You are on page 1of 9

JURNAL ANALIS FARMASI

Volume 3, No. 1 Januari 2018 Hal 33 - 41

PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT PADA PEMBERSIH WAJAH (FACIAL


FOAM) YANG DI JUAL DI PASAR TENGAH BANDAR LAMPUNG DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

DETERMINATION OF CONTENT IN CLEANING FACE SALICYLIC ACID ( FACIAL


FOAM ) THE SALE IN THE CENTRAL MARKET BANDAR LAMPUNG USING UV -
VISIBLE SPECTROPHOTOMETRY

Nofita1, Gusti Ayu Rai Saputri1, Atika Septiani2

ABSTRACT

Facial cleanser ( Facial foam ) soap texture is smooth . The main function for
cleaning dirt ( dust , residual cosmetics ) other functions depending on the variant and
brands ( nothing to reduce oil , brightening , anti-acne , and others ) . One of the
compounds that are often added to the facial foam is salicylic acid . Salicylic acid is an
anti acne once keratolytic commonly administered topically . Based on the decision of
Chief Regulatory Agency for Drugs and Food of the Republic of Indonesia Year 2010
No.HK.00.05.42.1018 about cosmetics , salicylic acid used in cosmetics with maximum
levels of ≤ 2 %. Has done extensive research on the assay of salicylic acid cleanser (
facial foam ) that are sold at Central Market Bandar Lampung with UV - Vis
spectrophotometry method . The number of samples in this study were five samples ,
with criteria facial cleanser ( facial foam ) which do not include levels of salicylic acid
in cosmetics facial cleanser . Research salicylic acid assay using UV - Vis
spectrophotometry at a wavelength of 533 nm . From the results, the average level :
A gets an average grade of 0.014 % , the sample B gets the average level of 0.0097
% , the sample C gets the average level of 0.0042 % , the sample D gets the average
level 0 , 0058 % , and samples E gets the average level of 0.0016 % . These five
samples are still eligible licensing regulations Head of National Agency of Drug and
Food of the Republic of Indonesia No.HK.00.05.42.1018 Year 2010.

Keywords : Salicylic Acid , Cleansing ( Facial Foam ) , UV - VIS spectrophotometry

ABSTRAK

Pembersih wajah (Facial foam) adalah sabun muka yang teksturnya halus.
Fungsi utama untuk membersihkan kotoran (debu, sisa kosmetik) fungsi lainnya
tergantung varian dan merk (ada yang untuk mengurangi minyak, mencerahkan, anti
jerawat, dan lain-lain). Salah satu senyawa yang sering ditambahkan ke dalam facial
foam adalah asam salisilat. Asam salisilat merupakan zat anti acne sekaligus
keratolitik yang lazim diberikan secara topikal. Berdasarkan keputusan Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.42.1018
Tahun 2010 tentang kosmetik, asam salisilat dipergunakan dalam kosmetik dengan
kadar maksimum ≤ 2%. Telah dilakukan penelitian penetapan kadar asam salisilat
pada pembersih wajah (facial foam) yangdi jual di Pasar Tengah Bandar Lampung
dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
lima sampel, dengan kriteria pembersih wajah (facial foam) yang tidak mencantumkan
kadar asam salisilat pada produk kosmetika pembersih wajah tersebut. Penelitian
penetapan kadar asam salisilat menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 533 nm. Dari hasil penelitian didapatkan kadar rata-rata : A
mendapat kadar rata-rata 0,014 %, sampel B mendapat kadar rata-rata 0,0097 %,
sampel C mendapat kadar rata-rata 0,0042 %, sampel D mendapat kadar rata-rata
0,0058 %, dan sampel E mendapat kadar rata-rata 0,0016 %. Kelima sampel tersebut
masih memenuhi syarat perizinan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.42.1018 Tahun 2010.

