Professional Documents
Culture Documents
Perilaku Ibu dalam Memberikan Pendidikan Seks Usia Dini pada Anak Pra
Sekolah (Studi Deskriptif Eksploratif di TK IT Bina Insani Kota Semarang)
Astri Aprilia*)
*)
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Koresponden :astriapriliarev@gmail.com
ABSTRACT
Sex educationislearning, realizing, and providing information about sex.
The information which is provided includes knowledgeaboutthe function ofthe
reproductive organ sby applying morals, ethics, commitment, faithto
prevent"abuse" of the reproductive organs. At the present time, many children
experience the early maturing and there is a growing number of sexual abuse of
children. The purpose of the research is to describe mother’s behaviour in giving
sex education in early age for pre school children, including practices,
knowledges, attitudes, subjective norms, behavioral believe, intentions and
behavioral deviation in children. This kind of research isa qualitative descriptive
exploratory approach. The subjects of the research were selected by purposive
sampling of 7 people. The validityof the research uses sources triangulation,
methods and theories. The data were analyzed using content analysis. Theory
ofPlanned Behavior is used in the framework of this analytical research. The
variablesexamined in this studyarethe personal characteristics ofthe mother,
mothers’ attitude toward the behavior, subjective norms, behavioral control of
mothers’ intention and mothers’ practices in giving sex education in early age for
pre school children.
The result of the research shows that mothers’ knowledge related to sex
education is still limited. Mothers have not understood about the restrictions that
must be given for pre school children according to the existing theories. It is
proved that mothers are still hesitate and not sure with what is delivered
according to the norms and beliefs of each mother. Mothers’ attitude in giving sex
education has been good, so does the husband. But there are still mothers who
do not understand the best way to answer the children’s questions. Mothers
already have the intention in providing sex education for pre school children, it is
proved from the mothers’ effort in finding the studies of Sex Education in early
age. Mothers’ practices have been good, but the studies of the restriction that
must be given to the children has not been known by mothers. The conclusion is
that giving sex education in early age for pre school children is still not
appropriate according to the limitation of children’s age because it is still
considered taboo by mothers in providing the understanding to the children.
619
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
620
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
2013 hanya ada 502 aduan anak membicarakannya dengan orang tua
berhadapan dengan Hukum (ABH) mereka. Sebelum berbicara
untuk kasus kekerasan. Pengaduan mengenai seks kepada anak mereka,
itu dilakukan secara langsung (187), oran tua harus mempersiapkan
surat (40), telepon (34) dan surat dirinya sendiri terlebih dahulu.9
elektronik (241).8 Mendiskusikan masalah seks
Di Indonesia, anak usia 6-12 pada anak memang tidak mudah,
tahun paling sering mengalami apalagi yang ada di dalam pikiran
kekerasan seksual (33%) dan orang tua ketika mendapat kalimat
emosional (28,8%), dibandingkan “pendidikan seks di usia dini” adalah
dengan kekerasan yang bersifat fisik mengajarkan anak untuk
(24,1%).6 Tingginya kasus kekerasan berhubungan seksual. Sehingga
seksual pada anak (child abuse) orang tua tidak ingin atau enggan
yang dilakukan oleh orang-orang untuk mengajarkannya. Namun,
terdekat anak termasuk keluarga mengajarkan pendidikan seks pada
menunjukkan pentingnya anak harus diberikan agar anak tidak
pemahaman akan pendidikan seks salah melangkah dalam hidupnya.4
usia dini. Memberikan pendidikan Teori Planned Behavior
seksual menjadi hal yang penting menyatakan bahwa terdapat 3
untuk dilakukan. Pendidikan determinan perilaku yang dapat
kesehatan reproduksi bagi anak-anak mempengaruhi niat seseorang
sedini mungkin, perlu dilakukan oleh berperilaku yaitu sikap seseorang
orang tua dan pihak sekolah agar terhadap perilaku, norma subjektif
anak tidak mendapatkan informasi yang berlaku serta persepsi atau
yang salah dari teman, internet, kemampuan seseorang untuk
maupun media lainnya. Orangtua mengontrol tingkah laku.10 Dalam hal
terkadang mengalami kesulitan ini, seorang ibu dalam praktik
membicarakan tentang seksualitas memberikan pendidikan seks usia
