You are on page 1of 5

169

12th Annual Meeting on Testing and Quality


Tangerang Selatan, 10 Oktober 2017

The Standard of Food-Contact Gloves: A Review


Hesty Eka Mayasari and Noor Maryam Setyadewi

Abstract—Along with the increasing of food and beverage untuk menuju harmonisasi standar, peraturan teknis, dan
industry in Indonesia, the need and demand of glove as prosedur penilaian kesesuaian. Oleh karena itu, dalam MEA,
supporting industries is increasing. Gloves for food contact are salah satu pilar utama adalah posisi standardisasi dan
good gloves made of rubber or plastic, which in its use are in
contact with food, both preparation, processing, and application penilaian kesesuaian [3].
related to the food industry. Gloves that contact with food need Banyaknya produk impor membuat produsen sarung tangan
special specifications to ensure the safety and health of Indonesia kalah bersaing, padahal kualitas dari sarung tangan
consumers. Nowadays, there is no specific national standard that impor ini belum tentu baik. Sesuai amanat Undang-Undang
regulates the quality and test method of gloves for food contact. Dasar 1945, negara memiliki kewajiban untuk memberikan
While international standard governing gloves for food contact
are ISO 14285, ASTM D7329, and ISO 25518 for disposable perlindungan pada warga negara, termasuk memberikan
gloves. This paper aims to examine the standards of special perlindungan pada konsumen. SNI dapat memberikan
gloves in contact with food to be relevant with current local and perlindungan pada konsumen, karena SNI menetapkan
global conditions. The method used in this study are qualitative persyaratan keamanan, keselamatan dan kesehatan. Minat atau
method with document studies and quantitative method with prioritas konsumen pada produk dalam negeri dapat berlanjut
testing several samples of food contact gloves. From the research,
it is known that many gloves that not meet the standard. The hanya jika produk tersebut memperhatikan dan memberi
national standard for gloves that contact with food is essential to jaminan terhadap kepentingan dan kebutuhan konsumen.
protect and ensure consumer safety and also protect the local Minat dan kecintaan pada produk lokal akan berdampak
market from imported goods and make domestic production positif bagi industri nasional. Setengah tahun terakhir,
become excellent in the global market. masyarakat berkontribusi sebesar 55,94% pada PDB. Hal ini
Keywords- standard, gloves, food security, food contact
membuktikan bahwa kontribusi konsumsi masyarakat pada
pendapatan nasional sangat besar. Oleh karena itu SNI sangat
I. P ENDAHULUAN penting karena dapat mendorong daya saing produk nasional
Era globalisasi membuat industri di Indonesia semakin dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi ke
berkembang, termasuk industri makanan dan minuman yang pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari
terus menunjukkan kinerja positif dengan tumbuh mencapai barang berstandar rendah [4].
9,82% atau sebesar Rp192,69 triliun pada triwulan III pada Saat ini telah terdapat beberapa standar mengenai sarung
2016. Pertumbuhan industri ini terutama didorong tangan di Indonesia, di antaranya SNI sarung tangan karet
kecenderungan masyarakat yang semakin mengutamakan medis, bedah, kerja, golf, kulit. Namun belum ada standar
konsumsi produk-produk makanan dan minuman yang yang mengatur mengenai sarung tangan makanan. Padahal,
higienis dan alami. Industri makanan dan minuman dituntut sarung tangan merupakan salah satu komponen penting karena
untuk menerapkan cara pengolahan dan sistem manajemen berkontak langsung dengan makanan yang digunakan baik
keamanan pangan yang baik mulai dari pemilihan bahan baku, dalam proses pengolahan maupun penyajian makanan. Oleh
pengolahan, pengemasan, serta distribusi dan karena itu, standar mengenai sarung tangan kontak pangan
perdagangannya. Hal ini membuat kebutuhan sarung tangan perlu dibuat sebagai penjamin kualitas, sehingga konsumen
makanan sebagai penunjang industri makanan juga meningkat terlindungi dari produk tidak berkualitas serta produk dalam
[1]. negeri dapat bersaing sehat di pasar lokal maupun
Saat ini, jumlah produsen sarung tangan secara umum di internasional.
Indonesia sekurangnya 76 perusahaan [2]. Namun demikian, II. D ASAR T EORI DAN METODE
produk impor terus membanjiri pasar Indonesia saat ini. Hal
ini dapat diakibatkan telah diberlakukannya MEA (Masyarakat A. Dasar Teori
Ekonomi ASEAN) yang mulai diberlakukan pada akhir 2015, 1) Sarung Tangan Kontak Pangan: Fungsi sarung tangan
sehingga semua barang dan jasa bebas keluar masuk di kontak pangan adalah untuk menjamin kebersihan makanan,
kawasan ASEAN. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi baik dalam proses pengolahan, penyajian, maupun proses
ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas antara terkait lainnya. Sarung tangan yang berkontak dengan
negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan makanan digunakan sekali pakai untuk menjamin
pasar tunggal dan basis industri yang stabil. Sejak tahun 1992, kebersihannya. Sarung tangan kontak pangan terbuat dari
ASEAN telah bekerja untuk mewujudkan arus perpindahan beberapa bahan, diantaranya menurut ASTM dan ISO adalah
barang secara bebas di kawasannya dengan menghapuskan sarung tangan lateks, nitril, vinil, HDPE (High Density
hambatan perdagangan non-tarif. Upaya ini telah diarahkan Polyethylene), LDPE (Low Density Polyethylene), CPE (Cast
Polyethylene), dan PP (Polypropylene).
Mayasari Hesty Eka is with Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, Jl. Soko- Sarung tangan baik yang terbuat dari karet maupun plastik
nandi no.9 Yogyakarta, e-mail: hestyeka@kemenperin.go.id (Corresponding
author). telah melalui beberapa proses sebelum dicetak, antara lain
Setyadewi Noor Maryam is with Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, Jl. proses komponding dan vulkanisasi produk karet. Bahan karet
Sokonandi no.9 Yogyakarta
170

