You are on page 1of 13

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 63-75

Al-Maslahah Al-Mursalah dalam Penentuan Hukum Islam


1*
Hendri Hermawan Adinugraha, 2 Mashudi
1
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Dian Nuswantoro, Indonesia
2
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo, Indonesia
*Email korenpondensi: hendri.hermawan@dsn.dinus.ac.id

Recieved 06-12-2017 | Revised 17-03-2018 | Accepted 21-03-2018

Abstract
The beginning of the problem in the development of Islamic law was coincided after the death of
Prophet Muhammad SAW. The legal issues that emerge along with the advancement of the times and
the development of technology and social change continue to emerge as the dynamics of human life
“current era” in this world. The verses of the Qur’an and the hadiths of the Prophet are required to be
able to solve the problems of the ummah. The existence of al-maslahah al-mursalah is a formulation of
contemporary ijtihad in establishing Islamic law by keeping referring to the two sources of law namely
Alqur’an and al-hadist, in order to find answers of various problems that arise in the midst of the
ummah. The purpose of this study is to find out and analyze the relevance of al-maslahah al-mursalah
with the context of current matters as the determination of Islamic law. The method of analysis in this
qualitative research uses literature approach by reading some works on al-maslahah al-mursalah in
the determination of Islamic law. The results of the study and the analysis of this study show that al-
maslahah al-mursalah can only be a legal determination on mu’amalah affairs, it has been agreed by
jumhurul ‘ulama. The legal product established by the al-maslahah al-mursalah method was
considered to be more effective and flexible in dealing with and answering contemporary mu’amalah
issues that have not clearly stated its legal provisions in the texts, without violating the rules of the
Qur’an and hadith. The purpose of al-maslahah al-mursalah is to optimize the maintenance of the
benefit of mankind, because it is a reflection of the manifestations of the concept of hifzu ad-din, an-
nafs, al-’aql, an-nasl, and al-mal (al-’aradh).

Keywords: Al-Maslahah, Al-Mursalah, Istimbath al-hukmi.

Saran sitasi: Adinugraha, H., & Mashudi, M. (2018). Al-Maslahah Al-Mursalah dalam Penentuan
Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 63-75. doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i1.140

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i1.140

1. Pendahuluan jutnya ialah mencari dalam hadist-hadist atau


sunnah Nabi saw. Jika persoalan belum selesai
Setelah Rasulullah SAW wafat pada tahun
sampai tahap tersebut maka ditempuh musya-
11 H (633 M), tidak sedikit persoalan yang
warah untuk melakukan ijtihad dengan ra’yu
muncul secara eksplisit yang mana persoalan
(Febriani, 2012), yakni dengan cara qiyâs(al-
tersebut tidak ada pada masa Nabi saw masih
Zafzaf, 1970) dan mashlahah yang intinya
hidup. Para sahabat dihadapkan pada persoalan
adalah mengidentifikasi hukum suatu perbuatan
yang mengharuskan mereka berijtihad dengan
manusia yang tidak memiliki keterangan dari
mengidentifikasinya melalui teks Alqur’an, jika
teks-teks keagamaan (Zahrah, 2005).
tidak ditemukan padanya maka langkah selan-
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 64
Masa sepeninggal Rasulullah Saw meru- Artinya: “Berlaku tidaknya hukum
pakan awal permasalahan dalam perkembangan tergantung dari ada atau tidaknya illat (sebab)
hukum Islam. Persoalan hukum yang dimun- (Al-Ghazali, 1971), diberlakukannya hukum itu
culkan oleh kemajuan zaman dan perkembangan berlaku bersama illat (sebab) nya.”
teknologi serta perubahan sosial terus menge- Pada hakikatnya, Islam menyajikan sistem
muka sebagai dinamika kehidupan manusia di kehidupan yang komprehensif berdasarkan tun-
dunia sepanjang masa. Ayat-ayat Alqur’an dan tunan ilahi. Islam dituntut untuk senantiasa dapat
hadist-hadist nabi perlu penalaran dan kajian memberikan solusi terhadap semua situasi yang
lebih mendalam untuk menyelesaikan perma- berkembang di setiap jaman dan era (Laluddin,
salahan ummat. Solusi penyelesaian dalam 2015). Urgensi penelitian ini karena al-maslahah
bentuk ijtihad merupakan proses berfikir rasional al-mursalah sebagai metode penafsiran konteks-
secara optimal dalam menetapkan hukum Islam tual dapat memberikan kontribusi dalam solving
dengan tetap mengacu pada kedua sumber problem atau solusi bagi isu-isu baru yang
hukum yaitu Alqur’an dan al-hadist, agar dapat berkembang di Indonesia saat ini.
ditemukan jawaban atas berbagai persoalan yang
2. Metode Penelitian
muncul di tengah-tengah ummat. Ijtihad meru-
pakan tugas penting, dan kemampuan menja- Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
lankannya merupakan tujuan utama ilmu asas dengan menggunakan pendekatan literer atau
yurisprudensi Islam (‘ilmu ushul al-fiqh) (Ghani, pustaka. Karena hanya menganalisis kajian al-
et al., 2011). maslahah al-mursalah dalam penentuan hukum
Maslahah mursalah menjadi salah satu Islam yang dipadukan dengan kajian pustaka
metode penetapan hukum yang sangat efektif melalui bacaan terhadap karya-karya yang
dalam merespon, menyikapi, serta memberikan membahas secara khusus tentang al-maslahah
solusi, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi al-mursalah.
Muhammad, sahabat, tabi’in, dan para ‘ulama 3. Hasil dan Pembahasan
(mujtahid) (Asriaty, 2015). Meskipun sebagian 3.1 Definisi Maslahah
ulama tidak menerima metode istimbath ini, pada Menurut bahasa, kata maslahah berasal dari
dasarnya mayoritas ulama dapat menerima Bahasa Arab dan telah dibakukan ke dalam
motede ini dengan syarat-syarat yang sangat Bahasa Indonesia menjadi kata maslahat, yang
ketat. Oleh karena itu, Maslahah mursalah berarti mendatangkan kebaikan atau yang
merupakan hukum syariah yang bersumber membawa kemanfaatan (manfa’ah) dan menolak
kepada ijtihâd, tanpa bersandar secara langsung kerusakan (mafsadah) (Kholil, 1995). Karena
kepada Alqur’an dan Sunnah; Akan tetapi, baik pada hakikatnya syari’at diturunkan di dunia ini
hukum-hukum yang langsung bersumber kepada hanya untuk kemaslahatan manusia (innama
Alqur’an dan Sunnah maupun yang tidak unzilati syari’atu litahqiqi mashalihil anam)
langsung, semuanya bertujuan untuk merea- (Hadi, 2014). Menurut bahasa aslinya kata
lisasikan maslahah; dan sebagian maslahah itu maslahah berasal dari kata salaha, yasluhu,
berubah dan berkembang lantaran perubahan salahan, (‫صلحا‬, ‫يصلح‬, ‫ )صلح‬artinya sesuatu yang
atau perkembangan zaman dan tempatnya. baik, patut, dan bermanfaat. Sedang kata
Sebagaimana termaktub dalam sebuah kaidah mursalah artinya terlepas bebas, tidak terikat
ushul fiqh yang berbunyi (Bakar, 1977): dengan dalil agama (Sirat et al., 2016). (Alqur’an
‫تغير االحكام بتغيراالزمنة واالمكنة‬ dan al-Hadits) yang membolehkan atau yang
melarangnya.
