Professional Documents
Culture Documents
Peranan Ruang Terbuka Publik Terhadap Tingkat Solidaritas Dan Kepedulian Penghuni Kawasan Perumahan Di Jakarta
Peranan Ruang Terbuka Publik Terhadap Tingkat Solidaritas Dan Kepedulian Penghuni Kawasan Perumahan Di Jakarta
3 September 2011
Atie Ernawati
atie2373@gmail.com
Abstract. Less interaction between citizen caused of materialistic lifestyle impact the
down of citizens’ solidarity and concertinity for their environment. According to
Daldjoeni (1982:28), urbanization has replaced the primary relationship into secondary,
which make the relationship between citizen was unstressed, mutual cooperation
diminished and solidarity was lost. If this condition permitted, it will emerged many
problems inside the community such as the security problems. Public open space in a
region can be functioned as a center of orientation,an interaction tools and region
identity which has interaction activity of the citizen culture. In fact, many public open
space did not function optimally, sometimes even abandoned. It was getting worse by the
lack of public open space as the impact of the converted urban infrastructures, which
make the expectation for interaction between citizen was not realized. This research will
be written in descriptive method which aim to discover how big is the role of public open
space which is in descending quality and area to solidarity and concertinity of the
inhabitant of many housing in some regions in Jakarta. The conclusion is that the
existence of public open space which is in descending quality and area did impact to the
descending of the solidarity and concertinity of citizens. To increase the solidarity and
concertinity of the inhabitant of housing is by preparing good facilities of public open
space,by increasing the quality of the public open space and also by doing the
management with the base of the inhabitant of housing’s participants.
Key Words : Public Open Space, Solidarity and Concertinity Rate, Inhabitant of
Housing Region in Jakarta
246
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
247
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
248
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
249
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
250
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
251
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
252
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
253
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
secara maksimal (hanya diakses oleh berupa jalan beraspal yang lebih
masyarakat yang dekat RTP atau bahkan mementingkan kendaraan bermotor
ada yang tidak peduli). daripada pejalan kaki. Disini tampak
bahwa perumahan direncanakan dan
Ditambah lagi keberadaanya dirancang untuk penghuni yang
tidak dilengkapi dengan sarana dan bermobil, sedangkan fasilitas-fasilitas
prasarana bagi pengguna untuk pedestrian umumnya jarang ada kecuali
menikmatinya. Penataan yang berkesan pada area-area tertentu saja. Umumnya
“asal ada” menjadi pemandangan yang pedestrian juga berbentuk lurus
tampak secara umum. Fasilitas-fasilitas (membosankan) dan tidak ada naungan
seperti tempat duduk, alat penerangan, diatasnya, sehingga terasa panas dan
tempat sampah, gazebo, tempat bermain kurang nyaman ketika waktu siang tiba.
anak cukup sulit ditemui, jika adapun RTP yang ada menurut
pada ruang terbuka publik umumnya penghuni mudah diakses karena
tidak terawat dengan baik. Coretan- umumnya ada fasilitas jalan menuju ke
coretan dan rumput yang tumbuh liar sana tetapi umumnya mempunyai jarak
merupakan pemandangan yang sering yang cukup jauh dari tempat tinggal
tampak. Dari beberapa lokasi persepsi penghuni kecuali menggunakan
masyarakat terhadap sarana dan kendaraan bermotor. Jika banyak
prasarana RTP adalah mayoritas penghuni yang menggunakan kendaraan
mengatakan cukup lengkap tetapi bermotor maka otomatis akan
banyak juga yang mengatakan kurang diperlukan adanya area parkir yang
lengkap. Disini terlihat bahwa RTP yang berakibat pada berkurangnya ruang
ada belum bisa mewadahi kegiatan atau terbuka hijau.. Ada beberapa RTP yang
aktivitas masyarakat secara maksimal berupa sisa-sisa lahan yang terletak di
terutama untuk kepentingan komunikasi pojok-pojok sehingga posisinya yang
dan interaksi antar seluruh penghuni tidak menguntungkan dan bentuknya
perumahan. yang tidak beraturan menyebabkan tidak
mudah diakses oleh penghuni. Juga
Aksessibilitas keberpihakan pada aksessibilitas bagi
Akses memberikan kemudahan, para penyandang cacat juga kurang
kenyamanan, dan keamanan bagi para diperhatikan.