dan plastik direaksikan dengan beberapa zat kimia sebelum Persyaratan yang disyaratkan adalah batas zat ekstraktif yang
dicetak menjadi produk siap pakai. Dari beberapa jenis sarung diijinkan dan kandungan logam berat yang disajikan pada
tangan tersebut, terdapat sarung tangan yang dapat Tabel III. Sedangkan persyaratan lain pada ISO 14285 adalah
menyebabkan alergi, yaitu sarung tangan lateks, tetapi kandungan phtalate tidak boleh lebih dari 0,1% (b/b).
pengaruhnya akan berbeda pada setiap orang [5]. Standar lain mengenai sarung tangan sekali pakai adalah
2) Keadaan Saat Ini: Di Indonesia, sarung tangan makanan ISO 25518:2009 Single-use rubber gloves for general
yang banyak beredar adalah sarung tangan lateks, nitril, vinil, applications – Specification yang mencakup persyaratan fisik
dan HDPE. Di Indonesia, industri sarung tangan karet dan metode sampling untuk sarung tangan sekali pakai yang
merupakan salah satu manufaktur hilir yang tengah tebuat dari lateks karet alam, lateks karet sintetis atau
diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor padat karya campuran karet untuk keperluan umum, namun tidak termasuk
berorientasi ekspor yang merupakan suatu keharusan di sektor untuk keperluan medis. Persyaratan untuk material adalah
makanan dan penanganan kesehatan [6]. Kemampuan produk dibuat dari bahan yang sesuai dan tidak beracun, bahan yang
sarung tangan karet Indonesia telah banyak menembus pasar digunakan yang dapat bermigrasi ke kulit harus tidak
ekspor, dimana lebih dari 90 persen dipasarkan ke berbagai berbahaya. Dimensi yang dipersyaratkan dapat dilihat pada
negara di benua Amerika dan Eropa. Nilai ekspor sarung Tabel V.
tangan karet Indonesia tahun 2016 sebesar USD 232.50 juta Selain itu, ISO 25518:2009 juga mempersyaratkan
atau menem- patkan posisi sarung tangan karet sebagai produk parameter kekedapan terhadap air. Jumlah sarung tangan yang
ekspor kedua terbesar setelah ban dalam produk barang-barang kedap terhadap air harus memenuhi persyaratan pada level
karet hilir [7]. Namun, impor sarung tangan di Indonesia juga inspeksi yang dipersyaratkan. Parameter tegangan putus dan
cukup besar, yaitu mencapai 231.428,6 ribu US$ pada tahun perpanjangan putus juga dipersyaratkan, baik sebelum
2016 untuk sarung tangan untuk keperluan selain medis (Kode penuaan (aging) maupun setelah aging sesuai persyaratan
HS 4015190000) [8]. pada Tabel VI.
Dengan banyaknya produk impor, perusahaan sarung tangan Dengan adanya standar internasional mengenai sarung
akan semakin berat dalam bersaing, terutama dengan tangan kontak pangan dan sarung tangan sekali pakai, maka
kompetitor asing. Padahal, Kementerian Perindustrian perlu dibuat standar mengenai sarung tangan kontak pangan
menargetkan peningkatan konsumsi karet alam domestik sekali pakai di Indonesia. Adanya standar merupakan bentuk
sebesar 40 persen. Industri karet menjadi sektor prioritas regulasi, kebijakan untuk memberi proteksi dan dapat semakin
karena memiliki potensi lahan yang mendukung untuk mendorong pertumbuhan industri berbasis karet. Hal ini dapat
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri barang karet meningkatkan daya saing industri sarung tangan karet nasional
