You are on page 1of 12

KEPERCAYAAN DALAM TIM

Sri Raharso1

Abstract
Organizations are nowadays faced with a growing number of challenges for their successful
operation in the current market and society. Their survival in the current turbulent market is
continuously at risk and becomes uncertain. The competitive challenges of the last decade have
seen an increase in the number of organizations using teams as a new work design. Hence,
organizations have become flatter and more team centred. So, a team is the most common and
basic working unit in today’s business organizations. One of the most important elements that
determine the ability of teams to cooperate effectively is the ability of each team member to trust
the entire team and each of the other team members. Scholars have long been interested in the
study of trust in organizations; trust is seen as one of the critical elements. Trust is critical to
individuals, organizations, and society in general. Trust is important because it is linked to the
level of employee and organizational performance. Organizations that were identified as “high
trust” generally got more qualified applicants, experienced lower turnover, and healthcare costs,
higher levels of customer satisfaction, and greater innovation and risk taking. Since breaking
trust gives rise to distrust, maintaining trust requires careful attention from management. High
trust can account for a company’s competitiveness in the long run.

Keywords: trust, team, competitiveness

A. Pendahuluan tekanan kompetisi, kecenderungan pemerintah


Drucker (1998) mengatakan bahwa yang semakin tunduk pada liberalisasi dan
tim merupakan unit dasar dari hampir globalisasi, kelangkaan sumber daya (misal:
semua perusahaan. Tim telah mendapatkan minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya),
kepopuleran dalam organisasi modern konsumen yang semakin menuntut (more
(Msanjila & Afsarmanesh, 2008). Menurut demanding and less forgiving), dan volatilitas
DeJanasz et al. (2006: 184) tim merupakan kesempatan bisnis merupakan katalisator dari
bagian tak terpisahkan dari kehidupan ketidakpastian tersebut.
personal dan kehidupan kerja seseorang. Selain itu, munculnya ekonomi-baru
Alasan rasionalnya adalah: ketika lingkungan (new economy) dalam situasi pasar yang
berubah dengan cepat dan masalah yang sangat tidak pasti secara langsung juga
dihadapi perusahaan semakin kompleks, mempengaruhi sifat pekerjaan (nature of work)
maka perusahaan tidak cukup lagi bersandar di sebuah organisasi (Zanini et al., 2009).
pada potensi individu dalam menyelesaikan Contohnya, volatilitas dan kontrak kerja
tugas-tugasnya (Drucker, 1998). Seperti karyawan yang semakin pendek (tidak ada lagi
yang disinyalir oleh Jones et al. (2000), karyawan yang bekerja seumur hidup untuk
organisasi modern pada saat ini menghadapi sebuah perusahaan) menyebabkan rusaknya
sejumlah tantangan agar mereka sukses hubungan kepercayaan antara pekerja dan
dalam beroperasi di pasar dan masyarakat. pemberi kerja (Zanini et al., 2009). Selain
Kemampuan untuk selalu survive semakin itu, tingkat ketidakpastian dan turnover yang
dibutuhkan ketika pasar semakin beresiko dialami oleh pekerja di masa ekonomi-baru
dan tidak pasti. Misalnya: meningkatnya merupakan merupakan sebuah turbulensi

1)
Lektor Kepala Jurusan Administrasi Niaga-Politeknik Negeri Bandung

42 MANAJERIAL Vol. 10, No. 19, Juli 2011 : 42 - 53


besar dan bisa menyebabkan instabilitas dalam akan mengambil resiko untuk mengambil
organisasi (Audretsch & Thurik, 2001: 15 inisiatif dan semua anggota tim tidak akan
dalam dalam Zanini et al., 2009). Saat ini memperoleh manfaat dari kolaborasi dan kerja
para karyawan tidak lagi dikontrak dalam sama (Sabel, 1993 dalam Costa, 2003).
jangka panjang, sehingga kepastian kerja Riset terbaru memperlihakan bahwa
karyawan makin tidak pasti. Ketika kontrak kepercayaan dalam tingkatan yang tinggi
kerja hampir berakhir, mereka was-was telah memberikan manfaat pada tingkatan
karena mungkin tidak lagi memiliki pekerjaan. organisasi dan masyarakat. Level kepercayaan
Menurut Argandona (2003: 17 dalam yang tinggi memberi pondasi pada tatanan
dalam Zanini et al., 2009), kondisi kerja saat sosial, kerja sama yang sukses dan tim kerja
ini sangat sarat konflik, kompetisi internal yang efektif, serta berpengaruh positif pada
yang sangat keras, disintegrasi loyalitas, pengembangan sosioekonomi suatu negara
semakin bersifat oportunis dan berperilaku (Fukuyama, 1995 dan Putnam et al., 1993
tidak etis. Hasil observasi Argandona juga dalam Pucetaite & Lamsa, 2008). Kepercayaan
mengindikasikan bahwa ekonomi-baru yang tinggi dalam perusahaan juga menolong
ditandai oleh perusahaan yang mempekerjakan perusahaan dalam meminimalkan resiko dan
tenaga kerja muda, turnover yang tinggi karena mengurasi biaya operasi (Connel et al., 2003
adanya pemberhentian dan outsourcing (dalam dalam Pucetaite & Lamsa, 2008), berkontribusi
Zanini et al., 2009). pada keamanan tempat kerja, produktivitas dan
Oleh karena itu, keinginan organisasi kualitas kehidupan karyawan (Hosmer, 1995;
untuk memperoleh daya saing yang semakin Lewicki et al., 1998; Lewis & Weigert, 1985;
tinggi serta memperoleh keuntungan dari Young & Daniel, 2003; semua dalam Pucetaite
pengembangan kesempatan-kesempatan & Lamsa, 2008). Artinya, kepercayaan bisa
mensyaratkan setiap perusahaan untuk menjadi sumber daya saing dalam jangka
menggabungkan dan mengaplikasikan panjang.
karakteristik dan kemampuan dari keseluruhan Sebaliknya, tingkat kepercayaan yang
anggota organisasi (Drucker, 1998). Hal rendah akan mencegah masyarakat dalam
tersebut dapat dicapai dengan mengaplikasikan memanfaatkan human capital yang tersedia,
tim sebagai struktur dasar organisasi (team- mencegah terciptanya network bisnis dan
based organization). struktur yang mampu menciptakan skala
Agar tim memiliki kinerja yang optimal, ekonomis, sinergi, dan pengembangan
prakondisi yang dibutuhkan oleh tim adalah berkelanjutan tidak akan terjamin. Pada
kemampuan anggota tim untuk bekerja sama tingkatan organisasi, biaya dari rendahnya
secara efektif. Untuk bekerja sama, salah satu kepercayaan sangatlah besar karena karyawan
elemen kritisnya adalah adanya kepercayaan memiliki komitmen dan keinginan untuk
anggota terhadap anggota yang lain serta bekerjasama yang rendah, resiko yang timbul
kepercayaan pada tim itu sendiri (Shen & dari perilaku menyimpang karyawan, kualitas
Chen, 2007). Bekerja bersama dalam sebuah kerja yang rendah, dan kebutuhan pengendalian
tim memerlukan kepercayaan (Spector & yang tinggi (Wicks et al., 1999 dalam Pucetaite
Jones, 2004). & Lamsa, 2008). Dengan demikian, rendahnya
Pada dasarnya para ahli telah lama kepercayaan dalam masyarakat dan organisasi
tertarik dengan penelitian dalam bidang akan menyebabkan hilangnya kesempatan
kepercayaan dalam organisasi (Costa, 2003). untuk memperoleh daya saing dalam pasar
Penekanan juga dilakukan terhadap dinamika global. Konsekuensinya, karena manfaat dari
interpersonal dan kelompok dalam lingkungan kepercayaan yang tinggi dan kerugian dari
kerja, dimana kepercayaan dilihat sebagai rendahnya kepercayaan sangatlah nyata, maka
salah satu elemen kirits. Ketika kepercayaan konstruk ini perlu dikelola secara paripurna
tidak hadir, tidak seorangpun karyawan yang (Pucetaite & Lamsa, 2008).

