You are on page 1of 16

JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 22

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

ANALISIS PENGARUH IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS


TERHADAP KINERJA ORGANISASI PADA USAHA KECIL
MENENGAH DI KOTA SALATIGA

Fitriana Ulfah, Susilo Toto Rahardjo

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
The research was inspired by Small and Medium Enterprises (SMEs) of food and beverage
(F & B) industries which have not receive a certificate of SPP IRT from BPOM. The certificate is
given to SMEs that have passed for quality test in production process. The objective of the research
is to analyze influence of quality management implementation to SMEs’ organization performance
which similar to Total Quality Management. The research was also a replication and modification
of the previous research written by Salaheldin (2008). The object of the research was focus to
SMEs of F & B industries in Salatiga, Central Java.
This research was an empirical study by using the whole population called census
technique in data collection. The data was obtained by distributing questionnaires to the 42 owners
of SMEs or who were authorized to manage the SMEs above. Data analysis was performed by
Structural Equation Model (SEM) with the PLS (Partial Least Square) Smart Software.
The analysis of hypothesis showed that all of proposed hypothesis were accepted. The
variables of Strategic, Tactical and Operational factor; had a positive and significant impact on
Operational Performance, Financial Performance, and Non-Financial Performance. And the
variable of Operational Performance had a positive and significant impact on Financial
Performance and Non-Financial Performance.

Key words: SMEs, Quality Management Practices, Operational Performance, Organizational


Performance

PENDAHULUAN konsumen terhadap kualitas, menjadi suatu


Globalisasi telah membuka peluang dorongan tersendiri bagi para pelaku usaha
bagi negara-negara di dunia untuk saling untuk bersaing dalam menghasilkan produk
melakukan perdagangan, yang sering disebut (barang atau jasa) yang berkualitas.
dengan perdagangan bebas. Hal tersebut Menurut Prawirosentono (2007: 2),
terasa semakin menyulitkan bagi para pelaku produk yang berkualitas prima memang akan
usaha lokal khususnya di Indonesia yang lebih atraktif bagi konsumen, dan pada
umumnya masih kalah bersaing dengan akhirnya dapat meningkatkan volume
perusahaan-perusahaan multinasional. Usaha penjualan perusahaan. Menurut Gasperz
Kecil Menengah (UKM) yang merupakan dalam Kawiana (2009), dengan memberikan
sektor usaha penggerak perekonomian di perhatian pada kualitas akan memberikan
Indonesia karena salah satu kemampuannya dampak yang positif kepada bisnis melalui
dalam menyerap tenaga kerja merupakan dua cara yatu dampak terhadap biaya
salah satu pelaku usaha yang juga merasakan produksi dan dampak terhadap pendapatan.
dampak globalisasi. Perusahaan Tindakan yang dapat dilakukan untuk
multinasional yang tentunya memiliki banyak menghasilkan produk yang berkualitas adalah
kelebihan baik dari segi teknologi, dengan menerapkan manajemen kualitas
manajemen, jaringan, dsb, menjadi ancaman pada segala kegiatan organisasi, baik itu
yang kuat bagi UKM di Indonesia. Hal perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
tersebut menuntut UKM untuk bersaing Menurut Tampubolon (2004: 81), tujuan
dalam segala bidang agar tetap dapat manajemen kualitas adalah untuk
bertahan di pasar. Semakin sadarnya membangun kesuksesan melalui pembedaan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 23
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

produk dan jasa, biaya yang rendah (efisien), Faktor Taktis, dan Faktor Operasional. Hasil
dan merespon selera pasar dan konsumen. dari implementasi manajemen kualitas
tersebut dapat dilihat dari kinerja perusahaan,
Penelitian ini bertujuan untuk yang dibagi menjadi kinerja operasional dan
mengetahui dan menganalisis bagaimanakah kinerja organisasi. Kinerja organisasi sendiri
implementasi manajemen kualitas pada dapat dilihat dari dua hal, yaitu kinerja
Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota finansial dan kinerja non-finansial. Pengaruh
Salatiga dan bagaimanakah pengaruhnya implementasi manajemen kualitas dapat
terhadap kinerja Usaha Kecil Menengah terjadi secara langsung maupun tidak
(UKM) tersebut. langsung terhadap kinerja organisasi.

KERANGKA PEMIKIRAN TEOROTIS Pengaruh Faktor Strategik terhadap


DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Kinerja Operasional
Tantangan terhadap manajemen bagi Faktor strategik terdiri dari
organisasi dapat dibedakan menjadi dua, kepemimpinan, komitmen manajemen
yaitu tantangan internal dan tantangan puncak, budaya organisasi, benchmarking,
eksternal. Tantangan internal adalah kendala perbaikan berkelanjutan, tujuan dan
dari dalam organisasi biasanya budaya di kebijakan kualitas (Salaheldin, 2008). Faktor-
dalam organisasi yang menimbulkan situasi faktor tersebut akan selalu ada dan menjadi
yang tidak kondusif bagi manajemen untuk bagian dalam organisasi. Penerapan atau
melakukan perbaikan kinerjanya. Sedangkan implementasi manajemen kualitas dapat
tantangan eksternal organisasi adalah suatu berhasil dengan dukungan dan partisipasi
impuls dari luar organisasi yang menggugah semua anggota organisasi. Jika kesemuanya
manajemen untuk mengadakan perbaikan berjalan dengan selaras, maka hal tersebut
kinerja (Hardjosoedarmo, 1996: 26). akan berdampak pada kinerja operasional
Feigenbaum dalam Susetyo, dkk perusahaan. peningkatan kinerja operasional
(2011), menyatakan bahwa untuk perusahaan dapat dilihat dari peningkatan
menghadapi tantangan tersebut, organisasi produktivitas, peningkatan kualitas produk,
diharapkan mampu menghasilkan output pengurangan produk cacat, pengurangan
yang berkualitas yang mampu memberikan biaya produksi, fleksibilitas, dan kecepatan
kepuasan bagi pelanggannya. Kualitas itu pengiriman kepada pelanggan.
sendiri merupakan keseluruhan karakteristik Definisi kepemimpinan secara luas
dari suatu produk atau jasa yang mampu meliputi proses mempengaruhi dalam
memberi kepuasan kepada pelanggan atau menentukan tujuan organisasi, memotivasi
konsumen. perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
Kinerja kualitas suatu perusahaan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok
baik itu kinerja operasional maupun kinerja dan budayanya. Selain itu mempengaruhi
organisasi tidak dapat dipisahkan dari interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa
kegiatan atau proses kualitas yang dilakukan para pengikutnya, pengorganisasian dan
sebelumnya. Untuk menghasilkan output aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran,
yang berkualitas tentunya perusahaan harus memelihara hubungan kerja sama dan kerja
melakukan tindakan-tindakan kualitas atau kelompok, perolehan dukungan dan kerja
yang sering disebut dengan manajemen sama dari orang di luar kelompok atau
kualitas. Manajemen kualitas adalah tindakan organisasi (Rivai dan Mulyadi, 2011: 2).
atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka Menurut Fandy dalam Sha (2005),
menghasilkan output yang berkkualitas. pengertian kualitas produk tidak dapat
Menurut Tampubolon (2004: 85), Total dikatakan dalam suatu definisi yang baku,
Quality Management merupakan komitmen karena pengertian seseorang mengenai
perusahaan untuk memberi yang terbaik bagi kualitas suatu produk dapat beragam
pelanggan-pelanggannya. Penekanannya tergantung dari sudut pandang masing-
adalah untuk secara kontinu melakukan masing. Hasil penelitian Salaheldin (2008)
perubahan secara berkelanjutan. menunjukkan
Implementasi manajemen kualitas adanya pengaruh yang signifikan antara
menurut Salaheldin (2008) di bagi menjadi 3 implementasi faktor strategik terhadap
faktor, diantaranya adalah Faktor Strategik,
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 24
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

kinerja operasional. Dengan demikian 𝐻1𝑎 : Faktor Strategik berpengaruh


hipotesis yang diajukan adalah : positif dan signifikan terhadap Kinerja
Operasional.