jangka panjang [9]. Oleh karena itu, perlu ada regulasi agar sehingga produknya mampu meraih kepercayaan pasar baik di
produk impor tidak membanjiri pasar domestik. pasar domestik maupun internasional.
3) Standar: Saat ini, standar nasional mengenai sarung
tangan khusus yang berkontak dengan pangan belum ada di
Indonesia, sedangkan standar internasional mengenai sarung B. Metode Penelitian
tangan kontak pangan diantaranya adalah ISO 14285:2014 Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif
Rubber and Plastics gloves for food services- Limits for dan kuantitatif yaitu dengan eksplorasi data, di antaranya
extractable substances dan ASTM D7329-07 Standard dengan studi dokumen terhadap dokumen standar atau
specification for food preparation and food handling (food peraturan serta pengujian terhadap beberapa sampel sarung
service) Gloves. Sedangkan untuk sarung tangan sekali pakai tangan kontak pangan yang beredar di pasaran. Studi
adalah ISO 25518:2009 Single-use rubber gloves for general dokumen dilakukan dengan tinjauan mendetail (in-depth
applica- tions – Specification [10-12]. review) terhadap beberpa dokumen standar diantaranya ISO
ASTM D7329 mengatur mengenai spesifikasi penting untuk 14285 Rubber and Plastics gloves for food services- Limits for
sarung tangan dari film tipis yang biasa digunakan dalam extractable substances dan ASTM D7329-07 Standar
persiapan dan penyajian makanan. Persyaratan untuk sarung Specification for Food Prepa- ration and Food Handling
tangan kontak pangan menurut ASTM D7329 diantaranya (Food Service) Gloves, dan ISO 25518:2009 Single-use
mengenai sampling produk, organoleptis yaitu bebas dari rubber gloves for general applications
lubang, dimensi, tegangan dan perpanjangan putus, kandungan – Specification.
protein dan protein antigen. Persyaratan dimensi dan toleransi Pengujian dilakukan terhadap 4 jenis sarung tangan yang
serta sifat fisis disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 dalam banyak beredar di pasaran Indonesia, yaitu dari bahan lateks
Apendiks. karet alam, nitril, vinil, dan HDPE. Masing-masing jenis
Sedangkan ISO 14285:2014 Rubber and plastics gloves for sarung tangan diwakili oleh 3 jenis merek dengan range harga
food services – Limits for extractable substances hanya rendah (kode A), sedang (kode B), dan mahal (kode C).
mengatur batasan kandungan bahan kimia terekstrak untuk Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dimensi serta
sarung tangan sekali pakai yang terbuat dari karet alam, karet pengujian sifat fisis yaitu tegangan putus dan perpanjangan
sintetis, atau material plastik yang digunakan dalam persiapan, putus sesuai ISO 37 dengan menggunakan dumb bell dan
penyajian, dan aplikasi terkait dalam industri makanan. Dalam ASTM D882 (Test method for tensile properties of thin plastic
standar ini, sarung tangan dibagi menjadi lateks karet alam, sheeting) baik sebelum maupun setelah aging sesuai ISO 188,
lateks sintetis, polyvinyl chloride (PVC), polyethylene (PE), yaitu dengan pemanasan pada 70 ◦C ± 2 ◦ C selama 168 jam
dan polypropylene (PP). ± 2 jam atau pada 100 ◦C ± 2 ◦C selama 22 jam [13-15].
171

