Professional Documents
Culture Documents
net/publication/328568424
CITATION READS
1 373
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PERANAN PSIKOLOGI DAN KONSELING DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) MENUJU KESEJAHTERAAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN View
project
PENCEGAHAN PELECEHAN SEKSUAL REMAJA MELALUI LAYANAN INFORMASI MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA) View project
All content following this page was uploaded by Firman - Firman on 28 October 2018.
Abstract: Today found some students lack the ability to control himself in school. It is seen from the discovery
of some students in violation of the norms and rules that have been established in schools deliberately. The
aim of thus study reveals : (1) Differences in students’ self-control experimental group before and after
treatment are given information service with the method of problem solving; (2) Differences in students’ self-
control before and after control group without treatment given by the information service of problem solving
methods; (3) Differences in students’ self-control experimental group were given treatment information
services with methods of problem solving with students of control group without treatment given by the
information service of problem solving methods. This research is a quantitative research approach Quasy-
Experiment. Population in this research that the students MTsN Lubuk Buaya Padang and samples of this
study were selected using simple random sampling technique. The instruments used were questionnaires.
(angket). Data were analyzed using the Wilcoxon Signed Ranks Test and Kolmogorov-Smirnov Two
Independet Sample with the help of the program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20. The
result of this research found that: (1) there are significant differences increase student self control before and
after the service information by the method of problem solving in the expwrimental group, (2) there is no
significant difference in the increase of self-control students in the control group, (3) there are significant
differences increase self-control students in the expwerimental group and control group.
1
Romarta Fitri Yana, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
2
Firman(2), Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
3
Yeni Karneli(3), Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
1 ©2015 oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
2
suatu situasi. Dimana dua figur tersebut yaitu Layanan informasi dapat membantu
pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) individu terutama peserta didik dalam memenuhi
sebagaimana yang dijelaskan Sardiman (dalam kebutuhan akan informasi yang dibutuhkannya
Wiwi Sanjaya, 2012:2) bahwa dalam interaksi dalam mengatasi permasalahan yang di
pendidikan melibatkan tenaga pengajar yang alaminya, baik masalah pribadi, lingkungan serta
melaksanakan tugas mengajar dan warga belajar masa depan. Namun metode yang digunakan
yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. dalam pemberian layanan informasi juga akan
Pendidik tidak selalu orang yang lebih tua dari mempengaruhi kontrol diri siswa dalam belajar,
peserta didik melainkan seseorang yang dengan motivasi belajar serta minat belajar siswa.
sadar sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk Pemilihan metode mengajar yang tepat dan
memenuhi kebutuhannya. Sedangkan peserta sesuai dengan tujuan pembelajaran dapat
didik adalah individu yang menjadi subjek dari membantu siswa dalam mencapai hasil belajar
pendidikan tersebut. yang efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran
Sekolah tidak hanya berfungsi sehingga siswa dapat memahami dan mengambil
memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar makna terhadap isi atau materi pembelajaran.
di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan Benny A. Pribadi (2009:42)
keseluruhan kepribadian anak. Oleh karena itu, menjelaskan “metode pembelajaran merupakan
guru harus mengetahui lebih dari sekedar proses atau prosedur yang digunakan oleh guru
masalah tentang bagaimana cara mengajar yang atau intruktur untuk mencapai tujuan atau
efektif. Guru harus dapat membantu siswa dalam kompetensi”. Sejalan dengan itu, Daryanto
mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan (2010:45) mengemukakan bahwa “metode
lingkungannya, selama itu memungkinkan mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
secara profesional. Dalam usaha membantu dilalui dalam mengajar, mengajar adalah
siswa itu, guru perlu mengetahui konsep, menyajikan bahan pelajaran oleh seseorang
landasan, prosedur dan praktek bimbingan. kepada orang lain agar orang lain itu menerima,
Bimbingan dan konseling merupakan menguasai dan mengembangkannya”. Orang
suatu rangkaian usaha yang sungguh-sungguh yang lain di atas disebut sebagai murid atau
yang dilakukan oleh seorang konselor guna siswa, yang dalam proses belajar mengajar agar
memandirikan klien. Artinya, membantu klien dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih
agar dapat melaksanakan kehidupannya secara mengembangkan bahan pelajaran itu. Maka
wajar tanpa mengalami masalah sehingga cara-cara mengajar serta belajar haruslah
tercapainya kehidupan efektif sehari-hari. setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif
Secara kelembagaan, bimbingan dan mungkin.