Gambar 1
Model hubungan Faktor Strategik (SF) terhadap Faktor Operasional (OP)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Faktor Taktis terhadap Kinerja Stagnasi di dalam pengadaan bahan baku
Operasional dapat terjadi apabila aspek-aspek tertentu
Faktor Taktis terdiri dari tidak dapat dikendalikan, seperti sistem
pemberdayaan tenaga kerja, keterlibatan transportasi dari sumber bahan baku tidak
tenaga kerja, pelatihan tenaga kerja, konsisten, cara pembayaran yang tidak
pembentukan tim kerja, penggunaan menguntungkan perusahaan, belum ada
teknologi informasi, kualitas pemasok, sistem persediaan yang menggambarkan
hubungan pemasok, dan penilaian terhadap efisiensi, serta tidak adanya informasi, baik
kinerja pemasok (Salaheldin, 2008). Salah dalam organisasi perusahaan maupun
satu faktor yang berperan dalam pelanggan. Sehingga untuk mengatasi hal
implementasi manajemen kualitas adalah tersebut diperlukan strategi rantai hubungan
manajemen pemasok (Salaheldin, 2008). dengan pemasok yang dapat memberikan
Pemasok (supplier) merupakan bagian keuntungan bagi perusahaan, sekaligus
penting bagi perusahaan, baik pemasok menciptakan keunggulan bagi perusahaan
bahan baku maupun pemasok dalam dalam menghadapi persaingan di pasar
mendistribusikan barang ke pasar atau (Tampubolon, 2004: 180). Hasil penelitian
konsumen. Salaheldin (2008) menunjukkan adanya
Di dalam penyediaan bahan baku pengaruh yang signifikan antara
yang merupakan salah satu faktor dari input implementasi faktor taktis terhadap kinerja
proses produksi, baik untuk usaha operasional. Dengan demikian hipotesis yang
manufaktur atau jasa/ pelayanan, akan diajukan adalah :
menjadi penentu dalam pemenuhan pesanan 𝐻1𝑏 : Faktor Taktis berpengaruh
permintaan pasar. Apabila sumber dari bahan positif dan signifikan terhadap Kinerja
baku ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, Operasional.
akan terjadi stagnasi pada proses produksi.
Gambar 2
Model hubungan Faktor Taktis (TF) terhadap Kinerja Operasional (OP)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Faktor Operasional terhadap sumber daya, dan inspeksi dan pengecekan
Kinerja Operasional kerja (Salaheldin, 2008). Sikap selektif dan
Faktor operasional terdiri dari desain kritis dari pelanggan dalam memilih produk
produk dan jasa, pengendalian proses, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
manajemen hubungan pelanggan, mereka, menjadikan perusahaan dituntut
pengetahuan pelanggan dan pasar, jadwal untuk selalu menghasilkan produk-produk
implementasi TQM, konservasi dan utilisasi yang berkualitas agar tidak ditinggalkan oleh
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 25
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

pelanggannya (Budihardja dan Indryani, Pada umumnya, pelanggan


2001). Dengan demikian suatu perusahaan menginginkan produk yang memiliki
harus mau memberikan perhatian lebih karakteristik lebih cepat, lebih murah, dan
terhadap kualitas. Dengan memberikan lebih baik. Dengan memahami dimensi
perhatian pada kualitas akan memberikan kualitas, maka dapat diketahui apa
dampak yang positif kepada bisnis melalui karakteristik produk yang diinginkan
dua cara yaitu dampak terhadap biaya pelanggan (Nasution, 2005: 53). Sehingga
produksi dan dampak terhadap pendapatan dengan memahami karakteristik produk yang
(Gaspersz dalam Kawiana, 2009). diinginkan pelanggan, perusahaan dapat
Karena fokus dari kualitas salah menjadikannya sebagai masukan dalam
satunya adalah kepuasan pelanggan, maka proses perbaikan produknya. Hasil penelitian
perlu dipahami apa itu kepuasan pelanggan Salaheldin (2008) menunjukkan adanya
dan faktor-faktor apa saja yang mampu pengaruh yang signifikan antara
mempengaruhi kepuasan dari pelanggan. implementasi faktor operasional terhadap
Menurut Nasution (2005: 51), kepuasan kinerja operasional. Dengan demikian
pelanggan mencakup perbedaan antara hipotesis yang diajukan adalah :
harapan dan kinerja atau hasil yang 𝐻1𝑐 : Faktor Operasional
dirasakan. Karena pelanggan adalah orang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
yang menerima hasil pekerjaan (produk) Kinerja Operasional.
seseorang, maka pelangganlah yang
menentukan kualitas suatu produk.
Gambar 3
Model hubungan Faktor Operasional (OF) terhadap Kinerja Operasional (OP)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Faktor Strategik terhadap merespon selera pasar atau konsumen,


Kinerja Finansial kualitas dapat dibentuk sesuai dengan
Kinerja Finansial dapat dilihat atau permintaan. Kualitas yang dapat memenuhi
diukur dari pertumbuhan pendapatan, laba permintaan pasar atau konsumen dapat
bersih, rasio laba terhadap pendapatan, dan membentuk nilai yang tinggi terhadap produk
pengembalian aset (Salaheldin, 2008). yang dihasilkan. Penciptaan nilai yang tinggi
Semakin cepat pertumbuhan pendapatan, atas produk yang dihasilkan nantinya akan
semakin besar laba bersih dan rasio laba dapat mengubah anggapan pasar. Hasil
terhadap pendapatan, dan semakin cepat penelitian Salaheldin (2008) menunjukkan
periode pengembalian aset berarti bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
semakn baik kinerja finansial suatu implementasi faktor strategik terhadap
perusahaan. kinerja finansial. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan adalah :
Menurut Tampubolon (2004: 81),
𝐻2𝑎 : Faktor Strategik berpengaruh
perubahan kualitas akan dapat meningkatkan
positif dan signifikan terhadap Kinerja
keuntungan melalui penjualan. Dengan
Finansial.
Gambar 4
Model hubungan Faktor Strategik (SF) terhadap Kinerja Finansial (FM)

