You are on page 1of 15

UPAYA MEMAKSIMALKAN PERAN DAN TUJUAN KPK

(Sumber – Sumber Konflik dan Upaya Penanganan Konflik dalam


Organisasi)

Di Susun Oleh :
Putri Kusumaning Dewi 21901091173

PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORAGNISASI


PRODI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tugas Sistem
Administrasi Negara Indonesia dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulisan tugas
mata kuliah perilaku dan pengembangan organisasi berjudul "Upaya Memaksimalkan
Peran dan Tujuan KPK" dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami
berharap makalah ini memberi manfaat bagi pembacanya. Selain itu, kami juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Malang, 27 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGTAR··············································································i

DAFTAR ISI ···················································································iii

BAB 1 PENDAHULUAN·····································································1

1.1. Latar Belakang············································································1

1.2. Rumusan Masalah········································································2

1.3. Tujuan·······················································································2

BAB 2 PEMBAHASAN·······································································3

2.1. Pengertian Korupsi·······································································3

2.2. Pengertian Komisi Pemberantas Korupsi············································3

2.3. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik dalam Peran KPK························7

2.4. Cara KPK Menyelesaikan Masalah···················································8

BAB 3 PENUTUP·············································································10

3.1. Kesimpulan················································································10

3.2. Saran ·······················································································10

DAFTAR PUSTAKA·········································································12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan
dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi berasal dari
bahasa latin yaitu corruptio. Kata ini sendiri memiliki kata kerja corrumpere yang
berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan atau menyogok. Sedangkan,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara, perusahaan, dan sebagainya untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.
Korupsi dikategorikan sebagai salah satu kejahatan luarbiasa (extra ordinary
crime) karenakan korupsi menyebabkan kerugian proses demokrasi serta hak - hak
sosial dan ekonomi masyarakat luas. Dalam perkembangannya, Korupsi di
Indonesia telah terjadi secara sistimatis dan meluas dan terjadi di mana - mana, baik
di lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan (swasta). Korupsi yang terjadi
di lembaga pemerintahan dapat menimbulkan kerugian keuangan Negara dan dapat
menyengsarakan rakyat. Selain itu, korupsi telah merugikan keuangan negara,
perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional
Korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan sistimatis sehingga diperlukan
upaya yang luar biasa pula dalam memberantasnya. Oleh karena itu, KPK sejak
awal memang didesain dengan kewenangan luar biasa agar mampu mengungkap
praktik licik kotor serta menembus benteng pertahanan koruptor yang paling kuat
sekalipun. Terbukti dengan kewenangan yang kuat seperti penyadapan, penyidikan,
tanpa harus menempuh prosedur perizinan, serta menggunakan teknik investigasi
modern seperti surveillance dan auditforensic. KPK dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat melakukan
pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan.
KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. KPK
perlahan mampu mengembalikan kepercayaan public. Pemerintah Indonesia sangat
memberi perhatian serius dalam upaya pemberantasan korupsi dengan menguatkan
lembaga dan peran KPK. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana peran
komisi pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
KPK memiliki tugas dan peran melakukan koordinasi dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi ;supervise;
penyelidikan ,penyidikan dan penuntutan;

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa peran dan tujuan KPK dalam menjalankan tugasnya?
2. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam peran KPK?
3. Bagaimana cara KPK mengatasi konflik dalam menjalankan tugasnya?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran dan tujuan KPK dalam menjalankan tugasnya.
2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan konflik dalam peran KPK.
3. Untuk mengertahui cara KPK mengetasi konflik dalam menjalankan tugasnya.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korupsi


