You are on page 1of 10

MAKALAH ECONOMI VAULE OF TIME

DOSEN PENGAMPU:

Muhammad Arfan Harahap, M.Ei

DISUSUN OLEH:

M. Farhan (0728.3.19)

FAKULTAS PERBANKAN SYARIAH

UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHUDIYAH

2021
ECONOMIC VALUE OF TIME

Ridan Muhtadi & Moh. Fudholi

Abstract

Money becomes a business commodity for profit without regard to normative realities
and human ethics. The concept of time value of money remains a subject of debate among
Muslim scholars because it is considered to provide justification for usury. In conventional
economic practice the concept of time value of money is known, which is a concept of
adopting a biological model that results in the value of money today being more valuable
than in the future. At first glance, it appears that Islam sets a double standard by looking at
time differently in two this case: on the one hand, Islam makes it part of the price in the case
of deferred sales but eliminates any value in terms of loans. We believe that this issue
requires a more comprehensive consideration to know, beyond this apparent duality, the true
perception of Islam about the role of time economy. Keywords: Time Value of money,
Economic Value of time, Islamic Perspective Abstract Money becomes a business
commodity for profit without regard to normative realities and human ethics. The concept of
time value of money remains a subject of debate among Muslim scholars because it is
considered to provide justification for usury. In conventional economic practice the concept
of time value of money is known, which is a concept of adopting a biological model that
results in the value of money today being more valuable than in the future. At first glance, it
appears that Islam sets a double standard by looking at time differently in two this case: on
the one hand, Islam makes it part of the price in the case of deferred sales but eliminates any
value in terms of loans. We believe that this issue requires a more comprehensive
consideration to know, beyond this apparent duality, the true perception of Islam about the
role of time economy.

Keywords: Time Value of money, Economic Value of time, Islamic Perspective


Abstrak

Uang menjadi komoditas bisnis untuk mencari profit tanpa memperhatikan realitas
normative serta etika kemanusiaan. Konsep nilai waktu uang tetap menjadi bahan perdebatan
di kalangan cendekiawan Muslim karena dianggap memberikan pembenaran bagi riba.
Dalam praktik ekonomi konvensional dikenal konsep time value of money yang merupakan
kosep adopsi model biologi yang menghasilkan bahwa nilai uang di masa kini menjadi lebih
berharga dibandingkan dengan di masa mendatang.Pada pandangan pertama, tampak bahwa
Islam menetapkan standar ganda dengan melihat waktu secara berbeda dalam dua kasus ini:
di satu sisi, Islam menjadikannya bagian dari harga dalam kasus penjualan yang
ditangguhkan tetapi menghapuskan nilai apa pun dalam hal pinjaman. Kami percaya bahwa
masalah ini memerlukan pertimbangan yang lebih komprehensif untuk mengetahui, di luar
dualitas yang tampak ini, persepsi Islam yang sebenarnya tentang peran ekonomi waktu. Kata

Kunci: Time Value of money, Economic Value of time, Perspektif Islam


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membicarakan ekonomi pada umumnya, dan ekonomi Islam pada khususnya,
rasanya janggal jika tidak memulainya dengan membahas “uang”. Apalagi, jika pembahasan
ekonomi ini terfokus pada masalah atau topik moneter dan fiskal. Dimana uang adalah alat
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sejak peradaban kuno mata uang logam sudah menjadi
alat pembayaran biasa walaupun belum sesempurna sekarang.

Oleh karena itu, uang oleh sebagian penduduk dipandang sebagai sesuatu yang sangat
penting. Sebab uang dapat dijadikan alat pemenuhan kebutuhan manusia, alat pemudah
aktivitas ekonomi. Dengan adanya uang yang berfungsi sebagai alat pembayaran akan
memudahkan pertukaran barang, sehingga pekerjaan dijalankan lebih mudah. Kebutuhan
muncul karena system barter ternyata banyak menimbulkan kesukaran. Orang tidak bebas
memperjual belikan barang-barang yang mereka perlukan.

Perbedaan sistem ekonomi yang berlaku, akan memiliki pandangan yang berbeda
tentang uang. Sistem ekonomi konvensional memiliki pandangan yang berbeda tentang uang
dibandingkan dengan sistem ekonomi Islam. Keuangan merupakan hal yang penting dalam
kehidupan ekonomi. Ekonomi adalah suatu aktivitas mengelola uang dan modal dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, masalah keuangan ini perlu
mendapatkan perhatian secara serius.

Teori keuangan konvensional mendasarkan argumennya dengan konsep time value of


money. Sedangkan dalam ekonomi Islam dikenal dengan economic value of time. Islam tidak
mengenal konsep time value of money yang artinya nilai uang untuk masa yang akan datang.
Islam hanya mengenal economic value of time yang bernilai adalah waktu itu sendiri. Hal ini
menjelaskan mengapa Islam membolehkah deferred paymen pada barang dagangan, harga
barang kredit lebih tinggi dari pada pada pembelian tunai. Bukanlah semata mata karena
uang, akan tetapi lebih kepada waktu yang telah dialokasikan, menagih pembayaran
menimbulkan biaya tersendiri.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas adapun hal yang akan dibahas dalam Makalah ini, yaitu:
Bagaimanakah konsep Economic value of time?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan agar kita memahami lebih detail dan mendalam tentang economic
value of time.
BAB II

PEMBAHASAN

Economic Value of Time

Teori economic value of time berkembang pada abad ke-7 masehi. Pada masa saat
digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar. Logam ini diterima sebagai alat tukar
disebabkan nilai intrinsiknya, bukan karena mekanisme untuk dikembangkan, sehingga
hubungan debetur/kreditur yang muncul bukan kerena akibat transaksi secara lansung, namun
jelas merupakan transaksi “permintaan uang”.

