You are on page 1of 15

1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SIMULATION WITH BODY PAINTING


TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN ANGGOTA PMR
DI SMA GIKI 1 SURABAYA DAN SMAN 21 SURABAYA

Neny Ludfi Asi Dewi1, Hidayatus Sya’diah,S.Kep,Ns.,M.Kep.2, Christina


Yuliastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep.3
Mahasiswa Keperawatan1, Dosen Pembimbing2, Dosen Pembimbing3
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya
Jl. Gadung No. 1 Telp. (031) 8411721, Fax. 8411721 Surabaya
Website : www.stikeshangtuah-sby.ac.id
ABSTRACT
Knowledge is the formation of someone who is experiencing reorganization because
of new understandings. A person's skill level is related to the level of knowledge. This study
aims to determine the level of knowledge and skills of members of GIKI 1 Surabaya High
School PMR and SMAN 21 Surabaya after being given first aid material on burns with the
simulation with body painting method.
The study design using Quasi Experimental Design with Nonequivalent Control
Group Design. Variables used level of knowledge, skills and learning methods simulation
with body painting. The research sample member PMR SMA GIKI 1 Surabaya and SMAN
21 Surabaya are 65 members were selected by simple random sampling. The collection of
data obtained through questionnaires and observation sheets. Analysis of the data used is
Wilcoxon and Mann Whitney (p≤0,05).
The results showed with simulation learning method of body painting can
mrningkstksn knowledge and skills (p = 0.000). In the control group did not obtain an
increase in the level of knowledge and skills (p = 0.109, p = 1.000). The results showed
differences in both (p = 0.000).
Learning method simulation with body painting function as a tool to clarify the
material received. So that it affects the level of knowledge and skills because it involves the
senses of sight, hearing and touch..
Keywords: PMR, simulation with body painting, burns, knowledge, skills

PENDAHULUAN komunitas mereka di seluruh dunia.


Palang Merah Remaja atau PMR Sekitar setengah dari sukarelawan Gerakan
adalah suatu organisasi binaan dari Palang Palang Merah Internasional dan Bulan
Merah Indonesia yang berpusat di sekolah- Sabit Merah adalah remaja (International
sekolah ataupun kelompok-kelompok Federation of Red Cross and Red Crescent
masyarakat (sanggar, kelompok belajar, Societies, 2016). Berdasarkan laporan
dll.) yang bertujuan membangun dan pertanggung jawaban pengurus pusat PMI
mengembangkan karakter (2014) pada tahun 2010 terdapat 809.212
Kepalangmerahan agar siap menjadi anggota PMR dan pada tahun 2014 hanya
Relawan PMI pada masa depan (Palang ada 373.801 anggota PMR, yang artinya
Merah Indonesia, 1974). PMR Wira terdapat penurunan jumlah anggota PMR
(Tingkat SMA) berfungsi sebagai peer di Indonesia.
educator, yaitu pendidik sebaya Luka bakar adalah suatu trauma
keterampilan hidup sehat (Manajemen yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
PMR, 2008). bahan kimia dan petir yang mengenai
Sekitar 17 juta relawan Palang kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
Merah dan Bulan Sabit Merah memainkan dalam. Luka bakar yang luas
peran penting dalam mendukung mempengaruhi metabolisme dan fungsi
2

setiap sel tubuh, semua sistem dapat menggunakan metode pembelajaran akan
terganggu, terutama sistem kardiovaskuler mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
(Rahayuningsih, 2012). Tindakan pertama pembelajaran. Metode pembelajaran yang
yang tepat dapat mengurangi kerusakan dipergunakan sebaiknya bervariasi,
akibat luka bakar dan mengurangi sehingga siswa tidak mengalami
kebutuhan pengobatan medis (Saraf, 2007 kebosanan dan metode tersebut dapat
dalam Muthohharoh 2015). Penanganan membantu memberikan motivasi belajar
luka bakar yang tepat tidak akan siswa dalam mencapai tujuan
menimbulkan dampak yang berbahaya pembelajaran (Mulyasa, 2007 dalam
bagi tubuh, akan tetapi tetapi jika luka Marwiyah 2012). Beberapa mahasiswa
bakar tidak ditangani dengan segera akan Western Sidney University mendukung
menyebabkan berbagai komplikasi seperti penggunaan body painting sebagai alat
infeksi, syok, dan ketidakseimbangan pembelajaran dalam anatomi manusia di
elektrolit. Komplikasi lain yang terjadi program gelar non-medis, dan
akibat luka bakar yaitu trauma psikologis berkontribusi pada pengembangan
yang berat karena cacat akibat bekas luka program pengajaran anatomi yang lebih
bakar (Brunner & Suddart, 2002 dalam kuat (Green & Dayal, 2018).
Muthohharoh 2015).
Hasil penelitian oleh Cleland Definisi Pengetahuan
(2013), perawatan yang tepat dari luka Pengetahuan merupakan hasil dari
bakar ringan adalah kunci tidak terjadinya tahu dan ini tetrjadi setelah orang
komplikasi, yang mengarah pada melakukan pengindraan terhadap suatu
kebutuhan untuk intervensi bedah dan objek tertententu (Natoatmodjo, 2007
meningkatkan kemungkinan hasil yang dalam Budiman & Riyanto, 2013). Kamus
buruk. Pertolongan pertama yang harus Besar Bahasa Indonesia (2005, dalam
dilakukan pada luka bakar grade I yaitu Budiman & Riyanto, 2013)
dengan menggunakan air mengalir selama mengemukakan pengetahuan adalah suatu
kurang lebih 20 menit. Tindakan tersebut yang diketahui berkaitan dengnanproses
akan meminimalkan rasa sakit pada luka pembelajaran.
bakar. Peran PMR jika terjadi luka bakar Melalui pendekatan
di lingkungan sekolah adalah melakukan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah
pertolongan pertama pada luka bakar, fakta dari suatu kenyataan yang sedang
mencegah luka bertammbah parah dan dipelajari, melainkan sebagau konstruksi
merujuk ke fasilitas kesehatan. Sebelum kognitif seseorang terhadap objek,
melakukan tindakan tersebut PMR harus pengalaman, maupun lingkungannya.
sudah mendapatkan pelatihan Pertolongan Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah
Pertama. Fasilitator dapat melakukan ada dan tersedia, sementara orang lain
pelatihan yang sesuai dengan materi, tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah
menarik perhatian siswa dan merangsang sebagai suatu pembentukan yang terus
daya ingat siswa. menerus oleh seseorang yang setiap saat
Salah satu kompetensi fasilitator megalami reorganisasi karena pemahan-
adalah dapat menyelenggarakan pemahan baru (Budiman & Riyanto,
pembelajaran yang mendidik. Untuk dapat 2013).
mewujudkan pembelajaran yang mendidik Faktor yang Mempengaruhi
tersebut fasilitator harus menguasai Pengetahuan
beberapa hal diantaranya adalah mengusai Budiman & Riyanto (2013), Faktor
metode belajar, dan memahami yang mempengaruhi pengetahuan adalah
karakteristik siswa yang diampunya. sebagai berikut :
Jumlah metode belajar banyak dan
bervariatif. Ketepatan dalam memilih dan
3

