You are on page 1of 18

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 42, NO. 3, DESEMBER 2015: 189 – 206

Model Penjelasan Intensi Cerai Perempuan Muslim


di Sulawesi Selatan
Asniar Khumas1
Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar

Johana E. Prawitasari2 Sofia Retnowati, Rahmat Hidayat


LPPM Universitas Kristen Krida Wacana, Fakultas Psikologi
(UKRIDA) Jakarta Universitas Gadjah Mada

Abstract. The study tested the explanatory model of intentions for divorce based on the theory
of social exchange, theory of planned behavior by Ajzen and model of dissolution by Amato
and Rogers. The 197 subjects participating in this study were wives who had filed for divorce
at the religious courts in several districts and cities in South Sulawesi. The measuring tools of
the study were divorce intention scale and marital relationship scale developed by the
researcher based on theoretical constructs of each tested factor. The theoretical model
developed was tested with analysis of Structural Equation Models (SEM). The results of the
study revealed that the intentions of divorce could be explained by the strong effects of
negative relationships such as domestic violence, infidelity and irresponsibility. It was also
found that there were weak barriers to divorce and post-divorce expectation of a better life
with new partner who could love them more. Indirect factor that contributed to divorce
intention was level of education. These findings confirmed the explanatory models of divorce
intention based on social exchange theory, planned behavior theory, and the suggested Amato
and Rogers’ divorce models.
Keywords: divorce, intentions, moslem, women

Abstrak. Penelitian ini menguji model eksplanatori intensi cerai berdasarkan teori pertukaran
sosial (social exchange theory), teori perilaku terencana dan model perceraian dari Amato dan
Rogers. Sebanyak 197 partisipan dalam penelitian ini adalah istri yang mengajukan gugatan
cerai di pengadilan agama (PA) di beberapa Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan. Alat
ukur penelitian terdiri dari skala intensi cerai dan hubungan perkawinan yang dikembangkan
oleh peneliti berdasarkan konstruk teoritis masing-masing faktor yang diuji. Model teoritis
yang dikembangkan diuji dengan analisis Structural Equation Model (SEM). Hasil analisis data
penelitian nenunjukkan bahwa intensi cerai dapat dijelaskan oleh kuatnya daya tarik
hubungan negatif dalam perkawinan, misalnya adanya kekerasan dalam rumah tangga,
ketidaksetiaan, dan ketiadaan tanggungjawab. Juga ditemukan bahwa ada hambatan bercerai
yang lemah dan keyakinan hidup lebih baik setelah bercerai yaitu ada harapan mendapatkan
pasangan baru yang mencintai mereka. Faktor tidak langsung yang turut berkontribusi pada
intensi cerai adalah tingkat pendidikan. Hasil temuan ini mengukuhkan model penjelasan
intensi cerai berdasarkan teori pertukaran sosial, teori perilaku terencana dan model
perceraian Amato dan Rogers yang diajukan.
Kata kunci: perceraian, intensi, perempuan, muslim

1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dilakukan melalui: asniarkhumas@unm.ac.id