Kepercayaan dalam Tim (Sri Raharso) 43


B. P e r a n K e p e r c a y a a n d a l a m cabang perusahaan multinasional (Tyler,
Organisasi 2003).
Mengapa konsep kepercayaan menjadi Perlu ditambahkan, hirarki multi
isu penting dalam studi organisasi? Menurut tingkat yang memfasilitasi “command and
(Tyler, 2003), kepercayaan menjadi control” tradisional telah berubah menjadi
penting karena adanya keinginan kuat semakin datar. Semakin banyak karyawan
untuk memahami bagaimana menciptakan yang bekerja dalam tim dengan tanpa
kerja sama yang efektif dalam organisasi. adanya seorang pemimpin yang ditunjuk
Kepercayaan menjadi kunci karena konsep ini untuk melaksanakan tanggung jawab dalam
mampu menghasilkan kerja sama. Ketika kerja memonitor dan merespon perilaku anggota
sama selalu menjadi variabel penting dalam tim. Sebagai gantinya, tanggung jawab
organisasi, adanya tren baru dalam dinamika dibagikan kepada anggota kelompok dan
organisasi membawa konsekuensi tersendiri. “kepemimpinan” mungkin berbeda-beda
Pertama, organisasi harus merubah sifat alami tergantung dari jenis tugas yang dikerjakan
pekerjaan yang membuat gaya lama dalam tim itu. Selain itu, pertimbangan mengenai
memastikan adanya kerja sama semakin pembayaran dan promosi dibuat dalam
sulit untuk dikelola. Kedua, organisasi situasi yang lebih kolaboratif, dan melibatkan
harus merubah sifat alami kerja sama yang diskusi serta pembangunan konsensus (Tyler,
dibutuhkan oleh organisasi, dengan lebih 2003).
menekankan pada kerja sama yang bersifat Mekanisme pengendalian sosial
suka rela (bukan “command and control”), yang tradisional mulai hilang. Salah satu sumber
lebih sulit untuk dimotivasi. dari pengendalian sosial adalah network
Model lama manajemen fokus pada informal dari keluarga dan teman yang
strategi “command and control” dalam motivasi. melekat pada orang dalam kelompok sosial
Strategi ini mendukung otoritas untuk mereka. Jaringan dari perpanjangan keluarga
mengarahkan aktivitas karyawan dalam dan keterikatan bekerja untuk dalam jangka
organisasi menggunakan pengawasan yang panjang menjadi semakin lemah, ketika orang
dilekatkan pada insentif dan sanksi. Model menjadi lebih terpisah dengan orang lain,
ini diberi label sebagai “model penggentar” dan tidak memperlihatkan hubungan mereka
dalam hukum, “command and control” dalam sebagai sebuah kebutuhan yang diperlukan
manajemen, bentuk “kepercayaan yang sepanjang waktu. Hal ini menjadi benar
rendah” dalam tata kelola (governance) karena mobilitas orang semakin tinggi dan
di sosiologi dan pilihan rasional dalam sering bergerak jauh dari keluarga dan teman
ekonomi. Strategi-strategi ini memperbolehkan (Tyler, 2003).
pemegang otoritas untuk mengamankan Selain itu, juga ada keinginan yang lebih
satu tipe atau tingkatan kerja sama. Akan besar untuk memutus ikatan dengan orang
tetapi, dunia telah berubah dan organisasi lain, dengan adanya turnover pekerjaan yang
memerlukan tipe baru kerja sama dengan para semakin sering. Pada banyak tingkatan, orang
karyawannya (Tyler, 2003). Cara-cara lama merasa bebas dalam memutuskan ikatan sosial
sudah tidak mencukupi lagi. serta merubah tatanan sosial jangka panjang.
Ada beberapa konsekuensi ketika dunia Sebagai contoh, orang semakin banyak yang
telah berubah. Pertama, semakin sulit dalam berpikir bahwa hubungan mereka dengan
mengimplementasikan gaya manajemen pemberi kerja (majikan) bersifat kontingensi
“command and control” secara efektif. Semakin dan bisa berubah ketika kesempatan baru
banyak karyawan bekerja dalam kelompok muncul. Daripada mengharapkan bekerja
yang tersebar, dengan semakin banyaknya untuk satu perusahaan selama karirnya,
orang yang bekerja di rumah; bekerja dengan orang telah mengantisipasi untuk berpindah
jadual yang bervariasi; dan bekerja di cabang- perusahaan dan mungkin juga berganti

