You are on page 1of 10

Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

TELAAH DEWAN PENGAWAS KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


DALAM PERSPEKTIF ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
Surahmad, Muhammad Helmi Fahrozi, Astri Astari, Rika Putri Wulandari
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jl. RS. Fatmawati Raya, Pd. Labu, Kec. Cilandak, Kota Depok, Jawa Barat 12450
Surahmad1970@gmail.com

Abstract
The existence of the KPK Supervisory Board, which has been regulated in positive law, has become a
question and correction for the public from the idea of its formation being rolled out to the
performance of its duties and functions to date. This contrasts with the Sociological Jurisprudence
study that the law that lives in society (living law) and positive law is the ratio of the source of ideas
to ideal legal materials. Reviewing the existence of the KPK supervisory board through normative
legal research methodologies, the authors seek a common ground between the continuity of positive
laws governing the KPK Supervisory Board and the ideal community needs for the performance of the
duties and functions of the KPK Supervisory Board as part of the corruption eradication law
enforcement system in Indonesia. Based on the juridical normative study method and through the
comparative approach of the KPK Supervisory Board in Indonesia with several institutions such as
the KPK supervisory board in other countries (compparative approach), the results of this study
indicate that regulatory changes to the current KPK supervisory board are a necessity, despite the age
of the institution. there are not many supervisors. However, the needs of the community will be
increasingly accommodated if the concept of performance and function of the KPK Supervisory Board
is changed according to the laws that live in the community (Sociological Jurisprudence)

Keywords: Corruption eradication commission, sosciological jurisprudence, supervisory board

Abstrak
Eksistensi Dewan Pengawas KPK yang telah di atur dalam hukum positif, menjadi
pertanyaan dan koreksi masyarakat dari wancana pembentukkannya digulirkan hingga
kinerja tugas dan fungsinya berjalan sampai saat ini. Hal ini bertolak belakang dengan
kajian Sociological Jurisprudence bahwa hukum yang hidup di masyarakat (living law) serta
hukum positif itu adalah rasio sumber ide bahan hukum idiil. Mengkaji keberadaan Dewan
pengawas KPK melaluo metodologi penelitian hukum normatif, penulis mencari titik temu,
antara kesinambungan hukum positif yang mengatur Dewan Pengawas KPK dengan
kebutuhan masyarakat yang ideal akan kinerja tugas dan fungsi Dewan Pengawas KPK
sebagai bagian dari sistem penegakkan hukum pemberantasan Korupsi di Indonesia.
Berdasarkan metode kajian normatif yuridis dan melalui pendekatan perbandingan
lembaga Dewan Pengawas KPK di Indonesia dengan beberapa lembaga seperti dewan
pengawas KPK di negara lain (compparative approach), hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perubahan regulasi terhadap dewan pengawas KPK yang sekarang adalah sebuah
keniscayaan, meskipun umur lembaga pengawas ini belum banyak. Namun, kebutuhan
masyarakat akan semakin terakomodir apabila konsep kinerja dan fungsi Dewan Pengawas
KPK diubah sesuai hukum yang hidup di masyarakat (Sociological Jurisprudence)

Kata Kunci : Komisi Pemberantasan Korupsi, sosciological jurisprudence, dewan pengawas

Pendahuluan yang menjadi koreksi dan protes masyarakat,


Fakta sosial terkait kasus korupsi sudah salah satunya adalah undang undang nomor 19
menuju pada demoralisasi setiap individu tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
masyarakat Indonesia, ketidakpercayaan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
terhadap pemerintah menjadi salah satu akar Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
masalah bahwa warga negara apatis untuk (UU KPK). Korupsi tidak hanya merusak
menjalani regulasi yang dibuat oleh pembentuk negara dalam aspek ekonomi, korupsi yang
undang-undang. Tidak sedikit undang-undang sudah menjadi budaya di dalam pemerintah

