You are on page 1of 15

ISSN : [VOLUME: 01 – NOMOR 03 – SEPTEMBER

2460−9684 2016]

REKOMENDASI LATIHAN FISIK UNTUK DIABETES MELITUS TIPE 2

A Andi Kurniawan1, Y Nining Sri Wuryaningsih2


1Indonesia Sports Medicine Centre
2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Korespodensi : andi09ismc@gmail.com

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) adalah kondisi penyakit kronik yang ditandai oleh
metabolisme glukosa yang normsal sebagai dampak dari gangguan aksi dan
sekresi insulin. Tatalaksana DM tipe 2 memelukan pendekatan multi disiplin,
termasuk edukasi, terapi nutrisi, aktivitas fisik yag teratur, dan obat-obatan.
Tujuan terapi DM tipe 2 adalah mencapai kadar gula yang normal dan
mempertahankannya, serta mencegah komplikasi diabetes. Ada bukti ilmiah
bahwa olahraga dapat menunda onset DM tipe 2 dan memperbaiki kontrol gula
darah. Olahraga akan memperbaiki sensitivitas insulin, meningkatkan uptake
glukosa, dan memperbaiki kontrol gula darah. Olahraga yang sifatnya aerobik
akan menurunkan kadar HbA1C dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Kombinasi olahraga akan menabah perbaikan HbA1C.

Kata Kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Latihan aerobic dan ketahanan,


Kontrol Glycemic, Sensitivitas Insulin.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta 1


Wacana
PHYSICAL EXERCISE RECOMMENDATIONS FOR TYPE 2 DIABETES
MELITUS

A Andi Kurniawan1, Y Nining Sri Wuryaningsih2


1Indonesia Sports Medicine Centre
2Medical Faculty of Duta Wacana Christian University

Correspondence : andi09ismc@gmail.com

ABSTRACT

Diebetes mellitus (DM) is a chronic disease characterised by abnormal


glucose metabolism resulting from defects in insulin release, insulin action or
both. The management of Type 2 DM requires a multifaceted approach, including
educations, nutrition therapy, regular physical activity and exercise, and
medications. The goal of treatment in Type 2 DM is to achieve and maintain
optimal blood glucose and to prevent or delay chronic complications of diabetes.
There is evidence to show that exercise can help prevent or delay the onset of
T2DM, as well a improve blood sugar control. Acutely, exercise improves insulin
sensitivity, facilitates glucose uptake and aids in glucose control. Aerobic exercise
are well established, and interventions with more vigorous aerobic exercise
programs resulted in greater reductions in HbA(1c), and greater increase in
insulin sensitivity. Combined exercise training, aerobic exercise and resistance
exercise seems to determine additional change in HbA(1c) that can be seen
significant if compared with aerobic exercise alone and resistance exercise alone.

Keywords : Type 2 Diabetes Mellitus, Aerobic & Resistance Exercise,


Glycemic Control, Insulin Sensitivity.
sekresi insulin secara absolut akibat
PENDAHULUAN
kerusakan sel yang memproduksi
Diabetes Mellitus merupakan insulin di pankreas oleh suatu
penyakit yang ditandai dengan proses autoimun. Diabetes tipe 2
gangguan metabolisme glukosa (90% -95% dari seluruh kasus)
akibat gangguan pengeluaran merupakan kombinasi dari
insulin, kerja insulin atau ketidakmampuan sel untuk
keduanya.1 Diabetes adalah salah merespon insulin (resistensi insulin)
satu penyebab utama kematian di dan kompensasi sekresi insulin yang
dunia. Penyebab kematian pada tidak memadai, sehingga
pasien diabetes berasal dari menyebabkan kegagalan penyerapan
komplikasi dari penyakit yang glukosa ke dalam otot dan hati.2
berhubungan dengan diabetes,
penyakit jantung merupakan Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2
penyebab yang paling menonjol.2
American Diabetes Association
Secara garis besar diabetes
(ADA) pada tahun 2014
dapat dikategorikan menjadi tipe 1
merekomendasikan untuk
atau tipe 2. Dalam tipe 1, yang
penegakan diagnosis diabetes
merupakan 5% -10% dari seluruh
melitus.2 Penetapan diagnosis
kasus diabetes, yang menjadi
berdasarkan setiap kriteria sesuai
penyebabnya adalah kekurangan
tabel berikut:

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus


A1C S 6.5%. Tes A1C harus dilakukan pada laboratorium yang menggunakan
metode NGSP yang tersertifikasi atau DCCT assay yang terstandar

Atau
Glukosa plasma puasa S 126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa adalah tidak ada
asupan kalori selama 8 jam
Atau
2 jam glukosa plasma S 200 mg/dL (11.1 mmol/L) dalam proses Tes
Toleransi Oral Glukosa. Tes harus dilakukan sesuai standar WHO, yaitu
menggunakan 75 g glukosa tidak terhidrasi yang dilarutkan dalam air
Atau
Individu dengan gejala klasik hiperglikemia (poliuri, polifagi dan penurunan
berat badan tanpa diketahui penyebabnya) atau krisis hiperglikemia,
glukosa plasma sewaktu S 200 mg/dL (11.1 mmol/L)

Bila hasil tidak sesuai dengan


mencapai dan mengkontrol kadar
keadaan hiperglikemia maka harus
gula darah optimal dan mencegah
dilakukan konfirmasi dengan
atau memperlampat komplikasi
mengulangi tes untuk kriteria ketiga
akibat DM tipe 2.2 Dalam konsensus
teratas.
Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia
Tujuan Penatalaksanaan Diabetes
2011, penatalaksanaan dan
Melitus Tipe 2
pengelolaan DM dititik beratkan
Tujuan penatalaksanaan pada 4 pilar penatalaksanaan DM,
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah yaitu: edukasi, terapi gizi medis,
untuk latihan fisik dan intervensi
farmakologi.1
Manfaat Latihan Fisik pada
penyerapan glukosa ke dalam otot
Penderita DM Tipe 2
yang bekerja yang akan diimbangi
Beberapa bukti ilmiah telah oleh produksi glukosa hepatik.
menunjukkan bahwa latihan fisik (b)Penyerapan glukosa darah ke otot
dapat membantu mencegah dan rangka yang dirangsang oleh kerja
memperlampat onset penyakit DM insulin, terutama terjadi saat
tipe 2 dan mengkontrol kadar gula istirahat dan mekanisme ini
darah. terganggu pada DMT2. Sementara
Penelitian di Finlandia itu, kontraksi otot merangsang
(Finnish Diabetes penyerapan glukosa darah melalui
Prevention Study) mekanisme tambahan yang berbeda
menunjukkan bahwa kelompok dan tidak terganggu oleh resistensi
intervensi dengan latihan fisik insulin atau DMT2. Karena
minimal 30 menit setiap hari dengan keduanya merupakan dua jalur
intensitas sedang terjadi penurunan mekanisme yang berbeda, maka
39% terhadap risiko terjadinya penyerapan glukosa darah ke dalam
diabetes.3 Penelitian di Amerika otot yang bekerja tetap berjalan
Serikat (The US Diebetes Prevention normal bahkan ketika kerja insulin
Study) yang melibatkan 3234 subyek terganggu pada DMT2. Penyerapan
penelitian dengan intolerasi glukosa glukosa darah ke dalam otot juga
menunjukkan bahwa pada akhir tetap meningkat setelah latihan
penelitian kelompok dengan karena mekanisme penyerapan
intervensi latihan fisik untuk glukosa darah yang dipengaruhi oleh
menurunkan berat badan dan kontraksi otot tersebut terus
latihan fisik dengan intensitas berlangsung selama beberapa jam.
sedang 150 menit seminggu dapat (a)Meskipun latihan aerobik
mengurangi risiko terjadinya intensitas sedang dapat memperbaiki
diabetes 58% dibandingkan dengan kadar glukosa darah dan kerja
kelompok yang mendapatkan insulin dengan segera, risiko
intervensi obat metformin.4 terjadinya hipoglikemia akibat
latihan fisik adalah minimal bila
Efek Akut dan Kronis dari Aktivitas Fisik klien tidak menggunakan insulin
Efek segera atau akut dari ataupun obat golongan perangsang
latihan fisik pada DMT2 adalah sekresi insulin. Hiperglikemia sesaat
meningkatkan sensitivitas insulin, dapat terjadi setelah aktivitas fisik
memfasilitasi penyerapan glukosa intensitas tinggi. (b)Efek akut dari
dan membantu dalam mengontrol latihan kekuatan otot atau latihan
glukosa darah. Biasanya satu sesi beban pada DMT2 belum dilaporkan,
latihan fisik akan dapat memberikan tetapi telah terbukti dapat
efek penurunan kadar glukosa darah menurunkan kadar gula darah
hingga 72 jam pasca latihan. puasa sedikitnya 24 jam setelah
Berikut beberapa bukti klinis latihan pada individu dengan pra
terbaru yang direkomendasikan oleh diabetes. (c)Kombinasi latihan
ACSM mengenai efek akut dari aerobik dan latihan beban mungkin
latihan fisik pada DM tipe 2: 5 lebih efektif dalam meningkatkan