2 Atau melalui: jeprawitasari@ukrida.ac.id

JURNAL PSIKOLOGI 189


KHUMAS, DKK

Angka perceraian dari tahun ke tahun dengan anak-anak dari keluarga yang
menunjukkan kecenderungan meningkat. mempunyai orang tua lengkap.
Kementerian Agama Republik Indonesia Perceraian merupakan peristiwa yang
melaporkan bahwa pada tahun 2009 terca- sangat menekan. Selain membawa dam-
tat sebanyak 250.000 kasus perceraian pak buruk pada anak, perceraian berdam-
terjadi di Indonesia. Angka ini setara pak besar pada kelangsungan hidup
dengan 10% dari 2,5 juta jumlah suami istri yang mengalaminya. Pasangan
pernikahan di tahun 2009. Jumlah per- yang bercerai cukup banyak yang
ceraian pada tahun 2009 naik 50 ribu kasus mengunjungi klinik psikiatri dan rumah
dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 sakit daripada pasangan dari keluarga
ribu kasus perceraian. Fakta lain dari utuh. Pasangan bercerai lebih banyak yang
kasus perceraian yang tercatat menun- mengalami kecemasan, depresi, perasaan
jukkan adanya pergeseran bentuk perce- marah, perasaan tidak kompeten, peno-
raian. Sekitar 70 persen perceraian yang lakan, dan kesepian (Gahler, 2006).
terjadi di Pengadilan Agama (PA) adalah
Berdasarkan studi empiris, berakhir-
cerai gugat atau perceraian yang diajukan
nya perkawinan juga membawa beberapa
oleh istri (www.esqmaqazine.com).
dampak sosial, misalnya: mempersempit
Peningkatan angka perceraian dari jaringan sosial yang berdampak pada
tahun ke tahun menimbulkan konsekuensi kurangnya dukungan sosial, menyebab-
yang serius dalam keluarga. Konflik sela- kan pengalaman hidup negatif dan
ma proses perceraian dan perpisahan penderitaan psikologis, serta menyebab-
orang tua membawa dampak negatif pada kan kesulitan ekonomi bagi perempuan
kesejahteraan fisik dan psikologis seluruh (Johnson & Wu, 2002; Lorenz et al., 1997;
anggota keluarga. Cukup banyak hasil Holden & Smock, 1991; Kelly, 1989; Kitson
penelitian menunjukkan bahwa perceraian & Morgan, 1990; Raschke, 1987; Simons,
membawa efek negatif pada semua ang- Johnson, & Lorenz, 1996). Penelitian kua-
gota keluarga, terutama anak. Hasil meta- litatif Salinah (2004) terhadap 10 perem-
analisis Amato (2001) terhadap 67 hasil puan yang mengajukan gugatan cerai di
studi yang telah dipublikasikan pada PA Banjarmasin menunjukkan bahwa
dekade 1990-an menunjukkan bahwa dengan cerai gugat, pihak perempuan
anak-anak dari keluarga bercerai memiliki (istri) makin berada dalam posisi yang
prestasi akademik, perilaku, penyesuaian dirugikan. Hal ini disebabkan oleh bentuk
psikologis, konsep diri dan relasi sosial perceraian adalah khuluk, yaitu perceraian
yang lebih rendah dibanding anak-anak terjadi dengan pembayaran tebusan
dari keluarga utuh. Penelitian Dong, et al. (iwadh) dari istri dan tidak ada biaya
(2003) di Cina menunjukkan bahwa hidup (nafkah iddah) serta membayar
kemampuan penyesuaian diri anak-anak semua biaya perceraian.
korban cerai lebih rendah dibanding anak-
Faktor-faktor apa yang menyebabkan
anak dari keluarga utuh. Anak-anak dari
perceraian? Pertanyaan ini dapat dijawab
keluarga bercerai menunjukkan tingkat
berdasarkan hasil penelitian empiris di
kecemasan yang lebih tinggi serta mereka
berbagai Negara. Sebagai contoh, peneli-
mengalami masalah perilaku (misalnya:
tian survei Amato dan Previti (2003)
perilaku kenakalan dan agresivitas, serta
terhadap 208 partisipan (laki-laki dan
gangguan perhatian) bila dibandingkan