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 302


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

maupun di luar pemerintah juga telah merusak Kehadiran KPK sebagai infrastruktur
moral dan keamanan sosial. Sehingga pembasmi korupsi, hingga saat ini masih
seharusnya regulasi baru dari UU KPK ini diharapkan prestasinya oleh masyarakat.
menjadi “senjata” untuk pelaku tindak pidana Lembaga Survei Indonesia tahun 2019 meng-
korupsi agar tidak lebih banyak lagi memberi ungkapkan bahwa sekitar 84% masyarakat
dampak yang lebih buruk kepada aspek percaya akan kinerja KPK. Kepercayaan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lain. masyarakat yang besar ternyata berjalan lurus
Bukan tanpa sebab ketika korupsi dengan keinginan pemerintah, karena seiring
terjadi dalam kehidupan bernegara di dengan perkembangan waktu, pemerintah
Indonesia semakin massif, hal ini di sebabkan menganggap lembaga KPK perlu di tingkatkan
kalangan elite hingga kalangan masyarakat kualitasnya dari segi tanggung jawab, dan
“akar rumput” juga melakukan tindakan susbstansi lainnya. Atas dasar tersebut peme-
kriminal tersebut, artinya hal ini sangat mem- rintah menganggap diperlukan sebuah peru-
bahayakan, terutama dalam aspek ekonomi. bahan atas muatan substansi yang terdapat
Korupsi di Indonesia sudah terjadi sejak orde dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002.
baru, dan hingga saat ini belum dapat Revisi UU KPK dilakukan untuk mem-
dihilangkan oleh pemerintah sekalipun telah perkuat instansi dan skema bertujuan dalam
dibentuk lembaga negara khusus seperti KPK memberantas tindak pidana korupsi. Pasca
untuk menagani korupsi pascara reformasi. reformasi, Eksistensi Lembaga KPK memiliki
Tidak hanya KPK, lembaga negara baru yang daya tarik dan perhatian masyarakat sangat
lain banyak bermunculan pasca reformasi, tinggi, hal ini terbukti dengan berbagai macam
setiap lembaga memiliki cita-cita yang luhur, kasus yang acap kali muncul saat pembe-
lembaga baru dibentuk agar dapat melengkapi rantasan korupsi itu berjalan, dari tragedi
seluruh lembaga warisan orde baru yang tidak “Cicak vs Buaya” hingga korupsi “Papa Minta
transparansi dan tidak efektif menjadi lebih Saham” yang menjerat orang nomor 1 pada
transparan dan efektif, misal saja, pada bidang kekuasaan legislatif yaitu Setya Novanto. Dari
hukum dibentuk lembaga Komisi Kejaksaan berbagai kasus tersebut ternyata menyerap
dan Komisi Kepolosian Nasional. (Fakhrazi, banyak energi penguasa (pemerintah) untuk
2017) Analisa sederhana penulis kemunculan kemudian KPK menjadi sasaran perubahan
negara baru untuk menyelesaiakan perma- dalam struktur organisasinya. Dalam arti yang
salahan hukum yang kompleks, yakni muncul lain, semakin banyak kasus dan perhatian
dari satu faktor utama, yaitu faktor moral masyarakat semakin banyak pula atensi peme-
individu masyarakat yang perlu dibenahi rintah untuk perubahan regulasi lembaga KPK,
dengan penanganan luar biasa dari kebijakan hal ini prinsipnya ditentang oleh masyarakat
pemerintah itu sendiri. (Suparman, 2020) sehingga sering kali disebutkan ketika regulasi
KPK dirubah, tindakan tersebut dianggap
Gambar 1 sebagai tindakan “kriminalisasi KPK”. (Ahmad,
2011)
Dalam pandangan penulis logika
pemerintah tidak sejalan dengan aliran hukum
yang selama ini banyak menjadi dasar
pembentukan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah, yaitu aliran hukum sosiological
jurisprudence, Hukum yang baik adalah hukum
yang hidup di tengah masyarakat (living law),
(Darji, Shidarta, 2000) pernyataan tersebut
prinsipnya memiliki logika sederhana. Misal,
Sumber : Rilis Lembaga Survei Indonesia, Efek ketika korupsi tidak ingin terjadi dimasyarakat
Kinerja Pemberantasan Korupsi Terhadap maka pemerintah harus turun tangan untuk
Dukungan Pada Jokowi, Temuan Survei membuat hukum yang ketat dan tajam
Nasional 2016-2019. terhadap pelaku tindak pidana korupsi. tanpa
hukum yang lebih ketat dan lebih tajam, maka
penegak hukum pemberantas korupsi akan

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 303


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

berkeja sia-sia. Perkara korupsi bukan perkara selain itu penulisan ini bertujuan untuk
yang biasa, namun sudah disebut sebagai mengetahui lebih dalam terkait keberadaan
tindak kriminal yang luar biasa (extra ordinary dewan pengawas KPK yang dilihat dari
crime). perspektif aliran hukum sosiological juris-
Dewasa ini pelaku korupsi didominasi prudence. Berdasarkan uraian tersebut penulis
oleh pelaku yang memiliki kewenangan, dalam tertarik menelaah dewas pengawas komisi
hal ini, seluruh kekuasaan yang ada di pemberantasan korupsi dalam perspektif aliran
pemerintahan, sifat dari pelaku korupsi sosiological jurisprudence.
pemerintah sangat sulit untuk dirasakan dan
diraba (ex-post factum). Karena yang sering Metodologi Penelitian
dijerat dan menjadi pelaku tindak pidana Jenis penelitian yang penulis gunakan
korupsi adalah mereka juga yang memiliki untuk menjawab pertanyaan adalah penelitian
kewenangan cukup besar. Atas dasar tersebut, hukum normatif. Kemudian untuk memak-
cara pandang menciptakan regulasi tentang simalkan jawaban yang ingin diuraikan,
pemberantasan korupsi bukanlah dari para penulis menekankan pada pendekatan sejarah
pemangku kepentingan mengeluarkan kebi- aliran hukum sosciological jurisprudence
jakan untuk menata bagaimana korupsi bisa (historical approach) (Dimyati, 2003) serta pende-
menjadi lebih rendah intensitasnya, namun katan perbandingan (comparative approach)
menciptakan regulasi harus dilihat dari cara kedua pendekatan ini dilaksanakan melalui
pandang bagaimana kehidupan sosial di cara yang menitik beratkan pada metode kajian
masyarakat dapat dijalankan dengan budaya kepustakaan, sehingga dari seluruh data yang
anti korupsi (pencegahan). cara pembentukan disajikan dalam karya ilmiah ini akan
regulasi atau kebijakan ini lah yang ingin ditemukan data yang bersifat data sekunder,
disampaikan oleh sociological jurisprudence data sekunder dalam penulisan ini terdiri dari
kepada para akademisi yang mendalami ilmu terdiri dari beberapa bahan hukum, yakni
hukum, filsafat hukum, hingga sosiologi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
hukum, agar para pembuat kebijakan ketika dan bahan hukum tertier.
menciptakan “baju hukum” untuk pembe-
rantasann tindak pidana korupsi harus tercipta Hasil dan pembahasan
secara maksimal dan memasukkan strategi Aliran Sociological Jurisprudence Menjadi
pencegahan korupsi dalam undang-undang Pijakan Regulasi Pemberantasan Korupsi
dapat lebih efektif dan bertahan lama (long last Filsafat hukum hingga saat ini terus
protection). dipelajari dalam perguruan tinggi, aliran
Dewasa ini, Regulasi UU KPK telah memiliki filsafat hukum yang mulai banyak dikaji adalah
banyak perubahan terkait struktur organi- aliran Sociological Jurisprudence. Mahrus Ali
sasinya. Salah satu perubahan dan begitu menyatakan bahwa aliran ini adalah sintesa
terlihat perbedaan dari UU KPK sebelum dari hukum posistif, dan sejarah adalah
perubahan adalah terkait struktur organi- antitesisnya. (Ali, 2017) aliran yang dike-
sasinya. Setelah perubahan UU KPK muncul mukakan oleh Eugene Eurlich ini menekankan
satu badan otonom pada lembaga tersebut, pada hukum yang hidup dalam masyarakat
yang disebut dengan Dewan Pengawas. Dalam dalam adalah hukum yang mengakomodir
penulisan ini, yang menjadi pertanyaan besar nilai-nilai budaya masyarakat di dalamnya.
apakah dewan pengawas tersebut muncul dari Sociological jurisprudence merupakan buah
keninginan dan budaya masyarakat Indonesia pemikiran Eugene Ehrlich yang memiliki
yang betul-betul menghendaki adanya lembaga pendapat bahwa adanya perbedaan antara
tersebut hadir (dasar sosiologis hukum), atau hukum positif dan hukum yang hidup di
lembaga pengawas KPK tersebut muncul dari masyarakat (living law). Menurutnya hukum
regulasi yang tidak sah (cacat formal dan cacat tidak berpangkal pada perundang-undangan
materiil), yang kemudian memunculkan atau putusan hakim, namun hukum yang ada
dugaan bahwa dewan pengawas ini diciptakan di masyakarat. (Susilowati, 2000) Sedangkan
oleh pemangku kepentingan yang ingin melan- Roscoe Pound sebagai ahli yang mem-
carkan nafsu kekuasaannya dan melang- populerkan sociological jurisprudence di Amerika
gengkan kekuasaan menjadi lebih permanen ? melihat bahwa hukum sebagai alat rekayasa

