Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The existence of the KPK Supervisory Board, which has been regulated in positive law, has become a
question and correction for the public from the idea of its formation being rolled out to the
performance of its duties and functions to date. This contrasts with the Sociological Jurisprudence
study that the law that lives in society (living law) and positive law is the ratio of the source of ideas
to ideal legal materials. Reviewing the existence of the KPK supervisory board through normative
legal research methodologies, the authors seek a common ground between the continuity of positive
laws governing the KPK Supervisory Board and the ideal community needs for the performance of the
duties and functions of the KPK Supervisory Board as part of the corruption eradication law
enforcement system in Indonesia. Based on the juridical normative study method and through the
comparative approach of the KPK Supervisory Board in Indonesia with several institutions such as
the KPK supervisory board in other countries (compparative approach), the results of this study
indicate that regulatory changes to the current KPK supervisory board are a necessity, despite the age
of the institution. there are not many supervisors. However, the needs of the community will be
increasingly accommodated if the concept of performance and function of the KPK Supervisory Board
is changed according to the laws that live in the community (Sociological Jurisprudence)
Abstrak
Eksistensi Dewan Pengawas KPK yang telah di atur dalam hukum positif, menjadi
pertanyaan dan koreksi masyarakat dari wancana pembentukkannya digulirkan hingga
kinerja tugas dan fungsinya berjalan sampai saat ini. Hal ini bertolak belakang dengan
kajian Sociological Jurisprudence bahwa hukum yang hidup di masyarakat (living law) serta
hukum positif itu adalah rasio sumber ide bahan hukum idiil. Mengkaji keberadaan Dewan
pengawas KPK melaluo metodologi penelitian hukum normatif, penulis mencari titik temu,
antara kesinambungan hukum positif yang mengatur Dewan Pengawas KPK dengan
kebutuhan masyarakat yang ideal akan kinerja tugas dan fungsi Dewan Pengawas KPK
sebagai bagian dari sistem penegakkan hukum pemberantasan Korupsi di Indonesia.
Berdasarkan metode kajian normatif yuridis dan melalui pendekatan perbandingan
lembaga Dewan Pengawas KPK di Indonesia dengan beberapa lembaga seperti dewan
pengawas KPK di negara lain (compparative approach), hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perubahan regulasi terhadap dewan pengawas KPK yang sekarang adalah sebuah
keniscayaan, meskipun umur lembaga pengawas ini belum banyak. Namun, kebutuhan
masyarakat akan semakin terakomodir apabila konsep kinerja dan fungsi Dewan Pengawas
KPK diubah sesuai hukum yang hidup di masyarakat (Sociological Jurisprudence)
maupun di luar pemerintah juga telah merusak Kehadiran KPK sebagai infrastruktur
moral dan keamanan sosial. Sehingga pembasmi korupsi, hingga saat ini masih
seharusnya regulasi baru dari UU KPK ini diharapkan prestasinya oleh masyarakat.
menjadi “senjata” untuk pelaku tindak pidana Lembaga Survei Indonesia tahun 2019 meng-
korupsi agar tidak lebih banyak lagi memberi ungkapkan bahwa sekitar 84% masyarakat
dampak yang lebih buruk kepada aspek percaya akan kinerja KPK. Kepercayaan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lain. masyarakat yang besar ternyata berjalan lurus
Bukan tanpa sebab ketika korupsi dengan keinginan pemerintah, karena seiring
terjadi dalam kehidupan bernegara di dengan perkembangan waktu, pemerintah
Indonesia semakin massif, hal ini di sebabkan menganggap lembaga KPK perlu di tingkatkan
kalangan elite hingga kalangan masyarakat kualitasnya dari segi tanggung jawab, dan
“akar rumput” juga melakukan tindakan susbstansi lainnya. Atas dasar tersebut peme-
kriminal tersebut, artinya hal ini sangat mem- rintah menganggap diperlukan sebuah peru-
bahayakan, terutama dalam aspek ekonomi. bahan atas muatan substansi yang terdapat
Korupsi di Indonesia sudah terjadi sejak orde dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002.