190 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

perempuan) yang baru saja bercerai di keduanya merupakan faktor penyebab


Amerika Serikat menghasilkan 18 kategori penting perceraian yang dilaporkan oleh
sebab perceraian. Delapan belas kategori partisipan penelitian. Khusus untuk sebab
tersebut adalah sebagai berikut: (1) perse- cerai gugat di Sulawesi Selatan, berda-
lingkuhan/ketidaksetiaan, (2) ketidakco- sarkan telaah terhadap 104 kasus gugat
cokan, (3) mengkonsumsi Narkoba atau cerai istri di PA Makassar pada bulan
Alkohol, (4) percekcokan, (5) masalah Maret 2011 diketahui bahwa faktor utama
kepribadian (6) masalah komunikasi, (7) yang menyebabkan istri berniat cerai
kekerasan fisik atau psikis, (8) kehilangan adalah: kekerasaan fisik dan psikis, perse-
perasaan cinta, (9) kurang bertanggung lingkuhan atau poligami yang dilakukan
jawab terhadap keluarga (10) masalah suami, kurangnya tanggungjawab suami
pekerjaan (11) tidak tahu sebab perceraian dalam memberi nafkah pada istri dan
(12) perkawinan tidak bahagia (13) masa- anak serta komunikasi yang buruk bahkan
lah keuangan (14) sakit fisik atau mental terputus dalam perkawinan.
(15) pertumbuhan pribadi (16) campur Bagaimana keputusan untuk menga-
tangan keluarga (17) ketidakmatangan dan jukan cerai gugat diambil oleh perempuan
(18) sebab-sebab lain. Dari 18 kategori muslim di Indonesia, khususnya di
tersebut, perempuan melaporkan perse- Sulawesi Selatan? Tingginya angka cerai
lingkuhan, kekerasan fisik dan psikis serta gugat (gugatan untuk bercerai dari istri)
konsumsi alkohol atau obat-obatan seba- dibanding cerai talak (gugatan untuk
gai penyebab perceraian yang paling bercerai dari suami) mengisyaratkan bah-
dominan. wa terjadi persoalan mendasar dalam
Penelitian yang dilakukan Chang hubungan perkawinan. Perkawinan yang
(2003) bahwa wanita imigran Korea yang diharapkan dapat membentuk keluarga
bercerai disebabkan oleh kekerasan/peri- tenteram, penuh cinta dan kasih sayang
laku negatif dari suami dan kesulitan tidak berjalan sebagaimana yang diharap-
keuangan dalam rumah tangga. Perempu- kan oleh pihak istri.
an non-Korea melaporkan alasan abstrak Pada dasarnya, pembahasan menge-
dan afeksi. Pola alasan bercerai yang nai ikatan perkawinan yang berakhir
diungkapkan perempuan dalam penelitian dengan perceraian tidak dapat dilepaskan
ini berhubungan dengan kesulitan hidup dari upaya untuk memahami bagaimana
yang dialami perempuan pasca bercerai. hubungan suami istri dalam ikatan ter-
Aghajanian dan Moghadas (1998) sebut berkembang dan memengaruhi
melakukan telaah sebab perceraian di Iran perilaku masing-masing pasangan (Reis,
dalam tiga dekade terakhir melaporkan Collins, & Berscheid, 2000). Apakah relasi
bahwa perempuan Iran yang bercerai yang terbentuk dirasakan seimbang?
mengalami kesulitan keuangan dan Apakah hubungan suami istri bergerak
mengalami persoalan psikologis dalam dari tahap permukaan menuju tahap yang
perjalanan perkawinan. Penelitian Zargar lebih dalam sehingga meningkatkan keba-
dan Doost (2008) di Falavarjan, Iran, hagiaan dan komitmen masing-masing
menemukan persoalan komunikasi dalam pribadi, atau sebaliknya, hubungan yang
rumah tangga, adiksi atau ketergantungan terbentuk cenderung timpang sehingga
terhadap alkohol atau obat-obatan, cam- membawa penderitaan yang menimbul-
pur tangan anggota keluarga/pihak ketiga kan keterasingan (alienasi) satu sama lain
dan gangguan mental salah satu atau yang bermuara pada perceraian?