Artinya: “Hukum-hukum itu bisa berubah
Al-mursalah adalah isim maf’ul (objek) dari
karena perubahan zaman, tempat dan keadaan.”
fi’il madhi dalam bentuk tsulasi dengan
‫الحكم يدور مع علته وجودا و عدما‬
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 65
tambahan huruf “alif” di pangkalnya yaitu arsala. Maslahah mursalah ini ialah maslahah yang
Secara etimologi artinya terlepas, bebas tidak ada dalil syara’ datang untuk mengakuinya
(muthliqoh) (Yunus, 1973). Kata terlepas dan atau menolaknya (Khallaf dan Fiqh, 2002).
bebas bila dikaitkan dengan kata mashlahah. 7) Muhammad Abu Zahrah
Maksudnya ialah “terlepas atau bebas dari ‫هى المصالح المالئمة لمقاصد الشارع االسالمى وال يشهد لها‬
keterangan yang menunjukkan boleh atau tidak ‫اصل خاص باالعتبار او بااللغاء‬
bolehnya dilakukan”. Maslahah mursalah terdiri Maslahah yang selaras dengan tujuan syariat
dari dua kata yang hubungan keduanya dalam Islam dan tidak ada petunjuk tertentu yang
bentuk sifat-mausuf, atau dalam bentuk khusus membuktikan tentang pengakuannya atau
yang menunjukkan bahwa ia merupakan bagian penolakannya (Zahrah, 2005).
dari al-maslahah (Zulbaidah, 2016). 8) Menurut Amir Syarifuddin terdapat dua
Berikut ini beberapa definisi mashlahah bentuk maslahah yaitu:
mursalah dari para ulama (Zulbaidah, 2016): a) Mewujudkan manfaat, kebaikan dan
1) Al-Ghazali
kesenangan untuk manusia yang disebut
‫ما لم يشهد له من الشرع بالبطالن وال باالعتبار نص معين‬ jalb al-manafi’ (membawa manfaat).
Apa-apa (maslahah) yang tidak ada bukti Kebaikan dan kesenangan ada yang
baginya dari syara’ dalam bentuk nash tertentu dirasakan langsung oleh orang melakukan
yang membatalkannya dan tidak ada yang sesuatu perbuatan yang diperintahkan,
memerhatikannya. tetapi ada juga kebaikan dan kesenangan
2) As-Syaukani dirasakan setelah perbuatan itu dilakukan,
atau dirasakan hari kemudian, atau bah-
‫المناسب الذي ال يعلم ان الشارع الغاه او اعتبره‬
kan Hari Kemudian (akhirat). Segala
Maslahah yang tidak diketahui apakah syari’
perintah Allah swt berlaku untuk mewu-
menolaknya atau memperhitungkannya
judkan kebaikan dan manfaat seperti itu.
3) Ibnu Qudamah
b) Menghindari ummat manusia dari keru-
‫ما لم يشهد له ابطال وال اعتبار معين‬ sakan dan keburukan yang disebut dar’u
Maslahah yang tidak ada bukti petunjuk al-mafasid. Kerusakan dan keburukan
tertentu yang membatalkannya dan tidak pula pun ada yang langsung dirasakannya
yang memerhatikannya setelah melakukan perbuatan yang
4) Yusuf Hamid al-Alim dilarang, ada juga yang merasakan
‫ما لم يشهد الشرع ال لبطالنها وال العتبارها‬ sesuatu kesenangan ketika melakukan
Apa-apa (maslahah) yang tidak ada petunjuk perbuatan dilarang itu, tetapi setelah itu
syara’ tidak untuk membatalkannya, juga tidak yang dirasakannya adalah kerusakan dan
untuk memerhatikannya keburukan. Misalnya: berzina dengan
5) Jalaluddin Abd ar-Rahman pelacur yang berpenyakit atau meminum
minuman manis bagi yang berpenyakit
‫المصالح المالئمة لمقاصد الشارع وال يشهد لها اصل خاص‬
gula (Syarifuddin, 2008).
‫باالعتبار او باالءلغاء‬
Berdasarkan definisi tentang maslahah
Maslahah yang selaras dengan tujuan syari’
mursalah di atas, jika dilihat dari segi redaksi
(pembuat hukum) dan tidak ada petunjuk tertentu
nampak adanya perbedaan, tetapi dilihat dari segi
yang membuktikan tentang pengakuannya atau
isi pada hakikatnya ada satu kesamaan yang
penolakannya.
mendasar, yaitu menetapkan hukum dalam hal-
6) Abdul Wahab al-Khallaf
hal yang sama sekali tidak disebutkan dalam
‫انها مصلحة لم يرد عن الشارع دليل العتبارها او الءالغائها‬
Alqur’an maupun as-Sunnah, dengan pertim-
bangan untuk kemaslahatan atau kepentingan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 66
hidup manusia yang bersendikan pada asas aplikasi konsep maslahah tergantung pada,
menarik manfaat dan menghindari kerusakan. terutama, pola penalaran hukum berbobot
Hakikat dari maslahah mursalah adalah sesuatu maslahah yang diterapkan para ulama fikih
yang baik menurut akal dengan pertimbangan (Asmawi, 2016).
dapat mewujudkan kebaikan (jalbul mashalih au Secara istilah, asy-Syatibi menjelaskan
manfa’ah) atau menghindarkan keburukan maqâshid al-syarî’ah (Asy-Syatibi, t.tn):
(dar’ul mafasid) bagi manusia (Omar dan Muda,
2017). Semua hal yang baik menurut akal
idealnya selaras dengan tujuan syariah
(maqashid syari’ah) dalam menetapkan hukum, Artinya: “Sesungguhnya syariah itu
walaupun tidak ada petunjuk syara’ secara khu- bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan
sus yang menolaknya, juga tidak ada petunjuk manusia di dunia dan di akhirat”.
syara’ yang mengetahuinya. Hal ini selaras Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
dengan pendapat Asyraf Wajdi Dusuki dan dikatakan bahwa tujuan syariah menurut Imam
Nurdianawati Irwani Abdullah yang mengung- asy-Syatibi adalah kemaslahatan umat manusia.
kapkan bahwa maslahah adalah perangkat Berkaitan dengan hal tersebut, ia menyatakan
hukum yang digunakan dalam teori hukum Islam bahwa tidak satu pun hukum Allah Swt yang
untuk mempromosikan kebaikan masyarakat dan tidak mempunyai tujuan karena hukum yang
mencegah kejahatan sosial atau korupsi (Dusuki tidak mempunyai tujuan sama dengan membe-
dan Abdullah, 2012). bankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan.