konseling (selanjutnya disingkat BK) adalah Metode mengajar yang kurang baik
bagian dari keseluruhan program pendidikan di akan mempengaruhi cara belajar dan
sekolah, yang ditujukan untuk membantu dan pengendalian diri siswa yang tidak baik pula
memfasilitasi peserta didik (siswa) agar dalam belajar. Salah satu metode mengajar yang
mencapai tugas-tugas perkembangannya secara dapat digunakan dalam layanan informasi ini
optimal. Oleh sebab itu, keberhasilan ini adalah metode problem solving yaitu suatu
menjadi tantangan bagi pihak sekolah, khusunya metode yang dapat membantu peserta didik
guru pembimbing/ guru BK/ konselor. dalam mengentaskan permasalahan yang
Prayitno (1999:8) mengemukakan guru dihadapinya. Pemilihan metode mengajar yang
BK (bimbingan dan konseling) adalah guru tepat dan efektif perlu didasarkan pada
yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan kesesuaian dengan tugas dan tujuan
BK di sekolah. Guru BK yang bertanggung pembelajaran. Pemilihan metode mengajar yang
jawab untuk merencanakan dan menindak lanjuti tepat akan membantu siswa dalam mencapai
pelayanan BK terhadap peserta didik yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
menjadi tanggung jawabnya. Salah satu layanan Pemilihan metode pembelajaran yang tepat
BK yang dapat diterapkan untuk mengatasi dapat digunakan untuk menciptakan kegiatan
permasalahan siswa di sekolah adalah layanan belajar yang efektif.
informasi. Kenyataannya, cara atau metode
Layanan informasi merupakan layanan mengajar yang digunakan guru pembimbing
kedua dari sepuluh layanan yang ada. Prayitno dalam penyampaian layanan informasi kepada
(2012:50) menjelaskan “layanan informasi siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk
berusaha memenuhi kekurangan individu akan memantapkan siswa dalam menguasai
informasi yang mereka perlukan. Informasi itu pengetahuan, keterampilan serta sikap belajar
kemudian diolah dan digunakan individu untuk yang diinginkan. Metode pembelajaran yang
kepentingan hidup dan perkembangannya“. digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu
Winkel (2007:316) menambahkan “layanan menggunakan pengetahuannya dan mampu
informasi berusaha memenuhi kekurangan mengemukakan pendapat atau ide nya dalam
informasi yang diperlukan”. memecahkan masalah yang dihadapi ataupun
untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda Kemampuan dalam mengontrol diri
dengan metode yang digunakan untuk tujuan membutuhkan sebuah proses. Proses tersebut
agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan
pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala sekolah dan juga lingkungan masyarakat. Di
persoalan. Agar siswa mampu berpikir secara sekolah terutama siswa dilatih untuk mampu
ilmiah dan mampu mengemukakan pendapatnya mengontrol dirinya sesuai dengan tujuan belajar
dapat digunakan metode problem solving yaitu supaya tercapainya suasana belajar yang efektif
metode belajar memecahkan masalah. dan sesuai dengan yang diharapkan.
Nana Sudjana (2011:85) metode Kemampuan siswa dalam mengontrol diri juga
problem solving (metode pemecahan masalah) dilatar belakangi oleh kurangnya informasi
bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi siswa terhadap bagaimana cara agar siswa
juga merupakan suatu metode berpikir, sebab tersebut mampu mengontrol dirinya dengan
dalam problem solving dapat menggunakan baik.
