You are on page 1of 93

SIMULASI PROSES PENGERINGAN JAGUNG PIPILAN

DENGAN MESIN PENGERING SURYA TIPE EFEK RUMAH KACA


(ERK)-HYBRID DENGAN WADAH SILINDER

F.X. LILIK TRI MULYANTARA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Simulasi Proses Pengeringan Jagung
Pipilan dengan Mesin Pengering Surya Tipe Efek Rumah Kaca (ERK)-Hybrid
dengan Wadah Silinder adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008

FX. Lilik Tri Mulyantara


NRP F151060111
ABSTRACT

F.X. LILIK TRI MULYANTARA. Simulation for shelled corn drying process
with hybrid-green house effect (GHE) solar dryer with cylinder type. Under
direction of LEOPOLD OSCAR NELWAN, SRI ENDAH AGUSTINA and
TEGUH WIKAN WIDODO.

Generally uniformity of moisture content was difficult to be reached due


to un-mixed product during drying process. A study on performance of hybrid-
green house effect (GHE) solar dryer with rotary drum chamber for shelled corn
drying has been conducted. The objectives of this research were: to evaluate
performance of hybrid-GHE solar dryer with cylinder type, to develop model to
predict temperature, relative of humidity, and decreasing of shelled corn moisture
content and to validate the model which developed by the experimental data. The
model was constructed based on heat and mass balance. The models were solved
by Euler’s finite difference method.
Three experiments have been conducted and the results showed that the
range of room temperature and relative hummidity were 34.0-41.0 °C and 60.2-
76%, respectively. Based on this condition, 1114.1-1304.3 kg mass of shelled
corn with the initial moisture content 22.28-24.87% wb. could be dried until to
15.92-17.58% wb. in 8-11 hours. By rotating the cylinder 15 minutes per hour,
difference of inside and outside temperature of shelled corn layer was 0-9.8°C and
moisture content was 0-2.3% wb. The drying capacity was 118.57-161.76 kg/h.
Spesific energy consumption and main cost were 6.03-10.13 MJ/kg and 75.89-
124.37 Rupiah/kg, respectively. Total efficiency with solar iradiation and without
solar iradiation were 19.88-39.15% and 22.51-46.06%, respectively. The models
that had developed has already explain the experiment data. Coefficient of
determinant (COD) of model with experiment data for room temperature, relative
of humidity, grain temperature, water tank temperature, and moisture content
were 0.74, 0.09, 0.35, 0.91 and 0.98, respectively. The absolute percentage
deviation (APD) were 1.29%, 5.89%, 1.79%, 3.5% and 0.86%. Simulation for
rotating cylinder showed that by continuous rotating had the highest influence for
uniformity of temperature and moisture content. The result showed that this
treatment had smallest difference of inside and outside temperature and moisture
content were 0.05-1.78°C and 0.14-0.56% wb. respectively. Simulation for input
changing showed that by using higher mass flow rate was 0.8 kg/second had the
best influence for uniformity of temperature. The result showed that this treatment
had smallest difference of inside and outside temperature was 0.31-7.81°C and the
APD was 3.82%. And by adding 10% iradiation input had the highest influence
for uniformity of moisture content. The result showed that this treatment had
smallest difference of inside and outside moisture content was 0.14-2.94% wb.
and the APD was 1.09%.

Keywords: Solar dryer, green house effect, cylinder type, shelled corn
RINGKASAN

F.X. LILIK TRI MULYANTARA. Simulasi Proses Pengeringan Jagung Pipilan


dengan Mesin Pengering Surya Tipe Efek Rumah Kaca (ERK)-Hybrid dengan
Wadah Silinder. Dibimbing oleh LEOPOLD OSCAR NELWAN, SRI ENDAH
AGUSTINA dan TEGUH WIKAN WIDODO.

Pada proses pengeringan keseragaman kadar air biasanya sulit dicapai


tanpa adanya pengadukan. Untuk itu kajian terhadap unjuk kerja pengering efek
rumah kaca (ERK)-hybrid tipe silinder berputar, sebagai pengadukan, untuk
mengeringkan jagung pipilan perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
melakukan uji kinerja mesin pengering ERK-hybrid tipe wadah silinder,
merumuskan model matematik untuk menduga perubahan suhu, RH udara dan
penurunan kadar air jagung pipilan selama pengeringan dan melakukan validasi
terhadap model yang dikembangkan dengan menggunakan data aktual hasil
pengujian. Model yang dikembangkan berdasarkan pada keseimbangan panas dan
massa. Metode beda hingga Euler digunakan dalam penyelesaian model-model
tersebut dengan bahasa pemrograman komputer Visual Basic.
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung pipilan
varietas hybrida yang diperoleh dari pemasok pakan ternak. Pengujian alat
pengering ERK-hybrid tipe silinder berputar ini dilakukan tiga kali dengan massa
awal dan kadar air awal yang berbeda.
Hasil dari tiga pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-
rata suhu ruang berkisar antara 34,0-41,0 °C dengan RH berkisar antara 60,2-
76%. Dengan kondisi demikian massa jagung sebanyak 1114,1-1304,3 kg dari
kadar air awal 22,28-24,87% bb. dapat dikeringkan menjadi 15,92-17,58% bb.
dengan waktu 8-11 jam. Dengan pemutaran silinder selama 15 menit setiap
jamnya, perbedaaan suhu dan kadar air yang terjadi pada lapisan dalam dan
lapisan luar berturut-turut adalah 0-9,8°C dan 0-2,3% bb. Konsumsi energi
spesifik yang terjadi antara 6,03-10,13 MJ/kg. Sementara kapasitas pengeringan
berkisar antara 118,57-161,76 kg/jam, dengan biaya pokok pengeringan antara
Rp. 75,89-124,37/kg. Efisiensi pengeringan total dengan iradiasi dan tanpa
iradiasi matahari berturut-turut adalah 19,88-39,15% dan 22,51-46,06%. Model
matematik yang telah disusun pada umumnya sudah dapat menerangkan hasil
pengukuran. Korelasi antara hasil simulasi dan hasil pengukuran suhu ruang, RH
ruang, suhu lapisan jagung dalam tumpukan, suhu air dalam tangki, dan kadar air
secara berturut-turut mempunyai koefisien determinasi (COD) 0,74; 0,09; 0,35;
0,91 dan 0,98 dan persentase simpangan mutlak (APD) berturut-turut 1,29%;
5,89%; 1,79%; 3,5% dan 0,68%. Simulasi terhadap putaran silinder menghasilkan
bahwa pemutaran silinder secara terus-menerus mempunyai selisih suhu lapisan
dalam dan lapisan luar terkecil yaitu 0,05-1,78°C dengan nilai persentase
simpangan 3,67% dan selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan luar terkecil
0,14-0,56% bb. dengan nilai persentase simpangan mutlak 0,43%. Simulasi
terhadap perubahan input menghasilkan bahwa penambahan laju udara masuk
ruang pengering menjadi 0,8kg/detik paling berpengaruh dan menghasilkan suhu
yang lebih seragam. Selisih suhu lapisan dalam dan lapisan luar yang terjadi
sebesar 0,31-7,81°C dengan nilai APD 3,82%. Sementara penambahan input
iradiasi sebesar 10% paling berpengaruh dan menghasilkan kadar air yang lebih
seragam. Selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan luar jagung yang terjadi
sebesar 0,14-2,94% bb. dengan nilai APD 1,09%.

Kata kunci: pengering surya, efek rumah kaca, tipe silinder, jagung pipilan
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan
suatu masalah
b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
SIMULASI PROSES PENGERINGAN JAGUNG PIPILAN
DENGAN MESIN PENGERING SURYA TIPE EFEK RUMAH
KACA (ERK)-HYBRID DENGAN WADAH SILINDER

F.X. LILIK TRI MULYANTARA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Suroso, M.Agr
Judul Thesis : Simulasi Proses Pengeringan Jagung Pipilan dengan Mesin
Pengering Surya Tipe Efek Rumah Kaca (ERK)-Hybrid dengan
Wadah Silinder
Nama : F.X. Lilik Tri Mulyantara
NRP : F151060111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Leopold Oscar Nelwan, M.Si


Ketua

Ir. Sri Endah Agustina, MS Dr. Ir. Teguh Wikan Widodo, M.Sc
Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Ilmu Keteknikan Pertanian

Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan dari bulan September 2007 ini adalah Simulasi Proses Pengeringan
Jagung Pipilan dengan Mesin Pengering Surya Tipe Efek Rumah Kaca (ERK)-Hybrid
dengan Wadah Silinder.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Leopold Oscar Nelwan, M.Si
selaku ketua komisi pembimbing dan selaku ketua peneliti pada proyek penelitian KKP3T
atas bimbingannya yang sangat berharga bagi penulis selama pendidikan, penelitian dan
penyelesaian tesis, Ibu Ir. Sri Endah Agustina, MS sebagai anggota komisi pembimbing
atas segala koreksi, bimbingan dan motivasinya, Bapak Dr. Ir. Teguh Wikan Widodo,
M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu, pemikiran dan
masukan-masukan dalam penyelesaian tesis, serta Bapak Dr. Ir. Suroso, M. Agr selaku
dosen penguji luar komisi pembimbing pada ujian tesis, atas segala masukan dan saran
bagi penulisan tesis ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI melalui Proyek Penelitian KKP3T
Tahun 2007 yang telah membantu membiayai penelitian. Tak lupa ungkapan terimakasih
disampaikan kepada teman-teman TEP angkatan tahun 2006 dan teknisi serta laboran
Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Fateta IPB yang telah banyak membantu selama
penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri tercinta
Anunsiata Roosita atas doa, dorongan dan kasih sayangnya selama menempuh pendidikan
dan penyelesaian penulisan tesis ini.
Semoga tesis dan hasil penelitian yang telah dilakukan ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

FX. Lilik Tri Mulyantara


RIWAYAT HIDUP

F.X. Lilik Tri Mulyantara dilahirkan di Bantul pada tanggal 19 Desember 1968,
adalah putra ketiga dari lima bersaudara dari Bapak Sukidjo dan Ibu Yustrini.
Penulis lulus dari SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada tahun 1987 dan
melanjutkan pendidikan ke Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada November 1995 penulis menyelesaikan
pendidikan S1. Dari Maret 1996 sampai dengan April 1999 penulis bekerja di Bagian Riset
dan Pengujian CV. Karya Hidup Sentosa, selanjutnya April 1999 sampai dengan sekarang
mengabdi sebagai Staf Perekayasa di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Serpong, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Pada pertengahan Agustus tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
dengan sponsor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
i

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................v

DAFTAR SIMBOL ..............................................................................................................vi

PENDAHULUAN .................................................................................................................1
Latar Belakang..............................................................................................................1
Tujuan Penelitian..........................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................4


Jagung...........................................................................................................................4
Pasca Panen Jagung .............................................................................................4
Pengeringan ..................................................................................................................5
Pengeringan Lapisan Tipis ..................................................................................7
Pengeringan Lapisan Tebal .................................................................................8
Pengering Efek Rumah Kaca...............................................................................9
Pemodelan untuk Pengeringan ..........................................................................11

BAHAN DAN METODE....................................................................................................12


Waktu dan Tempat......................................................................................................12
Bahan dan Alat ...........................................................................................................12
Bahan .................................................................................................................12
Alat ....................................................................................................................12
Pengujian Alat Pengering ERK-Hybrid Tipe Silinder ...............................................13
Pengambilan Data..............................................................................................13
Penyusunan Model Matematik ...................................................................................18
Keseimbangan Panas pada Udara dalam Ruangan............................................19
Keseimbangan Panas pada Komponen dalam Ruangan....................................19
Keseimbangan Panas pada Udara dalam Silinder Bagian Dalam .....................20
Keseimbangan Panas Air di dalam Penukar Panas ...........................................20
Keseimbangan Panas Air di dalam Tangki........................................................20
Keseimbangan Uap Air pada Udara dalam Tumpukan Jagung.........................20
Keseimbangan Panas pada Udara dalam Tumpukan Jagung ............................21
Keseimbangan Panas pada Jagung yang Dikeringkan ......................................21
Keseimbangan Uap Air pada Udara dalam Ruangan ........................................22
Penurunan Kadar Air .........................................................................................22
Koefisien Pindah Panas Volumetrik..................................................................22
Efisiensi Penggunaan Energi .............................................................................23
Pengaruh Perubahan Input terhadap Output (Analisis Sensitivitas)..................23
Analisis Ekonomi ..............................................................................................24
Perhitungan dan Validasi Perubahan Suhu, RH dan Kadar Air .................................24
ii

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................................26


Hasil Pengujian dan Performansi Alat Pengering ERK-Hybrid.................................26
Iradiasi, Suhu dan RH Lingkungan ...................................................................26
Penggunaan Sumber Energi Tambahan.............................................................28
Suhu dan RH Ruang Pengering .........................................................................29
Suhu Tungku dan Inlet ......................................................................................30
Suhu Lapisan dalam Tumpukan Jagung............................................................31
Penurunan Kadar Air Jagung Pipilan ................................................................34
Masukan Energi Alat Pengering ERK-Hybrid ..................................................36
Efisiensi Alat Pengering ERK-Hybrid ..............................................................38
Keseimbangan Massa Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Pengering
ERK-Hybrid.......................................................................................................38
Energi untuk Pengadukan..................................................................................39
Biaya Pokok Pengeringan..................................................................................39
Validasi Model ...........................................................................................................42
Perubahan Suhu dan RH Ruang ........................................................................42
Suhu Lapisan Jagung dalam Silinder.................................................................43
Suhu Air dalam Tangki......................................................................................44
Penurunan Kadar Air .........................................................................................45
Simulasi Pengeringan dengan Pengeringan ERK-hybrid...........................................46
Simulasi Pemutaran Silinder .............................................................................46
Simulasi Pengaruh Perubahan Input terhadap Output (Analisis
Sensitivitas) .......................................................................................................50

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................................54


Kesimpulan.................................................................................................................54
Saran ...........................................................................................................................55

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................57

L A M P I R A N .................................................................................................................61
iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Lima besar provinsi penghasil jagung (pipilan kering) dalam ton, 2002-2006...............1
2. Standar mutu jagung pipil................................................................................................5
3. Jumlah dan laju penggunaan bahan bakar biomassa selama pengeringan ....................29
4. Komposisi penggunaan energi untuk pengeringan jagung pipilan................................37
5. Efisiensi alat pengering ERK-Hybrid............................................................................38
6. Komponen-komponen biaya tetap.................................................................................40
7. Komponen-komponen biaya tidak tetap........................................................................40
8. Perbandingan energi listrik (MJ) dan biaya pokok pengeringan (Rp/kg) .....................48
iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pengering ERK-hybrid tipe silinder. .............................................................................12


2. Tahapan penelitian.........................................................................................................13
3. Skematis alat pengering ERK-hybrid tipe silinder ........................................................14
4. Diagram alir proses pengeringan jagung pipilan...........................................................15
5. Titik pengambilan suhu dan kecepatan udara................................................................16
6. Titik pengambilan sampel kadar air ..............................................................................17
7. Skematik tempat sub-sistem yang ditinjau dalam penyusunan model. .........................18
8. Alur proses simulasi ......................................................................................................25
9. Iradiasi matahari pengujian I, II, dan III........................................................................26
10. Lama penyinaran, total dan rata-rata iradiasi selama ....................................................27
11. Suhu dan RH lingkungan selama pengeringan berlangsung .........................................28
12. Rata-rata suhu dan RH lingkungan selama....................................................................28
13. Suhu dan RH ruang selama pengeringan berlangsung ..................................................29
14. Rata-rata suhu dan RH ruang pengering selama ...........................................................30
15. Suhu tungku dan inlet selama pengeringan ...................................................................31
16. Sebaran suhu pada tiga lapisan berbeda ........................................................................32
17. Rata-rata suhu pada tiga lapisan berbeda ......................................................................32
18. Kondisi suhu di tahap awal dan tahap akhir di tiga lapisan...........................................33
19. Penurunan kadar air di tiga lapisan berbeda..................................................................35
20. Laju penurunan kadar air setiap lapisan ........................................................................36
21. Komposisi jagung pipilan dan air yang diuapkan. ........................................................36
22. Konsumsi energi pengeringan pengujian I, II dan III....................................................37
23. Kontribusi biaya tetap dan tidak tetap pada biaya pokok..............................................41
24. Perubahan suhu ruang hasil perhitungan dan ................................................................43
25. Perubahan RH ruang hasil perhitungan dan ..................................................................43
26. Suhu rata-rata hasil perhitungan dan hasil pengukuran.................................................44
27. Suhu air dalam tangki hasil perhitungan dan hasil pengukuran ....................................45
28. Penurunan kadar air hasil perhitungan dan hasil pengukuran .......................................46
29. Hasil simulasi pengaruh pemutaran silinder terhadap perubahan .................................47
30. Persentase simpangan mutlak suhu lapisan dalam ........................................................48
31. Hasil simulasi pengaruh pemutaran silinder terhadap...................................................49
32. Persentase simpangan mutlak kadar air lapisan ............................................................50
33. Perbandingan perubahan suhu yang terjadi ...................................................................51
34. Persentase simpangan mutlak suhu lapisan ...................................................................52
35. Perbandingan perubahan kadar air yang terjadi ............................................................52
36. Persentase simpangan mutlak kadar air lapisan ............................................................53
v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Gambar pengeringan hamparan, pengering bak datar model segiempat dan


pengering kontinyu (recirculating batch dryer)..........................................................62
2. Nilai-nilai yang digunakan dalam simulasi .................................................................63
3. Contoh ekspresi persamaan dengan metode beda hingga (finite difference)
Euler untuk keseimbangan panas pada komponen dalam ruangan .............................64
4. Tampilan program .......................................................................................................65
5. Data suhu hasil simulasi ..............................................................................................66
6. Data suhu pengering ERK-Hybrid pengujian I ...........................................................67
7. Data suhu tungku, cerobong, dan iradiasi matahari pengujian I .................................68
8. Data suhu pengering ERK-Hybrid pengujian II ..........................................................69
9. Data suhu tungku, cerobong, dan iradiasi matahari pengujian II ................................70
10. Data suhu pengering ERK-Hybrid pengujian III.........................................................71
11. Data suhu tungku, cerobong, dan iradiasi matahari pengujian III..............................72
12. Data digunakan untuk mendapatkan biaya tetap dan biaya tidak tetap.......................73
13. Bahan untuk pembuatan konstruksi pengering ERK...................................................75
vi

DAFTAR SIMBOL

Simbol Latin Satuan

A Luas (kontak) permukaan m2


APD Persentase simpangan mutlak %
bb Basis basah %
bk Basis kering %
Cp Panas jenis kJ/kg°K
COD Koefisien determinasi -
G Fluks aliran massa kg/m2det
Ga Fluks aliran massa kg/m2det
h Entalpi kJ/kg u.k.
h Koefisien konveksi W/moK
hcv Koefisien pindah panas volumetrik kJ/m2detoK
hfg Panas laten penguapan kJ/kg
I Iradiasi kW/m2
Ih Total iradiasi surya harian Wh/m2
Δt Selang pengukuran jam
Igl Iradiasi selang pengukuran ganjil W/m2
Igp Iradiasi selang pengukuran genap W/m2
Ii Iradiasi awal W/m2
If Iradiasi akhir W/m2
k Konduktivitas W/moK
L Panjang m
m Massa kg
m& r Laju aliran udara ruang pengering kg/det
m& v Laju aliran massa air yang diuapkan kg/det
m& amb Laju aliran udara luar kg/det
m& sil Laju aliran udara di silinder kg/det
m& w Laju aliran air kg/det
M Kadar air % bk.
M0 Kadar air awal % bk.
Me Kadar air keseimbangan % bk.
Pat Tekanan atmosfer Pascal
Q1 Energi untuk pemanasan udara kJ
Q2 Energi yang masuk (dikonsumsi) oleh sistem,
dengan iradiasi kJ
Q3 Energi yang masuk (dikonsumsi) oleh sistem,
tanpa iradiasi kJ
r Jari-jari lingkaran m
s Rasio keliling silinder yang tertutup terhadap keliling
silinder dalam -
t Waktu dalam persamaan (1) dan (2) detik
tg Suhu bahan C
ta Suhu udara C
vii

Simbol Latin Satuan

T Suhu mutlak K
Ta Suhu udara C
U Koefisien pindah panas total W/moK
W Massa kg
n Jumlah data -
y Nilai hasil perhitungan/pengukuran
α Absorptivitas -
τ Transmisivitas -
θ Waktu det
ηk Efisiensi kipas %
ηr Efisiensi panas bangunan pengering %
ηUP Efisiensi pengeringan oleh udara pengering %
ηP Efisiensi total sistem %
ηE Kebutuhan energi spesifik kJ/kg
ρc Kerapatan kg/m3

Subskrip
Simbol

abs Absorber
amb Udara lingkungan
at Atmosfer
b Bahan bakar
d Kering (dry)
HE Heat exchanger
hit Hasil perhitungan
inlet Suhu udara masuk ruang pengering
r Udara dalam ruang
sil Silinder
T Tangki
ukur Hasil pengukuran
v Uap air
w Air
wall Dinding
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan produksi jagung yang cepat sebagai bahan baku industri dimotori
oleh dinamika permintaan industri pakan ternak. Negara berkembang, dengan konsumsi
produk peternakan yang cenderung meningkat akibat pertambahan penduduk, urbanisasi
dan pertumbuhan ekonomi memberi pengaruh kepada permintaan jagung yang semakin
tinggi. Rachman (2002) juga menyebutkan bahwa kebutuhan jagung cenderung meningkat
dengan laju 0,34% per tahun seiring dengan pesatnya permintaan jagung sebagai bahan
baku industri pakan ternak yang membutuhkan kontinuitas pasokan.
Seiring dengan kondisi di atas perkembangan produksi jagung di Indonesia terus
meningkat. Sentra produksi terbesar jagung di Indonesia didominasi oleh lima provinsi
seperti tersaji dalam Tabel 1 (Anonim, 2007). Untuk itu kegiatan pasca panen terutama
pengeringan dan penyimpanan harus ditingkatkan sesuai dengan peningkatan produksi
jagung tersebut, karena tahapan pengeringan adalah paling krusial yang menyangkut
kualitas dan mutu jagung. Kegiatan pasca panen yang dilakukan petani masih terbatas pada
penjemuran untuk mencapai kadar air 20-25%. Pemipilan umumnya menggunakan jasa
pemipil. Pengeringan jagung untuk mencapai kadar air 14% biasanya dilakukan oleh
pedagang besar atau industri pengolahan dengan menerapkan teknologi maju (Pasandaran,
2003).

