You are on page 1of 9

Jurnal Akutansi dan Audit Syariah ISSN

XXXX-XXXX
Available at http://e-journal.iainpekaongan.ac.id/index.php/JAAiS/index
Vol 1 No 1 2020
E-ISSN

2615-420X
Analisis Penerapan Pencatatan Laporan Keuangan pada
UMKM (Studi pada Warung Makan di Desa Buaran,
Pekalongan Selatan)

Eka Maularumi Safitri


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan, Indonesia
Email: ekamaulars13@gmail.com

Hendri Hermawan Adinugraha


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan, Indonesia
Email: hendri.hermawan@iainpekalongan.ac.id

Hayu Wikan Kinasih


Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesia
Email: hayu.wikan.kinasih@dsn.dinus.ac.id

ABSTRACT
SME is one of businesses carried out by the middle to lower classes, with the
existence of SMEs can help create new job vacancies so that the GDP rate also
increases. The growth of SMEs is significantly increasing, but there are problems
in recording financial statements and capital problems. This problem also occurs in
the business of Mrs. Ida's Food Stall located in Buaran Village, South Pekalongan
District. Based on the identification of the problems that have been explained, this
study had to analyze perceptions about the importance of financial reports and
their application to SMEs, especially on the food stalls businesses in the South
Pekalongan District. This research used an interpretative descriptive method with
a qualitative research approach regarding the behavior of food stalls owners in
recording their finances. The results of this study show that 1.) Mrs. Ida's food
stalls have recorded financial statements in a simple way that is done manually
and recorded in notebooks, 2.) Recording financial statements only record profit or
loss, income and expenses for business purposes for one day, and to determine the
price of food sold in accordance with the purchase price that has been calculated,
3.) The owner of a food stall business considers that recording financial statements
is very important to know the business developments they have. Recording
financial statement is also carried out with the aim to find out the increase in the
food stall he owns. 4.) Recording in accordance with accounting standards is
considered too complicated for SMEs because of limited knowledge of accounting.
5.) Even though financial records have been carried out, it is still difficult to

54
2 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

distinguish between personal and business interests, especially in financial


matters.

Keywords: SMEs, financial statements, and food stalls

History of Article. Received: Desember 2020, Revised: Desember 2020, Published:


Desember 2020

PENDAHULUAN
Usaha Mikro Kecil Menengah atau biasa disebut dengan UMKM sangat
berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kontribusi UMKM
antara lain membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat menengah
kebawah dan dapat menekan angka pengangguran, selain itu juga
memberikan kontribusi terhadap Product Domestic Bruto (PDB) yang
semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2018 terdapat 64,19juta atau
sekitar 99.99% dari pangsa bisnis yang terdapat di Indonesia. Fokus
dalam UMKM adalah hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga di
bidang produksi maupun konsumsi, sehingga UMKM dianggap mampu
menggerakkan sektor riil.
Meskipun pertumbuhan UMKM semakin meningkat, namun masih
ada beberapa permasalahan dalam dalam permodalan untuk
mengembangkan usaha yang dimiliki dan masalah dalam pengelolaan
keuangan dan pencataatan laporan keuangan secara terstruktur dan
baik. Kebanyakan UMKM hanya mencatat hal-hal yang menurutnya
diperlukan saja secara manual dan apa adanya. Banyak UMKM yang
tidak melakukan pembukuan laporan keuangan karena dianggap terlalu
rumit. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang pembukuan
akuntasi pada laporan keuangan dan kurangnya dana untuk
memperkerjakan tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya. Permasalahan
lain dari UMKM yaitu kurangnya modal sehingga tidak bisa memenuhi
pesanan dan sulit mendapatkan kepercayaan dari bank untuk melakukan
kredit.
Laporan keuangan merupakan suatu bagian yang harus ada dalam
suatu UMKM agar dapat mengembangkan bisnisnya dengan mengajukan
pembiayaan kepada kreditur yaitu pihak perbankan. Laporan Keuangan
Menurut Bambang Riyanto (2012) adalah laporan finansial (financial
statement), yaitu memberikan ikhtisar atas keadaan suatu perusahaan,
dimana Neraca yang mencerminkan nilai aktiva,utang, dan modal sendiri,
dan laporan rugi dan laba mencerminkan atas hasil yang telah dicapai
selama periode tertentu. Adanya laporan keuangan yang disusun secara
rinci dapat mempermudah bank untuk melihat apakah usaha yang akan
menjadi nasabah bisa dapat dipercaya untuk mengembalikan modal yang
dipinjam. Pencatatan laporan keuangan tidak diwajibkan menurut
peraturan dan undang-undang, sehingga para pelaku UMKM tidak terlalu
fokus pada laporan keuangan dan hanya berfokus pada laba yang
55 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