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 304


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

sosial atau dapat dikenal sebagai law as a tool of adanya keteraturan manusia. Ketiga, adanya
social engineering. Pemahaman ini didasari oleh kekhawatiran Satjipto jika hukum tidak diba-
pemikiran bahwa perubahan hukum akan rengi dengan hati nurani penegak hukum,
mempengaruhi perubahan sosial sehingga maka hanya akan menghasilkan “dark
hukum berfungsi untuk merekayasa masya- engineering”. Hal ini berkaitan dengan teori
rakat dan mengatur masyarakat.(Lathif, 2017) Mochtar sebelumnya bahwa hukum digunakan
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Pound ingin sebagai sarana pembaharuan masyarakat.
membuat ilmu hukum bukan hanya sekedar Perbedaan diantara kedua teori hukum
teori namun lebih pada realita yang masuk tersebut kemudian dilengkapi oleh Romli
dalam pembangunan masyarakat itu sendiri. Atmasasmita melalui pandangan bahwa
Pengaruh dari aliran sociological hukum juga merupakan sistem nilai. (Atmasas-
jurisprudence pun telah mengilhami beberapa mita 2017) Dengan mengelaborasi dua teori
tokoh di Indonesia antara lain Mochtar sebelumnya, Romli Atmasasmita menyim-
Kusumaatmadja, Satjipto Rahardjo, hingga pulkan bahwa hukum adalah satu kesatuan
Romli Atmasasmita. Masing-masing dari keti- dari ketiga sistem tersebut dalam teori hukum
ganya memiliki teori yang berkelindan dengan integratif. Landasan dari pemikiran Romli tidak
pemikiran sociological jurisprudence dalam lain karena menurutnya suatu proses dalam
mempelajari ilmu hukum. Mochtar Kusuma- hukum baik pembentukan peraturan atau
atmadja melalui teori hukum pembangunan putusan pengadilan tetap merujuk pada nilai-
dengan pemahaman law as a tool of social nilai Pancasila. Teori hukum integratif menge-
engineering menatap hukum sebagai sarana depankan musyawarah-mufakat atau dialog
yang digunakan untuk mengubah masyarakat dua arah dan menolak untuk menempatkan
selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan. kepentingan masyarakat dan negara secara
Konsepsi pemikiran ini didasarkan pada berhadapan. Keduanya harus jalan berdam-
pemahaman atas adanya suatu rangkaian pingan agar terciptanya suatu kedaulatan
antara hukum dengan kaidah sosial lainnya hukum. Penerapan Sociological Jurisprudence di
yaitu agama, kesusilaan, kesopanan, dan adat Indonesia dapat dilihat dengan bagaimana
kebiasaan. Dengan demikian hukum bukan pemerintah menjadikan nilai-nilai Pancasila
merupakan satu-satunya kaidah yang ada, sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan.
namun hanyalah bagian dari kaidah sosial Jika substansi, struktur, dan kultur hukum
secara keseluruhan.(Aulia, 2018) berlandaskan Pancasila maka akan sejalan
Satjipto Rahardjo dengan teori hukum dengan nilai-nilai masyarakat yang terkandung
progresif menilai bahwa hukum diciptakan di dalamnya. (Maskur, 2016)
untuk manusia, bukan sebaliknya. Hukum Aliran sociological jurisprudence di
progresif adalah hukum yang dapat memberi Indonesia telah banyak digunakan dalam
kebebasan dengan pemikiran maupun tindakan pembentukan hukum di Indonesia, beberapa
sehingga hukum dengan nuraninya dapat guru besar yang penulis angkat sebelumnya,
bekerja untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hingga hari ini pemikiran-pemikiran tentang
manusia. (Rhiti 2016) Walaupun lahir dari sosiological jurisprudence telah banyak kontri-
pengaruh aliran filsafat hukum yang sama, businya terhadap pembentukan hukum di
namun terdapat perbedaan diantara teori Indonesia, sehingga dapat diartikan aliran
hukum progresif dan teori hukum pemba- sociological Jurisprudence sedikit banyak menjadi
ngunan. Pertama, pemikiran Satjipto berlan- pijakan dasar pembentukan peraturan
daskan realita kegagalan hukum sebagai perundang-undangan di Indonesia. Prinsipnya
sistem, sedangkan Mochtar mendasarkan jika berdiri pada urgensi bahwa aliran ini
pemikirannya dari cara memfungsikan hukum sangat penting bagi pembentukan perundang
dalam pembangunan nasional. Kedua, hukum undangan, maka hematnya seluruh peraturan
progresif melihat bahwa hukum tidak dapat perundang-undangan yang ada di Indonesia
dipaksakan demi ketertiban karena hakikatnya adalah murni dari keinginan rakyat Indonesia.
bukan manusia yang bekerja untuk hukum Dalam artikel ini penulis melihat lebih
namun hukum untuk manusia. Sebaliknya dalam, dari salah satu peraturan perundang-
dalam teori hukum pembangunan masih undangan yang acap kali menjadi pemberitaan
mempertahankan kepastian hukum demi apakah sudah sesuai dengan aliran sociological

