu contoh dampak skala makro
sampai coklat tua. adalah perubahan suhu global dan perubahan
Asap berwarna hitam terbentuk bila iklim.
mana hidrokarbon dibakar dalam kondisi kurang Parameter uji yang diukur pada
oksigen. Dalam kondisi tertentu partikulat pemantauan kualitas emisi adalah partikulat dan
karbon akan ditemukan dalam emisi. gas seperti NOx, (NO dan NO2), SO2, CO, CO2
Kekurangan oksigen akan menyebabkan dan O2. Dampak parameter-parameter tersebut
atomisasi, turbulensi yang kurang baik dan memberikan dampak terhadap reseptor adalah
distribusi udara dalam ruang pembakaran tidak sebagai berikut :

3
a. Oksida Nitrogen sesudah electrostatic precipitator (ESP).
Gambar 1 menunjukkan pengukuran di cero-
Oksida nitrogen dapat menyebabkan iritasi bong power boiler.
akut, fibrosis dan bronchitis. Bila bereaksi
dengan air akan membentuk HNO3 yang bersifat
korosif. Selain itu dapat menghambat per-
tumbuhan tanaman kacang-kacangan dan tomat
(8,9).

b. Oksida Sulfur (SO2)

Oksida sulfur dapat menimbulkan dampak


yang signifikan terhadap kerusakan daun
tanaman yang menyebabkan daun berwarna
lebih pucat dan bila disertai dengan partikulat
dapat menyebabkan bronchitis terhadap manu-
sia. Oksida sulfur bila bereaksi dengan oksigen
dan uap air akan membentuk H2SO4 yang dapat
menyebabkan hujan asam.

c. Oksida Karbon Monoksida (CO) dan Karbon


dioksida (CO2)

Karbon monoksida dan karbon dioksida


dapat menyebabkan gangguan psikologis dan
patologis pada manusia. Pada konsentrasi CO
diatas 750 ppm dapat menimbulkan kematian Gambar 1. Pengukuran Emisi di Cerobong
(8,9,10,). Selain itu CO dan CO2 dapat mening- Power Boiler IPK-B
katkan pemanasan global. CO yang bersifat
reaktif dapat bereaksi dengan ozon (O3) dan IPK-K adalah industri pulp dan kertas yang
menyebabkan berkurangnya kandungan ozon memproduksi pulp dan berbagai jenis kertas
diatmosfir. karton dari bahan baku kayu. Pengukuran emisi
di IPK-K dilakukan di cerobong boiler yang
d. Partikulat menggunakan bahan bakar residu dan cerobong
recovery boiler yang berbahan bakar lindi hitam
Partikulat dapat menyebabkan ganggu-an (black liquor) dan residu sesudah melalui
pada system pernafasan, mengurangi intensitas electrostatic precipitator (ESP). Gambar 2
ultraviolet sehingga mengurangi suplay vitamin menunjukkan pengukuran di cerobong recovery
D dari sinar matahari yang pada akhirnya dapat boiler.
memperburuk pasien bronchitis akut dan
penyakit lainnya yang dipengaruhi oleh Metoda pengukuran dari masing-masing
konsentrasi dan waktu pemaparannya (2,11,13). parameter emisi adalah sebagai berikut :

BAHAN DAN METODA a) Klor (Cl2) : Gas klor diserap dengan bahan
kimia penyerap, NaOH, kemudian
Pelaksanaan kajian karakteristik emisi di- konsentrasinya ditentukan dengan metoda
lakukan di dua industri pulp dan kertas yaitu Iodometri (6,7).
IPK-B dan IPK-K. IPK-B adalah industri pulp b) Sulfur Tereduksi Total (TRS) sebagai H2S
dan kertas yang memproduksi pulp dan berbagai : Gas H2S diserap dengan bahan kimia
jenis kertas dari bahan baku bagas (bukan penyerap, Zn Asetat, kemudian
kayu). Pengukuran emisi di IPK-B dilakukan konsentrasinya ditentukan dengan metoda
pada cerobong power boiler yang berbahan iodometri (6,7).
bakar residu (heavy fuel oil), lime kiln, chlorine c) Partikulat : Contoh partikulat diisap dan
washing unit bleaching, smelt dissolving tank, disaring dengan filter microfibre thimbles,
dan recovery boiler yang berbahan bakar lindi kemudian konsentrasinya ditentukan dengan
hitam (black liquor) dan residu sebelum dan metoda gravimetric (6,7).