(a)Dengan semakin meningkatnya kontrol glukosa darah. Namun, studi
intensitas aktivitas fisik, tubuh akan lebih lanjut diperlukan untuk
lebih banyak menggunakan menentukan apakah total
karbohidrat sebagai bahan bakar pengeluaran kalori, durasi latihan,
kerja otot. Sehingga aktivitas fisik atau cara latihan fisik yang
akan menyebabkan peningkatan berpengaruh.5
Berikut beberapa bukti klinis
terbaru yang direkomendasikan oleh
ACSM mengenai efek kronis dari
latihan fisik pada DM tipe 2: 5 (a)
individu dengan DMT2 masih akan
Latihan aerobik dan beban keduanya
mengalami penurunan kadar
memperbaiki kerja insulin,
glukosa darah selama latihan
pengendalian glukosa darah, dan
aerobik karena tingkat insulin
oksidasi dan penimbunan lemak di
endogen (yang berasal dari dalam
otot. (b) Latihan beban akan
tubuh) kemungkinan masih akan
meningkatkan massa otot rangka. (c)
meningkat pada saat itu.5
Studi observasional menunjukkan
bahwa aktivitas fisik dan kebugaran Hipoglikemia: Penyebab dan Pencegahan
yang lebih besar berhubungan
dengan rendahnya angka kematian Pada individu dimana diabetes
akibat komplikasi. (d) Tingkat hanya dikendalikan dengan
aktivitas fisik yang pengaturan gaya hidup saja, risiko
direkomendasikan dapat membantu mengalami hipoglikemia (<80 mg/dL
penurunan berat badan. Namun atau 4,4 mmol/L) selama latihan
dibutuhkan latihan fisik hingga 60 sangatlah kecil. Pemantauan kadar
menit per hari untuk menurunkan glukosa darah dapat dilakukan
berat badan bila penurunan berat sebelum dan setelah melakukan
badan hanya mengandalkan latihan aktivitas fisik untuk menilai efek dari
fisik semata. (e)Individu dengan latihan. Aktivitas dengan durasi yang
DMT2 yang menjalani program lebih lama dan intensitas yang lebih
latihan yang diawasi oleh tenaga rendah umumnya akan
terlatih menunjukkan tingkat menyebabkan penurunan kadar
kepatuhan yang lebih tinggi serta glukosa darah tapi hipoglikemia
pengendalian kadar glukosa darah jarang terjadi.
yang lebih baik dibandingkan Pada individu yang
mereka yang melakukan latihan menggunakan insulin atau obat
olahraga tanpa pengawasan. perangsang produksi insulin, yang
(f)Peningkatan aktivitas fisik dan seringkali akan mengalami
kebugaran fisik dapat mengurangi peningkatan penyerapan glukosa
gejala depresi dan meningkatkan darah akibat latihan fisik dan
kualitas kesehatan penderita DMT2. insulin, aktivitas fisik dapat
mempersulit penanganan diabetes.
LATIHAN FISIK PADA PENDERITA Bila kadar glukosa darah pra-latihan
DM TIPE 2 DENGAN KADAR kurang dari
GLUKOSA DARAH NON-OPTIMAL 100 mg/dL (5.5mmol/L), maka
dianjurkan agar pasien yang
Hiperglikemia memakai insulin atau menggunakan
obat perangsang produksi insulin
Pasien dengan DMT2 dan
(misalnya sulfonilurea seperti
kadar glukosa darah yang meningkat
glyburide, glipizide, glimepiride serta
(> 300 mg/dL atau 16,7 mmol/L)
nateglinide dan repaglinide)
namun tanpa ketosis (keton dalam
mengkonsumsi 15 g karbohidrat
urin), dapat tetap menjalani program
sebelum melakukan aktivitas fisik
latihan, asalkan ia tidak merasakan
intensitas sedang. Jumlah
keluhan apapun. Jika tidak dapat
karbohidrat tergantung pada durasi
memastikan adanya ketosis, yang
dan intensitas latihan serta hasil
terbaik untuk dilakukan adalah
pemantauan kadar glukosa darah.
menunda latihan sampai kadar
Dokter kadang-kadang
glukosa darah terkendali. Hidrasi
menginstruksikan pasien untuk
yang adekuat sangat diperlukan.
mengurangi dosis obat / insulin
Jika hiperglikemia terjadi setelah
sebelum melakukan program latihan
makan,
intensitas berat dengan durasi > 1
jam.
Hipoglikemia yang terjadi
termasuk dalam latihan dengan
lambat (later-onset hypoglycemia)
intensitas sedang.
adalah sesuatu yang lebih
mengkhawatirkan akibat simpanan Durasi
karbohidrat (misalnya, glikogen otot
dan hati) habis digunakan selama Individu dengan DMT2 harus
latihan fisik yang baru saja melakukan latihan aerobik minimal
dilakukan. Pada pengguna insulin 150 menit per minggu dengan
atau pengguna obat perangsang intensitas sedang atau berat.
produksi insulin, latihan intensitas Aktivitas aerobik dapat dilakukan