Sumber : Output SmartPLS 2013


JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 26
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Pengaruh Faktor Taktis terhadap Kinerja manusia yang unggul, maka hal tersebut
Finansial dapat menjadi faktor pendukung dalam
Strategi sumber daya manusia dapat peningkatan kinerja organisasi, dalam hal ini
menjadi keunggulan bagi suatu perusahaan di adalah kinerja finansial.
dalam mempertahankan segmen Implementasi manajemen kualitas
pelanggannya dan untuk merebut segmen dapat berjalan dengan baik jika didukung
pasar yang baru. Strategi ini dapat oleh semua pihak yang bersangkutan baik
dilaksanakan apabila dapat memanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung,
batasan-batasan yang ada dalam termasuk juga sumber daya manusia di dalam
pengembangan, antara lain dengan strategi organisasi. Hasil penelitian Salaheldin (2008)
produk, strategi proses, strategi perbedaan menunjukkan adanya pengaruh yang
individu, strategi layout, strategi lokasi, dan signifikan antara implementasi faktor taktis
penjadwalan kerja. Semua strategi tersebut terhadap kinerja finansial. Dengan demikian
akan sangat tergantung pada strategi hipotesis yang diajukan adalah :
rekruitmen dan pengembangan sumber daya 𝐻2𝑏 : Faktor Taktis berpengaruh
manusia (Tampubolon, 2004: 166). Jika positif dan signifikan terhadap Kinerja
suatu organisasi memiliki sumber daya Finansial.
Gambar 5
Model hubungan Faktor Taktis (TF) terhadap Kinerja Finansial (FM)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Faktor Operasional terhadap Sehingga hasil dari pelaksanaan


Kinerja Finansial pengendalian kualitas akan berpengaruh
Faktor operasional terdiri dari desain terhadap kualitas suatu produk. Pengendalian
produk dan jasa, pengendalian proses, kualitas adalah sebuah sistem yang secara
manajemen hubungan pelanggan, ekonomi memproduksi barang atau jasa
pengetahuan pelanggan dan pasar, jadwal sesuai dengan mutu yang disyaratkan oleh
implementasi TQM, konservasi dan utilisasi pelanggan (Darwis, 2000).
sumber daya, dan inspeksi dan pengecekan Hasil dari manajemen kualitas yang
kerja (Salaheldin, 2008). Tujuan perusahaan berupa produk yang baik dapat
menerapkan manajemen kualitas adalah mendatangkan keuntungan bagi perusahaan
untuk membangun kesuksesan melalui yang berasal dari pendapatan penjualan yang
pembedaan produk dan jasa, biaya yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah,
rendah (efisien), dan merespon selera pasar dimana gabungan keduanya menghasilkan
dan konsumen (Tampubolon, 2004: 81). profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan
Menurut Heizer dalam Tampubolon (2004: (Nasution, 2005: 42). Hasil penelitian
81), membangun kuallitas merupakan jalan Salaheldin (2008) menunjukkan adanya
untuk menciptakan profitabilitas bagi pengaruh yang signifikan antara
perusahaan. implementasi faktor operasional terhadap
Pengendalian kualitas memiliki kinerja finansial. Dengan demikian hipotesis
tujuan untuk menghasilkan produk yang diajukan adalah :
berkualitas yang dapat bersaing di pasaran, 𝐻2𝑐 : Faktor Operasional
serta dapat diterima masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
(Montgomery dalam Susetyo, dkk., 2011). Kinerja Finansial.
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 27
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Gambar 6
Model hubungan Faktor Operasional (OF) terhadap Kinerja Finansial (FM)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Faktor Strategik terhadap dapat memahami apa yang dibutuhkan


Kinerja Non-Finansial konsumen atas suatu produk yang akan
Kinerja Non-Finansial dapat dilihat dihasilkan. Hal tersebutlah yang mendasari
dari investasi perusahaan dalam penelitian perusahaan untuk menghasilkan produk
dan pengembangan (R&D), kemampuan dengan berorientasi pada pasar. Untuk
perusahaan dalam membangun profil yang memastikan suatu produk sesuai dengan
bersaing, pengembangan produk baru, kebutuhan dan keinginan pasar, maka
pengembangan pasar, dan orientasi pasar diperlukan kegiatan analisis pasar. Menurut
(Salaheldin, 2008). Untuk dapat bertahan dan Tjiptono (1997: 69), inti pemasaran strategis
eksis di pasar, maka perusahaan dituntut modern terdiri dari tiga langkah pokok yang
untuk menghasilkan produk yang sesuai terdiri dari segmentasi pasar (segmenting),
dengan kebutuhan dan keinginan pasar. Pasar penetapan pasar sasaran (targeting), dan
memiliki peran yang sangat penting bagi penetapan posisi pasar (positioning). Hasil
perusahaan. Karena bagaimanapun baiknya penelitian Salaheldin (2008) menunjukkan
kualitas suatu produk, jika tidak sesuai adanya pengaruh yang signifikan antara
dengan kebutuhan dan keinginan pasar maka implementasi faktor strategik terhadap
produk tersebut tidak akan laku di pasar dan kinerja non-finansial. Dengan demikian
produkksi akan sia-sia. hipotesis yang diajukan adalah :
Deming dalam Nasution (2005: 2) 𝐻3𝑎 : Faktor Strategik berpengaruh
menyatakan bahwa kualitas adalah positif dan signifikan terhadap Kinerja Non-
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau Finansial.
konsumen. Perusahaan harus benar-benar

Gambar 7
Model hubungan Faktor Strategik (SF) terhadap Kinerja Non-Finansial (NFM)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Faktor Taktis terhadap Kinerja perusahaan kini banyak menggunakan mesin-
Non-Finansial mesin untuk menggantikan tenaga manusia
Sumber daya manusia merupakan (otomatisasi), peran manusia tetap
salah satu sumber daya yang sangat penting dibutuhkan.
bagi perusahaan. Manusia, metode, mesin, Sumber daya manusia yang memiliki
bahan, ukuran, dan lingkungan merupakan kualitas baik mampu menghasilkan ide-ide
elemen-elemen yang berperan dalam baru dan strategi-strategi bisnis yang baik,
mempengaruhi hasil (output) dimana hal tersebut akan berdampak baik
(Prawirosentono, 2007: 12-1. Elemen-elemen bagi perusahaan. Penerapan strategi yang
tersebut sangat berperan dalam menghasilkan tepat mampu menggerakkan organisasi untuk
produk yang berkualitas. Dalam proses tumbuh dan berkembang, yang salah satunya
produksi, manusia berperan sebagai operator dapat dilihat dari kinerja non-finansial
yang menjalankan alat-alat yang digunakan perusahaan. Hasil penelitian Salaheldin
dalam proses produksi. Walaupun (2008) menunjukkan adanya pengaruh yang
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 28
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

signifikan antara implementasi faktor taktis 𝐻3𝑏 : Faktor Taktis berpengaruh


terhadap kinerja non-finansial. Dengan positif dan signifikan terhadap Kinerja Non-
demikian hipotesis yang diajukan adalah : Finansial.
Gambar 8
Model hubungan Faktor Taktis (TF) terhadap Kinerja Non-Finansial (NFM)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Faktor Operasional terhadap tersebut adalah salah satu tindakan