kepada anaknya, menganggap hal dini pada anak dipengaruhi oleh
tersebut masih tabu, ketika anak keyakinan pribadinya mengenai
bertanya kepada orang tua mengenai seberapa penting memberikan
seksualitas. Orang tua justru pendidikan seks sejak dini. Jika ibu
memarahi anak dan memerintahkan berkeyakinan bahwa memberikan
anak untuk tidak membicarakannya pendidikan seks sejak dini akan
di depan orangtua. Didorong atas berdampak positif maka ibu akan
rasa keingintahuan yang tinggi, anak melakukannya, begitu pula
akan mencari jawaban atas sebaliknya
pertanyaannya ke sumber informasi Taman Kanak-kanak Islam
lain yang belum tentu tepat, seperti Terpadu (TK IT) Bina Insani
teman ataupun internet.5 merupakan salah satu Institusi
Orang tua pada dasarnya pendidikan yang dikhususkan bagi
masih cenderung malu ketika harus anak usia Pra Sekolah. Berdasarkan
memberikan pengertian tentang studi pendahuluan yang penulis
seksualitas pada anak-anak mereka.4 lakukan di TK IT Bina Insani
Padahal membicarakan masalah Semarang, beberapa anak-anak tidak
seks ini sangat penting. Berdasarkan sungkan untuk membuka pakaian di
hasil penelitian di 50 negara di dunia depan orang lain. Selain itu
anak remaja akan terhindar dari hubungan antara siswa laki-laki dan
keterlibatan dengan seks bebas siswi perempuan yang terlalu akrab
seandainya mereka dapat dalam pergaulan meskipun masih
621
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
622
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
623
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
624
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
jika anak bermain sampai kontak oral mengasuh anak usia prasekolah
genital, simulasi/ hubungan nyata, sebelumnya. Seluruh subyek
atau penetrasi, hal tersebut penelitian merupakan suku
merupakan indikasi bahwa anak Jawa, sehingga dari hasil
terlalu terpapar media mengenai hal- penelitian, tidak dapat
hal dewasa atau terjadinya disimpulkan keterkaitan antara
pelecehan seksual pada anak.40 suku subyek penelitian dengan
perilaku pemberian pemahaman
SIMPULAN pendidikan seksusia dini pada
1. Praktek Pemberian pemahaman anak. Seperti disampaikan oleh
Pendidikan seks usia dini, Ibu salah satu subyek penelitian,
memberikan materi yang sudah perhatian maupun pemahaman
diberikan kepada anak yaitu, pendidikan seks diberikan oleh
pemahaman mengenai jenis ibu lebih banyak kepada anak
kelamin anak, perbedaan antara perempuan dibandingkan
laki-laki perempuan, pengertian kepada anak laki-laki karena
mengenai fungsi organ anak perempuan cenderung
reproduksi. Selain itu masih ada lebih rawan.
ibu yang salah dalam menjawab 3. Pengetahuan subyek penelitian
pertanyaan dan bahkan ada mengenai pendidikan seks usia
yang tidak menjawab pertanyaan dini
dari anak. Pengetahuan ibu mengenai
2. Karakteristik Subyek Penelitian Pendidikan seks untuk anak usia
Umur subyek penelitian berkisar dini cenderung masih kurang.
antara 33 sampai 39 tahun. Materi yang sudah diberikan oleh
Dalam penelitian ini besarnya ibu yaitu, pengenalan jenis
umur tidak menjamin perilaku ibu kelamin anak, fungsi dari alat
dalam memberikan pemahaman kelamin, pemisahan tempat tidur
pendidikan seks usia dini pada anak, penanaman rasa malu
anak prasekolah. Tingkat pada anak dan pentingnya
pendidikan subyek penelitian mengenalkan aurat sejak dini.
adalah D2, D3 dan Sarjana, Namun, sebagian besar ibu
Namun pendidikan tidak belum mengetahui dengan jelas
menjamin pemahaman ibu untuk mengenai batasan-batasan
memberikan pendidikan seks materi yang harus diberikan
kepada anak sejak dini. Subyek kepada anak usia prasekolah.
dengan pendidikan Sarjana Materi pokok mengenai organ
belum tentu memiliki sikap yang reproduksi yang diberikan oleh
lebih baik dibandingkan subyek ibu belum benar, misalnya untuk
penelitian yang berpendidikan penyebutan mengenai istilah alat
Diploma. Pengalaman orang tua kelamin kepadaa nak. Selain itu,
merupakan salah satu faktor ibu masih merasa tabu untuk
yang penting dalam memberikan membicarakan mengenai
pemahaman pendidikan seks pendidikan seks kepada anak.
usia dini pada anak prasekolah. Orang tua yang memahami
Namun belum tentu bahwa ibu pentingnya pendidikan seks dan
yang berpengalaman dalam paham batasannya, seharusnya
mengasuh anak sebelumnya, tidak merasa tabu, karena materi
akan berpraktek lebih baik ini dibutuhkan oleh anak.
daripada ibu yang belum pernah
625
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
626
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
627
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
628