You are on page 1of 6

Vol. 2, No.

1, Februari (2020) 061-066


p-ISSN 2656-7288
e-ISSN 2656-7334
Tersedia online di http://journal.itsb.ac.id/index.php/JAPPS

Analisis Fisik dan Mekanik pada Pengembangan Panel


Komposit Limbah Serbuk Kayu
Siswanti Zuraida1, Sastita Pratiwi 1
1.
Teknik Sipil, Fakultas Teknik & Desain, Institut Teknologi Sains Bandung Kota Deltamas, Cikarang Pusat, Indonesia
E-mail: siswanti.zuraida@itsb.ac.id

Informasi naskah: Abstrak


Diterima This research discusses about comparison, testing, and analyzing composite
30 Desember 2019
Direvisi materials for develop the building panels for lightweigh-wall applications
15 Januari 2020 made from wood-industrial waste materials. Wood sawdust is used as a
Disetujui terbit composite cement mixture as a binder of all materials with the mixture 0%,
14 Februari 2020 5%, 10%, 15%, and 20% of total weight. This research uses quantitative
Diterbitkan
28 Februari 2020 methods with blocks as a sample sizes 10cm x 3cm x 1cm. The test
includes flexible test, porosity test, and composite wall-density test to find
out mechanical and physical properties of composite material. The result of
this research shows that the usage of wood sawdust as a mixture for
making composite panel with 0.4 water-factor at 28 days-age get the
optimum value at 15% of mixture variation with flexibility of 7.18 MPa,
density 1.61 kg/m³ and compressive strength of 58.42, MPa. These results
indicate that the wall panel meets the requirement of SNI 03-0349-1989
with concrete steel-brick level IV as a non-structural brick. Based on these
results, it can be concluded that composite panel can be used on the wall as
an effort to reduce the impact of the ruins of the building, and reduce the
danger as a disaster mitigation effort.

Keywords: wood waste composite panel, recycled waste material, bending


testing, compressive testing, porosity, density

1. PENDAHULUAN
Bencana alam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bencana alam dengan skala
kecil maupun besar dapat mengakibatkan kerusakan bangunan. Kerusakan yang terjadi pada
bangunan akibat bencana meliputi kerusakan ringan non struktur, kerusakan ringan struktur,
kerusakan struktur tingkat sedang, kerusakan struktur tingkat berat, serta kerusakan total.
Semua kejadian ini dapat menimbulkan kerugian material maupun korban jiwa dengan 75%
korban jiwa akibat dari tertimpa reruntuhan bangunan[1]. Berdasar pada hal tersebut, peneliti
melihat adanya potensi besar pengembangan material bangunan ringan yang sebagai salah
satu upaya mitigasi bencana.

61
Siswanti Zuraida / Journal of Applied Science, Vol. 2, No.1, Februari 2020
p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334

Salah satu upaya mengurangi korban reruntuhan pada saat bencana adalah dengan
mengurangi berat bangunan. Massa dinding merupakan salah satu kontributor utama berat
bangunan. Penggunaan dinding berbahan material ringan mampu mengurangi massa dinding
sebesar 23% - 87% [2]. Sekarang telah muncul inovasi material ringan seperti panel partisi
serta dinding ringan (lingweight wall) yang sering digunakan untuk mengganti dinding
konvensional yang telah ada [3][4].
Selain persoalan bencana, yang perlu menjadi perhatian adalah persoalan pemanfaatan
limbah industri kayu. Industri penggergajian kayu dan kayu lapis banyak menghasilkan limbah
kayu. Kapasitas produksi kayu gergajian di Indonesia mencapai 2,6 juta m 3 dengan limbah
sebanyak 1,4 juta m3 per tahun. Limbah umumnya berupa kayu bulat, serbuk gergaji, sampah
vinir dan potongan kayu. Jumlah yang cenderung semakin meningkat secara signifikan
menimbulkan permasalahan lingkungan tersendiri. Untuk itu diperlukan upaya, untuk
mengurangi volume limbah kayu dengan memanfaatkan kembali limbah kayu menjadi bahan
material lain [5]. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan serbuk kayu
sebagai bahan panel dinding komposit.
Dalam teknologi material, persoalan keberadaan limbah kayu menjadi salah satu tantangan
tersendiri. Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan inovasi teknologi material dengan
mendaur ulang limbah kayu untuk pembuatan dinding komposit [6][7][8][9]. Hasil
pengembangannya menunjukkan bahwa penggunaan kembali limbah kayu sebagai dinding
komposit dapat dilakukan. Berdasar pada hal tersebut, pengembangan dinding bangunan
berbobot ringan melalui pendekatan daur ulang limbah kayu sebagai material utama layak
untuk dikaji. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang luas khususnya dalam
upaya mitigasi bencana.
2. METODE
Benda uji terbuat dari tiga jenis bahan, yaitu serbuk gergaji kayu, air dan semen yang
berfungsi sebagai perekatnya. Serbuk gergaji kayu diayak untuk memperoleh ukuran partikel
yang seragam. Pembuatan benda uji menggunakan lima variasi komposisi serbuk gergajian,
yaitu masing-masing 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% terhadap total volume dengan sampel
masing-masing sebanyak 6 buah. Pembuatan benda uji dengan variasi komposisi tersebut
bertujuan untuk mengetahui kualitas dari masing-masing benda uji dalam hal ini kualitas fisik
dan mekaniknya. Sampel dicetak ke dalam cetakan acrylic berukuran 100 x 30 x 10 mm lalu
dipanaskan di dalam oven dengan suhu minimal 110o C selama 45 – 60 menit sampai masa
serbuk kayu berkurang 10%. Hal ini bertujuan agar sampel tidak mengandung terlalu banyak
air setelah dicetak. Pengovenan juga berfungsi untuk mengatur kadar air pada serbuk gergajian
agar tidak mempengaruhi perubahan fisik maupun mekanik. Setelah proses pencetakan selesai
maka sampel didiamkan selama 48 jam sebelum dikeluarkan dari cetakan. Sampel disimpan di
dalam lemari selama 28 hari hingga mencapai setting time.