Kinerja Non-Finansial perusahaan dalam menjalankan strategi
Crosby dalam Nasution (2005: 2) pemasarannya. Desain suatu produk dan jasa
menyatakan bahwa kualitas adalah dapat mempengaruhi persepsi konsumen
“Conformance to Requirement”, yaitu sesuai terhadap produk tersebut. Sehingga dengan
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. pemaksimalan faktor operasional perusahaan
Suatu produk memiliki kualitas apabila dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja
sesuai dengan standar kualitas yang telah non-finansial perusahaan. Hasil penelitian
ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan Salaheldin (2008) menunjukkan adanya
baku, proses produksi, dan produk jadi. pengaruh yang signifikan antara
Semakin tinggi standar kualitas yang implementasi faktor operasional terhadap
ditetapkan perusahaan berarti bahwa kinerja non-finansial. Dengan demikian
perusahaan memiliki harapan yang tinggi hipotesis yang diajukan adalah :
terhadap hasil produksinya. 𝐻3𝑐 : Faktor Operasional
Salah satu bagian dalam faktor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
operasional adalah desain produk dan jasa. Kinerja Non-Finansial.
Produk dan jasa didesain sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Hal

Gambar 9
Model hubungan Faktor Operasional (OF) terhadap Kinerja Non-Finansial (NFM)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Kinerja Operasional terhadap dan konsumen sebagai pengguna produk dan
Kinerja Finansial jasa tersebut.
Menghadapi situasi dan kondisi yang Dilihat dari sudut pandang produsen,
serba dinamis, maka perusahaan harus maka suatu produk dikatakan berkualitas
mampu untuk lebih fleksibel dalam apabila produk yang dihasilkan sesuai
menghadapi perubahan tersebut. Salah satu dengan standar yang telah ditetapkan (Juita
tindakan yang dapat dilakukan perusahaan Alisjahbana dalam Fakhri, 2012). Sedangkan
adalah dengan menghasilkan produk yang dilihat dari sudut pandang konsumen, maka
berkualitas. Menurut Hardjosoedarmo (1996: suatu produk dikatakan berkualitas apabila
49), kualitas adalah suatu hal yang unik, produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dan
dinamis, berbeda-beda tergantung pada pihak keinginan konsumen. Produk yang
yang menilainya. Pihak-pihak tersebut adalah berkualitas tentunya akan memberikan
produsen sebagai penghasil produk dan jasa, keuntungan bisnis baik bagi perusahaan
maupun bagi konsumen. Kepuasan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 29
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

konsumen pada akhirnya dapat implementasi kinerja operasional terhadap


menghindarkan perusahaan dari adanya kinerja finansial. Dengan demikian hipotesis
keluhan para konsumen setelah yang diajukan adalah :
menggunakan produk yang dibelinya. Hasil 𝐻4𝑎 : Kinerja Operasional
penelitian Salaheldin (2008) menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
adanya pengaruh yang signifikan antara KinerjaaFinansial.
Gambar 10
Model hubungan Kinerja Operasional (OP) terhadap Kinerja Finansial (FM)

Sumber : Output SmartPLS 2013

Pengaruh Kinerja Operasional terhadap kinerja operasional (Salaheldin, 2008).


Kinerja Non-Finansial Semakin besar pengurangan biaya produksi,
Brah dan Lim dalam Kiswanto maka semakin besar pula penghematan yang
(2007: 42), menyatakan bahwa Kinerja dapat diperoleh perusahaan. Penghematan
Operasional merupakan kesesuaian proses tersebut dapat dialihkan perusahaan untuk
dan evaluasi kinerja dari operasi internal melakukan investasi seperti investasi dalam
perusahaan pada kondisi atau memenuhi penelitian dan pengembangan (R&D), yang
persyaratan dari segi biaya, pelayanan mampu mengahasilkan keuntungan bagi
pelanggan, pengiriman barang kepada perusahaan baik jangka pendek maupun
pelanggan, kualitas, fleksibilitas dan kualitas jangka panjang.
proses produk/ jasa. Hasil penelitian Salaheldin (2008)
Pengurangan produk cacat menunjukkan adanya pengaruh yang
merupakan bagian dari kinerja operasional, signifikan antara implementasi kinerja
dimana hal tersebut mampu menurunkan operasional terhadap kinerja non-finansial.
biaya-biaya perbaikan atau pengolahan ulang Dengan demikian hipotesis yang diajukan
yang harus dikeluarkan perusahaan. Biaya- adalah :
biaya tersebut sering disebut sebagai biaya 𝐻4𝑏 : Kinerja Operasional
kegagalan internal (Juran dalam berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Prawirosentono, 2007: 25-28). Biaya Kinerja Non- Finansial.
produksi merupakan salah satu bagian dari
Gambar 11
Model hubungan Kinerja Operasional (OP) terhadap Kinerja Non-Finansial (NFM)

Sumber : Output SmartPLS 2013

METODE PENELITIAN melalui 6 indikator yang terdiri dari


Variabel Penelitian komitmen manajemen puncak,
Penelitian ini terdiri dari 6 variabel kepemimpinan, tujuan dan kebijakan
laten, yang terdiri dari variabel Faktor kualitas, benchmarking, budaya organisasi,
Strategik, Faktor Taktis, Faktor Operasional, dan perbaikan berkelanjutan. Variabel Faktor
Kinerja Operasional, Kinerja Finansial, dan Taktis dijelaskan melalui 8 indikator yang
Kinerja Non-Finansial. variabel-variabel terdiri dari pemberdayaan tenaga kerja,
dalam penelitian ini merujuk pada penelitian keterlibatan tenaga kerja, pelatihan tenaga
yang dilakukan oleh Salaheldin (2008). kerja, pembentukan tim kerja, penggunaan
Variabel Variabel Faktor Strategik dijelaskan teknologi informasi, kualitas pemasok,
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 30
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

hubungan pemasok, dan penilain terhadap Metode Analisis


kinerja pemasok. Variabel Faktor Pengujian hipotesis dilakukan
Operasional dijelaskan melalui 8 indikator dengan analisis multivariate yang dijalankan
yang terdiri dari desain produk dan jasa, melalui program SmartPLS. Analisis data
pengendalian proses, manajemen hubungan melalui partial Least Square (PLS) dilakukan
pelanggan, orientasi pelanggan, pengetahuan melalui dua tahap, yaitu :
pelanggan dan pasar, jadwal implementasi 1. Menilai outer model atau model
TQM, konservasi dan utilisasi sumber daya, pengukuran, yang dapat dilihat dari nilai :
dan inspeksi dan pengecekan kerja. Variabel a. Composite Reliability :
Kinerja Operasional dijelaskan melalui 6 𝜆𝑖 2
𝜌𝘤 =
indikator yang terdiri dari produktivitas, ( 𝜆𝑖 )2 + 𝐼 𝑣𝑎𝑟 (𝜀 𝑖 )