44 MANAJERIAL Vol. 10, No. 19, Juli 2011 : 42 - 53


karir. Para karyawan menjadi semakin Pekerja di abad ekonomi baru, yang berbasis
tidak loyal pada satu majikan. Ini bukanlah pada pengetahuan, adalah seorang knowledge
sebuah tatanan yang bersifat sementara – worker bukan pekerja kerah biru atau pekerja
tetapi ini adalah sesuatu yang penting dan pabrik (lihat Tabel 1). Pekerja intelektual
menjadi konsekuensi dari kepercayaan (Tyler, bersifat sulit dimonitor dan sangat tergantung
2003). pada keinginan untuk terikat dalam pekerjaan.
Terakhir, dalam organisasi kerja sifat Kita harus mempercayai orang yang membuat
alami dari pekerjaan itu sendiri telah berubah upaya untuk bekerja dengan baik, ketika
dimana pendekatan “command and control” situasinya menjadi lebih sulit untuk memonitor
untuk memotivasi karyawan semakin menjadi perilaku para pekerja. Dalam organisasi kerja,
sulit untuk diimplementasikan. Pekerjaan perubahan ini mengarahkan pada perhatian
telah meningkat menjadi pekerjaan yang yang semakin meningkat kepada “extra-role
bersifat intelektual, tidak lagi rangkaian tugas- behaviour” – perilaku sukarela orang berada
tugas yang sederhana dan berulang-ulang. dalam situasi kerja (Tyler and Blader, 2000
dalam Tyler, 2003).

Tabel 1. Tipe-tipe Pekerjaan

Pekerja Pabrik Pekerja Kantor Pekerja Pengetahuan


(Blue-collar work/B-work) (White-collar work/W-work) (Knowledge work/K-work)
1 Output Terdefinisi dengan jelas Sebagian besar tangible Beberapa faktor tangible,
(tangible) dengan beberapa faktor- tetapi sebagian besar bersifat
faktor intangible intangible
2 Input Terdefinisi dengan jelas Terdefinisi dan secara Tidak terdefinisi dengn jelas
dan secara langsung langsung berpengaruh pada dan dapat tetapi tidak selalu
berpengaruh pada output output berpengaruh pada output
(intangible)
3 Tipe pekerjaan Manual atau fisik Beberapa bersifat fisik Sebagian besar bersifat
mental
4 Tingkatan Secara praktis tidak ada Sedikit sampai tidak ada Sangat leluasa/bebas
keleluasaan
5 Yang dikerjakan Pada level proses atau Pada level proses, proyek, Pada level program, masalah,
proyek atau program dan sesuatu yang masih
membingungkan (perplexity)
6 Tingkatan upaya Klerikal dan operasional Klerikal dan taktikal Taktikal dan strategis
7 Struktur keputusan Terstruktur Terstruktur dan semi- Dari semi-terstruktur sampai
terstruktur tidak terstruktur
8 Tahapan Dapat dilihat sampai Dapat dilihat sampai Pengendalian sampai
kedewasaan tingkatan pengendalian tingkatan pengendalian tingkatan optimisasi
Sumber: Beruvides, 1993 dalam Waters & Beruvides, 2009: 38

Sejumlah studi telah mengakui bahwa untuk mengembangkan dan meningkatkan


kepercayaan karyawan merupakan variabel kepercayaan diantara para pekerja (Dolan
penting yang mempengaruhi kiner ja, & Garcia, 2002; Gambetta, 1988; McKnight
efektivitas, dan efisiensi organisasi (Dirks et al., 1998; semuanya dalam Tzafrir et
& Ferrin, 2002; Kramer & Tyler, 1996; al., 2004), menyarankan agar organisasi
Lewickit et al., 1998; Mayer & Davis, 1999; memperlakukan kepercayaan sebagai atribut
Mayer et al., 1995; Whitney, 1994; semuanya yang menguntungkan. Menurut Tzafrir et al.
dalam Tzafrir et al., 2004). Banyak dari (2004), dukungan terhadap perspektif ini
literatur yang ada memfokuskan pada cara diperlihatkan oleh studi yang menghubungkan