Tabel 1 Lima besar provinsi penghasil jagung (pipilan kering) dalam ton, 2002-2006.

Provinsi
Tahun Jawa Timur Jawa Lampung Sumatera Sulawesi Indonesia
Tengah Utara Selatan
2002 3 692 146 1 505 706 989 323 640 593 661 005 9 654 105
2003 4 181 550 1 926 243 1 087 751 687 360 650 832 10 886 442
2004 4 133 762 1 836 233 1 216 974 712 560 674 716 11 225 243
2005 4 398 502 2 191 258 1 439 000 735 446 705 995 12 523 894
Sumber : Anonim, 2007
Selain itu, harga energi fosil yang meningkat tajam akhir-akhir ini menjadi masalah
tersendiri dalam proses pengeringan yang masih menggunakan energi fosil sebagai sumber
pemanas. Pengembangan alat pengering untuk mengurangi ketidakseragaman kadar air
akhir menggunakan energi alternatif selain energi fosil dan pemakaian sumber energi yang
2

masih melimpah dan terbarukan seperti energi surya sangat diharapkan untuk mengatasi
masalah di atas.
Energi surya dapat digunakan untuk mengeringkan produk pertanian dengan dua
cara, yaitu dengan hamparan (lihat Lampiran 1) atau dengan pengering mekanis (artificial
drying). Tetapi pengeringan dengan hamparan mempunyai beberapa kelemahan seperti:
tergantung dengan cuaca, sukar dikontrol, memerlukan tempat penjemuran yang luas,
mudah terkontaminasi dan memerlukan waktu yang lama. Pengering mekanis kemudian
dibuat untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pengeringan dengan hamparan tersebut.
Salah satu pengering mekanis yang memanfaatkan energi surya untuk proses pengeringan
adalah pengering surya tipe efek rumah kaca (ERK) atau green house effect (GHE) solar
dryer (Kamaruddin, 1995 dalam Manalu, 1999).
Meskipun energi surya di Indonesia relatif melimpah ternyata dalam Nelwan
(1997) disebutkan bahwa input energi yang berasal dari iradiasi surya hanya berkisar
antara 10,7-16,4% dari keseluruhan energi yang digunakan untuk pengeringan kakao
dengan pengering ERK. Sehingga pengembangan selanjutnya pengering ERK selalu
membutuhkan pemanas tambahan, sehingga kemudian disebut sebagai pengering ERK-
hybrid. Pengering ERK-hybrid lebih berkembang dibandingkan dengan pengering surya
yang lain, misalnya dengan kolektor datar antara lain disebabkan karena berdasarkan
teknik optimasi diketahui bahwa biaya yang digunakan untuk kolektor datar sebagai sistem
pengering cukup tinggi (Kamaruddin, 1993; 1995 dalam Nelwan, 1997).
Dalam proses pengeringan suatu bahan, kontinuitas, keseragaman suhu dan kadar
air adalah masalah yang sangat penting. Keseragaman kadar air akhir bahan sangat sulit
sekali dicapai bahkan dalam pengeringan mekanis, kecuali dilakukan pembalikan atau
pengadukan dalam selang waktu tertentu. Widodo dan Hendriadi (2004) mengatakan
pengeringan bahan pertanian dengan pengering tipe bak datar menghasilkan kadar air akhir
yang kurang seragam pada lapisan bawah, tengah, dan atas. Perbedaan kadar air
pengeringan antara lapisan bawah dan atas sebesar 4-6% untuk pengering bak datar juga
disebutkan oleh Thahir et al. (1993) dalam Thahir (2000). Kelemahan pengering tipe bak
datar yang menghasilkan kadar air akhir bahan yang tidak seragam dimungkinkan terutama
karena tidak adanya pengadukan. Pengadukan bahan dalam proses pengeringan yang
dilakukan selama ini adalah secara manual, biasanya dengan kaki atau dengan tangan (dan
alat bantu). Kemudian dikembangkan pengering yang berputar sebagai pengadukan untuk
mencampur bahan secara mekanis, seperti yang dilakukan oleh Nelwan (1997) dengan rak
3

yang digetarkan terhadap kakao dan menghasilkan konsumsi energi spesifik (KES) sebesar
17,8-41,3 MJ/kg dan Manalu (1999) juga untuk mengeringkan kakao dengan pengadukan
horisontal menghasilkan KES 7,2 sampai 9,3 MJ/kg. Nelwan (2007) juga melakukan
pengeringan dengan rak berputar dan menghasilkan KES 7,9 sampai dengan 9,9 MJ/kg.
Sulikah (2007) menyimpulkan bahwa proses pemutaran dalam pencampuran (pengadukan)
jagung pipilan pada pengeringan silinder putar selama 5 menit setiap 15 menit, telah
diperoleh campuran yang merata sehingga suhu bahan yang dikeringkan juga merata.
Widodo et al. (2005) melakukan penelitian pengeringan dengan rotary drier untuk melihat
proses dehidrasi cabai yang dikeringkan dan diperoleh kualitas yang paling baik adalah
dengan melakukan pemutaran bahan 4 rpm selama 5 menit per 30 menit dengan suhu
70oC.
Dengan memperhatikan kelebihan pengering ERK-hybrid dan proses pengadukan
selama pengeringan yang telah dilakukan sebelumnya, untuk maksud pengembangan
selanjutnya akan dilakukan simulasi yang diharapkan mampu menghitung konsumsi energi
spesifik optimum untuk pengeringan jagung pipilan. Simulasi yang dilakukan berdasarkan
pemodelan matematik keseimbangan panas dan massa. Penggunaan simulasi sistem akan
sangat menguntungkan karena dapat menghindari kesulitan atau secara biaya terlalu besar
untuk membuat sistem nyata (Stoecker, 1971).

Tujuan Penelitian

1. Melakukan uji kinerja pengering ERK-hybrid tipe wadah silinder dan menghitung
energi dan biaya operasi.
2. Merumuskan model matematik untuk menghitung perubahan suhu, RH udara dan
penurunan kadar air jagung pipilan selama pengeringan dengan pengering ERK-hybrid
tipe wadah silinder
3. Melakukan validasi terhadap model yang dikembangkan dengan menggunakan data
aktual hasil pengujian.
TINJAUAN PUSTAKA

Jagung

Jagung (Zea mays L.) termasuk famili Gramineae, sub famili Maydeae, genus Zea
dan spesies mais. Jagung tumbuh baik di daerah beriklim sedang yang panas, daerah
beriklim subtropis yang basah dan dapat tumbuh baik di daerah tropis. Jagung merupakan
tanaman berumah satu yaitu bunga jantan dan betina letaknya dalam satu tanaman
(Sandewi, 2005).

Pasca Panen Jagung

Panen terbaik perlu memperhatikan dua hal, yaitu ketepatan umur panen dan cara
panen. Panen pada umur optimum akan memperoleh jagung dengan mutu terbaik,
sedangkan panen lebih awal akan menghasilkan jagung dengan kadar butir keriput tinggi
dan panen pada fase kelewat matang menyebabkan jagung banyak rusak. Biasanya jagung
siap dipanen apabila kadar air bji mencapai 30-40% (Mudjisihono et al., 1993). Namun
petani biasanya menentukan waktu panen berdasarkan kenampakan kelobot atau menduga
umur panenya saja. Panen dalam bentuk tongkol berkelobot merupakan cara yang banyak
dilakukan petani. Tergantung kondisi wilayah, panen jagung dapat dibedakan menjadi dua
cara. Pada daerah dengan curah hujan rendah, tongkol dibiarkan tetap pada tanaman
hingga kering (kadar air 17-20%), kemudian jagung dipetik dengan meninggalkan kelobot
pada tanaman. Sedangkan daerah dengan daerah curah hujan cukup tinggi, petani biasanya
memanen jagung ketika masih segar (kadar air 30-40%). Batang jagung dipotong dengan
sabit pada ketinggian sejajar pinggang, kemudian jagung diambil dan kelobotnya dikupas
(Purwadaria, 1988 dalam Munarso dan Thahir, 2002). Pengeringan jagung dilakukan dua
tahap. Pengeringan pertama bertujuan agar jagung mudah dipipil dan terhindar dari
kerusakan akibat kadar air yang tinggi. Pengeringan kedua dimaksudkan untuk
menurunkan kadar air air jagung sehingga siap disimpan untuk jangka waktu tertentu
(Munarso dan Thahir, 2002).
Pengendalian mutu jagung sebaiknya dilakukan selama proses produksi sampai
dengan produk berada di tangan konsumen. Menurut Kristanto (2004) dalam Sandewi
(2005), pengendalian mutu jagung pada saat panen dilakukan mulai pemanenan,
pengeringan awal, pemipilan, pengeringan akhir, pengemasan dan penyimpanan.
Pemanenan dilakukan pada saat jagung telah mencapai masak fisiologis yaitu berkisar 100
5

hari setelah tanam dan tergantung dari varietas yang digunakan. Pada umur tersebut
biasanya daun jagung/klobot telah kering dan berwarna kekuning-kuningan, selanjutnya
jagung dipisahkan antara jagung yang layak jual dengan jagung busuk, muda dan
berjamur. Jagung yang layak jual kemudian diproses selanjutnya atau dilakukan proses
pengeringan. Setelah dilakukan pemipilan, butiran jagung hasil pipilan masih terlalu basah
untuk dijual ataupun disimpan. Pada pengeringan butiran (pipilan), kadar air jagung
diturunkan sampai kadar air sesuai mutu jagung yang dikehendaki. Standar mutu jagung
pipilan yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dapat dilihat seperti
Tabel 2 (Anonim, 1995).

Tabel 2 Standar mutu jagung pipil

Komponen Utama Persyaratan Mutu (% maks)


I II III IV
Kadar air 14 14 15 17
Butir rusak 2 4 6 8
Butir warna lain 1 3 7 10
Butir pecah 1 4 3 5
Kotoran 1 1 2 2

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu proses yang menyangkut perpindahan panas dan massa,
oleh karena itu diperlukan energi. Energi yang diserap proses ini mencapai kurang lebih
12% dari total energi yang digunakan pada industri pangan dan pertanian dunia (Strumillo
et al., 1995 dalam Manalu, 1999). Henderson dan Perry (1989) menyebutkan bahwa
pengeringan adalah proses mengeluarkan air dari suatu produk sampai pada kadar air yang
setimbang dengan keadaan udara atmosfer normal, atau pada kadar air dimana penurunan
kualitas jamur, aktifitas enzim dan serangga dapat diabaikan. Menghilangkan kadar air
adalah mengeluarkan air sehingga kadar air menjadi sangat rendah, mendekati keadaan
kering mutlak (bone-dry). Hall (1957) menyatakan bahwa pengeringan merupakan proses
pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga dapat
menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis dan kimia. Sedangkan menurut
Mujumdar dan Devahastin (2001), pengeringan adalah operasi rumit yang meliputi
perpindahan panas dan massa transien serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik
atau kimia yang pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan mutu.
Lebih dari 400 jenis pengering telah dilaporkan pada literatur dan lebih dari seratus
jenis telah tersedia di pasar umum. Berbagai kajian melaporkan bahwa konsumsi energi
6

nasional untuk operasi pengeringan di industri berkisar dari 10-15% untuk Amerika
Serikat, kanada, Perancis, dan Inggris dan bahkan di Denmark dan Jerman mencapai
hingga 20-25% (Mujumdar dan Devahastin, 2000). Besarnya energi yang digunakan dalam
pengeringan ini membutuhkan perhatian untuk dilakukan kajian atau penelitian lebih lanjut
sehingga kebutuhan energi dapat dikurangi.
Selain pengering untuk produk makanan dan industri lainnya, pengering untuk
jagung-jagungan telah berkembang di Indonesia meskipun masih banyak terjadi
kelemahan-kelemahan yang ditemui di lapangan. Thahir et al. (1993) dalam Thahir (2000),
menyebutkan bahwa alat pengering yang banyak beredar pada saat ini adalah sistem
pemanasan langsung tipe bak datar model segiempat (lihat Lampiran 1) yang mempunyai
kelemahan terjadi perbedaan kadar air pengeringan antara lapisan bawah dan atas sebesar
4-6%, serta laju pengeringan yang relatif lambat. Pengeringan bahan pertanian dengan
pengering tipe bak datar menghasilkan kadar air akhir yang kurang seragam dikatakan pula
oleh Widodo dan Hendriadi (2004), bahwa selain lama pengeringan jagung pipilan yang
dilakukan dengan bak datar segiempat pada suhu 45-70ºC membutuhkan waktu sekitar 13
jam, laju pengeringan rata-rata yang terjadi adalah 0,77 %/jam, selama 4 jam pertama
penurunan kadar air yang terjadi adalah sebesar 3,67% dan kadar air pada lapisan bawah,
tengah, dan atas tidak seragam.
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong telah mengembangkan
alat pengering jagung recirculating batch dryer dengan kapasitas 2 ton dengan sumber
panas kompor minyak tanah dengan rancangan laju pengeringan 1% per jam. Pada alat ini
jagung pipilan disirkulasikan secara bertahap untuk dikeringkan pada ruang pengering
sehingga kadar air jagung lebih seragam dan pengaturan kadar air lebih mudah dilakukan
(Thahir et al., 2000).
Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros Sulawesi Selatan bekerjasama dengan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember Jawa Timur telah mengembangkan alat
pengering jagung tipe bak datar dengan sumber energi matahari dan tungku pembakaran
dengan bahan bakar kayu atau tongkol jagung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
efisiensi pengeringan adalah 70%. Waktu pengeringan yang dibutuhkan untuk
mengeringkan jagung dari kadar air awal 41% menjadi 16% adalah 30 jam, dengan laju
pengeringan 0,8-0,9% per jam dan biaya pengeringan Rp. 53 per kg. Nilai ini lebih baik
serta lebih murah dibandingkan dengan alat yang digunakan petani dengan kapasitas 10
ton. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan jagung dengan kadar air awal 32%
7

menjadi 15% adalah 29 jam, dengan laju pengeringan 0,58% per jam dan biaya
pengeringan Rp. 250 per kg. (Sinuseng et al., 2001 dalam Munarso dan Thahir, 2002).

Pengeringan Lapisan Tipis

Lapisan tipis adalah lapisan bahan yang tebalnya adalah setebal satu lapisan bahan
yang suhu dan kadar air bahan di setiap lapisan adalah seragam (Anwar, 1992). Henderson
dan Perry (1976) mendefinisikan pengeringan lapisan tipis adalah pengeringan dimana
semua bahan yang terdapat dalam lapisan menerima secara langsung aliran udara dengan
suhu dan kelembaban yang konstan, dimana kadar air dan suhu bahan seragam. Thahir
(1986) mengemukakan, pengeringan lapisan tipis dikembangkan berdasar asumsi bahwa
lapisan tipis tersebut sebagai satu-kesatuan, tidak sebagai individu bahan dimana
pengeringannya terjadi secara difusi mengikuti bentuk fisik tertentu.
Sesuai dengan kondisi bahan yang seragam dalam lapisan bahan, maka penampilan
pengeringan lapisan tipis merupakan gambaran dari penampilan pengeringan individual
bahan. Oleh sebab itu, untuk memprediksi penampilan pengeringan lapisan tipis dapat
didekati dengan tampilan pengeringan individu bahan dalam lapisan tipis (Anwar, 1992).
Pengembangan model pengeringan memberikan perhatian yang lebih besar kepada
laju pengeringan menurun. Brooker et al. (1992), mengemukakan untuk memprediksi
pengeringan lapisan tipis telah dikembangkan berbagai model pendekatan: model teoritis,
model semi-teoritis dan model empiris. Luikov, dalam Brooker et al. (1992), dengan
pendekatan teoritis mengembangkan persamaan penduga pengeringan lapisan tipis dalam
bentuk persamaan diferensial berdasarkan karakteristik fisik air atau uap air pada bahan
berpori, dimana migrasi uap terjadi karena: perbedaan konsentrasi air, gaya kapiler,
perbedaan tekanan, perbedaan suhu, perbedaan konsentrasi uap dan difusi. Koefisien yang
ada dalam persamaan diferensial merupakan perpaduan dari keadaan suhu, uap air, gradien
tekanan uap air, energi dan total perpindahan massa. Menurut Husain et al. (1972) dalam
Brooker et al. (1992) pada banyak bahan hasil pertanian, pengaruh gradien suhu dapat
diabaikan. Pada prakteknya pengaruh tekanan yang terdapat dalam model Luikov dapat
diabaikan, dan untuk menduga laju perubahan kadar air bahan pada pengeringan lapisan
tipis, parameter bahan yang dianggap paling berpengaruh adalah parameter geometri dan
parameter difusi air bahan. Atas dasar itu, model Luikov disederhanakan menjadi
persamaan (1).
8

∂M ⎡ ∂ 2 M c∂M ⎤
= D⎢ 2 + ⎥ ....................................................................................... (1)
∂t ⎣ ∂r r∂r ⎦

dimana c adalah konstanta sesuai geometri bahan, untuk lempeng nilai c adalah 0, untuk
silinder 1 dan 2 untuk bentuk bola sementara D adalah koefisien difusivitas bahan.
Henderson dan Perry (1976), memberikan model semi-teoritis untuk memprediksi
pengeringan lapisan tipis yang juga berdasarkan parameter difusi dan geometri bahan
seperti persamaan (2) berikut.
MR = Ae − Kt .......................................................................................................... (2)
dimana A adalah konstanta yang tergantung pada geometri bahan, dengan nilai 0,608 untuk
bola, 0,811 untuk lempeng dan 0,533 untuk tumpukan balokan. K adalah koefisien
pengeringan yang berhubungan dengan faktor difusivitas dan ukuran bahan, dengan nilai
D2/r2, untuk bola dan D2/2xtebal untuk lempengan, dimana D adalah difusivitas bahan
(m2/menit).

Pengeringan Lapisan Tebal

Secara teoritis perhitungan-perhitungan pengeringan jagung pipilan bisa didekati


sebagai lapisan tipis. Pengeringan jagung pipilan biasanya dikeringkan dengan tumpukan
tebal sampai 60 cm. Untuk itu perhitungan pengeringan tumpukan tebal bisa didekati
sebagai sejumlah dari lapisan tipis. Elfian (1985) menggunakan persamaan yang
digunakan Thahir (1984) yang merupakan persamaan lapisan tipis untuk jagung-jagungan
dengan model lempeng:

M − Me
= 0,177293 exp(−36,5655 X ) + 0,81585 exp(−2,47511X ) ............................... (3)
M0 − Me

dimana X = kθ . Sedangkan Bala (1997), secara semi teoritis menggunakan model


pengeringan lapisan tipis untuk menduga penurunan kadar air pada setiap lapisan, dengan
suhu dan kelembaban udara di sekitar jagung, maka penurunan kadar air dinyatakan
sebagai:

dM
= − k (M − Me ) .......................................................................................................... (4)

9

dimana k adalah konstanta pengeringan dan Me adalah kadar air keseimbangan (%,db.),
kedua-duanya merupakan fungsi suhu dan kelembaban. Sementara M adalah kadar air
bahan (%,db.).
Prosedur untuk menghitung pengeringan lapisan tebal dikembangkan dengan
menganggap lapisan tebal merupakan susunan dari sejumlah lapisan tipis. Sesuai dengan
anggapan itu, maka pengeringan lapisan tebal dinyatakan sebagai pengeringan sejumlah
lapisan tipis. Model simulasi pengeringan lapisan tebal yang dikembangkan menurut
prosedur pengeringan sejumlah lapisan tipis untuk beberapa komoditi hasil pertanian telah
dilakukan pada penelitian-penelitian terdahulu, dengan hasil yang memuaskan.
Anwar (1992), menyebutkan pengembangan model matematik untuk pengeringan
cabe merah menggunakan anggapan bahwa pengeringan lapisan tebal cabe merah
merupakan pengeringan sejumlah lapisan tipis cabe merah. Jumlah lapisan tipis pada
lapisan tebal didekati dengan persamaan (5) berikut.
A
R= ................................................................................................................. (5)
B
dimana R adalah jumlah lapisan tipis pada lapisan tebal, A adalah tebal lapisan tebal dan
B sebagai tebal lapisan tipis.
Berdasarkan pendekatan lapisan tebal sebagai susunan dari R lapisan tipis, maka
udara pengering keluaran dari lapisan tipis pertama merupakan masukan udara pengering
untuk lapisan kedua. Analogi dengan kondisi udara yang keluar dari lapisan tipis pertama
dan udara pengering sebagai masukan lapisan tipis kedua, berlaku untuk hubungan pada
lapisan-lapisan tipis yang lain. Hubungan itu dapat dinyatakan : keluaran udara pengering
lapisan tipis ke (R-1) = masukan udara pengering lapisan tipis ke (R).