JURNAL PSIKOLOGI 191


KHUMAS, DKK

Untuk menjawab pertanyaan yang baik setelah bercerai merupakan proses


diajukan, ada dua kondisi yang mencer- yang terjadi dalam keputusan cerai perem-
minkan perjalanan perkawinan pasangan puan menurut teori pertukaran sosial
suami istri. Pertama, perkawinan tetap (Anderson, 2001). Daya tarik alternatif
bertahan karena hal-hal menyenangkan mencakup menikah kembali dengan
yang menjadi dasar perkawinan yaitu pasangan yang berbeda, membentuk
yang bersifat fisik maupun psikis masih sebuah hubungan yang lebih informal
dirasakan. Kondisi ini menjadi daya tarik dengan pasangan lain, atau tetap sendiri
positif perkawinan menurut teori pertu- dan berkomitmen untuk tidak menikah
karan sosial (Andersen, 2001) atau dalam (dalam Knoester & Booth, 2000). Daya
teori perilaku terencana (Armitage & tarik alternatif sebagai salah satu alasan
Conner, 2005), hal-hal positif yang dirasa- bercerai perempuan merupakan faktor
kan akan membentuk sikap positif terha- kontrol terhadap perilaku sehingga sangat
dap perkawinan. berkaitan dengan keyakinan mudah atau
Kondisi kedua, perjalanan perkawin- tidaknya perceraian diwujudkan dalam
an berakhir pada perceraian karena pandangan teori perilaku terencana
hilangnya daya tarik positif perkawinan. (Krueger & Dickson, 1994).
Relasi yang terjalin dalam perkawinan Apabila merujuk pada pandangan
membawa penderitaan atau sikap negatif Levinger (dalam Previti & Amato, 2003;
terhadap perkawinan. Berikut ini adalah Amato & Marriot, 2007; Bodenmann et al.,
hasil-hasil penelitian yang menunjukkan 2006), ada faktor-faktor yang dapat meme-
bahwa relasi yang terjalin dalam perka- ngaruhi kemantapan hati seseorang dalam
winan menimbulkan beban atau pende- memutuskan perceraian. Faktor-faktor ter-
ritaan terhadap istri, antara lain pihak istri sebut dapat menjadi penghalang (barrier)
mengalami kekerasan fisik, verbal, dan bagi niat cerai pasangan suami istri, dian-
seksual dalam rumah tangga (Asmarany, taranya: tanggung jawab terhadap anak
2008; Nadia, 1998; Wolcott & Hughes, dan keluarga besar, keyakinan terhadap
1999; Fadjaryana, 2004; Zakiyah, 2005; ajaran agama, kekhawatiran tidak mampu
Maryati, 2007; Amato & Previti, 2003; hidup dengan layak karena ketergan-
DeMaris, 2000; Rogge & Bradbury, 1999; tungan finansial atau kehilangan tempat
Shortt et al., 2006). Adanya situasi yang tinggal dan kekuatiran terhadap stigma
menunjukkan kurang tanggung jawab, sosial (dalam Previti & Amato, 2003).
misalnya istri dan anak tidak dinafkahi Selanjutnya, hasil telaah terhadap
(Wolcott & Hughes, 1999; Amato & alasan cerai dari kasus yang telah dipapar-
Previti, 2003), ada penghianatan suami kan dan hasil-hasil penelitian yang men-
yang berselingkuh (Hall & Fincham, 2006; dukungnya menunjukkan bahwa alasan
Wolcott & Hughes, 1999; Amato & Previti, perceraian yang diajukan istri merupakan
2003; Fan & Lui, 2004), atau suami persoalan-persoalan yang muncul dalam
melakukan poligami (Fadjaryana, 2004; perkawinan. Alasan tersebut merupakan
Zakiyah, 2005; Maryati, 2007). faktor yang berpengaruh langsung terha-
Selain daya tarik utama yaitu adanya dap perceraian atau disebut Amato dan
kondisi yang telah disebut sebelumnya, Rogers (1997) sebagai proximal causes.
ada daya tarik lain yang memengaruhi Alasan gugatan cerai tersebut berasal dari
perceraian, yaitu, daya tarik alternatif. pengalaman buruk yang dialami istri
Adanya alternatif kehidupan yang lebih selama perkawinan (White, 1990).