3.2 Tujuan-Tujuan Syariah (Maqâshid as- Tuntutan kebutuhan manusia itu bertingkat-
Syari’ah) tingkat, menurut asy-Syatibi ada 3 (tiga) kategori
Secara bahasa, maqâshid as-syari’ah terdiri tingkatan kebutuhan itu yaitu: dharuriyat
dari dua kata, yakni maqashid dan al-syari’ah. (kebutuhan primer), hajjiyat (kebutuhan sekun-
Maqashid berarti kesengajaan atau tujuan, der), dan tahsiniyah (kebutuhan tertier). Berikut
sedangkan al-syariah berarti bjalan menuju penjelasannya:
sumber air, dapat pula dikatakan sebagai jalan ke 3.2.1 Maslahah Dharuriyat
arah sumber pokok kehidupan (Fazlurrahman, Maslahah dharuriyat yaitu segala sesuatu
1984). Konsep maslahah sebagai inti maqâshid yang harus ada demi tegaknya kehidupan
as-syarî’ah merupakan alternatif terbaik untuk manusia, baik yang bersifat diniyyah atau
pengembangan metode-metode ijtihad, di mana dunyawiyyah, dalam arti bila daruriyyah itu tidak
Alqur’an dan Sunnah harus dipahami melalui berdiri maka rusaklah kehidupan manusia di
metode-metode ijtihad dengan memberi pene- dunia ini. Dharuriyat juga disebut sebagai
kanan pada dimensi maslahah. Melalui konsep kebutuhan tingkat ‘primer” adalah sesuatu yang
ini para ulama fikih memiliki kerangka kerja harus ada untuk eksistensinya manusia atau
untuk menangani masalah hukum, yang inheren dengan kata lain tidak sempurna kehidupan
di dalam sistem hukum yang didasarkan kepada mansia tanpa harus dipenuhi manusia sebagai ciri
nash syara’ (Alqur’an dan Hadist), yang mana atau kelengkapan kehidupan manusia, yaitu
mengandung fondasi materil hukum yang terba- secara peringkatnya: agama, jiwa, akal, harta,
tas mengenai urusan kehidupan dalam situasi dan keturunan (Syarifuddin, 2008). Maslahah
lingkungan yang terus berubah. Dengan demi- daruriyyah meliputi;
kian, konsep maslahah memberi legitimasi bagi a) Memelihara Agama
aturan hukum baru dan memungkinkan para Untuk memelihara agama maka disyariatkan
ulama fikih mengelaborasi konteks masalah yang kepada hamba untuk selalu membersihkan
tidak ditegaskan oleh nash syara’. Seberapa jiwanya dengan senantiasa menjalankan apa
besar perubahan hukum dapat dicapai melalui
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 67
yang diperintahkan oleh-Nya dan mening- dalam keadaan kekafiran,maka mereka
galkan apa yang dilarang-Nya sebagaimana lebur amalnya di dunia dan di akhirat,
firman Allah dalam QS Al-Baqarah:21 dan mereka adalah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya” (Al-Baqarah:
‫يَا أَيُّ َها النَّاس اعْبدوا َربَّكم الَّذِي َخلَقَك ْم َوالَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِلك ْم لَعَلَّك ْم‬
217).
َ‫تَتَّقون‬
Artinya: ‘Hai manusia sembahlah tuhanmu ‫ف يَأْتِي‬ َ ‫س ْو‬ َ َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنوا َم ْن يَ ْرتَدَّ ِم ْنك ْم َع ْن دِينِ ِه ف‬
yang telah menciptakan orang-orang yang ‫ّللا بِقَ ْوم ي ِحبُّه ْم َوي ِحبُّونَه أ َ ِذلَّة َعلَى ْالمؤْ ِمنِينَ أ َ ِع َّزة َعلَى‬ َّ
sebelummu, agar kamu bertaqwa,” َ‫ّللاِ َو َال يَخَافونَ لَ ْو َمة‬َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ْالكَافِ ِرينَ ي َجاهِدونَ فِي‬
Penjagaan terhadap agama dilakukan dengan ‫ّللا َوا ِسع َع ِليم‬َّ ‫ّللاِ يؤْ تِي ِه َم ْن َيشَاء ۖ َو‬ َّ ‫َالئِم ۖ ذَلِكَ فَضْل‬
dua pensyariahan, yaitu: - Artinya :” Hai orang-orang yang
- Hukum perang atau jihad. Ketika agama beriman, barangsiapa diantara kamu
terancam karena akan diberangus oleh yang mutrad dari agamanya, maka kelak
suatu kelompok kekuatan bersenjata, Allah akan mendatangkan suatu kaum
maka perang harus dilakukan sampai aga- yang Allah mencintai mereka dan
ma menjadi tegak kembali, seperi syaha- merekapun mencintaiNya, yang bersikap
dad dapat diucapkan, sholat dapat lemah lembut terhadap orang yang
ditegakkan, puasa Ramadan diteruskan, mukmin, yang bersikap keras terhadap
dan zakat diberikan. Al-Baqarah: 21 orang-orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah, dan yang tidak takut kepada
‫سى أ َ ْن تَ ْك َرهوا‬َ ‫ب َعلَيْكم ْال ِقتَال َوه َو ك ْره لَك ْم ۖ َو َع‬ َ ِ‫كت‬
َ َ celaan orang yang suka mencela. Itulah
‫ش ْيئًا َوه َو شَر‬َ ‫سى أ ْن ت ِحبُّوا‬ َ ‫ش ْيئًا َوه َو خَ يْر لك ْم ۖ َو َع‬ َ
َ َ َ َّ ‫لَك ْم ۖ َو‬ karunia Allah, diberikan-Nya kepada
َ‫ّللا َي ْعلم َوأ ْنت ْم َال ت َ ْعلمون‬
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah
Artinya: “Diwajibkan atas kamu berpe-
Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
rang, padahal berperang adalah sesuatu
Mengetahui” (Al-Ma’idah: 54).
yang kamu benci. Boleh jadi kamu
Demikian, Alqur’an memeringatkan dengan
membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik
keras perbuatan murtad dari agama. Rasul
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
bersabda, Man baddala dinahu fa qtulu-hu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
(“Barang siapa menukar agamanya, maka
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
bunuhlah dia”).’ A’isyah meriwayatkan
tidak mengetahui,”
Hadis sebagai berikut :
- Aktif mengamalkan perintah-perintah
Artinya: “Seorang perempuan telah
agama, seperti solat, zakat, puasa di bulan
murtad saat perang Uhud. Rasulullah pun
Ramadan, dan haji ke Bait Allah. Seba-
memerintahkan agar ia diminta bertaubat,
gaimana Hadist yang berbunyi:
jika tidak mau ia dihukum mati saja”
Artinya: “Sholat adalah tiang Agama
Ad-Dimasyaqiy mengatakan bahwa orang
Barang siapa menegakkan sholat, maka
yang murtad dapat ditumpahkan darahnya,
ia sama dengan merobohkanya.”
karena ia telah melakukan kekafiran yang
- Hukum mati bagi Muslim yang mutrad
paling keji dan hukumanya paling berat. Ia
dari agamnya. Al-Baqarah: 217 dan al-
mendasarkan pandanganya dengan ayat dan
Ma’idah: 54;
hadist di atas (Hadi, 2014).