tinggi (misalnya latihan beban yang dalam sesi pendek dengan durasi
berat atau latihan interval berulang) sedikitnya 10 menit per sesi dan sesi
terutama dapat mengakibatkan ini dapat dilakukan sepanjang
penurunan glikogen otot yang minggu. Latihan aerobik 150 menit
bermakna, sehingga meningkatkan per minggu dengan intensitas sedang
risiko terjadinya hipoglikemia pasca berhubungan dengan menurunnya
latihan. Oleh karena itu, konsumsi angka kesakitan dan angka
5-30 g karbohidrat dalam waktu 30 kematian dalam penelitian
menit setelah melakukan latihan observasional pada berbagai jenis
intensitas tinggi, akan menurunkan populasi. Beberapa manfaat bagi
risiko terjadinya hipoglikemia dan sistem kardiovaskular dan kadar
membantu pemulihan glikogen otot glukosa darah dapat dicapai dengan
yang lebih efisien.5 volume latihan yang lebih rendah
(namun dosis minimal belum pernah
Rekomendasi Latihan Aerobik pada ditetapkan), tapi dengan melakukan
DM Tipe 2 latihan dengan durasi melebihi
anjuran minimal, lebih banyak
Rekomendasi untuk latihan
manfaat akan diperoleh.
kardiovaskular pada DMT2
menggunakan prinsip FITT Tipe
(Frequency Intensity Time Type).5
Segala bentuk latihan aerobik
Frekuensi (termasuk jalan cepat) yang
menggunakan kelompok-kelompok
Latihan aerobik dilakukan
otot besar dan menyebabkan
sedikitnya 3 hari dalam seminggu
peningkatan denyut jantung yang
dengan jarak antar latihan tidak
terus-menerus akan bermanfaat dan
lebih dari 2 hari yang berturut-turut
dianjurkan agar melakukan berbagai
karena efek latihan yang bersifat
jenis aktivitas fisik.
sementara dalam memperbaiki kerja
Jadi, individu dengan DMT2 harus
insulin. Rekomendasi sekarang bagi
melakukan latihan aerobik
orang dewasa pada umumnya adalah
sedikitnya
5 sesi latihan intensitas sedang
150 menit per minggu dengan
dalam seminggu.
intensitas sedang hingga berat
selama minimal 3x seminggu dengan
Intensitas
jarak antar latihan tidak lebih dari 2
Latihan aerobik yang hari berturut-turut.
dilakukan sedikitnya intensitas
sedang, yaitu sekitar 64-76 % denyut LATIHAN KEKUATAN OTOT ATAU
jantung maksimal (HRmax). Bagi BEBAN PADA DM TIPE 2. 5
sebagian besar pasien DMT2, latihan
fisik seperti jalan cepat, bersepeda Frekuensi
dan renang, Latihan beban harus
dilakukan setidaknya dua kali
seminggu pada
hari yang tidak berturut-turut, tetapi
GABUNGAN LATIHAN AEROBIK
lebih idealnya tiga kali seminggu,
DAN BEBAN 5
sebagai bagian dari program
aktivitas fisik untuk individu dengan Penggabungan kedua latihan
DMT2, bersamaan dengan latihan olahraga aerobik dan resistensi
aerobik yang teratur. dianjurkan. Kombinasi latihan yang
dilakukan tiga kali seminggu pada
Intensitas individu dengan DMT2 akan
memberikan manfaat yang lebih
Untuk memperoleh manfaat
besar bagi pengendalian kadar
yang optimal dalam meningkatkan
glukosa darah dibandingkan dengan
kekuatan dan kerja insulin,
latihan aerobik atau resistensi saja.
intensitas latihan yang dilakukan
Namun, hingga saat ini,
sebaiknya intensitas sedang (50%
berbagai penelitian menunjukkan
dari 1 repetisi maksimal, atau 1-RM)
bahwa total durasi latihan dan
atau berat (75- 80% dari 1-RM).
pengeluaran kalori yang paling besar
Latihan sendiri di rumah tanpa
dapat dicapai dengan
didampingi tenaga profesional
mengkombinasikan latihan aerobik
mungkin kurang efektif untuk
dan latihan beban, terutama bila
mempertahankan kontrol glukosa
keduanya dilakukan pada hari yang
darah tapi cukup untuk menjaga
sama. Belum ada penelitian yang
massa dan kekuatan otot.
melaporkan bahwa latihan yang
Waktu dilakukan setiap hari tapi berselang-
seling akan lebih efektif, atau
Setiap sesi pelatihan mempelajari efek dari kombinasi
setidaknya harus mencakup 5-10 latihan isokalori pada glukosa darah.
latihan yang melibatkan kelompok- Selain itu, tidak ada bukti yang
kelompok otot utama (tubuh bagian nyata mengenai manfaat berbagai
atas, tubuh bagian bawah, dan core/ bentuk latihan yang lebih ringan,
inti) dan melibatkan 10-15 repetisi seperti yoga dan tai chi, dalam
per set di tahap awal pelatihan. mengontrol kadar glukosa darah.
Seiring waktu, berat beban dapat
semakin bertambah sehingga hanya Latihan Kelenturan 5,6