Kepercayaan dalam Tim (Sri Raharso) 45


kepercayaan dengan berbagai perilaku Dampak kepercayaan, menurut Shaw
kerja, termasuk di dalamnya “organizational (1997 dalam Martins, 2002) adalah: “Hidup
citizenship” (Konovsky & Pugh, 1994), kinerja menjadi lebih sederhana. Dengan kepercayaan,
karyawan (Mayer & Davis, 1999), hasrat kita dapat mendedikasikan perhatian kita pada
untuk keluar dari perusahaan (Albrecht & aktivitas yang lebih luas daripada ketika
Travaglione, 2003), penyelesaian masalah lingkungan kita penuh dengan kecurigaan.”
(Zand, 1972), tingkatan keterbukaan dengan
tim manajemen tingkat atas (Siobhan, 1993), C. Tim dalam Organisasi
dukungan terhadap otoritas (Brockner et al., Banyak organisasi mulai mencoba
1997), kepuasan (Gould-Williams, 2003), dan cara-cara baru dalam mendesain pekerjaan
komitmen organisasi (Cook & Wall, 1980). yang sehingga menjadi lebih produktif, fleksibel,
Kepercayaan mempengaruhi semua dan mampu berhadapan dengan lingkungan
hubungan antara individu dan kelompok yang cepat bergerak dan berubah. Tantangan
individu. Sebagai contoh, kepercayaan kompetitif selama dua dekade terakhir semakin
mempengaruhi hubungan antar pasangan, meningkat dalam penggunaan organisasi yang
orang tua dan anak, guru dan murid, warga berbasis tim sebagai sebuah desain pekerjaan
ngara dan pemerintah, dokter dan pasien, baru (Banker et al., 1996 dalam Arnold et
pengurus sekolah dan guru, serta manajer al., 2001). Osterman (1991 dalam Arnold et
dan karyawan (De Furia, 1996 dalam Martins, al., 2001) memperkirakan lebih dari separuh
2002). Ketertarikan pada konsep ini mulai perusahaan di Amerika mengeksplorasi
muncul di tahun 1980an dan 1990an (Creed desain pekerjaan berbasis tim. Sedangkan
& Miles, 1996 dalam Martins, 2002) dan Manz dan Sims (1993: ix dalam Arnold et
kepercayaan telah dipelajari dalam berbagai al., 2001) menyatakan bahwa hampir setiap
macam perspektif selama beberapa dekade perusahaan besar di Amerika secara serius
terakhir (Kipnis, 1995 dalam Martins, 2002). mempertimbangkan tim kerja. Berikutnya,
Charlton (2000 dalam Martins, 2002) melihat Parker dan Wall (1998: 24 dalam Arnold et
kepercayaan sebagai sesuatu yang tidak al., 2001) menyatakan bahwa kelompok kerja
dinegosiasikan – sebauah proses pembelajaran otonom, dalam berbagai bentuk dan ukuran,
yang konstan dalam berbagai hubungan semakin mendapatkan popularitas.
dan dalam mempercayai anak-anak untuk Struktur tim dapat mengarah pada
bertanggung jawab. Tren global di tahun produktivitas organisasi, kepuasan kerja
1990an memperlihatkan sebuah kenaikan yang lebih tinggi, dan respon yang lebih
yang tajam dalam re-engineering, merjer, efektif terhadap tekanan kompetisi (Cohen et
outsourcing dan downsizing yang secara tiba- al., 1996; Parker & Wall, 1998; keduanya
tiba mempengaruhi tingkatan “job security” dalam Arnold et al., 2001). Struktur tim
(Bews & Martin, 1996 dalam Martins, juga meningkatkan pemberdayaan karyawan
2002). Menurut Robbins (1999 dalam (Galbraith & Lawler, 1993 dalam Arnold et al.,
Martins, 2002), kepercayaan membutuhkan 2001) dan komitmen karyawan (Barker, 1993
waktu yang lama untuk dibangun tetapi dalam Arnold et al., 2001).
bisa hancur dengan mudah, dan sangat sulit Tim adalah unit dasar dan umum dalam
untuk memperbaikinya. Kepercayaan yang organisasi bisnis pada saat ini (Katzenbach &
hancur akan memunculkan ketidakpercayaan Smith, 1993 dalam Eom, 2009). Hightower
(distrust), sehingga memelihara kepercayaan dan Sayeed (1995) dan Katzenbach dan Smith
memerlukan perhatian yang hati-hati dari (1993; keduanya dalam dalam Eom, 2009)
pihak manajemen. Sepertinya, manajer yang menyatakan tim adalah: sebuah kelompok
efektif harus mengembangkan hubungan dari dua/lebih individu, berada dalam suatu
yang dapat dipercaya dengan mereka yang struktur yang stabil, berbagi tujuan bersama
dipimpin (Martins, 2002). dan terlibat dalam aksi sosial yang bisa dicapai

46 MANAJERIAL Vol. 10, No. 19, Juli 2011 : 42 - 53


karena mereka memiliki kumpulan keahlian karyawan yang bergabung dalam suatu tim
dan pengetahuan. tertentu dan 68% dari produsen kecil di AS
Secara umum, sebuah tim memiliki menggunakan tim dalam proses produksinya
empat komponen struktural: peran, status, (Robbins & Coulter, 2005: 114). Maka,
norma, dan cohesiveness (Hackman, 1992 ketika perusahaan seperti W.L. Gore, Volvo,
dalam Eom, 2009). Setiap anggota tim atau Kraft General Foods memperkenalkan tim
harus mengidentifikasi dirinya dengan peran pada proses produksinya, hal tersebut menjadi
mereka tanpa ada kebingungan (merujuk pada sebuah berita yang besar. Sebab, pada waktu
komponen peran). Setiap anggota tim harus itu tidak ada orang yang pernah melakukan
memiliki rasa bangga terhadap keanggotaan hal tersebut sebelumnya. Sebaliknya, pada
mereka dalam tim (merujuk pada komponen saat ini bila ada perusahaan yang tidak
status). Sebuah tim harus beroperasi dalam menggunakan tim akan menjadi sebuah berita
peraturan yang terdefinisi dengan jelas besar (Robbins & Coulter, 2005: 114).
yang memberi arahan pada anggota dalam Bekerja bersama dalam sebuah tim
bertindak (komponen norma) dan juga memerlukan kepercayaan (Spector & Jones,
menimbulkan situasi dimana anggota merasa 2004). Bagaimana Anda bisa mengatakan
memiliki perasaan senasib dan perasaan kalau kepercayaan sudah tidak ada lagi
memiliki (komponen cohesiveness) (Eom, di organisasi Anda? Berikut ini adalah
2009). gejala-gejalanya: menentang terbentuknya
Ketika akan bekerja untuk mencapai koalisi; mengadu dan menunjuk jari; perilaku
tujuan yang telah ditetapkan organisasi, bermusuhan; memperpanjang debat tanpa
sebuah tim berevolusi melalui empat tahapan: ketegasan; dan selalu merubah keputusan.
storming, norming, performing, dan adjourning Rasa frustasi tersebut selanjutnya akan
(Hackman, 1992 dalam Eom, 2009). Tahap berbuah pada kecurigaan, perbantahan tanpa
pertama, storming, merupakan tahapan putus, komitmen yang dilupakan, persetujuan
dimana para anggota tim dengan berbagai yang abu-abu (tidak jelas ) dan tenggat waktu
atribut (keterampilan, pengetahuan, keahlian, yang terlampaui. Sebagai gantinya, akan
latar belakang, personalitas, dll.) membentuk muncul permintaan pertanggungawaban,
sebuah tim, mereka mulai menyaring situasi- gosip, dan frustasi (Grant & Stanley. 2003).
situasi yang berbeda-beda (misal: resistensi
atau konflik untuk bekerja bersama). Tahapan D.Kepercayaan dalam Tim
norming, anggota tim membuat persetujuan Charles Fishman (1996 dalam Daft,
informal yang umum tentang peraturan- 2003: 471) mengilustrasikan tentang
peraturan yang mengarahkan tindakan budaya Whole Foods Market (pemilik rantai
mereka untuk menjadi sebuah entitas yang nasional, dengan 126 toko di seluruh AS serta
mapan. Selanjutnya, sebuah tim mulai keuntungan bersih dua kali lipat dari rata-rata
bekerja untukmencapai tujuan bersama nasional) yang didasarkan pada kerja sama
(tahap performing). Terakhir, pada tahap tim terdesentralisasi. Setiap toko merupakan
adjourning, sebuah tim akan menghentikan pusat keuntungan otonom yang terdiri dari
kegiatan ketika tidak ada kebutuhan/tujuan kurang lebih 10 tim dengan kepemimpinan
yang harus dicapai. mandiri. Tim memiliki kekuasaan untuk
Popularitas tim semakin menjadi-jadi menyetujui karyawan baru yang akan bekerja
di masa sekarang. Tim merupakan bagian full time. Para pemimpin toko memiliki
tak terpisahkan dari kehidupan personal dan otoritas untuk menyaring para kandidat serta
kehidupan kerja seseorang (DeJanasz et al., merekomendasikan mereka untuk melakukan
2006: 184). Laporan dari majalah Fortune pekerjaan baru di sebuah tim khusus. Akan
mengatakan, 80% dari 500 perusahaan di tetapi, dibutuhkan dua per tiga suara untuk
majalah tersebut memiliki setengah atau lebih menyetujui karyawan tersebut. Anggota-