4
d) NOx, NO2 dan NO : Diukur dengan metoda HASIL DAN PEMBAHASAN
chemiluminescence (4,6,7).
e) SO2, CO dan CO2 : Diukur dengan metoda Karakteristik Emisi di IPK-B
non-dispersive infra red (NDIR) (4,6,7).
f) Oksigen (O2) : Diukur dengan metoda IPK-B merupakan industri pulp dan kertas
galvanic Cell (4,6,7). terintegrasi yang menggunakan bahan baku
bagas (bukan kayu) untuk memproduksi pulp
Alat ukur gas NOx, NO2 , NO, SO2, CO, CO2 dengan pemasakan menggunakan proses soda
dan O2 adalah portable gas analyzer Horiba dan pemutihannya menggunakan tahapan proses
PG-250 series (gambar 3). CEH. Jenis kertas yang diproduksi pabrik ini
diantaranya kertas koran, kertas HVS, kertas
tissue, dan kertas medium/kraft. Pengukuran
emisi pada pabrik IPK-B dilakukan pada 5
cerobong sumber emisi. Karakteristik emisi
hasil pengukuraan dari beberapa cerobong
adalah sebagai berikut :

a). Karakteristik Emisi dari Cerobong Power


Boiler
Pengukuran karakteristik emisi di
cerobong power boiler yang menggunakan
bahan bakar bakar heavy fuel oil (HFO)
dilakukan pada cerobong yang mempunyai
diameter sekitar 2 m dan tinggi sekitar 30
m (gambar 1). Cerobong power boiler ini
tidak dilengkapi dengan alat pengendali
emisi sehingga emisi hasil pembakaran
power boiler langsung dibuang ke
lingkungan. Hasil pengukuran karakteristik
emisi dari power boiler IPK-B yang
menggunakan bahan bakar heavy fuel oil
(HFO) seperti pada Tabe l1.
Hasil pengukuran karakteristik emisi
Gambar 2. Pengukuran Emisi di Cerobong menunjukkan bahwa konsentrasi parameter
Recovery Boiler IPK-K gas SO2 sebesar 640 – 1.028 mg/NM3
dengan rata-rata sebesar 884 mg/NM3
melebihi baku mutu yaitu sebesar 800
mg/NM3 . Tingginya konsentrasi SO2 rata-
rata hasil pengukuran dapat disebabkan
tingginya kandungan sulfur dalam bahan
bakar heavy fuel oil (HFO) yang digunakan.
Pada saat pembakaran di dalam power
boiler, sulfur bereaksi dengan O2
membentuk SO2 menurut persamaan reaksi
berikut :

S + O2 SO2

Ada dua alternatif untuk mengurangi


konsentrasi emisi gas SO2 keluar cerobong
Gambar 3. Pengukuran Parameter Emisi yaitu pertama menggunakan bahan bakar
dengan Horiba Portable Gas yang mengandung konsentrasi sulfur rendah
Analyzer kurang dari 0,04%. Bahan bakar sebelum
digunakan harus diketahui terlebih dahulu
konsentrasi sulfurnya. Alternatif kedua
adalah dengan memasang pengendali emisi