Kata Kunci : Asam Salisilat, Pembersih Wajah (Facial Foam), Spektrofotometri UV-VIS

1) Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


2) Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Lampung
Nofita, Gusti Ayu Rai Saputri, Atika Septiani

PENDAHULUAN Berdasarkan perizinan


Kosmetika berasal dari kata Peraturan Kepala Badan Pengawasan
kosmein (Yunani) yang berarti Obat danMakanan Republik Indonesia
“berhias”. Bahan yang dipakai dalam (BPOM RI) Nomor HK.00.05.42.1018
usaha untuk mempercantik diri ini, tahun 2010 tentang Daftar Bahan Yang
dahulu diramu dari bahan-bahan alami Diizinkan Digunakan Dalam Kosmetik
yang terdapat disekitarnya. Sekarang dengan Pembatasan dan Persyaratan
kosmetik dibuat manusia tidak hanya Penggunaan asam salisilat yang
dari bahan alami tetapi juga bahan diizinkan dalam produk kosmetika
buatan untuk maksud meningkatkan yaitu tidak lebih dari 2%. Apabila
kecantikan [18]. kadar asam salisilat yang terkandung
Tidak dapat dipungkiri lagi dalam facial foam lebih dari 2% akan
bahwa produk kosmetik sangat mengakibatkan iritasi lokal,
diperlukan oleh manusia, baik laki-laki peradangan akut, bahkan ulserasi.
maupun perempuan, sejak lahir hingga Pada penelitian yang dilakukan
saat meninggalkan dunia. Produk- oleh Nasution.A (2012) didapatkan
produk itu dipakai secara berulang hasil penelitian penetapan kadar asam
setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai salisilat dalam produk bedak padat
dari rambut sampai ujung kaki. Salah secara Spektrofotometri UV-Vis
satu contoh produk kosmetika untuk memenuhi syarat yaitu 0,1033%,
perawatan kulit yang sering digunakan 0,2051% dan 0,1840%. Jadi,
oleh masyarakat untuk membersihkan berdasarkan uraian diatas penulis
wajah yaitu sabun pembersih wajah tertarik untuk melakukan penelitian
(facial foam). selanjutnya pada sampel pembersih
Pembersih wajah adalah sabun wajah (facial foam) yang dijual di
pembersih wajah yang merupakan daerah Pasar Tengah Bandar Lampung
salah satu jenis skin care untuk dengan menggunakan metode
mengangkat sisa kotoran dan debu Spektrofotometri UV-Vis. Lokasi ini
yang menempel pada kulit. Pembersih dipilih karena tempatnya strategis,
wajah berfungsi membersihkan, dan dilingkungan yang ramai, dan mudah
menyegarkan. yang sering dijangkau serta pada penjualan
ditambahkan yaitu asam salisilat [16]. pembersih wajah (facial foam) tersebut
Asam salisilat merupakan zat tidak mencantumkan kadar asam
anti acne sekaligus keratolitik yang salisilat yang telah ditetapkan oleh
lazim diberikan secara topikal dan juga Badan Pengawasan Obat dan Makanan
dapat digunakan sebagai antiseptik. yaitu tidak lebih dari 2% ,
Penggunaannya dalam kosmetika dikhawatirkan kadar asam salisilat
sebagai anti acne atau keratolitik yang terkandung pada sampel lebih
(peeling) merupakan usaha untuk dari 2%.
meningkatkan kemampuan kosmetik Penggunaan metode
tersebut yaitu akan mengurangi Spektrofotometri UV-Vis merupakan
ketebalan interseluler dan suatu metode penetapan kadar yang
menyebabkan desintegrasi dan memiliki sensitivitas yang tinggi dan
pengelupasan kulit [18]. dapat memberikan hasil yang akurat.
Asam salisilat dengan dosis Prinsip kerja dari instrumentasi
yang tepat dapat memberikan efek Spektrofotometri UV-Vis ini adalah
terapeutik yang diinginkan, namun pengukuran serapan sinar
pada penggunaannya secara terus- monokromatis oleh suatu lajur larutan
menerus dapat menyebabkan yang memiliki gugus kromofor pada
kerusakan pada kulit [1]. panjang gelombang spesifik dengan