Economic value of time adalah sebuah konsep dimana waktulah yang memiliki nilai
ekonomi, bukanlah uang memiliki nilai waktu. Economic value of time memiliki arti
memaksimumkan nilai ekonomis suatu dana pada periodik waktu.

Dalam pandangan Islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang adalah sama
kuantitasnya, yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan. Nilai waktu antara satu orang
dengan orang lainnya, akan berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi faktor yang menentukan nilai
waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif (tepat guna)
dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai waktunnya. Efektif dan efisien akan
mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakan. Oleh karena itu,
siapapun pelakunya tanpa memandang suku, agama, dan ras, secara sunatullah akan
mendapatkan keuntungan di dunia.

Didalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun yang dicari
adalah keuntungan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja
harus efektif dan efisien, namun harus juga didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang
akan mendatangkan keuntungan di akhirat. Sebaliknya, keimanan yang tidak mampu
mendatangkan keuntungan di dunia berarti keimanan yang tidak di amalkan.
Dalam Al-Qur’an disebutkan nilai waktu, termasuk nilai ekonomi waktu ditentukan
oleh keimanan, amal baik, saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan kesabaran. Firman
Allah Q.S Al-Ashr : , ,
.

Terjemahnya:

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya
menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Islam tidak mengenal konsep time value of money, Dasar perhitungan pada kontrak
berbasis time value of money adalah bunga. Sedangkan Dasar perhitungan pada kontrak
berbasis Economic value of time adalah nisbah. Economic value of time relatif lebih adil
dalam perhitungan kontrak yang bersifat pembiayaan bagi hasil (profit sharing). Konsep bagi
hasil (profit sharing) berdampak pada tingkat nisbah yang menjadi perjanjian kontrak dua
belah pihak.

Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau transaksi sewa menyewa,
karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya bukan antara penjual dengan pembeli atau
penyewa dengan yang menyewakan. Dalam transaksi bagi hasil, yang ada adalah hubungan
antara pemodal dengan yang memproduktifkan modal tersebut. Jadi, tidak ada pihak yang
telah melaksanakan kewajiban namun masih tertahan haknya. Shahibul maal telah
melaksanakan kewajibannya, yaitu memberikan sejumlah modal, yang memproduktifkan
(mudharib) juga telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut.
Hak bagi shahibul maal dan mudharib adalah berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan
tersebut, sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan dilakukan atas pendapatan atau
keuntungan.

Ajaran Islam medorong pemeluknya untuk selalu menginvestasikan tabungannya. Di


samping itu, dalam melakukan investasi tidak menuntut secara pasti akan hasil yang akan
datang. Hasil investsi dimasa yang akan datang sangat dipengaruhi beberapa faktor, baik
faktor yang dapat diprediksikan maupun tidak. Faktor-faktor yang dapat diprediksikan atau
dihitung sebelumnya adalah: berapa banyak modal, berapa nisbah yang disepakati, berapa
kali modal dapat diputar. Sementara faktor efeknya tidak dapat dihitung secara pasti atau
sesuai dengan kejadian return (perolehan usaha).
Berdasarkan hal di atas, maka dalam mekanisme investasi menurut Islam, persoalan
nilai waktu uang (time value of money) yang diformulasikan dalam bentuk bunga adalah
tidak diterima (ditolak). Dengan demikian, perlu dipikirkan bagaimana formula pengganti
yang seiring dengan nilai dan jiwa Islam.

Hubungan formula tersebut dapat ditemukan formula investasi menurut pandangan


Islam sebagai berikut :

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS. At Taubah ayat 34).

Terjemahnya:

"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman ayat 34).

Dari ayat di atas, sungguh sangat jelas bahwa kita tidak akan mengetahui apa-apa
yang akan terjadi dihari esok. Oleh sebab itu, konsep time value of money di tolak dalam
ekonomi Islam. Hal ini juga di pertegas dalam sebuah hadis yang artinya: Rasulullah Saw
bersabda. “Waktu itu seperti pedang, jika kita tidak bisa menggunakan dengan baik, maka ia
akan memotong kita”. Menurut Sayyid Qutb Waktu itu hidup. Namun, penghargaan Islam
terhadap waktu itu tidak diwujudkan dalam rupiah tertentu atau persentase bunga tetap.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa, Ekonomi Islam adalah
ekonomi yang berbasis bagi hasil. Dalam ekonomi bagi hasil, maka yang digunakan untuk
mekanisme ekonominya adalah nisbah bagi hasil dan return usaha yang terjadi secara riil.
Inilah, maknanya ajaran islam yang menganjurkan menggunakan konsep Economic Value of
Time. Artinya, waktulah yang memiliki nilai ekonomi, bukan uang memiliki nilai waktu
faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu.
Semakin efektif (tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai
waktunnya.

B. Saran

Sebagai muslim, kita dituntut untuk menerapkan keislaman dalam seluruh aspek
kehidupan, termasuk dari aspek ekonomi. Maka mempelajari ekonomi Islam adalah suatu
keharusan, agar setiap kegiatan ekonomi yang kita lakukan tidak bertentangan dengan apa
yang ada di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya. Surabaya : Al-Hidayah, 2002.

http://fuadragil.students.uii.ac.id/2013/01/20/konsep-ekonomi-di-dalam-sebuah-waktu/

http://perencanaankeuanganislami.blogspot.com/2010/07/economic-value-of-time-sebagai-
dasar.html

http://www.sithobil.wordpress.com

karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.

karim, Adiwarman, Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

You might also like