You are on page 1of 5

AKURASI OXYGEN SATURATION (SpO2) SEBAGAI PREDIKTOR MORTALITY

PADA KLIEN CEDERA KEPALA

Riki Ristanto1, Amin Zakaria2


Program Studi Keperawatan Poltekkes RS. Dr. Soepraoen Malang
Jl. Sudanco Supriadi 22 Malang
E-mail : rikiristanto1983@gmail.com

Abstract : Cerebral hypoxia is secondary injury which affects the mortality of clients with Trauma
Brain Injury (TBI). One component of respiration that can be used to monitor the occurrence of
cerebral hypoxia is oxygen saturation (SpO2). The purpose of this study was to analyze the accuracy
of oxygen saturation as a predictor of mortality in head injury clients. This study is an analytic
observational with retrospective cohort design. The population is all head injury medical records from
January to December 2017 at the hospital. dr. Iskak Tulungagung. A total of 150 samples were
selected according to inclusion and exclusion criteria. The dependent variable in this study was the
mortality of the head injury client in seven days of treatment and the independent variable was the
value of SpO2 in the ED triage data in the client's medical record. The results of the Mann-Whitney
test analysis showed that the SpO2 variable had a significant relationship with the mortality of the
head injury client (p value = 0.000). Logistic regression test shows that the SpO2 has sensitivity =
0.907 (90.7%), specificity = 0.881 (88.1%), Positive Predictive Value (PPV) = 0.951 (95.1%), and
Negative Predictive Value (NPV) = 0.787 (78.7%) with predictive accuracy capability = 90%. Oxygen
Saturation is an accurate predictor (90% accuracy) of the mortality of the head injury client
.
Keywords : Mortality, Client Head Injury, Accuracy, Oxygen Saturation.

Abstrak : Hipoksia cerebral adalah secondary injury yang berdampak pada mortality klien dengan
Trauma Brain Injury (TBI). Salah satu komponen respirasi yang dapat digunakan untuk memantau
terjadinya Hipoksia cerebral adalah oxygen saturation (SpO2). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis akurasi oxygen saturation sebagai prediktor mortality pada klien cedera kepala.
Penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cohort retrospektif. Populasinya adalah
semua data rekam medis klien cedera kepala periode Januari hingga Desember 2017 di RS. dr. Iskak
Tulungagung. Sejumlah 150 sampel dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah mortality klien cedera kepala dalam tujuh hari perawatan dan
variabel independentnya adalah nilai SpO2 pada data triage IGD. Hasil analisis Uji Mann-Whitney,
menunjukkan bahwa variable SpO2 memiliki hubungan yang bermakna dengan mortality klien cedera
kepala (p value = 0.000). Uji regresi logistik menunjukkan bahwa persamaan SpO2 memiliki sensitivity
= 0.907 (90.7%), specificity = 0.881 (88.1%), Positive Predictive Value (PPV) = 0.951 (95.1%), dan
Negative Predictive Value (NPV) = 0.787 (78.7%) dengan kemampuan ketepatan prediksi = 90%.
Oxygen Saturation (SpO2) merupakan prediktor yang akurat (akurasi 90%) terhadap mortality klien
cedera kepala.

Kata Kunci : Mortality, Klien Cedera Kepala, Akurasi, Oxygen Saturation.

PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan gangguan terjadi karena berbagai sebab, diantaranya
traumatik fungsi otak dan menjadi salah satu adalah apnea yang tiba-tiba atau karena pola
penyebab utama kematian dan kecacatan pernafasan abnormal lainnya, adanya
akibat trauma (Levine & Kumar, 2013; hipoventilasi akibat cedera sumsum tulang
Muttaqin, 2008; Tjahjadi et al., 2013). belakang, adanya obstruksi jalan nafas karena
Kematian klien cedera kepala disebabkan cedera kepala atau cedera leher, adanya
salah satunya oleh adanya hipoksia cerebral cedera langsung pada dinding dada atau paru,
yang tidak tertangani (Madikian, 2006; Minardi dan adanya emboli lemak di sirkulasi pulmonal
& Crocco, 2009; Safrizal & Bachtiar, 2013). karena fraktur tulang panjang (Rosyidi &
Menurut Davis et al. (2009), pasien cedera Nurhidayat, 2009; Sastrodiningrat, 2006).
kepala didapatkan awalnya sudah menderita Walaupun kejadian hipoksia cerebral cukup
Hipoksia sebanyak 30%. Hipoksia merupakan sering, namun monitoring fungsi respirasi
secundar injury yang dapat meninggkatkan jarang dilakukan sehingga banyak klien cedera
resiko mortality sebesar 22.4% (Brain Trauma kepala mengalami perburukan outcome atau
Foundation, 2007; Bouzat et al., 2015). bahkan kematian. Salah satu variable
Hipoksia pada klien cedera kepala dapat pernafasan yang dapat digunakan untuk