َ‫ت َوه َو كَافِر فَأولَئِك‬
ْ ‫َو َم ْن يَ ْرت َ ِددْ ِم ْنك ْم َع ْن دِينِ ِه فَيَم‬ b) Mememlihara Jiwa
‫ص َحاب‬ ْ ‫ت أ َ ْع َماله ْم فِي الدُّ ْنيَا َو ْاْل ِخ َرةِ ۖ َوأولئِكَ أ‬
َ َ ْ ‫ط‬َ ِ‫َحب‬ Bentuk dari memelihara jiwa agama telah
َ‫ار ۖ ه ْم فِي َها خَا ِلدون‬ ِ َّ‫الن‬ mengharamkan menetaskan darah sesama
Artinya :”Barangsiapa yang murtad di manusia tanpa ada alasan yang benar, dan
antara kamu dari agamu lalu dia mati bagi yang telah melakukanya, maka dijatuhi

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 68
hukuman qishas. Sebagaimana firman Allah barangsiapa yang membunuh seseorang
dalam QS. Al-Baqarah 178 dan 179. manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena
‫صاص فِي ْالقَتْلَى ْالح ُّر‬ َ ‫ب َعلَيْكم ْال ِق‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنوا ك ِت‬
membuat kerusakan di muka bumi maka
‫ي لَه ِم ْن‬ َ ‫بِ ْالح ِر َو ْالعَبْد بِ ْالعَ ْب ِد َواأل ْنثَى بِاأل ْنثَى فَ َم ْن ع ِف‬
seakan-akan dia telah membunuh manusia
َ‫سان ذَلِك‬ ِ ‫ش ْيء فَاتِبَاع بِ ْال َم ْعر‬
َ ْ‫وف َوأَدَاء إِلَ ْي ِه بِإِح‬ َ ‫أ َ ِخي ِه‬
seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara
‫ت َْخ ِفيف ِم ْن َر ِبك ْم َو َرحْ َمة فَ َم ِن ا ْعتَدَى بَ ْعدَ ذَلِكَ فَلَه َعذَاب‬
kehidupan seorang manusia, maka seolah-
)١٧٨( ‫أ َ ِليم‬
olah dia telah memelihara kehidupan
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
manusia semuanya. Sesungguhnya telah
diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
datang keada mereka Rosul-rosul Kami
dengan orang-orang yang dibunuh; orang
dengan (membawa) keterangan-keterangan
merdeka dengan orang merdeka, hamba
yang jelek kemudian banyak diantara mereka
dengan hamba, dan wanita dengan wanita,
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
Maka Barangsiapa yang mendapat suatu
batas dalam berbuat kerusakan dimuka
pma’afan dari saudarnya, hendaklah (yang
bumi.” (QS. Al-Ma’idah: 32).
mema’afkan ) mengikuti dengan cara baik,
Pernyataan ayat itu khusus Bani Israil, tetapi
dan hendaklah (yang diberi ma’af)
yang dimaksud adalah semua orang tidak
membayar (diat) keada yang memberi ma’af
perduli suku, ras, kulit, maupun agamanya.
dengan cara yang baik (pula). Yang
Semua harus menjaga hak asasi manusia
demikian itu adalah suatu keringanan dari
untuk hidup. Kata “katabna” berati wajib
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
menyelamatkan setiap orang.
yang melampaui batas sesudah itu, Maka
baginya siksa yang sangat pedih. c) Memelihara keturunan
Demi mempertahankan keturunan maka
Bahkan hukum qisas menjamin keberlang-
agama memerintahkan perkawinan yang sah
sungan hidup.
antara dua jenis laki-laki dan perempuan.
َ‫ب لَعَلَّك ْم تَتَّقون‬ ْ ‫اص َحيَاة يَا أو ِلي‬
ِ ‫األلبَا‬ ِ ‫ص‬َ ‫َولَك ْم فِي ْال ِق‬ Perkawinan dapat menjaga kemurnian nasab
(١٧٩( dengan baik. Syariah mengharamkan berbuat
Artinya “dan dalam qishas itu ada (jaminan zinah, sebab dapat membawa kerusakan dan
kelangsungan) hidup bagimu orang-orang kecemaran turunan sepanjang masa. Dan
yang berakal”. agama telah memberi ketentuan hukuman
Bunuh diri juga dilarang, seperti Firman-Nya rajam dan dera bagi yang melakukannya.
dalam QS. An-Nisa’: 29. Ketentuan dera 100 kali atas pezina
‫ّللاَ َكانَ ِبك ْم َر ِحي ًما‬ َ ‫َو َال ت َ ْقتلوا أ َ ْنف‬
َّ ‫سك ْم ۖ إِ َّن‬ sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh dalam QS. An-Nur: 2.
diri kamu. Karena Allah sangat menyanyangi ۖ ‫احد ِم ْنه َما ِمائَةَ َج ْلدَة‬ َّ ‫الزانِيَة َو‬
ِ ‫الزانِي فَاجْ ِلدوا ك َّل َو‬ َّ
kamu”. Artinya: “Perempuan yang berzinah dan
Begitu berharga setiap jiwa manusia, laki-laki yang berzina maka deraplah tiap-
sehingga Allah berfirman: tiap seseorang dari keduanya seratus kali
ً ‫ِم ْن أَجْ ِل ذَلِكَ َكت َ ْبنَا َعلَى بَنِي ِإس َْرائِي َل أَنَّه َم ْن قَتَ َل نَ ْف‬
‫سا‬ dera, dan janganlah belas kasihan kepada
‫اس َج ِميعًا‬ َ َّ‫ض فَ َكأَنَّ َما قَت َ َل الن‬
ِ ‫ساد فِي ْاأل َ ْر‬ َ َ‫ِبغَي ِْر نَ ْفس أَ ْو ف‬ keduanya”.
‫اس َج ِميعًا ۖ َولَقَدْ َجا َءتْه ْم‬ َ َّ‫َو َم ْن أَحْ يَاهَا فَ َكأَنَّ َما أَحْ يَا الن‬ d) Memelihara Harta Benda
‫ض‬ ِ ‫يرا ِم ْنه ْم َب ْعدَ ذَلِكَ فِي ْاأل َ ْر‬ ً ِ‫ت ث َّم ِإ َّن َكث‬ ِ ‫رسلنَا ِب ْالبَ ِينَا‬ Untuk menjaga harta benda, Agama
َ‫لَمس ِْرفون‬ mewajibkan zakat, menghalalkan jual beli
Artinya: “Oleh karena itu kami tetapkan dan mengharamkan riba dan, melarang
(suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: menimbun harta benda komoditas agar

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 69
menjadi mahal untuk diedarkan saat mahal, kaan pribadi dan beragama. Dengan kemer-
bukan untuk tujuan kedeimbangan atau dekaan ini maka luaslah gerak langkah hidup
menjaga paceklik, dan mengharamkan manusia. Beberapa contoh implementasi masla-
mengambil atau makan hak orang lain hah hajjiyyah ialah:
dengan jalan yang tidak sah. Sebagaiman a) Pada bidang ibadah, meliputi pensyariah
firman-Nya dalam QS. An-Nisa’: 29. rukhsoh, seperti jama’ dan qasar bagi
musafir, jama’ bagi orang hadir, solat dengan
ِ َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنوا َال تَأْكلوا أَ ْم َوالَك ْم بَ ْينَك ْم بِ ْالب‬
‫اط ِل‬
duduk dan tidur bagi yang tidak mampu
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman
berdiri, bolehnya terbuka bagi orang puasa di
janganlah kamu saling memakan harta
hari di bulan Ramadan bagi musafir dan
sesamamu dengan jalan yang batil”.
orang sakit, gugurnya kewajiban solat bagi
Agar tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-
wanita haid, nifas, dan sebagainya.