TABEL III
BATAS ZAT TEREKSTRAK MENRUT ISO 14285:2014
Parameter Batas Maksimum
Logam berat, µg/ml Pada Tabel 4
Konsumsi potassium permanganat ≤ 10
Residu evaporaasi, µg/ml Air distilasi 10% etanol ≤ 100 ≤ 100

TABEL IV
BATASAN LOGAM BERAT MENURUT ISO 14285:2014
Elemen Batasan maksimum, µg/ml
Arsen, As 0,05
Kadmium, Cd 0,05
Kromium, Cr 0,5
Timbal, Pb 0,5
Zinc, Zn 15,0

TABEL V
DIMENSI SARUNG TANGAN SEKALI PAKAI MENURUT ISO 25518:2009
Ukuran Lebar, mm Panjang minimal, mm
Extra small (XS) ≤ 80 220
Small (S) 80 ± 10 220
Medium (M) 95 ± 10 220
Large (L) 110 ± 10 220
Extra large (XL) ≥110 220

TABEL VI
PERSYARATAN SARUNG TANGAN SEKALI PAKAI MENURUT ISO 25518:2009
Parameter Persyaratan
Tegangan putus, N 7.0
Perpanjangan putus, min., % 500
Tegangan putus setelah aging, min., N 6.0
Perpanjangan putus setelah aging, min., % 400

III. H ASIL DAN P EMBAHASAN


Dari pengujian yang dilakukan terhadap berbagai jenis
sarung tangan dari beberapa merek, didapatkan hasil yang
disajikan pada Tabel 7 (lihat Apendiks). Sarung tangan lateks,
nitril, dan vinil adalah produksi Indonesia dan Malaysia,
sedangkan sarung tangan HDPE seluruhnya adalah barang
impor dari Cina.
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa belum semua sarung
(b)
tangan yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan baik
ASTM D7329 maupun ISO 25518. Parameter yang sebagian
besar belum terpenuhi adalah parameter tebal. Sedangkan
untuk sifat fisis yaitu tegangan putus dan perpanjangan putus
menurut ASTM D7329 disajikan pada Gambar 1 dan menurut
ISO 25518 disajikan pada Gambar 2.