dapat diangkat sebanyak 8-10 kali.


Latihan kelenturan dapat
Untuk meningkatkan kekuatan otot
dimasukkan sebagai bagian dari
secara optimal, dianjurkan untuk
program latihan, namun bukan
melakukan setidaknya satu set
untuk menggantikan latihan yang
pengulangan hingga mendekati
lainnya. Kelompok individu usia
kelelahan, ataupun hingga 3-4 set.
lanjut juga disarankan untuk
melakukan latihan yang
Tipe
mempertahankan atau
Latihan kekuatan meningkatkan keseimbangan, yang
menggunakan esin dan beban mungkin akan mencakup beberapa
(misalnya dumbbells dan barbel) latihan kelenturan, dan hal ini
dapat memberikan manfaat atau penting terutama bagi individu
efek yang cukup setara dalam hal dengan DMT2 yang berusia lebih tua
peningkatan kekuatan dan massa dan lebih berisiko untuk jatuh.
otot yang ditargetkan. Beban yang Latihan kelenturan perlu untuk
lebih berat mungkin diperlukan dilakukan tapi bukan untuk
untuk optimalisasi kerja insulin dan menggantikan jenis latihan lain yang
pengendalian kadar glukosa darah. direkomendasikan.
Efek Obat pada Respons Latihan 5,6
PERTIMBANGAN KHUSUS :
Untuk mencegah terjadinya LATIHAN DENGAN KOMPLIKASI
hipoglikemia, individu dengan JANGKA PANJANG DARI
diabetes mungkin perlu mengurangi DIABETES
dosis obat-obat atau insulin yang 5,6