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 305


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

jurisprudence. adapun undang-undang tersebut menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2018,


adalah undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 negara telah merugi hingga Rp 9,29 triliun
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Karena hal tersebut, maka dibutuhkan suatu
Korupsi Junto Undang-undang Nomor 19 upaya khusus untuk memberantas tindakan ini
Tahun 2019 Tentang Perubahan kedua atas agar tidak semakin mengakar kedepannya.
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Semakin massifnya permasalahan
Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana korupsi di Indonesia yang seakan-akan
Korupsi. semakin tidak dapat dikendalikan, pemerintah
akhirnya memperbaharui undang-undang
Problematika Regulasi Lembaga lembaga pemberantasan korupsi di tahun 2019.
Pemberantasan Korupsi di Indonesia Keberadaan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
Sebagaimana yang diketahui bahwa 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
salah satu permasalahan dalam hukum di Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Indonesia pasca reformasi yang kian hari kian Pemberantasan Korupsi menjadi mimpi buruk
kompleks dan pelik adalah korupsi. Korupsi di bagi upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia semakin mengkhawatirkan sebab Indonesia. Sejumlah muatan yang terkandung
terus meningkat dari waktu ke waktu. Akibat di dalamnya dinilai tidak sesuai dengan cita
luasnya pengaruh yang ditimbulkan oleh hukum nasional dan melemahkan eksistensi
korupsi, hal ini berimbas pada seluruh elemen KPK sebagai lembaga antirasuah satu-satunya
pembangunan nasional, mulai dari sektor yang dimiliki negeri ini. Penulis menganggap
ekonomi, politik, sosial budaya, ideologi, jika berangkat dari pemikiran aliran sociological
hingga pembangunan pertahanan dan jurisprudence, maka hukum yang hidup
keamanan. (Alfaqi, Habibi, and Rapita 2017) ditengah masyarakat, sejatinya tidak tera-
Fenomena ini menunjukkan bagaimana supre- komodir ansich dalam undang-undang KPK
masi hukum di Indonesia kian terdegradasi. yang pembentukannya belum lama disahkan
Transparency International Indonesia, sejak penulis membuat penelitian ini.
sebagai lembaga pemerhati korupsi global Berbagai macam bukti yang mene-
menyebutkan bahwa skor Corruption Perception gaskan bahwa keinginan masyarakat tidak
Index (CPI) Indonesia tahun 2019 berada pada sejalan dengan pembaharuan regulasi KPK.
angka 40 dari 100. Hasil ini menunjukkan Dimulai dari munculnya sejumlah petisi yang
masih belum ada upaya pemberantasan menolak keberadaan revisi undang-undang ini,
korupsi yang optimal dari seluruh elemen salah satunya petisi yang dilakukan oleh Henri
bangsa. Tidak dapat disangkal bahwa Subagiyo dengan total 520.275 orang yang
persoalan korupsi di Indonesia menjadi suatu berpartisipasi. Setali tiga uang dengan perma-
masalah yang rumit untuk diselesaikan. Kete- salahan substansi, revisi UU KPK ini pun
gasan yang ditunjukkan oleh aparat penegak memiliki problematika dalam proses pemben-
hukum saat ini masih belum mampu untuk tukannya. Sudah menjadi sebuah rahasia
menahan laju pertumbuhan korupsi. Hal ini umum bahwa proses pembahasan RUU KPK
yang kemudian menjadikan korupsi sebagai revisi dilakukan secara kilat dan terkesan
budaya, ditambah sulitnya untuk meraih terburu-buru agar segera disahkan. Padahal
kepercayaan masyarakat terhadap aparat secara yuridis, ketentuan Pasal 50 ayat (3)
penegak hukum untuk memberantas hal Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tersebut membuat persoalan bagi penegak memberikan jangka waktu selama 60 (enam
hukum semakin berat. puluh) hari kepada legislatif untuk membahas
Korupsi merupakan bagian dari extra RUU sejak surat presiden diterima. Hal ini
ordinary crime dalam sistem hukum Indonesia yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik
sebab dampak yang ditimbulkan tidak hanya oleh para pembentuk undang-undang untuk
merugikan keuangan negara, namun juga menghasilkan hasil pembahasan yang
berdampak pada hak-hak sosial dan ekonomi komprehensif serta responsif. Tindakan inilah
masyarakat secara luas. Kerugian negara yang yang kemudian bersebrangan dengan prinsip
disebabkan oleh korupsi ditunjukkan dengan kehati-hatian dan kemanfaatan dalam
data yang dikeluarkan pada tahun 2019 oleh membentuk peraturan perundang-undangan
Indonesia Corruption Watch (ICW) yang yang baik.