192 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

Faktor lain yang turut berpengaruh Peneliti-peneliti di negara barat meng-


terhadap terjadinya perceraian adalah gunakan istilah marital dissolution, divorce
faktor tidak langsung, disebut distal causes dan marital breakdown, secara bergantian
(Amato & Rogers, 1997), misalnya: perce- pada saat membahas tentang perceraian.
raian orangtua, usia saat menikah, tingkat Marital dissolution (terputusnya perni-
pendidikan, dan status pekerjaan. Faktor- kahan) merupakan istilah yang menunjuk
faktor tersebut dapat meningkatkan risiko pada dua kata atau pengertian, yaitu:
perceraian (White, 1990). Faktor langsung perceraian (divorce) dan perpisahan
dan tidak langsung yang menyebabkan (separate). Perceraian (divorce) dalam
perceraian didukung oleh penjelasan mo- kamus Psikologi terbitan American Psycho-
del perceraian Amato dan Rogers (1991). logical Association (2007), berarti terputus-
Fishbein dan Ajzen (1975) mengemu- nya ikatan perkawinan menurut hukum
kakan bahwa intensi seseorang dapat atau undang-undang; meninggalkan
berubah setiap waktu. Hal ini berarti bah- pasangan sehingga bebas untuk menikah
wa niat istri untuk bercerai bisa berubah lagi. Dengan demikian, dalam penelitian
karena terjadi faktor-faktor tertentu yang ini, pengertian intensi cerai adalah derajad
dapat mengubah intensinya. Teori/model kemantapan istri untuk mewujudkan
apa yang sesuai untuk menjelaskan intensi putusnya hubungan suami istri dengan
cerai istri yang sedang menggugat cerai di mengikuti semua prosedur hukum
pengadilan? Berdasarkan paparan sebe- (undang-undang) yang berlaku di
lumnya, intensi cerai istri dalam penelitian Indonesia.
ini dijelaskan dengan membangun sebuah Teori yang digunakan untuk menje-
model yang didasari oleh teori pertukaran laskan intensi cerai perempuan adalah
sosial, teori perilaku terencana dan model teori pertukaran sosial, teori perilaku
perceraian dari Amato dan Rogers. Model terencana dan model perceraian Amato
penjelasan yang menggabungkan ketiga dan Rogers. Teori pertukaran sosial menje-
teori/model tersebut dimaksudkan untuk laskan bahwa bentuk dan kualitas dari
mengeliminasi kelemahan dari masing- interaksi sosial seseorang didasarkan pada
masing teori/model sehingga dapat saling tingkatan kepuasan individu terhadap
melengkapi satu sama lain. Horn (dalam hubungan yang terjalin. Tingkatan ke-
Ajzen, 1988) menjelaskan bahwa intensi puasan seseorang terhadap hubungan
adalah istilah yang terkait dengan tindak- perkawinan merupakan hasil dari evaluasi
an dan merupakan unsur yang penting individu terhadap imbalan dan beban
dalam sejumlah tindakan. Intensi menun- yang dirasakan dari hubungan tersebut.
juk pada keadaan pikiran seseorang yang Berdasarkan pandangan Levinger (dalam
diarahkan untuk melakukan suatu tin- Wagner & Weiss, 2004; Bodenmann et al.,
dakan, yang senyatanya dapat atau tidak 2007), keputusan seseorang untuk berta-
dapat dilakukan, dan diarahkan pada han dalam perkawinan tergantung dari
tindakan sekarang atau tindakan yang daya tarik (attractor) terhadap perkawinan,
akan datang. Pada penelitian ini, penger- daya tarik alternatif, dan rintangan
tian intensi adalah derajad kemantapan (barrier) dalam bercerai (Previti & Amato,
seseorang untuk mewujudkan suatu 2003; Wagner & Weiss, 2004; Amato &
perilaku tertentu dengan upaya sungguh- Marriot, 2007; Bodenmann et al., 2007).
sungguh yang dilakukan. Ketiga faktor tersebut sama pentingnya
sehingga menjelaskan fenomena perce-