pengguna untuk mencapai tujuan dengan
sarana dan prasarana transportasi yang Kecocokan
mendukung kemudahan aksesibilitas Kecocokan adalah aspek-aspek
yang direncanakan dan dirancang sesuai yang berkaitan dengan lokasi,
dengan kebutuhan pengguna sehingga kepadatan, skala dan bentuk massa
dapat memberikan kenyamanan dan bangunan. Suatu desain harus
kemudahan dalam menjalankan memikirkan skala manusia agar lebih
aktivitasnya. Fasilitas aksesibilitas ini manusiawi, keterlingkungan (enclosure)
hendaknya dalam perencanaan dan yang lebih erat, asesori kota (townscape)
perancangannya memperhatikan tatanan, yang lebih menarik, utilitas kota yang
letak dan sirkulasi, dimensi (Lynch, berfungsi baik. Kepadatan merupakan
1976). kondisi yang tidak seimbang antara
Aksesibilitas pada lokasi studi fasilitas yang tersedia dan masyarakat
umumnya mudah karena hampir yang menggunakannya (Spreiregen. P.
keseluruhan jalan di kawasan D,1962; Cullen G, 1986).
perumahan direncanakan untuk Lokasi RTP pada daerah
menghubungkan antara lokasi satu perumahan umumnya tidak
dengan lokasi lain, tetapi kebanyakan direncanakan sebelumnya, tetapi
254
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
255
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
umumnya hanya dimanfaatkan di pagi atau jalur hijau), ada yag berfungsi
dan sore hari oleh penghuni. Menurut sebagai area olahraga dan bermain,
penghuni umumnya kondisi RTP cukup jarang sekali yang mempunyai beragam
nyaman untuk beraktivitas jika dilihat aktivitas. Fungsi RTP sebagai tempat
dari segi keamanan dan kerapian RTP di berkumpul dan pertemuan warga juga
pagi dan sore hari. Tetapi di malam hari sangat jarang terfasilitasi. Elemen-
karena kurangnya sarana penerangan elemen street furniture yang dapat
dan unsur pengamanan dapat menjadi menambah kekayaan visual juga kurang
kurang nyaman karena banyak nyamuk difasilitasi secara lengkap. Kurangnya
atau digunakan orang-orang di luar penataan yang baik yang menerapkan
komplek untuk berpacaran. Sedangkan unsur-unsur pembentuk estetika dari
di siang hari kondisi RTP umumnya elemen-elemen yang membentuk desain
panas karena kurang adanya peneduh. RTP menyebabkan RTP tidak dilirik
Kenyamanan juga berkurang ketika oleh penghuni, tetapi mereka lebih
penghuni ingin tinggal lebih lama karena memilih datang ke mall untuk tujuan
kurangnya fasilitas tempat duduk ketika rekreasi mereka.
banyak penghuni yang ingin beraktivitas
di ruang publik. Manajemen kota
Pelaku manajemen
Kekayaan visual pembangunan kota terdiri dari
Beragam visual yang menarik pemerintah (government/public sector),
sangat diperlukan untuk menambah nilai swasta (private sector), masyarakat
pemandangan (vista) yang dapat (community), serta lembaga swadaya
meningkatkan daya tarik dan nilai masyarakat (non-governmental
estetika kawasan menjadi berkualitas organizations/ NGOs) (I Nyoman Tri
(Cullen,G, 1986). Kekayaan visual Prayoga, 2010). Pemerintah bertugas
256
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
257
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
258
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
259
Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 4 No. 3 September 2011
260