Kepercayaan dalam Tim (Sri Raharso) 47


anggota tim secara langsung menangani tersebar di seluruh dunia (bahkan tidak
produk, pelanggan, penjual, dan semua orang mengenal satu dengan yang lain), kepercayaan
bekerja sama untuk mengidentifikasi serta memainkan peran kritis; teknologi saja
mencapai tujuan-tujuan tim. Pondasi dasar tidaklah mencukupi. Hal tersebut diperkuat
budaya tim tersebut adalah kepercayaan. oleh Lipnack dan Stamps (1997: 225 dalam
Kepercayaan dimulai dengan sebuah “suara- Panteli & Duncan, 2004)) yang menyatakan
perekrutan”. Selain itu, jaringan toko ini juga bahwa: “dalam jaringan kerja dan tim virtual
mendukung kerja sama tim dengan informasi yang ada di abad informasi, kepercayaan
yang transparan tentang sistem keuangan dan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk
operasi. Informasi sensitif dalam penjualan membangun hubungan yang produktif.”
toko, penjualan tim, margin keuntungan, dan Dalam perspektif jenis-jenis tim,
bahkan gaji tahunan, serta bonus disediakan Robbins (2002: 130) membagi tim menjadi
bagi setiap karyawan. John Mackey, CEO tiga, yaitu: tim problem-solving, tim kerja self-
Whole Foods, menyatakan informasi yang managed, dan tim cross-functional. Khusus
terbuka membuat setiap anggota tim tetap untuk tim cross-functional, tim ini merupakan
“bersekutu pada visi nasib yang sama …. tim yang paling sulit dikelola. Sebab, anggota
Jika Anda berusaha menciptakan organisasi tim ini berasal dari level yang hirarkinya
dengan kepercayaan tinggi, organisasi di mana kurang lebih sama, tetapi berasal dari
orang-orang merasa senasib seperjuangan, wilayah kerja yang berbeda-beda untuk saling
Anda tidak bisa memiliki rahasia.” bertukar informasi, mengembangkan ide-
Berikutnya, ketika organisasi berusaha ide baru, dan menyelesaikan masalah serta
memangkas biaya, menurunkan waktu mengkoordinasikan proyek yang rumit. Untuk
siklus produk, meningkatkan daya respons itu, masalah kepercayaan merupakan salah
konsumen, serta membangun integrasi satu kunci agar tim ini bisa bekerja secara
dengan pemasok maka kehadiran tim virtual efektif (Robbins, 2002: 134).
adalah jawabannya. Episode berikutnya, ketika Iklim kepercayaan merupakan salah
organisasi memutuskan untuk membangun satu penentu dari kinerja tim (Robbins,
tim virtual dan teknologi kolaboratif, salah 2003: 368). Anggota-anggota tim yang
satu faktor yang perlu dicermati sejak awal efektif harus saling percaya, termasuk percaya
adalah membangun rasa percaya antar pada pimpinan mereka. Kepercayaan
anggota tim (Solomon, 2001 dalam Ivancevich interpersonal di antara anggota tim akan
et al., 2005: 203). Fleming (2006: 65) juga memudahkan kerja sama, mengurangi
mengatakan hal yang kurang lebih sama, kebutuhan untuk memantau perilaku satu
tim virtual membutuhkan orang-orang yang sama lain, serta mengikat anggota pada
saling bekerja sama agar sukses, jika Anda kepercayaan bahwa anggota tim yang lain
tidak mempercayai rekan di dalam tim maka tidak akan memperalat mereka. Misal:
mungkin Anda akan enggan untuk menolong seorang anggota tim akan mengambil resiko
dan membantu mereka. Daft (2003: 472) dengan cara mengungkapkan masalah/
juga menekankan “membangun kepercayaan” kelemahan yang dia miliki kepada anggota tim
sebagai salah satu kunci dalam menghasilkan yang lain jika mereka percaya anggota yang
tim virtual yang sukses. lain tersebut tidak akan mengkhianatinya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan Sejumlah hasil penelitian (Argyris, 1993;
dalam masa ekonomi digital dan global serta Gibb, 1991; Kramer & Cook, 2005: Schein,
virtuality (Tapscott, 1996 dalam Panteli & 1996; semuanya dalam Hebert, 2006: 22)
Duncan, 2004), ada banyak perhatian yang menunjukkan bahwa kepercayaan dapat
dicurahkan pada kepercayaan (Davidow & meningkatkan pertumbuhan, knowledge
Malone, 1993 dalam Panteli & Duncan, 2004). sharing, dan pengembangan organisasi.
Dalam dunia virtual, dimana para pelakunya Selain itu, kepercayaan merupakan