62
Siswanti Zuraida / Journal of Applied Science, Vol. 2, No.1, Februari 2020
p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334

3. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Bagian ini akan membahas tentang sifat mekanik, hubungan kuat lentur dan tekan serta
hasil fisik dan hasil studi.
3.1. Sifat Mekanik
Hubungan antara persentase sebuk gergajian (persen) yang digunakan dengan kekuatan
lenturnya ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Berat jenis panel komposit dengan jenis semen Tipe-IV. Jumlah variasi yang
digunakan adalah 0-20% dari total volume.
Hubungan antara persentase dari sebuk gergajian (persen) yang digunakan dan kekuatan
lenturnya ditunjukan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kekuatan lentur panel komposit dengan jenis semen Tipe-IV. Jumlah variasi yang
digunakan adalah 0-20% dari total volume.
Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan persentase serbuk gergaji 5% memiliki 6,31
MPa, lebih besar dari sampel yang tidak diberikan campuran yaitu 3,27 MPa. Kuat lentur
tertinggi terjadi pada variasi persentase 15% yaitu sebesar 7,185 MPa, dan kuat lentur terendah
terjadi pada variasi persentase 20% yaitu sebesar 0,27 MPa dan 10% sebesar 17,03 MPa. Nilai
ini dapat diterima sesuai dengan kriteria ACI 318 yaitu 0,3 – 0,6 MPa.

63
Siswanti Zuraida / Journal of Applied Science, Vol. 2, No.1, Februari 2020
p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334

3.2. Hubungan Antara Kuat Lentur dengan Kuat Tekan


Hubungan kekuatan lentur dengan kekuatan tekan dikembangkan dari persamaan
dalam Komite ACI 363 (ACI 363R-92) [10][11] [12]
R = 0,94 fcMPa (1)
(21MPa  fc  83MPa)

atau

R = 11, 7 fc psi
(2)
(3000 psi  fc  12000 psi)
Dimana: R = Kuat Lentur (MPa atau psi) dan fc = Kuat Tekan (MPa atau psi0029
Hasil pengujian kuat lentur pada panel dengan campuran serbuk gergaji mendapat nilai
maksimal pada variasi campuran 15% sebesar 7,185 N/mm2. Maka didapat hasil kuat tekan
sebesar 58,424 MPa.
3.3. Sifat Fisik
Gambar 3 dan Gambar 4 menunjukkan hubungan persentase serbuk gergaji antara porositas
dan kerapatan, sebagai berikut:

Gambar 3. Porositas Panel Komposit. Jenis semen Tipe-IV. Jumlah variasi yang digunakan
adalan 0-20% dari total volume.
Porositas benda uji pada faktor air semen (fas) 0,40 mengalami perubahan seiring dengan
variasi persentase campuran serbuk gergaji yang dilakukan. Porositas tertinggi terjadi pada
variasi persentase 15% yaitu sebesar 45,45% dan porositas terendah terjadi pada

64
Siswanti Zuraida / Journal of Applied Science, Vol. 2, No.1, Februari 2020
p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334

variasi 20% yaitu sebesar 30,77%. Sedangkan untuk variasi campuran serbuk gergaji 0%,
5% dan 10% berturut-turut adalah 48,48%; 50% dan 48,39%. Hal ini terjadi karena semakin
besar variasi campuran serbuk gergaji maka jumlah semennya semakin sedikit. Jumlah
semen yang sedikit diikuti dengan jumlah air yang sedikit untuk mempertahankan faktor air
semen (fas) tetap.