diterima dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak jarang juga


diantaranya memiliki tabungan dalam bank yang dapat dijadikan
simpanan setiap tahunnya.
Warung makan termasuk dalam UMKM karena termasuk usaha
skala kecil yang memiliki keuntungan tidak lebih dari 200 juta dan
memiliki penghasilan tidak lebih dari 1 Miliar dalam periode satu tahun.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 99 Tahun 1998, mendefinisikan
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan
bidang usaha yang mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Semakin tingginya pertumbuhan UMKM juga mencerminkan bahwa
usaha warung makan semakin meningkat. Banyakanya usaha sablon dan
batik yang berkembang di wilayah Pekalongan Selatan berpengaruh
terhadap perkembangan usaha warung makan. Selain itu, kebutuhan
masyarakat terhadap konsumsi makanan dan minuman juga semakin
meningkat tiap waktu (Ibrahim dan Adinugraha, 2020). Masyarakat
khususnya ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan peluang ini dengan
membuka warung makan, tujuannya supaya orang-orang yang bekerja di
tempat sablon atau batik bisa makan di warung ketika jam istirahat.
Pendirian warung makan yang memerlukan modal banyak tidak
diperhitungkan dalam kepemilikan aset, mereka hanya membangun
warung dengan uang tabungan atau bahkan dengan cara mengambil
pembiayaan dari bank, kemudian membayar angsuran tiap bulan tanpa
mencatat pengeluaran. pencatatan keuangan di usaha warung makan
biasanya hanya mencatat pengeluaran dalam belanja dan pendapatan
selama satu hari, hutang piutang yang sebenarnya sangat penting dalam
laporan keuangan pun tidak dicatat. Padahal proses pencatatan
akuntabilitas akuntansi pada warung makan juga sangat penting untuk
pemiliknya sendiri agar dapat digunakan oleh para pengguna informasi
sebagai wujud dari transparansi (tabligh) dan keabsahan (shidiq) laporan
keuangan, serta sebagai bentuk profesionalitas (fathonah) dan
pertanggungjawaban (amanah) warung makan tersebut (Kadarningsih et
al., 2017).
Warung makan adalah salah satu usaha yang sering dicari oleh
sebagian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, terutama
warung makan yang memiliki tempat strategis. Tidak jarang orang
berlomba-lomba untuk mendirikan warung makan di tempat yang
berdekatan, sehingga menjadikan warung makan yang terlebih dahulu
berdiri tidak terlalu ramai pengunjung tidak terlalu ramai seperti awal
berdiri. Tempat yang strategis sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan hidup warung makan, masyarakat lebih suka datang ke
tempat yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan, muncul pertanyaan penelitian
“Bagaimana persepsi pemilik warung makan terhadap pencatatan laporan
56 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

keuangan?”. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mendeskripsikan


persepsi pemilik warung makan terhadap pencatatan laporan keuangan.

METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk melaklukan
penelitian. Menurut Sinulingga (2012) menyatakan bahwa penelitian
dengan analisis kualitatif merupakan penelitian yang mempunyai ciri
datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana
adanya, dengan tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan sumber data primer yang
dikumpulkan melalui wawancara dan observasi, kemudian data yang
diperoleh dari wawancara dianalisis dengan deskripsi yang sebelumnya
data tersebut telah melalui tahap reduksi, sehingga menjadi bahasa yang
baku. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebuah UMKM yaitu
warung makan yang ada di Desa Jenggot, Pekalongan Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Warung Makan Ibu Ida adalah sebuah usaha yang terletak di Jalan Pelita
II, Jenggot, Pekalongan Selatan yang baru didirikan selama hampir 3
tahun sejak September 2017. Warung makan ini berdiri karena pemilik
warung yang harus pulang dari kota perantauannya di Jakarta. Sebelum
didirikan, pemilik warung bekerja di usaha catering milik perorangan,
setelah memutuskan untuk berhenti bekerja akhirnya beliau mulai
membangun warung makan dengan uang tabungan yang telah
dikumpulkan selama bekerja. Selain itu, pemilik warung juga ingin
menerapkan apa yang telah dipelajarinya selama menjadi karyawan di
usaha catering. Warung makan ini memperkerjakan 2 orang untuk
membantu berbagai pekerjaan seperti cuci piring dan melayani pelanggan
yang datang untuk makan. Makanan dan minuman disana sangat baik
dikonsumsi karena dimasak secara higienis, bersih dan higienis
merupakan komponen penting dalam penilaian halal food (Purwanto et
al., 2020). Sehingga dapat dikatakan warung makan ini halal dalam
perspektik non-formalistik karena belum mengurus sertifikasi resmi MUI.
Berdasarkan pengelompokkan usaha, warung makan adalah suatu
bentuk dari usaha kecil di bidang konsumsi. Menurut Kementrian
Koperasi dan UMKM dalam Aufar (2014) : “Usaha Kecil (UK), termasuk
usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki penjualan tahunan paling banyak
Rp. 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan
entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000 s.d. Rp. 10.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan” (Aufar, 2014).
Usaha ini hanya memiliki strategi promosi dengan cara mulut ke
mulut (word of mouth), biasanya jika ada pelanggan yang datang
57 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