Pengering Efek Rumah Kaca

Surya atau matahari memancarkan radiasi energi dalam bentuk gelombang


elektromagnetik. Pada kondisi optimum energi surya yang mencapai permukaan bumi
besarnya 6-8 kW-jam/m2/hari untuk daerah di sekitar katulistiwa. Sedangkan pada kondisi
berawan diperkirakan hanya 10 – 20% dari kondisi sebelumnya. Sekitar 30% radiasi yang
mencapai atmosfer dipantulkan kembali ke angkasa, 47% diserap menjadi panas oleh
atmosfer, tanah dan air. Tetapi sebagian besar energi yang diserap ini dipantulkan lagi ke
atmosfer (Stout, 1979 dalam Manalu, 1999).
10

Dari jumlah energi yang tersedia diperkirakan bahwa potensi yang jatuh di wilayah
Indonesia besarnya 0,48 x 106 kJ/m2 x 1,9 x 1012 m2 = 0,9 x 1018 kJ/tahun, yang kalau
diubah menjadi listrik mempunyai potensi sebesar 28,35 x 1018 MWe. Penerimaan iradiasi
rata-rata di Indonesia sebesar 4,5 kWh/m2/8 jam atau 562,5 W/m2 (Kamaruddin, 1991
dalam Nelwan, 1997).
Energi yang berlimpah ini dapat dimanfaatkan salah satunya untuk proses
pengeringan komoditi pertanian. Untuk menangkap energi surya dalam bentuk panas bisa
digunakan kolektor sedangkan dalam bentuk listrik digunakan sel fotovoltaik. Pada
umumnya pengering energi surya memakai kolektor. Dari hasil perhitungan (Kamaruddin,
1997 dalam Manalu, 1999) diketahui bahwa biaya pembuatan kolektor datar merupakan
biaya tertinggi yang diikuti oleh biaya pengadaan kipas angin. Untuk menekan biaya
pengeringan terutama pembuatan kolektor adalah dengan mengganti sistem kolektor datar
ini dengan pengumpul panas yang mengikuti konsep rumah kaca.
Kamaruddin (1995) dalam Manalu (1999) menyebutkan bahwa pengering surya
tipe efek rumah kaca (ERK) atau green house effect (GHE) solar dryer adalah salah satu
cara pemanfaatan energi surya untuk proses pengeringan. Prinsip ERK adalah dengan
membuat suatu bangunan yang dinding dan atapnya terbuat dari bahan transparan
berfungsi sebagai penyekat sehingga energi panas yang masuk dapat meningkatkan suhu di
dalam bangunan ruang pengeringan. Panas yang terakumulasi dipakai untuk mengeringkan
komoditas yang berada dalam bak pengering. Untuk menaikkan suhu udara pengering
yang dihasilkan oleh pemanasan energi surya maka digunakan pemanas tambahan.
Pengeringan dengan energi surya mempunyai kelemahan yaitu tidak kontinyu dan
sewaktu-waktu dapat terhalang oleh hujan atau awan. Beberapa tempat di Indonesia
mempunyai hari hujan yang panjang atau tingkat keawanan yang tinggi. Salah satu upaya
melakukan pengeringan lanjutan pada saat cuaca tidak mendukung atau pada malam hari
adalah dengan memberikan pemanasan tambahan. Selain itu pengering efek rumah kaca
harus dimodifikasi dengan tempat pengering yang memungkinkan produk mencapai suhu
dan kadar air akhir yang seragam, yaitu dengan cara memutar produk dengan sistem
pemutaran produk atau tempat/wadah dari produk tersebut, seperti yang pernah dilakukan
oleh Nelwan (1997) dan Manalu (1999), yaitu dengan rak berputar secara horisontal.
11

Pemodelan untuk Pengeringan

Banyak model pengeringan yang telah dikembangkan untuk menduga kinerja dari
pengering yang telah dibuat dan dikembangkan. Pelegrina et al. (1998) mengembangkan
model matematik rotary dryer semi-kontinyu untuk mengeringkan sayuran dengan
merubah-rubah suhu inlet dan RH pengeringan. Iguaz et al. (2003) mengembangkan model
matematik untuk pengeringan produk sampingan dari sayuran dengan rotary dryer, pada
skala pengering semi-industri. Hasil simulasi dapat digunakan untuk menduga bahwa suhu
udara inlet paling berpengaruh pada peningkatan laju penurunan kadar air dan laju
perubahan suhu pada kondisi steady state. Franca et al.(1994) melakukan simulasi numerik
untuk membandingkan pengeringan lapisan tebal secara berkala (intermittent) dan
kontinyu (continuous). Diperoleh hasil bahwa pengeringan kontinyu lebih efisien
dibandingkan dengan pengeringan intermitent dari segi waktu. Tetapi pengeringan
intermitent lebih menghasilkan distribusi kadar air dan suhu yang lebih seragam.
Manalu (1999) dan Nelwan et al. (2007) mengembangkan model keseimbangan
panas pengering ERK untuk mengeringkan jagung kakao sebagai berikut:
Suhu atap:
dTr1
(mCp) r1 = εσ ( F1(T f4 − Tr41 ) + F1(Ts4 − Tr41 ) + F1(T p4 − Tr41 ))
dθ ......................... (6)
− hr1 Ar1 (Tr1 − Tr ) − hr1 Ar1 (Tr1 − Ta ) + αIAr1

Suhu udara di dalam bangunan:


dT
(mCp) r r = mCp(Ta − Tr ) + hr1 Ar1 (Tr1 − Tr ) + h f Ar1 (T f − Tr )
dθ ........................ (7)
− hwi1 Awi1 (Twi − Ta ) + hs As (Ts − Tr )

Suhu dinding bak pengering:


dT
(mCp) s s = εσ (( F 4(T f4 − Ts4 ) + F 5(Twi4 − Ts4 )) − hs As1 (Ts − Tr )

..................... (8)
ΔTs
− λ p As + Wb H f
Δy
Suhu lantai:
dT f
(mCp ) f = ταIA f − εσ ( F 4(T f4 − Ts4 ) + F 6(T f4 − Twi4 ) − F1(T f4 − Tr41 ))

.......... (9)
ΔT f
− h f A f (T f − Tr ) − λ f A f
Δy
Suhu dinding bangunan:
dT
(mCp) w w = Aw0 (αI − hw0 (Tw0 − Ta )) − hwi Awi (Twi − Tr ) ................................ (10)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Waktu penelitian ini adalah dari bulan September 2007 sampai dengan bulan Juli
2008. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Energi Surya Laboratorium Energi dan
Elektrifikasi Pertanian, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Tekonolgi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang dikeringkan dalam penelitian ini adalah jagung pipilan dari jenis
hybrida yang diperoleh dari pemasok industri pakan ternak. Bahan lain yang digunakan
adalah tongkol jagung dan minyak tanah sebagai penyalaan bahan bakar awal.

Alat

Peralatan yang digunakan meliputi: alat pengering tipe ERK-hybrid tipe silinder
(Gambar 1) yang mempunyai lima komponen utama, yaitu ruang pengering yang berupa
atap dan dinding transparan; silinder pengering dengan motor penggerak; tungku bahan
bakar biomassa; penukar panas dan kipas; serta kipas pelepas udara. Alat-alat ukur yang
digunakan meliputi: timbangan digital AND Model EK-1200A, termokopel tipe T (C-C),
pyranometer, oven pengering SS-204D, hybrid recorder HR-2500E, anemomaster
Kanomax Model 6011, digital balance EK-1200A (AND). Bahasa pemrograman Visual
Basic digunakan untuk menyelesaikan persamaan-persamaan simulasi.

Gambar 1 Pengering ERK-hybrid tipe silinder.


13

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan seperti diagram alir pada
Gambar 2 berikut.

Uji kinerja pengering ERK-hybrid tipe silinder


(3 kali ulangan)

Merumuskan model matematik perubahan


suhu, RH dan kadar air

Melakukan validasi hasil simulasi dengan


salah satu ulangan hasil uji kinerja pengering
ERK-hybrid tipe silinder

Melakukan simulasi terhadap putaran silinder


dan pengaruh perubahan input

Gambar 2 Tahapan penelitian

Pengujian Alat Pengering ERK-Hybrid Tipe Silinder

Secara skematis, bagian-bagian alat pengering ERK-hybrid tipe silinder dapat


dilihat pada Gambar 3. Pengujian pengering ini dilakukan secara terus-menerus, operasi
dilakukan pada siang hari saja untuk memaksimalkan energi dari matahari. Dari beberapa
rujukan dan penelitian sebelumnya diketahui pengeringan jagung berlangsung pada kisaran
suhu 40 – 70oC. Widodo dan Hendriadi mengeringkan jagung pipilan dengan suhu rata-
rata 45 - 70oC dan dapat mengeringkan jagung pipilan selama 13 jam.
Kapasitas pengeringan pada penelitian ini adalah 1500 kg (skala kelompok
tani/koperasi) dan suhu pengeringan diambil 60oC. Pengeringan dihentikan jika kadar air
bahan mencapai 16% bb. dengan alasan pengeringan akan diteruskan ke pengeringan
selanjutnya.

Pengambilan Data

Pada pengujian alat pengering ERK-hybrid ini parameter yang diukur meliputi: (1)
Massa, kadar air, densitas bahan; (2) Suhu meliputi: suhu udara lingkungan, plat, lantai,
tungku, inlet, outlet, ruang pengering, dan suhu bahan; (3) Kelembaban relatif (RH) :
RH lingkungan dan RH ruang pengering (4) Waktu pengoperasian alat; (5) Konsumsi
bahan bakar; (6) Iradiasi surya, kecepatan angin.
14

Ulangan pengujian yang dilakukan untuk validasi adalah sebanyak 3 kali. Metode
pengeringan jagung pipilan dengan pengering ERK-hybrid tipe silinder seperti tersaji
dalam Gambar 4.

Aliran udara Aliran air


Aliran b. bakar
Gel. pendek

Gel. panjang

Keterangan : 1. Tongkol jagung, 2. Cerobong, 3. Tungku, 4. Tangki air, 5. Pompa air, 6. Pipa outlet-1,
7. Pipa outlet-2, 8. Penukar panas, 8. Penukar panas, 9. Kipas inlet, 10. Motor penggerak,
11. Silinder pengering, 12. Kipas outlet, 13. Inlet udara, 14. Sistem pengering ERK

Gambar 3 Skematis alat pengering ERK-hybrid tipe silinder

Iradiasi Surya
Data iradiasi surya diukur dengan piranometer yang ditempatkan di sebelah alat
pengering ERK-hybrid sedemikian rupa sehingga sinar matahari tidak terhalang.
Pengukuran dilakukan pada saat alat pengering dioperasikan sampai matahari terbenam,
dengan interval pengukuran 30 menit. Keluaran dari piranometer berupa tegangan (mV).
Tegangan keluaran dari piranometer sebesar 1 mV setara dengan 1000/7 watt/m2, maka
akan diperoleh iradiasi sesaat. Total iradiasi surya harian (Ih) dihitung secara matematis
dengan menggunakan metode Simpson (Purcell dan Varberg, 1990) .

Ih =
Δt
3
[ ]
I i + 4∑ It gl + 2∑ It gp + I f ................................................................ (11)
15

Jagung kadar air kering panen ±1500 kg, KA 23-25% bb.

Penimbangan dan pemasukkan


jagung ke dalam silinder pengering

Pengambilan sampel awal dan


pengukuran kondisi awal

o
Proses pengeringan suhu 60 C kec.
aliran udara inlet ±6 m/s

Pengadukan

Pengukuran suhu setiap setengah


jam dan kadar air per jam

Pengadukan

Pengeringan berakhir (sampai


kadar air rata-rata ±16% bb.)

Pemindahan ke pengeringan
selanjutnya (in store dryer, ISD)

Gambar 4 Diagram alir proses pengeringan jagung pipilan.

Suhu, RH Udara dan Suhu Bagian-bagian Alat Pengering dan pada Jagung Pipilan
Suhu dan udara diukur menggunakan termokopel tetapi untuk pengukuran RH
digunakan termokopel bola basah dan bola kering, dengan interval pengukuran 30 menit.
Bagian-bagian alat pengering yang diukur perubahan suhunya meliputi: plat silinder
pengering, lantai, sebelum HE dan sesudah HE, udara masuk silinder pengering, udara
keluar pengering, Untuk memperjelas letak termokopel dapat dilihat pada Gambar 5.

Kecepatan Udara
Kecepatan udara diukur dengan menggunakan anemomaster. Bagian-bagian yang
diukur meliputi: kecepatan udara masuk ruang plenum, kecepatan udara dalam ruang
plenum, kecepatan udara keluar, kecepatan udara yang keluar dari jagung pipilan dalam
silinder pengering, dan kecepatan udara luar, dengan interval pengukuran 30 menit. Letak
dan jumlah titik pengukuran untuk masing-masing komponen dapat dilihat pada Gambar 5.

Pengukuran Kadar Air Sampel Jagung Pipilan


Pengukuran kadar air jagung pipilan dilakukan di bagian dalam, tengah dan luar
tumpukan jagung pipilan dalam silinder pengering dengan masing-masing 3 ulangan.
16

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan oven pengering dengan interval
pengukuran 60 menit. Titik-titik pengukuran sampel kadar air dapat dilihat pada Gambar
6. Perhitungan kadar air bahan (Brooker et al., 1992) dengan persamaan (12) dan (13)
sedangkan laju penurunan kadar air bahan menggunakan rumus (14).
Ww
KadarAir (%bb.) = x100% ....................................................................................... (12)
W0
W
KadarAir (%bk.) = w x100% ...................................................................................... (13)
Wd
∂M M 1 − M 2
Laju penurunan kadar air bahan : = ....................................................... (14)
∂t θ

Keterangan :
T1 : Suhu tungku, T2 : Suhu cerobong, T3 : Suhu air masuk ke HE, T4 : Suhu air keluar dari HE 1, T5 :
Suhu air keluar dari HE 2, T6 : Suhu bola basah sebelum HE, T7 : Suhu bola kering sebelum HE, T8 : Suhu
udara masuk pengering, T9 : Suhu bola basah pengering 1, T10 : Suhu bola kering pengering 1, T11 : Suhu
lapisan dalam 1, T12 : Suhu lapisan tengah 1, T13 : Suhu lapisan luar 1, T14 : Suhu lapisan dalam 2, T15 :
Suhu lapisan tengah 2, T16 : Suhu lapisan luar 2, T17 : Suhu bola basah pengering 2, T18 : Suhu bola kering
pengering 2, T19 : Suhu udara dalam pengering, T20 : Suhu bola basah di outlet, T21 : Suhu bola kering di
outlet, T22 : Suhu bola basah lingkungan, T23 : Suhu bola kering lingkungan, T24 : Suhu logam pengering,
T25 : Suhu lantai ruang pengering, V1 : Kecepatan udara masuk ruang pengering, V2 : Kecepatan udara di
dalam ruang plenum, V3 : Kecepatan udara keluar dari ruang pengering, V4 : Kecepatan udara yang keluar
dari jagung dalam ruang pengering, V5 : Kecepatan udara luar

Gambar 5 Titik pengambilan suhu dan kecepatan udara


17

Gambar melintang Gambar samping

Keterangan : Nomer 1, 4, 7 : sampel kadar air lapisan dalam tumpukan; nomer 2, 5, 8 : sampel
kadar air lapisan tengah tumpukan; dan nomer 3, 6, 9 : sampel kadar air lapisan luar
tumpukan.

Gambar 6 Titik pengambilan sampel kadar air

Pemanas Tambahan
Pemanas tambahan diperlukan untuk menaikkan suhu udara pengering yang sudah
diperoleh dari energi surya karena belum mencukupi untuk pengeringan atau hanya 10,7-
16,4% dari panas yang dibutuhkan pengering (Nelwan, 1997). Pemanas tambahan yang
digunakan adalah berupa tungku berbahan bakar tongkol jagung untuk memanaskan tangki
berisi air. Data yang diambil adalah berupa laju pembakaran tongkol jagung, dan suhu
tungku, cerobong serta suhu air yang ada dalam tangki yang dipanaskan. Interval
pengukuran suhu adalah 30 menit.

Pemutaran Silinder Pengering untuk Pengadukan


Pemutaran silinder pengering dilakukan bertujuan untuk membalik atau
mencampur jagung pipilan agar pengeringan merata pada semua lapisan yang dikeringkan.
Sulikah (2007) melakukan pemutaran silinder pengering 5 menit per 15 menit dengan
putaran silinder 4 rpm sehingga terjadi putaran silinder sebanyak 20 putaran per 15 menit
dan menghasilkan pencampuran bahan yang merata. Pengeringan dilakukan untuk jagung
pipilan skala 95 kg dengan suhu pengeringan antara 61 – 74,9oC dan RH antara 23,8 –
49,6%. Untuk memperoleh pengadukan bahan yang merata, dalam pengeringan skala 1500
kg ini, akan dilakukan perputaran silinder selama 15 menit setiap 1 jam, sehingga
diperoleh perputaran sebanyak 19 putaran per 1 jam, dan diharapkan diperoleh
pengadukan yang merata.
18

Untuk mengetahui efek pemutaran terhadap keseragaman suhu dan kadar air
lapisan jagung, maka akan dihitung nilai persentase simpangan mutlak (absolute pecentage
deviation, APD) antara lapisan dalam dan lapisan luar jagung pipilan dalam silinder
menggunakan persamaan (15).

2
100 ⎛ ylap.dalam − ylap.luar ⎞
APD =
n
∑ ⎜
⎜ ylap.dalam
⎟ ............................................................................ (15)

⎝ ⎠

Penyusunan Model Matematik

Penyusunan model matematik didasarkan dengan memperhatikan sub-sistem yang


ada dalam keseluruhan sistem pengering ERK-hybrid. Sub-sistem yang diperhatikan dalam
membuat persamaan-persamaan keseimbangan panas dan massa ini adalah : sub-sistem
tangki air, sub-sistem penukar panas, sub-sistem silinder pengering, dan sub-sistem ruang
pengering (Nelwan et al., 2007). Gambar 7 di bawah menunjukkan tempat-masing-masing
sub-sistem yang ditinjau dalam penyusunan model tersebut.

Aliran udara Aliran air

Gel. pendek Aliran b. bakar

Gel. panjang

Keterangan : (A) Sub-sistem Tangki air; (B) Sub-sistem Penukar panas;


(C) Sub-sistem Silinder pengering; (D) Sub-sistem Ruang pengering ERK.

Gambar 7 Skematik tempat sub-sistem yang ditinjau dalam penyusunan model.


19

Keseimbangan Panas pada Udara dalam Ruangan

Perpindahan panas yang berhubungan dengan udara pada bagian ini adalah
interaksi panas dengan komponen-komponen di dalam ruang pengering secara konveksi.
Dari dinding pengering, udara keluar ke lingkungan dan udara dari dalam silinder tempat
produk dikeringkan menuju ruangan, sementara itu udara dari ruangan pengering akan
menuju ke absorber dan ke dinding. Udara pengering di dalam ruang pengering
diasumsikan memiliki suhu yang seragam. Untuk itu keseimbangan termal pada udara
dalam ruangan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
dhr
mr = −m& amb (hr − hamb ) + m& sil (hsil − hr ) − hc ,abs Aabs (t r − t abs )
dθ ................................. (16a)
− hc , wall Awall (t r − t amb )

dimana entalpi udara didefinisikan sebagai:

h = C p ,a t + C p , w Ht dp + h fg H + C p , s H (t − t dp ) ............................................................... (16b)
Karena perubahan (C p , w − C p , s ) Ht dp dan perubahan panas laten saling meniadakan maka

panas laten dapat dianggap sebagai konstanta dan (C p , w − C p , s ) Ht dp diabaikan sehingga

persamaan (16b) menjadi:

h = (C p , a + C p , s H )t + h fg H .......................................................................................... (16c)

persamaan (16a) dengan menggunakan persamaan (16c) dapat ditulis kembali menjadi:

dt r dH r
m r (C p , a + C p , s H r ) + (mr C p , s t + h fg ) = (− m& amb − m& sil )(C p , a + C p , s H r )t r
dθ dθ
+ m& amb (C p ,a + C p ,s H amb )t amb + m& sil (C p ,a + C p , s H r )t sil − hc ,abs Aabs (t r − t abs ) ....... (16d)
− hc , wall Awall (t r − t amb )

Keseimbangan Panas pada Komponen dalam Ruangan

Untuk mempermudah perhitungan, diasumsikan bahwa seluruh komponen di dalam


ruang pengering dianggap satu-kesatuan yang memiliki keseragaman properti, sehingga
keseimbangan termalnya dapat dinyatakan sebagai selisih radiasi yang diserap oleh
komponen-komponen tersebut dengan panas yang dipindahkan secara konveksi udara ke
absorber atau secara matematis dapat dinyatakan sebagai:
dt abs
mabs C p,abs = Iα absτ wall Aproy − hc ,abs Aabs (t abs − t r ) .................................................... (17)

20

Keseimbangan Panas pada Udara dalam Silinder Bagian Dalam

Pada silinder bagian dalam, udara berasal dari dalam ruangan yang telah
dipanaskan ketika melalui penukar panas. Jika diasumsikan tidak ada kehilangan panas
pada saluran yang menghubungkan bagian ini dengan penukar panas, maka keseimbangan
termalnya dapat dinyatakan sebagai berikut:
dhinlet
ma = −m& (hinlet − hr ) + U HE AHE (t HE − t inlet ) m ......................................................... (18)

Keseimbangan Panas Air di dalam Penukar Panas

Pada penukar panas, panas akan berpindah dari air dalam penukar panas ke udara
yang mengalir melalui sirip-sirip penukar panas. Penukar panas yang digunakan adalah
penukar panas dengan tipe aliran silang (cross-flow). Asumsi bahwa perubahan entalpi air
cepat menuju ke equilibrium (steady state) maka keseimbangan termalnya dapat
dinyatakan sebagai:
0 = − m& w C p , w (t w 0 − t wi ) + U HE AHE Δt HE ,lm ........................................................................ (19)

Keseimbangan Panas Air di dalam Tangki

Air dalam tangki mendapatkan panas dari gas hasil pembakaran melalui penukar
panas yang dipasang di dalam tangki serta lantai tangki. Aliran air yang digerakkan oleh
pompa dari tangki menuju penukar panas dan kembali lagi ke tangki juga berkontribusi
dalam keseimbangan termal. Dengan demikian persamaan keseimbangan termalnya dapat
dituliskan sebagai berikut:
dt w0
mwC pw = − m& wC pw (t w 0 − t wi ) + U T AT ΔtT ,lm ................................................................ (20)

Keseimbangan Uap Air pada Udara dalam Tumpukan Jagung

Di dalam silinder, penambahan uap air ke udara pada pori-pori tumpukan yang
berasal dari produk berlangsung ketika udara pengeringan melalui tumpukan jagung
tersebut. Oleh karena itu, laju perubahan uap air pada udara dalam tumpukan merupakan
penjumlahan dari laju penambahan uap air serta laju uap air masuk dan keluar dari
tumpukan yang terbawa oleh udara pengeringan. Secara matematis keseimbangan ini,
dikembangkan dari Bala (1997) dapat dinyatakan sebagai berikut:
∂ ∂M
0= (2 sπrLGH ) + ρ d 2 sπrL .............................................................................. (21a)
∂r ∂θ
21

Atau dapat dituliskan sebagai:

∂H ∂Ga ∂M
0 = rGa + rH + Ga H + ρ d r .................................................................... (21b)
∂r ∂r ∂θ

∂Ga
Karena Ga = −r , maka
∂r

∂H ∂M
0 = Ga + ρd ..................................................................................................... (21c)
∂r ∂θ

Keseimbangan Panas pada Udara dalam Tumpukan Jagung

Interaksi termal yang berhubungan dengan udara dalam tumpukan jagung dalam
silinder pengering mencakup: panas yang terbawa aliran udara, perpindahan panas secara
konvektif dengan jagung serta perpindahan panas sehubungan dengan perpindahan uap.
Asumsi bahwa gerakan aliran udara hanya terjadi pada arah jari-jari silinder dan udara
dengan cepat mencapai equilibrium, maka mengadopsi rumus dalam Bala (1997)
persamaan keseimbangan termal pada udara dalam tumpukan dapat dinyatakan sebagai
berikut:
∂ ⎛ ∂M ∂M ⎞
0= (2 sπrLG a H ) + hcv 2 sπrL (t a − t g ) − ⎜ ρ d C pw 2 sπrL t g + ρ d 2 sπrL h fg ⎟ . (22a)
∂r ⎝ ∂θ ∂θ ⎠

dimana s adalah rasio antara keliling silinder dalam yang tertutup terhadap keliling
lingkaran silinder dalam.
Dari definisi persamaan (16c) dan menggunakan persamaan (21c) maka melalui
manipulasi matematis persamaan (22a) dapat ditulis menjadi:

∂t a ⎛ ∂M ⎞
0 = G a (C p ,a + C p , s H ) + ⎜ − ρ d C p,s + hcv ⎟(t a − t g ) .......................................... (22b)
∂r ⎝ ∂θ ⎠

Jagung pipilan diasumsikan tercampur secara merata setelah proses pengadukan dilakukan.
Dengan demikian kadar air setelah pencampuran dihitung dengan merata-ratakan kadar air
di masing-masing lapisan.