hak orang lain, maka Allah meletakkan
b) Pada adat kebiasaan; seperti kebolehan
hukum hadd bagi pencuri dengan potong
memburu binatang, menikmati makanan-
tangan (al-Ma’idah: 38) dan perampok
makanan dan minuman lezat, pakaian yang
dengan sanksi dari pengasingan hukuman
bagus, dan tempat tinggal.
mati (al-Ma’idah: 33). Itu semua dalam
c) Pada mu’amalat atau hubungan antar
rangka menjaga kemaslahatan di bidang
manusia dan kelompok, dibolehkannya tran-
kepemilikan harta benda.
saksi-transaksi yang memenuhi kebutuhan,
e) Memelihara Akal
seperti jual beli hutang piutang, persewaan,
Demi memelihara akal, maka syariah
perseroan, perbankan, tanggungan-tanggu-
mengharamkan meminum-minuman keras
ngan, dan lembaga-lembaga sosial masya-
atau makan yang memabukkan. Alla ‘azza
rakat, yayasan-yayasan sosial, dan lembaga-
wa jall dalam QS. Al-Maidah: 90 melarang
lembaga sosial masyarakat, yayasan-yayasan
mengkonsumsi arak karena merusak akal.
sosial dan pendidikan. Memutuskan tali
‫صاب‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنوا إِنَّ َما ْالخ َْمر َو ْال َم ْيسِر َوا ْأل َ ْن‬ perkawinan dengan talak karena kebutuhan
‫ان فَاجْ تَنِبوه لَعَلَّك ْم‬ ِ ‫ط‬ َّ ‫َو ْاأل َ ْز َالم ِرجْ س ِم ْن َع َم ِل ال‬
َ ‫ش ْي‬ dan keharusan, penguasaan wali terhadap
َ‫ت ْف ِلحون‬ perkawinan gadis kecil karena kebutuhan
Artinya” Hai orang-orang yang beriman, pilihan kufu, dan sebagainya.
sesungguhnya (meminum khamar, berjudi d) Pada masalah sanksi-sanksi pidana, hak wali
(berkorban untuk) berhala, dan mengundi untuk memaafkan dalam hukum qishas
nsib dengan anak panah (yang belum patungan para kerabat dalam menanggung
dipasang bulu) adalah termasuk perbuatan diyat, dan pengguguran hudud, dan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan sebagainya (Hadi, 2014).
itu agar kamu mendapat keberuntungan. 3.2.3 Maslahah Tahsiniyyah
(Hadi, 2014)” Maslahah tahsiniyyah atau al-kamaliyyat
Pelarangan tentunya juga disertai sanksi adalah penjagaan kemaslahatan yang berkaitan
apabila dilanggar. Premium dacambuk dengan keindahan (estetika), kesempurnaan, dan
delapanpulih kali cambukan. kepatutan atau kehormatan (muni’ah) dan
3.2.2 Maslahah Hajjiyyah martabat. Akomodasi tradisi dan akhlaq mulia
Maslahah hajjiyyah adalah setiap bentuk atau etika dan etiket merupakan tuntutan dalam
perbuatan yang tidak terkait dengan dasar yang rangka penjagaan kemaslahatan tahsiniyyah.
lain (yang ada dalam maslahah daruriyyah) yang Andaikata level tahsiniyyah ini tidak ada, maka
dibutuhkan oleh masyarakat tetapi juga terwujud tidak akan sampai menghilangkan peraturan
dan dapat menghindarkan kesulitan dan hidup, seperti pada daruriyyut, atau terjadi
kesempitan. Sebagaimana memelihara kemerde- kesulitan (haraj), seperti pada daruriyyut, atau
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 70
terjadi kesulitan (haraj), seperti pada kasus batasan yang benar dalam memperggunakannya.
hajiyyat, namun kehidupan bagaimana menjadi Oleh karena itu terdapat syarat-syarat maslahah
begitu kaku dan buruk menurut ukuran akal mursalah sebagai dasar legislasi hukum Islam
manusia biasa. Beberapa ragam Maslahah yang dikemukakan oleh ulama, diantaranya
Tahsiniyyah meliputi : adalah:
a) Bidang ibadah, yaitu thaharah dan menutup 1) Menurut Asy-Syatibi
‘aurat, memakai pakaian dan perhisaan, Maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai
bertingkah laku yang sopan-santun, dan landasan hukum bila:
berparfum ke masjid atau pertemuan, ibadah a) Kemaslahatan sesuai dengan prinsip-prinsip
pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah, apa yang ada dalam ketentuan syari’ yang
berupa kepatuhan-kepatuhan solat, puasa, secara ushul dan furu’nya tidak bertentangan
sedekah, dan sebagainya. dengan nash.
b) Bidang muamalat, seperti hukum larangan- b) Kemaslahatan hanya dapat dikhususkan dan
larangan menjual barang-barang najis dan diaplikasikan dalam bidang-bidang sosial
membahayakan, menjual limpahan air dan (mu’amalah) di mana dalam bidang ini
rumput, menjual jualan orang lain, dan menerima terhadap rasionalitas dibandingkan
melamar gadis yang telah dilamar orang lain. dengan bidang ibadah. Karena dalam
Contoh lain adalah perintah agar suami mu’amalah tidak diatur secara rinci dalam
bersikap mu’asyarah bil-ma’ruf, halus dan nash.
baik kepada isterinya. Memberikan wewe- c) Hasil maslahah merupakan pemeliharaan
nang kepada wali langsung mengakadkan terhadap aspek-aspek Daruriyyah, Hajjiyyah,
anak perempuannya, karena anak gadis dan Tahsiniyyah. Metode maslahah adalah
biasanya masih malu-malu, dan perintah sebagai langkah untuk menghilangkan kesu-
mengenai saksi dalam akad. litan dalam berbagai aspek kehidupan,
c) Bidang adat, syariat menunjukkan tatkrama terutama dalam masalah-masalah sosial
makan dan minum, keharaman yang memba- kemasyarakatan (Asy-Syatibi, 1991). Seba-
hayakan, dan menghindari sandang, maka- gaimana Allah swt telah berfirman:
nan, dan minuman yang berlebih-lebihan.
ِ ‫…ه َو اجْ تَبَاك ْم َو َما َجعَ َل َعلَيْك ْم فِي الد‬
…‫ِين ِم ْن َح َرج‬
d) Bidang pidana, misalnya larangan meniru
Artinya: “Dan dia sekali-kali tidak
pembunuhan, haramnya membunuh wanita, menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
anak-anak, dan ppendeta dalam perang. kesempitan”. (QS. Al-Hajj: 78)14
Kewajiban memenuhi janji. Haramnya men-
2) Menurut Abdul Wahab Khallaf
cederai janji dan mencegah perbuatan yanag Maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai
mengarah ke kerusakan. legislasi hukum Islam bila memenuhi syarat yang
3.3 Syarat-Syarat Kehujjahan Maslahah diantaranya adalah:
Mursalah a) Berupa maslahah yang sebenarnya (secara
Maslahah mursalah merupakan salah satu
haqiqi) bukan maslahah yang sifatnya duga-
sumber hukum Islam yang kebenarannya masih an, tetapi yang berdasarkan penelitian,
terdapat khilafiyah di kalangan ulama (Hadi, kehati-hatian dan pembahasan mendalam
1986). Para ulama sangat berhati-hati (ikhtiyath) serta benar-benar menarik manfa’at dan
dan memberikan syarat-syarat yang begitu ketat menolak kerusakan.
dalam mempergunakan maslahah mursalah b) Berupa maslahah yang bersifat umum, bukan
sebagai hujjah, dengan alasan dikhawatirkan untuk kepentingan perorangan, tetapi untuk
akan menjadi pintu masuk bagi pembentukan orang banyak.
hukum syariat menurut hawa nafsu dan
keinginan perorangan, bila tidak ada batasan-
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 71
c) Tidak bertentangan dengan hukum yang telah waris, walau penyamaan pembagian tersebut
ditetapkan oleh nash (Alqur’an dan al- berdalil kesamaan dalam pembagian (Jamil,
Hadits) serta ijma’ ulama (Khallaf, 2002). 2008).