kemudian merasa cocok dengan masakan yang ada, mereka mengajak


temannya untuk makan di warung makan tersebut. Strategi ini menjadi
lebih kuat dalam mempengaruhi intensitas penjualan karena kebiasaan
masyarakat yang sering berkumpul dan bercerita kepada orang lain
tentang pengalamannya. Sehingga cara mulut ke mulut (word of mouth)
ini berhasil dan mampu mempegaruhi keputusan pembelian konsumen
warung makan (Artanti dan Adinugraha, 2020). Selain itu, warung makan
Ibu Ida juga menerima pesanan untuk makan siang bagi para pekerja
sablon batik untuk menambah pendapatan sebagai penghasilan
tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Zelika dan
Adinugraha, 2020). Setiap satu tahun sekali, pemilik warung memberikan
THR kepada pelanggan tetap, yaitu dengan memberikan sekali makan
gratis untuk pelanggan.
Pada penelitian sebelumnya Lilya Adriani, dkk. (2014) menyatakan
bahwa pencatatan keuangan suatu usaha penting untuk dilakukan
dengan melakukan pencatatan keuangan dapat diketahui seberapa besar
pemasukan dan pengeluaran sehingga nantinya dapat menghitung laba
yang diperoleh dan dapat mengetahui bagaimana kinerja usahanya.
Menurut Muhammad Rais R. (2019) menyatakan bahwa penerapan
akuntansi dalam UMKM sangat diperlukan karena digunakan untuk
mengetahui pencatatan dan pelaporan keuangan.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
narasumber, Warung makan milik Ibu Ida sudah melakukan pencatatan
keuangan, karena menurutnya mencatat laporan keuangan sangat
penting untuk mengetahui berapa pengeluaran untuk biaya produksi dan
pendapatan selama satu hari berjualan agar terhindar dari pengeluaran
yang lebih besar daripada pemasukan. Pencatatan laporan keuangan
dilakukan juga dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan usaha
warung makan yang dimilikinya. Menurut penelitian terdahulu Wilna
Feronika Rabuisa, dkk (2018) mengemukakan bahwa laporan keuangan
dapat diterapkan dengan tujuan yaitu sebagai penyedia atas informasi
yang berhubungan dengan posisi, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat sebagai pengambilan
keputusan ekonomi perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (2017) dalam PSAK No.1 disebutkan bahwa laporan keuangan
bertujuan agar dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya maupun laporan keuangan untuk usaha sejenis lainnya.
Laporan keuangan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
perkembangan usaha, karena laporan keuangan dapat dikatakan sebagai
buku pedoman bagi wirausaha untuk menentukan harga jual yang harus
ditetapkan dan mengetahui laba rugi. Bahkan laporan keuangan yang
sesuai dengan standar akuntansi sangat dibutuhkan untuk melakukan
peramalan usaha atau biasa disebut dengan forcasting dan menghitung
titik impas (BEP).
58 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