metode-metode lainnya dimulai dengan mencari Kenyataan yang ada di MTsN Lubuk
data sampai kepada menarik kesimpulan. Buaya Padang yang penulis amati langsung saat
Problem solving yaitu suatu metode dengan cara melaksanakan PLBK-S, layanan informasi yang
problem identification untuk ketahap syntesia ada selama ini kurang efektif. Hal ini terlihat
kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh dari informasi-informasi yang diberikan kepada
masalah sehingga mencapai tahap application siswa tidak memenuhi kebutuhan informasi yang
selanjutnya komprehension untuk mendapatkan diperlukan siswa. Begitu juga dengan metode
solution dalam penyelesaian masalah tersebut. yang digunakan dalam pelaksanaan layanan
Problem solving adalah suatu proses mental dan informasi di sekolah oleh guru BK hanya dengan
intelektual dalam menemukan masalah dan menggunakan metode ceramah, sehingga
memecahkan berdasarkan data dan informasi mengakibatkan kurang tertariknya siswa dalam
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan mengikuti layanan informasi yang diberikan hal
yang tepat dan cermat. ini juga melatar belakangi rendahnya kontrol diri
Problem solving merupakan salah satu siswa dalam belajar di MTsN Lubuk Buaya
metode mengajar yang menuntut keaktifan dan Padang. Sehingga pada saat mengikuti layanan,
kemampuan berpikir siswa secara ilmiah. siswa meribut, keluar kelas, mengganggu teman,
Dengan metode problem solving akan mengerjakan kegiatan lain, cabut, menyontek,
menekankan siswa pada penemuan dan merokok, bolos dan berjalan-jalan pada saat
pemecahan masalah secara berkelanjutan. proses belajar mengajar berlangsung. Rendahnya
Metode ini dapat digunakan untuk membantu kontrol diri siswa juga mengakibatkan
meningkatkan kontrol diri siswa, yaitu melalui rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.
layanan informasi. Kontrol diri siswa penting Sehingga tujuan untuk mencapai keberhasilan
untuk ditingkatkan, karena kontrol diri berkaitan dalam belajar tidak tercapai sesuai yang
dengan suasana hati seseorang. diharapkan.
Pendapat dari Goleman (1997:75) Kontrol diri merupakan suatu alat
menjelaskan suasana hati adalah inti dari dalam diri sendiri yang berfungsi sebagai
hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang kekuatan yang akan menggerakkan diri untuk
terampil dalam menyesuaikan diri dengan menjadi pribadi yang sempurna, yaitu pribadi
suasana hati, maka dia akan mampu mengontrol yang mampu mengendalikan segala bentuk
diri. kemampuan untuk mewujudkan segala
Individu yang mampu mengontrol diri keinginan yang telah direncanakan. Dalam
dengan baik, tidak akan mudah terpengaruh kontrol diri tergantung unsur motivasi yang akan
terhadap segala perubahan yang terjadi dan juga mendorong siswa melaksanakan segala kegiatan
dapat terhindar dari tingkah laku menyimpang. yang mendukung tercapainya tujuan yang
Seperti pada saat temannya mengejek dia, dia diinginkan. Tujuan tersebut dapat dicapai
akan mampu mengendalikan emosinya untuk apabila tujuan jelas bentuknya dan jelas juga
tidak marah atau berlaku kasar pada temannya. cara untuk mencapainya. Tujuan yang dimaksud
Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut telah ialah mencapai kemandirian siswa dalam
mampu mengendalikan dirinya untuk mengambil keputusan. Selanjutnya siswa dapat
mengontrol emosinya. Anak-anak yang dilatih mengembangkan tingkah laku positif dirinya
dalam mengontrol diri akan mampu bersikap untuk memperoleh tujuan yang lebih sempurna.
disiplin, tidak mudah tergoda dengan perilaku Dapat dipahami bahwa dengan adanya
menyimpang, dan tidak cepat emosi. Sebaliknya kontrol diri akan membuat siswa memiliki
anak-anak yang tidak mampu mangontrol diri peluang yang lebih besar untuk dapat
dia akan kesulitan mendisiplinkan diri, mudah memperoleh keberhasilan, baik keberhasilannya
tergoda dengan perilaku menyimpang dan akan dalam masa depan maupun masa sekarang,
cepat emosi (labil). karena dalam kontrol diri terkandung aspek
bertanggung jawab terhadap tingkah laku, sikap
yang mandiri, mampu dalam menentukan tujuan metode tersebut dipresentasikan lewat berbagai
sehingga memiliki pandangan yang jelas akan pengalaman belajar secara terpadu dalam bentuk
masa depan sendiri. Melalui sikap kontrol diri layanan informasi, dan berusaha menekankan
yang jelas akan dapat mengendalikan hal-hal pada proses berfikir rasional dari siswa, yang
yang akan menghambatya meraih tujuan yang dihubungkan dengan kontrol diri siswa.