34 Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018


Penetapan Kadar Asam Salisilat Pada Pembersih Wajah (Facial Foam) Yang Di Jual
Di Pasar Tengah Bandar Lampung Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Visible

monokromator prisma atau kisi difraksi c. Ditambah aquadest sampai


dengan detektor futube [19]. tanda.
Metode Spektrofotometri UV-
Visible termasuk metode instrument. 2. PenentuanOperating Time
Kelebihan dari metode ini adalah a. Dipipet 5,0 ml larutan stok
memiliki sensitivitas tinggi dan kedalam labu takar 50 ml.
memberikan hasil yang akurat, b. Ditambah 5,0 ml FeCl 3 1%
prosespengerjaannya lebih cepat dan dalam HCl 1%, tambah
bisa untuk menetapkan kuantitas zat aquadest sampai tanda.
yang sangat kecil. Senyawa yang c. Disiapkan blanko.
dapat dianalisis yaitu senyawa yang 1) Dipipet 1,0 ml metanol
memiliki gugus kromofor [17]. dimasukkan dalam labu
takar 50 ml. Ditambah
METODE PENELITIAN aquadest sampai tanda
Penelitian dilakukan pada bulan (larutan blanko)
Februari 2016 d. Diukur transmitan setelah 1
Penelitian dilakukan dilaboratorium menit, 2 menit, 3 menit sampai
Biokimia Universitas Malahayati, Jl. 30 menit (sampai didapat
Pramuka No.27, Kemiling, Bandar larutan stabil) dan
Lampung 35153. Populasi penelitian ini dikonversikan ke bentuk
adalah pada sampel pembersih wajah absorban.
(facial foam) yang dijual di Pasar
Tengah Bandar Lampung.Sampel 3. Penetapan Panjang Gelombang
diambil dari 5 merk dagang yang Maksimum
berbeda dari beberapa penjual kaki a. Masukkan 5,0 ml larutan stok
lima di Pasar Tengah Bandar Lampung. kedalam labu takar 50 ml,
Kriteria sampel yaitu pembersih wajah tambahkan FeCl3 1% dalam HCl
(facial foam) yang terdapat asam 1%
salisilat pada komposisinya, tetapi tidak b. Tambah aquadest sampai
mencantumkan kadar asam salisilat tanda.
pada produk kosmetika pembersih c. Dengan menggunakan blanko,
wajah tersebut. Kosmetika ukur transmitannya dengan
tersebut.merupakan merupakan panjang gelombang 400 nm
kosmetika yang mengandung acne sampai 600 nm.
tanpa whitening. d. Dihitung koefisien kolerasinya.
Bahan yang digunakan dalam e. Buat kurva hubungan antara
penelitian ini adalah aquadest, baku absorban dengan panjang
asam salisilat murni, methanol, etanol gelombang.
96%, FeCl3 1% dalam HCl 1%, dan f. Ditentukan persamaan regresi
sampel pembersih wajah. dan dibuat garis regresinya.

Prosedur Kerja 4. Pembuatan Kurva Kalibrasi


1. Pembuatan Larutan Stok Larutan Asam Salisilat
a. Ditimbang 20,0 mg asam a. Disiapkan 5 buah labu takar 50
salisilat murni sebagai bahan ml
pembanding. b. Dipipet larutan stok asam
b. Dimasukkan dalam labu takar salisilat masing-masing 2,0 ml;
50,0 ml, larutkan dalam 1 ml 3,0 ml; 4,0 ml; 5,0 ml; 6,0 ml;
metanol. kedalam labu takar 50 ml
sehingga didapatkan larutan

Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018 35


Nofita, Gusti Ayu Rai Saputri, Atika Septiani

seri standar dengan konsentrasi g. Diukur transmitan sampel


20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 dengan operating time dan
ppm, 60 ppm.Disiapkan blanko panjang gelombang maksimum
c. Kedalam labu takar masing- yang telah didapatkan dan
masing labu takar ditambah 5,0 konversikan keabsorban.
ml FeCl3 1% dalam HCl 1%
kemudian tambah aquadest
sampai tanda,
d. Diukur transmitan masing-
masing larutan standar dengan Analisa Data
menggunakan data panjang Data yang diperoleh disajikan
gelombang maksimum dan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk
operating time yang telah menentukan kadar asam salisilat harus
ditentukan. dibuat persamaan kurva regresi dari
e. Diukur transmitan dan larutan standar, kemudian data
dikonversikan kebentuk absorbansi sampel dimasukkan dalam
absorban. persamaan sehingga diperoleh kadar
sampel.
5. Penetapan Kadar Sampel
Disiapkan sampel A,B,C,D dan E Dengan menggunakan rumus
dalam pembersih wajah (facial y= ax + b
foam) dan setiap sampel dilakukan Dimana
2 kali penetapan kadar dengan y = absorbansi
perlakuan sebagai berikut : a = slope
a. Ditimbang sejumlah cuplikan b = intersep
setara dengan 20,0 mg asam x = konsentrasi
salisilat.
b. Dimasukkan dalam labu takar Kadar sampel yang diperoleh (ppm,
50 ml dilarutkan dengan 5 ml dikonversikan dalam satuan persentase
metanol dan ditambah aquadest (%).
sampai tanda. Kadar asam salisilat (%) = X x Fp x Vs
c. Homogenkan, kemudian x 100% Bs
disaring dan ditampung
filtratnya. Keterangan :
d. Dipipet 2,0 ml filtrat X : Konsentrasi (ppm) = mg/L
dimasukkan dalam labu takar Vs : Volume larutan sampel (L)
50 ml. Fp : Faktor pengenceran
e. Dipipet 5,0 ml FeCl3 1% dalam Bs : Berat sampel (mg)
HCL 1% ditambah aquadest
sampai tanda.
f. Disiapkan blanko

36 Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018


Penetapan Kadar Asam Salisilat Pada Pembersih Wajah (Facial Foam) Yang Di Jual
Di Pasar Tengah Bandar Lampung Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Visible

Hasil Penelitian
a. Uji Kuantitatif

Gambar 4.
Kurva Panjang Gelombang Maksimum Asam Salisilat

Gambar 5.
Kurva Kalibrasi Larutan Standar Asam Salisilat

Tabel 1
Data Hasil Konsentrasi Asam Salisilat Pada Sampel
Konsentrasi Konsentrasi
Sampel Pengulangan Absorban Standar Kesimpulan
(%) ± SD (%)
1 0,365 2,7 Peraturan
A 2 0,352 2,19 2,1 % kepala TMS
3 0,312 1,94 badan
1 0,228 1,41 pengawas
B 1,42 % MS
2 0,213 1,32 obat dan

Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018 37


Nofita, Gusti Ayu Rai Saputri, Atika Septiani

3 0,247 1,42 makanan


1 0,102 0,62 republic
C 2 0,109 0,67 0,63 % indonesia MS
3 0,102 0,62 tahun
1 0,145 0,89 2010 yaitu
D 2 0,134 0,82 0,85 % tidak lebih MS
3 0,136 0,84 dari 2%
1 0,049 0,29
E 2 0,051 0,3 0,28 % MS
3 0,045 0,26

PEMBAHASAN random samples (randomsamples


Y Sampel yang digunakan secara acak sederhana) dan tidak
dalam penelitian ini diambil dari mencantumkan berapa % kadar asam.
beberapa pedagang kaki lima di Pasar salisilat yang terkandung dalam
Tengah Bandar Lampung. Sampel yang produk facial foam pada kemasan.
digunakan ada 5 (lima) merk dagang Penentuan kadar asam salisilat
facial foam yang berbeda merk yaitu menggunakan metode
merk A, B, C, D, dan E, yang diduga spektrofotometri UV-Vis karena asam
mengandung asam salisilat yang salisilat memiliki gugus kromofor dan
melebihi persyaratan yang telah ikatan rangkap sehingga bisa
ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat ditentukan kadarnya dengan
dan Makanan yaitu tidak boleh lebih menggunakan alat spektrofotometri
dari 2%. UV-Vis.
Kriteria pengambilan sampel
menggunakan teknik sampling yaitu

Gambar 6.
Struktur Kimia Asam Salisilat
Sumber : Depkes RI, 1995

keterangan :
garis : gugus kromofor
garis : gugus auksokrom

38 Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018


Penetapan Kadar Asam Salisilat Pada Pembersih Wajah (Facial Foam) Yang Di Jual
Di Pasar Tengah Bandar Lampung Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Visible