1. Pendidikan serta dapat mengembangkan kemampuan


Pengathuan sangat erat kaitannya mengambil keputusan yang merupakan
dnegan pendidikan di mana diharapkan manifestasi dari keterpaduan menalar
seseorang dengan pendidikan tinggi, orang secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
tersebut akan semakin luas pula masalah nyata dalam bidang kerjanya.
pengetahuannya. Perlu ditekankan bahwa 6. Usia
seorang yang berpendidikan rendah tidak Semakin bertambah usia semakin
berarti mutlak berpengatuan renda. berkembang pula daya tangkap dan pola
2. Informasi atau media massa pikirnya sehingga pengetahuan yang
Inormasi yang diperoleh baik dari diperoleh semakin membaik. Pada usia
pendidikan formal maupun nonformal madya individu akan lebih berperan aktif
dapat memberikan pengaruh jangka dalam masyarakat dan kekhidupan sosial,
pendek (immadiate impact) sehingga serta lebih benyak melakukan persiapan
menghasilkan perubahan atau peningkatan demi suksenya upaya menyesuaikan diri
pengetahuan. Berkembangnya teknologi menuju usia tua.
akan menyediakan bermacam-macam Pengertian Keterampilan
media massa yang dapat mempengaruhi Keterampilan berasal dari kata
pengetahuan masyarakat tentang novasi terampil yang berarti cakap, mampu, dan
baru. cekatan. Iverson (2001 dalam Erpan 2016),
3. Sosial, budaya, dan ekonomi mengatakan keterampilan membutuhkan
Kebiasaan dan tradisi yang pelatihan dan kemampuan dasar yang
diakukan orangorang tanpa melalui dimiliki setiap orang dapat lebih
penalaran apakah yang dilakukan baik atau membantu menghasikan sesuatu yang
buruk. Dengan demikian, seseorang akan lebih bernilai dengan lebih cepat.
bertambah pengetahuannya walaupun Robbins (2000 dalam Erpan 2016)
walaupun tidak melakuakn. Status mengatakan keterampilan dibagi menjadi 4
ekonomi seseorang juga diperlukan untuk kategori, yaitu:
kegiatan tertentu sehingga status sosial 1. Basic Literacy Skill : Keahlian
ekonomi ini akan mempengaruhi dasar yang sudah pasti harus
pengetahuan seseorang. dimiliki oleh setiap orang seperti
4. Lingkungan membaca, menulis, berhitung serta
Lingkungan adalah segala sesuatu mendengarkan.
yang ada disekitar individu, baik 2. Technical Skill : Keahlian secara
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. teknis yang didapat melalui
Lingkungan berpengaruh terhadap proses pembelajaran dalam bidang teknik
masuknnya pengetahuan kedalam individu seperti mengoperasikan kompter
yang berbeda dalam lingkungan tersebut. dan alat digital lainnya.
Hal ini terjadi adanya interaksi timbal 3. Interpersonal Skill : Keahlian
balik ataupun tidak, yang akan direspon setiap orang dalam melakukan
sebagai pengetahuan oleh setiap individu. komunikasi satu sama lain seperti
5. Pengalaman mendengarkan seseorang, memberi
Pengalaman sebagai sumber pendapat dan bekerja secara tim.
pengetahuan adalah suatu cara untuk 4. Problem Solving : Keahlian
memperolelh kebenaran pengetahuan seseorang dalam memecahkan
dengan cara mengulang kembali masalah dengan menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dalam logika atau perasaanya.
memecahkan maslaah yang dihadapi masa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja Keterampilan
yang dikembangkan akan memberikan Notoadmodjo (2007 dalam Erpan
pengetahuan dan keterampilan profesional, 2016) mengatakan keterampilan
4

merupakan aplikasi dari pengetahuan 3. Keahlian


sehingga tingkat keterampilan seseorang Keahlian yang dimiliki seseorang
berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan akan membuat terampil dalam melakukan
pengetahuan dipengaruhi oleh : keterampilan tertentu. Keahlian akan
1. Tingkat Pendidikan membuat seseorang mampu melakukan
Semakin tinggi pendidikan sesuatu sesuai dengan yang sudah
seseorang, semakin baik pengetahuan yang diajarkan.
dimiliki. Sehingga, seseorang tersebut METODE
akan lebih mudah dalam menerima dan Desain penelitian yang digunakan
menyerap hal-hal baru. Selain itu, dapat dalam penelitian ini adalah Quasi
membantu mereka dalam menyelesaikan Experimental Design dengan
hal-hal baru tersebut. Nonequivalent Control Group Design.
2. Umur Desain ini hampir sama dengan pretest-
Ketika umur seseorang bertambah posttest control group design, hanya saja
maka akan terjadi perubahan pada fisik pada desain ini kelompok eksperimen dan
dan psikologi seseorang. Semakin cukup kelompok kontrol tidak dipilih secara
umur seseorang, akan semakin matang dan random. Pada penelitian ini, penulis
dewasa dalam berfikir dan bekerja. menggunakan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok
3. Pengalaman kontrol. Pada kelompok eksperimen akan
Pengalaman dapat dijadikan diberi perlakuan menggunakan metode
sebagai dasar untuk menjadi lebih baik pembelajaran simulation body painting
dari sebelumnya dan sebagai sumber dan pada kelompok kontrol menggunakan
pengetahuan untuk memperoleh suatu media pembelajaran dengan ceramah.
kebenaran. Pengalaman yang pernah Populasi dalam penelitian ini
didapat seseorang akan mempengaruhi adalah anggota PMR SMA GIKI 1
kematangan seseorang dalam berpikir Surabaya dan anggota PMR SMAN 21
dalam melakukan suatu hal. Surabaya yang berjumlah 65 orang.
Faktor-faktor yang dapat Sampel dalam penelitian ini adalah
mempengaruhi keterampilan secara anggota PMR SMA GIKI 1 Surabaya dan
langsung menurut Widyatun (2005 dalam anggota PMR SMAN 21 Surabaya yang
Erpan 2016), yaitu: memenuhi syarat sampel penerapan
1. Motivasi metode pembelajaran simulation with body
Merupakan sesuatu yang painting tentang pertolongan pertama pada
membangkitkan keinginan dalam diri luka bakar terhadap tingkat pengetahuan
seseorang untuk melakukan berbagai dan keterampilan anggota PMR di SMA
tindakan. Motivasi inilah yang mendorong Giki 1 Surabaya dan SMAN 21 Surabaya.
seseorang bisa melakukan tindakan sesuai Penelitian ini menggunakan teknik
dengan prosedur yang sudah diajarkan. nonprobability sampling dengan purposive
2. Pengalaman sampling. Pemillihan sampel dengan
Merupakan suatu hal yang akan purposive sampling adalah suatu teknik
memperkuat kemampuan seseorang dalam penetapan sampel dengan cara memilih
melakukan sebuah tindakan sampel diantara populasi sesuai dengan
(keterampilan). Pengalaman membangun yang dikehendaki peneliti (tujuan atau
seseorang untuk bisa melakukan tindakan- masalah dalam penelitian),sehingga
tindakan selanjutnya menjadi lebih baik sampel tersebut dapat mewakili
yang dikarenakan sudah melakukan karakteristik populasi yang dikenal
tindakan-tindakan di masa lampaunya. sebelumnya.
Instrumen data demografi
menggunakan lembar kuesioner dimana
5