(c)

(a) Gambar 1. Sifat fisis sarung tangan di pasaran (a) Tegangan putus sarung
tangan lateks, nitril, vinil; (b) Perpanjangan putus ultimate sarung tangan
lateks, nitril, vinil; (c) Yield stress dan perpanjangan putus ultimate sarung
tangan HDPE
172
bahan yang mengandung toksin yang rendah dimana debu
sulfur dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. Selain itu,
digunakan juga plasticizer untuk meningkatkan ketahanan
produk karet alam, salah satunya adalah phthalate. Jumlah
phthalate yang tinggi dapat menyebabkan migrasi ke makanan
dengan lebih mudah [22]
Beberapa aditif yang terdapat pada plastik juga
(a) memungkinkan untuk terjadinya migrasi atau berpindahnya
zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan. Monomer
yang perlu diwaspadai yaitu vinil klorida, akrilonitril,
metacrylonitil, vinylidene klorida serta styrene. Monomer vinil
klorida dan akrilonitril cukup tinggi potensinya untuk
menimbulkan kanker pada manusia. Monomer lain seperti
akrilat, stirena dan metakriat serta senyawa turunannya,
seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam,
formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilandiamin,
melamin, podilokkloridin, bispenol dan akrilonitril dapat
menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut,
(b) tenggorokan dan lambung [24-25]. Oleh karena kemungkinan
bahaya yang terkandung dalam sarung tangan tersebut, maka
Gambar 2. Sifat fisis sarung tangan di pasaran (a) Tegangan putus sarung sebaiknya diberi persyaratan tambahan untuk sarung tangan
tangan lateks, nitril, vinil; (b) Perpanjangan putus sarung tangan lateks, nitril, yang digunakan untuk pengolahan makanan, sehingga aman
vinil ketika berkontak dengan zat pangan. Di Indonesia, terdapat
regulasi pemerintah Per. BPOM No. 03.1.23.07.11.6664 - 2011
Dari Gambar 1 (a) dan (b) dapat diketahui bahwa hampir mengenai pengawasan kemasan pangan. Selain itu, terdapat
seluruh sampel memenuhi persyaratan tegangan putus. Namun juga standar mengenai migrasi senyawa, salah satunya adalah
seluruh sampel tidak memenuhi persyaratan perpanjangan SNI 7741:2013 “Cara uji migrasi zat kontak pangan dari
putus ultimate, kecuali lateks kode C setelah perlakuan aging. kemasan pangan – Timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium (VI)
(505%) dan vinil kode A sebelum aging (310%). Dari Gambar [Cr (VI)], dan merkuri (Hg) dari kemasan plastik”. Standar ini
1 (c) diketahui bahwa seluruh sampel tidak memenuhi dapat menjadi acuan/ contoh sebagai persyaratan tambahan
persyaratan perpanjangan putus ultimate dan yield stress/ untuk sarung tangan kontak pangan [26-27].
tegangan luluh berkisar antara 32-37 N sebelum aging dan 48-
56 N setelah perlakuan aging.
Pada Gambar 2 (a) diketahui bahwa seluruh sampel tidak IV. K ESIMPULAN
memenuhi persyaratan tegangan putus, kecuali lateks kode C Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
(8.4 N sebelum aging dan 7.2 N setelah aging) dan nitril kode sebagai berikut:
C (8.1 N sebelum aging dan 6.4 N setelah aging). Seluruh 1) Sarung tangan yang beredar di pasaran belum seluruhnya
sampel juga tidak memenuhi persyaratan perpanjangan putus, memenuhi persyaratan baik ASTM D7329 maupun ISO
seperti ditunjukkan pada Gambar 2 (b), kecuali lateks kode B 25518. Parameter yang sebagian besar belum terpenuhi
dan kode C (530 dan 567% sebelum aging serta 441 dan adalah parameter tebal, tegangan putus dan perpanjangan