telah direncanakan dengan jelas. Berdasarkan uraian dan permasalahan
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh tersebut, guru BK berperan untuk menerapkan
Dewi Permata Sari (2011:49) terungkap bahwa layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kontrol diri siswa di MTsN Lubuk Buaya Pola BK 17 plus. Salah satu layanan yang
Padang termasuk pada kategori cukup baik membimbing siswa untuk dapat meningkatkan
walaupun masih ada remaja yang kurang bisa kontrol diri siswa adalah melalui layanan
mengontrol diri di sekolah. Jika dijabarkan informasi dengan metode problem solving.
didapat bahwa (a) kemampuan dalam
mengendalikan tingkah laku cukup baik, (b) METODE PENELITIAN
kemampuan dalam mengelola informasi cukup
baik, (c) dan kemampuan dalam mengontrol Penelitian ini merupakan penelitian
keputusan juga cukup baik. eksperimen yang menguji hipotesis yang
Berdasarkan hasil observasi penulis pada menguji hubungan sebab akibat diantara variabel
saat melaksanakan Praktek Lapangan yng diteliti. Subjek penelitian meliputi siswa
Bimbingan dan Konseling di MTsN Lubuk kelas VII MTsN Lubuk Buaya Padang yang
Buaya Padang, ditemukan bahwa beberapa terdiri dari 25 orang siswa yang akan dijadikan
siswa yang tidak mampu mengontrol dirinya sebagai subyek penelitian pada kelompok
dengan baik sehingga siswa terlibat dalam eksperimen dan 25 orang siswa pada kelompok
perilaku-perilaku menyimpang di sekolah kontrol. Instrumen yang digunakan adalah
terutama pada saat belajar, seperti: siswa sering angket dengan lima alternatif jawaban yaitu
datang terlambat, tidak mematuhi peraturan Selalu, Sering, Kadang-kadang, Jarang dan
sekolah, cabut pada jam pelajaran, bolos Tidak Pernah. Teknik analisis data
sekolah, menyontek, merokok di sekitar menggunakan presentase (Anas Sudjono, 2009:
lingkungan sekolah, berkata-kata kotor dan 318) dengan rumus sebagai berikut:
meribut pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Mutu =
Kesimpulan di atas dapat dilihat bahwa
kontrol diri merupakan aspek penting yang harus
dimiliki oleh setiap siswa. Siswa diharapkan Selanjutnya untuk melihat deskripsi data
untuk memiliki keterampilan untuk mengatur hasil pretest dan posttest digunakan teknik
diri sendiri khususnya dalam belajar. Namun statistik yaitu dengan mencari skor mean (rata-
kenyataan di lapangan siswa tidak memiliki rata), standar deviasi, range, skor minimum dan
keterampilan dalam mengatur dan mengontrol skor maksimum. Menurut Tulus Winarsunu
diri dalam menentukan tujuan sebelum proses (2002: 59) rumus- rumus tersebut adalah:
belajar, mengontrol diri untuk berperilaku positif 1. Mean, yaitu M =
dan tidak terlibat pada perilaku menyimpang.
Untuk itu perlunya peningkatan kontrol diri 2. Standar Deviasi, yaitu SD =
siswa melalui layanan informasi dengan
memanfaatkan metode problem solving agar
siswa dapat berhasil dalam belajar dan terhindar
dari perilaku-perilaku yang tidak diharapkan 3. Range, yaitu Range = (Xt-Xr) + 1
serta siswa mampu memecahkan permasalahan
yang dihadapinya. Keterangan:
Kondisi yang ditemukan di lapangan
peran guru bimbingan dan konseling disini = Jumlah responden yang memilih
sangatlah penting untuk membantu siswa (frekuensi) x nilai tengah setiap interval.