Korupsi secara harfiah dari kata itu ialah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian (Hamzah, Andi, 1991: 7). Korupsi dipandang dari kepentingan
umum, menurut Carl J. Friedrich adalah apabila seorang yang memegang
kekuasaan atau yang berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu
mengharapkan imbalan uang atau semacam hadiah lainnya yang tidak
diperbolehkan oleh undang-undang, membujuk untuk mengambil langkah
atau menolong siapa saja yang menyediakan hadiah. Sedangkan, menurut J.S.
Nye berpendapat, korupsi adalah perilaku yang menyimpang dari atau
melanggar peraturan, kewajiban-kewajiban normal peran instansi pemerintah
dengan jalan melakukan atau mencari pengaruh status, dan gengsi untuk
kepentingan pribadi (keluarga, golongan, kawan, teman).
Korupsi dapat terjadi apabila seorang pegawai negeri menerima
pemberian yang disodorkan oleh seorang dengan maksud memengaruhinya
agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingankepentingan
sipemberi. Kadang-kadang juga berupa perbuatan menawarkan pemberian
uang hadiah lain yang dapat menggoda pejabat. Termasuk dalam pengertian
ini juga pemerasan, yakni permintaan pemberian atau hadiah seperti itu dalam
pelaksanaan tugas-tugas publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka
sendiri” (IGM. Nurdjana: (2003:10). Secara yuridis pengertian korupsi
menurut Pasal 1 UU No. 24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, penuntutan,
dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi adalah bahwa: Yang disebut tindak
pidana korupsi ialah tindakan seseorang yang dengan sengaja atau karena
melakukan kejahatan pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
keuangan atau perekonomian Negara atau daerah atau merugikan keuangan
suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah atau
badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggarankelonggaran
dari Negara atau masyarakat. Kedua, perbuatan seseorang yang dengan
sengaja atau karena melakukan kejahatan atau dilakukan dengan
menyalahgunakan jabatan atau kedudukan.

2.2. Pengertian Komisi Pembrantas Korupsi (KPK)


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang
dalam melaksakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun (Pasal 3 UU Nomor 30 Tahun 2002).
Tujuan dibentuknnya KPK tidak lain adalah meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Sejak tahun
2002, KPK secara formal merupakan lembaga anti korupsi yang dimiliki
Indonesia. Pembentukan KPK didasari oleh UU No.30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi. Sesuai dengan UU tersebut, KPK memiliki
tugas melakukan tugas kordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; supervisi terhadap instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; melakukan
tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi;dan melakukan
pemantauan (monitoring) penyelenggaraan pemerintahan negara.
KPK dibentuk karena institusi Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Partai
Politik dan Parlemen yang seharusnya mencegah korupsi tidak berjalan
bahkan larut dan terbuai dalam korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi
yang terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh
karena itu pemberantasan korupsi perlu ditingkatkan secara professional,
intensif, dan berkesinambungan. Karena korupsi telah merugikan keuangan
negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional.
Begitu parahnya maka korupsi di Indonesia sudah dikategorikan sebagai
tindak pidana luar biasa (extra ordinary crime). Cara penanganan korupsi
harus dengan cara yang luar biasa. Untuk itulah dibentuk KPK yang
mempunyai wewenang luar biasa, sehingga kalangan hukum menyebutnya
sebagai suatu lembaga superbody.