467% setelah aging). Perbedaan sifat fisis dari produk putus. Beberapa sarung tangan dengan harga yang lebih
dikarenakan perbedaan proses pematangan karet (curing tinggi memliki kualitas yang lebih baik daripada sampel
system), pemilihan suhu vulkanisasi [16-18], serta pemilihan dengan harga yang rendah.
jumlah dan variasi bahan seperti carbon black, akselerator, 2) Perlu dibuat standar yang mengatur sarung tangan
asam stearat, sulfur [19-21]. kontak pangan, baik parameter organoleptik,
Parameter lain yang amat penting bagi sarung tangan kontak persyaratan mutu sifat fisis dan migrasi kontak untuk
pangan adalah kandungan zat terekstrak. Saat ini, penelitian melindungi kesehatan dan keselamatan konsumen.
yang mempelajari tentang kontaminasi produk karet dan 3) Standar yang dibuat mengacu pada standar internasional
plastik terhadap makanan telah banyak dilakukan. Proses yang telah ada dan disesuaikan dengan keadaan
vulkanisasi dan proses crosslink dapat menyebabkan senyawa Indonesia agar dapat meningkatkan daya saing produk
kimia mudah bermigrasi ke produk makanan. Beberapa lokal di pasar internasional, karena standar bersifat
senyawa tersebut dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, dinamis dan mengikuti perkembangan.
seperti N- nitrosamin yang merupakan zat karsinogenik [22].
Dalam pembuatan kompon karet, digunakan carbon black R EFERENSI
yang meru- pakan salah satu bahan pengisi yang biasanya
[1] Kemenperin (Kementerian Perindustrian). (2016). Diakses 20 Juni
digunakan pada prosentase yang tinggi untuk kepentingan 2017, http://www.kemenperin.go.id/artikel/ 16650/Industri-
ekonomi. Padahal, carbon black merupakan zat karsinogen Makanan-dan-Minuman-Tumbuh-9,8-Persen-Triwulan-III-2016
grup 2B dan dapat menyebabkan kanker paru-paru [23]. [2] Kemenperin (Kementerian Perindustrian). (2017). Diakses 20 Juni
Carbon black ini juga merupakan nitrosating agent yang dapat 2017, http://kemenperin.go.id/direktori-
perusahaan?what=sarung%20tangan &prov=0&hal=2.
meningkatkan kandungan nitrosamin pada karet. Sulfur juga [3] BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2014). Harmonisasi Standar
digunakan dalam pembuatan kompon karet. Sulfur merupakan di ASEAN. SNI Valuasi, 8, 14-16.
173
[4] BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2017). Standar dan migrasi zat kontak pangan dari kemasan pangan – Timbal (Pb),
Perlindungan Konsumen. SNI Valuasi, 11(1), 6-8. kadmium (Cd), kromium (VI) [Cr (VI)], dan merkuri (Hg) dari
[5] Ningtiyas, A. F., Handayani, O. W. K., & Pawenag, E. T. (2013). kemasan plastik. Jakarta: BSN.
Sarung Tangan Latex sebagai Upaya Pencegahan Dermatitis
Kontak. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1), 92-99.
[6] Kemendag (Kementerian Perdagangan). (2010). Diakses 20 Juni
2017, http://www.kemendag.go.id/id/view/trade-attache-
report/124/2010/11c
[7] Kemenperin (Kementerian Perindustrian). (2017). Diakses 20
Juni 2017, http://www.kemenperin.go.id/artikel/17176/Industri-
Sarung-Tangan-Karet-Nasional-Eksis-di-Kancah-Global
[8] Kemenperin (Kementerian Perindustrian). (2017). Diakses 20 Juni
2017,
http://kemenperin.go.id/statistik/query_komoditi.php?komoditi=gl
ove&negara=&jenis=&action=Tampilkan
[9] Kemenperin (Kementerian Perindustrian). (2016). Diakses 20 Juni
2017, http://www.kemenperin.go.id/artikel/ 11971/Industri-Karet-
Harus-Terkonsentrasi
[10] ISO (International Organization for Standardization). (2014). ISO