baru, dan hingga saat ini belum dapat Revisi UU KPK dilakukan untuk mem-
dihilangkan oleh pemerintah sekalipun telah perkuat instansi dan skema bertujuan dalam
dibentuk lembaga negara khusus seperti KPK memberantas tindak pidana korupsi. Pasca
untuk menagani korupsi pascara reformasi. reformasi, Eksistensi Lembaga KPK memiliki
Tidak hanya KPK, lembaga negara baru yang daya tarik dan perhatian masyarakat sangat
lain banyak bermunculan pasca reformasi, tinggi, hal ini terbukti dengan berbagai macam
setiap lembaga memiliki cita-cita yang luhur, kasus yang acap kali muncul saat pembe-
lembaga baru dibentuk agar dapat melengkapi rantasan korupsi itu berjalan, dari tragedi
seluruh lembaga warisan orde baru yang tidak “Cicak vs Buaya” hingga korupsi “Papa Minta
transparansi dan tidak efektif menjadi lebih Saham” yang menjerat orang nomor 1 pada
transparan dan efektif, misal saja, pada bidang kekuasaan legislatif yaitu Setya Novanto. Dari
hukum dibentuk lembaga Komisi Kejaksaan berbagai kasus tersebut ternyata menyerap
dan Komisi Kepolosian Nasional. (Fakhrazi, banyak energi penguasa (pemerintah) untuk
2017) Analisa sederhana penulis kemunculan kemudian KPK menjadi sasaran perubahan
negara baru untuk menyelesaiakan perma- dalam struktur organisasinya. Dalam arti yang
salahan hukum yang kompleks, yakni muncul lain, semakin banyak kasus dan perhatian
dari satu faktor utama, yaitu faktor moral masyarakat semakin banyak pula atensi peme-
individu masyarakat yang perlu dibenahi rintah untuk perubahan regulasi lembaga KPK,
dengan penanganan luar biasa dari kebijakan hal ini prinsipnya ditentang oleh masyarakat
pemerintah itu sendiri. (Suparman, 2020) sehingga sering kali disebutkan ketika regulasi
KPK dirubah, tindakan tersebut dianggap
Gambar 1 sebagai tindakan “kriminalisasi KPK”. (Ahmad,
2011)
Dalam pandangan penulis logika
pemerintah tidak sejalan dengan aliran hukum
yang selama ini banyak menjadi dasar
pembentukan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah, yaitu aliran hukum sosiological
jurisprudence, Hukum yang baik adalah hukum
yang hidup di tengah masyarakat (living law),
(Darji, Shidarta, 2000) pernyataan tersebut
prinsipnya memiliki logika sederhana. Misal,
Sumber : Rilis Lembaga Survei Indonesia, Efek ketika korupsi tidak ingin terjadi dimasyarakat
Kinerja Pemberantasan Korupsi Terhadap maka pemerintah harus turun tangan untuk
Dukungan Pada Jokowi, Temuan Survei membuat hukum yang ketat dan tajam
Nasional 2016-2019. terhadap pelaku tindak pidana korupsi. tanpa
hukum yang lebih ketat dan lebih tajam, maka
penegak hukum pemberantas korupsi akan
berkeja sia-sia. Perkara korupsi bukan perkara selain itu penulisan ini bertujuan untuk
yang biasa, namun sudah disebut sebagai mengetahui lebih dalam terkait keberadaan
tindak kriminal yang luar biasa (extra ordinary dewan pengawas KPK yang dilihat dari
crime). perspektif aliran hukum sosiological juris-
Dewasa ini pelaku korupsi didominasi prudence. Berdasarkan uraian tersebut penulis
oleh pelaku yang memiliki kewenangan, dalam tertarik menelaah dewas pengawas komisi
hal ini, seluruh kekuasaan yang ada di pemberantasan korupsi dalam perspektif aliran
pemerintahan, sifat dari pelaku korupsi sosiological jurisprudence.