data demografi berupa 9 pertanyaan pengetahuan dan keterampilan anggota


kepada anggota PMR seperti jenis PMR SMA GIKI 1 Surabaya dan SMAN
kelamin, usia, pengetahuan menganai luka 21 Surabaya setelah diberikan intervensi
bakar, pengetahuan mengenai pertolongan metode pembelajaran simulation with body
pertama, pengalaman melakukan painting.
pertolongan pertama, informasi,
pengalaman mengikuti PMR, motivasi PEMBAHASAN
mengikuti PMR, pengalaman mendapatkan
penyuluhan. Data Umum
Instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat pengetahuan adalah 1. Karakteristik responden
kuisioner tentang pertolongan pertama berdasarkan usia
pada luka bakar yang dibuat berdasarkan Tabel 5.1 Karakteristik responden
buku First Aid Pertolongan Pertama edisi- berdasarkan usia di SMA GIKI 1 Surabaya
5 tahun 2009. Kuisioner tingkat dan SMAN 21 Surabaya pada tanggal 5-12
pengetahuan ini berjumlah 20 soal dengan Januari 2019 (Intervensi=35 orang,
bentuk kuisioner multiple choice yang Kontrol=30 orang)
akan dilakukan uji validitas oleh peneliti. Intervensi Kontrol
Usia
Instrumen yang digunakan untuk f % f %
mengukur tingkat keterampilan adalah 15 tahun 15 43% 11 36%
lembar observasi. Lembar observasi 16 tahun 12 34% 14 47%
berisikan tentang SPO pertolongan perama 17 tahun 8 23% 5 17%
pada luka bakar berdasarkan sumber dari Total 35 100% 30 100%
America Burn Asosiation. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari
keterampilan adalah lembar observasi. 35 responden intervensi rata-rata berusia
Lembar observasi berisikan tentang SPO 15 tahun sebanyak 15 responden (43%), 12
pertolongan perama pada luka bakar responden (34%) berusia 16 tahun dan 8
berdasarkan sumber dari WHO. responden (23%) beusia 17 tahun. Pada
Analisa ini menggunakan uji kelompok kontrol dengan jumlah 30
Wilcoxon dan uji Mann Whitney dengan responden didapatkan rata-rata responden
signifikasi p ≤ 0,05. Pada uji Wilcoxon berusia 16 tahun sebanyak 14 responden
digunakan untuk mengukur signifikasi (47%), 11 responden (36%) berusia 15
perbedaan 3 kelompok yang diberikan tahun dan 5 responden (17%) berusia 17
intervensi metode pembelajaran simulation tahun.
with body painting yang memerlukan
pengamatan (pre-post test) yang digunakan 2. Karakteristik responden
untuk mengukur tingkat pengetahuan dan berdasarkan kelas
keterampilan anggota PMR sebelum dan Tabel 5.2 Karakteristik responden
sesudah dilakukan intervensi metode berdasarkan kelas di SMA GIKI 1
pembelajaran simulation with body Surabaya dan SMAN 21 Surabaya pada
painting. tanggal 5-12 Januari 2019 (Intervensi=35
Uji Mann Whitney digunakan orang, Kontrol=30 oranng)
untuk uji perbedaan (komparasi) yang
berhadapan dengan 3 kelompok sampel Intervensi Kontrol
bebas (independen) dan masing-masing Kelas
F % f %
sampel mempunyai data minimal berskala X 15 43% 11 36%
ordinal tetapi menggunakan data numerik XI 12 34% 14 47%
yang tidak berdistribusi normal. Apabila p XII 8 23% 5 17%
≤ 0,05 artinya ada perbedaan tingkat Total 35 100% 30 100%
6

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari


35 responden intervensi rata-rata kelas X
pertama pada
sebanyak 15 responden (43%), 12
luka bakar di
responden (34%) kelas XI dan 8 responden Pernah 21 60% 17 57%
(23%) kelas XII. Pada kelompok kontrol Tidak pernah 14 40% 13 43%
dengan jumlah 30 responden didapatkan Total 35 100% 30 100%
rata-rata responden kelas XI sebanyak 14 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari
responden (47%), 11 responden (36%) 35 responden intervensi sebagian besar
kelas X dan 5 responden (17%) berusia pernah mendapatkan informasi mengenai
kelas XII. pertolongan pertama pada luka bakar di
media massa sebanyak 21 responden
3. Karakteristis responden (60%) dan 14 responden (40%) tidak
berdasarkan jenis kelamin pernah mendapatkan informasi mengenai
Tabel 5.3 Karakteristik responden pertolongan pertama pada luka bakar di
berdasarkan jenis kelamin di SMA GIKI 1 media massa. Pada kelompok kontrol
Surabaya dan SMAN 21 Surabaya pada dengan jumlah 30 responden didapatkan
tanggal 5-12 Januari 2019 (Intervensi=35 rata-rata responden pernah mendapatkan
orang, Kontrol=30 orang) informasi mengenai pertolongan pertama
Jenis Intervensi Kontrol pada luka bakar di media massa sebanyak
Kelamin f % f % 17 responden (57%) dan 13 responden
Laki-laki 5 14% 6 20% (43%) tidak pernah mendapatkan
Perempuan 30 86% 24 80% informasi mengenai pertolongan pertama
Total 35 100% 30 100% pada luka bakar di media massa.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari
35 responden intervensi sebagian besar 5. Karakteristik responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 berdasarkan pengalaman mengikuti
responden (86%) dan 5 responden (14%) pelatihan pertolongan pertama
berjenis kelamin laki-laki. Pada kelompok Tabel 5.5 Karakteristik responden
kontrol dengan jumlah 30 responden berdasarkan pengalaman mengikuti
didapatkan sebagian besar responden pelatihan pertolongan pertama di SMA
berjenis kelamin perempuan sebanyak 24 GIKI 1 Surabaya dan SMAN 21 Surabaya
responden (80%) dan 6 responden (17%) pada tanggal 5-12 Januari 2019
berjenis kelamin laki-laki. (Intervensi=35 orang, Kontrol=30 orang)
mengikuti Intervensi Kontrol
pelatihan
4. Karakteristik responden pertolongan f % f %
berdasarkan pengalaman mendapatkan pertama
informasi mengenai pertolongan pertama Pernah
35 100% 30 100%
pada luka bakar di media masaa Tidak
0 0% 0 0%
Tabel 5.4 Karakteristik responden pernah
berdasarkan pengalaman mendapatkan Total 35 100% 30 100%
informasi mengenai pertolongan pertama Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari
pada luka bakar di media masaa di SMA 35 responden intervensi semua pernah
GIKI 1 Surabaya dan SMAN 21 Surabaya mengikuti paltihan pertolongan pertama
pada tanggal 5-12 Januari 2019 sebanyak 35 responden (100%) dan pada
(Intervensi=35 orang, Kontrol=30 orang) kelompok kontrol dengan jumlah 30
mendapatkan Intervensi Kontrol responden didapatkan semua responden
informasi f % f % pernah mengikuti pelatihan pertolngan
mengenai pertama sebanyak 30 responden (100%).
pertolongan
7