48 MANAJERIAL Vol. 10, No. 19, Juli 2011 : 42 - 53


fondasi kepemimpinan. Kepercayaan dalam menggarisbawahi arti penting dari kehadiran
kepemimpinan merupakan faktor penting kepercayaan dalam sebuah hubungan.
yang menyebabkan tim mau menerima dan Kepercayaan adalah ekspektasi positif
berkomitmen pada tujuan dan keputusan dan keyakinan terhadap perilaku orang lain
pimpinan mereka (Robbins, 2003: 369). (Cook & Wall, 1980; Currall & Judge, 1995;
Dalam dunia bisnis, seperti halnya dalam dalam Panteli & Duncan, 2004), sehingga
kehidupan kita, kepercayaan merupakan bisa menciptakan kerja sama dan menjadi
sebuah blok pembangun yang sangat penting cara untuk mengurangi kompleksitas, bahkan
dalam mengembangkan hubungan dengan dalam suasana dimana individu harus
pelangan, rekan kerja, atau asosiasi bisnis. bertindak dalam situasi penuh ketidakpastian
Relasi yang dewasa (mature relationships) dengan informasi yang tidak lengkap dan
hanya bisa terjalin ketika kepercayaan hadir ambigu (Luthans, 1992 dalam Panteli &
di dalamnya (DeJanasz et al., 2006: 32). Duncan, 2004).
Kepercayaan juga dapat diaplikasikan Dengan demikian, kepercayaan didasari
untuk meningkatkan komunikasi dan kinerja oleh pengharapan (ekspektasi) positif bahwa
tim secara keseluruhan (Jarvenpaa & Leidner, orang lain tidak akan (melalui kata-kata,
199; Sarker et al., 2001; dalam Panteli & tindakan, atau keputusan) bertindak secara
Duncan, 2004). oportunistik (Boon & Holmes, 1991; McAllister,
Lebih jauh lagi, Druskat dan Wolff 1995; dan Rousseau et al., 1998; dalam
(2001) menyatakan bahwa kunci dari Robbins, 2003: 462; Olekalns et al. 2007).
efektivitas tim adalah kecerdasan emosional. Pengharapan positif terhadap orang lain
Tim yang memiliki kecerdasan emosional tersebut akan semakin meningkat dikala kita
yang tinggi akan memiliki cara-cara yang percaya orang lain tersebut akan memenuhi
bisa membangun hubungan (relationship) harapan kita dan menolong kita mencapai
dengan pihak dalam dan luar tim serta tujuan-tujuan yang telah kita tetapkan
selalu memperkuat kemampuan tim untuk (Bhattacharya et al., 1998 dalam Olekalns et
menghadapi tantangan. Masalahnya, al. 2007). Dengan demikian, ada dua unsur
membangun tim dengan kecerdasan emosional penting dari kepercayaan, yaitu: pengharapan
yang tinggi tidaklah sekedar membangun dan resiko. Sedangkan De Janasz et al. (2006:
kecerdasan emosional dari masing-masing 32) menyatakan kepercayaan adalah suatu
anggota tim. Bukan sekedar penjumlahan konsep multifaset yang menangkap suatu
dari kecerdasan emosional anggota tim. Tidak janji atau keyakinan yang ada dalam integritas
sesederhana itu! Tim yang ingin memiliki atau reliabilitas seseorang atau sesuatu.
kecerdasan emosional yang tinggi harus Hal tersebut sesuai dengan pendapat
mengkreasi norma yang memastikan adanya Lewicki and Bunker (1996 dalam Olekalns
kepercayaan diantara anggota tim (selain et at., 2007) yang membagi kepercayaan
norma identitas kelompok dan group efficay). berdasarkan pada isu reliabilitas dan
Sebab, norma tersebut merupakan pondasi prediktabilitas. Isu per tama merujuk
dasar dari kerjasama yang hakiki. pada kepercayaan kita bahwa orang lain
Dengan demikian, kepercayaan adalah akan menepati janjinya. Sedangkan isu
sebuah keniscayaan yang selalu muncul dari prediktabilitas merangkum kepercayaan kita
sebuah tim, berapapun kadarnya. bahwa kita mampu mengantisipasi perilaku
orang lain.
E. Kepercayaan Rotter (1980 dalam Robbins, 2003:
Resiko dan ketidakpastian merupakan 462) menyatakan kepercayaan adalah
salah satu karakteristik dari pertukaran suatu proses ketergantungan-historis yang
hubungan (exchange relationships), sehingga didasarkan pada sampel-sampel pengalaman
Molm et al. (2000 dalam Olekalns et al., 2007) yang relevan namun terbatas. Pengharapan