2.3. Peran dan Tujuan KPK


Peran dan tujuan KPK merupakan ujung tombak pemberantasan korupsi
di Indonesia. Sehubungan dengan hal ini, visi KPK adalah ”Mewujudkan
Indonesia yang Bebas Korupsi”. Visi ini menunjukkan suatu tekad kuat dari
KPK untuk segera instan namun diperlukan suatu penanganan yang
komprehensif dan sistematis. Sedangkan misi KPK ialah ”Penggerak
Perubahan untuk Mewujudkan Bangsa yang Anti Korupsi”. Dengan
pernyataan misi tersebut diharapkan bahwa KPK nantinya merupakan suatu
lembaga yang dapat ”membudayakan” anti korupsi di masyarakat, pemerintah
dan swasta di Indonesi. Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No. 30
Tahun 2002 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi yang berwenang melakukan:
 Mengkoordinasi penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
tindak pidana korupsi;
 Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
 Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
 Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
 Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:
 Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap
instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan
instansi dalam melaksanakan pelayanan publik;
 Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku
tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh Kepolisian
atau Kejaksaan;
 Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi mengambil alih
penyidikan atau penuntutan, Kepolisan atau kejaksaan wajib
menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat
bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktu paling
lama empat belas hari kerja, terhitung sejak diterimanya
permintaaan Komisi Pemberantasan Korupsi.
 Penyerahan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat
bukti dan dokumen lain dilakukan dengan membuat dan
menandatangani berita acara penyerahan sehingga segala tugas
dan kewenangan Kepolisian dan kejaksaaan pada saat
penyerahan tersebut beralih kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi (MulyadiLilik: 2007:59).
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
Negara dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau
penyelenggara Negara yang mendapat perhatian meresahkan
masyarakat dan/atau menyangkut kerugian Negara paling sedikit Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan terhadap aspek ini, Komisi
Pemberantasan Korupsi berwenang:
 Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang
seseorang untuk bepergian keluar negeri;
 Meminta melakukan penyadapan dan merekampembicaraan;
 Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang
seseorang bepergian dan meminta keterangan kepada bank atau
lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka
atau terdakwa yang sedang diperiksa;
 Meminta kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk
memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik
terdakwa. Atau pihak lain yang terkait;
 Memerintahkan kepada pimpinan atau alasan tersangka untuk
memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya; 
Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau
terdakwa kepada instansi yang terkait;
 Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi
perdagangan, dan perjanjian lainnya atau mencabut sementara
perizinan lisensi serta konsepsi yang dilakukan atau dimiliki
oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti
awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana
korupsi yang sedang diperiksa;
 Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak
hukum Negara lain untuk melakukan pencarian, pengkapan,
dan penyitaan barang bukti di luar negeri;
 Meminta bantuan Kepolisian atau instansi lain yang terkait
untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang
sedang ditangani (Mulyadi, Lilik: 2007:59-61).
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
sehingga KPK berwenang:
 Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan
harta kekayaan penyelenggara Negara;
 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
 Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada
setiap jenjang pendidikan; pemberantasan tindak pidana
korupsi;
 Melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat umum;
 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi;
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggara pemerintahan Negara
sehingga KPK berwenang:
 Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan
administrasi disemua lembaga Negara dan pemerintah;
 Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan
pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil
pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
korupsi;
 Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah dan
Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan
Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak di Indahkan
(Mulyadi Lilik: (2007: 61-63)

2.4. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik dalam Peran KPK

Faktor penyebab terjadinya konflik dalam peran KPK adalah kultur


hokum. Pentingnya peranan kultur hukum, karena kultur hukum
mempengaruhi bekerjanya hukum. Kultur hukum menurut Lawrence Meir
Friedman adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum
kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah
suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana
hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Kultur hukum yang
menjadi kendala bagi eksistensi KPK khususnya kultur kelembagaan
dimana antar lembaga penegak hukum terjadi rivalitas dalam
pemberantasan korupsi. Upaya penegakan hukum untuk memberantas
korupsi seharusnya tidak dipandang sebagai persaingan antara lembaga
penegak hukum. Kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan kasus-kasus korupsi di Indonesia bukan hanya terletak pada
KPK saja. Saat ini di Indonesia, terdapat lembaga Kepolisian dan
Kejaksaan yang juga memiliki kewenangan yang sama dalam hal
penyelidikan dan penyidikan kasus korupsi. Kejaksaaan bahkan memiliki
kewenangan melakukan penuntutan di pengadilan. Tersebarnya
kewenangan di sejumlah lembaga peradilan di Indonesia ini memiliki
konsekuensi tertentu yang dapat berimplikasi positif maupun negatif.
Implikasi positifnya antara lain adalah kasus-kasus korupsi dapat cepat
ditangani tanpa harus menunggu tindakan dari suatu lembaga tertentu.
Implikasi negatif dari tumpang tindihnya kewenangan penindakan korupsi
di Indonesia yaitu sering terjadinya perbedaan interpretasi terhadap suatu
kasus korupsi. Masing-masing lembaga, baik KPK, Kejaksaan dan
kepolisian sering memiliki persepsi yang berbeda dalam menindak pelaku
korupsi, contohnya penuntutan yang diajukan oleh masing-masing
lembaga di peradilan tidak seragam. Masing-masing memiliki
argumentasinya sendiri-sendiri sehingga terkadang putusan hukuman di
lembaga peradilan atas kasus-kasus korupsi relatif kurang objektif dan
tidak memuaskan rasa keadilan di masyarakat.
Kedua, Sumber Daya Manusia Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai
sebuah lembaga negara baru yang memiliki kewenangan khusus
diharapkan dapat mengoptimalkan pemberantasan korupsi yang terjadi di
Indonesia. KPK memiliki beberapa kewenangan anatara lain penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan. Bahkan dinyatakan dalam undangundang
KPK bahwa penyidikan dilakukan tanpa memerlukan izin khusus. Dalam
rangka supervisi, KPK berwenang mengambil alih penyidikan dan
penuntutan yang dilakukan kepolisian dan kejaksaan terhadap perkara-
perkara korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi
yang dilakukan aparat penegak hukum atau penyelenggara negara
(Indriyanto Seno, 2009: 176-177).
Ketiga, anggaran yaitu keberhasilan kinerja Komisi Pemberantasan
Korupsi sangat tergantung pada penganggaran yang besar kepada KPK.
Adanya sistem anggaran berbasis kinerja merupakan bentuk fakta
integritas untuk menfasilitasi tuntutan masyarakat terhadap peningkatan
kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi. Anggaran diperlukan untuk
mendukung penerapan sistem hukum pidana dan sistem peradilan pidana
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi (IGM.Nurdjana, 2003:
214-215). Tambahan anggaran bagi KPK juga merupakan dukungan
pemerintah agar kinerja KPK lebih baik dalam menjalankan kewajibannya.
Di samping itu tambahan anggaran bagi KPK merupakan bentuk
penguatan bagi eksistensi KPK. Jika anggaran yang diberikan kepada KPK
masih dalam batas kewajarannya maka tidak ada salahnya. Untuk
memberantas kejahatan korupsi yang terus-menerus memiskinkan rakyat
KPK membutuhkan dukungan anggaran. Keterbatasan Anggaran dapat
melemahkan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi. Anggaran yang
dibutuhkan oleh Komisi Pemberantasan korupsi tidak hanya dalam hal
operasional namun juga dalam fasilitas.