5
Tabel 1. Hasil Pengukuran di Cerobong Power Boiler

Hasil Pengukuran Baku mutu


No. Parameter Satuan Minimal Maksimal Rata-rata Kep.13/MenLH/3/1995
1. NOx mg/NM3 93 433 177 -
2. NO2 mg/NM3 57 267 102 1000
3. NO mg/NM3 36 166 75 -
4. CO mg/NM3 7,24 10,65 8,11 -
5. CO2 mg/NM3 120.033 204.254 160.291 -
6. SO2 mg/NM3 640 1.028 884 800
7. O2 mg/NM3 95.673 160.851 130.862 -
8. Partikulat mg/NM3 - - 140 230
3
*NM = Normal meter kubik

yaitu scrubber sesudah boiler dan sebelum Pengukuran karakteristik emisi di cerobong
cerobong. Media penyerap gas SO2 dapat recovery boiler dilakukan pada cerobong
menggunakan air. Dengan perbandingan yang mempunyai diameter sekitar 2 m dan
laju aliran gas dan laju aliran air penyerap mempunyai tinggi 30 m. Lokasi lubang
yang optimum dapat menurunkan sampling untuk pengukuran sudah
konsentrasi gas SO2 sampai diatas 90% memenuhi persyaratan yaitu pada
(2,9,10). Dengan demikian emisi dari ketinggian sekitar 25 m (> 8 kali diameter
cerobong power boiler aman untuk cerobong dari saluran masuk gas ke
lingkungan. cerobong). Hasil pengukuran karakteristik
Sedangkan parameter lainnya seperti emisi dari recovery boiler IPK-B dapat
partikulat dan NO2 konsentrasinya berada dilihat pada tabel 2.
jauh dibawah baku mutu. Efisiensi Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi total
pembakaran power boiler tinggi yaitu sulfur tereduksi (TRS) sebagai H2S, gas
sebesar 99,99%. Hal ini menunjukkan yang berbau walaupun dalam konsentrasi
bahwa pembakaran bahan bakar residu di rendah, memberikan nilai sangat jauh
power boiler sempurna, konsentrasi CO dibawah baku mutu. Konsentrasi gas
rata-rata yang terbentuk sangat rendah pencemar lainnya seperti SO2, NOx dan
sekali 8,11 mg/NM3 ( 7,08 ppm). lainnya sangat rendah. Hal ini menunjukkan
pembakaran didalam tungku sempurna (12).
b). Karakteristik Emisi di Cerobong Recovery Sedangkan konsentrasi parameter partikulat
Boiler yang keluar cerobong masih berada diatas
baku mutu. Berdasarkan perhitungan,
Recovery boiler di industri pulp dan kertas efisiensi penangkapan partikulat oleh ESP
merupakan jantungnya pabrik yang adalah 93,06%. Hal ini menunjukkan bahwa
berfungsi untuk menghasilkan uap dan penangkapan partikulat oleh alat pengendali
pengambilan kembali bahan kimia yang emisi electrostatic precipitator (ESP) belum
digunakan pada proses pemasakan. Di optimal dan perlu adanya tambahan alat
dalam recovery boiler, lindi hitam pekat penangkap partikulat lebih lanjut. Alat
dibakar agar menghasilkan bahan kimia tersebut diantaranya bisa dipasang 1 unit
yang dibutuhkan untuk digunakan kembali ESP atau 1 unit wet scrubber. Alat ini dapat
pada pemasakan pulp. Emisi gas hasil berfungsi ganda selain untuk menangkap
pembakaran tersebut menghasilkan gas debu juga dapat menurunkan konsentrasi
berbau seperti TRS dan partikulat. gas TRS dan SO2 dengan menggunakan
Konsentrasi gas dan partikulat ini harus cairan penyerap air atau larutan NaOH (12).
rendah dalam emisinya. Pada unit recovery Bila dilihat dari efisiensi pembakaran,
boiler ini sebelum emisi gas dibuang ke konsentrasi CO2 dan CO yang keluar dari
lingkungan dilewatkan terlebih dahulu ke cerobong recovery boiler cukup besar yaitu
alat pengendali emisi gas electrostatic 99,10 %.
precipitator (ESP).