meningkatkan kontrol dirinya, sehingga siswa N = Jumlah responden
dapat berhasil dalam belajar dan menggapai cita- M = Mean
cita sesuai dengan potensi serta bakat dan SD = Standar Deviasi
minatnya di masa depan. Range = Rentangan dari skor
Sebagai tindak lanjut dari permasalahan Xt = Skor Tertinggi
ini, penulis menggunakan layanan informasi Xr = Skor Terendah
dengan metode problem solving (pemecahan
masalah) untuk meningkatkan kontrol diri siswa, Setelah data diolah menggunakan rumus
yaitu menekankan pada permasalahan dalam statistik kemudian ditetapkan kriteria penilaian
belajar yang bervariasi. Semua materi dan masing-masing data yang diperoleh yang
mengacu kepada batasan yang dikemukakan diberikan perlakuan. Maka dapat diuraikan hasil
oleh Anas Sudijono (2009: 329): penelitian sebagai berikut:
160
Skor % Kate Skor % Kate
gori gori
140
1
AS 131 77,1 T 118 69,41 SD
2
120 BP 122 71,8 SD 114 67,06 SD
3
DB 132 77,6 T 139 81,76 ST
100
4
FH 120 70,6 SD 109 64,12 SD
80 Pretest 5
FHS 119 70 SD 80 47,06 SR
Posttes 6
60 t FZ 114 67,1 R 121 71,18 T
7
HP 126 74,1 T 86 50,59 R
40
8
HQ 107 62,9 SR 138 81,18 ST
20 9
IB 123 72,4 SD 105 61,76 SD
0
10
MA 112 65,9 R 116 68,24 SD
NPM
SMR
ASP
FAP
FSP
FG
BA
DF
FRA
IUS
MDA
MRA
NW
KN
HPD
MIR
RO
IZ
DRT
NY
AA
HS
RAN
MGD
RAP
11
MB 117 68,8 R 110 64,71 SD
12
MHA 111 65,3 R 80 47,06 SR
13
MID 127 74,7 T 127 74,71 T
14
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat MRB 119 70 SD 123 72,35 T
bahwa terdapat peningkatan secara keseluruhan 15
MRF 122 71,8 SD 97 57,06 R
hasil pretest dan posttest siswa pada kelompok 16
eksperimen yang dilaksanakan layanan NF 128 75,3 T 106 62,35 SD
informasi dengan metode problem solving. 17
NFR 119 70 SD 121 71,18 T
18
RW 120 70,6 SD 80 47,06 SR
19
RY 124 72,9 SD 139 81,76 ST
20
SM 103 60,6 SR 104 61,18 SD
21
SWD 121 71,2 SD 114 67,06 SD
22
SQ 111 65,3 R 101 59,41 SD
23
TM 126 74,1 T 94 55,29 R
SWD
MA
NF
SQ
IB
MB
MID
MRB
SM
TM
NFR
BP
FZ
HP
AS
FHS
HQ
MHA
RW
FH
TR
YRP
RY
MRF
kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan siswa untuk lebih aktif berpendapat pada saat
perbedaan peningkatan pada kelompok kontrol. kegiatan berlangsung. Siswa juga dituntut aktif
Selain itu dari tabel dapat dilihat bahwa hampir untuk mampu berpikir seacara ilmiah dalam
keseluruhan siswa pada kelompok eksperimen memecahkan masalah yang menjadi topik
mengalami peningkatan setelah diberikan pembahasan. Dengan demikian maka kontrol
layanan infromasi dengan metode problem siswa dalam mengikuti layanan informasi
solving, sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan metode problem solving
masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengalami peningkatan secara keseluruhan pada
mengalami peningkatan pada kontrol diri. Itu kelompok eksperimen.
berarti bahwa pemberian layanan informasi
dengan metode problem solving lebih efektif Hal ini senada dengan yang dikemukakan
dalam meningkatkan kontrol diri siswa. oleh Wina Sanjaya (2006: 220) keunggulan
metode problem solving yaitu dapat menantang
2. Pembahasan kemampuan siswa dan dapat meningkatkan
Pembahasan hasil temuan penelitian yang aktivitas pembelajaran siswa. Dengan demikian
dapat diuraikan sebagai berikut: siswa akan terlibat aktif pada proses
pembelajaran dan hal ini juga akan
Perbedaan Kontrol Diri Siswa Kelompok meningkatkan kontrol diri siswa dalam belajar.