2.5. Cara KPK Menyelesaikan Konflik

Upaya untuk menyelesaikan masalah konflik yang pertama, yaitu


membangun sinergritas antar lembaga penegak hukum. Persoalan
kelembagaan adalah di aturan tentang relasi kejaksaan, kepolisian, dan
KPK. Kenyataan yang pernah terjadi, jika ada masalah antar ketiga
lembaga ini kejaksaan maupun kepolisian sering menarik penyidik-
penyidiknya. Konsep kelembagaan secara kolektif harus diatur untuk
mengatasi hal ini. Relasi antara tiga lembaga ini harus berjalan baik karena
jika tidak pemberantasan korupsi tidak akan optimal. untuk mengatasi
kendala yang meghambat eksistensi KPK dibutuhkan sinergitas antara
lembaga penegakan hukum. Kerja sama dan saling mendukung antara tiga
lembaga penegak hukum yakni KPK, kejaksaan, dan kepolisian akan
memberikan hasil pemberantasan korupsi yang lebih baik dan optimal.
Kedua, perlindungan hokum terhadap aparat Komisi Pemberantas
Korupsi al perlindungan dibutuhkan untuk melindungi pekerja anti korupsi
(komisioner dan pekerja) karena dengan sangat mudah ditersangkakan.
Harus ada perlindungan untuk melindungi aparat KPK dari tindakan
kriminalisasi karena banyak kasus yang terjadi pada komisioner KPK
membuat KPK sangat rentan untuk dikriminalisasi. Perlindungan hukum
yang diberikan akan memastikan KPK aman dalam melaksanakan
tugasnya untuk memberantas korupsi.
Ketiga, pemberantasan korupsi tidak akan berhasil jika tidak didukung
oleh negara secara kuat. Dukungan negara adalah bagian yang penting
bagi Komisi Pemberantasan Korupsi. Beberapa bentuk dukungan negara
misalnya kekuatan politik dari Dewan Perwakilan Rakyat dan dukungan
anggaran dari pemerinah. Menurutny Zainal Arifin anggaran untuk KPK
di Indonesia termasuk yang terlemah dibandingkan negara lain. Dukungan
politik diiperlukan dalam penguatan dan pemenuhan kebutuhan internal
KPK. Lemahnya dukungan politik menyebabkan pemberantasan korupsi
sulit memperoleh hasil maksimal. Bentuk-bentuk lemahnya dukungan
politik tersebut berupa anggaran dan sumber daya manusia yang tidak
memadai bagi Komisi Pemberantasan Korupsi. Aparat Komisi
Pemberantasan Korupsi harus proposional dengan jumlah penduduk
Indonesia. Dukungan negara diiperlukan dalam penguatan dan pemenuhan
kebutuhan internal KPK. Selain itu untuk mendukung kinerja KPK,
presiden harus mendukung penguatan lembaga pemberantasan korupsi ini.
Dukungannya melalui peningkatan kapasitas kelembagaan dan penyediaan
anggaran bagi KPK. Presiden juga mempunyai peran yang penting untuk
membangun sinergi antara lembaga penegak hukum yakni, KPK,
Kejaksaan, dan Kepolisian. Peranan presiden ini menjadi alat untuk
keberhasilan KPK dan pencapaian yang diharapkan.

BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Upaya memaksimalkan peran dan tujuan Komisi Pmberantas Korupsi
dengan mengetahui peran dan berbagai faktor konflik. Dengan
menyelesaikan konflik KPK akan berdampak pada maksimalnya peran dan
tugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Keberhasilan peran Komisi
Pemberantas Korupsi dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi
adalah karena KPK mempunyai kewenangan pengambilalihan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang dilakukan oleh kepolisian
dan kejaksaan, Selain itu KPK juga mempunyai kewenangan sebagai
lembaga superbody dalam pemberantasan korupsi. Kewenangan yang
diberikan oleh UU No 30 Tahun 2002 ini sebenarnya merupakan upaya
dan strategi negara dalam mendukung secara total upaya KPK dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia. Kendala-kendala yang dihadapi
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai state auxiliary body dalam sistem
ketatanegaraan di Indonesia ialah keterbatasan kelembagaan, anggaran,
sumber daya manusia, keterbatasan dukungan politik, dan kultur hukum.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut adalah membangun sinergitas antar lembaga penegak hukum,
perlindungan hukum bagi aparat KPK, dan dukungan negara bagi Komisi
Pemberantasan Korupsi.

3.2. Saran
Peran dan fungsi KPK sesuai dengan amanah Undang-Undang KPK
tidak lain adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK dibentuk karena institusi
(Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Partai Politik dan Parlemen) yang
seharusnya mencegah korupsi tidak berjalan bahkan larut dan terbuai
dalam korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai
sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu
pemberantasan korupsi perlu ditingkatkan secara professional, intensif,
dan berkesinambungan. Walaupun banyaknya tantangan yang dihadapi
oleh KPK dalam pemberantasan korupsi yang berada di manejemen intern,
ekstern KPK maupun dalam penanganan kasus korupsi di Indonesia, tetapi
tidak bisa dipungkiri bahwa KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
sebagai lembaga negara yang bersifat independen dan terbebas dari
pengaruh kekuasaan manapun dalam menjalankan tugasnya untuk
mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia sudah
cukup baik selama ini. Untuk itu pemerintah dan masyarakat patutlah
untuk selalu mendukung dan mengapresiasi prestasi yang telah dicapai
oleh KPK dalam mengusut tindak pidana korupsi agar lembaga ini dapat
menjalankan tugasnya lebih baik lagi untuk ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aymadi Zahra, Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi,


Alumni, Bandung.
Bahari Adib, Umam Khotibul, 2009, KPK dari A sampai Z, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta.
Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.
Kamri, 1998, Membasmi Korupsi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
I.S. Susanto. Kejahatan Korporasi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 1995
J.E. Sahetapy. Kejahatan Korporasi, Eresco. Bandung. 1994.

Rujukan Internet

https://media.neliti.com/media/publications/24288-ID-peranan-komisi-
pemberantasan-korupsi-kpk-sebagai-lembaga-anti-korupsi-di-indones.pdf
http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/1171-ketua-kpk-
ungkap-peran-kpk-dalam-mewujudkan-indonesia-bebas-korupsi-kepada-peserta-
ppra-62-lemhannas-ri#:~:text=KPK%20menjalankan%20empat%20misi
%20dalam,menjaga%20akuntabilitas%20dan%20profesionalitas
%20kelembagaan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Republik_Indonesi
a

You might also like