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 306


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

Tidak hanya luput untuk melibatkan Perbandingan Konsep Pengawasan Dalam


lembaga terkait, legislatif pun abai untuk Kpk Dengan ICAC Hong Kong
melibatkan partisipasi masyarakat dalam pem- Pembentukan dewan pengawas KPK
bentukan perundang-undangan yang sudah tidak terlepas dari spirit Yudikatif yang sangat
dijamin legalitasnya, Seharusnya pembentuk melekat dan tidak bisa dilepaskan dari lembaga
undang-undang menyadari bahwa keterlibatan antirasuah ini, hal ini jelas disebabkan karena
masyarakat dalam pembentukan peraturan fungsi dari penegakkan hukumnya. Menjadi
perundang-undangan bukan hanya sekadar menarik ketika lembaga KPK dilihat dari
formalitas saja, melainkan hal tersebut bersifat perbedaan dua pendapat, pendapat pertama
paradigmatik, yang menunjukkan sejauh mana yang menyatakan bahwa kewenangan KPK
produk hukum dibentuk sesuai dengan tidak perlu dirubah lagi melalui pembaharuan
kehendak, aspirasi, dan harapan masyarakat regulasi KPK yang banyak disuarakan oleh
serta instansi terkait hal inilah yang di gadang- pihak pendukung lembaga KPK(umumnya
gadangkan sebagai praktik dari aliran masyarakat dan relawan anti korupsi),
sociological jurisprudence. Tindakan ini tidak pendapat kedua bahwa dengan kewenangan
hanya melanggar hak konstitusional warga KPK yang perlu dirubah sejatinya adalah untuk
negara untuk menyampaikan aspirasi, tetapi memperkuat lembga adhoc tersebut (umumnya
juga menunjukkan bahwa para pembentuk disuarakan oleh oanggota PDR serta
undang-undang tidak bertanggung jawab atas pemerintah). Penguatan KPK melalui peru-
produk hukum penuh polemik yang bahan UU KPK dianggap oleh sebagian
dikeluarkannya. anggota DPR untuk menyesuaikan kewe-
Dalam perspektif substansi, salah satu nangan KPK yang memang sudah waktunya
muatan UU KPK a quo yang meresahkan adalah untuk dirubah dan banyak pandangan negatif
hadirnya dewan pengawas dalam tubuh KPK. terhadap KPK.
Eksistensi dewan pengawas ini mengalami Disamping banyak yang mendukung
disorientasi karena memiliki wewenang yang akan kinerja KPK selama ini sudah sangat
tidak seharusnya. Dalam hal ini, dewan efektif, disisi lain KPK dianggap terlalu
pengawas dianggap bukan hanya mengawasi menjadi lembaga yang superbody dan seperti
kinerja KPK namun dianggap dapat mele- di “Tuhan” kan oleh banyak pihak untuk
mahkan lembaga tersebut. (Telaumbanua 2020) pemberantasan tindak pidana Korupsi, artinya
UU No. 19 Tahun 2019 tentang Perubahan kewenangan KPK tidak dapat diganggu gugat
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun apa yang menjadi kewenangan KPK yang suda
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi ada. Dua silang pendapat ini terus berjalan jauh
menyatakan bahwa Komisi Pemberantasan sebelum perubahan UU KPK dilakukan di
Korupsi (KPK) terdiri atas; dewan pengawas, tahun 2019. Berdasarkan pendapat bahwa KPK
pimpinan KPK, dan pegawai KPK. Kehadiran sudah efektif sehingga tidak diperlukan
Dewan Pengawas ini menjadi suatu hal yang perubahan pada kewenangannya, dalam hal ini
kontradiktif karena jika melihat lebih jauh pada penulis tidak sepenuhnya sependapat, karena
Pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 ilmuwan hukum dan politik kebijakan Lord
Tahun 2019 dimana dalam ketentuan tersebut Acton menyatakan melalui dalilnya yang
dinyatakan bahwa dalam rangka mengawasi terkenal power tends to corrupt, absolutely power
pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi corrupt absolutelly. Oleh karena itu, sangat wajar
Pemberantasan Korupsi dibentuk Dewan apabila kewenangan KPK juga perlu perubahan
Pengawas. Lebih lanjut dalam Pasal 37B huruf dalam substansi dan materi muatan regulasi
a disebutkan salah satu tugas Dewan Pengawas lembaga pemberantas korupsi satu-satunya di
yaitu untuk mengawasi pelaksanaan tugas dan Indonesia.
wewenang KPK. Artinya kehadiran Dewan Permasalahan mengenai tanggung
Pengawas pada pelaksanaannya ialah untuk jawab yang dimiliki KPK saat ini dilihat pada
mengawasi organ KPK, termasuk dirinya Pasal 37 B ayat (1) UU No 19 Tahun 2019, Pasal
sendiri. ini menuntu akan tanggung jawab yang di
miliki KPK dan dijalankan oleh kelima
komisioner yang ada, kemudian diawasi dan
dipantau kinerjanya oleh salah satu badan
Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 307
Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