Kepercayaan dalam Tim (Sri Raharso) 49


m e m b u t u h k a n wa k t u d a l a m p r o s e s secara sinergis. Apabila antara anggota tim
pembentukkannya, dibangun sedikit demi yang satu dengan anggota yang tim yang lain
sedikit, dan berakumulasi. Artinya, kita tidak memiliki kepercayaan, maka harapan
tidak mungkin bisa mempercayai begitu saja untuk bekerja sama hanyalah tinggal harapan.
orang yang baru saja kita kenal. Bisa saja Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
kita melakukan spekulasi untuk mempercayai ciri tim yang berkinerja tinggi adalah adanya
orang yang baru saja kita kenal, akan tetapi kepercayaan yang tinggi antar sesama
tetap saja kita tidak dapat mempercayai anggota tim (Robbins, 2002: 139). Setiap
orang tersebut. Sebaliknya, ketika kita anggota percaya akan integritas, karakter,
mengenal dengan baik seseorang, hubungan dan kemampuan anggota tim yang lain.
kita dengan dia sudah mencapai tahapan Masalahnya, kepercayaan adalah bangunan
matang, maka kita memperoleh kepercayaan yang rapuh, membutuhkan waktu yang lama
terhadap kemampuan kita untuk membuat untuk membangunnya, akan teapi bisa hancur
pengharapan yang positif (Robbins, 2003: dalam sekejab, dan sulit untuk meraih kembali
462). kepercayaan tersebut. Peribahasa “karena
Selanjutnya, resiko akan muncul nila setitik, rusak susu sebelanga” mungkin
ketika kita berusaha mempercayai atau bisa menggambarkan kerapuhan tersebut.
memiliki pengharapan positif kepada orang Selain itu, kepercayaan hanya bisa dibangun
lain. Bisa saja orang yang kita percayai dari kepercayaan, dan ketidakpercayaan
bersikap oportunistik; kepercayaan yang kita hanya menghasilkan ketidakpercayaan. Oleh
berikan bisa digunakan oleh orang tersebut karena itu, mempertahankan kepercayaan
sesuai dengan kebutuhannya. Artinya, memerlukan upaya yang sistematis, bukan
hubungan kepercayaan pada dasarnya secara sebuah kebetulan belaka. Dalam bahasa
inheren menyimpan resiko dan kerentanan Grant dan Stanley (2003: 11), kepercayaan
(Robbins, 2003: 462). Tidak mengherankan yang orisinil hanya dibangun dari perilaku
apabila kepercayaan juga menimbulkan aktual, bukan dari apa yang Anda harapkan,
kekecewaan (misal: karena orang yang kita Anda rencanakan, atau apa yang Anda
percayai mengambil manfaat dari apa yang kita katakan akan Anda kerjakan.
percayakan). Namun, kepercayaan itu sendiri Menurut Schindler dan Thomas (dalam
tidaklah mengandung resiko, sebaliknya, Robbins, 2002: 139), konsep kepercayaan
kepercayaan merupakan kesediaan untuk dibangun oleh lima dimensi, yaitu: integritas,
mengambil resiko (Mayer; Davis; & Schoorman, kompetensi, loyalitas, konsistensi, dan
1995 dalam Robbins, 2003: 462). Dengan keterbukaan (urut dari yang paling penting).
demikian, bila Anda mempercayai seseorang, Integritas dan kompetensi merupakan
maka Anda berharap bahwa orang tersebut karakteristik yang paling penting yang
tidak akan memanfaatkan atau mencurangi dicari oleh individu dalam mengidentifikasi
Anda. Keinginan untuk menanggung resiko kepercayaan pada orang lain.
merupakan hal yang lazim dalam semua
situasi kepercayaan (Johnson-George & Swap,
1982 dalam Robbins, 2003: 462). Kompetensi Konsistensi Kesetiaan Keterbukaan
Penjelasan di atas sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Porter, Lawler, dan Integritas
Hackman (1975: 497 dalam MacAllister, (tanpa Integritas, semua elemen lain mungkin tidak
1993: 5), “Where there is trust there is the feeling akan berarti)
that others will not take advantage of me”.
Sumber: De Janasz et al, 2006: 32
S e p e r t i ya n g t e l a h d i nyat a k a n
Gambar 1. Lima Elemen Kepercayaan
sebelumnya, tim pada dasarnya terdiri dari
anggota tim (individu) yang harus bekerja

50 MANAJERIAL Vol. 10, No. 19, Juli 2011 : 42 - 53


Integritas merujuk pada masalah seseorang bergantung pada Anda (Robbins,
kejujuran dan kebenaran (Robbins, 2003: 2003: 462). Teman yang memuji di depan
462). De Janasz et al. (2006: 32) menyatakan Anda tetapi menyebarkan gosip di belakang
dalam kalimat singkat, integritas adalah punggung Anda tentulah bukan seorang
“You say what you mean and mean what you teman yang setia (De Janasz et al., 2006:
say.” Dimensi ini merupakan fondasi bagi 32).
empat elemen/dimensi kepercayaan yang Keterbukaan berhubungan dengan
lainnya. Elemen ini juga merujuk pada keinginan untuk membagi ide dan informasi
kemampuan untuk secara jujur membuka diri dengan bebas (Robbins, 2002: 139). Anda
dan membagikan pikiran-pikiran, keyakinan- tidak menutup pada ide baru. Komponen
keyakinan, serta perasaan-perasaan Anda (De kepercayaan ini menyarankan agar Anda
Janasz et al., 2006: 32). menyadari siapa Anda serta merasa nyaman
Kompetensi adalah pengetahuan berbagi dan terbuka kepada orang lain. Perlu
dan keterampilan interpersonal dan teknis ditambahkan, ketika seseorang berbagi kepada
(Robbins, 2003: 463). Seseorang bisa Anda, Anda membesarkan hati, menerima,
menjalankan apa yang dia katakan ketika serta mendukung mereka, sebagai lawan dari
orang itu memiliki kemampuan untuk mengkritik serta mencemooh mereka (De
mengeksekusi kata-katanya. Ketika dia tidak Janasz et al., 2006: 32).
tahu apa makna dari apa yang dia katakan,
Anda mungkin tidak bisa mengandalkan F. Rangkuman
orang tersebut. Oleh karena itu, Anda harus Ketika organisasi menghadapi
menyadari kekuatan dan kelemahan Anda, tantangan baru di abad 21 ini, maka struktur
menawarkan pertolongan ketika Anda bisa organisasi berbasis tim merupakan salah
melakukannya serta mencari sumber daya dan satu jawaban yang diyakini para ahli dan
pertolongan ketika membutuhkan (De Janasz pra praktisi mampu menjawab tantangan
et al., 2006: 32). tersebut. Sinergi kekuatan individu yang
Sedangkan konsistensi adalah: dapat bekerja sama dalam sebuah tim diharapkan
diandalkan, mudah diprediksi, dan memiliki mampu mewujudkan tujuan organisasi
penilaian yang baik dalam menangani suatu secara efektif. Desain pekerjaan dalam
situasi (Robbins, 2003: 462). Menurut bentuk tim terbukti dalam meningkatkan
De Janasz et al. (2006: 32) elemen ini produktivitas, fleksibilitas, dan mampu
menitikberatkan pada kesesuaian dengan menjawab dinamika lingkungan yang cepat
“praktik sebelumnya” yang telah Anda bergerak dan berubah.
lakukan. Dalam bahasa yang sederhana, Agar kerja sama berjalan secara
kita tidak akan percaya kepada mereka yang ef ektif dan efisien, kunci utamanya
plin-plan atau yang tindakannya tidak sesuai adalah kepercayaan. Iklim kepercayaan
apa yang dikatakannya. Artinya, Anda merupakan salah satu penentu dari kinerja
harus melakukan sesuatu yang konsisten tim. Kepercayaan interpersonal di antara
dengan apa yang pernah Anda lakukan anggota tim akan memudahkan kerja sama,
sebelumnya; “you do what you say you will do”. mengurangi kebutuhan untuk memantau
Peribahasa “mulutmu harimaumu” tepat perilaku satu sama lain, serta mengikat
untuk mengambarkan keharusan untuk selalu anggota pada kepercayaan bahwa anggota tim
konsisten. yang lain tidak akan memperalat mereka.
Berikutnya, loyalitas (kesetiaan) Kepercayaan adalah ekspektasi positif
adalah keinginan untuk melindungi dan dan keyakinan terhadap perilaku orang,
menutupi aib orang lain, baik ketika mereka sehingga bisa menciptakan kerja sama dan
hadir maupun tidak. Kepercayaan menuntut menjadi cara untuk mengurangi kompleksitas,
Anda untuk tidak bertindak oportunis ketika bahkan dalam suasana dimana individu harus