JURNAL PSIKOLOGI 193


KHUMAS, DKK

raian dengan menggunakan salah satu Tujuan penelitian ini adalah menguji
dari ketiga istilah tersebut tidak cukup. model eksplanatori intensi cerai berdasar-
Teori perilaku terencana (theory of kan teori pertukaran sosial, teori perilaku
planned behavior) dari Ajzen (Ajzen, 2005) terencana dan model perceraian dari
merupakan pengembangan dari teori peri- Amato dan Rogers untuk mengetahui
laku beralasan (theory of reasoned action). prediktor-prediktor intensi cerai, baik
Tiga faktor yang merupakan determinan yang berpengaruh secara langsung, mau-
konseptual intensi berperilaku menurut pun tidak langsung. Untuk itu diajukan
teori perilaku terencana (Ajzen, 2005): (a) hipotesis mayor dan minor.
sikap terhadap perilaku (attitude toward
behavior) merupakan tingkatan dimana Hipotesis Mayor
seseorang mempunyai penilaian setuju/ Intensi cerai dipengaruhi oleh daya
bersikap positif atau tidak setuju/bersikap tarik negatif hubungan perkawinan, keya-
negatif terhadap perilaku tertentu; (b) kinan hidup lebih baik pasca bercerai dan
norma partisipantif (subjective norm) meru- hambatan bercerai serta faktor tidak
pakan tekanan sosial yang dirasakan langsung yaitu usia saat menikah, tingkat
untuk mewujudkan perilaku atau tidak; pendidikan, status pekerjaan dan status
(c) kontrol perilaku yang dirasakan perkawinan orang tua.
(perceived behavioral control) merupakan
perasaan mudah atau sulit mewujudkan Hipotesis Minor
perilaku. Konsep ini dikenalkan dalam
Hipotesis Minor yang diajukan pada
teori perilaku terencana untuk mengako-
penelitian ini sebagai berikut; (1) Daya
modasi aspek/elemen non-volisional.
tarik negatif hubungan perkawinan (tidak
Model perceraian dari Amato dan setia, kekerasan dalam rumah tangga dan
Rogers (1997) menunjukkan bahwa selain tidak bertanggungjawab) berpengaruh
faktor langsung yang memengaruhi terhadap Intensi cerai perempuan, (2)
intensi cerai, terdapat juga faktor tidak Hambatan bercerai berpengaruh terhadap
langsung. Persoalan-persoalan yang mun- intensi cerai perempuan, (3) Keyakinan
cul dalam perkawinan atau disebut hidup lebih baik setelah bercerai berpe-
proximal causes, merupakan faktor yang ngaruh terhadap intensi cerai perempuan,
berpengaruh langsung terhadap perce- (4) Usia saat menikah berpengaruh terha-
raian. Faktor lain yang turut berpengaruh dap intensi cerai perempuan, (5) Tingkat
terhadap perceraian, misalnya: perceraian pendidikan berpengaruh terhadap intensi
orangtua, usia saat menikah, tingkat cerai perempuan, dan (6) Status Pekerjaan
pendidikan, pekerjaan, kepribadian, dan berpengaruh terhadap intensi cerai
ketaatan pada perintah agama menurut perempuan.
Amato dan Rogers (1997) merupakan
faktor tidak langsung (distal causes) yang Metode
dapat meningkatkan risiko perceraian
(White, 1990). Partisipan Penelitian

Gambar 1 adalah model eksplanatori Sebanyak 197 orang istri yang sedang
intensi cerai yang dikembangkan menurut menggugat cerai terlibat sebagai partisi-
teori pertukaran sosial, teori perilaku pan penelitian. Pengambilan sampel
terencana dan model perceraian dari dalam penelitian ini menggunakan
Amato dan Rogers. purposive sampling.