pemerintah sangat sulit untuk dirasakan dan
diraba (ex-post factum). Karena yang sering Metodologi Penelitian
dijerat dan menjadi pelaku tindak pidana Jenis penelitian yang penulis gunakan
korupsi adalah mereka juga yang memiliki untuk menjawab pertanyaan adalah penelitian
kewenangan cukup besar. Atas dasar tersebut, hukum normatif. Kemudian untuk memak-
cara pandang menciptakan regulasi tentang simalkan jawaban yang ingin diuraikan,
pemberantasan korupsi bukanlah dari para penulis menekankan pada pendekatan sejarah
pemangku kepentingan mengeluarkan kebi- aliran hukum sosciological jurisprudence
jakan untuk menata bagaimana korupsi bisa (historical approach) (Dimyati, 2003) serta pende-
menjadi lebih rendah intensitasnya, namun katan perbandingan (comparative approach)
menciptakan regulasi harus dilihat dari cara kedua pendekatan ini dilaksanakan melalui
pandang bagaimana kehidupan sosial di cara yang menitik beratkan pada metode kajian
masyarakat dapat dijalankan dengan budaya kepustakaan, sehingga dari seluruh data yang
anti korupsi (pencegahan). cara pembentukan disajikan dalam karya ilmiah ini akan
regulasi atau kebijakan ini lah yang ingin ditemukan data yang bersifat data sekunder,
disampaikan oleh sociological jurisprudence data sekunder dalam penulisan ini terdiri dari
kepada para akademisi yang mendalami ilmu terdiri dari beberapa bahan hukum, yakni
hukum, filsafat hukum, hingga sosiologi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
hukum, agar para pembuat kebijakan ketika dan bahan hukum tertier.
menciptakan “baju hukum” untuk pembe-
rantasann tindak pidana korupsi harus tercipta Hasil dan pembahasan
secara maksimal dan memasukkan strategi Aliran Sociological Jurisprudence Menjadi
pencegahan korupsi dalam undang-undang Pijakan Regulasi Pemberantasan Korupsi
dapat lebih efektif dan bertahan lama (long last Filsafat hukum hingga saat ini terus
protection). dipelajari dalam perguruan tinggi, aliran
Dewasa ini, Regulasi UU KPK telah memiliki filsafat hukum yang mulai banyak dikaji adalah
banyak perubahan terkait struktur organi- aliran Sociological Jurisprudence. Mahrus Ali
sasinya. Salah satu perubahan dan begitu menyatakan bahwa aliran ini adalah sintesa
terlihat perbedaan dari UU KPK sebelum dari hukum posistif, dan sejarah adalah
perubahan adalah terkait struktur organi- antitesisnya. (Ali, 2017) aliran yang dike-
sasinya. Setelah perubahan UU KPK muncul mukakan oleh Eugene Eurlich ini menekankan
satu badan otonom pada lembaga tersebut, pada hukum yang hidup dalam masyarakat
yang disebut dengan Dewan Pengawas. Dalam dalam adalah hukum yang mengakomodir
penulisan ini, yang menjadi pertanyaan besar nilai-nilai budaya masyarakat di dalamnya.
apakah dewan pengawas tersebut muncul dari Sociological jurisprudence merupakan buah
keninginan dan budaya masyarakat Indonesia pemikiran Eugene Ehrlich yang memiliki
yang betul-betul menghendaki adanya lembaga pendapat bahwa adanya perbedaan antara
tersebut hadir (dasar sosiologis hukum), atau hukum positif dan hukum yang hidup di
lembaga pengawas KPK tersebut muncul dari masyarakat (living law). Menurutnya hukum
regulasi yang tidak sah (cacat formal dan cacat tidak berpangkal pada perundang-undangan
materiil), yang kemudian memunculkan atau putusan hakim, namun hukum yang ada
dugaan bahwa dewan pengawas ini diciptakan di masyakarat. (Susilowati, 2000) Sedangkan
oleh pemangku kepentingan yang ingin melan- Roscoe Pound sebagai ahli yang mem-
carkan nafsu kekuasaannya dan melang- populerkan sociological jurisprudence di Amerika
gengkan kekuasaan menjadi lebih permanen ? melihat bahwa hukum sebagai alat rekayasa
sosial atau dapat dikenal sebagai law as a tool of adanya keteraturan manusia. Ketiga, adanya
social engineering. Pemahaman ini didasari oleh kekhawatiran Satjipto jika hukum tidak diba-
pemikiran bahwa perubahan hukum akan rengi dengan hati nurani penegak hukum,
mempengaruhi perubahan sosial sehingga maka hanya akan menghasilkan “dark
hukum berfungsi untuk merekayasa masya- engineering”. Hal ini berkaitan dengan teori
rakat dan mengatur masyarakat.(Lathif, 2017) Mochtar sebelumnya bahwa hukum digunakan
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Pound ingin sebagai sarana pembaharuan masyarakat.