3) Menurut Al-Ghozali Ketentuan di atas dapat dirumuskan bahwa
Maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai
landasan hukum bila: landasan hukum serta dapat diaplikasikan dalam
a) Maslahah mursalah aplikasinya sesuai tindakan sehari-hari bila telah memenuhi syarat
dengan ketentuan syara’ sebagai tersebut di atas, dan ditambahkan
b) Maslahah mursalah tidak bertentangan maslahah tersebut merupakan kemaslahatan
dengan ketentuann nash syara’ (Alqur’an dan yang nyata, tidak sebatas kemaslahatan yang
al-Hadits). sifatnya masih prasangka, yang sekiranya dapat
c) Maslahah mursalah adalah sebagai tindakan menarik suatu kemanfaatan dan menolak
yang dzaruri atau suatu kebutuhan yang kemudaratan. Selama maslahah tersebut me-
mendesak sebagai kepentingan umum ngandung kemanfa’atan secara umum dengan
masyarakat (Jamil, 2008). mempunyai akses secara menyeluruh dan tidak
4) Menurut Jumhurul Ulama melenceng dari tujuan-tujuan yang dikandung
Menurut Jumhurul Ulama bahwa maslahah dalam Alqur’an dan al-Hadits.
mursalah dapat sebagai sumber legislasi hukum 3.4 Kajian Maslahah Mursalah
Islam bila memenuhi syarat sebagai berikut: Lapangan atau kajian penerapan maslahah
a) Maslahah tersebut haruslah “maslahah yang mursalah menurut ulama yang menggunakannya
haqiqi” bukan hanya yang berdasarkan itu menetapkan batas wilayah penggunaannya,
prasangka merupakan kemaslahatan yang yaitu hanya untuk masalah diluar wilayah ibadah,
nyata. Artinya bahwa membina hukum seperti muamalah dan adat. Dalam masalah
berdasarkan kemaslahatan yang benar-benar ibadah (dalam arti khusus) sama sekali maslahah
dapat membawa kemanfaatan dan menolak tidak dapat dipergunakan secara keseluruhan.
kemadharatan. Akan tetapi kalau hanya Alasannya karena maslahah itu didasarkan pada
sekedar prasangka adanya kemanfaatan atau pertimbangan akal tentang baik buruk suatu
prasangka adanya penolakan terhadap masalah, sedangkan akal tidak dapat melakukan
kemazdaratan, maka pembinaan hokum hal itu untuk masalah ibadah.
semacam itu adalah berdasarkan wahm Segala bentuk perbuatan ibadah ta’abuddi
(prasangka) saja dan tidak berdasarkan dan tawqifi (ubudiah-doktrinal) (Ridwan, 2016),
syari’at yang benar. artinya kita hanya mengikuti secara apa adanya
b) Kemaslahatan tersebut merupakan kemas- sesuai dengan petunjuk syar’i dalam nash, dan
lahatan yang umum, bukan kemaslahatan akal sama sekali tidak dapat mengetahui kenapa
yang khusus baik untuk perseorangan atau demikian. Misalnya mengenai shalat dhuhur
kelompok tertentu, dikarenakan kemasla- empat rakaat dan dilakukan setelah tergelincir
hatan tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh matahari, tidak dapat dinilai akal apakah itu baik
orang banyak dan dapat menolak kemuda- atau buruk.
ratan terhadap orang banyak pula. Diluar wilayah ibadah, meskipun diantara-
c) Kemaslahatan tersebut tidak bertentangan nya ada yang tidak dapat diketahui alasan
dengan kemaslahatan yang terdapat dalam hukumnya, namun secara umum bersifat ta’aq-
Alqur’an dan al-Hadits baik secara dzahir quli (rasional) dan oleh karenanya dapat dinilai
atau batin. Oleh karena itu tidak dianggap baik dan buruknya oleh akal. Umpamanya
suatu kemaslahatan yang kontradiktif dengan minum khamr itu adalah buruk karena merusak
nash seperti menyamakan bagian anak laki- akal; penetapan sanksi atas pelanggar hukum itu
laki dengan perempuan dalam pembagian baik karena dengan begitu umat bebas dari
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 72
kerusakan akal yang dapat mengarah pada tindak menetapkan bunga bank itu haram untuk
kekerasan (Syarifuddin, 2008). mengqiyaskan kepada riba karena menurut
3.5 Penerapan Maslahah Mursalah mereka unsur tambahan yang menjadi illat
Adapun contoh-contoh penggunaan masla- haramnya riba juga terdapat pada bunga bank
hah mursalah antara lain: (Musrofah, 2008).
a) Sahabat Utsman bin Affan menulis al-Quran d) Prinsip hukum Islam maslahah saat ini dapat
kedalam beberapa mushaf. Padahal hal ini tak digunakan sebagai mekanisme penyaringan
pernah dilakukan pada masa Rasulullah etis untuk diajarkan sebagai bagian dari
SAW. Alasan yang mendorong mereka mala- proses pendidikan akuntansi yang bermoral
kukan pengumpulan pengumpulan itu tidak atau beretika (Rahmandan Rahim, 2012).
lain kecuali semata-mata maslahat, yaitu Konsep maslahah sosial juga digunakan
menjaga al-Quran dari kepunahan atau dalam sistem keuangan Islam saat ini
kehilangan kemutawatirannya karena me- khususnya dalam hal tanggung jawab social
ninggalnya sejumlah besar hafidz dari (Cebeci, 2012).
generasi sahabat. Oleh karena itu, apabila diperhatikan secara
b) Perbuatan para sahabat memilih dan seksama istimbath hukum yang dilakukan oleh
mengangkat Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai para sahabat, tabi’in dan para ulama merupakan
khalifah pertama pengganti Nabi Muhammad hasil ijtihad dengan pertimbangan maslahah
untuk memimpin ummat dalam rangka untuk mursalah yang tidak bertentangan dengan
meneruskan estafet kepemimpinan dan syari’ah.