6. Karakteristik responden
berdasarkan pengalaman mendapatkan luka bakar
penyuluhan tentang pertolongan pertama Pernah 10 28% 10 33%
pada luka bakar Tidak pernah 25 72% 20 67%
Tabel 5.6 Karakteristik responden Total 100
berdasarkan pengalaman mendapatkan 35 100% 30
%
penyuluhan tentang pertolongan pertama Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari
pada luka bakar di SMA GIKI 1 Surabaya 35 responden intervensi sebagianbesar
dan SMAN 21 Surabaya pada tanggal 5-12 tidak pernah melakukan pertolongan
Januari 2019 (Intervensi=35 orang, pertama pada luka bakar secara mandiri
Kontrol=30 orang) sebanyak 25 responden (72%) dan 10
mendapatkan Intervensi Kontrol responden (28%) pernah melakukan
penyuluhan pertolongan pertama pada luka bakar
tentang secara mandiri. Pada kelompok kontrol
pertolongan f % f % dengan jumlah 30 responden didapatkan
pertama pada sebagian besar responden tidak pernah
luka bakar melakukan pertolongan pertama pada luka
Pernah 10 28% 10 33% bakar secara mandiri sebanyak 20
Tidak pernah 25 72% 20 67% responden (67%) dan 10 responden (33%)
Total 35 100% 30 100% pernah melakukan pertolongan pertama
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari pada luka bakar secara mandiri.
35 responden intervensi sebagian besar
tidak pernah mendapatkan penyuluhan
tentang pertolongan pertama pada luka 8. Karakteristik responden
bakar sebanyak 25 responden (72%) dan berdasarkan pengalaman mengikuti
10 responden (28%) pernah mendapatkan Ekstrakurikuler PMR sebelumnya
penyuluhan tentang pertolongan pertama Tabel 5.8 Karakteristik responden
pada luka bakar. Pada kelompok kontrol berdasarkan pengalaman mengikuti
dengan jumlah 30 responden didapatkan ektrakurikuler PMR sebelumnya di SMA
sebagian besar responden tidak pernah GIKI 1 Surabaya dan SMAN 21 Surabaya
mendapatkan penyuluhan tentang pada tanggal 5-12 Januari 2019
pertolongan pertama pada luka bakar (Intervensi=35 orang, Kontrol=30 orang)
sebanyak 20 responden (67%) dan 10 Pengalaman Intervensi Kontrol
responden (33%) pernah mendapatkan mengikuti
penyuluhan tentang pertolongan pertama ekstrakurikule
f % f %
pada luka bakar. r PMR
7. Karakteristik responden sebelumnya
berdasarkan pengalaman melakukan Pernah 12 34% 10 33%
pertolongan pertama pada luka bakar Tidak pernah 23 66% 20 67%
secara mandiri Total 35 100% 30 100%
Tabel 5.7 Karakteristik responden Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari
berdasarkan pengalaman melakukan 35 responden intervensi sebagian besar
pertolongan pertama pada luka bakar tidak pernah mengikuti ektrakurikuler
secara mandiri di SMA GIKI 1 Surabaya PMR sebelumnya sebanyak 23 responden
dan SMAN 21 Surabaya padatanggal 5-12 (66%) dan 12 responden (34%) pernah
Januari 2019 (Intervensi=35 orang, mengkuti ektrakurikuler PMR sebelumnya.
Kontrol=30 orang) Pada kelompok kontrol dengan jumlah 30
melakukan Intervensi Kontrol responden didapatkan sebagian besar
pertolongan f % f % responden tidak pernah mengikuti
pertama pada ektrakurikuler PMR sebelumnya sebanyak
8

20 responden (67%) dan 10 responden dan 4 responden (13%) mengikuti


(33%) pernah mengikuti ektrakurikuler ekstrakurikuler PMR karena meneruskan
PMR sebelumnya. ekstrakurikuler dari SMP.

9. Karakteristik berdasarkan alasan Data Khusus


mengikuti ekstrakurikuler PMR
1. Tingkat Pengetahuan dan
Tabel 5.9 Karakteristik responden
Keterampilan Pada Anggota PMR SMA
berdasarkan alasan mengikuti
GIKI 1 Surabaya
ekstrakurikuler PMR di SMA GIKI 1
Surabaya dan SMAN 21 Surabaya pada a. Tingkat pengetahuan anggota PMR
tanggal 5-12 Januari 2019 (Intervensi=35 SMA GIKI 1 Surabaya
orang, Kontrol=30 orang)
Alasan Intervensi Kontrol Tabel 5.10 Hasil pengukuran tingkat
mengikuti pengetahuan anggota PMR sebelum dan
ekstrakurikuler f % f % sesudah diberikan intervensi pada
PMR kelompok perlakukan di SMA GIKI 1
Menambah Surabaya (n=35 orang)
wawasan
kesehatan
25 72% 20 67%
Suka menolong
orang 0 0% 2 7%