Eksperimen Pada Pretest dan Posttest Setelah Karena kontrol diri siswa juga dipengaruhi oleh
Dilaksanakan Layanan Informasi dengan suasana hati siswa pada saat mengikuti
Metode Problem Solving pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh
Goleman (1997:75) bahwa suasana hati adalah
Hipotesis pertama yang berbunyi inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila
“Terdapat perbedaan pada kontrol diri siswa seseorang terampil dalam menyesuaikan diri
pada pretest dan posttest kelompok dengan suasana hati, maka dia akan mampu
eksperimen”. Hipotesis tersebut diuji dengan mengontrol diri.
menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test Prayitno (2012:50) juga mengemukakan
dengan menggunakan program SPSS versi 20. bahwa “tujuan umum layanan informasi (INFO)
terlihat bahwa angka probabilitas Asymp. Sig.(2- adalah dikuasainya informasi tertentu oleh
tailed) kontrol diri pada kelompok eksperimen peserta layanan. Informasi tersebut selanjutnya
sebesar 0.000, atau probabilitas dibawah alpha digunakan oleh peserta untuk keperluan
0,05 dari hasil tersebut maka Ho ditolak dan Hi hidupnya sehari-hari (dalam rangka kehidupan
diterima. Dengan demikian maka hipotesis efektif sehari-hari---KES) dan perkembangan
pertama yang diuji dalam penelitian dapat dirinya”. Dengan diadakannya layanan informasi
diterima, yaitu “Terdapat perbedaan yang dengan metode problem solving dengan materi
signifikan pada kontrol diri siswa pada yang berkenaan dengan permasalahan yang
kelompok eksperimen”. berkaitan dengan kontrol diri siswa agar dapat
Berdasarkan hasil penelitian yang siswa dapat mengontrol perilakunya, serta
dilakukan melalui eksperimen dengan topik mandiri untuk memecahkan permasalahan yang
sebuah masalah yang berkenaan dengan kontrol dihadapinya. Sejalan dengan hal di atas, Hein
diri, ternyata kontrol diri siswa kelompok Kock (1995:101) menjelaskan bahwa
eksperimen secara keseluruhan menunjukkan “penyampaian layanan informasi dapat
adanya perbedaan secara signifikan antara digunakan cara salah satunya yaitu memecahkan
sebelum dan sesudah mengikuti layanan masalah (problem solving) merupakan cara
informasi dengan metode problem solving. Hal penyampaian materi dimana siswa dimandirikan
tersebut berarti adanya pengaruh dari kegiatan untuk memecahkan masalah melalui tugas yang
layanan informasi dengan metode problem diberikan oleh guru bimbingan dan konseling
solving.Berdasarkan hasil penelitian yang sesuai dengan topik yang dibahas”.
dilakukan melalui eksperimen dengan materi
tentang masalah yang berkaitan dengan kontrol Perbedaan Kontrol Diri Siswa Kelompok
diri, ditemukan bahwa peningkatan kontrol diri Kontrol Pada Pretest dan Posttest Tanpa
siswa yang mengikuti layanan informasi dengan Dilaksanakan Layanan Informasi dengan
metode problem solving kelompok eksperimen Metode Problem Solving
hampir secara keseluruhan menunjukkan adanya
perbedaan secara signifikan antara sebelum dan Hasil uji hipotesis kedua yang
sesudah mengikuti layanan informasi dengan menyatakan “tidak terdapat perbedaan pada
metode problem solving. Hal tersebut berarti kontrol diri siswa pada pretest dan posttest
adanya pengaruh dari kegiatan layanan kelompok kontrol”. Hipotesis tersebut diuji
informasi dengan metode problem solving. dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank
Pemberian layanan informasi dengan Test dengan menggunakan program SPSS versi
menggunakan metode problem solving menuntut 20. terlihat bahwa angka probabilitas Asymp.
Sig.(2-tailed) kontrol diri siswa pada kelompok Asymp.sig. (2-tailed)/significance untuk uji dua
kontrol sebesar 0,204 atau probabilitas di atas sisi adalah 0.000. Maka Ho ditolak dan Hi
alpha 0,05 dari hasil tersebut maka Ho diterima diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan
dan Hi ditolak. Dengan demikian maka hipotesis yang signifikan pada kontrol diri siswa antara
kedua yang diuji dalam penelitian dapat kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
diterima, yaitu “tidak terdapat perbedaan yang perlakuan dengan kelas eksperimen yang
signifikan pada kontrol diri siswa pada mendapatkan perlakuan (layanan informasi
kelompok kontrol”. dengan metode problem solving). Dengan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian demikian hipotesis ketiga menyatakan “terdapat
perbedaan dari pretest dan posttest dari perbedaan yang signifikan pada kontrol diri
kelompok kontrol yang berjumlah 25 orang siswa antara posttest kelompok eksperimen
siswa terdapat 10 orang yang mengalami dengan posttest kelompok kontrol” diterima.