kualitas produk, pengurangan produk cacat, Dimana 𝜆𝑖 2 adalah komponen


biaya produksi, fleksibilitas, dan pengiriman loading factor dan var (𝜀𝑖 ) = 1 -𝜆𝑖 2 .
kepada pelanggan. Variabel Kinerja Finansial 𝜌𝘤 sebagai ukuran internal
dijelaskan melalui 4 indikator yang terdiri consistence hanya dapat digunakan
dari pertumbuhan pendapatan, laba bersih, untuk konstruk dengan refleksif
rasio laba terhadap pendapatan, dan indikator.
pengembalian aset. Sedangkan variabel b. Convergent Validity : Convergent
Kinerja Non-Finansial dijelaskan melalui 5 Validity dari model pengukuran
indikator yang terdiri dari investasi dalam dengan refleksif indikator dinilai
R&D, kemampuan membangun profil berdasarkan nilai loading factor
perusahaan yang bersaing, pengembangan masing-masing indikator pembentuk
produk baru, pengembangan pasar, dan konstruk laten. Suatu konstruk laten
orientasi pasar (Salaheldin, 2008). dinilai mempunyai convergent
validity yang baik jika nilai loading
Penentuan Sampel factor lebih dari 0,70 dan signifikan.
Populasi adalah gabungan dari Namun demikian, menurut Chin
seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal dalam Ghozali (2008: 24) untuk
atau orang yang memiliki karakteristik penelitian tahap awal pengembangan
serupa yang menjadi pusat perhatian seorang skala pengukuran, maka nilai loading
peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup.
semesta penelitian (Ferdinand, 2006: 223). c. Discriminant Validity :
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini 𝜆𝑖 2
AVE =
𝜆𝑖 2 + 𝑖 𝑣𝑎𝑟 (𝜀 𝑖 )
adalah seluruh Usaha Kecil Menengah
Dimana 𝜆𝑖 2 adalah komponen
(UKM) di bidang pengolahan makanan dan
minuman di Kota Salatiga, yang sudah loading factor dan var (𝜀𝑖 ) = 1 - 𝜆𝑖 2 .
mendapat sertifikat SPP IRT. Sertifikat SPP Jika semua indikator loading
IRT merupakan sertifikat yang diberikan distandarisasi, maka ukuran ini sama
kepada UKM yang bersangkutan sebagai dengan average communalities
tanda bahwa UKM tersebut telah lolos uji dalam blok (Ghozali, 2008: 25).
kualitas. Uji kualitas dilakukan pada rantai 2. Menilai Inner model atau model
produksi, mulai dari bahan baku, proses struktural, yang dapat dilihat dari nilai :
produksi, produk jadi, dan pengelolaan a. R-Square :
limbah produksi. Jumlah dari populasi Perubahan nilai R-square dapat
penelitian tersebut adalah 42 UKM. Karena digunakan untuk menilai pengaruh
jumlah populasi yang sedikit, maka sampel variabel laten independen tertentu
diambil dengan menggunakan teknik studi terhadap variabel laten dependen
populasi atau sering disebut dengan teknik apakah menpunyai pengaruh yang
sensus. Studi populasi atau sensus adalah substantive (Ghozali, 2008: 26).
teknik penentuan sampel dengan b. Stone Geisser Q-Square :
menggunakan semua populasi yang ada. 𝑄 2 = 1 - ( 1 - 𝑅12 ) ( 1 - 𝑅22 ) … ( 1 -
Sehingga jumlah sampel yang digunakan 𝑅𝑝2 )
dalam penelitian ini sebanyak 42 UKM di Q-square mengukur seberapa baik
bidang makanan danminuman di Kota nilai observasi dihasilkan oleh model
Salatiga. dan juga estimasi parameternya.
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 31
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Nilai Q-square kurang dari 0 (nol) sehingga model harus dimodifikasi dan
menunjukkan bahwa model kurang dipecah menjadi hubungan-hubungan sendiri
memiliki predictive relevance yang lebih sederhana.
(Ghozali, 2006: 26).
c. Uji t : Uji t dilakukan dengan melihat HASIL PENELITIAN DAN
nilai dari t-hitung yang kemudian PEMBAHASAN
dibandingkan dengan nilai t-tabel. Deskripsi Sampel Penelitian
Uji t digunakan untuk melihat Sampel yang digunakan di dalam
signifikansi dari variabel yang peneitian ini adalah Usaha Kecil Menengah
diteliti. yang sudah mendapat sertifikat SPP IRT.
Model penelitian dalam penelitian ini Sertifikat. Berdasarkan data yang diperoleh
merupakan second based order. Hal tersebut dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga, maka
dilakukan dengan alasan bahwa model diperoleh data proporsi UKM yang sudah
penelitian pertama kurang sesuai dengan mendapat sertifikat SPP IRT dan yang
jumlah sampel yang digunakan dalam belum. Proporsi tersebut dapat dillihat pada
penelitian, yaitu sejumlah 42 sampel, tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Proporsi UKM yang mendapat SPP IRT
Keterangan Jumlah Presentase
Sudah mendapat SPP IRT 42 44,21 %
Belum mendapat SPP IRT 53 55,79 %
Sumber : DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA

Dimana nama-nama Usaha Kecil Menengah (UKM) yang digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2
UKM yang mendapat sertifikat SPP IRT
NO NAMA PERUSAHAAN/ MERK JENIS PRODUK
1. KLENTENG & 2 HOLLO Enting-enting gepuk
2. GLATIK Dendeng sapi, abon sapi
3. DUNUK SNACK Kacang telur, cistik, keripik tela, susu kedelai
4. IMPERIO Selai sokade
5. ROSE CATHERING Snack, roti
6. DUA POHON KELAPA Enting-enting, makanan ringan
7. KBU NUSA INDAH Telur asin
8. GETHUK KETHEK Gethuk singkong
9. WAHYU BAKERY Aneka roti
10. BAKSO PLANET Bakso sapi, tahu bakso
11. UPPKS CEMPAKA Aneka kue kering, keripik tempe
12. KWT LANCAR Aneka makanan ringan
13. CLUSTER Kripik paru, kripik bayam
14. WONDER Aneka roti
15. SACHI Ayam goreng renyah
16. BENDENG PRESTO Bandeng duri lunak
17. CERIPING SINGKONG CAP PRESTO Ceriping singkong
18. LARIS SNACK Makanan ringan
19. CASSAVA Gethuk singkong
20. UD. JACKSEN HAIDA SATRIA Aneka minuman bubuk
21. MBAK PARTI Aneka makanan kecil
22. TAJ MAHAL Enting-enting gepuk
23. AMANAH Aneka kue dan makanan kecil
24. INDRA Aneka roti kering dan basah
25. IMPERIO Selai sokade aneka rasa
26. BANDENG PRESTO JUWANA Bandeng presto
27. LUWES Abon, dendeng, usus, makanan ringan
28. JITU MAJU Abon, dendeng sapi, enting-enting gepuk
29. WAHYU BAKERY Aneka roti dan kue
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 32
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

30. BUDI SANTOSO Aneka kue dan roti, snack dan makanan
31. ARYA MAS SNACK Monco, widaran manis dan keju, onde-onde ceplis
32. ARUM SARI Kue sempe, ceriping singkong, bolu kukus, bakpao
33. TOKO TEGAL Roti, pia
34. CAP JEMPOL Keripik singkong, peyek kacang
35. ADA RASA Permen asem, jahe wangi, manisan asam, sekoteng
jahe, asam cetak, palm sugar
36. SUKOWATI Aneka makanan ringan
37. WISH Aneka roti kering dan basah
38. FANNY Aneka roti, kering dan basah, snack dan makanan
39. GRUBI TIGA BINTANG Grubi aneka rasa
40. NEW ENAK Bumbu kacang
41. MONACOM Aneka makanan ringan, keripik tempe
42. DEWA REJEKI Aneka makanan ringan
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Salatiga