Karena wajib 5 14% 4 13%


mengikuti
ekstrakurikuler
5 14% 4 13% Tabel 5.10 menunjukkan bahwa
Meneruskan dari 35 responden kelompok perlakuan di
ekstrakurikuler SMA GIKI 1 Surabaya sebagian besar
dari SMP memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
Total 35 100% 30 100% tentang pertolongan pertama pada luka
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari bakar sebanyak 22 responden (63%) dan
35 responden intervensi sebagian besar 13 responden (37%) memiliki tingkat
mengikuti ekstrakurikuler PMR karena pengetahuan yang cukup tentang
menambah wawasan kesehatan sebanyak pertolongan pertama pada luka bakar.
25 responden (72%), 5 responden (14%) Setelah diberikan intervensi dengan
mengikuti ekstrakurikuler PMR karena metode pembelajaran simulation with
wajib mengikuti ektrakurikuler disekolah body painting rata-rata memiliki
dan 5 responden (14%) mengikuti peningkatan pengetahuan tentang
ekstrakurikuler PMR karena meneruskan pertolongan pertama pada luka bakar, 33
ekstrakurikuler dari SMP. Pada kelompok responden (94%) memiliki tingkat
kontrol dengan jumlah 30 responden pengetahuan yang baik dan 2 responden
didapatkan sebagian besar responden (6%) memiliki tingkat pengetahuan yang
sebagian besar mengikuti ekstrakurikuler cukup. Hasil ini menunjukkan ada
PMR karena menambah wawasan pengaruh penggunaan metode
kesehatan sebanyak 20 responden (67%), 2 pembelajaran simulation with body
responden (7%) mengikuti ekstrakurikuler painting terhadap tingkat pengetahuan
karena suka menolong, 4 responden (13%) anggota PMR tentang pertolongan pertama
mengikuti ekstrakurikuler PMR karena pada luka bakar (p=0,00).
wajib mengikuti ektrakurikuler disekolah
9

b. Tingkat Keterampilan pada


anggota PMR SMA GIKI 1 Surabaya
Tabel 5.11 Hasil pengukuran tingkat
keterampilan anggota PMR sebelum dan
sesudah diberikan intervensi pada
kelompok perlakukan di SMA GIKI 1
Surabaya (n=35 orang)

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa


dari 30 responden kelompok kontrol di
SMAN 21 Surabaya sebagian besar
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup
tentang pertolongan pertama pada luka
bakar sebanyak 22 responden (73%) dan 8
responden (27%) memiliki tingkat
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa pengetahuan yang kurang tentang
dari 35 responden kelompok perlakuan di pertolongan pertama pada luka bakar.
SMA GIKI 1 Surabaya rata-rata memiliki Setelah diberikan intervensi dengan
tingkat keterampilan yang kurang terhadap metode pembelajaran ceramah rata-rata
pertolongan pertama pada luka bakar memiliki pengetahuan tentang pertolongan
sebanyak 25 responden (57%) dan 10 pertama pada luka bakar sebanyak 25
responden (45%) memiliki tingkat responden (83%) dan 5 responden (17%)
keterampilan yang cukup terhadap memiliki tingkat pengetahuan yang
pertolongan pertama pada luka bakar. kurang. Hasil ini menunjukkan tanpa
Setelah diberikan intervensi dengan penggunaan metode pembelajaran
metode pembelajara simulation with body simulation with body painting tidak ada
painting rata-rata memiliki peningkatan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan
keterampln terhadap pertolongan pertama anggota PMR tentang pertolongan pertama
pada luka bakar, 32 responden (91%) pada luka bakar (p=0,109).
memiliki tingkat keterampilan yang baik
dan 3 responden (9%) memiliki tingkat b. Tingkat keterampilan pada anggota
pengetahuan yang cukup. Hasil ini PMR SMAN 21 Surabaya
menunjukkan ada pengaruh penggunaan Tabel 5.13 Hasil pengukuran tingkat
metode pembelajaran simulation with body keterampilan anggota PMR sebelum dan
painting terhadap tingkat keterampilan sesudah diberikan intervensi pada
anggota PMR terhadap pertolongan kelompok kontrol di SMAN 21 Surabaya
pertama pada luka bakar (p=0,00). (n=35 orang)
2. Tingkat Pengetahuan dan
Keterampilan pada anggota PMR SMAN
21 Surabaya
a. Tingkat pengetahuan pada anggota
PMR SMAN 21 Surabaya
Tabel 5.12 Hasil pengukuran tingkat
pengetahuan anggota PMR sebelum dan
sesudah diberikan intervensi pada
kelompok kontrol di SMAN 21 Surabaya Tabel 5.13 menunjukkan bahwa
(n=30 orang) dari 30 responden kelompok kontrol di
10

SMAN 21 Surabaya rata-rata memiliki Berdasarkan Tabel 5.14 diketahui


tingkat keterampilan yang cukup terhadap uji Mann Whitney pada metode
pertolongan pertama pada luka bakar pembelajaran simulation with body
sebanyak 16 responden (53%), 13 painting didapatkan hasil p=0,000, artinya
responden (44%) memiliki tingkat secara statistik ini menunjukkan terdapat
keterampilan yang kurang terhadap perbedaan pengaruh penggunaan metode
pertolongna pertama pada luka bakar dan 1 pembelajaran simulation wih body
responden (3%) memiliki tingkat painting terhadap tingkat pengetahuan
keterampilan yang baik terhadap anggota PMR di SMA GIKI 1 Surabaya.
pertolongan pertama pada luka bakar.
Setelah diberikan intervensi dengan b. Analisis pengaruh metode
metode ceramah, tidak ada peningkatan pembelajaran simulation with body
keterampilan pada kelompok kontrol. painting tentang pertolongan pertama pada
Hasil ini menunjukkan tanpa penggunaan luka bakar terhadap tingkat keterampilan
metode pembelajaran simulation with body pada anggota PMR SMA GIKI 1 Surabaya
painting tidak ada pengaruh terhadap dan SMAN 21 Surabaya
tingkat keterampilan anggota PMR
Tabel 5.15 Perbedaan pengaruh metode
terhadap pertolongan pertama pada luka
pembelajaran simulation with body
bakar (p=1,00).
painting tentang pertolongan pertama pada
3. Analisis pengaruh metode luka bakar terhadap tingkat keterampilan
pembelajaran simulation with body
painting tentang pertolongan pertama pada
luka bakar terhadap tingkat pengetahuan
dan keterampilan pada anggota PMR SMA
GIKI 1 Surabaya dan SMAN 21 Surabaya
a. Analisis pengaruh metode
pembelajaran simulation with body
painting tentang pertolongan pertama pada
luka bakar terhadap tingkat pengetahuan Berdasarkan Tabel 5.15 diketahui
pada anggota PMR SMA GIKI 1 Surabaya uji Mann Whitney pada metode
dan SMAN 21 Surabaya pembelajaran simulation with body
Tabel 5.14 Perbedaan pengaruh metode painting didapatkan hasil p=0,000, artinya
pembelajaran simulation with body secara statistik ini menunjukkan terdapat
painting tentang pertolongan pertama pada perbedaan pengaruh penggunaan metode
luka bakar terhadap tingkat pengetahuan pembelajaran simulation wih body
dan keterampilan pada nggota PMR SMA painting terhadap tingkat keterampilan
GIKI 1 Surabaya dan SMAN 21 Suabaya anggota PMR di SMA GIKI 1 Surabaya.
Tingkat pengetahuan dan keterampilan
anggota PMR tentang pertolongan
pertama pada luka bakar pada
kelompok perlakuan di SMA GIKI 1
Surabaya
1. Tingkat pengetahuan anggota PMR
tentang pertolongan pertama pada luka
bakar pada kelompok perlakuan di SMA
GIKI 1 Surabaya
11

Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan anggota PMR yang berminat pada
(2005, dalam Budiman & Riyanto, 2013) suatu materi tertentu akan menyukai
mengemukakan pengetahuan adalah suatu materi itu, kesukaan ini tampak dari
yang diketahui berkaitan dengan proses kegairahan dan inisiatifnya dalam
pembelajaran. Pengetahuan adalah sebagai mengikuti materi tersebut.
suatu. Budiman & Riyanto (2013)
mengemukakan, pengetahuan eksplisit 2. Tingkat keterampilan anggota PMR
adalah pengetahuan yang telah tentang pertolongan pertama pada luka
didokumentasikan atau disimpan dalam bakar pada kelompok perlakuan di SMA
wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku GIKI 1 Surabaya
kesehatan. Pengetahuan nyata
Hasil penelitian tingkat
didiskripsikan dalam tindakan-tindakan
keterampilan pada anggota PMR setelah
yang berhubungan dengan kesehatan.
diberikan intervensi terdapat peningkatan
Secara umum belajar adalah “a change
pada nilai minimum menjadi Hasil post
behavior” atau perubahan perilaku
test didapatan nilai minimum 67% dan
(Suryabarata, 1984 dalam Sunaryo, 2013).
nilai maksimum 100% yang artinya
Materi yang dipelajari dapat
terdapat peningkatan keterampilan pada
mempengaruhi proses belajar dan
kelompok perlakuan. Hasil uji statistik
pengetahuan. Materi yang dimaksud dalam
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p
bagian ini adalah bahan pelajaran yang
value = 0,000, maka ada pengaruh yang
digunakan untuk membentuk sikap,
signifikan pada hasil pretest dan posttest
melatih keterampilan, dan memberikan
kelompok perlakuan setelah diberikan
pengetahuan. Substansi materi untuk
materi tentang pertolongan pertama pada
ketiga aspek tersebut berbeda (Suryono,
luka bakar menggunakan metode
2013). Penelitian yang dilakukan oleh
pembelajaran simulation with body
Maesaroh (2013) diperoleh bahwa
panting. Hasil tersebut selaras dengan
seseorang yang menaruh minat pada
penelitian yang dilakukan oleh Green dan
sesuatu bidang akan lebih mudah
Dayal (2018) metode pembelajaran
mempelajari bidang tersebut. Keinginan
anatomi dengan body painting adalah
atau minat dan kemauan atau kehendak
sebuah cara yang menyenangkan dan
sangat mempengaruhi corak perbuatan
interaktif untuk belajar: Kegiatan body
yang akan diperlihatkan seseorang,
painting mengimbau kepada siswa karena
sekalipun seseorang itu mampu
menyenangkan dan bekerja menggunakan
mempelejari sesuatu, tetapi tidak
tangan, sifat kegiatan sering dikaitkan
mempunyai minat atau tidak ada keinginan
dengan istilah-istilah seperti kenikmatan,
untuk mempelajarinya ia tidak akan bisa
kreatif dan belajar lebih mudah. Peneliti
mengikuti proses belajar dengan baik, dan
berasumsi bahwa metode pembelajaran ini
untuk mencapai prestasi dengan baik ia
menekankan pada keaktifan peserta didik
akan merasa tertekan dan kesulitan. Hasil
dalam membangun konsep/pengetahuan
pengamatan selama proses penelitian di
yang dimiliki untuk mengatasi
lokasi penelitian didapatkan bahwa materi
permasalahan yang dihadapi. Dalam
pertolongan pertama pada luka bakar
pembelajaran ini, pendidik bersikap
merupakan materi yang paling diminati
interaktif dalam pembelajaran dan menjadi
sehingga anggota PMR SMA GIKI 1
fasilitator atau mediator dari lingkungan
Surabaya sangat aktif dan antusias. Peneliti
bagi peserta didik dalam pembelajaran.
berasumsi bahwa pemilihan materi
pembelajaran yang diminati sangat Tingkat pengetahuan dan keterampilan
mempengaruhi peningkatan pengetahuan, anggota PMR tentang pertolongan
karena biasanya apa yang paling diminati pertama pada luka bakar kelompok
mudah sekali untuk diingat. Sama halnya kontrol di SMAN 21 Surabaya
12