Setelah diamati, warung makan Ibu Ida menerapkan pencatatan


dengan sistem informasi akuntansi yang masih sederhana yaitu
dilakukan dengan cara manual, hanya mencatat hal yang dianggap perlu
saja. Berdasarkan penelitian terdahulu milik Iis Wahyuni, dkk. (2019),
pemilik warung melakukan pencatatan keuangan dengan tujuan untuk
dapat melihat jumlah laba yang diterima dan untuk melihat laba yang
didapat setiap harinya naik atau turun. Setelah mengamati, walaupun Ibu
Ida bekerja di usaha catering sebagai juru masak, tetapi Ibu Ida cukup
teliti dalam mencatat laporan pendapatan dan pengeluaran. Pengeluaran
bisa dalam bentuk bahan-bahan yang diperlukan dalam usaha atau
keperluan untuk pribadi di luar usaha. Warung Ibu Ida menentukan
harga tiap lauk pauk, nasi, sayur, dan lain sebagainya berdasarkan modal
yang digunakan untuk membeli bahan mentah, selain itu juga Ibu Ida
biasaya melakukan survei ke warung makan lain untuk membandingkan
harga yang ada di warungnya dengan warung makan yang lain.
Dalam hal pengelolaan keuangan, Ibu Ida melakukannya dengan
pemahaman sendiri agar mudah untuk dipahami dan mudah diingat.
Menerapkan pencatatan keuangan yang terstruktur dan rapi sesuai
dengan standar akuntansi dianggap sangat rumit, hal ini dikarenakan Ibu
Ida yang tidak memiliki pengalaman apapun di bidang akuntansi atau
keuangan. Bagi Ibu Ida mencatat secara sederhana sudah sangat rinci,
yang terpenting adalah memiliki catatan dalam seahri-hari. Pengeluaran
keuangan hanya dicatat dari nota yang didapat saat bebelanja di pasar,
namun pengeluaran untuk dua orang karyawan, kebutuhan pribadi, dan
menabung tidak dicatat.
Meskipun format pencatatan tidak dengan melakukan penjurnalan
akuntansi, Ibu Ida membuat laporan berdasarkan pemahamannya
sendiri, dan dicatat dengan rapi terutama jika ada yang berhutang untuk
makan di warung yang dimiliki tanpa harus mempelajari akuntansi
penjurnalan. Pencatatan keuangan pada warung makan Ibu Ida jauh dari
standar akuntansi seperti SAK-ETAP, informasi yang disediakan belum
bisa memiliki manfaat untuk mengambil keputusan yang berkaitan
dengan jalannya usaha warung makan.
Secara teoritis pencatatan keuangan sangat berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan dalam usaha apapun, termasuk warung makan
(Rozaidin dan Adinugraha, 2020). Dengan pencatatan laporan keuangan
yang tersusun secara terstruktur dan konsisten membuat pemilik usaha
menjadi lebih mudah untuk mengetahui perkembangan usaha miliknya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ediraras (2011) bahwa
manfaat dan keputusan usaha yang dapat dijalankan berdasarkan
akuntansi dan laporan akuntansi antara lain: 1. Penilaian kinerja usaha
dan sebagai bahan evaluasi untuk yang akan datang. 2. Berguna sebagai
dasar pertimbangan pembelian bahan baku untuk produksi dan alat-alat
produksi. 3. Keputusan mengenai harga, misalnya penentuan harga jual,
banting harga, kenaikan harga barang/jasa, dan lain-lain. 4. Mengajukan
59 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

permohonan pembiayaan kepada bank. 5. Untuk pengembangan usaha,


kepu-tusan untuk membuka atau menutup cabang. 6. Penambahan dan
pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan penghasilan
karyawan, pemberian bonus kepada karyawan. 7. Penyusunan anggaran
untuk periode berikutnya. 8. Penambahan asset usaha. 9. Promosi
usaha.
Golrida (2008) dalam Musmini (2012) mengemukakan prinsip lain
yang harus dipegang dengan baik, tanpa toleransi adalah prinsip
kesatuan usaha. Terkait kepentingan dalam hal keuangan yang berkaitan
dengan kepentingan pribadi dan usaha harus dibedakan. Namun hal ini
sulit untuk diterapkan dalam UMKM, karena modal yang sedikit dan
menghasilkan laba untuk perputaran modal usaha pun juga sedikit.
Seperti pada usaha warung makan yang dimiliki Ibu Ida, beliau tidak
memisahkan uang yang akan digunakan dalam perputaran usaha dan
untuk kepentingan pribadi, uang yang didapat cenderung dianggap sama
dan digunakan tanpa membedakannya.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat
diketahui bahwa tingkat pengetetahuan yang minim terhadap pencatatan
laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi, namun masih ada
usaha pemilik UMKM dalam melakukan pengembangan di usaha yang
dimilikinya. Dalam mengetehui perkembangan usaha, pemilik usaha
warung makan mencatat laporan keuangan untuk mempermudah
menganalisis terkait perkembangan usahanya. Seperti usaha warung
makan milik Ibu Ida yang sudah mencatat laporan keuangan walaupun
hanya dalam bentuk yang sederhana. Warung makan ini mencatat
laporan keuangan seperti laba atau rugi serta pendapatan yang didapat
dalam sehari. Hal itu dianggap penting untuk mengembangkan usaha
yang dimiliki Ibu Ida. Tidak dilakukannya pencatatan laporan keuangan
yang sesuai dengan standar akuntansi tidak sepenuhnya menjadi
kesalahan pemilik warung makan, hal ini juga disebabkan kurang
optimalnya peran perguruan tinggi dalam memberikan fasilitas praktik
akuntansi dalam UMKM.
Peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian bersama dengan Pemerintah terutama Dinas terkait
secara mendalam terhadap UMKM. Informasi yang didapat dari penelitian
tersebut digunakan untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai
penyusunan laporan keuangan kepada para pelaku UMKM.