Pembahasan Hasil Penelitian layak digunakan untuk memprediksi


Berdasarkan uji reliabilitas dan pengaruh implementasi manajemen kualitas
validitas yang dilakukan, hasil menunjukkan pada kinerja organisasi pada usaha kecil
bahwa semua variabel dalam model menengah (UKM). Dalam menilai model
memiliki nilai composite reliability dan dengan Partial Least Square (PLS) dimulai
cronbach alpha di atas batas nilai reliabillitas dengan melihat R-square untuk setiap
(0,60) dan memiliki loading factor di atas variabel laten dependen. Perubahan nilai R-
batas validitas. Batas suatu variabel square dapat digunakan untuk menilai
dikatakan valid adalah jika masing-masing pengaruh variabel laten independen tertentu
indikator variabel dalam model memiliki terhadap variabel laten dependen apakah
nilai di atas nilai r-tabel (0,4409). mempunyai pengaruh yang substantive. Nilai
Nilai df dalam penelitian ini adalah besarnya R-square masing-masing variabel
13 (df = n-2), dan dengan tingkat signifikansi dependen dapat dilihat pada tabel 3 di bawah
sebesar 0,05 (one tailed). Hal tersebut ini.
menunjukkan bahwa model yang diajukan
Tabel 3
Nilai R-square
NO. Hubungan Variabel R Square
1. SF->OP OP 0,227266
2. TF->OP OP 0,519855
3. OF->OP OP 0,319342
4. SF->FM FM 0,138560
5. TF->FM FM 0,267487
6. OF->FM FM 0,115393
7. SF->NFM NFM 0,230765
8. TF->NFM NFM 0,322451
9. OF->NFM NFM 0,245208
10. OP->FM FM 0,211355
11. OP->NFM NFM 0,264091
Sumber : Output SmartPLS 2013

Hasil perhitungan R-square di atas square variabel OP sebesar 0,319342 yang


menunjukkan bahwa nilai R-square variabel berarti variabilitas OP yang dapat dijelaskan
OP sebesar 0,227266 yang berarti variabilitas oleh OF sebesar 31,93% sedangkan 68,07%
OP yang dapat dijelaskan oleh SF sebesar sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
22,72% sedangkan 77,28% sisanya yang diteliti. Nilai R-square variabel FM
dijelaskan oleh variabel lain di luar yang sebesar 0,138560 yang berarti variabilitas
diteliti. Nilai R-square variabel OP sebesar FM yang dapat dijelaskan oleh SF sebesar
0,519855 yang berarti variabilitas OP yang 13,85% sedangkan 86,15% sisanya
dapat dijelaskan oleh TF sebesar 51,98% dijelaskan oleh variabel lain di luar yang
sedangkan 48,02% sisanya dijelaskan oleh diteliti. Nilai R-square variabel FM sebesar
variabel lain di luar yang diteliti. Nilai R- 0,267487 yang berarti variabilitas FM yang
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 33
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

dapat dijelaskan oleh TF sebesar 26,75% berarti variabilitas FM yang dapat dijelaskan
sedangkan 73,25% sisanya dijelaskan oleh oleh OP sebesar 21,13% sedangkan 78,87%
variabel lain di luar yang diteliti. Nilai R- sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
square variabel FM sebesar 0,115393 yang yang diteliti. Nilai R-square variabel NFM
berarti variabilitas FM yang dapat dijelaskan sebesar 0,264091 yang berarti variabilitas
oleh OF sebesar 11,54% sedangkan 88,46% NFM yang dapat dijelaskan oleh OP sebesar
sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar 26,41% sedangkan 73,59% sisanya
yang diteliti. dijelaskan oleh variabel lain di luar yang
Nilai R-square variabel NFM sebesar diteliti.
0,230765 yang berarti variabilitas NFM yang Analisis dilanjutkan dengan
dapat dijelaskan oleh SF sebesar 23,07% melakukan uji t. Uji t dilakukan dengan
sedangkan 76,93% sisanya dijelaskan oleh melihat nilai t-hitung masing-masing
variabel lain di luar yang diteliti. Nilai R- hubungan dinbandingkan dengan nilai t-tabel
square variabel NFM sebesar 0,322451 yang (1,684). Berdasar pada t-tabel dengan jumlah
berarti variabilitas NFM yang dapat sampel (n) = 42, dan tingkat signifikansi 𝛼 =
dijelaskan oleh TF sebesar 32,24% 5% (one tailed), diperoleh nilai batas untuk
sedangkan 67,76% sisanya dijelaskan oleh menolak dan menerima hipotesis yang
variabel lain di luar yang diteliti. Nilai R- diajukan (nilai kritis) sebesar ±1,684.
square variabel NFM sebesar 0,245208 yang Dimana apabila nilai t-hitung berada pada
berarti variabilitas NFM yang dapat rentang -1,684 dan 1,684, maka hipotesis a
dijelaskan oleh OF sebesar 24,52% (Ha) akan ditolak atau dengan kata lain
sedangkan 75,48% sisanya dijelaskan oleh menerima hipotesis nol (Ho). Hasil pengujian
variabel lain di luar yang diteliti. Nilai R- hipotesis dapat dilihat pada tabel 4 di bawah
square variabel FM sebesar 0,211355yang ini.
Tabel 4
Hasil Pengujian Hipotesis
Original Standard Deviation
T hitung
Sample (O) (STDEV) Hipotesis Keputusan
SF -> OP 0,476725 0,242321 1,967325 H1a Diterima
TF -> OP 0,721010 0,037061 19,454701 H1 b Diterima
OF -> OP 0,565104 0,070198 8,050115 H1 c Diterima
SF -> FM 0,372236 0,169981 2,189872 H2a Diterima
TF -> FM 0,517191 0,076084 6,797629 H2 b Diterima
OF -> FM 0,339696 0,111420 3,048784 H2 c Diterima
SF -> NFM 0,426620 0,067060 6,361807 H3 a Diterima
TF -> NFM 0,567848 0,084555 6,715692 H3 b Dterima
OF -> NFM 0,495185 0,052304 9,467358 H3 c Diterima
OP -> FM 0,459734 0,052382 8,776585 H4 a Diterima
OP -> NFM 0,513898 0,051700 9,940057 H4 b Diterima
Sumber : Output SmartPLS 2013

Hasil pengujian hipotesis loading factor yang positif sebesar 0,476725,


menunjukkan bahwa hipotesis pertama dengan nilai signifikansi sebesar 1,967325
diterima. Hasil tersebut berarti bahwa Faktor (>1,684). Hasil penelitian tersebut sejalan
Strategik berpengaruh positif dan signifikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
terhadap Kinerja Operasional. Salaheldin (2008).
Kepemimpinan dan komitmen manajemen Hasil pengujian terhadap hipotesis
puncak merupakan faktor penting dalam kedua menunjukkan bahwa variabel Faktor
sukses organisasi. Dalam Taktis berpengaruh positif dan signifikan
mengimplementasikan manajemen kualitas, terhadap Kinerja Operasional. Kesimpulan
dibutuhkan adanya transformasi kultural tersebut dapat dilihat dari nilai loading factor
dalam organisasi. Dan transformasi kultural yang positif sebesar 0,721010, dengan nilai
dalam organisasi hanya dapat dimulai dari signifikansi sebesar 19,454701 (>1,684).
pimpinan puncak yang menguasai sistem dan Salah satu faktor yang berperan dalam
prosesnya (Hardjosoedarmo, 1996: 33). implementasi manajemen kualitas adalah
Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai manajemen pemasok (Salaheldin, 2008).
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 34
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Menurut Tampubolon (2004: 181-182), di positif sebesar 0,372236, dengan nilai