membuat ilmu hukum bukan hanya sekedar Perbedaan diantara kedua teori hukum
teori namun lebih pada realita yang masuk tersebut kemudian dilengkapi oleh Romli
dalam pembangunan masyarakat itu sendiri. Atmasasmita melalui pandangan bahwa
Pengaruh dari aliran sociological hukum juga merupakan sistem nilai. (Atmasas-
jurisprudence pun telah mengilhami beberapa mita 2017) Dengan mengelaborasi dua teori
tokoh di Indonesia antara lain Mochtar sebelumnya, Romli Atmasasmita menyim-
Kusumaatmadja, Satjipto Rahardjo, hingga pulkan bahwa hukum adalah satu kesatuan
Romli Atmasasmita. Masing-masing dari keti- dari ketiga sistem tersebut dalam teori hukum
ganya memiliki teori yang berkelindan dengan integratif. Landasan dari pemikiran Romli tidak
pemikiran sociological jurisprudence dalam lain karena menurutnya suatu proses dalam
mempelajari ilmu hukum. Mochtar Kusuma- hukum baik pembentukan peraturan atau
atmadja melalui teori hukum pembangunan putusan pengadilan tetap merujuk pada nilai-
dengan pemahaman law as a tool of social nilai Pancasila. Teori hukum integratif menge-
engineering menatap hukum sebagai sarana depankan musyawarah-mufakat atau dialog
yang digunakan untuk mengubah masyarakat dua arah dan menolak untuk menempatkan
selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan. kepentingan masyarakat dan negara secara
Konsepsi pemikiran ini didasarkan pada berhadapan. Keduanya harus jalan berdam-
pemahaman atas adanya suatu rangkaian pingan agar terciptanya suatu kedaulatan
antara hukum dengan kaidah sosial lainnya hukum. Penerapan Sociological Jurisprudence di
yaitu agama, kesusilaan, kesopanan, dan adat Indonesia dapat dilihat dengan bagaimana
kebiasaan. Dengan demikian hukum bukan pemerintah menjadikan nilai-nilai Pancasila
merupakan satu-satunya kaidah yang ada, sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan.
namun hanyalah bagian dari kaidah sosial Jika substansi, struktur, dan kultur hukum
secara keseluruhan.(Aulia, 2018) berlandaskan Pancasila maka akan sejalan
Satjipto Rahardjo dengan teori hukum dengan nilai-nilai masyarakat yang terkandung
progresif menilai bahwa hukum diciptakan di dalamnya. (Maskur, 2016)
untuk manusia, bukan sebaliknya. Hukum Aliran sociological jurisprudence di
progresif adalah hukum yang dapat memberi Indonesia telah banyak digunakan dalam
kebebasan dengan pemikiran maupun tindakan pembentukan hukum di Indonesia, beberapa
sehingga hukum dengan nuraninya dapat guru besar yang penulis angkat sebelumnya,
bekerja untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hingga hari ini pemikiran-pemikiran tentang
manusia. (Rhiti 2016) Walaupun lahir dari sosiological jurisprudence telah banyak kontri-
pengaruh aliran filsafat hukum yang sama, businya terhadap pembentukan hukum di
namun terdapat perbedaan diantara teori Indonesia, sehingga dapat diartikan aliran
hukum progresif dan teori hukum pemba- sociological Jurisprudence sedikit banyak menjadi
ngunan. Pertama, pemikiran Satjipto berlan- pijakan dasar pembentukan peraturan
daskan realita kegagalan hukum sebagai perundang-undangan di Indonesia. Prinsipnya
sistem, sedangkan Mochtar mendasarkan jika berdiri pada urgensi bahwa aliran ini
pemikirannya dari cara memfungsikan hukum sangat penting bagi pembentukan perundang
dalam pembangunan nasional. Kedua, hukum undangan, maka hematnya seluruh peraturan
progresif melihat bahwa hukum tidak dapat perundang-undangan yang ada di Indonesia
dipaksakan demi ketertiban karena hakikatnya adalah murni dari keinginan rakyat Indonesia.