Penetapan kadar asam salisilat 50 ppm, 60 ppm pada panjang


dilakukan dengan menggunakan gelombang (λ) 533. Berdasarkan
metode spektrofotometri. Alat yang pengukuran larutan seri konsentrasi
digunakan untuk mengetahui berapa didapatkan hasil kurva kalibrasi
kadar asam salisilat yang terkandung (Gambar 5) dengan persamaan Y =
dalam facial foam adalah 0,00995x + 0,0022. Persamaan
spektrofotometri UV-Visible. tersebut menunjukkan hubungan
Dibandingkan dengan metode yang kelinieran antara absorban dengan
lain, metode spektrofotometri UV- sampel yang dimana jika semakin
Visible lebih spesifik, karena dapat besar absorban maka semakin besar
mengukur kadar dengan skala yang juga konsentrasinya.
lebih kecil, pengukurannya langsung Maka didapatkan nilai r dari
terhadap contoh, kesalahan dalam kurva kalibrasi larutan standar asam
pembacaan kecil, kinerjanya cepat dan salisilat adalah 0,998 (99,8 %). Hal ini
pembacaannya otomatis. menunjukkan bahwa dengan nilai r
Untuk menentukan kadar asam yang mendekati 1, hubungan linear
salisilat dalam facial foam dengan antara X (konsentrasi asam salisilat)
metode spektrofotometri UV-Visible dan Y (absorban standar asam
terlebih dahulu dilakukan operating salisilat) sangat kuat dan terbentuk
time karena sifat dari asam salisilat grafik yang linier.
tidak stabil dalam bentuk larutan Hasil dari penetapan kadar
sehingga perlu dilakukan operating asam salisilat menunjukkan sampel A
time. Penentuan operating time untuk mendapat kadar rata-rata 2,1 %,
menentukan waktu kestabilan reaksi sampel B mendapat kadar rata-rata
yang terbentuk dalam larutan atau 1,42 %, sampel C mendapat kadar
berapa lama reaksi tersebut dapat rata-rata 0,63 %, sampel D mendapat
stabil. kadar rata-rata 0,85 %, dan sampel E
Pada pengukuran operating mendapat kadar rata-rata 0,28 %. Dari
time didapatkan kestabilan asam seluruh sampel kadar asam salisilat
salisilat pada menit ke 30 dengan yang terkandung dalam kosmetika
absorbansi = 0,377, dikarenakan pada dalam sediaan facial foam memenuhi
menit tersebut absorbansi tidak persyaratan Peraturan Kepala Badan
berubah lagi sehingga diperoleh Pengawas Obat dan Makanan Republik
kestabilan. Indonesia No.HK.00.05.42.1018 tahun
Penentuan panjang gelombang 2010 yaitu tidak boleh lebih dari 2 %.
maksimum dilakukan dengan cara Berdasarkan hasil penelitian
pengukuran serapan larutan standar tersebut, sampel kosmetik sediaan
asam salisilat (Gambar 4). Pada facial foam masih aman dipergunakan
pengukuran panjang gelombang, namun tidak untuk penggunaan jangka
larutan standar asam salisilat lama untuk mengurangi efek toksik
memberikan serapan tertinggi pada asam salisilat. Karena penggunaan
panjang gelombang (λ) 533 nm asam salisilat berlebih bisa
dengan absorbansi (A) 0,380. mengakibatkan iritasi pada permukaan
pengukuran konsentrasi asam salisilat kulit dan menyebabkan efek
pada sampel dilakukan dengan farmakologi lainnya seperti efek
membuat kurva kalibrasi. Kurva keratoplastik, efek anti-pruritis, efek
kalibrasi dapat terbentuk dengan anti–inflamasi, efek bakteriostatik,
menggunakan larutan standar yang efek fungistatik, efek tabir surya.
telah dibuat pengenceran dengan Sehingga konsumen sebaiknya lebih
konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, memperhatikan produk kosmetik yang

Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018 39


Nofita, Gusti Ayu Rai Saputri, Atika Septiani

akan dibeli untuk pemakaian. 1. Anief, M. 1997. Formulasi Obat


Terutama memperhatikan kandungan Topikal Dengan Dasar Penyakit
yang ada didalam sediaan kosmetika Kulit. Gajah Mada University Press.
tersebut dan mencantumkan kadar % Yogyakarta.
dalam komposisi. Agar keamanan dari 2. Badan Pengawas Obat Dan
suatu produk kosmetik tersebut Makanan RI. 2010. Peraturan
terjamin. Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia
KESIMPULAN Nomor : HK.00.05.42.1018
Dari hasil penelitian penetapan Tentang Daftar Bahan Yang
kadar asam salisilat pada kosmetika Diizinkan/Digunakan Dalam
sediaan facial foam yang dijual di Pasar Kosmetik Dengan Pembatasan Dan
Tengah Bandar Lampung dengan Persyaratan Republik
menggunakan metode spektrofotometri Indonesia.Jakarta.
UV-Visible dapat disimpulkan sebagai 3. Badan Pengawas Obat Dan
berikut : Makanan. 1997. Penetapan Kadar
1. Dari semua sampel facial foam Asam Salisilat Dalam Krim Anti
kadar yang didapat dari hasil Jerawat Secara Spektrofotometri
penelitian adalah sampel A UV-Vis. Prosedur kerja Dalam
mendapat kadar rata-rata 2,1%, karya tulisilmiah. Dewi, 2013.
sampel B mendapat kadar rata- 4. DepKes RI. 1995. Farmakope
rata 1,42%, sampel C mendapat Indonesia Edisi IV. Departemen
kadar rata-rata 0,63%, sampel D Kesehatan Republik Indonesia.
mendapat kadar rata-rata 0,85 %, Jakarta.
dan sampel E mendapat kadar 5. DepKes RI. 1995. Farmakope
rata-rata 0,28%. Indonesia Edisi IV. Departemen
2. Dari semua sampel facial foam Kesehatan Republik Indonesia.
yang diperiksa memiliki kandungan Jakarta.
kadar senyawa asam salisilat yang 6. Nasution,A .2012. Penetapan Kadar
masih memenuhi persyaratan Asam Salisilat Dalam Kosmetika
peraturan Kepala Badan Pengawas Bedak Padat Secara
Obat dan Makanan Republik SpektrofotometriUV-Visible. Jurnal
Indonesia No.HK.00.05.42.1018 Karya Tulis Ilmiah.
Tahun 2010. 7. Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,
SARAN Jakarta.
Dari hasil penelitian diatas maka 8. Tranggono, R.I.S Dan Latifah, F.
disarankan : 2007. Buku Pegangan Ilmu
1. Sebaiknya dalam memilih produk Pengetahuan Kosmetik. PT.
facial foam, lebih memperhatikan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
lagi komposisi bahan yang 6-8, 11-13, 81-83, 120.
terkandung dalam facial foam yaitu 9. Vogel. 1994. Kimia Analisis
kadar asam salisilatnya tidak boleh Kuantitatif Anorganik. Buku
lebih dari 2 % Kedokteran EGC. Jakarta.
2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat Wasitaatmadja, M.S. 1997.
meneliti tentang bahan aktif 10. Wanibesak. 2010. Spektrofotometri
lainnya seperti sulfur atau benzoyl UV-Vis
peroksida pada sampel facial foam. http://wanibesak.wordpress.com/2
010/11/27 Spektrofotometri uv-
DAFTAR PUSTAKA /.vis-uv-vis

40 Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018


Penetapan Kadar Asam Salisilat Pada Pembersih Wajah (Facial Foam) Yang Di Jual
Di Pasar Tengah Bandar Lampung Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Visible

11. DepKes RI. 1995. Farmakope Pengetahuan Kosmetik. PT.


Indonesia Edisi IV. Departemen Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
Kesehatan Republik Indonesia. 6-8, 11-13, 81-83, 120.
Jakarta. 15. Vogel. 1994. Kimia Analisis
12. Nasution,A .2012. Penetapan Kadar Kuantitatif Anorganik. Buku
Asam Salisilat Dalam Kosmetika Kedokteran EGC. Jakarta.
Bedak Padat Secara Wasitaatmadja, M.S. 1997.
SpektrofotometriUV-Visible. Jurnal 16. Wanibesak. 2010.Spektrofotometri
Karya Tulis Ilmiah. UV-Vis
13. Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi http://wanibesak.wordpress.com/2
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, 010/11/27 Spektrofotometri uv-
Jakarta. /.vis-uv-vis
14. Tranggono, R.I.S Dan Latifah, F.
2007. Buku Pegangan Ilmu

Jurnal Analis Farmasi Volume 3 No. 1 Januari 2018 41

You might also like