Keseimbangan Panas pada Jagung yang Dikeringkan

Perubahan entalpi pada jagung berbanding lurus dengan laju pindah panas
konvektif ke jagung dan panas yang disuplai untuk menguapkan air dari jagung. Untuk
22

masing-masing elemen volume dari tumpukan jagung, maka persamaan keseimbangannya


dapat dinyatakan sebagai (Bala, 1997):
∂t g ∂M ∂M
ρ d (C pg + C pw M ) + ρ d t g C pw = hcv (t a − t g ) + ρ d (h fg + C ps t g ) ................ (23a)
∂θ ∂θ ∂θ

atau ditulis sebagai:

∂t g ∂M
ρ d (C pg + C pw M ) = hcv (t a − t g ) + ρ d (h fg + (C ps − C pw )t g ) ............................ (23b)
∂θ ∂θ

Keseimbangan Uap Air pada Udara dalam Ruangan

Udara dengan kandungan uap air yang lebih besar meninggalkan silinder melalui
lubang pada dinding silinder menuju ruangan. Untuk menjaga kandungan uap air dalam
udara, maka pembuangan udara (yang membawa uap air) dilakukan dengan menggunakan
kipas yang ada pada dinding pengering, dan bersamaan dengan itu udara dari lingkungan
masuk untuk menggantikannya. Keseimbangan uap air di dalam udara ini dapat dinyatakan
sebagai berikut:
dH r
ma = −m& a (hr − ha ) − m& sil (hr − hsil ) ........................................................................ (24)

Penurunan Kadar Air

Model pengeringan lapisan tipis diterapkan untuk menduga penurunan kadar air
pada setiap lapisan. Dengan suhu dan kelembaban udara di sekitar jagung. Penurunan
kadar air (Bala, 1997) dapat dinyatakan sebagai:
dM
= − k (M − Me ) ........................................................................................................ (25)

dimana k an Me merupakan fungsi suhu dan kelembaban.

Koefisien Pindah Panas Volumetrik

Koefisien pindah panas volumetrik untuk jagung oleh Matouk (1976) dalam Bala
(1997) dinyatakan dalam persamaan berikut:

0 , 5217
⎛ GT ⎞
hcv = 372,6⎜⎜ a ⎟⎟ ................................................................................................... (26)
⎝ Pat ⎠
23

Efisiensi Penggunaan Energi

Efisiensi termal bangunan merupakan perbandingan antara energi panas yang


masuk dalam sistem yang digunakan untuk memanaskan udara pengering (Nelwan, 1999).
Q1
ηT = x100% ................................................................................ (27)
IAατ + mb C b

Nelwan (1999) menulis bahwa parameter penting lainnya adalah kebutuhan energi
spesifik yang merupakan jumlah energi yang diterima (masuk) dibandingkan dengan satu
satuan massa air yang diuapkan oleh jagung. Untuk konsumsi energi yang memasukkan
energi iradiasi dinyatakan sebagai:

Q2
ηE = ............................................................................................................. (28)
mv

sedangkan tanpa energi iradiasi dinyatakan sebagai:

Q3
ηE = ............................................................................................................. (29)
mv

Pengaruh Perubahan Input terhadap Output (Analisis Sensitivitas)

Menurut Mulyono (1991), Jansen (1995), dan Bronson (1997), analisis sensitivitas
adalah analisa perubahan parameter dan pengaruhnya terhadap solusi optimum yang telah
dicapai dari suatu pengujian (model). Analisis sensitivitas ini sering juga disebut dengan
analisis postoptimal. Analisis sentivitas dapat dilakukan dengan cara menambah persentase
setiap variabel input yang mungkin untuk dirubah secara bertahap dan bergantian sehingga
dapat diketahui seberapa besar pengaruhnya terhadap output yang terjadi.
Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan pada model pemrograman yang
telah dibuat dengan cara merubah-rubah input yang ada dan kemudian diamati terhadap
keseragaman suhu dan kadar air yang terjadi pada tumpukan jagung pada lapisan paling
dalam dan terluar. Input yang dirubah adalah input yang memungkinkan untuk dirubah
meliputi: laju udara pada inlet menjadi maksimu 0,8 kg/detik, masukan energi iradiasi
sebesar 10% dan masukan bahan bakar biomassa sebesar 10%. Perubahan output setelah
dilakukan perubahan masing-masing input tersebut akan dibandingkan. Keseragaman
output yang berupa perubahan suhu dan kadar air pada dua lapisan berbeda (dalam dan
24

luar) dapat diketahui dengan mengetahui besarnya simpangan mutlak (APD) yang terjadi,
dimana semakin kecil APD maka output dapat dikatakan semakin seragam.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi dilakukan untuk mencari biaya pokok per satuan kg jagung
pipilan. Analisis ekonomi didasarkan pada perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya tetap meliputi: biaya penyusutan, biaya bunga modal dan biaya pajak. Biaya tidak
tetap meliputi: biaya bahan bakar, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya perbaikan
komponen (Irwanto, 1982).

Perhitungan dan Validasi Perubahan Suhu, RH dan Kadar Air

Perubahan suhu dan RH dalam pengering ERK-hybrid dan perubahan kadar air
jagung pipilan selama pengeringan dihitung berdasarkan model-model perpindahan panas
dan massa (persamaan 16-24) dan persamaan pengeringan lapisan tipis (25). Persamaan-
persamaan tersebut diselesaikan dengan metoda beda hingga (finite difference) Euler (Bird,
et al., 1960, Farlow, 1982, Tuma et al. 1997). Karena persamaan-persamaan di atas saling
terkait, maka diselesaikan secara simultan untuk setiap perubahan waktu. Pemodelan
diselesaikan menggunakan komputer dengan bantuan bahasa pemrograman Visual Basic.
Algoritma perhitungan simulasi dilukiskan pada Gambar 8.
Untuk mempermudah simulasi, maka simulasi dibuat berdasarkan pada asumsi-
asumsi seperti yang digunakan oleh Nelwan (1997) : udara yang masuk dalam alat
pengering tidak terkompresi, sehingga tekanan udara dalam ruang tetap; penyebaran suhu
dan RH di dalam ruang merata ke seluruh tempat; kehilangan panas secara radiasi ke
lingkungan diabaikan; kecepatan angin di luar bangunan dianggap sama untuk setiap
waktu; kehilangan panas pada saat pintu dibuka untuk pengambilan sampel diabaikan;
suhu masing-masing komponen dianggap merata; jagung pipilan dalam silinder pengering
terbentuk dari 40 lapisan tipis; emisivitas/absorptivitas gas di dalam ruang diabaikan.
Dengan asumsi-asumsi tersebut di atas Nelwan (1997) memperoleh hasil COD dan APD
yang baik untuk menduga suhu, RH dan kadar air.
Untuk maksud validasi dari hasil perhitungan digunakan data salah satu hasil
pengujian yang menyangkut suhu dan RH ruang, suhu air dalam tangki, suhu jagung dalam
tumpukan dan perubahan kadar air jagung pipilan. Dua buah acuan yang digunakan untuk
25

validasi meliputi koefisien determinasi (COD) dan persentase simpangan mutlak (APD)
(Dowdy dan Wearden, 1991; Stoecker, 1989 dalam Nelwan, 1997).

COD =
∑ (y hit − y hit )( y ukur − y ukur )
...................................................................... (30)
∑ (y − y hit ) ∑ (y − y ukur )
2 2
hit ukur

2
100 ⎛ y hit − y ukur ⎞
APD = ∑ ⎜⎜ ⎟⎟ ..................................................................................... (31)
n ⎝ y hit ⎠

Mulai

- Suhu & RH udara


- Suhu awal plat, lantai, jagung, inlet, plenum
- Massa, kadar air awal jagung, - Debit udara - delta t
- Jam mulai, jumlah data, - Properties jagung pipilan,
udara, - Energi tambahan - Iradiasi

loop waktu

hitung koefisien pindah panas, perubahan suhu & RH memakai


persamaan keseimbangan panas & massa

suhu & RH ruang, suhu


plat, inlet, lantai, plenum

Me = f (T, RH)
K = f (T)

Diaduk

KA rata-rata

Hitung perubahan suhu & RH dalam tumpukan jagung pipilan


Hitung perubahan KA

Cetak suhu,
RH, KA

Selesai

Gambar 8 Alur proses simulasi


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengujian dan Performansi Alat Pengering ERK-Hybrid

Iradiasi, Suhu dan RH Lingkungan

Ketiga pengujian pengeringan dengan pengering ERK-hybrid dalam penelitian ini


dilakukan pada siang hari. Hal itu dilakukan dengan alasan untuk lebih mengoptimalkan
energi radiasi dari matahari. Iradiasi matahari sesaat yang tercatat selama pengujian I, II
dan III berlangsung (diukur pada saat alat pengering dioperasikan) seperti tersaji dalam
Gambar 9. Iradiasi rata-rata yang diterima pada pengujian I adalah 439,293 W/m2,
pengujian II sebesar 492,857 W/m2, sedangkan pada pengujian III adalah 421,935 W/m2.
Penerimaan iradiasi rata-rata dapat dikatakan lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-
rata penerimaan iradiasi matahari di Indonesia 562,5 W/m2 (Nelwan, 1997) dikarenakan
sebagian sinar matahari terhalang oleh awan selama pengeringan berlangsung.
1000
Iradiasi matahari (W/m )
2

800

600

400

200

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu (jam)

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Gambar 9 Iradiasi matahari pengujian I, II, dan III

Penerimaan iradiasi yang sangat berfluktuasi dapat ditunjukkan dengan dicapainya


iradiasi maksimum pengujian I, II dan III masing-masing 957,143 W/m2, 800,0 W/m2dan
760,0 W/m2, dan iradiasi minimumnya 0 W/m2, 100 W/m2 dan 54,3 W/m2. Lama
penyinaran yang diterima saat berlangsungnya pengeringan jelas sekali berpengaruh pada
total iradiasi surya yang diterima. Pada pengujian I dengan lama penyinaran 10,5 jam, total
iradiasi surya mencapai 4,17 kWh/m2, pengujian II lama penyinaran selama 8 jam, total
iradiasi surya mencapai 3,94 kWh/m2, sedangkan pengujian III lama penyinaran adalah 8
27

jam dan total iradiasi surya mencapai 3,54 kWh/m2. Gambar 10 menyajikan gambaran
iradiasi dan lama penyinaran selama proses pengeringan berlangsung.

Lama 10.5
penyinaran 8.0
(jam) 8.0

41.7
Total iradiasi
39.4
(w/m2*100)
35.4

Rata-rata 43.9
iradiasi 49.3
(W/m2*10) 44.3

0 10 20 30 40 50 60

Percobaan III Percobaan II Percobaan I

Gambar 10 Lama penyinaran, total dan rata-rata iradiasi selama


pengeringan untuk ketiga pengujian

Suhu lingkungan berfluktuasi mengikuti iradiasi matahari seperti ditunjukkan pada


Gambar 11. Kisaran suhu lingkungan pada pengujian I berlangsung antara 28,7 – 38,7°C
dengan rata-rata suhu sebesar 33,5°C, pengujian II mempunyai suhu antara 31,3 – 37,9°C
dengan rata-rata suhu 34,7°C, dan pada pengujian III suhu berlangsung antara 30,7 –
37,4°C, dengan rata-rata suhu adalah 34,9°C. Kelembaban relatif (RH) lingkungan
pengujian I berkisar antara 62,1 – 98,1%, pengujian II mempunyai kisaran 65,9 – 82,5%
dan pengujian III antara 58,7 – 80,3% dengan rata-rata RH masing-masing berturut-turut
adalah 79,4%, 76,1%, dan 69,7%. Gambar 12 memperlihatkan rata-rata suhu dan RH
lingkungan selama proses pengeringan berlangsung untuk ketiga pengujian.

50 120 50 120

45 100 45 100

40 80 40 80
Suhu ( C)
Suhu ( C)

RH (%)
RH (%)

o
o

35 60 35 60

30 40 30 40

25 20 25 20

20 0 20 0
0 2.33 4.27 6.22 8.2 10.22 0 2.5 5 7.5
Waktu (jam) Waktu (jam)

Suhu lingkungan RH lingkungan


Suhu lingkungan RH lingkungan

(a) Pengujian I (b) Pengujian II


28

50 120

45 100

40 80

Suhu ( C)

RH (%)
o
35 60

30 40

25 20

20 0
0 2.5 5 7.5
Waktu (jam)

Suhu lingkungan RH lingkungan

(c) Pengujian III


Gambar 11 Suhu dan RH lingkungan selama pengeringan berlangsung

100
79.4
76.1
80
69.7

60

33.5 34.7 34.9


40

20

0
Rata-rata suhu (oC) Rata-rata RH (%)

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Gambar 12 Rata-rata suhu dan RH lingkungan selama


pengeringan berlangsung

Penggunaan Sumber Energi Tambahan

Untuk ketiga pengujian dalam penelitian ini digunakan bahan bakar biomassa yang
berfungsi untuk menaikkan suhu ruang pengering ERK. Pada pengujian I digunakan bahan
bakar biomassa dari arang kayu sedangkan pengujian II dan III sebagai perbandingan
digunakan bahan bakar biomassa dari tongkol jagung. Jumlah dan laju bahan bakar arang
kayu selama proses pengeringan pada pengujian I dan bahan bakar tongkol jagung untuk
pengujian II dan III seperti tersaji dalam Tabel 3.
29

Tabel 3 Jumlah dan laju penggunaan bahan bakar biomassa selama pengeringan

Pengujian Lama Jenis biomassa Jumlah Laju


Pengeringan (jam) (kg) (kg/jam)
I 11 Arang kayu 53,0 4,82
II 8 Tongkol jagung 50,5 6,31
III 8 Tongkol jagung 55,0 6,88

Suhu dan RH Ruang Pengering

Gambar 13 menunjukkan suhu dan RH ruang pengering pada ketiga pengujian


yang telah dilakukan. Kisaran suhu ruang pengering yang terjadi pada ketiga pengujian
berturut-turut adalah 28,6 – 37,9°C; 32,5 - 44,4°C dan 34,7 – 42,8°C, sedangkan RH ruang
pengering berselang antara 51,0% - 83,3%; 53,2% - 76,4% dan 54,8 – 74,6%. Adapun
rata-rata untuk suhu dan RH ruang dapat dilihat pada Gambar 14.

50 90 50 90
45 80 45 80
40 40 70
70
35 35 60
60
Suhu ( C)

RH (%)
30
Suhu ( C)

30
RH (%)

50
o

50
o

25 25
40 40
20 20
15 30
15 30
10 20
10 20
5 10
5 10
0 0
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
0 2.33 4.27 6.22 8.2 10.22
W aktu (jam) Waktu (jam)

Suhu ruang RH ruang Suhu ruang RH ruang

(a) Pengujian I (b) Pengujian II

50 90
45 80
40 70
35 60
Suhu ( C)

RH (%)

30
50
o

25
40
20
15 30
10 20
5 10
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (jam)

Suhu ruang RH ruang

(c) Pengujian III


Gambar 13 Suhu dan RH ruang selama pengeringan berlangsung
30

80
70.4
70 61.3
60.2
60
50
41.0 40.1
40 33.2
30
20
10
0
Suhu ruang (oC) RH ruang (%)

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Gambar 14 Rata-rata suhu dan RH ruang pengering


Selama pengeringan berlangsung

Suhu Tungku dan Inlet

Tungku digunakan sebagai pemanas air yang kemudian disalurkan melewati


penukar panas (radiator) dan panas yang dihasilkan dihisap oleh kipas inlet. Suhu tungku
kedua pengujian relatif berfluktuasi. Hal ini disebabkan pengumpanan bahan bakar
disesuaikan dengan kondisi suhu inlet. Apabila suhu inlet melebihi 60°C pengumpanan
bahan bakar ke dalam tungku harus dikurangi, demikian sebaliknya. Pengumpanan bahan
bakar di tungku juga menyebabkan panas pembakaran berkurang sesaat dan membutuhkan
waktu kira-kira 3 - 5 menit untuk kembali ke pembakaran sempurna lagi. Pengumpanan
bahan bakar dilakukan secara manual karena auger (screw conveyor) yang dibuat belum
sempurna sehingga menyulitkan pengumpanan bahan bakar secara kontinyu. Bahan bakar
pengujian I menggunakan arang kayu, sementara pada pengujian II dan III menggunakan
tongkol jagung dengan kadar air 11,6 – 12,4%. Rata-rata suhu tungku yang terjadi pada
pengujian I adalah 204,39°C, pengujian II 272°C dan pengujian III adalah 420,8°C.
Sementara suhu tungku tertinggi adalah 516,19°C terjadi pada pengujian III. Suhu inlet
rata-rata pada pengujian I adalah 52,9°C, pengujian II sebesar 59,4°C dan pengujian III
adalah 60°C.
Pengaruh kontinuitas pengumpanan bahan bakar ke dalam tungku pembakaran
mempengaruhi suhu yang terjadi di inlet. Sebaran suhu tungku dan inlet selengkapnya
tersaji pada Gambar 15.
31

600 80 600 80

70 70
500 500
60
Suhu tungku ( C)
60

Suhu tungku ( C)
Suhu inlet ( C)

Suhu inlet ( C)
o

400 400

o
o
50 50

o
300 40 300 40
30 30
200
200
20
20
100
10 100
10
0 0
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (jam)
W aktu (jam)
Suhu Tungku Suhu inlet Suhu Tungku Suhu Inlet

(a) Pengujian I (b) Pengujian II

600 80
70
500
60
Suhu tungku ( C)

Suhu inlet ( C)
400
o

50

o
300 40
30
200
20
100
10
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (jam)

Suhu Tungku Suhu Inlet

(c) Pengujian III


Gambar 15 Suhu tungku dan inlet selama pengeringan

Suhu Lapisan dalam Tumpukan Jagung

Suhu lapisan dalam tumpukan jagung diukur dengan termokopel (C-C) pada tiga
lapisan yaitu 11 cm (lapisan dalam), 21 cm (lapisan tengah), dan 32 cm (lapisan luar) dari
ruang plenum. Sebaran suhu rata-rata yang terjadi di lapisan dalam, lapisan tengah, dan
lapisan luar masing-masing pada pengujian I, pengujian II dan pengujian III mengikuti
iradiasi yang terjadi selama proses pengeringan dan dapat dilihat pada Gambar 16.
Pengukuran suhu lapisan dilakukan setiap setengah jam sekali yaitu sebelum dan sesudah
silinder diputar. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk keseluruhan suhu jagung
sebelum dan sesudah diputar berfluktuasi. Pada pengujian II terlihat jelas perbedaan suhu
lapisan sebelum diputar lebih tinggi dibandingkan sesudah diputar karena terjadi efek
pencampuran jagung di silinder sehingga mengakibatkan suhu turun.
32

50 50

45 45

Suhu ( C)
Suhu ( C)

40 40
o

o
35 35

30 30

25
25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)
Waktu (jam)
Suhu lapisan dalam Suhu lapisan tengah Suhu lapisan luar
Suhu lapisan dalam Suhu lapisan tengah Suhu lapisan luar

(a) Pengujian I (b) Pengujian II

50

45
Suhu ( C)

40
o

35

30

25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)

Suhu lapisan dalam Suhu lapisan tengah Suhu lapisan luar

(c) Pengujian III


Gambar 16 Sebaran suhu pada tiga lapisan berbeda

Rata-rata suhu setiap lapisan pengujian I, II dan III dapat dilihat pada Gambar 17.
Selisih suhu lapisan dalam dan lapisan luar pada pengujian I adalah 0-4,7°C, pengujian II
sebesar 0,8-9,8°C, dan pada pengujian III sebesar 0,2-4,7°C.

38.47
Percobaan I 38.29
40.54

39.86
Percobaan II 40.26
44.92

39.07
Percobaan III 37.96
40.42

34 36 38 40 42 44 46
Suhu (oC)

Suhu lapisan dalam Suhu lapisan tengah Suhu lapisan luar

Gambar 17 Rata-rata suhu pada tiga lapisan berbeda


33

Rata-rata suhu lapisan dalam mempunyai nilai terbesar karena berada paling dekat
dengan ruang plenum. Gambar 18 menunjukkan bahwa pengujian I mempunyai
karakteristik suhu di awal pengujian lebih rendah dibandingkan dengan akhir pengujian,
hal ini dipengaruhi oleh lamanya waktu pengeringan sehingga pengaruh udara panas dari
ruang plenum terhadap pencampuran jagung sudah relatif merata ke semua lapisan.
Pengujian II suhu lapisan pada kondisi awal lebih tinggi daripada suhu dalam kondisi
akhir, tetapi untuk lapisan tengah dan lapisan luar, suhu pada kondisi awal lebih rendah
daripada kondisi akhir. Hal ini berarti menunjukkan bahwa efek campuran terjadi pada
pengujian II ini meskipun simpangan mutlaknya lebih tinggi daripada pengujian I. Pada
pengujian III karakteristik suhu hampir sama dengan pengujian I yaitu suhu lapisan pada
kondisi awal lebih rendah dengan suhu lapisan kondisi akhir, hal itu terjadi karena adanya
efek pencampuran selama proses pengeringan meskipun lapisan luar juga terkena efek
radiasi matahari sehingga lebih tinggi dibandingkan suhu lapisan tengah.