peningkatan kontrol diri. Sedangkan yang Terdapatnya perbedaan dari hasil hasil
mengalami penurunan terdapat 7 orang siswa posttest kedua kelompok ini salah satunya
dan yang tidak terdapat perubahan yaitu 8 orang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan pada
siswa. Perubahan yang terjadi pada kelas kontrol masing-masing kelompok. Layanan informasi
terjadi dikarenakan siswa tidak mendapatkan dengan metode problem solving merupakan
perlakuan khusus yaitu layanan informasi layanan yang lebih efektif dalam meningkatkan
dengan metode problem solving melainkan kontrol diri siswa. Layanan informasi dengan
hanya mendapatkan layanan dari guru metode problem solving membantu siswa untuk
bimbingan dan konseling di sekolah saja. berpikir dalam memecahkan suatu masalah yang
Terdapatnya peningkatan dan penurunan dijadikan topik dalam layanan informasi.
kontrol diri pada beberapa orang siswa Sebagaimana dikemukakan oleh Tohirin
kelompok kontrol disebabkan oleh pemanfaatan (2007:147) bahwa “layanan informasi bertujuan
metode pemecahan masalah yang dilakukan oleh agar individu memahami berbagai informasi
guru BK secara spontanitas, hal ini disebabkan untuk mencegah timbulnya suatu masalah,
oleh guru BK telah mengetahui metode-metode pemecahan suatu masalah, dan untuk
layanan informasi pada saat di perguruan tinggi, memelihara serta mengembangkan potensi
sehingga metode pemecahan masalah itu keluar individu agar dapat mengaktualisasikan hak-
tanpa disadari. Sebagaimana dikemukakan oleh haknya sehingga tercipta kemandirian”.
(Hein Kock 1995:101) penyampaian layanan Layanan informasi adalah bagian dari
informasi dapat digunakan cara yaitu: 1) salah satu layanan dalam bimbingan dan
ceramah, 2) tanya jawab, 3) kerja kelompok, 4) konseling yang diberikan kepada siswa untuk
diskusi kelas, 5) pemecahan masalah. menambah wawasan siswa terhadap suatu hal
Penerapan cara pemecahan masalah yang yang bermanfaat untuk mengenali diri seperti
diberikan oleh guru BK pada kelompok kontrol pertumbuhan tubuh, mengembangkan sikap dan
berskala kecil, tidak terfokus, tidak dilakukan kebiasaan belajar (Prayitno, 2004:6).
secara terus-menerus, hanya bersifat spontanitas Oleh karena itu, guru bimbingan dan
membuat kelompok kontrol tetap mengalami konseling dalam memberikan layanan informasi
peningkatan pada kontrol dirinya dalam belajar. dapat memilih dan menetapkan metode yang
Namun, metode pemecahan masalah yang tepat agar dapat menumbuhkan semangat siswa
diterapkan pada kelompok kontrol tidak di dalam mengikuti layanan informasi yang
design sebegitu rupa. Selain itu, peningkatan ini diberikan dan tercapainya tujuan yang
juga dapat dijelaskan dari sudut pesertanya diharapkan. Sebagaimana dikemukakan oleh
sendiri karena pengaruh tuntutan teknologi dan Abdul Aziz Wahab (2007: 87) metode yang
minat karir masa depan mereka. Dengan dipilih dianggap paling tepat ditinjau dari sudut
demikian terlihat bahwa kontrol diri siswa pertimbangan guru baik sebagai intelektual
kelompok kontrol secara keseluruhan tidak maupun sebagai guru. Metode mengajar
mengalami perubahan. merupakan cara yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam memilih
Perbedaan Peningkatan Kontrol Diri Siswa metode mengajar guru diharapkan memilih
Pada Kelompok Eksperimen dengan metode yang tepat sesuai dengan keadaan siswa,
Kelompok Kontrol dukungan terhadap pelajaran dan juga dari segi
intelektual guru.