REFERENSI
Andriani, L., et al. (2014). “Analisis Penerapan Pencatatan Keuangan
Berbasis Sak Etap Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
(Sebuah Studi Interpretatif Pada Peggy Salon)”. JIMAT (Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha. Vol. 2. No. 1.
60 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

Artanti, Atmariani dan Adinugraha, HH. (2020). “Strategi Pemasaran


Word of Mouth Pada Masa Pandemi Covid 19 (Studi Pada
Produk Home Industri Mie Eblek Desa Kasepuhan)”. AmaNU:
Jurnal Manajemen dan Ekonomi. Vol. 3. No. 2.
Aufar, Arizali. (2014). “Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Penggunaan Informasi Akuntansi Pada UMKM (Survei pada
Perusahaan Rekanan PT. PLN (Persero) di Kota Bandung)”.
Skripsi S1.
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/12345678
9/3060.
Ediraras, D. T. (2011). “Akuntansi dan kinerja UKM”. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Bisnis. Vol.15. No. 2.
Ibrahim, Fanut dan Adinugraha, HH. “Persepsi Konsumen Non-
Muslim Terhadap Keputusan Pembelian Produk Minuman
Halal”. Li Falah-Jurnal Studi Ekonomi Dan Bisnis Islam. Vol. 5.
No.1.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2017. Penyajian Laporan Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Kadarningsih, Ana, et al. (2017). “Penyajian Akuntansi Qardhul Hasan
dalam Laporan Keuangan Perbankan Syariah”. Jurnal Ekonomi
Syariah Indonesia. Vol. VII. No. 1.
Keputusan Presiden RI no. 99 Tahun 1998 Tentang Bidang/Jenis
Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil Dan
Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah
Atau Usaha Besar Dengan Syarat Kemitraan.
Musmini, L. S. (2013). “Sistem Informasi Akuntansi Untuk Menunjang
Pemberdayaan Pengelolaan Usaha Kecil (Studi Kasus Pada
Rumah Makan Taliwang Singaraja)”. Vokasi: Jurnal Riset
Akuntansi. Vol. 2. No. 1.
Purwanto, Hery, et al. (2020). “Developing Model of Halal Food
Purchase Intention among Indonesian Non-Muslim
Consumers: An Explanatory Sequential Mixed Methods
Research”. Systematic Reviews in Pharmacy. Vol. 11. Issue 10.
R., Muhammad Rais, (2019). “Analisis Sistem Pencatatan Akuntansi
Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Kota Baubau”. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Manajemen. Vol. 2. No. 1.
Rabuisa, W. F, et al. (2018). “Analisis Laporan Keuangan Dalam
Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) Dana Raya Manado”. Going Concern: Jurnal Riset
Akuntansi. Vol.13. No. 02.
Riyanto, Bambang. (2012). Dasar-dasar Pembelanjaan. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE
Rozaidin, Muhamad dan Adinugraha, HH. (2020). “Penerapan
Akuntansi Pondok Pesantren (Studi pada Koperasi Pondok
61 Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS), 1(1) December 2020, 54-61

Pesantren Al Hasyimi Kabupaten Pekalongan)”. Ekonomika


Syariah: Journal of Economic Studies. Vol. 4. No. 2.
Sukaria, Sinulingga. (2012). Metode Penelitian. Edisi Kedua. Medan:
USU Press
Wahyuni, I., et al. (2019). “Analisis Aplikasi Implementasi Sak Emkm
Untuk Meningkatkan Perkembangan Umkm Pada UMKM Kota
Bogor”. Ikra-Ith Ekonomika, Vol. 2. No. 3.
Zelika, Ayu dan Adinugraha, HH. (2020). “Peluang Bisnis Penjualan
Pakan Ikan Hias di Masa Pandemi (Studi KasusKampung
Kesambi, Pekalongan Utara)”. JIEA. Vol. 10. No 2.

You might also like