6
Tabel 2. Hasil Pengukuran di Recovery Boiler

Hasil Pengukuran Baku mutu


No. Parameter Satuan Minimal Maksimal Rata-rata Kep.13/MenLH/3/1995
1. NOx mg/NM3 22 90 39 -
2. NO2 mg/NM3 16 56 25 -
3. NO mg/NM3 6 34 14 -
4. CO mg/NM3 1.078 2.043 1.486 -
5. CO2 mg/NM3 149.186 170.061 164.297 -
6. SO2 mg/NM3 38 56 46 -
7. O2 mg/NM3 98.300 133.890 118.070 -
8. Partikulat (out ESP) mg/NM3 - - 509 230
9. Partikulat (in ESP) mg/NM3 - - 7.336 -
10. TRS sbg H2S mg/NM3 - - 0,0250 10

c). Karakteristik Emisi di Cerobong Chlorine Hasil pengukuran menunjukkan bahwa


Washer konsentrasi senyawa sulfur tereduksi (TRS)
sebagai H2S sangat rendah sekali bahkan
Pengukuran karakteristik emisi di cerobong tidak terdeteksi. Sebaliknya kadar partikulat
chlorine washer dilakukan pada cerobong yang keluar dari cerobong lime kiln
yang mempunyai diameter sekitar 0,8 m konsentrasinya tinggi 722 mg/NM3 berada
dan tinggi sekitar 20 m. Emisi dari bagian jauh diatas nilai baku mutu, walaupun
ini terutama gas sisa dari proses pemutihan cerobong lime kiln ini sudah dilengkapi
yang menggunakan gas klor. Pada dengan cyclone scrubber. Nampaknya
cerobong chlorine washer ini tidak pengoperasian cyclone scrubber untuk
dilengkapi dengan alat pengendali emisi menangkap debu khususnya belum
tetapi langsung dibuang ke lingkungan. dioperasikan secara optimal. Hal ini terlihat
Hasil pengukuran karakteristik emisi dari pada saat pengukuran bahwa pengaliran air
chlorine washer IPK-B dapat dilihat pada sebagai bahan penyerap pencemar emisi
Tabel 3. belum di operasikan pada debit air penyerap
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa yang optimal sehingga dapat menyerap
konsentrasi klor sisa proses pemutihan partikulat sebanyak-banyaknya. Dalam hal
yang keluar dari cerobong chlorine washer ini perlu dilakukan pengaturan debit air
dan dibuang ke lingkungan sudah jauh penyerap yang optimal sebesar 5 – 10 galon
dibawah baku mutu. Untuk mengantisipasi per 1000 ft3 gas, agar efisiensi penyerapan
konsentrasi gas klor yang tinggi, untuk khususnya partikulat tinggi (3). Pada
menurunkannya dapat digunakan alat cerobong lime kiln ini perlu dibuat lubang
penyerap gas klor dengan menggunakan pengukuran pada saluran aliran gas sebelum
larutan alkali sebagai bahan penyerapnya masuk cyclone scrubber untuk mengetahui
(12). konsentrasi partikulat sebelum lewat
cyclone scrubber yang hubungannya untuk
d). Karakteristik Emisi di Cerobong Lime Kiln mengetahui effisiensi penyerapan partikulat
oleh cyclone scrubber.
Pengukuran karakteristik emisi di cerobong
lime kiln dilakukan pada cerobong yang e). Karakteristik Emisi dari Cerobong Smelt
mempunyai diameter sekitar 1 m dan Dissolving Tank
ketinggian sekitar 20 m. Pada cerobong
lime kiln ini sudah dilengkapi dengan alat Pengukuran karakteristik emisi di cerobong
pengendali emisi berupa cyclone scrubber smelt dissolving tank dilakukan pada
yang menggunakan air sebagai bahan cerobong yang mempunyai diameter sekitar
penyerap baik untuk gas maupun untuk 0,6 m dan ketinggian sekitar 25 m. Pada
partikulat (debu). Hasil pengukuran cerobong smelt dissolving tank ini tidak
karakteristik emisi dari lime kiln IPK-B dilengkapi dengan alat pengendali emisi.
dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pengukuran karakteristik emisi dari
smelt dissolving tank di IPK-B dapat dilihat
pada Tabel 5.