dalam manajemen pemasok, perusahaan signifikansi sebesar 2,189872 (>1,684). Hasil
menentukan sumber daya dan bahan baku penelitian tersebut sejalan dengan hasil
yang dibutuhkan, apakah mempergunakan penelitian yang dilakukan oleh Salaheldin
satu atau banyak pemasok. Demikian juga (2008).
untuk distribusi hasil produksi, apakah Hasil pengujian terhadap hipotesis
menggunakan satu atau banyak penyalur. kelima menunjukkan bahwa variabel Faktor
Penentuan dalam jumlah pemasok akan Taktis berpengaruh positif dan signifikan
tergantung pada jumlah kebutuhan bahan terhadap Kinerja Finansial. Kesimpulan
baku yang akan diproduksi sesuai dengan tersebut dapat dilihat dari nilai loading
jumlah permintaan pasar atau pelanggan. factor yang positif sebesar 0,517191, dengan
Keputusan yang diambil dalam memilih satu nilai signifikansi sebesar 6,797629 (>1,684).
atau beberapa pemasok dan penyalur Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil
memiliki kelebihan dan kekurangan masing- penelitian yang dilakukan oleh Salaheldin
masing, yang nantinya juga akan (2008).
berpengaruh pada kinerja operasional Hasil pengujian terhadap hipotesis
perusahaan. Hasil penelitian tersebut sejalan keenam menunjukkan bahwa variabel Faktor
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Operasional berpengaruh positif dan
Salaheldin (2008). signifikan terhadap Kinerja Finansial. Alasan
Hasil pengujian terhadap hipotesis yang mendasari hasil penelitian tersebut
ketiga menunjukkan bahwa variabel Faktor adalah perusahaan yang berorientasi pada
Operasional berpengaruh positif dan pelanggan, tentunya akan berupaya untuk
signifikan terhadap Kinerja Operasional. menghasilkan produk sesuai dengan
Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai kebutuhan dan keinginan pelanggan.
loading factor yang positif sebesar 0,565104, Orientasi pada pelanggan dapat ditunjukkan
dengan nilai signifikansi sebesar 8,050115 melalui desain produk dan jasa. Hasil dari
(>1,684). Karena fokus dari kualitas salah tindakan tersebut adalah pelanggan yang
satunya adalah kepuasan pelanggan, maka puas dan loyal terhadap produk yang
perlu dipahami apa itu kepuasan pelanggan dihasilkan perusahaan. Kesimpulan tersebut
dan faktor-faktor apa saja yang mampu dapat dilihat dari nilai loading factor yang
mempengaruhi kepuasan dari pelanggan. positif sebesar 0,339696, dengan nilai
Pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat signifikansi sebesar 3,048784 (>1,684). Hasil
didefinisikan secara sederhana sebagai suatu penelitian tersebut sejalan dengan hasil
keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan penelitian yang dilakukan oleh Salaheldin
harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui (2008).
produk yang dikonsumsi (Nasution, 2005: Hasil pengujian terhadap hipotesis
48). Pelanggan yang puas tentunya akan ketujuh menunjukkan bahwa variabel Faktor
melakukan oembelian ulang terhadap produk Strategik berpengaruh positif dan signifikan
tersebut yang mampu mendorong perusahaan terhadap Kinerja Non-Finansial. Alasan yang
untuk berproduksi lebih baik lagi. Hasil mendasari hasil penelitian tersebut adalah
penelitian tersebut sejalan dengan hasil perusahaan yang dipimpin oleh pemimpin
penelitian yang dilakukan oleh Salaheldin yang baik, dalam arti mampu membawa dan
(2008). menggerakkan organisasi menuju perbaikan
Hasil pengujian terhadap hipotesis tentunya akan mendapatkan hasil yang baik
keempat menunjukkan bahwa variabel Faktor pula. Hasil positif yang diperoleh dapat
Strategik berpengaruh positif dan signifikan dilihat dari kinerja organisasi, baik kinerja
terhadap Kinerja Finansial. Menurut finansial maupun kinerja non-finansial.
Tampubolon (2004: 37-38), di dalam Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai
pengukuran keuangan khususnya return of loading factor yang positif sebesar 0,426620,
asset, terdapat beberapa metode pengukuran dengan nilai signifikansi sebesar 6,361807
yang diterapkan oleh perusahaan, diantaranya (>1,684). Hasil penelitian tersebut sejalan
adalah payback period, net present value dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(NPV), break event point (BEP), dan internal Salaheldin (2008).
rate of return (IRR). Kesimpulan tersebut Hasil pengujian terhadap hipotesis
dapat dilihat dari nilai loading factor yang kedelapan menunjukkan bahwa variabel
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 35
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Faktor Taktis berpengaruh positif dan menggunakan produk tersebut. kepuasan


signifikan terhadap Kinerja Non-Finansial. pelanggan selanjutnya menimbulkan
Alasan yang mendasari hasil penelitian kecenderungan pembelian ulang pada produk
tersebut adalah sumber daya manusia yang yang sama. Lebih jauh lagi, pelanggan yang
dimiliki perusahaan, perlu dimanajemen puas akan menceritakan
dengan baik untuk meningkatkan pengalamannyakepada orang-orang di
produktivitas tenaga kerja. Peningkatan sekitarnya. Hal tersebut mampu memberikan
produktivitas pada akhirnya dapat keuntungan bagi perusahaan dalam segi
meningkatkan kinerja perusahaan. pemasaran. Dan pada akhirnya, pembelian
Peningkatan kinerja non-finansial perusahaan ulang dari pelanggan dapat meningkatkan
dapat dilihat dari kemampuan perusahaan pendapatan perusahaan melalui penjualan.
dalam membangun profil yang bersaing. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai
Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai loading factor yang positif sebesar 0,459734,
loading factor yang positif sebesar 0,567848, dengan nilai signifikansi sebesar 8,776585
dengan nilai signifikansi sebesar 6,715692 (>1,684). Hasil penelitian tersebut sejalan
(>1,684). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salaheldin (2008).
Salaheldin (2008). Hasil pengujian terhadap hipotesis
Hasil pengujian terhadap hipotesis kesebelas menunjukkan bahwa variabel
kesembilan menunjukkan bahwa variabel Kinerja Operasional berpengaruh positif dan
Faktor Operasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Non-Finansial.
signifikan terhadap Kinerja Non-Finansial. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai
Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai loading factor yang positif sebesar 0,513898,
loading factor yang positif sebesar 0,495185, dengan nilai signifikansi sebesar 9,940057
dengan nilai signifikansi sebesar 9,467358 (>1,684). Alasan yang mendasari hasil
(>1,684). Alasan yang mendasari hasil penelitian tersebut adalah semakin baiknya
penelitian tersebut adalah implementasi kinerja operasional perusahaan yang dilihat
faktor operasional yang maksimal, yang salah dari segi produktivitas, pengurangan produk
satunya dapat dilakukan dengan inspeksi dan cacat, perbaikan kualitas produk, kecepatan
pengecekan kerja mampu mengurangi tingkat pengiriman kepada pelanggan, dan
kerusakan yang terjadi pada produk. fleksibilitas mampu menciptakan ide-ide baru
Pencegahan kerusakan produk tersebut dapat dan segar bagi perusahaan, sehingga kinerja
dilakukan mulai dari bahan baku, proses perusahaan dari segi non-finansial pun akan
produksi, maupun sebelum produk meningkat. Menurut Tampubolon (2004: 81),
dipasarkan. Hasil dari pengurangan produk perubahan kualitas akan dapat meningkatkan
rusak atau cacat tersebut dapat digunakan keuntungan melalui penjualan. Dengan
perusahaan untuk dialihkan pada investasi- merespon selera pasar atau konsumen,
investasi yang lebih bermanfaat. Hasil kualitas dapat dibentuk sesuai dengan
penelitian tersebut sejalan dengan hasil permintaan. Kualitas yang dapat memenuhi
penelitian yang dilakukan oleh Salaheldin permintaan pasar atau konsumen dapat
(2008). membentuk nilai yang tinggi terhadap produk
Hasil pengujian terhadap hipotesis yang dihasilkan. Penciptaan nilai yang tinggi
kesepuluh menunjukkan bahwa variabel atas produk yang dihasilkan nantinya akan
Kinerja Operasional berpengaruh positif dan dapat mengubah anggapan pasar. Hasil
signifikan terhadap Kinerja Finansial. Alasan penelitian tersebut sejalan dengan hasil
yang mendasari hasil penelitian tersebut penelitian yang dilakukan oleh Salaheldin
adalah semakin baiknya kualitas produk yang (2008), yang menyatakan bahwa terdapat
dihasilkan, maka semakin tinggi kepuasan hubungan yang signifikan antara kinerja
pelanggan dalam mengkonsmsi dan operasional terhadap kinerja non-finansial.