otonom yang disebut dengan dewan pengawas Sejak kehadiran dewan pengawas
KPK. Dalam menjalankan tugasnya pasal ini dalam tubuh KPK, tingkat kepercayaan publik
merinci apa saja yang menjadi tugas daripada terhadap lembaga ini mulai menurun. Menurut
dewan pengawas tersebut yakni: survei yang dilakukan Indo Barometer pada
a. mengawasi pelaksanaan tugas dan awal tahun 2020, KPK menduduki peringkat
wewenang Komisi Pemberantasan keempat sebagai lembaga yang dipercaya
Korupsi; publik dengan raihan suara sebanyak 81,8
b. memberikan izin atau tidak memberikan persen. Posisi KPK masih berada di bawah TNI
izin Penyadapan, penggeledahan, dengan nilai 94 persen, Presiden dengan raihan
dan/atau penyitaan; 89,7 persen, dan organisasi agama seperti
c. menyusun dan menetapkan kode etik Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah
Pimpinan dan Pegawai Komisi dengan 86,8 persen. Padahal pada tahun-tahun
Pemberantasar Korupsi; sebelumnya KPK selalu menduduki peringkat
d. menerima dan laporan dari masyarakat tiga besar. Bahkan pada 2016-2018 KPK
mengenai adanya dugaan pelanggaran menempati peringkat pertama lembaga yang
kode etik oleh Pimpinan dan Pegawai dipercaya masyarakat pada tiga survei berbeda
Komisi Pemberantasan Korupsi atau oleh Polling Centre, CSIS, dan Lembaga Survei
pelanggaran ketentuan dalam Undang- Indonesia (LSI). jatuhnya kepercayaan publik
Undang ini; ini berbanding lurus dengan kepuasan publik
e. menyelenggarakan sidang untuk terhadap kinerja Presiden Joko Widowo dalam
memeriksa adanya dugaan pelanggaran bidang penegakan hukum dan pemberantasan
kode etik oleh Pimpinan dan Pegawai korupsi. Angka 61,5 persen pada Januari 2020
Komisi Pemberantasan Korupsi; dan didapat dalam bidang tersebut yang turun 11,1
f. melakukan evaluasi kinerja Pimpinan dan persen dari angka 72,6 persen pada Agustus
Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi 2019.
secara berkala 1 (satu) kali dalam I (satu) Penurunan tingkat kepercayaan publik
tahun. terhadap KPK dan pemberantasan korupsi di
Dewan pengawas diklaim sebagai Indonesia salah satunya diakibatkan birokrasi
bentuk pengawasan, namun akibat kewe- yang kental pada kinerja KPK saat ini sehingga
nangan yang tidak seharusnya dimiliki oleh pemberantasan korupsi dianggap menjadi lebih
organ tersebut, hal ini dianggap sebagai bentuk sulit dan rumit. Salah satu hal yang telah terjadi
pelemahan. Tanpa adanya dewan pengawas, adalah lambatnya pemberian izin oleh dewan
mekanisme pengawasan terhadap KPK pun pengawas terkait penggeledahan. Dalam kasus
telah dilakukan secara internal melalui yang menjerat politisi PDI Perjuangan Harun
Direktorat Pengawasan Internal dan dewan Masiku dan Komisioner KPU Wahyu Setiawan,
penasihat. Adanya lima orang pimpinan KPK penggeledahan baru dilakukan KPK seminggu
juga merupakan bentuk saling mengawasi setelah adanya operasi tangkap tangan (OTT).
antar pimpinan yang bekerja secara kolektif Padahal jika merujuk pada masa sebelumnya
dan kolegial. Bagi pimpinan KPK yang OTT dilakukan bersamaan dengan pengge-
melakukan pelanggar akan diproses dengan ledahan demi menemukan bukti secepatnya.
dibentuknya komite etik. Sedangkan bagi Turunnya tingkat kepercayaan publik
pegawai atau penasehat KPK yang melakukan pun juga dipengaruhi oleh praktik penanganan
pelanggaran maka proses penyelesaiannya kasus korupsi di era KPK saat ini yang
akan dilakukan melalui Dewan Pertimbangan dipertanyakan karena adanya pengehentian 36
Pegawai yang kemudian membentuk majelis kasus sampai Februari 2020. Hal ini meng-
etik. Hal ini menunjukan dalam diri KPK indikasikan jika sejak pelantikan pimpinan
sendiri telah adanya pengawasan yang baik KPK yang baru pada 20 Desember 2019, dalam
sehingga kehadiran dewan pengawas malah satu bulan rata-rata 18 kasus dihentikan.
membuat suatu kerancuan, terutama dengan Padahal dalam lima tahun terakhir kasus yang
tugasnya yang seolah sangat berkuasa tidak dihentikan oleh KPK hanya sebanyak 162 kasus
hanya terkait etik internal KPK, namun juga dengan perhitungan rata-rata 2 kasus per-
kewenangan KPK keseluruhan. bulan. Penghentian kasus-kasus tersebut juga
diberi catatan oleh ICW dengan adanya kekha-