7
Tabel 3. Hasil Pengukuran di Chlorine Washer

Hasil Pengukuran Baku mutu


No. Parameter Satuan Minimal Maksimal Rata-rata Kep.13/MenLH/3/1995
1. Chlorine (Cl2) mg/NM3 4,60 4,58 4,59 10

Tabel 4. Hasil Pengukuran di Lime Kiln

Hasil Pengukuran Baku mutu


No. Parameter Satuan Minimal Maksimal Rata-rata Kep.13/MenLH/3/1995
1. Partikulat mg/NM3 - - 722 230
2. TRS sbg H2S mg/NM3 ttd ttd* ttd 28
*Ttd = tidak terdeteksi

Tabel 5. Hasil Pengukuran di Smelt Dissolving Tank

Hasil Pengukuran Baku mutu


No. Parameter Satuan Minimal Maksimal Rata-rata Kep.13/MenLH/3/1995
1. Partikulat mg/NM3 - - 439 230
2. TRS sbg H2S mg/NM3 - - 0,05 28

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa yang dapat dioperasikan dengan aliran air
konsentrasi parameter senyawa sulfur penyerap 5 – 7 galon per 1000 ft3 gas (3).
tereduksi (TRS) sebagai H2S rendah yaitu
sebesar 0,05 mg/NM3 berada dibawah nilai Karakteristik Emisi di IPK-K
baku mutu. Sebaliknya konsentrasi
partikulat (debu) yang keluar dari cerobong a). Karakteristik Emisi di Cerobong Boiler
smelt dissolving tank konsentrasinya tinggi
439 mg/NM3 jauh diatas nilai baku mutu. Cerobong boiler tidak dilengkapi dengan
Untuk menurunkan konsentrasi partikulat alat pengendali emisi. Hasil pengukuran
tersebut perlu dilengkapi dengan alat karakteristik emisi dari boiler IPK-K yang
pengendali emisi misalnya ventury scrubber menggunakan bahan bakar residu dapat
dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pengukuran di Cerobong Boiler

Hasil Pengukuran Baku mutu


No. Parameter Satuan Minimal Maksimal Rata-rata Kep.13/MenLH/3/1995
1. NOx mg/NM3 210 855 401 -
2. NO2 mg/NM3 125 519 258 1000
3. NO mg/NM3 85 336 143 -
4. CO mg/NM3 20 57 26 -
5. CO2 mg/NM3 19.094 27.174 23.854 -
6. SO2 mg/NM3 1.186 1.971 1.574 800
7. O2 mg/NM3 49.472 110.070 74.057 -
8. Partikulat mg/NM3 - - 42 230