45 44.75
44.19 43.81 45
44 43.46 43.63
44
43 42.58
42.25 43
42 41.56
42
Suhu ( C)
Suhu ( C)

41 40.08 40.03
41 40.13
o

40 40
39 38.35
39
38 38
37 37
36 36
35 35
Kondisi awal Kondisi akhir Kondisi awal Kondisi akhir
Lapisan dalam Lapisan tengah Lapisan luar Lapisan dalam Lapisan tengah Lapisan luar

(a) Pengujian I (b) Pengujian II

45
44 43.03
43
42 40.48
Suhu ( C)

41
o

40 39.25
39
37.52
38
37 36.15
35.58
36
35
Kondisi awal Kondisi akhir
Lapisan dalam Lapisan tengah Lapisan luar

(c) Pengujian III


Gambar 18 Kondisi suhu di tahap awal dan tahap akhir di tiga lapisan.
34

Penurunan Kadar Air Jagung Pipilan

Jumlah jagung pipilan yang digunakan pada pengujian pengeringan I adalah 1304,3
kg, pengujian II sebanyak 1294,1 kg, dan pengujian III sebanyak 1114,1 kg. Jagung
pipilan ditempatkan dan dikeringkan dalam silinder pengering yang berdiameter 1,25 m
dengan tumpukan tebal rata-rata 40 cm. Sampel kadar air diambil pada tiga titik
pengambilan dengan kedalaman masing-masing 11 cm, 21 cm, dan 32 cm dan sampel
diambil setiap satu jam sekali.
Jumlah air yang diuapkan dari jagung pada pengujian I sebesar 138,8 kg, pengujian
II adalah 92,9 kg sedangkan pengujian III sebesar 77,6 kg. Pada pengujian I kadar air awal
jagung pipilan adalah 24,87 % bb. dikeringkan sampai kadar air 15,92 % bb.
membutuhkan waktu pengeringan 11 jam dan selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan
luar selama proses pengeringan adalah 0-2,3%. Kadar air awal jagung pipilan pengujian II
adalah 22,28 % bb. dikeringkan sampai kadar air 16,27 % bb. dengan waktu pengeringan 8
jam dan selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan luar selama proses pengeringan adalah
0,1-1,4%, sedangkan kadar air awal jagung pipilan pengujian III adalah 23,57% bb.
dikeringkan sampai kadar air 17,85 % bb. dengan waktu pengeringan 8 jam dan selisih
kadar air lapisan dalam dan lapisan luar selama proses pengeringan adalah 0,4-1,8%. Hal
ini lebih baik daripada hasil pengujian pengeringan jagung dengan bak datar yang
dilakukan oleh Thahir et al. (1993) dalam Thahir (2000) dimana perbedaan kadar air
pengeringan antara lapisan dalam dan luar sebesar 4-6%. Penurunan kadar air rata-rata dari
tiga lapisan berbeda pada ketiga pengujian digambarkan pada Gambar 19.
Laju penurunan kadar air rata-rata untuk pengujian I adalah 0,96% bk./jam,
pengujian II sebesar 1,18% bk./jam dan pengujian III adalah 1,11% bk/jam (Gambar 20).
Hasil penelitian Jubaedah (2000), pada skala laboratorium, pengeringan jagung pipilan
hibrida dengan ketebalan 60 cm dan kadar air awal 26,8% bb. hingga 14% bb. memerlukan
waktu 6 jam dengan laju pengeringan 2,8% bk./jam. Sementara dengan ketebalan 75 cm
dengan kadar air awal 27,3% bb sampai 14,6% bb. membutuhkan waktu 7 jam dengan laju
pengeringan 2,2% bk./jam. Widodo dan Hendriadi (2004) mengeringkan jagung pipilan
menggunakan pengering tipe bak datar model segiempat dari kadar air awal 24,5% -14,7%
bb. pada suhu 45-70ºC membutuhkan waktu sekitar 13 jam, laju pengeringan rata-rata
yang terjadi adalah 0,77 % bb./jam, sementara menggunakan bak datar model silinder
menghasilkan laju penurunan 1,10% bb./jam. Dilaporkan pula bahwa selama 4 jam
pertama penurunan kadar air yang terjadi adalah sebesar 3,67% dan kadar air pada lapisan
35

bawah, tengah, dan atas tidak seragam. Pengering jagung resirculating batch dryer dengan
kapasitas 2 ton dengan sumber panas kompor minyak tanah dengan rancangan laju
pengeringan 1% per jam. Pada alat ini bahan disirkulasikan secara bertahap untuk
dikeringkan pada ruang pengering sehingga kadar air jagung lebih seragam dan pengaturan
kadar air lebih mudah dilakukan (Thahir et al., 2000). Hasil pengujian Sinuseng et al.
(2001) dalam Munarso dan Thahir (2002) terhadap alat pengering jagung dengan sumber
energi matahari dan tungku pembakaran dengan bahan bakar kayu atau tongkol jagung
menunjukkan bahwa waktu pengeringan yang dibutuhkan untuk mengeringkan jagung dari
kadar air awal 41% menjadi 16% adalah 30 jam, dengan laju pengeringan 0,8-0,9% per
jam. Penelitian yang lain terhadap pengering dengan kapasitas 10 ton membutuhkan waktu
29 jam untuk mengeringkan jagung dengan kadar air awal 32% menjadi 15%. Laju
pengeringan yang terjadi adalah 0,58% per jam.

27 27

25 25
Kadar air (% bb.)

Kadar air (% bb.)

23 23

21 21

19 19

17 17

15 15
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10
Waktu (jam) W aktu (jam )

KA lapisan dalam KA lapisan tengah KA lapisan luar K A lapis an dalam KA lapis an tengah K A lapis an luar

(a) Pengujian I (b) Pengujian II

27

25
Kadar air (% bb.)

23

21

19

17

15
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
W aktu (jam )

KA lapis an dalam KA lapis an tengah KA lapis an luar

(c) Pengujian III

Gambar 19 Penurunan kadar air di tiga lapisan berbeda.


36

1.4 1.24
1.16 1.22

L a ju p e n u ru n a n K A (% b k/ja m )
1.18
1.2 1.06
1.14 1.11 1.08 1.14
0.96 0.96
1.0 0.87
0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Lapisan dalam Lapisan tengah Lapisan luar Rata-rata

Gambar 20 Laju penurunan kadar air setiap lapisan

1304.3
Massa jagung 1294.1
aw al 1114.1
1165.5
Massa jagung 1201.3
akhir 1036.5
138.8
Massa air 92.9
diuapkan 77.6

0 500 1000 1500


Massa (kg)

Percobaan III Percobaan II Percobaan I

Gambar 21 Komposisi jagung pipilan dan air yang diuapkan.

Masukan Energi Alat Pengering ERK-Hybrid

Energi yang digunakan untuk pengeringan bahan merupakan 60% dari keseluruhan
energi yang digunakan untuk proses produksi suatu bahan pertanian. (Brooker et al., 1992)
Besarnya konsumsi energi selama proses pengeringan yang berasal dari energi iradiasi
matahari, biomassa dan listrik pengujian I, II dan III tersaji pada Tabel 4 dan Gambar 22.
Persentase energi surya pengujian I, pengujian II dan pengujian III berturut-turut adalah
15,01%, 13,78% dan 11,71% persentase ini hampir sama bila dibandingkan dengan
pengeringan kakao skala 133-228 kg dengan pengering ERK oleh Nelwan (1997), yaitu
berkisar antara 10,7-16,4%. Persentase energi biomassa berturut-turut untuk pengujian I,
pengujian II dan pengujian III adalah 76,59%, 79,36%, dan 81,79%. Sedangkan energi
listrik berturut-turut untuk pengujian I, pengujian II dan pengujian III adalah 8,39%,
37

6,87%, dan 6,50%. Laju penggunaan biomassa (arang kayu) pada pengujian I adalah 4,82
kg/jam sedangkan laju penggunaan tongkol jagung pada pengujian II dan pengujian III
berturut-turut adalah 6,31 kg/jam dan 6,88 kg/jam. Jumlah biomassa ditentukan oleh waktu
pengeringan sampai kadar air 16% bb.
Dari perhitungan diperoleh konsumsi energi spesifik (KES) untuk setiap satu
kilogram air yang diuapkan dari kadar air awal sampai kadar air sekitar 16% bb. pada
pengujian I adalah 6,03 MJ/kg, pengujian sebesar II 8,01 MJ/kg dan pengujian III adalah
10,13 MJ/kg. Nelwan (2007) melaporkan pengeringan kakao dengan rak berputar
membutuhkan konsumsi energi spesifik 7,9-9,9 MJ/kg. Konsumsi energi spesifik masih
bisa diperkecil apabila pengering ERK-hybrid diisi sesuai kapasitas maksimalnya yaitu
1500 kg, sehingga air yang diuapkan dari jagung pipilan lebih banyak. Selain hal tersebut
pemasukan energi tambahan (biomassa) dilakukan dengan sistem kendali sesuai kebutuhan
juga dapat berkontribusi terhadap konsumsi energi spesifik.

Tabel 4 Komposisi penggunaan energi untuk pengeringan jagung pipilan.

Sumber Pengujian I Pengujian II Pengujian III


energi MJ % MJ % MJ %
Surya 125,59 15,01 102,47 13,78 92,00 11,71
Biomassa* 640,70 76,59 590,30 79,36 643,00 81,79
Listrik ** 70,20 8,39 51,10 6,87 51,10 6,50
Total 836,52 100,00 743,88 100,00 786,1 100,00

Keterangan :
* Pengujian I menggunakan arang kayu, pengujian II dan III menggunakan tongkol jagung
** Untuk menggerakkan kipas inlet, kipas outlet dan pemutar silinder pengering

640.7 590.3 643.0


700

600

500

400
Energi (MJ)

300
125.6
200 102.5
92.0 70.2
51.1 51.1
100

0
Iradiasi Biomassa Listrik
Jenis energi

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Gambar 22 Konsumsi energi pengeringan pengujian I, II dan III


38

Efisiensi Alat Pengering ERK-Hybrid

Perhitungan efisiensi hanya dilakukan pada efisiensi pengeringan total dengan


iradiasi dan tanpa iradiasi. Efisiensi pengeringan total adalah perbandingan energi yang
dipakai untuk menguapkan air bahan dengan energi yang diterima.
Dari hasil perhitungan pengujian I menggunakan bahan bakar arang kayu
mempunyai efisiensi pengeringan total dengan iradiasi adalah 39,15% dan tanpa iradiasi
sebesar 46,06%, dimana efisiensi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan
menggunakan bahan bakar tongkol jagung pada pengujian I dan II (lihat Tabel 5). Hall
(1957) menyebutkan bahwa efisiensi alat pengering yang menggunakan oil-fired direct
heater untuk pengeringan jagung mencapai 34,6%. Sedangkan pengering bak datar model
segiempat dan model silinder yang diuji oleh Widodo dan Hendriadi (2004), untuk
mengeringkan jagung pipilan, berturut-turut memiliki efisiensi panas pengeringan 59,00%
dan 69,64%. Hasil pengujian Sinuseng et al. (2001) dalam Munarso dan Thahir (2002)
terhadap alat pengering jagung dengan sumber energi matahari dan tungku pembakaran
dengan bahan bakar kayu atau tongkol jagung menunjukkan bahwa efisiensi pengeringan
adalah 70%. Nelwan (1997), mendapatkan efisiensi total pengeringan dengan iradiasi
pengering ERK untuk megeringkan jagung kakao sebesar 10,27 – 21,41%. Jubaedah
(2000) melakukan pengujian pengeringan jagung skala laboratorium dengan tebal
tumpukan jagung 60 cm dan 70 cm mempunyai efisiensi pemanasan udara berturut-turut
70,01% dan 55,01%, dan efisiensi total pengeringan berturut-turut sebesar 41,72% dan
40,91%.

Tabel 5 Efisiensi alat pengering ERK-Hybrid

Efisiensi pengeringan total Efisiensi pengeringan total


dengan iradiasi (%) tanpa iradiasi (%)
Pengujian I 39,15 46,06
Pengujian II 29,45 34,16
Pengujian III 19,88 22,51

Keseimbangan Massa Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Pengering ERK-Hybrid

Massa tongkol yang dihasilkan dari pemipilan jagung ternyata mencukupi apabila
digunakan sebagai bahan bakar pengering. Dari hasil pengukuran nisbah jagung terhadap
tongkol jagung pada kondisi kadar air jagung 25% bb. untuk varietas jagung hybrida :
signeta, bisi2, jaya, dan nusantara diperoleh massa tongkol rata-rata adalah 32% dengan
39

kadar air tongkol rata-rata 33%. Apabila nisbah jagung jagung pipilan rata-rata adalah 68%
maka dari 1500 kg mempunyai tongkol dari pemipilan sebanyak 706 kg (kadar air 33%).
Tongkol bisa digunakan sebagai bahan bakar pada kondisi kadar air sekitar 14% maka
nisbah massa tongkol menjadi 550 kg. Untuk mengeringkan jagung pipilan pada siang hari
dengan pengering ERK-hybrid dari kadar air sekitar 23% sampai 16% maksimum
dibutuhkan tongkol 60 kg, sehingga masih terdapat sisa tongkol jagung dari hasil
pemipilan jagung yang dikeringkan. Penggunaan tongkol jagung sebagai bahan bakar
dalam pengeringan jagung sangat menjanjikan karena akan mengurangi limbah hasil
pemipilan jagung dan dalam industri jagung terintegrasi akan terjamin ketersediaannya
sehingga akan meminimalkan harga tongkol jagung.

Energi untuk Pengadukan

Pengadukan silinder selama 15 menit setiap jam menggunakan motor listrik 2 HP


dengan kecepatan rata-rata 1,25 rpm secara mekanis ditinjau dari penggunaan energi dapat
dianjurkan karena konsumsi energi untuk pengadukan rata-rata hanya 2,36% dari total
energi untuk pengeringan. Sulikah (2007), pada skala laboratorium, juga melakukan
pemutaran silinder pengering sebanyak 20 putaran per 15 menit dan menghasilkan
pencampuran jagung pipilan yang merata tetapi besarnya energi listrik tidak dilaporkan.
Dengan demikian pemakaian pengaduk untuk pengeringan jagung pipilan dapat
direkomendasikan karena persentase penggunaan energinya relatif kecil sehingga tidak
terlalu menambah biaya operasi Selain kelebihan dari segi kepraktisan penggunaanya,
yang mungkin menjadi pertimbangan adalah biaya investasi pembuatan sistem
pengadukannya.

Biaya Pokok Pengeringan

Data-data yang digunakan untuk menghitung besarnya biaya pokok pengeringan


dan perhitungan secara lengkap biaya tetap dan biaya tidak tetap tersaji dalam Lampiran
12. Biaya pokok pengeringan yang dihitung hanya biaya pokok pada proses pengeringan di
pengering ERK-hybrid, dimana pengeringan yang dilakukan hanya sampai dengan kadar
air 16% saja.
Selain karena waktu pengeringan, perbedaan jenis bahan bakar yang dipakai pada
dua pengujian, dimana pengujian I memakai bahan bakar arang kayu sedangkan pengujian
II dan III memakai tongkol jagung, akan diperoleh biaya tidak tetap yang berbeda.
40

Komponen-komponen biaya tetap meliputi : biaya penyusutan, biaya bunga modal dan
pajak. Untuk setiap tahunnya diperoleh masing-masing komponen mempunyai nilai seperti
tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 6 Komponen-komponen biaya tetap

Komponen biaya tetap Pengujian I Pengujian II Pengujian III


Biaya penyusutan (Rp/tahun) 10800000 10800000 10800000
Biaya bunga modal (Rp/tahun) 4320000 4320000 4320000
Pajak (Rp/tahun) 900000 900000 900000
Total biaya tetap (Rp/tahun) 16020000 16020000 16020000
Total biaya tetap (Rp/jam) 6675,00 6675,00 6675,00
Total biaya tetap (Rp/kg) 56,29 41,26 47,93

Komponen-komponen biaya tidak tetap meliputi : bahan bakar, listrik, tenaga kerja dan
pergantian komponen. Apabila asumsi setiap tahunnya pengering dioperasikan selama 200
hari (8 bulan dengan 25 hari kerja/bulan) dan setiap harinya hanya beroperasi selama 12
jam. Maka dengan asumsi di atas kapasitas pengeringan pada pengujian I menggunakan
bahan bakar arang kayu adalah 118,57 kg/jam. Pengujian II dan III menggunakan bahan
bakar tongkol jagung mempunyai kapasitas pengeringan berturut-turut adalah 161,76
kg/jam dan 139,26 kg/jam.Total setiap tahunnya diperoleh nilai biaya tidak tetap seperti
tersaji dalam Tabel 7.

Tabel 7 Komponen-komponen biaya tidak tetap

Komponen biaya tidak tetap Pengujian I Pengujian II Pengujian III


Biaya bahan bakar (Rp/jam) 3694,08 1219,44 1317,76
Biaya listrik (Rp/jam) 797,73 801,56 801,56
Tenaga kerja (Rp/jam) 2500 2500 2500
Biaya penggantian komponen (Rp/jam) 1080 1080 1080
Total biaya tidak tetap (Rp/jam) 8072 5601 5699
Total biaya tidak tetap (Rp/tahun) 19372330,42 13442397,03 13678367,87
Total biaya tidak tetap (Rp/kg) 68,07 34,62 40,93

Dari hasil perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap dan kapasitas pengeringan
di atas kemudian dihitung biaya pokok pengeringan. Biaya pokok pengeringan pengujian I,
II dan III berturut-turut sebesar Rp. 124,37/kg, 75,89/kg dan Rp. 88,86/kg. Apabila
dibandingkan dengan harga jagung pipilan tahun 2008 sekitar Rp. 2500/kg, maka biaya
pokok pengeringan berkisar antara 3-5%. Dari Tabel 6 dan Tabel 7 terlihat bahwa
besarnya biaya pokok sangat tergantung terhadap kadar air awal jagung yang dikeringkan.
Pada pengujian I untuk mencapai kadar air 16%, terjadi pengurangan kadar air 9% (dari
41

24,87%-15,92% bb.) dan waktu pengeringan yang dibutuhkan adalah 11 jam menjadikan
biaya pokok lebih tinggi (55%) karena terjadi perubahan yang signifikan pada komponen
biaya bahan bakar pada biaya tidak tetap, sedangkan kontribusi biaya pokok dari biaya
tetap hanya 45%. Pada biaya tidak tetap pengujian I kontribusi biaya bahan bakar menjadi
paling besar daripada komponen biaya tidak tetap yang lain, sehingga optimalisasi kadar
air jagung pipilan awal dalam pengeringan harus diperhatikan sehingga terjadi
pengurangan biaya pokok pengeringan. Pada pengujian II dan III untuk mencapai kadar air
16%, masing-masing terjadi pengurangan kadar air sebesar 6%, kontribusi biaya tidak
tetap lebih kecil (46%) daripada biaya tetap (54%). Perbandingan kontribusi biaya tetap
dan biaya tidak tetap pada biaya pokok pengeringan pengujian I, II dan III tersaji pada
Gambar 23.

124.36
Percobaan I 68.07
56.29

75.88
Percobaan II 34.62
41.26

88.86
Percobaan III 40.93
47.93

0 50 100 150
Biaya (Rp/kg)

Biaya tetap Biaya tidak tetap Biaya pokok

Gambar 23 Kontribusi biaya tetap dan tidak tetap pada biaya pokok
pengeringan

Sinuseng et al. (2001) dalam Munarso dan Thahir (2002) menyebutkan


pengeringan jagung dengan sumber energi matahari dan tungku pembakaran dengan bahan
bakar kayu atau tongkol jagung membutuhkan biaya pengeringan sebesar Rp. 53 per kg
(6,6% dari harga jagung pipilan kering tahun 2001 yaitu Rp. 800/kg-Rp.1000/kg).
Penelitian yang lain terhadap pengering jagung kapasitas 10 ton membutuhkan biaya
pengeringan Rp. 250 per kg (31% dari harga jagung pipilan kering tahun 2001 yaitu Rp.
800/kg-Rp.1000/kg).
Selain dengan optimalisasi pemasukan kadar air jagung awal, komponen biaya
tidak tetap berupa bahan bakar (khusus untuk tongkol) juga bisa dikurangi apabila
penempatan alat pengering sudah terintegrasi dengan industri pasca panen jagung sehingga
42

harga tongkol jagung akan lebih murah karena tidak membutuhkan transportasi untuk
pemindahan. Komponen biaya tidak tetap berupa listrik bisa dikurangi dengan cara
pengendalian pemakaian kipas untuk inlet udara panas, karena pada saat tertentu
pengeringan tidak membutuhkan kecepatan udara penuh dari kipas. Komponen biaya tidak
tetap yang lain berupa tenaga kerja dan komponen biaya tidak tetap yang lain sangat
tergantung pada waktu pengeringan yang dibutuhkan untuk mengeringkan jagung pipilan,
oleh karena itu perbaikan dari segi teknis dalam mempercepat waktu pengeringan
merupaka hal yang harus diperhatikan. Sebagai contoh apabila pengeringan dapat
dipersingkat selama 5 jam maka biaya operasional yang bisa dihemat sebesar Rp
43065/ton.

Validasi Model

Model matematik yang digunakan untuk menduga perubahan suhu dan RH ruang,
suhu jagung, suhu air dalam tangki dan kadar air jagung jagung divalidasi dengan
menggunakan data-data hasil pengujian II. Input data untuk validasi model meliputi
iradiasi surya, suhu dan RH lingkungan dan jumlah konsumsi bahan bakar biomassa
(tongkol jagung). Nilai-nilai sifat termofisik komponen-komponen yang digunakan dalam
perhitungan berturut-turut disajikan pada Lampiran 1.

Perubahan Suhu dan RH Ruang

Gambar 24 memperlihatkan perubahan suhu ruang hasil perhitungan dan


pengukuran. Nilai koefisien determinasi (COD) perubahan suhu ruang hasil perhitungan
dan hasil pengukuran adalah 0,74 yang berarti 74% dari data dapat diterangkan oleh
model, sedangkan simpangan mutlaknya (APD) adalah 1,29%. Sementara Gambar 25
memperlihatkan perubahan kelembaban relatif (RH) ruang hasil perhitungan dan hasil
pengukuran. Nilai koefisien determinasi perubahan RH ruang hasil perhitungan dan hasil
pengukuran adalah 0,09 yang berarti hampir keseluruhan data tidak bisa diterangkan oleh
model. Sedangkan simpangan mutlak perubahan RH hasil perhitungan dan hasil
pengukuran adalah 5,89%. Error dari perhitungan dapat disebabkan oleh asumsi-asumsi
sebagai berikut: (1) Udara dalam ruangan tidak terkompresi; (2) Udara dalam bangunan
teraduk secara merata ke seluruh bagian; (3) Kehilangan panas pada saat pintu dibuka
untuk pengambilan sampel dan operasi diabaikan, karena pada kenyataannya ketiga-
tiganya tidak terjadi dan sangat mempengaruhi hasil perhitungan. Brooker et al. (1992)
43

menyatakan bahwa penyebab perbedaan antara simulasi dan pengujian adalah kurang
akuratnya model pengeringan lapisan tipis, kurang tepatnya persamaan kadar air isotermis
jagung pada RH tinggi dan tidak tepatnya nilai parameter masukan (input) model.
Perbedaan lain yang cukup berarti adalah bahwa penyusunan model lapisan tipis
didasarkan pada kondisi suhu dan RH tetap, sedangkan pada pengujian sangat berfluktuasi.
Dari Tabel 4 (komposisi penggunaan energi) dapat dilihat bahwa energi dari
biomassa mempunyai kontribusi yang paling besar. Oleh karena itu fluks panas yang
dihasilkan juga paling besar, sehingga faktor ini dominan terhadap pemanasan udara.
50

40
Suhu ruang (oC)

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)

Suhu ruang ukur Suhu ruang hitung

Gambar 24 Perubahan suhu ruang hasil perhitungan dan


hasil pengukuran pada pengujian II.