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 308


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

watiran abuse in power karena penghentian memainkan peran check and balance. Hal ini
kasus di tingkat penyelidikan semestinya harus didasarkan pada tujuan untuk mem-
melalui gelar perkara yang melibatkan banyak perkuat kelembagaan dan menjaga agar tidak
pihak. ada pelanggaran dalam menjalankan tugas dan
Dari banyak fakta yang muncul di kewenangan.
media pemberitaan, justru hal ini berbading ICAC Hong Kong dikenal sebagai
terbalik dengan konsep aliran sociological juris- lembaga independen anti korupsi yang memi-
prudence yang menjadi pijakan pembentukan liki sistem checks and balances yang baik. Hal ini
regulasi peraturan perundang-undangan di ditunjukkan bahwa pengawasan yang
Indonesia, dan UU yang paling disorot serta dilakukan terhadap ICAC tidak hanya berasal
menjadi perhatian publik seperti UU KPK dari executive council dan legislative council saja,
seharusnya yang terjadi meningkatnya keper- melainkan terdapat pengawasan lain untuk
cayaan publik pada lembaga tersebut. Sehingga dapat mengontrol agar ICAC tetap bekerja
makna dari hukum yang baik adalah hukum sesuai dengan orientasi tujuannya. Selain itu,
yang ada di tengah masyarakat muncul pada pengawasan tetap dibutuhkan guna mencegah
pemberitaan terkait lembaga KPK dengan adanya indikasi penyalahgunaan wewenang
berita-berita yang positif, atau informasi yang sebagaimana yang dinyatakan oleh John
memberikan prestasi dari kinerja KPK. Emerich Edward Acton yang penulis sebutkan
Jika membandingkan diri dengan ICAC sebelumnya.
Hongkong sebagai lembaga anti korupsi yang Pengawasan lain terhadap ICAC dapat
telah menorehkan prestasi besar, maka dilihat dengan eksistensi Advisory Committes
sesungguhnya dalam Undang-Undang KPK yang ditunjuk oleh Kepala Eksekutif Peme-
Nomor 30 Tahun 2002 dapat dilihat adanya rintahan Hong Kong dimana keanggotaannya
kemiripan diantara kedua lembaga tersebut. diisi oleh komponen masyarakat lintas sektoral.
Namun dengan adanya revisi pada UU KPK (Hui 2015) Komite penasihat ini memiliki
dan adanya dewan pengawas beserta segala orientasi tujuan untuk mengawasi kinerja
kewenangannya malah menjauhkan KPK dari ICAC. (Huque 1995) Selain berfungsi untuk
posisi ideal yang diharapkan. Hal ini dapat mengawasi kinerja ICAC, komite tersebut
dilihat dalam tabel perbandingan kewenangan berfungsi untuk memberikan rekomendasi
berikut. kepada ICAC, serta memastikan bahwa reko-
mendasi tersebut diimplementasikan dengan
Tabel 1 baik. (Djaja 2008) Advisory Committes ini terdiri
Perbandingan Kewenangan atas 4 komite penasihat, yakni:
1. Advisory Committee on Corruption, dimana
pengawasan yang dilakukan oleh komite
ini berkenaan aspek kebijakan yang
berkenaan dengan organisasi dan operasi
yang dilakukan oleh ICAC
2. Operations Review Comittee, dimana fokus
pengawasan komite ini berada pada
Departemen Operasi dengan memeriksa
laporan dugaan korupsi. Komite ini juga
melakukan peninjuan terhadap investigasi
dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh
Departemen Operasi.
Keberadaan dewan pengawas sebe- 3. Corruption Prevention Advisory Committee,
narnya wajar dari segi asas yang beranggapan memiliki fokus pengawasan pada
untuk mengimbangi kekuatan lembaga negara. Departemen Pencegahan Korupsi dengan
Menurut kajian ICW terdapat tiga jenis model memberi nasihat tentang prioritas studi
lembaga pengawas, yaitu pengawasan internal, pencegahan korupsi sekaligus memeriksa
pengawasan semi internal, dan pengawasan semua laporan yang masuk pada
eksternal. Keberadaan dewan pengawas akan departemen ini.

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 309


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

4. Citizens Advisory Committee on Community keputusan Presiden untuk menunjuk dewan


Relation, merupakan komite yang memiliki pengawas. Sehingga bukan tidak mungkin
fokus pengawasan pada Departemen dewan pengawas yang dipilih merupakan
Hubungan Masyarakat, dimana komite ini nama-nama yang telah ditentukan sebelumnya
berwenang untuk memberikan saran oleh sebagaian pihak pemangku kepentingan
terkait dengan langkah-langkah untuk bersama lembaga pembentuk undang-undang
meminta dukungan publik dan juga itu sendiri yakni dari DPR. Selain kekhawatiran
mengedukasi masyarakat dalam mengenai dewan pengawas yang menjadi
memerangi praktik korupsi. ‘titipan’, hal lain yang perlu diperhatikan
adalah rawannya konflik kepentingan dalam
Kemudian terdapat pengawasan secara pemilihan dewan pengawas. Sebagai contoh,
internal dalam tubuh ICAC itu sendiri dimana seleksi pengangkatan Hakim Konstitusi yang
hal ini dilakukan oleh Internal Investigation and kewenangannya berada di tangan lembaga
Monitoring Group dengan orientasi tujuan untuk eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
menjaga integritas ICAC dan pegawainya. Hal
ini merupakan upaya pencegahan adanya Kesimpulan
praktik korupsi di dalam tubuh ICAC itu Kekurangan Lembaga Komisi Pembe-
sendiri, sehingga apabila terdapat indikasi rantasan Korupsi sebelum perubahan UU KPK
praktik korupsi, maka akan segera ditin- memang terlalu besar oleh karena itu peru-
daklanjuti. Selain itu, ICAC juga memiliki ICAC bahan matari muatan dan susbstansi tidak
Complaints Committe dimana komite ini dapat di hindarkan, apalagi kewenangan pem-
memantau juga meninjau setiap keluhan yang bentuk undang-undang yakni DPR sangat
berkenaan dengan hal-hal non pidana terhadap memiliki motivasi yang kuat untuk merubah
ICAC beserta staf didalamnya. Komite ini UU KPK, meskipun kemudian tidak ditanda-
terdiri atas dewan legislatif dan juga anggota tangani oleh Presiden, UU KPK tetap berlaku,
masyarakat terkemuka yang kemudian dan masyarakat hanya bisa berharap pembe-
ditunjuk oleh Ketua Eksekutif Pemerintahan rantasan tindak pidana pelaku korupsi semakin
Hong Kong. Apabila terdapat keluhan yang efektif.
diajukan, nantinya akan ada investigasi inde- Fakta pembentukan Undang-undang
penden untuk menyelidiki indikasi pelang- KPK Nomor 19 Tahun 2019 ketika muncul dan
garan tersebut. undangkan sarat akan penolakan dari
Jika dibandingkan dengan Indonesia, Dewan masyarakat, secara otomatis substansi peru-
Pengawas tidak bisa dikatakan mengikuti bahan UU KPK yang baru ini juga banyak
konsep yang dianut oleh Komisi Independen perdebatan, tidak terkecuali substansi terkait
dalam ICAC. Sebagaimana merujuk pada keberadaan Dewan Pengawas KPK. Penulis
ketentuan formil eksistensi Dewan Pengawas melihat undang-undang ini umumnya tidak
yakni dalam UU Nomor 19 Tahun 2019, mengkomodir semua pihak. Terlebih lagi
dimana dewan pengawas tidak sepenuhnya khususnya pada pembentukan dewan penga-
dipilih oleh Kepala Eksekutif Pemerintahan was KPK, jka cita cita lembaga KPK ingin tetap
Indonesia, yang dalam hal ini berada di tangan menjadi lembaga Independen, maka penulis
Presiden. Dalam membentuk dewan pengawas, memberikan saran kepada pembentuk UU
Presiden membentuk panitia seleksi yang untuk kembali berkontemplasi atas keberadaan
terdiri atas unsur masyarakat dan unsur dewan pengawas KPK, pasalnya dari berbagai
pemerintah pusat (Pasal 37 E ayat (3)). lembaga penegak hukum pemberntasan
Setelah pansel melakukan tugasnya korupsi di negara lain, sangat berbeda ketika
dengan memberikan nama-nama calon kepada melihat dari sistem, struktur hingga kinerja
Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu 14 dewan pengawas KPK di Indonesia dengan
hari sejak nama calon diterima, Presiden dewan pengawas KPK di negara lain. Oleh
menyampaikan hal tersebut kepada DPR untuk karena itu apabila pemerintah dalam hal ini
dikonsultasikan. Dalam proses konsultasi ini, wakil rakyat, ingin menyuarakan aspirasi
bukan tidak mungkin terdapat pengaruh rakyatnya maka sangat elok regulasi
politik dari DPR terhadap nama-nama calon keberadaan KPK di revitalisasi kembali.
dewan pengawas sehingga mempengaruhi