94
Riki Ristanto, Akurasi Oxygen Saturation...| 95

memonitoring adanya proses hipoksia adalah Sejumlah 150 sampel dipilih sesuai dengan
oxygen saturation (SpO2) (Djojodibroto, 2007; kriteria inklusi dan eksklusi dari populasi 617
Wilensky et al.,2009). Menurut McMulan et al. sampel.
(2013), kondisi hipoksia dapat diketahui ketika Adapun kriteria inklusi dalam penelitian
hasil pengukuran Perifer Oxygen saturation ini adalah sebagai berikut : (1). Klien yang
<90%. Oxygen saturation merupakan salah didiagnosa mengalami cedera kepala dan
satu indikator penentu yang utama pada suplai memiliki data RR, SpO2, data mortality klien
oksigen dalam darah ke seluruh jaringan cedera kepala setelah 7 hari dilakukan
tubuh. Maka pencegahan perburukan outcome perawatan. (2). Klien dengan rentang usia 20 –
klien cedera kepala akibat hipoksia cerebral 65 tahun. Adapun kriteria eksklusi dalam
dapat dilakukan dengan memantau langsung penelitian ini adalah sebagai berikut : (1). Klien
kadar oxygen saturation (SpO2). Tujuan yang hamil, mengalami luka bakar serius dan
penelitian ini adalah untuk menganalisis intoksikasi (baik obat maupun alkohol). (2).
akurasi oxygen saturation sebagai prediktor Klien yang mengalami cedera serius lain yang
mortality pada klien cedera kepala. dapat memperburuk kondisi klien (perdarahan
intra abdominal, cardiac tamponade, fraktur
METODE PENELITIAN multiple pada pelvis). (3). Klien yang
mengalami penyakit PPOK.
Penelitian ini adalah observasional Setiap data rekam medis klien dicatat
analitik dengan design cohort retrospektif. kadar SpO2 yang terukur pertama kali saat di
Populasinya adalah semua data rekam medis triage pada lembar observasional, kemudian
klien cedera kepala periode Januari hingga diikuti selama 7 hari perawatan untuk dicatat
Desember 2017 di RS. dr. Iskak Tulungagung. kembali data mortalitynya (Arifin, 2008).

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik Responden


N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 112 74.7
Perempuan 38 25.3
Mekanisme Cedera
Kecelakaan 139 92.7
Jatuh 11 7.3
Total 150 100

Berdasarkan Tabel 1 di atas, didapatkan hasil bahwa responden laki-laki jumlahnya lebih banyak (112
atau 74.7%), dengan mekanisme cedera terbanyak didominasi oleh kecelakaan lalu lintas (139 atau
92.7%).

Tabel 2. Data Oxygen Saturation Responden


Variabel Rerata Median Min Maks

SpO2 83.818 87.5 50 99

Berdasarkan Tabel 2 di atas, pada data SpO2 didapatkan median 87.5 dengan rerata 83.818
(50-99).Sehingga disimpulkan bahwa responden rata-rata mengalami hipoksia sedang.

Tabel 3. Hasil analisis Uji Mann-Whitney


Mortality klien Median
n p
(Min-Max)
Mati Hidup
SpO2 150 47 103 87.5 (50-99) 0.000

Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara mortality klien dalam 7 hari perawatan dengan kadar SpO2 p value=0.000 (0.00 <
0.05).
96 | J.K.Mesencephalon, Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm 94-98

Tabel 4. Hasil analisis regresi logistik SpO2


Variabel Koefisien P
SpO2 -0.304 0.000
Langkah 1
Constanta 24.569 0.000

Berdasarkan hasil analisis uji multivariat regresi logistik, maka dapat diinterpretasikan :
1. Oxygen Saturation berpengaruh terhadap mortality klien cedera kepala dalam 7 hari perawatan.
2. Persamaan yang didapatkan adalah y = 24.569 + -0.304 (SpO2).
3. Variabel SpO2 memiliki korelasi negative terhadap mortality klien cedera kepala dalam 7 hari
perawatan (Dahlan, 2014).

Tabel 5. Nilai AUC SpO2


Nilai AUC p Value Uji Hosmer and Lamesho

SpO2 0.930 0.312

Menurut Tabel 5. nilai p value dari SpO2 (0.312) > 0.05, sehingga disimpulkan bahwa
persamaan SpO2 memiliki kalibrasi yang baik. Dilihat dari nilai AUC, dari SpO2 adalah 0.930,
sehingga disimpulkan bahwa persamaan SpO2 memiliki interpretasi sangat kuat terhadap mortality
klien cedera kepala (Dahlan, 2014).