Kepercayaan dalam Tim (Sri Raharso) 51


bertindak dalam situasi penuh ketidakpastian Erlangga. Jilid 1. Diterjemahkan oleh
dengan informasi yang tidak lengkap dan Gina Gania.
ambigu. Konsep kepercayaan dibangun oleh Jones, S.; Wilikens, M.; Morris, P; and
lima dimensi, yaitu: integritas, kompetensi, Masera, M. 2000. Trust requirements in
loyalitas, konsistensi, dan keterbukaan. E-Business. A conceptual framework for
understanding the needs and concerns of
Daftar Pustaka different stakeholders. J. Commun. ACM,
Arnold, Kara A.; Barling, Julian; & Kelloway, 43, p. 80–87.
E. Kevin. 2001. Transfor mational MacAllister, Daniel Jackson. 1993.
leadership or the iron cage: which predicts Interpersonal trust, citizenship behavior,
trust, commitment and team efficacy? and performance: a relational analysis.
Leadership & Organization Development U n ive r s i t y o f C a l i f o r n i a , I r v i n e.
Journal, 22/7, p. 315-320. Dissertation.
Costa, Ana Cristina. 2003. Work team trust Martins, Nico. 2002. A model for managing
and effectiveness. Personnel Review, Vol. trust. International Journal of Manfower,
32, No. 5, pp. 605-622 Vol. 23, No. 8, pp. 754-769.
Daft, Richard L. 2003. Manajemen. Jakarta: Msanjila, S.S. & Afsarmanesh, H. 2008.
Salemba Empat. Jilid 2. Diterjemahkan Trust analysis and assessment in virtual
oleh Diana Angelica. organization breeding environments.
De Janasz, Suzanne C.; Dowd, Karen O.; & International Journal of Production
Schneider, Beth Z. 2006. Interpersonal Research, Vol. 46, No. 5, 1 March, p.
Skills in Organizations. New York: 1253-1295.
McGraw-Hill. Olekalns, Mara; Lau, Feyona; dan Smith, Philip
Drucker, P. F. 1998. Managing in a time of L. 2007. Resolving the empty core: trust
great change. New York: Penguin books. as determinant of outcomes in three-
Druskat, Vanessa Urch & Wolff, Steven B. party negotiations. Group Decis. Negot.
2001. Building emotional intelligence of 16: 527-538.
groups. Harvard Business Review, March, Panteli, Niki & Duncan, Elizabeth. 2004.
p. 81-90. Trust and temporary virtual teams:
Eom, Mike (Tae-In). 2009. Cross-cultural alternative explanations and dramaturgical
virtual team and its key antecedents to relationships. Information Technology &
success. The Journal of Applied Business People, Vol. 17, No. 4, pp. 423-441.
and Economics. Thunder Bay: Oct., Vol. Pucetaite, Raminta & Lamsa, Anna-Maija.
10, Iss. 1, pg. 1-14. 2008. Developing organizational trust
Fleming, Ian. 2006. Virtual Teams Pocketbook. through advancement of employees’ work
Jakarta: Metalexia. Diterjemahkan oleh ethic in a post-socialist context. Journal of
Dahlia Siahaan. Business Ethics, 82, p. 325-337.
Grant, Michael & Stanley, W. 2003. Can trust Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip
be saved? Executive Excellence, Jan, 20, perilaku organisasi. Jakarta: Erlangga.
1, p. 11. Diterjemahkan oleh Halida dan Dewi
Hebert, Suzanne Carol. 2006. A Sartika.
phenomenological study of falling Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi.
into trust: an employee perspective on Jakarta: Indeks. Diterjemahkan oleh
organizational leadership. University of Benyamin Molan.
Phoenix Dissertation. Robbins, Stephen P. & Coulter, Mary. 2005.
Ivancevich, John M.; Konopaske, Robert; & Manajemen. Jakarta: Indeks. Jilid 2.
Matteson, Michael T. 2005. Perilaku Diterjemahkan oleh Harry Slamet dan
dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Ernawati Lestari.

52 MANAJERIAL Vol. 10, No. 19, Juli 2011 : 42 - 53


Shen, Ming-Jian & Chen, Ming-Chia. 2007.
The relationship of leadership, team trust
and team performance: a comparison of
the service and manufacturing industries.
Social Behavior and Personality, 35, 5,
p. 643-658.
Spector, Michele D. & Jones, Gwen E. 2004.
Trust in the workplace: factors affecting
trust formation between team members.
The Journal of Social Psychology, Jun;
144; 3; p. 311.
Tyler, Tom R. 2003. Trust within organizations.
Personnel Review, Vol. 32, No. 5, pp. 556-
568.
Tzafrir, Shay S.; Harel, Gedaliahu H.; Baruch,
Yehuda; & Dolan, Shimon L. 2004. The
consequences of emerging HRM practices
for employees’ trust in their manager.
Personnel Review, Vol. 33, No. 6, pp.
628-647.
Waters, Natalie M. & Beruvides, Mario G.
2009. An empirical study analyzing
traditional work schemes versus work
teams. Engineering Management Journal,
Vo. 21, No. 4, December, p. 36-43.
Zanini, Marco Tulio; Lusk, Edward J.; &
Wolff, Birgitta. 2009. Trust within
Brazilian new economy organizations: an
empirical investigation of gender effects
benchmarked on Brazilian old economy
organizations. BAR, Curitiba, July-Sept.,
Vol. 6, No. 3, art. 4, p. 230-246.

Kepercayaan dalam Tim (Sri Raharso) 53

You might also like