dikonsumsi sebelum (dan mungkin


setelah) latihan. Sangatlah penting Penyakit Pembuluh Darah
untuk selalu mewaspadai timbulnya
Untuk individu dengan
gejala dan tanda-tanda hipoglikemia
penyakit pembuluh darah perifer
ataupun peningkatan kadar glukosa
dengan ataupun tanpa klaudikasio
darah (pra, selama dan pasca
intermiten dan nyeri saat aktivitas
latihan). Pencatatan atau
fisik, berjalan santai hingga sedang,
dokumentasi terjadinya berbagai hal
arm-crank, dan bersepeda semuanya
tersebut merupakan informasi yang
untuk meningkatkan mobilitas,
penting dalam membantu tenaga
kapasitas fungsional, toleransi nyeri
kesehatan menyesuaikan dosis
saat latihan dan kualitas hidup.
pengobatan klien.
Latihan kekuatan ekstremitas bawah
Klien penderita diabetes
juga akan meningkatkan kinerja
seringkali diberikan berbagai obat
fungsional yang diukur dengan
untuk kondisi atau penyakit
kemampuan berjalan di treadmill,
penyerta, antara lain obat diuretik,
memanjat tangga dan berbagai
beta blocker, inhibitor
parameter kualitas hidup.
angiotensin-converting
enzyme (ACE), aspirin, obat penurun Neuropati Perifer
kadar lemak dan lain-lain. Obat-obat
ini umumnya tidak mempengaruhi Neuropati perifer
respon latihan, dengan beberapa mempengaruhi ekstremitas,
pengecualian: (a) Beta-blocker terutama tungkai bawah dan kaki.
diketahui akan menumpulkan Hiperglikemia menyebabkan
respon denyut jantung saat latihan keracunan saraf sehingga terjadi
dan menurunkan kapasitas latihan kerusakan saraf dan apoptosis, yang
maksimal melalui efek inotropik dan menyebabkan kerusakan pembuluh
kronotropik negatif. Mereka juga darah mikro dan hilangnya perfusi
dapat menghalangi timbulnya gejala (aliran darah). Gejala-gejalanya
adrenergik dari hipoglikemia, mucul sebagai rasa sakit dan/atau
sehingga meningkatkan risiko hilangnya sensasi, beserta aliran
hipoglikemia yang tidak terdeteksi darah yang buruk, meningkatnya
selama latihan. Namun, beta-blocker risiko mengalami cedera kaki, ulkus
dapat meningkatkan kapasitas dan infeksi.
latihan pasien dengan penyakit Latihan intensitas ringan
kardiovaskular, dengan mengurangi sampai sedang dapat membantu
iskemia koroner selama aktivitas. (b) mencegah timbulnya neuropati
Diuretik dapat menurunkan volume perifer. Klien tanpa ulkus akut pada
cairan dan darah secara kaki dapat melakukan latihan yang
keseluruhan yang mengakibatkan bersifat weight-bearing intensitas
dehidrasi dan ketidakseimbangan sedang, namun bila terdapat cedera,
elektrolit, terutama luka terbuka atau ulkus pada kaki,
selama melakukan latihan di tempat aktivitas fisik yang dilakukan harus
yang panas. (c) Dosis tinggi golongan dibatasi pada yang bersifat non-
statin berhubungan dengan weight-bearing.
terjadinya myalgia (nyeri otot),
terutama bila dikombinasikan Neuropati Otonom
dengan fibrat dan niasin.
Adanya neuropati otonom
dapat memperoleh beberapa
kardiovaskular/ cardiovascular
manfaat, seperti misalnya
autonomic neuropathy (CAN)
peningkatan kapasitas kerja.
meningkatkan risiko kematian dua
Walaupun aktivitas fisik telah
kali lipat dan juga meningkatkan
terbukti dapat mencegah
risiko terjadinya silent ischemia
berkembangnya degenerasi makula
miokard, hipotensi ortostatik, atau
akibat usia, penelitian pada
takikardi saat istirahat. CAN juga
kelompok individu dengan DMT2
akan menggangu toleransi latihan
masih sangat sedikit.
dan menurunkan denyut jantung
Individu dengan retinopati
maksimal.
proliferatif yang tidak terkendali
Latihan aerobik intensitas
harus menghindari aktivitas yang
sedang dapat meningkatkan fungsi
meningkatkan tekanan intraokular
otonom pada individu dengan
dan risiko perdarahan. Oleh karena
ataupun tanpa CAN; Namun,
itu, dianjurkan agar individu
perbaikan yang nyata mungkin
tersebut melakukan pengobatan
hanya akan terlihat setelah latihan
sebelum memulai program latihan
submaksimal akut. Pemeriksaan