da’wah, serta menjaga, berlakunya syariat 3.6 Pandangan Para Ulama tentang
yang dibawa oleh Nabi. Pada saat itu, Maslahah Mursalah
seorang khalifah sangat dibutuhkan, sehingga Berikut ini adalah pandangan atau pendapat
terpilihnya Abu Bakar merupakan suatu para ulama mengenai maslahah mursalah:
maslahat, walaupun hal tersebut tidak 1) Mazhab Maliki, Hambali dan as-Syathibi
ditemukan dalil khusus dari teks syariat yang Ulama Malikiyah dan Hanabilah menerima
membenarkan atau menyuruh atau memba- maslahah mursalah sebagai dalil dalam
talkannya (melarang) (Zahrah, 2005). menetapkan hukum, bahkan mereka dianggap
c) Terbitnya fatwa-fatwa Majelis Ulama sebagai ulama fiqh yang paling banyak dan luas
Indonesia (MUI), seperti fatwa tentang keha- menerapkannya. Menurut mereka maslahah
rusan “sertifikat halal” bagi produk makanan, mursalah merupakan induksi dari logika
minuman dan kosmetik. MUI melalui sekumpulan nash, bukan dari nash yang dirinci
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan seperti yang berlaku dalam qiyas. Bahkan Imam
dan Kosmetik (LP-POM MUI) berupaya Syathibi mengatakan bahwa keberadaan dan
melakukan penelitian terhadap produk kualitas maslahah mursalah bersifat pasti
makanan, minuman, obat-obatan dan kos- (qath’i), sekalipun dalam penerapannya bisa
metik yang diproduksi oleh suatu pabrik bersifat zhanni (relatif) (Haroen, 2001).
untuk dipasarkan. Hal yang seperti ini tidak Adapun golongan Malikiyyah dan Hanabilah,
pernah ada teks nash yang menyinggungnya mereka banyak membentuk hukum berdasarkan
secara langsung. Demi kemaslahatan masya- maslahah semata, tanpa memasukkan ke dalam
rakat maka fatwa tersebut diterbitkan qiyas. Menurut Imam Malik, untuk menetapkan
berasaskan pertimbangan maslahah mursalah dalil ini, ia mengajukan tiga syarat dalam
(Kahhar, 2003). Kemudian berkaitan dengan maslahat yang dijadikan dasar pembentukan
fatwa keharaman bunga bank, juga tidak hukum, yaitu:
disebutkan hukumnya secara jelas dalam al- 1. Pertama, bahwa kasus yang dihadapi harus-
Quran dan al-Hadits. MUI melalui fatwanya lah termasuk bidang mu’amalah, sehingga
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 73
kepentingan yang terlihat di dalamnya dapat nya sebagai dalil yang berdiri sendiri dengan
dinilai berdasarkan penalaran kasus tersebut nama maslahah mursalah (Syukur, 1993).
tidaklah boleh menyangkut segi ibadat. 3) Najmuddin at-Thufi
2. Kedua, bahwa kepentingan tersebut mestilah At-Thufi berpendapat bahwa maslahah meru-
sesuai dengan jiwa syari’ah dan tidak boleh pakan hujjah terkuat yang secara mandiri dapat
bertentangan dengan salah satu sumber dijadikan sebagai landasan hukum dan ia tidak
hukum di dalamnya. membagi maslahat itu sebagaimana yang dila-
3. Ketiga, bahwa kepentingan tersebut haruslah kukan oleh jumhur ulama. Ada tiga prinsip yang
berupa hal-hal yang pokok dan darurat, dianut at-Thufi tentang maslahah yang menye-
bukan yang bersifat penyempurna (keme- babkan pandangannya berbeda dengan jumhur
wahan). Hal-hal pokok tersebut mencakup ulama, yaitu:
tindakan memelihara agama, jiwa/kehidupan, 1. Akal bebas menentukan kemaslahatan dan
akal, keturunan, dan kekayaan. Hal-hal yang kemafsadatan khususnya dalam bidang
darurat berhubungan dengan usaha untuk mu’amalah dan adat (‘urf). Untuk menen-
memperbaiki kehidupan, sedangkan hal-hal tukannya termasuk mengenai kemaslahatan
penyempurna bersifat “hiasan dan tambahan” dan kemudharataan cukup dengan akal.
(Syukur, 1993). Pandangan ini berbeda dengan jumhur ulama
2) Maslahah Mursalah menurut Jumhur yang mengatakan bahwa sekalipun kemas-
Ulama lahatan dan kemudharatan itu dapat dicapai
Jumhur Ulama bersepakat bahwa maslahah dengan akal, namun kemaslahatan itu harus
mursalah adalah merupakan asas yang baik bagi mendapatkan dukungan dari nash atau ijma’,
dibentuknya hukum-hukum Islam. Hanya saja baik bentuk, sifat maupun jenisnya.
Jumhur Hanafiyah dan Syafi’iyyah mensyaratkan 2. Maslahah merupakan dalil mandiri dalam
tentang maslahah ini, hendaknya ia dimasukkan menetapkan hukum. Oleh sebab itu, untuk
di bawah qiyas, yaitu sekiranya terdapat hukum kehujjahan maslahah tidak diperlukan dalil
asal yang dapat diqiyaskan kepadanya dan juga pendukung, karena maslahah itu didasarkan
terdapat illat mundhabith (tepat). Sehingga kepada pendapat akal semata.
dalam hubungan hukum itu terdapat tempat 3. Maslahah hanya berlaku dalam masalah
untuk merealisasikan kemaslahatan. Berdasarkan mu’amalah dan adat kebiasaan, adapun
pemahaman ini mereka berpegang pada kemas- dalam masalah ibadah atau ukuran-ukuran
lahatan yang dibenarkan syara’, tetapi mereka yang ditetapkan syara’ tidak termasuk objek
lebih leluasa dalam mengganggap maslahah yang maslahah, seperti shalat dhuhur empat
dibenarkan syara’ ini, karena luasnya mereka raka’at, puasa selama bulan ramadhan satu
dalam soal pengakuan syari’ (Allah) terdapat bulan dan lain-lain. Karena masalah-masalah
illat sebagai tempat bergantungnya hukum, yang seperti ini merupakan hak Allah semata
merealisir kemaslahatan. Sebab hampir tidak ada (Haroen, 2001).
maslahah mursalah yang tidak ada dalil yang 4) Hasbi ash-Shiddieqy
mengakui kebenarannya. Hasbi ash-Shiddieqy berpendapat bahwa
Pada hakikatnya, dalam masalah ini, empat tidak ada perselisihan di kalangan ulama menge-
imam madzhab mengakui apa yang disebut nai penetapan-penetapan hukum (tasyri’) selama
maslahah. Hanya saja jumhur ulama Hanafiyah dimaksudkan untuk kemaslahatan manusia yang
dan Syafi’iyah berupaya memasukkan maslahah bersifat dharuriyat, hajiyat, maupun tahsiniyat.
ke dalam qiyas. Mereka dalam masalah ini keras, Adanya siyasah syar’iyyah (Zuhaily, 1997),
demi memelihara hukum dan berhati-hati dalam dalam bagian fiqh dikarenakan maksud hendak
soal pembentukan hukum. Adapun golongan memberikan kemaslahatan, yakni kebijaksanaan
Malikiyah dan Hanabiyah, mereka menjadikan- untuk membuat masyarakat lebih dekat dan
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 74
gemar kepada kebajikan serta menjauhi dan 6. Daftar Pustaka
membenci keburukan dan kerusakan. Al-Ghazali. (1971). Al-Mustasfa. Mesir: Maka-
Menurut ash-Shiddieqy, siyaasah syar’iyyah tabah al-Jundiyah.
pada hakikatnya sama dengan maslahah
Al-Zafzaf, Ali. (1970). Mudarafah fi Ushul al-
mursalah. Maslahah mursalah inilah yang digali Fiqh. Mesir: Dar al-Fikr al-Arabi.
melalui qiyas, kaidah umum hukum dan istihsan.