bukan manusia yang bekerja untuk hukum Dalam artikel ini penulis melihat lebih
namun hukum untuk manusia. Sebaliknya dalam, dari salah satu peraturan perundang-
dalam teori hukum pembangunan masih undangan yang acap kali menjadi pemberitaan
mempertahankan kepastian hukum demi apakah sudah sesuai dengan aliran sociological
otonom yang disebut dengan dewan pengawas Sejak kehadiran dewan pengawas
KPK. Dalam menjalankan tugasnya pasal ini dalam tubuh KPK, tingkat kepercayaan publik
merinci apa saja yang menjadi tugas daripada terhadap lembaga ini mulai menurun. Menurut
dewan pengawas tersebut yakni: survei yang dilakukan Indo Barometer pada
a. mengawasi pelaksanaan tugas dan awal tahun 2020, KPK menduduki peringkat
wewenang Komisi Pemberantasan keempat sebagai lembaga yang dipercaya
Korupsi; publik dengan raihan suara sebanyak 81,8
b. memberikan izin atau tidak memberikan persen. Posisi KPK masih berada di bawah TNI
izin Penyadapan, penggeledahan, dengan nilai 94 persen, Presiden dengan raihan
dan/atau penyitaan; 89,7 persen, dan organisasi agama seperti
c. menyusun dan menetapkan kode etik Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah
Pimpinan dan Pegawai Komisi dengan 86,8 persen. Padahal pada tahun-tahun
Pemberantasar Korupsi; sebelumnya KPK selalu menduduki peringkat
d. menerima dan laporan dari masyarakat tiga besar. Bahkan pada 2016-2018 KPK
mengenai adanya dugaan pelanggaran menempati peringkat pertama lembaga yang
kode etik oleh Pimpinan dan Pegawai dipercaya masyarakat pada tiga survei berbeda
Komisi Pemberantasan Korupsi atau oleh Polling Centre, CSIS, dan Lembaga Survei
pelanggaran ketentuan dalam Undang- Indonesia (LSI). jatuhnya kepercayaan publik
Undang ini; ini berbanding lurus dengan kepuasan publik
e. menyelenggarakan sidang untuk terhadap kinerja Presiden Joko Widowo dalam
memeriksa adanya dugaan pelanggaran bidang penegakan hukum dan pemberantasan
kode etik oleh Pimpinan dan Pegawai korupsi. Angka 61,5 persen pada Januari 2020
Komisi Pemberantasan Korupsi; dan didapat dalam bidang tersebut yang turun 11,1
f. melakukan evaluasi kinerja Pimpinan dan persen dari angka 72,6 persen pada Agustus
Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi 2019.
secara berkala 1 (satu) kali dalam I (satu) Penurunan tingkat kepercayaan publik
tahun. terhadap KPK dan pemberantasan korupsi di
Dewan pengawas diklaim sebagai Indonesia salah satunya diakibatkan birokrasi
bentuk pengawasan, namun akibat kewe- yang kental pada kinerja KPK saat ini sehingga
nangan yang tidak seharusnya dimiliki oleh pemberantasan korupsi dianggap menjadi lebih
organ tersebut, hal ini dianggap sebagai bentuk sulit dan rumit. Salah satu hal yang telah terjadi
pelemahan. Tanpa adanya dewan pengawas, adalah lambatnya pemberian izin oleh dewan
mekanisme pengawasan terhadap KPK pun pengawas terkait penggeledahan. Dalam kasus
telah dilakukan secara internal melalui yang menjerat politisi PDI Perjuangan Harun
Direktorat Pengawasan Internal dan dewan Masiku dan Komisioner KPU Wahyu Setiawan,
penasihat. Adanya lima orang pimpinan KPK penggeledahan baru dilakukan KPK seminggu
juga merupakan bentuk saling mengawasi setelah adanya operasi tangkap tangan (OTT).
antar pimpinan yang bekerja secara kolektif Padahal jika merujuk pada masa sebelumnya
dan kolegial. Bagi pimpinan KPK yang OTT dilakukan bersamaan dengan pengge-
melakukan pelanggar akan diproses dengan ledahan demi menemukan bukti secepatnya.
dibentuknya komite etik. Sedangkan bagi Turunnya tingkat kepercayaan publik
pegawai atau penasehat KPK yang melakukan pun juga dipengaruhi oleh praktik penanganan
pelanggaran maka proses penyelesaiannya kasus korupsi di era KPK saat ini yang
akan dilakukan melalui Dewan Pertimbangan dipertanyakan karena adanya pengehentian 36
Pegawai yang kemudian membentuk majelis kasus sampai Februari 2020. Hal ini meng-
etik. Hal ini menunjukan dalam diri KPK indikasikan jika sejak pelantikan pimpinan
sendiri telah adanya pengawasan yang baik KPK yang baru pada 20 Desember 2019, dalam
sehingga kehadiran dewan pengawas malah satu bulan rata-rata 18 kasus dihentikan.