1. Tingkat pengetahuan anggota PMR pengetahuan yang cukup, sedangkan 11


tentang pertolongan pertama pada luka dari 15 lainnya (50%) yang belum pernah
bakar kelompok kontrol di SMAN 21 mendapatkan informasi di media massa
Surabaya memiliki pengetahuan yang cukup.
Peneliti berasumsi bahwa di era globalisasi
Notoatmodjo (2007, dalam Erpan ini remaja akan lebih sering berinteraksi
2016), pengetahuan yang tercakup dalam dengan benda elektronik dan informasi
domain kognitif mempunyai 6 tahapan , yang didapatkan di media massa akan
yaitu sebagai berikut : Tahu (know), lebih mudah diingat oleh remaja.
memahami (comprehension), aplikasi
(aplication), analisis (analysis), sitesis 2. Tingkat keterampilan anggota PMR
(syntesis) dan evaluasi. Memahami tentang pertolongan pertama pada luka
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk bakar kelompok kontrol di SMAN 21
menjelaskan secara benar tentang objek Surabaya.
yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara Pengalaman dapat diartikan
benar. Orang yang telah paham terhadap sebagai sesuatu yang pernah dialami,
objek atau materi harus dapat menjelaskan, dijalani maupun dirasakan, baik sudah
menyebutkan contoh, menyimpulkan, lama maupun yang baru saja terjadi (Mapp
meramalkan, dan sebagainya. Budiman & dalam Saparwati,2012). Pengalaman dapat
Riyanto (2013), pengalaman sebagai diartikan juga sebagai memori episodik,
sumber pengetahuan adalah suatu cara yaitu memori yang menerima dan
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan menyimpan peristiwa yang terjadi atau
dengan cara mengulang kembali dialami individu pada waktu dan tempat
pengetahuan yang diperoleh dalam tertantu, yang berfungsi sebagai referensi
memecahkan maslaah yang dihadapi masa otobiografi (Bapistaet al,dalam Saparwati,
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja 2012). Pengalaman adalah pengamatan
yang dikembangkan akan memberikan yang merupakan kombinasi pengelihatan,
pengetahuan dan keterampilan profesional, penciuman, pendengaran serta pengalaman
serta dapat mengembangkan kemampuan masa lalu (Notoatmojo dalam Saparwati,
mengambil keputusan yang merupakan 2012). Hasil penelitian dari 30 responden
manifestasi dari keterpaduan menalar didapatkan bahwa 17 responden tidak
secara ilmiah dan etik yang bertolak dari pernah mengikuti pelatihan dan 1
masalah nyata dalam bidang kerjanya. responden pernah mengikuti pelatihan
Mendapatkan informasi merupakan salah sebelumnya. Hasil post test keterampilan
satu pengalaman mendapatkan suatu pertolongan pertama pada luka bakar
materi pembelajaran, informasi yang didapatkan 17 responden memiliki nilai
diperoleh baik dari pendidikan formal keterampilan cukup, 9 responden
maupun nonformal dapat memberikan diantaranya pernah mengikuti pelatihan
pengaruh jangka pendek (immadiate pertolongan pertama dan 8 responden
impact) sehingga menghasilkan perubahan belum pernah mengikuti pelatihan
atau peningkatan pengetahuan. pertolongan pertama. Peneliti berasumsi
Berkembangnya teknologi akan bahwa pengalaman mengikuti pelatihan
menyediakan bermacam-macam media pertolongan pertama merupakan
massa yang dapat mempengaruhi pengalaman yang diperoleh responden
pengetahuan masyarakat tentang novasi sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Sebab
baru. Berdasarkan hasil penelitian siswa berhubungan langsung dengan objek
didapatkan 15 anggota PMR (50%) yang yang hendak dipelajari tanpa
pernah mendapatkan informasi di media menggunakan perantara. Oleh karena itu
massa 14 diantararanya memiliki pengalaman ini responden mendapatkan
13

hasil yang konkret sehingga responden untuk memberikan respons (membuat


akan memiliki terapan yang tinggi. keputusan atau melakukan tindakan) untuk
mengatasi masalah atau situasi dan
Pengaruh metode pembelajaran menerima umpan balik tentang respon
simulation with body painting tentang tersebut (Rhebade dan Tomson, 1987
pertolongan pertama pada luka bakar dalam Nursalam dan Efendi, 2008).
terhadap tingkat pengetahuan dan Tujuan metode simulasi yaitu membantu
keterampilan anggota PMR di SMA peserta didik mempraktikkan keterampilan
GIKI 1 Surabaya dan SMAN 21 dalam membuat keputusan dan
Surabaya penyelesaian masalah, mengembangkan
kemampuan interaksi antar manusia dan
Hasil penelitian secara umum rata-
memberikan kesempatan peserta didik
rata tidak didapatkan perubahan tingkat
untuk menerapkan berbagai prinsip, teori,
pengetahuan dan keterampilan pada
serta untuk kemampuan kogniti, efektif,
kelompok kontrol di SMAN 21 Surabaya.
dan psikomotor (Sunaryo, 1989 dalam
Dari 30 responden kelompok kontrol di
Wahyuni dan Barotoh 2012). Indera yang
SMAN 21 Surabaya rata-rata memiliki
paling banyak membantu manusia dalam
tingkat pengetahuan yang cukup tentang
perolehan pengetahuan dan pengalaman
pertolongan pertama pada luka bakar
adalah indera pendengaran dan indera
sebanyak 22 responden (73%) dan 8
penglihatan. Kedua inderawi ini
responden (27%) memiliki tingkat
adakalanya bekerja sendiri-sendiri dan
pengetahuan yang kurang tentang
adakalanya bekerja bersama-sama. Media
pertolongan pertama pada luka bakar.
pembelajaran yang melibatkan indera
Setelah diberikan intervensi dengan
pendengaran (telinga) saja kita sebut
metode pembelajaran ceramah rata-rata
sebagai media audio; media yang
memiliki pengetahuan tentang pertolongan
melibatkan indera penglihatan (mata) saja
pertama pada luka bakar sebanyak 25
kita sebut sebagai media visual; dan media
responden (83%) dan 5 responden (17%)
yang melibatkan keduanya dalam satu
memiliki tingkat pengetahuan yang
proses pembelajaran kita sebut sebagai
kurang. Sebagian besar memiliki tingkat
media audio visual. Kemudian, bila dalam
keterampilan yang cukup terhadap
proses pembelajaran tersebut melibatkan
pertolongan pertama pada luka bakar
sebanyak 16 responden (53%), 13 banyak indera dalam arti tidak hanya
telinga dan mata saja maka yang demikan
responden (44%) memiliki tingkat
itu kita namakan sebagai multimedia.
keterampilan yang kurang terhadap
Pembelajaran yang berbasis multimedia
pertolongna pertama pada luka bakar dan 1
pembelajaran sangat membantu peserta
responden (3%) memiliki tingkat
didik dalam memahami materi pelajaran
keterampilan yang baik terhadap
yang di sajikan. Metode pembelajaran
pertolongan pertama pada luka bakar.
simulation with body painting tidak hanya
Setelah diberikan intervensi dengan
melibatkan indera pendengaran dan
metode ceramah, tidak ada peningkatan
penglihatan saja tetapi juga melibatkan
keterampilan pada kelompok kontrol.
indera peraba yang memiliki fungsi
Simulasi adalah metode sebagai alat bantu untuk memperjelas
pembelajaran yang menyajikan pelajaran pesan yang disampaikan. Simulation with
dengan menggunakan situasi atau proses body painting bermaan untuk memperjelas
nyata, dengan peserta didik terlibat aktif informasi tetang pertolongan pertama pada
dalam berinteraksi dengan situasi di luka bakar, membuat materi pelajaran yang
lingkungannya. Peserta didik bersifat abstrak menjadi lebih konkrit,
mengaplikasikan pengetahuan yang telah menarik minat siswa untuk mencoba,
dipelajari sebelumnya. Hal ini berguna meningkatkan konsentrasi siswa dalam
14