14285 Rubber and plastics gloves for food services- limits for
extractable substances. Swiss: ISO.
[11] ASTM (American Society for Testing and Material). (2012).
ASTM D7329-07 Standar specification for food preparation and
food handling (food service) gloves. Pennsylvania: ASTM.
[12] ISO (International Organization for Standardization). (2009). ISO
25518 Single-use rubber gloves for general applications –
Specification. Swiss: ISO.
[13] ISO (International Organization for Standardization). (2011). ISO
37 Rubber, vulcanized or thermoplastic – determination of tensile
stress-strain properties. Swiss: ISO.
[14] ASTM (American Society for Testing and Material). (2012).
ASTM D882 Standard test method for tensile properties of thin
plastic sheeting. Pennsylvania: ASTM.
[15] ISO (International Organization for Standardization). (2011). ISO
188 Rubber, vulcanized or thermoplastic – accelerated aging and
heat resistance test. Swiss: ISO.
[16] Yahya, Y. S. R., Azura, A. R., & Ahmad, Z. (2011). Effect of
curing systems on thermal degradation behaviour of natural rubber
(SMR CV 60). Journal of Physical Science, 22(2), 1–14.
[17] Yuniari, A., Sholeh, M., & Indrajati, I. N. (2015). Pengaruh sistem
vulkanisasi konvensional (CV) dan semi efisien (SEV) terhadap
sifat aging dan termal vulkanisat campuran karet alam dan karet
butil. Majalah Kulit, Karet dan Plastik, 31(2), 99–106.
[18] Kinasih, N. A., Fathurrohman, M., & Suparto, D. (2015).
Pengaruh suhu vulkanisasi terhadap sifat mekanis vulkanisat karet
alam dan karet akrilonitril-butadiena. Majalah Kulit, Karet dan
Plastik, 31(2), 65–74.
[19] Christina, M., Bahruddin, & Helwani, Z. (2014). Pengaruh kadar
asam stearat, mercaptodibenzothiazyldisulfide (MBTS) dan sulfur
terhadap sifat dan morfologi thermoset rubber dengan filler carbon
black-abu terbang sawit. JOM FTEKNIK, 1(2), 1-11.
[20] Indrajati, I. N. & Sholeh, M. (2014). Pengaruh rasio MBTS/ZDEC
pada campuran karet alam dan etilen propilen diena yang dibuat
dengan teknik kontrol migrasi curatives. Majalah Kulit, Karet dan
Plastik, 30(1), 43–52.
[21] Jovanović, V., Budinski-Simendić, J., Samardžija-Jovanović, S.,
Marković, G., & Marinović-Cincović, M. (2009). The influence of
carbon black on curing kinetics and thermal aging of acrylonitrile-
butadiene rubber, Chemical Industry and Chemical Engineering
Quarterly, 15(4), 283–289.
[22] Ng, M.X., Ong, S.P., Chin, N.L., Chuah, L.A. & Law, C.L.
(2014). Review of food toxicological issues associated in rubber
products, The 3rd International Symposium on Processing of
Foods, Vegetables and Fruits (ISPFVF 2014), Selangor, August
11th – 13th, 2014, 122 – 128.
[23] Kuempel, E.D., and Sorahan, T. (2010). Identification of research
needs to resolve the carcinogenicity of high-priority IARC
Carcinogens. IARC Technical Publication No. 42. Retrieved from
http://monographs.iarc.fr/ENG/Publications/techrep42/TR42-
Full.pdf
[24] Sulchan, M., Nur, E. (2007). Keamanan pangan kemasan plastik
dan styrofoam. Majalah Kedokteran Indonesia, 57(2), 54-59.
[25] Irawan, S., Supeni, G. (2013). Karakterisasi migrasi kemasan dan
peralatan rumah tangga berbasis polimer. Jurnal Kimia Kemasan,
35(2), 105-112.
[26] Kementerian Kesehatan. (2011). Per. BPOM No.
03.1.23.07.11.6664 - 2011 - (Pengawasan Kemasan Pangan).
Jakarta: Kemenkes.
[27] BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2013). SNI 7741 Cara uji

You might also like