90
80
Kelembaban relatif (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)

RH ukur RH hitung

Gambar 25 Perubahan RH ruang hasil perhitungan dan


hasil pengukuran pada pengujian II

Suhu Lapisan Jagung dalam Silinder

Sebaran suhu lapisan jagung hasil simulasi belum sepenuhnya mengikuti suhu hasil
pengukuran seperti tersaji pada Gambar 26. Perubahan suhu ruang dipengaruhi oleh
44

jumlah panas tambahan yang diberikan, pemanasan secara konveksi oleh plat dan laju
aliran massa udara serta kehilangan panas lewat dinding dan lantai. Pemodelan untuk
pendugaan suhu lapisan jagung ini menggunakan rumus yang ada pada Bala (1997).
Sebaran suhu lapisan jagung hasil simulasi sampai jam ke-6 sebenarnya sudah cukup
mengikuti hasil pengukuran, hal itu ditunjukkan apabila dibuat korelasi antara suhu hasil
simulasi dan suhu hasil pengukuran sampai jam ke-6 saja maka nilai koefisien determinasi
yang terjadi adalah 0,76. Suhu hasil simulasi setelah jam ke-6 cenderung naik, tetapi pada
kenyataannya pada suhu hasil pengukuran senderung turun, hal ini dimungkinkan
pengumpanan bahan bakar tongkol jagung yang dilakukan secara manual kurang kontinyu
dalam hal waktu maupun jumlah, sehingga menghasilkan suhu hasil pengukuran yang
cenderung turun.
Nilai determinasi antara suhu lapisan jagung hasil perhitungan dan hasil
pengukuran adalah sebesar 0,35. Dengan nilai COD tersebut terlihat model belum dapat
sepenuhnya mengikuti kecenderungan data, sedangkan nilai APD sebesar 1,79%.
50

40
Suhu ( oC)

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)
Suhu jagung ukur Suhu jagung hitung

Gambar 26 Suhu rata-rata hasil perhitungan dan hasil pengukuran

Suhu Air dalam Tangki

Sebaran suhu air dalam tangki simulasi belum sepenuhnya mengikuti suhu hasil
pengukuran seperti tersaji pada Gambar 27. Perubahan suhu air dalam tangki dipengaruhi
oleh luasan penukar panas yang ada dalam tangki dan jumlah panas tambahan yang
diberikan. Pemanasan penukar panas dalam tangki ke air terjadi secara konduksi.
Pemodelan untuk pendugaan suhu air dalam tangki ini menggunakan rumus yang ada pada
persamaan (20). Hubungan secara keseluruhan antara suhu air dalam tangki hasil
45

perhitungan dan hasil pengukuran ditunjukkan dengan nilai determinasi sebesar 0,91
dimana 91% model sudah dapat menerangkan data, sedangkan nilai APD sebesar 3,5%.
80
70
60
Suhu air tangki (oC)
50

40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)

Suhu air tangki ukur Suhu air tangki hitung

Gambar 27 Suhu air dalam tangki hasil perhitungan dan hasil pengukuran

Penurunan Kadar Air

Pendugaan penurunan kadar air rata-rata memakai model pengeringan tumpukan


tebal dengan membagi menjadi lapisan tipis. Tumpukan dibagi menjadi 40 lapisan tipis.
Pada setiap lapisan dipakai model pengeringan lapisan tipis yaitu persamaan kadar air
keseimbangan model dari Bala (1997). Gambar 28 menunjukkan perbandingan penurunan
kadar air hasil perhitungan dan kadar air hasil pengukuran pada pengujian II. Hubungan
secara keseluruhan antara kadar air hasil perhitungan dan hasil pengukuran pada pengujian
II diperoleh nilai COD 0,98 yang berarti 98% dari data bisa diterangkan oleh model dan
nilai APD sebesar 0,68%.
Perbedaan yang terjadi pada Gambar 28 dapat dijelaskan karena model lapisan tipis
yang digunakan berlangsung pada laju pengeringan menurun sedangkan pada keadaan
sebenarnya cenderung konstan baru selanjutnya pada kondisi menurun.. Perbedaan
tersebut diduga disebabkan oleh tidak tepatnya penerapan nilai kelembaban udara
pengering kepada tumpukan. Bila pada pengeringan lapisan tipis pengeringan terjadi pada
kelembaban yang relatif sama dengan udara pengering tetapi pada lapisan tebal asumsi
tersebut akan membuat penyimpangan karena uap air yang keluar tidak semuanya
langsung terbawa oleh udara pengeringan sehingga lapis batas (boundary layer) produk
lebih tebal. Keadaan ini akan menambah kesalahan yang cukup berarti terutama pada saat
kadar air produk masih tinggi.
46

25

20

Kadar air (% bb.)


15

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)

Kadar air ukur Kadar air hitung

Gambar 28 Penurunan kadar air hasil perhitungan dan hasil pengukuran

Simulasi Pengeringan dengan Pengeringan ERK-hybrid

Hasil validasi di atas menunjukkan bahwa secara umum model telah dapat
menerangkan perubahan suhu ruang, suhu lapisan tumpukan jagung, suhu air dalam tangki
dan kadar air jagung pipilan, kecuali RH ruang. Selanjutnya model akan digunakan untuk
mensimulasi performansi pengering ERK-hybrid lebih lanjut antara lain untuk menduga
perubahan suhu dan kadar air apabila silinder diputar beberapa menit setiap jamnya. Selain
itu akan digunakan untuk menduga perubahan suhu dan kadar air yang terjadi apabila input
dari model dirubah-rubah, sehingga bisa diketahui perubahan input mana yang paling
mempengaruhi output.

Simulasi Pemutaran Silinder

Pemutaran silinder disimulasi dengan pemutaran silinder selama 15 menit setiap 30


menit, dan pemutaran silinder secara terus-menerus (kontinyu) dan dibandingkan dengan
pemutaran aktual yaitu 15 menit per jamnya. Selanjutnya juga dilihat pengaruh putaran
tersebut terhadap keseragaman suhu lapisan jagung dan keseragaman kadar air yang terjadi
selama proses pengeringan. Gambar 29 secara keseluruhan menunjukkan bahwa selama
pengeringan apabila silinder tidak diputar (diam) akan mempunyai suhu rata-rata tertinggi
bila dibandingkan dengan suhu jagung dengan pemutaran silinder selama 15 menit setiap
jam dan pemutaran silinder 15 menit setiap 30 menit serta pemutaran silinder secara terus
menerus.
47

60.00

50.00

40.00

Suhu (oC) 30.00

20.00

10.00

0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)
Diam Putar-15mnt/jam
Putar-15mnt/30mnt Putar-kontinyu

Gambar 29 Hasil simulasi pengaruh pemutaran silinder terhadap perubahan


suhu lapisan jagung

Untuk mengetahui sebaran suhu per lapisan untuk ke-empat perlakuan tersebut
maka dibandingkan persentase simpangan mutlak (APD) suhu lapisan jagung yang terjadi
pada lapisan dalam dan lapisan luar. APD suhu jagung dalam silinder yang tidak diputar
(diam) antara lapisan dalam dan luar adalah 5,54% atau mempunyai selisih suhu lapisan
dalam dan lapisan luar selama pengeringan sebesar 0,26-20,93°C. Pemutaran silinder
selama 15 menit setiap jamnya mempunyai APD 4,11% (selisih suhu lapisan dalam dan
lapisan luar 0,26-8,00°C). APD suhu jagung dalam silinder yang diputar 15 menit setiap
30 menit adalah 3,89% (selisih suhu lapisan dalam dan lapisan luar 0,1-5,81°C),
sedangkan untuk pemutaran silinder secara terus-menerus mempunyai APD 3,67% (selisih
suhu lapisan dalam dan lapisan luar 0,05-1,78°C). Dapat dilihat pengaruh lama pemutaran
silinder terhadap selisih suhu lapisan dalam dan lapisan luar semakin kecil. Nilai terkecil
selisih suhu lapisan dalam dan lapisan luar adalah pemutaran silinder secara terus-
menerus. Ilustrasi persentase simpangan mutlak suhu lapisan dalam dan luar yang terjadi
dengan empat perlakuan tersaji pada Gambar 30.
48

Putar-kontinyu 3.67

Putar-
3.89
15mnt/30mnt

Putar-
4.11
15mnt/jam

Diam 5.54

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

APD suhu biji (%)

Gambar 30 Persentase simpangan mutlak suhu lapisan dalam


dan luar pada empat perlakuan

Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa pemutaran silinder (diam)
mempunyai suhu jagung rata-rata tertinggi tetapi ternyata mempunyai simpangan mutlak
suhu jagung terbesar (lebih tidak seragam) dibandingkan dengan suhu jagung yang terjadi
dengan pemutaran silinder selama pengeringan. Pemutaran secara terus-menerus
(kontinyu) ternyata mempunyai persentase simpangan mutlak terkecil (3,67%)
dibandingkan dengan perlakuan pemutaran yang lain. Perhitungan pengaruh lama
pemutaran silinder terhadap energi dan biaya pokok dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perbandingan energi listrik (MJ) dan biaya pokok pengeringan (Rp/kg)

Perlakuan silinder Energi listrik (MJ) Biaya operasional


Untuk pengadukan Total (Rp/kg)
Diputar 15 menit/jam 16,60 51,07 75,89
Diputar 15 menit/30 menit 33,20 67,67 81,35
Diputar terus-menerus 66,40 100,87 85,55

Pengaruh pemutaran silinder terhadap perubahan kadar air selama proses


pengeringan dapat dilihat pada Gambar 31. Dari gambar ditunjukkan hasil simulasi dengan
pemutaran silinder selama 15 menit setiap jam, pemutaran silinder selama 15 menit setiap
30 menit, dan pemutaran pemutaran silinder secara terus-menerus (kontinyu).
49

25

20

Kadar air (% bb.)


15

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)
Diam Putar-15mnt/jam
Putar-15mnt/30mnt Putar-kontinyu

Gambar 31 Hasil simulasi pengaruh pemutaran silinder terhadap


perubahan kadar air

Terlihat bahwa secara keseluruhan apabila silinder tidak diputar (diam) akan
mempunyai kadar air rata-rata terendah bila dibandingkan dengan suhu jagung dengan
pemutaran silinder selama 15 menit setiap jam dan pemutaran silinder 15 menit setiap 30
menit serta pemutaran silinder secara terus menerus. Untuk mengetahui sebaran kadar air
per lapisan untuk ke-empat perlakuan tersebut maka dibandingkan persentase simpangan
mutlak (APD) kadar air jagung yang terjadi pada lapisan dalam dan lapisan luar. APD
kadar air jagung dalam silinder yang tidak diputar (diam) antara lapisan dalam dan luar
adalah 21,49% atau mempunyai selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan luar 0,14-
15,36% bb. Pemutaran silinder 15 menit setiap jamnya mempunyai APD kadar air lapisan
dalam dan lapisan luar 3,65% (selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan luar 0,14-2,94%
bb.). APD kadar air jagung dalam silinder yang diputar 15 menit setiap 30 menit adalah
0,87% (selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan luar 0,14-1,36% bb.), sedangkan untuk
pemutaran silinder secara terus-menerus mempunyai APD 0,43% dan selisih kadar air
lapisan dalam dan lapisan luar 0,14-0,56% bb. Ilustrasi persentase simpangan mutlak kadar
air jagung lapisan dalam dan luar yang terjadi dengan empat perlakuan tersaji pada
Gambar 32.
Simulasi pengaruh pemutaran silinder terhadap penurunan kadar air yang terjadi
terlihat bahwa tanpa pemutaran silinder akan terjadi penurunan kadar air paling cepat.
Tetapi apabila dilihat dari keseragaman kadar air yang terjadi maka apabila silinder tidak
50

diputar (tidak dilakukan pengadukan) maka persentase simpangan mutlak (APD) antara
lapisan dalam dan luar yang terjadi adalah sangat besar yaitu 21,49%. Sebaliknya dengan
semakin lama pemutaran silinder maka akan semakin seragam penurunan kadar air yang
terjadi, seperti terlihat bahwa pemutaran silinder secara terus-menerus mempunyai
persentase simpangan mutlak (APD) terkecil yaitu 0,43%.

Putar-
0.43
kontinyu

Putar-
0.87
15mnt/30mnt

Putar-
3.65
15mnt/jam

Diam 21.49

0 5 10 15 20 25
APD kadar air (%)

Gambar 32 Persentase simpangan mutlak kadar air lapisan


dalam dan luar pada empat perlakuan

Dapat dilihat pengaruh lama pemutaran silinder terhadap selisih kadar air lapisan
dalam dan lapisan luar semakin kecil. Nilai terkecil selisih suhu lapisan dalam dan lapisan
luar adalah pemutaran silinder secara terus-menerus.

Simulasi Pengaruh Perubahan Input terhadap Output (Analisis Sensitivitas)

Simulasi pengaruh perubahan input terhadap output yang dilakukan adalah dengan
menambah input yang mungkin, yaitu input bahan bakar sebesar 10%, input iradiasi
sebesar 10% dan merubah input laju aliran kipas semaksimal mungkin yaitu menjadi 0,8
kg/detik. Untuk mempermudah simulasi maka simulasi dengan penambahan masing-
masing input semua dilakukan dengan tetap melakukan pemutaran silinder selama 15
menit setiap 1 jamnya. Pengaruh dapat dilihat dengan melihat persentase simpangan
mutlak (APD) yang terjadi antara suhu jagung dan kadar air jagung lapisan dalam dan
lapisan luar. Gambar 33 menunjukkan perbandingan perubahan suhu jagung yang terjadi
pada ke-empat perlakuan, yaitu: kondisi input aktual, kondisi dengan penambahan bahan
bakar sebesar 10%, kondisi penambahan iradiasi 10% dan penambahan laju input menjadi
51

0,8 kg/detik. Persentase simpangan mutlak suhu untuk kondisi aktual dan untuk perubahan
input bahan bakar sebesar 10% adalah sama yaitu sebesar 4,11% dan mempunyai selisih
suhu lapisan dalam dan lapisan luar 0,26-8°C. Persentase simpangan mutlak yang terjadi
karena perubahan input iradiasi sebesar 10% adalah 4,11% dan mempunyai selisih suhu
lapisan dalam dan lapisan luar sebesar 0,26-8,01°C. Sedangkan perubahan laju udara inlet
menjadi sebesar 0,8 kg/detik berpengaruh pada selisih suhu lapisan dalam dan lapisan luar
jagung yang terjadi adalah 0,31-7,81°C dan mempunyai persentase simpangan mutlak
3,82%. Dapat dikatakan bahwa perubahan input laju udara pada inlet menjadi 0,8 kg/detik
lebih berpengaruh terhadap perubahan lapisan dalam dan lapisan luar jagung sehingga
mempunyai selisih suhu terkecil. Sedangkan penambahan input bahan bakar dan input
iradiasi matahari sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap perubahan suhu lapisan dalam
dan lapisan luar jagung karena mempunyai nilai selisih suhu lapisan dalam dan lapisan luar
yang hampir sama dengan suhu aktual. APD secara keseluruhan ke-empat perubahan input
terhadap perubahan suhu jagung yang terjadi tersaji dalam Gambar 34.

60

50

40
S uhu (o C)

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)
Putar-15mnt/jam Putar-BB10%
Putar-Irad10% Putar-Inlet08

Gambar 33 Perbandingan perubahan suhu yang terjadi


dengan empat perlakuan berbeda

Gambar 35 menunjukkan perbandingan perubahan kadar air jagung yang terjadi


dengan empat perlakuan, yaitu: kondisi input aktual, kondisi dengan penambahan bahan
bakar sebesar 10%, kondisi penambahan iradiasi 10% dan penambahan laju input menjadi
0,8 kg/det.
52

Putar+inlet08 3.82

Putar+irad10% 4.11

Putar+bb10% 4.11

Putar-15mnt/jam 4.11

3.60 3.70 3.80 3.90 4.00 4.10 4.20

APD suhu jagung (%)

Gambar 34 Persentase simpangan mutlak suhu lapisan


dalam dan luar pada empat perlakuan

Persentase simpangan mutlak untuk perubahan input iradiasi sebesar 10% terhadap
perubahan kadar air jagung yang terjadi mempunyai APD terkecil yaitu 1,09%. Dapat
dikatakan bahwa untuk perubahan input iradiasi matahari sebesar 10% lebih berpengaruh
terhadap perubahan kadar air yang terjadi dibandingkan dengan penambahan 10% bahan
bakar dan penambahan laju udara inlet 0,8 kg/detik. Sementara untuk dua perlakuan, yaitu
kondisi dengan penambahan 10% terhadap bahan bakar dan penambahan laju udara inlet
menjadi 0,8 kg/det berturut-turut mempunyai nilai APD 1,80% dan 1,62%. Selisih kadar
air lapisan dalam dan lapisan luar yang terjadi pada kondisi aktual adalah sebesar 0,14-
2,94% bb. Sedangkan selisih kadar air dengan kondisi penambahan input bahan bakar
10%, dengan kondisi dengan penambahan input iradiasi 10% dan penambahan laju udara
inlet menjadi 0,8 kg/detik masing-masing berturut-turut adalah 0,14-2,94% bb.; 0,14-
2,95% bb. dan 0,18-2,74% bb.
25

20
Kadar air (% bb.)

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam)
Putar-15m nt/jam Putar-BB10%
Putar-Irad10% Putar-Inlet08

Gambar 35 Perbandingan perubahan kadar air yang terjadi


dengan empat perlakuan berbeda
53

APD secara keseluruhan ke-empat perubahan input terhadap perubahan suhu


lapisan jagung yang terjadi tersaji dalam Gambar 36.

Putar+inlet08 1.62

Putar+irad10% 1.09

Putar+bb10% 1.80

Putar-
3.65
15mnt/jam

0 1 2 3 4
APD kadar air (%)

Gambar 36 Persentase simpangan mutlak kadar air lapisan


dalam dan luar dengan empat perlakuan berbeda
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil uji kinerja pengering ERK-hybrid diperoleh penerimaan iradiasi matahari
selama pengujian pengeringan dilakukan relatif lebih rendah dibandingkan dengan
penerimaan iradiasi rata-rata di Indonesia (562,5 W/m2). Pada pengujian I rata-rata
iradiasi mencapai 439,293 W/m2, pengujian II dan III rata-rata iradiasi berturut-turut
adalah 492,857 W/m2 dan 442,71 W/m2.
2. Rata-rata suhu dan RH ruang yang dicapai selama pengeringan pada pengujian I adalah
suhu 34,0°C dan 76%, pengujian II suhu 41,0°C dan RH 63,2%, dan pengujian III suhu
40,1°C dan RH 60,2%.
3. Waktu pengeringan yang dibutuhkan untuk menurunkan kadar air dari 24.87 % bb
sampai 15.92% bb. dengan massa awal 1304,3 kg adalah 11 jam. Pengujian II kadar air
awal 22.28% bb. sampai 16.27% bb. dengan massa awal 1294,1 kg adalah 8 jam. Pada
pengujian III waktu pengeringan jagung 1114,1 kg dari kadar air awal 23,57% bb
menjadi 17,85% bb. adalah 8 jam.
4. Dengan pemutaran silinder selama 15 menit setiap jamnya perbedaan suhu antara
lapisan dalam dan lapisan luar untuk pengujian I, II dan III berturut-turut adalah 0-
4,7°C, 0,8-9,8°C dan 0,2-4,7°C, sementara perbedaan kadar air lapisan dalam dan
lapisan luar pengujian I, II, dan III berturut-turut adalah 0-2,3%, 0,1-1,4%, dan 0,4-
1,8% sehingga dengan pemutaran ini dapat mengatasi perbedaan kadar air selama
pengeringan.
5. Konsumsi energi spesifik (KES) pengujian I menggunakan bahan bakar arang dadalah
sebesar 6,03 MJ/kg dan KES pengujian II dan III yang masing-masing menggunakan
bahan bakar tongkol jagung berturut-turut sebesar 8,01 MJ/kg dan 10,13 MJ/kg.
6. Efisiensi pengeringan total dengan iradiasi matahari pada pengujian I, pengujian II dan
pengujian III berturut-turut adalah 39,15%, 29,45% dan 19,88% dan efisiensi
pengeringan total tanpa iradiasi matahari pengujian I adalah 46,06%, pengujian II
adalah 34,16% dan pengujian III adalah 22,51.
7. Kapasitas pengeringan ERK-hybrid pada pengujian I menggunakan bahan bakar arang
kayu adalah 118,57 kg/jam, sedangkan pengujian II dan III menggunakan bahan bakar
tongkol jagung mempunyai kapasitas pengeringan berturut-turut adalah 161,76 kg/jam
dan 139,26 kg/jam.
55

8. Biaya pokok untuk mengeringkan jagung dengan bahan bakar arang adalah Rp.
124,37/kg dan dengan bahan bakar tongkol jagung adalah Rp. 75,89/kg dan Rp.
88,86/kg.
9. Model matematik yang telah disusun pada umumnya sudah dapat menerangkan hasil
pengukuran, kecuali untuk RH ruang. Validasi model matematik yang digunakan untuk
menduga performansi pengeringan jagung terhadap pengujian II adalah sebagai
berikut: suhu ruang mempunyai niali koefisien determinasi (COD) sebesar 0,74 dan
persentase simpangan mutlak (APD) adalah 1,29%; RH ruang mempunyai COD 0,09
dan APD 5,89%; suhu lapisan jagung dalam silinder mempunyai COD 0,35 dan APD
1,79%; suhu air dalam tangki mempunyai COD 0,91 dan APD dengan nilai 3,5%;
sedangkan untuk penurunan kadar air mempunyai COD 0,98 dan APD adalah 0,68%.
10. Simulasi pemutaran silinder untuk mencari keseragaman suhu lapisan jagung paling
baik menghasilkan bahwa pemutaran silinder secara terus-menerus mempunyai selisih
suhu lapisan dalam dan lapisan luar yang terkecil yaitu 0,05-1,78°C dengan nilai
persentase simpangan mutlak 3,67%. Sedangkan keseragaman kadar air lapisan jagung
paling baik tercapai dengan memutar silinder secara terus-menerus yang menghasilkan
selisih kadar air lapisan dalam dan lapisan luar terkecil 0,14-0,56% bb. dengan nilai
persentase simpangan mutlak 0,43% .
11. Hasil simulasi pengaruh perubahan input terhadap perubahan suhu lapisan jagung
menghasilkan bahwa penambahan laju inlet menjadi sebesar 0,8 kg/detik paling
berpengaruh, karena menghasilkan suhu yang lebih seragam dengan selisih suhu
lapisan dalam dan lapisan luar sebesar 0,31-7,81°C dan mempunyai nilai APD terkecil
3,82%. Penambahan input iradiasi sebesar 10% paling berpengaruh terhadap
perubahan kadar air lapisan jagung sehingga lapisan dalam dan lapisan luar lebih
seragam yang menghasilkan selisih kadar air hanya sebesar 0,14-2,94% bb. dan
mempunyai nilai APD 1,09%.