belajar dan menjadi hiburan belajar Ab, J., Walker, N., & Deshpande, S.
sehingga mempengaruhi tingkat (2013). A randomised trial of honey
pengetahuan dan keterampilan anggota barrier cream versus zinc oxide
PMR tentang pertolongan pertama pada ointment Honey as a topical treatment
luka bakar. for wounds ( Review ), (August).
Simpulan https://doi.org/10.12968/bjon.2012.21
1. Terdapat peningkatan pengetahuan .Sup20.S10
dan keterampilan pada anggota Budayani, S. S. (2015). Program Studi S-1
PMR SMA GIKI 1 Surabaya Keperawatan Stikes Kusuma Husada.
tentang pertolongan pertama pada
luka bakar yang diberikan dengan Gladwin, R. (2005). Physical Sciences
metode pemmbelajaran simulation Educational Reviews Number 10 -
with body painting . June 2005 (Vol. 6).
2. Tidak terdapat tingkat pengetahuan Green, H., & Dayal, M. R. (2018). a
dan keterampilan pertolongan Qualitative Assessment of Student
pertama pada luka bakar pada Attitudes To the Use of Body
kelompok kontrol anggota PMR Painting As a Learning Tool in First
SMAN 21 Surabaya. Year Human Anatomy: a Pilot Study.
3. Metode pembelajaran simulation International Journal of Anatomy and
with body painting memiliki Research, 6(2.1), 5134–5144.
pengaruh pada tingkat pengetahuan https://doi.org/10.16965/ijar.2018.140
dan keterampilan.
Gunawan, H. (2012). Pendidikan
Saran
Karakter : Konsep dan Implementasi.
1. Anggota PMR dapat menerapkan
Bandung: Alfabeta.
keterampilan pertolongan pertama
pada luka bakar di lingkungan Mahasiswa, S., Busana, T., Teknik, F.,
sekolah dan masyarakat. Surabaya, U. N., & Palang, S. M. P.
2. Fasilitator PMR dapat menerapkan N. (2015). PENERAPAN MODEL
metode pembelajaran simulation PEMBELAJARAN LANGSUNG
with body painting saat KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
memberikan materi pertolongan TATA BUSANA KOMPETENSI
pertama pada luka bakar. PEMBUATAN TEMPAT PENSIL
3. Sekolah SMA GIKI 1 Surabaya DENGAN HIASAN SULAM
dan SMAN 21 Surabaya DASAR SISWA KELAS VII DI
memfasilitasi anggota PMR dalam SMP NEGERI 2 PALANG , TUBAN
mempelajari pertolongan pertama Sri Achir Abstrak, 4.
pada luka bakar menggunakan Moore, R. A., & Burns, B. (2018). Rule of
simulation with body painting. Nine. Treasure Island (FL): statpearls.
4. Disarankan untuk peneliti
Pendidikan, S., Rias, T., Teknik, F., &
selanjutnya untuk meneliti tentang
Surabaya, U. N. (2016).
metode pembelajaran simulation
PERBANDINGAN HASIL JADI
with body painting tentang
EFEK LUKA DENGAN
pertolongna pertama pada luka
MENGGUNAKAN GELATIN
tusuk.
CRYSTAL BERTEKSTUR HALUS
DAN KASAR PADA MAKE UP
DAFTAR PUSTAKA
KARAKTER HANTU Amela Ela
Sagita, 5.
Green, H., & Dayal, M. R. (2018). a
Qualitative Assessment of Student Putri, D. F. (2017). PERBANDINGAN
Attitudes HASIL JADI EFEK LUKA BAKAR
15

PADA TANGAN Ketua Bidang Penguatan Sumber Daya


MENGGUNAKAN KOSMETIK PMR dan Relawan, (2008).
MASKER GEL ( PEEL-OFF ) DAN Kepalangmerahan Palang Merah
GELATIN CRYSTAL GEL Defti Remaja. Jakarta : PMI.
Febrian Putri, 6, 41–47.
Rizky, A. S., & Edy, R. (2015). Pengaruh Cahya, A. K. (2015). Pengaruh pendidikan
Penerapan Metode Simulasi Terhadap kesehatan melalui media audiovisual
Kecakapan Pertolongan Pertama Pada terhadap keterampilan penanganan
Kedaruratan (P3K) Pada Siswa pertama luka bakarpada siswa sekolah
Tunagrahita Di SLB/C Taman menengah pertama negeri 7 surakarta
Pendidikan Dan Asuhan JEMBER, 7. [skripsi]. Surakarta. Stikes Kusuma
Retrieved from Husada Surakarta.
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/in
dex.php/jurnal-pendidikan- Laporan Pertanggungjawaban Pengurus
khusus/article/view/11350/10760 Pusat PMI. (2014).
Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009).
Ilmu, D. A. N., Islam, U., & Syarif, Proses Keperawatan: aplikasi model
N. (2015). Gambaran perilaku konseptual (edisi 4). jakarta: EGC.
masyarakat terhadap kejadian luka
bakar ringan di perumahan bagasasi Safitri, N. (2014). Penerapan Metode
cikarang. Simulasi Dengan Menggunakan
Sunaryo. (2013). Psikologi untuk Media Benda Konkret Pada Materi
Keperawatan (edisi 2). jakarta: EGC. Jual Beli Untuk Meningkatkan Hasil
Thygerson, A., Gulli, B., & Krohmer, J. R. Belajar Siswa Kelas III Di Mi
(2009). First Aid : Pertolongan Mambaul Ulum Pakis Malang
Pertama (Edisi 5). jakarta: Penerbit [ skripsi ]. Malang. Universitas Islam
Erlangga. Negri Maulana Malik Ibrahim
Malang
Vol, B., & Online, V. (2015). No Title,
1(2), 94–104. Sagita, Amelia Ela dan Dwiyanti. (2016).
Zydlo, S. M., & Hill, J. A. (2009). First Perbandingan Hasil Jadi Efek Luka
Aid : Cara Benar Pertolongan Dengan Menggunakan Gelatin
Pertama san Penangan Darurat Crystal Bertekstur Halus dan Kasar
(Edisi 1). Yogyakarta: Cosmik pada Make Up Karakter Hantu
Books. [skripsi]. Surabaya. Universitas Negri
Surabaya.
http://www.pmi.or.id/index.php/kapasitas/
sukarelawan/palang-merah-
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2011).
remaja.html (diakses pada tanggal 2
Statistik untuk Kedokteran dan
Oktober 2018)
Kesehatan: Deskriptif, Bifariat, dan
https://media.ifrc.org/ifrc/what-we-do/red- Multifariat, Dilengkapi apikasi
cross-and-red-crescent-youth/ (diakses dengan Menggunakan SPSS (edisi 5).
pada tanggal 2 oktober 2018) Jakarta : Salemba Medika.

Ketua Bidang Penguatan Sumber Daya


PMR dan Relawan, (2008).
Pertolongna Pertama Palang Merah
Remaja Wira. Jakarta : PMI.

You might also like