intensitas tinggi.
pendahuluan adanya CAN harus
mencakup serangkaian tes otonom Nefropati dan Mikro albuminuria
(termasuk variabilitas denyut
jantung) yang akan mengevaluasi Baik latihan aerobik maupun
kedua cabang sistem saraf otonom. latihan kekuatan dapat
meningkatkan fungsi fisik dan
Retinopati kualitas hidup individu dengan
penyakit ginjal, walaupun
Pada individu diabetes dengan
peningkatan tekanan darah selama
retinopati proliferatif atau pra-
aktivitas fisik dapat menyebabkan
proliferatif atau degenerasi makula,
peningkatan sementara kadar mikro
konsultasi ke dokter mata
albumin dalam urin. Nefropati
dianjurkan sebelum memulai
diabetik terjadi pada sekitar 30%
program latihan intensitas tinggi.
dari individu dengan diabetes dan
Berbagai aktivitas yang sangat
merupakan faktor risiko utama
meningkatkan tekanan intraokular
kematian pada individu dengan
(di dalam rongga mata) tidak
diabetes. Mikro albuminuria
disarankan untuk dilakukan oleh
merupakan hal yang sering terjadi
penderita penyakit proliferatif yang
dan menjadi salah satu faktor risiko
tidak terkontrol, karena adanya
terjadinya nefropati yang nyata dan
peningkatan risiko terjadinya
kematian akibat masalah
perdarahan; seperti misalnya latihan
kardiovaskular. Pengendalian kadar
aerobik atau latihan beban intensitas
glukosa darah dan tekanan darah
tinggi (yang menyebabkan
yang ketat, beserta dengan olahraga
peningkatan tekanan darah sistolik
dan perubahan pola makan dapat
yang cukup besar), aktivitas yang
menghambat perburukan mikro
menundukkan kepala ke bawah, dan
albuminuria. Program latihan dapat
latihan melompat.
menghambat perburukan nefropati
Retinopati diabetik
diabetik pada manusia.
merupakan penyebab utama
Latihan kekuatan otot sangat
kebutaan di negara- negara
efektif dalam meningkatkan fungsi
berkembang dan berhubungan
otot dan aktivitas sehari-hari yang
dengan peningkatan angka kematian
biasanya sangat dipengaruhi oleh
kardiovaskular. Dengan melakukan
penyakit ginjal tahap lanjut.
latihan intensitas rendah sampai
Sebelum memulai latihan, individu
sedang, individu dengan retinopati
dengan nefropati yang nyata harus
mendapatkan persetujuan dokter,
KESIMPULAN
dan melakukan stress testing untuk
mendeteksi adanya penyakit jantung Latihan memainkan peranan
koroner dan respon denyut jantung penting dalam mencegah dan
serta tekanan darah yang abnormal. mengendalikan resistensi insulin,
Latihan harus dimulai pada pra diabetes, DMT2, dan berbagai
volume dan intensitas rendah karena komplikasi akibat diabetes. Baik
kapasitas aerobik dan fungsi otot latihan aerobik maupun latihan
berkurang secara nyata. Selain itu kekuatan otot akan memperbaiki
juga disarankan untuk menghindari kerja insulin secara akut, serta dapat
manuver Valsava atau latihan membantu pengendalian kadar gula
intensitas tinggi untuk mencegah dan lemak darah; tekanan darah;
kenaikan tekanan darah yang risiko penyakit kardiovaskular;
berlebihan. Latihan aerobik angka kematian; dan kualitas hidup.
intensitas sedang yang diawasi dan Akan tetapi latihan harus dilakukan
dilakukan selama sesi dialisis, sama secara teratur dan mencakup
efektifnya dengan latihan yang berbagai jenis latihan agar dapat
dilakukan di rumah, dan dapat memberikan manfaat jangka
meningkatkan kepatuhan pasien panjang. Kebanyakan orang dengan
dalam melakukan latihan. DM tipe 2 dapat melakukan latihan
Latihan fisik dapat dengan aman selama beberapa
meningkatkan fungsi tubuh dan tindakan pencegahan tertentu
kualitas hidup pada individu dengan dilakukan. Pemberian program
penyakit ginjal dan bahkan dapat latihan yang dapat meningkatkan
dilakukan selama sesi dialisis. aktivitas fisik secara keseluruhan
Adanya mikro albuminuria tidak sangatlah penting bagi individu
berarti perlu dilakukan pembatasan dengan DM tipe 2 untuk mencapai
latihan. kesehatan yang optimal.