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 310


Telaah Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Aliran Sociological Jurisprudence

Daftar Pustaka Kong.” International Journal of Public


Ahmad, Kamri. (2011). “Kriminalisasi Kpk Administration 18(4): 639–57.
Suatu Tinjauan Hubungan Antara https://doi.org/10.1080/0190069950852
Fakta, Norma, Moral, Dan Doktrin 5025.
Hukum Dalam Pertimbangan Putusan
Hakim.” Masalah-Masalah Hukum 40(4): Lathif, Nazaruddin. (2017). “Teori Hukum
517–21. Sebagai Sarana Alat Untuk Memper-
baharui Atau Merekayasa Masyarakat.”
Alfaqi, Mifdal Zusron, Muhammad Mujtaba Pakuan Law Review 3(1).
Habibi, and Desinta Dwi Rapita. (2017).
“Peran Pemuda Dalam Upaya Maskur, Muhammad Azil. (2016). “Integrasi
Pencegahan Korupsi Dan Implikasinya The Living Law Dalam Pertimbangan
Terhadap Ketahanan Wilayah.” Jurnal Putusan Hakim Pada Kasus Tindak
Ketahanan Nasional 23(3): 320–37. Pidana Korupsi.” Pandecta: Jurnal
Penelitian Ilmu Hukum (Research Law
Ali, Mahrus. (2017). “Pemetaan Tesis Dalam Journal) 11(1): 18–30.
Aliran-Aliran Filsafat Hukum Dan
Konsekuensi Metodologisnya.” Jurnal Rhiti, Hyronimus. (2016). “Landasan Filosofis
Hukum IUS QUIA IUSTUM 24(2): 213– Hukum Progresif”.
31.
Suparman, Nanang. (2020). “Bureaucratic
Atmasasmita, Romli. (2017). “Memahami Teori Corruptive Behavior: Causes And
Hukum Integratif.” Legalitas: Jurnal Motivation of State Civil Aparatures in
Hukum 3(2): 1–13. Indonesia.” International Journal of
Psychosocial Rehabilitation 24(2): 5290–
Aulia, M Zulfa. (2018). “Hukum Pembangunan 5303.
Dari Mochtar Kusuma-Atmadja:
Mengarahkan Pembangunan Atau Susilowati, W M Herry. (2000). “Kritik
Mengabdi Pada Pembangunan?” Terhadap Aliran Sociological Juris-
Undang: Jurnal Hukum 1(2): 363–92. prudence Eugen Ehrlich”. Perspektif 5(1):
26–37.
Dimyati, Khudzaifah. (2003). “Perkembangan Telaumbanua, Dalinama. (2020). “Restriktif
Pemikiran Hukum Di Indonesia: Studi Status Dewan Pengawas KPK.” Jurnal
Tentang Proses Terwujudnya Pemba- Education and Development 8(1): 258.
ngunan Hukum Indonesia.”

Djaja, Ermansyah. (2008). Memberantas Korupsi


Bersama KPK. DKI Jakartta: Sinar
Grafika.

Fakhrazi, Muhammad Helmi. (2017).


“Independensi Jabatan Ex-Officio
Komisi Kepolisian Nasional Dalam
Kajian Sistem Ketatanegaraan.” Jurnal
Yuridis 3(1): 54–65.

Hui, Wingchi. (2015). “Combating Corruption:


The Hong Kong Experience.” SSRN
Electronic Journal: 239–56.

Huque, Ahmed Shafiqul. (1995). “Organization


Design and Effectiveness: A Study of
Anti-Crime Organizations in Hong

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 3, Desember 2020 311

You might also like