Hipotesis ketiga yang berbunyi “Terdapat Hal senada juga dikemukakan oleh Benny
perbedaan pada kontrol diri siswal antara A. Pribadi (2009:42) menjelaskan bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol”. “metode pembelajaran merupakan proses atau
Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan prosedur yang digunakan oleh guru atau
Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test instruktur untuk mencapai tujuan atau
menggunakan program SPSS versi 20. terlihat kompetensi”. Oleh karena itu pemilihan metode
bahwa penalaran moralsiswa pada kolom pembelajaran perlu didasarkan pada kesesuaian
dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang c. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
akan ditempuh oleh siswa. Terutama dalam Sumatera Barat, untuk meningkatkan
penyampaian informasi hendaklah menggunakan kinerja guru pembimbing dengan
metode yang menarik untuk menciptakan memberikan pelatihan-pelatihan yang
kegiatan pembelajaran yang efektif. bertujuan untuk meningkatkan
Metode problem solving (pemecahan kompetensi guru pembimbing.
masalah) merupakan metode yang dapat d. Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa untuk mampu berpikir kritis Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
dan berani mengemukakan pendapatnya. Metode Negeri Padang, sebagai bahan evaluasi
problem solving menarik siswa untuk berperan serta mempersiapkan bahan dalam
aktif dalam proses pembelajaran. Sebagaimana rancangan program bimbingan dan
dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006: 220) konseling. Serta untuk lebih
metode problem solving (pemecahan masalah) meningkatkan kualitas mahasiswa
dianggap lebih menyenangkan dan lebih disuaki sebagai calon guru bimbingan dan
siswa. Sehingga siswa tertarik untuk berpikir konseling agar dapat memberikan
dan menambah pengetahuan baru bagi siswa. pelayanan terbaik kepada peserta didik,
Dengan demikian, layanan informasi khususnya dalam memberikan layanan
dengan metode problem solving membantu informasi.
peserta didik dalam pengembangan pribadi, e. Bagi peserta didik yang telah mengikuti
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, layanan informasi dengan metode
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta problem solving diharapkan dapat
melakukan kegiatan tertentu melalui kegiatan meningkatkan kontrol dirinya dalam
kelas yang beranggotakan sekitar 25 orang. Dan belajar dan agar tidak bosan untuk
dengan kegiatan ini diharapkan dapat mengikuti kegiatan kegiatan yang
meningkatkan kontrol diri siswa terutama dilakukan oleh guru bimbingan dan
kontrol diri siswa dalam belajar. konseling.
f. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
KESIMPULAN DAN SARAN dapat melanjutkan penelitian dengan
1. Kesimpulan jenis layanan bimbingan dan konseling
Berdasarkan temuan dari penelitian ini yang lainnya.
yaitu:(1) terdapat perbedaan yang signifikan
pada kontrol diri siswa sebelum dan sesudah KEPUSTAKAAN
mengikuti layanan informasi dengan metode
problem solving pada kelompok eksperimen, Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi
(2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
pada kontrol diri siswa pada kelompok Persada.
kontrol, (3) terdapat perbedaan yang
signifikan pada kontrol diri siswa pada Abdul Aziz Wahab. 2007. Model dan Model
kelompok eksperimen dengan kelompok Mengajar. Bandung: Alfabeta
kontrol tanpa diberi layanan informasi
dengan metode problem solving. Benny A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem
2. Saran Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
a. Guru Bimbingan dan Konseling, untuk
terus meningkatkan dan mengembangkan Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar.
layanan bimbingan dan konseling Bandung: CV Yrama Widya
terutama layanan informasi dengan
metode problem solving untuk Hein Kock. 1995. Saya Guru yang Baik.
meningkatkan kontrol diri siswa. Yogyakarta: Kanisius
b. Kepala sekolah MTsN Lubuk Buaya
Padang, untuk lebih memperhatikan Nana Sudjana. 2011. Dasar-dasar Proses
layanan bimbingan dan konseling Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
terutama dalam penyediaan dan Algesindo
pengadaan sarana belajar umumnya
seperti fasilitas dan waktu yang Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar
dibutuhkan guru bimbingan dan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
konseling dalam membantu Cipta.
mengembangkan kompetensi siswa dan
mendorong guru bimbingan dan Prayitno. 1997. Pelayanan bimbingan dan
konseling untuk melaksanakan layanan konseling (seri pemandu pelaksanaan
informasi. bimbingan konseling di SMP). Padang: BK
FIP UNP.