8
Karakteristik emisi hasil pengukuran diatas 90% (2,9,10). Dengan demikian
menunjukkan bahwa konsentrasi gas SO2 emisi dari cerobong power boiler aman
tinggi yaitu sebesar 1.186 – 1.971 mg/NM3 untuk lingkungan.
dengan rata-rata sebesar 1.574 mg/NM3 Adapun parameter lainnya yaitu partikulat
jauh melebihi nilai baku mutu menurut (debu) dan NO2 berada jauh dibawah nilai
Kep.13/Men.LH/3/1995 yaitu sebesar 800 baku mutu. Efisiensi pembakarannya cukup
mg/NM3 . Tingginya konsentrasi SO2 rata- besar yaitu sebesar 99,89%. Hal ini
rata hasil pengukuran dapat disebabkan menunjukkan bahwa pembakaran bahan
tingginya kandungan sulfur dalam bahan bakar residu di power boiler cukup
bakar residu yang digunakan. sempurna.
Ada dua alternatif untuk mengurangi
konsentrasi emisi gas SO2 keluar cerobong b). Karakteristik Emisi di Cerobong Recovery
yaitu pertama menggunakan bahan bakar Boiler
yang mengandung konsentrasi sulfur rendah
kurang dari 0,04%. Bahan bakar sebelum Unit recovery boiler IPK-K tidak
digunakan harus diketahui terlebih dahulu menggunakan 100% lindi hitam (black
konsentrasi sulfurnya. Alternatif kedua liquor) sebagai bahan bakar tetapi
penurunan konsentrasi SO2 yang keluar menggunakan campuran 60% lindi hitam
cerobong adalah dengan memasang dan 40% residu. Pengukuran karakteristik
pengendali emisi yaitu scrubber jenis siklon emisi di cerobong recovery boiler dilakukan
atau venturi sesudah boiler dan sebelum pada cerobong yang mempunyai diameter
cerobong. Media penyerap gas SO2 dapat sekitar 2 m dan tinggi sekitar 40 m.
menggunakan air dengan laju aliran air Sebelum emisi unit recovery boiler dibuang
penyerap seperti yang diuraikan untuk ke lingkungan, terlebih dahulu dilewatkan
siklon atau venturi scrubber diatas. Dengan ke electrostatic precipitator (ESP). Hasil
perbandingan laju aliran gas dan laju aliran pengukuran karakteristik emisi dari
air penyerap yang optimum dapat me- recovery boiler di IPK-K dapat dilihat pada
nurunkan konsentrasi gas SO2 sampai Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengukuran di Cerobong Recovery Boiler

Hasil Pengukuran Baku Mutu


No. Parameter Satuan Minimal Maksimal Rata-rata Kep.13/MenLH/3/1995
1. NOx mg/NM3 60 201 100 -
2. NO2 mg/NM3 45 118 68 -
3. NO mg/NM3 15 83 32 -
4. CO mg/NM3 55 630 255 -
5. CO2 mg/NM3 197.595 231.967 214.625 -
6. SO2 mg/NM3 974 1.678 1.386 -
7. O2 mg/NM3 94.102 117.660 105.754 -
8. Partikulat (out ESP) mg/NM3 - - 51 230
9. Partikulat (in ESP) mg/NM3 - - 1.171 -
10. TRS sbg H2S (out ESP) mg/NM3 - - 0,00015 10
11. TRS sbg H2S (in ESP) mg/NM3 - - 0,00024 -

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa mg/NM3. Nampaknya konsentrasi gas SO2


konsentrasi total sulfur tereduksi (TRS) yang keluar cerobong perlu diturunkan
sebagai H2S sebesar 0,00015 mg/NM3 sampai dibawah 800 mg/NM3 walaupun
sangat jauh dibawah baku mutu. Demikian untuk recovery boiler ini tidak ada nilai
pula konsentrasi parameter gas NOx dan baku mutunya. Penurunan konsentrasi gas
parameter lainnya rendah, kecuali SO2 dapat dilakukan dengan memasang 1
konsentrasi gas SO2 cukup tinggi sebesar unit wet scrubber. Alat ini dapat berfungsi
974 – 1.678 mg/NM3 dengan rata-rata 1.368 ganda selain untuk menangkap debu juga