Tabel 6. Akurasi SpO2


Kemampuan Prediksi
%
Hidup Mati
98 5 95.1
SpO2
10 37 78.7
Overall Percentage 90

Berdasarkan hasil analisis akurasi SpO2, maka nilai sensitivity = a/(a+c)= 98/108 = 0.907
(90.7%), specificity = d/(b+d)= 37/42= 0.881 (88.1%), Positive Predictive Value (PPV) = a/(a+b) =
98/103 = 0.951 (95.1%), Negative Predictive Value (NPV) = d/(c+d) = 37/47 = 0.787 (78.7%) (Dahlan,
2014).

Gambar 1. Grafik ROC SpO2


Berdasarkan hasil analisis grafik ROC curve, SpO2 memiliki Area Under Curve (AUC)= 0.930,
dan kemampuan prediksi terhadap mortality klien cedera kepala sebesar 90% (Dahlan, 2014).
Riki Ristanto, Akurasi Oxygen Saturation...| 97

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis Uji Regresi Namun, bila dengan cara meningkatkan
Logistik SpO2, memiliki sensitivity = 0.907 frekuensi pernafasan belum mampu
(90.7%), specificity = 0.881 (88.1%), Positive memperbaiki oxygen saturation, maka sel
Predictive Value (PPV) = 0.951 (95.1%), dan tubuh terutama cerebral akan mengalami
Negative Predictive Value (NPV) = 0.787 kondisi infark.
(78.7%) dengan kemampuan ketepatan Dengan adanya infark serebral akan
prediksi sekitar 90%. Berdasarkan hasil berdampak pada kegagalan fungsi control
tersebut maka SpO2 dapat digunakan sebagai pada organ-organ penting di dalam tubuh.
prediktor mortality yang baik pada klien cedera Kondisi hipoksia jaringan cerebral yang
kepala. Hal tersebut didukung bukti bahwa melebihi 6 menit dapat menyebabkan outcome
variabel SpO2 memiliki korelasi signifikan klien dengan trauma brain injury semakin
terhadap mortality klien cedera kepala (p value memburuk dan berakhir dengan kematian.
= 0.000). Oxygen Saturation memiliki negative Klien cedera kepala memerlukan suplai
correlation dengan mortality klien cedera oksigen yang adekuat untuk memenuhi
kepala, artinya semakin meningkat jumlah kebutuhan metabolisme otak. Oleh karena itu,
SpO2 maka akan semakin menurun kejadian pengukuran oxygen saturation merupakan
mortality klien cedera kepala. salah satu monitoring evaluasi penting yang
Menurut hasil penelitian oleh harus dilakukan pada klien dengan cedera
Sittichanbuncha et al. (2015), oxygen kepala, karena oxygen saturation merupakan
saturation memiliki negatif korelasi dengan salah satu indikator penentu utama pada
pre-hospital mortality. Semakin rendah oxygen suplai oksigen dalam darah ke seluruh jaringan
saturation yang dimiliki klien maka semakin tubuh terutama jaringan serebral (McMulan et
meningkat risiko kematian klien. Setiap al., 2013).
kenaikan 1% oxygen saturation maka akan Observasi oxygen saturation dilakukan
diikuti oleh penurunan risiko kematian sebesar untuk mencegah dan mengenali risiko
8%. Hasil pemeriksaan oxygen saturation terjadinya hipoksia jaringan terutama jaringan
merupakan gambaran jumlah total oksigen otak. Oxygen saturation juga dapat digunakan
yang berhasil dialirkan darah menuju jaringan untuk mengevaluasi status pernafasan, terapi
dalam setiap menitnya (oxygen delivery). oksigen dan intervensi lainnya seperti suction,
Secara tidak langsung, pengukuran oxygen olah raga, dan fisioterapi (Brooker, 2005;
saturation akan membantu mengetahui berapa Merenstein & Gardner, 2002).
jumlah oksigen yang masuk ke jaringan
serebral. Maka dari itu, kejadian hipoksemia KESIMPULAN DAN SARAN
serebral dapat diprediksi melalui menurunkan
nilai oxygen saturation, karena hasil Hasil analisis uji regresi logistik SpO2,
pemeriksaan perifer oxygen saturation (SpO2) sensitivity = 0.907 (90.7%), specificity = 0.881
di bawah 90% menunjukkan sebuah kondisi (88.1%), Positive Predictive Value (PPV) =
hipoksemia (Corwin, 2008; McMulan et al., 0.951 (95.1%), dan Negative Predictive Value
2013). (NPV) = 0.787 (78.7%) dengan kemampuan
Kejadian hipoksemia serebral yang ketepatan prediksi = 90%.Oxygen Saturation
ditandai oleh adanya penurunan oxygen (SpO2) merupakan prediktor yang baik
saturation dapat memicu terjadinya proses (akurasi 90%) terhadap mortality klien cedera
iskemik jaringan serebral (Soertidewi, 2012). kepala.
Tubuh akan bereaksi secara otomatis untuk Penting dilakukan pemantauan oxygen
meningkatkan oxygen saturation dengan saturation pada klien cedera kepala sejak di
meningkatkan frekuensi pernafasan (Japardi, ruang triage IGD untuk mencegah terjadinya
2004 ; Sharf & El-Gebali, 2013). hipoksia serebral dan outcome yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Bouzat, Pierre, Legrand, Robin, Gillois, Pierre, http://dx.doi.org/10.1016/j.injury.2015.10