Saran

1. Untuk memperkecil konsumsi energi spesifik perlu dilakukan perbaikan disain yaitu
berupa pengaturan pemasukan bahan bakar sistem terkendali
2. Sebaiknya pengering ERK-hybrid digunakan dengan kapasitas penuh 1500 kg.
3. Masih diperlukan perbaikan model untuk memperoleh nilai determinasi dan simpangan
mutlak yang lebih baik.
56

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Proyek KKP3T dengan Surat Perjanjian


Pelaksanaan Kegiatan No. 1632/LB.620/J.1/5/2007, Tanggal 8 Mei 2007, kerjasama
Institut Pertanian Bogor dan Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian, atas bantuan biaya yang diberikan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Standar Mutu Jagung Pipil, Badan Standardisasi Nasional

Anonim. 2007. Statistik Indonesia 2005/2006, Biro Statistik, Jakarta-Indonesia Pusat.

Abdullah, K., Irwanto, A.K., Siregar, N., Agustina, E., Tambunan, A.H., Yamin, M.,
Hartulistiyoso, E., Purwanto, Y.A., Wulandani, D., Nelwan, L.O. 1998. Energi
dan Listrik Pertanian, JICA-DGHE/IPB PROJECT/ADAET:JTA-9a(132).

Anwar, A.S. 1992. Penerapan Model Matematik Pengering Rak pada Pengeringan Cabe
Merah (Capsicum Annuum L.), Thesis, Program Pascasarjana IPB Bogor.

Bala, B.K. 1997. Drying and Storage of Cereal Grains, Oxford & IBH Publishing Co.
PVT. LTD, New Delhi Calcutta.

Bird, R.B., Srewart W.E., Lighfoot E.N., 1960. Transport Phenomena, Dept. of
Chemical Engineering, University of Wincosin, John Wiley & Sons

Bronson, R., Naadimuthu, G. 1997. Operations Research, Schaum’s Outline Series,


McGraw-Hill, New York.

Brooker, D.B., Arkema, F.W.B., Hall, C.W. 1992. Drying and Storage of Grains and
Oilseeds, An AVI Book.

Dent, J.B., Blackie, M.J., Harrison, S.R. 1979. System Simulation in Agriculture, Applied
Science Publishers LTD. London

Elfian. 1985. Menentukan Koefisien Pengeringan dan Kadar Air Keseimbangan Dinamis
Kedelai (Glycine max L. Merrill) dan Jagung (Zea mays L.), Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Farlow. S.J. 1982. Partial Differential Equations for Scientist and Engineers, John Wiley
& Sons, Inc.

Franca, A.S., Fortes, M., Haghighi, K. 1994. Numerical Simulation of Intermittent and
Continuous Deep-Bed Drying of Biological Materials, Drying Technology, An
International Journal, Volume 12, Number 7.

Hall, C.W. 1957. Drying Farm Crops, Agricultural Consulting Associates, Inc. East
Lansing, Michigan.

Heldman, D.R., Singh, R.P. 1981. Food Process Engineering, The AVI Publishing
Company, Inc., Wesport, Connecticut.

Henderson, S.M. and R.L. Perry. 1989. Teknik Pengolahan Hasil Pertanian (Agricultural
Process Engineering), A VI Publising Co. Connecticut
58

Henderson, S.M., Perry., R.L., Young, J.H. 1976. Principles of Process Engineering,
Fourth Edition, , ASAE Handbook.

Henry, Z.A., Zoerb G.C., Birth G.S., 1991. Instrumentation and Measurement for
Environmental Sciences, ASAE, Third Edition.

Holman, J.P. 1984. Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jl. Kramat IV No. 11 Jakarta
Pusat.

Iguaz, A., Esnoz, A., Martinez G., Lopez, A., Virseda, P. 2003. Mathematical Modelling
and Simulation for the Drying Process of Vegetable Wholesale By-product in a
Rotary Dryer, Journal of Food Engineering 59 (2003) 151-160.

Irwanto, A.K. 1982. Ekonomi Enjiniring di Bidang Mekanisasi Pertanian, Jurusan


Keteknikan Perttanian, Fateta, IPB, Bogor.

Jansen T.J. 1995. Solar Engineering Technology, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs,
New Yersey.

Jubaedah, N.S. 2000. Mempelajari Karakteristik Pengeringan dan Tempering Jagung


Varietas Hibrida (Zea mays), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.

Manalu, L.P. 1999. Pengering Energi Surya dengan Pengaduk Mekanis untuk
Pengeringan Kakao, Thesis, Program Pascasarjana IPB Bogor.

Manalu, L.P., Abdullah K. 2001. Model Simulasi Proses Pengeringan Kakao Memakai
Pengering Surya Tipe Efek Rumah Kaca, Buletin Keteknikan Pertanian, Vol 15
No 3 Desember 2001

Mohsenin, N.N. 1980. Thermal Properties of Foods and Agricultural Materials, Gordon
and Breach Science Publishers, Inc, New York

Mudjisihono, R., S.J. Munarso, Sutrisno. 1993. Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan
Jagung, Buletin Teknik Sukamandi, No. 1.

Mujumdar A.S., Devahastin, S. 2001. Prinsip Dasar Pengeringan, Panduan Praktis


Mujumdar untuk Pengeringan Industrial, IPB Press, Bogor Indonesia.

Mulyono, S. 1991. Operations Research, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi,


Universitas Indonesia, Jakarta

Munarso, S.J., Thahir R. 2002. Teknologi Pasca Panen Jagung Tingkat Petani dan
Kelayakan Industri Pati Jagung, Ekonomi Jagung Nasional, Balitbang Pertanian.

Nelwan, L.O. 1997. Pengeringan Kakao dengan Energi Surya Menggunakan Rak
Pengering dengan Kolektor Tipe Efek Rumah Kaca, Thesis, Program PS. IPB
Bogor.
59

Nelwan, L.O., Kamaruddin A., A.H. Tambunan, A. Suwono. 2007. Simulation of Solar-
Assisted Drying System for Cocoa Beans, Teknologi Berbasis Sumber Energi
Terbarukan untuk Pertanian, CREATA-LPPM IPB.

Nelwan, L.O., Kamaruddin A., A.H. Tambunan, A. Suwono. 2007. Energy Consumption
of Solar- Assisted Dryer with Rotating Rack for Cocoa Beans, Teknologi
Berbasis Sumber Energi Terbarukan untuk Pertanian, CREATA-LPPM IPB.

Nelwan, L.O., Wulandani, D., Paramawati, R., Widodo, T.W. 2007. Rancang Bangun
Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK)-Hybrid dan In-Store-Dryer Terintegrasi
untuk Jagung-jagungan, Laporan Hasil Penelitian, Kerjasama IPB dan
Departemen Pertanian.

Pasandaran, E. Kasrino, F. 2003. Sekilas Ekonomi Jagung Indonesia : Suatu Studi di


Sentra Utama Produksi Jagung, Ekonomi Jagung Nasional, Balitbang Pertanian.

Pelegrina, A.H., Elustondo, M.P., Urbicain, M.J. 1998. Design of a Semi-continuous


Rotary Dryer for Vegetables, Journal of Food Engineering 37 (1998) 293-304

Purcell, E. J. dan Varberg, D. 1990. Kalkulus dan Geometri Analitis. Jilid I Edisi
Keempat, Penerbit Erlangga, Jl. Kramat IV No. 11 Jakarta.

Rachman, B. 2002. Perdagangan Internasional Komoditas Jagung, Ekonomi Jagung


Nasional, Balitbang Pertanian

Sandewi, F.A. 2005. Pengaruh Pemanasan dengan Gelombang Mikro (Microwave)


terhadap Mortalitas Serangga Imago Sitophilus zaemais (Coleopterata :
Curculionidae) dan Keturunannya, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Sitompul, T.M. PT. 1993. Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger), Raja Grafindo Persada,
Jl. Pelepah Hijau IV TN I No 14-15, Kelapa Gading Jakarta Utara.

Stoecker, W.F. 1971. Design of Thermal Systems, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo.
International Student Edition.

Sulikah, 2007. Rancangan dan Uji Performansi Prototipe Mesin Pengering Tipe Silinder
Berputar untuk Pengeringan Jagung (Zea mays L.), Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Thahir, R. 1986. Analisis Pengeringan Gabah Berdasarkan Model Silindris, Desertasi,


Program Pascasarjana, IPB Bogor.

Thahir, R. 2000. Pengaruh Aliran Udara dan Ketebalan Pengeringan terhadap Mutu
Gabah Keringnya. Buletin Enjineeing Pertanian, Volume VII No.1. BBPAP,
Balitbangtan.
60

Thahir, R., D.A. Nasution, Joko P., Nurhasanah, A. 2000. Mesin Pengering Sirkulasi
untuk jagung Kedelai. Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian,
Serpong.

Tuma, J.J., Wals, R.A. 1997. Engineering Mathematics Handbook, McGraw-Hill


Companies, Fourth Edition

Widodo, P., Hendriadi, A. 2004. Perbandingan Kinerja Mesin Pengering Jagung Tipe
Bak Datar Model Segiempat dan Silinder, Jurnal Enjiniring Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. II No. 1.

Widodo, T.W., J. Tatsuno, E. Sakaguchi, H. Ishida, K. Tajima, K. Tamaki. 2005. Simple


Quality Evaluation of Chili Pepper Based on Continuous Weight Measurement
During Dehydration Process, AMA, Vol. 36 No. 2.
61

LAMPIRAN
62

Lampiran 1 Gambar pengeringan hamparan, pengering bak datar model segiempat dan
pengering kontinyu (recirculating batch dryer)

Pengering hamparan

Jagung pipilan dengan lapisan tipis


hanya dihamparkan pada lantai
jemur yang biasanya dibuat dari bata
yang diplester semen

Lantai jemur

Pengering bak datar segiempat


Bahan bakar
Bak tempat
jagung Tumpukan jagung pipilan
diletakkan pada bak tempat jagung.
Bahan bakar untuk pemanas
(burner) biasanya dari minyak
tanah. Panas dari burner
dihembuskan oleh kipas
Motor
penghembus yang digerakkan oleh
penggerak Pemanas dan kipas motor penggerak ke ruang plenum
penghembus di bawah tumpukan jagung

Pengering kontinyu
(recirculating batch dryer)

Jagung pipilan dimasukkan lewat


Motor
penggerak
hopper kemudian diangkat oleh
bucket elevator 1 ke boks
penampung (optional). Dari boks
penampung jagung diangkat lagi
Bucket oleh bucket elevator 2 dengan laju
Boks untuk elevator 2 tertentu dan disirkulasikan
tempering melewati boks tempering dan
Bucket
turun melewati boks pengeringan
elevator 1 dan disirkulasikan oleh bucket
elevator 2 ke ruang tempering lagi
Boks dan seterusnya sampai diperoleh
penampunge
kadar air yang diinginkan.
Pemanas biasanya juga dari
bruner dengan bahan bakar
minyak atau yang lain. Panas dari
burner juga dihembus
menggunakan kipas (blower)
Hopper

Boks untuk
pengeringan Pemanas dan kipas
penghembus
63

Lampiran 2 Nilai-nilai yang digunakan dalam simulasi

Luas absorber / lantai (m2) 9,6


Absorptivitas lantai (-) 0,85
Emisivitas atap (-) 0,85
Kalor pembakaran tongkol jagung (kJ/kg) 17500
Panas jenis (kJ/kgoC) :
Udara 1,008
Jagung pipilan 2010
Lantai 1
Atap 1
Panas laten uap air (kJ/kg) 3250
Panas laten tongkol jagung (kJ/kg) 2450
Tekanan atmofer (Pa) 101325

Kerapatan udara (kg/m3) 1,15


Efisiensi pembakaran (%) 65%
Laju aliran air (kg/detik) 0,6
Laju udara (kg/detik) :
Masuk silinder 0,6
Keluar pengering 0,8
Laju aliran bahan bakar tongkol (kg/jam) 6,3
Koefisien pindah panas tungk u (W/m°C) 0,02
Koefisien pindah panas HE (W/m°C) 0,0175
64

Lampiran 3 Contoh ekspresi persamaan dengan metode beda hingga (finite difference)
Euler untuk keseimbangan panas pada komponen dalam ruangan

dt abs
mabs C p,abs = Iα absτ wall A proy − hc ,abs Aabs (t abs − t r )

j +1
t abs − t abs
j
mabs C p,abs = Iα absτ wall Aproy − hc ,abs Aabs (t abs
j
− t rj )
Δθ

Δθ
j +1
t abs − t abs
j
=
mabs C p,abs
[
Iα absτ wall Aproy − hc ,abs Aabs (t abs
j
− t rj ) ]

Δθ
j +1
t abs = t abs
j
+
mabs C p,abs
[
Iα absτ wall Aproy − hc ,abs Aabs (t abs
j
− t rj ) ]
65

Lampiran 4 Tampilan program


66
Lampiran 5 Data suhu hasil simulasi
o
Waktu Suhu H Iradiasi Laju Suhu Kelemb. RH udara Suhu lapisan jagung ( C) Kadar air lapisan jagung (% bb.)
lingk. lingk. bhn. bakar Ruang Absorber Air Tangki Air HE Inlet mutlak (%) 0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0 31.30 0.03 0.30 6.3 33.25 60.24 51.72 47.90 47.75 0.02 69.73 30 28.69 28.37 28.21 28.14 28.11 22.30 22.30 22.30 22.30 22.30
0.25 33.20 0.02 0.38 6.3 35.40 68.06 61.69 56.37 56.26 0.02 58.29 47.75 33.44 30.3 30.03 29.68 29.3 22.14 22.30 22.30 22.30 22.30
0.5 35.10 0.02 0.46 6.3 35.47 71.44 66.70 60.41 60.22 0.03 69.20 56.26 40.75 31.69 31.49 31.3 30.99 21.62 22.28 22.30 22.30 22.30
0.75 33.45 0.02 0.50 6.3 35.74 74.81 68.94 62.25 61.96 0.03 79.85 60.22 45.75 34.8 34.17 33.76 33.26 20.91 22.12 22.30 22.30 22.30
1 31.80 0.02 0.54 6.3 37.58 81.65 70.62 63.95 63.61 0.03 76.87 61.96 48.77 37.92 36.73 36.5 36.13 20.13 21.86 22.29 22.29 22.29
1.25 33.20 0.03 0.61 6.3 39.19 88.42 72.13 65.47 65.09 0.03 74.11 63.61 47.47 37.6 37.66 37.78 37.94 21.16 21.62 21.69 21.70 21.72
1.5 34.60 0.03 0.69 6.3 39.76 91.25 73.37 66.58 66.16 0.04 74.36 65.09 50.81 39.98 38.92 39.04 39.13 20.33 21.40 21.69 21.70 21.71
1.75 34.70 0.03 0.71 6.3 40.24 93.79 74.15 67.29 66.83 0.04 76.56 66.16 52.64 41.8 39.65 39.88 40.07 19.47 21.05 21.69 21.70 21.71
2 34.80 0.03 0.74 6.3 39.85 93.08 74.67 67.65 67.21 0.04 75.25 66.83 54.17 43.28 40.37 40.62 40.85 18.61 20.63 21.68 21.70 21.71
2.25 34.30 0.03 0.74 6.3 39.47 92.13 74.46 67.40 66.96 0.04 76.83 67.21 51.34 40.81 39.96 40.25 40.64 20.21 20.62 20.73 20.74 20.76
2.5 33.80 0.03 0.73 6.3 38.80 76.22 74.16 67.03 66.57 0.04 81.49 66.96 53.53 42.64 40.16 40.38 40.55 19.32 20.28 20.72 20.72 20.73
2.75 33.80 0.03 0.51 6.3 37.53 58.97 73.52 66.26 65.83 0.04 84.00 66.57 54.34 43.97 40.43 40.75 41.05 18.45 19.87 20.72 20.72 20.73
3 33.80 0.03 0.29 6.3 37.95 55.66 73.33 66.20 65.79 0.03 80.73 65.83 54.73 44.65 40.02 40.03 40.14 17.60 19.41 20.67 20.70 20.70
3.25 34.55 0.03 0.24 6.3 39.11 73.28 73.39 66.47 66.06 0.03 75.81 65.79 51.22 41.05 39.83 40.17 40.59 19.19 19.55 19.65 19.67 19.69
3.5 35.30 0.03 0.49 6.3 40.06 78.07 74.07 67.20 66.78 0.04 73.16 66.06 53.4 43.01 39.72 39.91 40.06 18.36 19.21 19.62 19.64 19.65
3.75 36.15 0.03 0.53 6.3 40.85 81.95 74.82 67.95 67.53 0.04 71.19 66.78 54.65 44.48 40.04 40.28 40.56 17.54 18.81 19.61 19.64 19.65
4 37.00 0.03 0.57 6.3 41.04 76.95 75.65 68.66 68.22 0.04 71.18 67.53 55.94 45.66 40.43 40.5 40.81 16.72 18.36 19.55 19.64 19.65
4.25 37.45 0.03 0.49 6.3 41.15 71.33 75.83 68.82 68.32 0.04 75.17 68.22 53.29 42.34 40.7 40.96 41.33 18.16 18.52 18.62 18.64 18.66
4.5 37.90 0.03 0.41 6.3 41.25 84.47 76.01 68.98 68.51 0.04 73.00 68.32 56.01 45.31 41.44 41.63 41.81 17.33 18.19 18.60 18.62 18.64
4.75 36.90 0.03 0.61 6.3 41.30 98.45 76.04 69.02 68.55 0.04 71.95 68.51 57.05 47.02 41.81 41.52 41.69 16.50 17.76 18.56 18.62 18.62
5 35.90 0.03 0.80 6.3 40.49 81.65 76.14 68.95 68.49 0.04 74.08 68.55 57.85 47.94 42.04 41.28 41.32 15.69 17.29 18.44 18.60 18.61
5.25 35.25 0.03 0.56 6.3 38.62 62.21 75.13 67.77 67.33 0.04 79.79 68.49 54.63 43.84 41.91 42.15 42.53 17.12 17.46 17.54 17.57 17.59
5.5 34.60 0.03 0.31 6.3 39.63 72.12 74.54 67.49 67.05 0.04 75.99 67.33 56.51 46.45 41.56 41.18 41.35 16.32 17.10 17.47 17.52 17.53
5.75 35.65 0.03 0.46 6.3 41.17 83.98 75.02 68.17 67.70 0.04 73.14 67.05 56.79 47.65 42.06 41.07 41.07 15.53 16.66 17.36 17.51 17.52
6 36.70 0.03 0.60 6.3 40.73 80.23 75.72 68.66 68.22 0.04 72.15 67.7 57.72 48.56 42.75 41.62 41.89 14.79 16.22 17.22 17.51 17.52
6.25 35.50 0.03 0.54 6.3 39.26 74.60 75.17 67.94 67.53 0.03 74.82 68.22 55.05 44.55 42.49 42.67 43.01 16.10 16.40 16.48 16.50 16.52
6.5 34.30 0.03 0.49 6.3 38.63 70.79 74.41 67.20 66.81 0.03 76.05 67.53 57.19 47.39 42.16 41.55 41.73 15.34 16.05 16.38 16.45 16.46
6.75 33.90 0.03 0.44 6.3 38.11 67.18 73.77 66.59 66.21 0.03 77.54 66.81 57.44 48.66 42.75 41.24 41.22 14.59 15.63 16.25 16.42 16.44
7 33.50 0.03 0.40 6.3 39.28 63.77 74.07 67.06 66.66 0.03 74.12 66.21 57.64 49.23 43.25 41.15 40.99 13.89 15.18 16.07 16.39 16.43
7.25 34.55 0.03 0.34 6.3 39.23 59.05 74.12 67.08 66.66 0.04 76.50 66.66 54.62 44.67 42.57 42.7 43.03 15.08 15.35 15.42 15.44 15.45
7.5 35.60 0.03 0.27 6.3 38.23 51.98 73.87 66.69 66.27 0.04 79.87 66.66 57.07 47.87 42.65 41.85 41.99 14.40 15.04 15.33 15.39 15.40
7.75 34.60 0.03 0.19 6.3 37.25 44.81 73.22 65.98 65.57 0.03 83.34 66.27 57.73 49.52 43.75 41.97 41.84 13.73 14.65 15.21 15.38 15.40
8 33.60 0.03 0.10 6.3 37.24 44.77 73.22 65.97 65.57 0.03 83.36 65.57 57.95 50.26 44.51 42.13 41.8 13.09 14.25 15.04 15.35 15.40
67
Lampiran 6 Data suhu pengering ERK-Hybrid pengujian I