9
dapat menurunkan kadar gas TRS dan SO2 3. Beberapa alat pengendali emisi seperti
dengan menggunakan cairan penyerap air electrostatic precipitator (ESP) dan cyclone
atau larutan NaOH (12). Konsentrasi scrubber telah dipasang pada beberapa
partikulat keluar cerobong berada dibawah sumber emisi akan tetapi pengoperasiannya
baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa belum optimal.
penangkapan partikulat oleh electrostatic 4. Konsentrasi TRS sebagai H2S yang keluar
precipitator cukup optimal. dari cerobong unit recovery boiler, lime
Efisiensi penangkapan partikulat oleh ESP kiln, smelt dissolving tank umumnya sudah
adalah sebesar 95,64% dan efisiensi jauh dibawah baku mutu.
pembakaran sebesar 99,88 %. Untuk me- 5. Konsentrasi klor yang keluar dari cerobong
ngetahui efisiensi penangkapan debu dengan unit chlorine washer sudah dibawah baku
alat penangkap partikulat ESP perlu mutu.
diketahui pada saat pembakaran lindi hitam 6. Konsentrasi SO2 dan partikulat yang
100%. dibuang ke lingkungan masih terlalu tinggi
diatas baku mutu.
Bila dilihat secara keseluruhan, konsentrasi
SO2 yang keluar ke lingkungan dari boiler yang DAFTAR PUSTAKA
menggunakan residu, baik di IPK-B maupun
IPK-K, masih diatas nilai baku mutu. Demikian 1. Archie W Culf Jr; Darwis Sitompul.
pula konsentrasi partikulat yang keluar dari “Prinsip-Prinsip Konversi Energi”, Penerbit
cerobong recovery boiler, lime kiln dan smelt Erlangga, Jakarta, 1989.
dissolving tank, umumnya diatas baku mutu. 2. Brannland, Rolf, and Hartler,
Konsentrasi TRS sebagai H2S baik dari Nils.”Environmental Protection in the Pulp
cerobong unit recovery boiler, lime kiln, smelt and Paper Industry”, Department of
dissolving tank, umumnya jauh dibawah baku Cellulose Technology, Royal Institute of
mutu. Begitu juga dengan konsentrasi klor yang Technology, Stockholm, 1992.
keluar dari cerobong unit chlorine washer masih 3. Brunner, Calvin, R. “Hazardous Waste
dibawah baku mutu. Incineration”,Mc-GrawHill International
Nampaknya industri pulp dan kertas Edition, New York, 1994.
sebagai salah satu industri yang mengeluarkan 4. Horiba Instruction Manual : Portable Gas
emisi dengan konsentrasi SO2 dan partikulat Analyzer, Electronic Cooler Unit, Data
yang masih diatas nilai baku mutu. Dengan Logger for Portable Gas Analyzer,
tingginya kadar SO2 dan partikulat tersebut, Horiba,Ltd, 1999.
dampak pencemaran yang mungkin terjadi yaitu 5. KEPMENLH.No.Kep.-13/MENLH/3/1995
dampak terhadap reseptor diantaranya keru- Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
sakan pada daun tanaman dan gangguan saluran Bergerak.
pernapasan manusia ( 8,9,13). 6. Kumpulan Petunjuk Praktikum Analisa
Emisi Gas dari Cerobong, Puslitbang Kimia
KESIMPULAN Terapan LIPI
7. Leithe, W, “The Analysis of Air Pollutant”,
1. Boiler yang menggunakan bahan bakar Ann Arbor Science Publishers, Michigen,
residu mengeluarkan emisi dengan 1971.
konsentrasi SO2 diatas baku mutu, sehingga 8. Lokakarya Pengelolaan dan Pengukuran
perlu dilengkapi dengan alat pengendali Kualitas Udara, Produksi Bersih Benefita,
emisi sebelum dibuang ke lingkungan. Jakarta, 19-21 Pebruari 2001.
2. Recovery boiler, lime kiln dan smelt 9. Sax, Irving, N,” Industrial Pollution”, Van
dissolving tank umumnya mengeluarkan Nostrand Reinhold Company, New York,
emisi dengan konsentrasi partikulat diatas 1974.
baku mutu. 10. Springer, Allan, M, ”Industrial
Environmental Control, Pulp and Paper
Industry”, second Ed., TAPPI PRESS,
Atlanta, 1993.

10
11. Stern, Arthur, C, “Air Pollution”, Vol. 1. 13. Yusup Setiawan, et.al., “Pengaruh Emisi
Academic Press, New York, 1976. Boiler dari beberapa Industri Tekstil
12. UNEP, Environmental Management in the terhadap Pencemaran Udara”, Berita
Pulp and Paper Industry, Technical report Selulosa, Vol. XXXVIII, No. 3-4, tahun
No. 34. 2002 .

11

You might also like