Asmawi. (2016). “Konseptualisasi Teori Masla-
Selain itu, jumhur ulama pun sepakat, bahwa hah”. Jurnal Salam. dikutip dari journal.-
yang dinashkan oleh syara’ yang didasarkan atas uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/downloa
illat tujuannya adalah untuk mewujudkan kemas- d/1548/pdf
lahatan bagi manusia. Ash-Shiddieqy berpen- Asriaty. (2015). “Penerapan Mashlahah Mur-
dapat: “Berhujjah dengan maslahah mursalah salah dalam Isu-Isu Kontemporer”. Jurnal
dan membina hukum diatasnya, adalah satu Madania. Vol. 19. No. 1.
keharusan. Inilah yang sesuai dengan keumuman Asy-Syatibi (t.tn). al-Muwafaqat fi Ushul al-
syariat dan dengan demikianlah hukum-hukum Syari’ah. Jilid 2. Kairo: Musthafa Muham-
Islam dapat berjalan beriringan dengan masa dan mad.
inilah yang ditempuh oleh para sahabat. Menolak Asy-Syatibi. (1991). Al-I’tishom. Beirut: Dar al-
maslahah mursalah berarti membekukan syariat, Fikr.
karena keragaman maslahat yang terus tumbuh Bakar, Syeikh Abu. (1977). Al-Faraidul Bahiy-
tidak mudah didasarkan pada satu dalil tertentu” yah. terj. Moh. Adib Bisri. Al-Faraidul
(Kahhar, 2003). Mencapai Maslahah juga Bahiyyah. Kudus: Menara Kudus.
merupakan salah satu tujuan syariah (Syaputra, Cebeci, Ismail. (2012). “Integrating The Social
et al., 2014). Maslaha Into Islamic Finance”. Accounting
Research Journal. Vol. 25. Issue: 3.
4. Kesimpulan
Dusuki, Asyraf Wajdi dan Nurdianawati Irwani
Mayoritas ulama berpendapat maslahah Abdullah. (2012) “Maqasid al-Shari’ah,
mursalah hanya dapat dijadikan istimbath hukum Maslahah, and Corporate Social Respon-
pada urusan mu’amalah saja. Produk hukum sibility”. The American Journal of Islamic
yang ditetapkan dengan metode ini dinilai lebih Social Sciences. 24: 1.
efektif dalam menyikapi dan menjawab Fazlurrahman. (1984). Islam. Bandung: Penerbit
permasalahan-permasalahan mu’amalah konteks- Pustaka.
tual (kekinian) yang belum disebutkan ketentuan Febriani, Nur Arfiyah. (2012). “Ra’yu Sebagai
hukumnya secara jelas dalam nash. Maslahah Sumber Hukum Islam”. Jurnal Al-’Adalah.
mursalah bertujuan untuk merealisasikan dan Vol. X. No. 4.
memelihara kemaslahatan umat manusia secara Ghani, Nik Abdul Rahim Nik Abdul, Hayatullah
maksimal yang merupakan cerminan manifestasi Laluddin, dan Amir Husin Mat Nor. (2011)
dari konsep maqashid syariah. “Maslahah as a Source of Islamic
Transactions (Mu’amalat)”. Islamiyyat:
5. Ucapan Terimakasih Jurnal Antarabangsa Pengajian Islam;
International Journal of Islamic Studies. No.
Beribu terimakasih dihaturkan kepada Prof. 33.
Dr. Abdil Hadi, MA, Prof. Dr. Ahmad Rafiq,
Hadi, Abdul. (2014). Ushul Fiqh Konsep Baru
MA dan Dr. Mashudi yang telah berjasa dalam
Tentang Kaidah Hikmah dalam Teori Fiqh.
pembuatan artikel ini sekaligus telah menga- Semarang: IAIN Walisongo.
jarkan kami akan pentingnya ilmu maslahah.
Haroen, Nasrun. (2001). Ushul Fiqh. Jakarta:
Jazakumullah khairan katsiran Logos Wacana Ilmu.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 2018, 75
Jamil, Mukhsin. (2008). Kemaslahatan dan Ridwan. (2016). “Argumen Keadilan Gender
Pembaharuan Hukum Islam. Semarang: Dalam Hukum Waris Islam Perspektif
Walisongo Press. Pemikir Muslim Kontemporer”. Laporan
Kahhar, Wahidul. (2003). “Efektivitas Maslahah Penelitian Individual Unggulan. Kemen-
Mursalah dalam Penetapan Hukum Syara”. terian Agama RI Institut Agama Islam
Thesis. Pascasarjana UIN Syarif Hidaya- Negeri (IAIN). Purwokerto.
tullah. Jakarta. Sirat, Abdul Hadi, Nurul Hilmiyah dan Muham-
Khallaf, Abdullah Wahab. (2002). Ilmu Ushulul mad Hakimi Mohd. Shafiai, (2016). “Al
Fiqh. terj. Noer Iskandar al-Bansany. Maslahah Based Quality Management: A
Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta: PT. Theoretical Overview”. American Journal of
Raja Grafindo Persada. Applied Sciences. 13 (3).
Kholil, Munawar. (1995). Kembali Kepada al- Syaputra, Elvan, Faridl Noor Hilal, Muhammad
Quran dan as-Sunnah. Semarang: Bulan Febriansyah, Issa Qaed, Muhammad Majdy
Bintang. Amiruddin, Muhammad Ridhwan Ab. Aziz.
(2014). “Maslahah as an Islamic Source and
Laluddin, Hayatullah. (2015). “Maslahah’s Role its Application in Financial Transactions”.
As an Instrument for Revival of Ijtihad”. Journal of Research in Humanities and
International Journal of Islamic Thought Social Science. Volume. 2. Issue 5.
( IJIT ). Volume. 8.
Syarifuddin, Amir. (2008). Ushul Fiqh. Jilid II.
Musrofah, Siti. (2008). “Konsep Maslahah Cet. ke-4. Jakarta: Kencana Prenada Media
Mursalah dalam Dunia Bisnis dengan Sistem Group.
Franchise (Waralaba), Skripsi. Fakultas
Syukur, Sarmin. (1993). Sumber-sumber Hukum
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidaya-
Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
tullah. Jakarta.
Yunus, Muhammad. (1973). Kamus Arab
Omar, Nizaita dan Zulkifly Muda. (2017) “The
Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyeleng-
Application of the Rule of Istihsan bi Al-
garaan Penerjemah dan Penafsir Alqur’an.
Maslahah (Juristic Preference by Interest): A
Practical Approach on Some Medical Zahrah, Muhammad Abu. (2005). Ushul al-Fiqh,
Treatment”. International Journal of terj. Saefullah Ma’shum. et al. Ushul Fiqih.
Academic Research in Business and Social Jakarta: Pustaka Firdaus.
Sciences. Vol. 7. Issue 5. Zuhaily, Wahbah. (1997). Ushul Fiqh. Jakarta:
Rahman, Abdul dan Rahim Abdul. (2013). Radar Jaya Pratama.
“Ethics in Accounting Education: Contri- Zulbaidah. (2016). Ushul Fiqh I Kaidah-Kaidah
bution of The Islamic Principle of Mas- Tasyri’iyah.Bogor: Ghalia Indonesia.
lahah”. International Journal of Economics,
Management and Accounting. 11. No.1.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534

You might also like