Ageron, François-Xavier, Brun, Julien, .035
Savary, Dominique, Payen, Jean- Brain Trauma Fondation. (2007). Managemen
François. (2015). Prediction of intra- and Prognosis of Severe Traumatic
hospital mortality after severe trauma: Brain Injury. America,American
which pre-hospital score is the most Association of Neurological Surgeons,
accurate? Injury. doi: Joint Section on Neurotraumaand
Critical Care. ISBN 0-9703144-0-X.
98 | J.K.Mesencephalon, Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm 94-98

Brooker, C. (2005). Ensiklopedi Keperawatan. Rosyidi, C.H., Nurhidayat, S. (2009). Buku Ajar
(Andry Hartono, Brahm U. P, Dwi Perawatan Cidera Kepala dan Stroke.
Widiarti:trans). Jakarta: EGC. Yogyakarta: Ardana Media
Safrizal, S., Bachtiar, H. (2013). Hubungan
Corwin, M. (2008). Handbook of nilai oxygen delivery dengan outcome
pathophysiology. Philadelphia: Lippinot rawatan klien cedera kepala sedang.
William & Wilkin. Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Dahlan, S. (2014). Statistik untuk kedokteran Kedokteran. Padang: Universitas
dan kesehatan. Ed. 5. Jakarta: Salemba Andalas.
Medika Sastrodiningrat, A. G. (2006). Memahami
Davis, D. P., Meade, W., Sise, M. J., Kennedy, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
F., Simon, F., Tominaga, G., Steele, J., Prognosa Cedera Kepala Berat. Majalah
Coimbra, R. (2009). Both hypoxemia Kedokteran Nusantara. 39(3).
and extreme hyperoxemia may be Sharf, M.S., El-Gebali, M.A. (2013). Correlation
detrimental in patients with severe between glasgow coma scale and
traumatic brain injury. Journal of jugular venous oxygen saturation in
Neurotrauma. 26(12): 7. severetraumatic brain injury. Egyptian
Djojodibroto, D. (2007). Respirologi: Respirasi Journal of Anaesthesia. 29, 267-272.
medicine. Jakarta: EGC http://dx.doi.org/10.1016/j.egja.2013.02.
Japardi, I. (2004). Cedera kepala: memahami 008.
aspek-aspek penting dalam pengelolaan Sittichanbuncha, Y., Savatmongkorngul, S.,
penderita cedera kepala. Jakarta: PT Jawroongrit, P., Sawanyawisuth, K.
Bhuana Ilmu Populer. (2015). Low oxygen saturation is
Levine, J. M., Kumar, M. A., (2013). Traumatic associated with pre-hospital mortality
brain injury. Neurocritical care society among non-traumatic patient using
practice update. emergency medical service: A national
Madikian A, Giza C. (2006). A Clinician’s database of Thailand. Turkish Journal of
Guide to The Pathophysiology of Emergency Medicine. 30, 1-3.
Trauma Brain Injury. Indian Journal of http://dx.doi.org/10.1016/j.tjem.2015.11.
Neurotrauma (IJNT). 3(1).9 – 1. 003.
McMulan, J., Rodrigues, D., Hart, K. W., Soertidewi, L. (2012). Penatalaksanaan
Lindsell, C. J., Voderschmidt, K., Kedaruratan Cedera Kranioserebral.
Wayne, B., Branson, R. (2013). Jakarta: FKUI
Prevalence of prehospital hypoxemia Wilensky, E. M., Gracias, V., Itkin, A., Hoffman,
and oxygen use in trauma patients. K., Bloom, S., Yang, W., Christian, S.,
Military Medicine. 178(10): 5. LeRoux, PD. (2009). Brain tissue
Merenstein, G. B., & Gardner, S. L. (2002). oxygen and outcome after severe
Hanbook of nenonatal intensive care. traumatic brain injury: A Systematic
Missouri: Mosby, Inc. Review. Critical Care Medecine Journal.
Minardi & Crocco. (2009). Management of 37(6), 2057-2063.
Treatment Brain Injury First Link in
Chaine Survival. Mount Sinai Journal of
Medicine. 78 (92) : 138-44. doi :
10.1002/msj.20105.

You might also like