Pertimbangan Khusus Lainnya DAFTAR PUSTAKA


Pemantauan glukosa darah 1. Perkumpulan Endokrinologi
sebelum dan setelah latihan adalah Indonesia. Konsensus pengelolaan
penting untuk dilakukan, terutama dan pencegahan diabetes melitus
ketika hendak memulai atau tipe 2 di Indonesia 2011. hlm.4-
mengubah program latihan. 10, 15-29.
Waktu pelaksanaan latihan 2. Standards of medical care in
bagi klien pengguna insulin atau Diabetes 2014. Diabetes Care
obat hipoglikemik tertentu haruslah Volume 37, Supplement 1, Januari
diperhatikan. Latihan tidak 2014.
dianjurkan untuk dilakukan selama 3. Lindstrom J, Peltonen M, Eriksson
masa kerja insulin berada di puncak JG, et al. Improved lifestyle and
karena dapat menyebabkan decreased diabetes risk over 13
terjadinya hipoglikemia. Latihan years : long-term follow-up ot the
sebelum tidur juga tidak dianjurkan randomised Finnish Diabetes
karena risiko adanya hipoglikemia Prevention Study (DPS).
pasca latihan yang tertunda. Namun, Diabetologia. 2013;56(2):284-293.
jika olahraga atau latihan pada larut 4. Knowler WC, Barrett-Connor E,
malam perlu dilakukan, mungkin Fowler SE, Hamman RF, Lachin
konsumsi karbohidrat perlu JM, Walker EA, Nathan DM.
ditingkatkan. Reduction in the incidence of type
Jangan menyuntikkan insulin 2 diabetes melitus with lifestyle
ke dalam anggota tubuh yang dilatih. intervention or metformin. New
England Journal of Medicine.
6. Jonas S, Phillips EM. ACSM’s
2002;346(6):393-403.
exersice is medicine. A clinician’s
5. Tan B, Chung-Sien Ng, Lim I.
guide to exercise prescription.
Exercise Prescription Guide.
Philadelphia: Lippincott Williams
Exercise is Medicine Singapore.
& Wilkins; 2008.
Changi General Hospital :
Marshall Cavendish Editions,
2015.

You might also like