Gambar 4. Kerapatan panel komposit dengan jenis semen tipe-IV. Jumlah variasi yang
digunakan adalan 0-20% dari total volume.
Kerapatan yang diperkuat serbuk kayu akan meningkat seiring bertambahnya variasi.
Kerapatan memiliki nilai mulai dari 1108,73 - 1280,64 g/m3 dengan penambahan variasi
serbuk gergaji 5% - 20%. Faktor yang mempengaruhi nilai porositas, yaitu besarnya
penambahan serbuk gergaji, dapat dilihat pada data hasil penelitian bahwa semakin besar
penambahan serbuk gergaji, semakin kecil pula nilai porositas yang diperoleh dan begitupun
sebaliknya. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai kerapatan di mana semakin besar
penambahan serbuk gergaji semakin besar nilai kerapatan yang didapat. Hal ini disebabkan
juga karena persentase porositas pada sebuah zat akan sangat bepengaruh pada nilai
densitasnya. Semakin besar porositas suatu batuan maka densitasnya akan makin kecil,
karena makin besar persentase ruang kosong atau pori di dalam sebuah zat makin besar pula
volumenya namun massanya tetap sama [13].
4. KESIMPULAN
Kuat lentur maksimum rerata panel dinding yang dicapai pada variasi campuran serbuk
gergaji terjadi pada campuran 15% sebesar 7,18 MPa pada usia 28 hari. Kekuatan tekan yang
dihitung dari kekuatan lentur menunjukkan 15% serbuk gergaji yang dicampurkan setara
dengan 58,42 MPa, yang membuat panel komposit dapat digunakan untuk pembuatan
dinding. Dengan nilai porositas sebesar 45,66% dan massa jenis 1,16 kg/m3, membuat
semua sampel dapat dikategorikan sebagai Beton Berat Ringan (LWC), yang memiliki
kerapatan yang bervariasi dari 300 - 1850 kg/m3 SNI 03-3449-2002 [14]. Dengan adanya
inovasi panel komposit yang dapat diaplikasikan menjadi dinding non- struktural yang
memiliki berat massa yang ringan pada suatu bangunan diharapkan dapat meminimalkan
dampak kerugian yang dapat terjadi akibat reruntuhan bangunan.
65
Siswanti Zuraida / Journal of Applied Science, Vol. 2, No.1, Februari 2020
p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334

5. DAFTAR PUSTAKA
1) Humas BNPB. (2017). Potensi dan Ancaman Bencana. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana: https://www.bnpb.go.id
2) Ahmad., N.Mohamad. (2000). Struktur Behaviour of Precast Lightweight Concrete
Sandwich Panel Under Eccerntic: An Overview. International Journal of Civil and
Environmental Engineering.
3) Sumarlin, S. L. (2010). Produktivitas Material Beton Ringan dalam Pemakaian sebagai
Konstruksi Dinding. Jurnal Konferensi Nasional Teknik Sipil 4.
4) Goritman, Birdyant., Dkk. (2011). Studi Kasus Perbandingan Berbagai Bata Ringan dari
Segi Material, Biaya dan Produktifitas.
5) Pari, G. (2002). Industri Pengolahan Kayu Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah.
6) Puwanto. D. (2014). Sifat Fisik Mekanik Papan Semen dari Limbah Kulit Kayu Galam.
Bakri., Endra, G., dkk. (2006). Sifat Fisik dan Mekanik Komposit Kayu Semen Serbuk
Gergaji.
7) Krisdianto, A. ( 2016). Karakteristik Komposit Serbuk Kayu Jati dengan Fraksi Volume
25%, 30%, 35% Terhadap Uji Bending, Uji Tarik dan Daya Serap Bunyi untuk Dinding
Peredam Suara. Skripsi: Tenik Sipil Muhammadiyah Surakarta.
8) Puja, Gusti Ketuk. (2011). Study Kekuatan Tarik dan Koefisien Gesek Bahan Komposit
Arang Limbah Serbuk Gergaji Kayu Jati dengan Matrik Epoxy. Jurnal Mekanika Vol 9,
No. 2
9) Behnood, A., Verian, K., Modiri, M. (2015) Evaluation of the Splitting Tensile Strenght
in Plain and Steel Fiber-Reinforced Concrete Bassed on the Compressite Strength.
Construction and Building Materials 98:519-529.
10) Barham, Shawn; Darwin, David. (1999). Effects of Aggregate Type, Water-to-
Cementitious Material Ratio, and Age on Mechanical and Fracture Properties of
Concrete. Structural Engineering and Engineering Materials.
11) ACI 363R-92. (1997). State-of-the-Art Report on High-Strength Concrete.
12) Lesmana, Surya. (2018). Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan
Neraca O Houss dan Neraca Pegas.
13) SNI 03-3449 2002. (2002). Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
dengan Agregat Ringan.

66

You might also like