Air HE Suhu dalam Silinder Pengering Suhu Suhu Outlet Suhu Lingkungan Suhu Suhu
Waktu Waktu Masuk Keluar Sebelum Sesudah Kering-1 Basah-1 Dalam-1 Tengah-1 Luar-1 Dalam-2 Tengah-2 Luar-2 Kering-2 Basah-2 Saluran Logam Lantai
(jam) TAi TAo1 TAo2 THEbk THEbb THEo TK1 TB1 TDlm1 TTgh1 TLuar1 TDlm2 TTgh2 TLuar2 TK2 TB2 Udara ToK ToB TLB TLK TLgm TLt
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
0 12.06 43.3 51.8 51.5 31.6 35.6 39.2 39.1 36.8 41.2 40.2 40.2 39.6 38.1 38.1 40.0 32.8 40.2 41.0 37.1 27.5 28.7 38.4 40.0
0.82 12.55 45.9 49.8 49.5 33.7 37.5 40.6 40.0 37.4 43.5 40.9 40.9 40.0 39.1 39.6 4.7 33.9 40.3 42.0 38.0 33.3 32.9 40.4 39.9
1.38 13.29 67.1 61.9 64.3 37.4 40.9 49.5 43.3 40.5 45.9 44.1 44.2 43.2 42.1 43.2 44.1 35.4 57.8 45.0 44.0 37.0 36.3 43.8 43.0
1.83 13.56 80.0 72.7 76.9 36.4 39.0 63.1 41.4 39.1 46.0 42.6 44.7 41.7 41.4 43.1 41.9 33.9 46.1 42.7 42.1 38.8 38.7 42.4 41.9
2.33 14.26 85.4 77.3 81.9 35.5 37.8 64.1 41.3 38.8 42.4 42.6 40.3 43.9 40.5 42.1 41.4 34.5 5.7 43.6 43.3 35.7 38.2 42.6 42.3
2.83 14.56 79.2 73.4 76.9 37.9 39.7 61.2 41.9 41.1 44.0 44.0 38.2 47.6 42.6 44.0 43.8 35.9 5.7 44.2 43.8 35.6 36.9 49.1 42.8
3.43 15.32 69.5 64.2 67.4 33.4 34.9 54.3 39.3 36.2 43.4 38.8 38.6 40.6 36.8 37.5 41.1 31.0 55.8 38.5 37.5 35.8 35.9 39.3 38.3
3.82 15.55 71.8 66.3 69.7 32.0 33.2 55.2 37.7 34.8 44.0 37.6 37.6 40.3 36.7 33.8 42.0 33.7 34.7 37.2 35.6 34.6 34.7 38.1 37.1
4.27 16.22 71.8 66.2 69.6 31.8 33.4 55.4 36.5 33.8 39.7 36.8 37.4 38.3 34.7 34.7 39.2 27.9 55.2 36.0 30.7 34.3 36.3 38.8 36.2
4.87 7.34 42.4 40.2 40.7 25.7 30.0 34.7 31.8 29.8 30.1 30.8 30.9 31.1 28.9 30.1 29.1 8.8 37.3 31.9 28.8 29.8 29.8 30.7
5.29 7.59 40.0 37.7 38.0 27.0 30.4 33.6 31.9 30.2 32.9 31.9 30.8 32.3 30.6 30.7 31.1 8.8 36.3 32.7 28.6 30.0 30.0 31.8
5.82 8.31 43.2 40.8 41.3 27.4 31.0 32.8 31.8 32.4 34.5 33.5 33.9 34.0 31.9 32.5 34.1 28.8 39.1 34.5 29.8 30.0 30.3 33.5
6.22 8.55 48.0 44.6 45.6 26.6 29.7 40.2 32.9 30.7 36.5 34.5 34.3 35.9 33.0 33.8 36.5 29.0 43.1 35.0 27.2 28.3 29.6 34.3
6.95 9.39 58.7 58.0 60.6 28.6 31.7 48.2 34.5 31.7 38.0 36.2 36.4 38.8 35.1 36.2 38.8 29.8 50.2 36.0 25.6 31.7 34.4 37.9 35.3
7.2 9.54 60.0 59.2 59.4 28.6 25.9 49.0 34.8 31.9 38.8 36.7 37.3 41.1 36.0 36.9 39.5 30.3 47.2 35.8 25.2 30.5 32.3 39.2 35.3
7.79 10.29 65.3 63.5 63.1 31.5 23.8 52.1 36.6 33.2 39.9 38.4 38.5 42.0 36.4 37.0 42.1 32.6 50.5 34.0 29.2 29.2 30.8 41.2 36.1
8.2 10.54 67.7 65.4 64.2 30.6 29.9 51.4 36.9 33.4 41.2 39.5 39.7 47.1 37.9 37.9 44.1 33.0 52.6 34.3 29.4 27.7 28.9 42.5 36.5
8.69 11.23 76.9 71.2 72.3 30.0 28.9 54.8 38.7 35.2 40.0 39.8 39.5 39.1 37.8 38.9 44.4 35.8 59.2 32.0 30.8 28.9 29.8 42.7 32.6
9.22 11.55 84.4 79.1 79.9 31.5 31.5 56.3 38.3 34.8 42.1 40.8 40.0 40.0 38.6 39.0 45.3 34.6 64.5 32.6 29.1 31.7 33.6 44.0
9.69 12.23 80.6 76.7 77.3 32.4 32.4 55.0 40.3 36.0 43.8 42.2 42.1 40.6 39.4 41.7 48.0 36.5 63.9 36.9 31.7 32.4 35.2 44.8 34.3
10.22 12.55 77.7 72.1 72.9 34.9 34.5 53.7 42.2 37.7 44.9 43.9 43.0 43.2 41.2 41.5 48.6 37.3 60.1 35.4 32.2 34.0 37.9 45.5 38.7
10.84 13.32 69.1 63.9 65.4 36.1 36.4 50.7 7.2 37.9 43.1 43.5 43.5 42.7 40.5 42.2 50.4 37.0 56.9 35.7 34.1 35.9 37.7 43.4 39.9
11.25 13.57 69.9 64.3 66.1 36.8 36.7 50.6 7.2 37.5 43.5 43.1 42.7 42.3 39.8 40.2 48.5 36.9 56.1 34.6 32.8 35.1 37.8 43.5 40.1

Keterangan : Data kosong berarti tidak terbaca


68

Lampiran 7 Data suhu tungku, cerobong, dan iradiasi matahari pengujian I

Waktu Suhu Iradiasi


(jam) Tungku Cerobong Matahari
o o
mV C mV C mV W/m2
0 0 0.0 0 0.0 4.4 628.6

1 0 0.0 0 0.0 3.4 485.7


1.5 11.9 292.1 6.7 164.2 4.5 642.9
2 14.8 361.9 7.9 194.2 0.8 114.3
2.5 11.7 287.2 5.3 129.6 4.5 642.9
3 7.5 184.2 5.4 132.0 0.8 114.3
3.5 11.9 292.1 8 196.7 0.3 42.9
4 10.9 268.0 5.7 139.4 0.3 42.9
4.5 10.7 263.1 6.1 149.2 0 0
5 12.7 311.3 5.1 124.7 0 0
5.5 0 0.00 0 0.0 0.9 128.6
6 2.1 51.8 0.9 22.10 1 142.9
6.5 1.7 42.1 4 97.7 1.6 228.6
7 3.1 75.9 5.9 144.3 2.5 357.1
7.5 8.7 214.0 4.7 114.9 3.9 557.1
8 7.4 181.7 4.8 117.3 5.6 800.0
8.5 7.6 186.7 5 122.2 5.9 842.9
9 8.7 214.0 4.6 112.4 6.3 900.0
9.5 10.9 268.0 6.6 161.7 5.9 842.9
10 10.8 265.50 5.8 141.8 6.7 957.1
10.5 13.4 328.20 6.8 166.7 6.1 871.4
69
Lampiran 8 Data suhu pengering ERK-Hybrid pengujian II

Air HE Suhu dalam Silinder Pengering Suhu Suhu OutletSuhu Lingkungan Suhu Suhu
Waktu Waktu Masuk Keluar Sebelum Sesudah Kering-1 Basah-1 Dalam-1 Tengah-1 Luar-1 Dalam-2 Tengah-2 Luar-2 Kering-2 Basah-2 Saluran Logam Lantai
(jam) TAi TAo1 TAo2 THEbk THEbb THEo TK1 TB1 TDlm1 TTgh1 TLuar1 TDlm2 TTgh2 TLuar2 TK2 TB2 Udara ToK ToB TLK TLB TLgm TLt
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
0 08.03 38.4 31.3 31 32.5 28.9 37.6 30.6 34.9 42.8 44.1 39 45.7 47.3 36.1 30.4 30.4 31.7 29.2 31.3 29.3 43
0.5 08.33 48.3 45 46.3 36 32.3 46.9 40.3 38.9 40.2 37.1 36.2 41.2 35.8 36 40.4 39 47.3 34.8 32.1 35.1 32.4 39.9
1 09.03 60.8 55.3 57.5 36.5 32.6 57.7 40.3 37.4 39.7 42.8 39.3 50.6 38.7 36.4 39.9 38.2 59.1 36 31.4 31.8 29.1 38.1 32.5
1.5 09.33 64.7 59 61.4 40.7 34.2 61.3 45.2 40.9 42.7 40 39.2 46 38.8 38.5 43.4 39.4 63.1 37.4 32.4 34.6 30.3 43 33.8
2 10.03 62.5 57.5 59.6 40.8 34 59.8 45.7 41.2 43.5 44 39.4 52.9 39.5 38.6 45.2 40.1 61.9 39.5 34.2 34.8 31.4 43.7 34.9
2.5 10.33 64.2 58.9 61 41.8 34.5 61 47.2 41.9 44.7 40.5 40.1 44.6 39.4 40 46.5 47.6 61.9 39.7 33.7 33.8 30.5 45.2 35.4
3 11.03 63.9 58.4 60.4 41.6 34 60.6 44.3 39.5 42.8 42 39.9 51.9 39.1 38.7 44.8 40.4 61.8 39.8 33.7 33.8 30.5 45.2 35.4
3.5 11.33 65.7 60.7 62.9 42.4 35 62.5 46.8 40.9 46.6 40.8 40.5 46.7 39.6 40.2 48.7 43.6 61.7 41.7 34.3 35.3 30.6 48 37.8
4 12.03 63.4 58.5 60.5 42.6 34.2 60.5 45.7 40.7 44.7 42 39.9 53.1 39.7 38.8 45.9 41.5 61.6 41.7 33.7 37 31.1 44.5 38.4
4.5 12.33 62.4 58.1 59.8 43 35.2 59.9 49.2 42 46.8 40.9 40.6 43.2 39.5 40.6 48.3 45 61.6 41.8 33.8 37.9 32.9 46.8 38.1
5 13.03 64.2 59.7 61.6 43.7 35.4 61.7 52.2 43.5 47.9 42.4 40.9 52.5 40.8 39.9 46.2 39.8 64.6 42.9 33.4 35.9 31.9 46.5 39
5.5 13.33 60.8 57.1 58.7 43.2 34.9 58.8 46.8 39.9 44.5 40.6 40.5 43 39 40 46.2 39.8 59.5 42 33.3 34.6 31.1 44 38.2
6 14.03 65.5 60.6 62.5 44.4 34.8 61.9 47.3 41 45.8 41.6 40.5 51 38.5 39.4 47.9 39.1 62.9 43.2 33.1 36.7 32.3 45.2 39.8
6.5 14.33 62.5 58.5 59.7 42.6 35.4 59.9 45.3 39.1 46 40.3 41.3 43 40 40.4 45.9 39.2 60 41.9 33.4 34.3 30.6 46.4 39.8
7 15.03 63.9 59.1 61.1 42.6 34.9 60.8 44.7 37.3 44.3 40.2 39.8 48.8 39 38.2 45.6 39.5 60.6 40.7 32.8 33.5 30.1 44.1 39
7.5 15.33 65 59.9 61.9 42.3 34.3 61.2 42.6 37.4 42.1 40.8 42 39.3 40.5 40.9 43.6 37.4 59.2 41.3 33.4 35.6 31.9 44.4 39.5
8 16.03 58.8 54.9 56.6 39.8 33.4 56 40.3 34.6 40.3 38.7 39.4 42.9 37.7 37.8 42.1 38 54.8 40.7 32.8 33.6 30.9 41.7 39

Keterangan : Data kosong berarti tidak terbaca


70

Lampiran 9 Data suhu tungku, cerobong, dan iradiasi matahari pengujian II

Waktu Waktu Suhu Iradiasi


(jam) Pengamatan Tungku Cerobong Matahari
o o 2
mV C mV C mV W/m
0 08.03 5.4 132.01 2.4 59.03 2.1 300.0
0.5 08.33 12.6 308.92 4.9 119.77 3.2 457.1
1 09.03 16.9 411.60 6.2 151.65 3.8 542.9
1.5 09.33 12 294.46 4.8 117.32 4.8 685.7
2 10.03 10.5 258.28 4.6 112.43 5.2 742.9
2.5 10.33 10.2 250.90 4.9 119.77 5.1 728.6
3 11.03 12.4 304.10 5.7 139.35 2 285.7
3.5 11.33 11.4 280.00 4.6 112.43 3.4 485.7
4 12.03 13.8 337.84 5 122.22 4 571.4
4.5 12.33 9.3 228.76 3.9 95.29 2.9 414.3
5 13.03 12.7 311.33 4.8 117.32 5.6 800.0
5.5 13.33 7.2 176.65 2.1 51.79 2.2 314.3
6 14.03 14.4 352.30 4.8 117.32 4.2 600.0
6.5 14.33 15.1 369.70 4.8 117.32 3.4 485.7
7 15.03 10.8 265.54 4.3 105.08 2.8 400.0
7.5 15.33 9 221.38 3.7 90.43 1.9 271.4
8 16.03 4.9 119.77 2 49.37 0.7 100
71
Lampiran 10 Data suhu pengering ERK-Hybrid pengujian III

Air HE Suhu dalam Silinder Pengering Suhu Suhu Outlet Suhu Lingkungan Suhu Suhu
Waktu Waktu Masuk Keluar Sebelum Sesudah Kering-1 Dalam-1 Tengah-1 Luar-1 Dalam-2 Tengah-2 Luar-2 Kering-2 Basah-2 Saluran Logam Lantai
(jam) TAi TAo1 TAo2 THEbk THEbb THEo TDlm3 TDlm1 TTgh1 TLuar1 TDlm2 TTgh2 TLuar2 Ttgh3 TLuar3 Udara ToK ToB TLK TLB TLgm TLt
07 08 09 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
0 08.44 58.2 52.5 54.4 34.7 30.6 55 36.8 36.5 35.1 35.2 37.4 34.3 33.6 33.8 55.8 33.7 29.5 30.7 27.8 36.7 30.8
0.5 09.14 65.8 59.2 61.6 36.9 31.3 61.4 38.1 37.2 37.6 39.1 37.6 37.8 37.1 62.3 35.8 31 32 28.2 47.4 31.9
1 09.44 66.6 60.6 62.9 39.9 33.2 62.7 46.9 37.7 38.8 39.4 37.9 36.8 38.5 64 39.5 31.9 34.7 29.8 54 33.1
1.5 10.14 63.3 58.2 60.2 38.8 33.1 60.1 36.4 38 38.5 38.5 36.7 61.4 36.7 30.9 34.1 29.4 44.3 34.1
2 10.44 65.2 59.7 61.8 40.8 33.5 61.9 39.7 39.1 39.6 38.9 38.7 39.4 38.9 63.8 42.4 32.4 33.4 28.8 48.7 34.9
2.5 11.14 62.4 57.8 59.6 41.4 33.6 59.6 40.8 37.6 38.5 44.4 40.7 38.9 61.8 41.9 32.6 33.6 28.9 50 35.6
3 11.44 63.1 58.3 60.1 42.5 33.9 60.2 44.5 38.3 39 38.2 46.8 39.5 38.8 39.8 62.4 42.8 32.3 35.2 28.7 51.7 36.5
3.5 12.14 62.4 57.7 59.5 40.8 32.9 59.3 36.9 38.2 35.6 36.5 39 58.7 42.7 31.3 34.2 29.1 43.7 37.4
4 12.44 62.7 58.5 60 42.8 33.9 59.9 42.8 39 37.6 38 38.9 61.7 48 32.9 37.4 30 51 38.1
4.5 13.14 59.6 55.7 57.1 42.1 33.4 57 39.1 38.2 39.2 41 38.2 58.7 44.4 32.2 35.2 29.1 50 38.4
5 13.44 59.5 55.1 56.6 40.9 32.9 56.7 42.3 37.1 37.3 42.6 44.1 38.8 36.4 57.3 43.3 31.2 34.8 29 49.5 38.1
5.5 14.14 65.4 60.2 62 42.2 33.7 61.5 39.8 40.6 39.6 40.9 39.1 41.1 61.6 46.3 33.4 36.3 30.5 47.9 39.9
6 14.44 68.9 62.9 65.1 40.8 33.1 64.5 43.3 40.6 38.6 39.7 38.1 39.2 64.8 48.6 33.6 36.8 30.9 51.4 39.1
6.5 15.14 69.9 63.8 66.2 42.2 33.3 65.4 45.5 42 41.1 44.8 39.2 41.5 64.8 46.8 33.6 36.1 30.3 54.9 40.5
7 15.44 64 58.7 60.7 39.4 32.3 60.4 39.9 38.4 41.4 40.3 37 38 59.8 42 32.5 33.1 28.8 53.1 38
7.5 16.14 62.4 57.3 59.2 38.5 31.8 58.9 40.9 40.2 37.1 39.6 57.7 39.9 31.8 32.5 29.1 50.2 37.2
8 16.44 58.2 53.8 55.5 37.4 30.8 55.2 47.5 39.3 36.8 39.6 36.3 37.8 54.2 38.2 31 32.5 28.7 49.2 36.5

Keterangan : Data kosong berarti tidak terbaca


72

Lampiran 11 Data suhu tungku, cerobong, dan iradiasi matahari pengujian III

Waktu Waktu Suhu Iradiasi


(jam) Pengamatan Tungku Cerobong Matahari
o o 2
mV C mV C mV W/m
0 08.44 18.3 445.07 5.7 139.35 2.61 372.9
0.5 09.14 15.8 385.80 5.1 124.67 3.06 437.1
1 09.44 18.7 454.55 4.6 112.43 4.33 618.6
1.5 10.14 16.6 404.76 4.7 114.87 4.83 690.0
2 10.44 20.3 492.48 4.9 119.77 5.05 721.4
2.5 11.14 15.7 383.43 5.6 136.91 5.32 760.0
3 11.44 18.4 447.44 4.4 107.53 4.07 581.4
3.5 12.14 15.7 383.43 4.2 102.63 1.81 258.6
4 12.44 16.5 402.39 4.6 112.43 5.05 721.4
4.5 13.14 15.4 376.32 4.2 102.63 4.68 668.6
5 13.44 16.6 404.76 4.3 105.08 4.11 587.1
5.5 14.14 18.7 454.55 4.5 109.98 2.2 314.3
6 14.44 21.3 516.19 4 97.74 1.92 274.3
6.5 15.14 19.3 468.77 4.3 105.08 1.17 167.1
7 15.44 19.4 471.14 3.3 80.77 0.93 132.9
7.5 16.14 18.1 440.32 3.9 95.29 0.64 91.4
8 16.44 9 221.38 2.1 51.79 0.38 54.3
73

Lampiran 12 Data digunakan untuk mendapatkan biaya tetap dan biaya tidak tetap

Data Percobaan I Percobaan II Percobaan III


Nilai Nilai Nilai
Harga alat (P) (Rp) 60000000 60000000 60000000
Harga akhir (S) (Rp) 6000000 6000000 6000000
Jumlah hari kerja per tahun (hari) 200 200 200
Jam kerja per orang (jam) 12 12 12
Kapasitas alat (kg) 1304.3 1294.1 1114.1
Waktu pengeringan (t) (jam) 11 8 8
Umur ekonomi (N) (tahun) 5 5 5
Bunga modal (i) (%/tahun) 12 12 12
Nilai akhir alat (%) 10 10 10
Konsumsi bhn. bakar (Kbb) (kg/ton) 40.6 39.0 42.2
Konsumsi listrik (Kl) (kWh/ton) 13.0 9.5 9.5
Harga tongkol jagung (Hbbt) (Rp/kg) 250 250 250
Harga arang kayu (Hbbak) (Rp/kg) 1000 1000 1000
Harga listrik (Hl) (Rp/kWH) 675 675 675
Upah tenaga kerja (Up) (Rp/jam) 1250 1250 1250
Jumlah tenaga kerja (Jt) (orang) 2 2 2
Jam kerja/tahun (Jtt) (jam/tahun) 2400 2400 2400
Pemeliharaan (Rp/jam) 1000 1000 1000
Pajak (p) (%/tahun) 1.5 1.5 1.5

Perhitungan Biaya Tetap (Pengujian II)

Biaya Penyusutan (Rp/tahun) (A)

P − S 60000000 − 6000000
= = 10800000
N 5

Biaya Bunga Modal (Rp/tahun) (B)

i 12
P*( ) * ( N + 1) 60000000 * ( ) * (5 + 1)
100 = 100 = 4320000
2* N 2*5

Biaya Pajak (Rp/tahun) (C)

p 1,5
( )*P = * 60000000 = 900000
100 100

Total biaya tetap = A + B + C = Rp. 16020000/tahun


74

Lampiran 12. (lanjutan)

Perhitungan Biaya Tidak Tetap (Pengujian II)

Biaya Bahan Bakar (Rp/tahun) (D)

Kbb * Hbbt 39,0 * 250


* Jtt = * 2400 = 2926647 ,03
t 8

Biaya Listrik (Rp/tahun) (E)

Kl * Hl 9,5 * 675
* Jtt = * 2400 = 1923750
t 8

Tenaga Kerja (Rp/tahun) (F)

Up * Jt * Jtt = 1250 * 2 * 2400 = 6000000

Biaya Pergantian Komponen (Rp/tahun) (G)

0,2 ( P − S ) 0,2 (60000000 − 6000000 )


( )* =( )* = 2592000
100 100 100 100

Total biaya tidak tetap = D + E + F + G = Rp. 13442397,03/tahun


75

Lampiran 13 Bahan untuk pembuatan konstruksi pengering ERK

Nama bagian Jenis bahan yang dipakai Spesifikasi


Rumah kaca
Rangka Besi hollow 40 x 40 mm
Dinding Seng, glasswool, polikarbonat 0.5 mm, - , 1 mm
Atap Polikarbonat 1 mm
Lantai Semen cor Tebal 100 mm
Kipas outlet Aksial Diameter 400 mm
Pengering
Silinder Besi perforated Lubang 3 mm, tebal 2 mm
Kipas inlet Sentrifugal -
Ruang plenum Besi perforated dan besi plat Diameter 400 mm x 2400 mm
Penukar panas
Radiator Cross-flow Luas 4 m2/radiator
Tangki air Plat besi Diameter 700 mm
Pemanas
Tungku Besi plat, cor semen 2 mm, 150 mm
Auger Besi plat 2 mm

You might also like