KESIMPULAN Operasional berpengaruh positif dan


Hasil pengujian hipotesis signifikan terhadap Kinerja Operasional,
menunjukkan bahwa semua hipotesis yang Kinerja Finansial, dan Kinerja Non-Finansial.
diajukan dapat diterima. Variabel Faktor Variabel Kinerja Operasional berpengaruh
Strategik, Faktor Taktis, dan Faktor
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 36
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

positif dan signifikan terhadap Kinerja Mengendalikan Tingkat Kerusakan


Finansial dan Kinerja Non-Finansial. Produk Menggunakan Alat Bantu
Penelitian ini memperkuat penelitian Statistik”. Skripsi Dipublikasikan.
sebelumnya. Dimana hasil penelitian ini Diakses tanggal 28 September 2012,
sesuai dan sejalan dengan hasil penelitian dari http://www.google.com.
Salaheldin (2008); Tari, dkk (2006); Kaynak
Ferdinand, Augusty. 2006. Metodologi
(2003); Nair (2006); Samson dan Teziovski
Penelitian Manajemen. Semarang :
(1999); dan Joiner (2005) . Penelitian ini
Badan Penerbit Universitas
memiliki beberapa keterbatasan. Pertama,
Diponegoro.
penelitian ini memiliki jumlah sampel yang
belum memadai karena hanya terdiri dari 42 Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation
sampel. Kedua, penelitian ini menggunakan Modeling Metode Alternatif dengan
instrumen yang berdasarkan pada persepsi Partial Least Square (PLS). 1 ed.
dari responden, sehingga akan menjadi Semarang : Badan Penerbit
masalah apabila persepsi responden berbeda Universitas Diponegoro.
dengan kondisi sesungguhnya. Selain itu Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation
dalam menjawab kuesioner, responden tidak Modeling Metode Alternatif dengan
terlepas dari aspek subjektivitas dalam Partial Least Square (PLS). 2 ed.
memberikan informasi yang menjadikan Semarang : Badan Penerbit
informasi tidak dapat mewakili kondisi yang Universitas Diponegoro.
sesungguhnya. Ketiga, lokasi penelitian
dalam penyebaran kuesioner tidak merata di Hardjosoedarmo, Soewarso. 1996. Total
seluruh Kota Salatiga. Hal ini dikarenakan Quality Management. Yogyakarta :
penyebaran kuesioner dilakukan hanya pada ANDI.
UKM yang bersedia berpartisipasi. Kawiana, IGP. 2009. “Manajemen Mutu
Berdasarkan kesimpulan yang Terpadu Serta Kaitannya dengan
diperoleh dari hasil penelitian ini, maka dapat Perilaku Produktif Karyawan”.
diketahui bahwa manajemen kualitas sangat Diakses tanggal 28 September 2012,
berperan dalam peningkatan kinerja dari http://www.google.com.
operasional, kinerja finansial, dan kinerja
non-finansial bagi Usaha Kecil Menengah Kiswanto. 2008. “Implementasi Manajemen
(UKM). Dengan hasil tersebut hendaknya Kualitas dan Pengaruhnya pada
Usaha Kecil Menengah (UKM) mulai sadar Kinerja Perusahaan Ditinjau dari
dan menerapkan manajemen kualitas pada Sudut Pandang Total Quality
setiap bidang dan kegiatan organisasinya. Management”. Tesis Dipublikasikan.
Diakses tanggal 5 Oktober 2012, dari
REFERENSI http://www.google.com.
Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu
Budihardja, Stephani. dan Retno Indryani. Terpadu. Bogor : Ghalia Indonesia.
2001. “Pengaruh Penerapan Sistem
Manajemen Mutu Terhadap Biaya Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru
Mutu Pada Proyek Konstruksi Tentang Manajemen Mutu Terpadu
Gedung di Surabaya”. Diakses Abad 21. 2 ed. Jakarta : Bumi
tanggal 24 September 2012, dari Aksara.
http://www.google.com. Rivai, Veitzhal., Deddy Mulyadi. 2009.
Darwis, dan Datu Rizal Asral. 2000. Kepemimpinan dan Perilaku
“Penerapan Total Quality Organisasi. Jakarta : Rajawali Pers.
Management (TQM) dalam Sistem Salaheldin, Ismail Salaheldin. 2008. “Critical
Informasi”. ISSN 0852-002 X. Succes Factors for TQM
Diakses tanggal 24 September Implementation and Their Impact on
2012, dari http://www.google.com. Performance of SMEs”. International
Fakhri, Faiz Al. 2010. “Analisis Journal of Productivity and
Pengendalian Kualitas Produksi di Peformance Management, Vol. 58,
PT. Masscom Grahpy dalam Upaya No. 3, h. 215-237,
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 37
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

http://www.undip.ac.id.com. Diakses dan Kaizen Sebagai Metode


tanggal 10 Oktober 2012. Pengendalian dan Perbaikan Kualitas
Produk”. Jurnal Teknologi, Vol. 4,
Sha, Thio Lie. 2005. “Analisis Biaya Mutu
No.1, h. 61-53. Diakses tanggal 28
Terhadap Keberhasilan Perusahaan
September 2012, dari
Dalam Penerapan Manajemen Mutu
http://www.google.com.
Terpadu (TQM)”. Jurnal Akuntansi,
Th. IX, No. 2, Tampubolon, Manahan P. 2004. Manajemen
http://www.google.com. Diakses Operasional. Jakarta : Ghalia
tanggal 28 September 2012. Indonesia.
Susetyo, Joko., Winarni, dan Catur Hartanto. Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran.
2011. “Aplikasi Six Sigma DMAIC Yogyakarta : ANDI.

You might also like