membuat suatu kerancuan, terutama dengan Padahal dalam lima tahun terakhir kasus yang
tugasnya yang seolah sangat berkuasa tidak dihentikan oleh KPK hanya sebanyak 162 kasus
hanya terkait etik internal KPK, namun juga dengan perhitungan rata-rata 2 kasus per-
kewenangan KPK keseluruhan. bulan. Penghentian kasus-kasus tersebut juga
diberi catatan oleh ICW dengan adanya kekha-
watiran abuse in power karena penghentian memainkan peran check and balance. Hal ini
kasus di tingkat penyelidikan semestinya harus didasarkan pada tujuan untuk mem-
melalui gelar perkara yang melibatkan banyak perkuat kelembagaan dan menjaga agar tidak
pihak. ada pelanggaran dalam menjalankan tugas dan
Dari banyak fakta yang muncul di kewenangan.
media pemberitaan, justru hal ini berbading ICAC Hong Kong dikenal sebagai
terbalik dengan konsep aliran sociological juris- lembaga independen anti korupsi yang memi-
prudence yang menjadi pijakan pembentukan liki sistem checks and balances yang baik. Hal ini
regulasi peraturan perundang-undangan di ditunjukkan bahwa pengawasan yang
Indonesia, dan UU yang paling disorot serta dilakukan terhadap ICAC tidak hanya berasal
menjadi perhatian publik seperti UU KPK dari executive council dan legislative council saja,
seharusnya yang terjadi meningkatnya keper- melainkan terdapat pengawasan lain untuk
cayaan publik pada lembaga tersebut. Sehingga dapat mengontrol agar ICAC tetap bekerja
makna dari hukum yang baik adalah hukum sesuai dengan orientasi tujuannya. Selain itu,
yang ada di tengah masyarakat muncul pada pengawasan tetap dibutuhkan guna mencegah
pemberitaan terkait lembaga KPK dengan adanya indikasi penyalahgunaan wewenang
berita-berita yang positif, atau informasi yang sebagaimana yang dinyatakan oleh John
memberikan prestasi dari kinerja KPK. Emerich Edward Acton yang penulis sebutkan
Jika membandingkan diri dengan ICAC sebelumnya.
Hongkong sebagai lembaga anti korupsi yang Pengawasan lain terhadap ICAC dapat
telah menorehkan prestasi besar, maka dilihat dengan eksistensi Advisory Committes
sesungguhnya dalam Undang-Undang KPK yang ditunjuk oleh Kepala Eksekutif Peme-
Nomor 30 Tahun 2002 dapat dilihat adanya rintahan Hong Kong dimana keanggotaannya
kemiripan diantara kedua lembaga tersebut. diisi oleh komponen masyarakat lintas sektoral.
Namun dengan adanya revisi pada UU KPK (Hui 2015) Komite penasihat ini memiliki
dan adanya dewan pengawas beserta segala orientasi tujuan untuk mengawasi kinerja
kewenangannya malah menjauhkan KPK dari ICAC. (Huque 1995) Selain berfungsi untuk
posisi ideal yang diharapkan. Hal ini dapat mengawasi kinerja ICAC, komite tersebut
dilihat dalam tabel perbandingan kewenangan berfungsi untuk memberikan rekomendasi
berikut. kepada ICAC, serta memastikan bahwa reko-
mendasi tersebut diimplementasikan dengan
Tabel 1 baik. (Djaja 2008) Advisory Committes ini terdiri
Perbandingan Kewenangan atas 4 komite penasihat, yakni:
1. Advisory Committee on Corruption, dimana
pengawasan yang dilakukan oleh komite
ini berkenaan aspek kebijakan yang
berkenaan dengan organisasi dan operasi
yang dilakukan oleh ICAC
2. Operations Review Comittee, dimana fokus
pengawasan komite ini berada pada
Departemen Operasi dengan memeriksa
laporan dugaan korupsi. Komite ini juga
melakukan peninjuan terhadap investigasi
dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh
Departemen Operasi.
Keberadaan dewan pengawas sebe- 3. Corruption Prevention Advisory Committee,
narnya wajar dari segi asas yang beranggapan memiliki fokus pengawasan pada
untuk mengimbangi kekuatan lembaga negara. Departemen Pencegahan Korupsi dengan
Menurut kajian ICW terdapat tiga jenis model memberi nasihat tentang prioritas studi
lembaga pengawas, yaitu pengawasan internal, pencegahan korupsi sekaligus memeriksa
pengawasan semi internal, dan pengawasan semua laporan yang masuk pada
eksternal. Keberadaan dewan pengawas akan departemen ini.