194 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

Model Perceraian Teori Perilaku


Amato & Rogers Teori Pertukaran Sosial Terencana

Sebab Langsung (proximal causes)


Variabel
demografi
dan Rangkaian
Intensi
kehidupan Hambatan
Cerai
Daya tarik Positif: perceraian:
- Cinta - Eksternal
- Komunikasi - Internal
Usia saat menikah,
- Materi
tingkat pendidikan,
status pekerjaan Daya tarik
status perkawinan Hubungan
Perkawinan
orangtua
Daya tarik Negatif:
- Tidak setia Daya Tarik
- KDRT Alternatif/yakin:
Sebab tidak - Tidak bertanggung - mendapat
jawab pasangan baru
langsung (Distal
- hdp lebih baik
Causes)
meski tdk nikah

Gambar 1. Model eksplanatori intensi cerai perempuan Indonesia

Pengumpulan data penelitian dilaku- intensi cerai yang tinggi menunjukkan


kan dengan menggunakan skala psiko- kemantapan istri untuk mewujudkan
logis dan kuesioner. Skala yang digunakan perceraian. Sebaliknya, apabila skor inten-
dalam penelitian terdiri dari skala intensi si cerai rendah, diartikan bahwa keman-
cerai dan skala hubungan perkawinan tapan hati istri untuk bercerai rendah.
yang mengukur faktor-faktor sebagai Daya tarik hubungan positif. Daya tarik
berikut: daya tarik perkawinan, meliputi hubungan positif merupakan hal yang
dimensi daya tarik hubungan positif dan menyenangkan yang dirasakan dalam hu-
negatif, keyakinan hidup lebih baik setelah bungan perkawinan. Daya tarik hubungan
bercerai dan hambatan bercerai. Masing- positif yang diukur dalam penelitian ini
masing skala akan mengungkap konstrak adalah: (a) Faktor materi, yaitu terpenu-
teoritis dari masing-masing faktor yang hinya kebutuhan sehari-hari seluruh
diukur dengan mengacu pada pandangan anggota keluarga. Indikator faktor ini
tokoh-tokoh yang banyak meneliti faktor- meliputi pemenuhan kebutuhan pokok
faktor yang akan diungkap. dan sekunder diukur dengan tiga aitem
dalam skala yang disusun peneliti, (b)
Definisi Operasional Variabel Penelitian Faktor cinta, yaitu ada perasaan kuat dan
Intensi cerai. Intensi cerai adalah dera- kasih sayang dalam bentuk: komitmen,
jad kemantapan istri untuk mengakhiri intimacy (perasaan dekat) atau keinginan
ikatan hukum perkawinan sesuai aturan membahagiakan, senang bila bersama,
Undang-Undang Perkawinan yang berla- saling mendukung secara emosional, dan
ku di Indonesia. Intensi cerai istri diukur menghargai atau perasaan akrab/bersaha-
dengan skala yang terdiri dari sembilan bat (companiate) dan passion (dorongan
aitem yang disusun oleh peneliti. Skor untuk romantis dan ada unsur dorongan

JURNAL PSIKOLOGI 195


KHUMAS, DKK

untuk berhubungan seksual). Faktor ini persoalan ekonomi dan kebimbangan


terdiri dari sembilan aitem dalam skala karena keyakinan atau ajaran agama yang
yang disusun peneliti, dan (c) Faktor tidak menganjurkan perceraian. Ham-
komunikasi merupakan proses penyam- batan bercerai diukur dengan tiga aitem
paian pikiran, ide, atau pesan antar suami dalam skala yang disusun oleh peneliti.
istri. Faktor ini terdiri dari tujuh aitem Apabila skor hambatan bercerai tergolong
dalam skala yang disusun oleh peneliti. tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa
Daya tarik hubungan negatif. Daya tarik istri akan mempertahankan perkawinan.
hubungan negatif merupakan hal-hal yang Sebaliknya, apabila skor hambatan berce-
tidak menyenangkan dalam hubungan rai rendah, maka istri cenderung memu-
perkawinan. Ada tiga faktor yang akan tuskan hubungan perkawinan.
diukur dalam penelitian ini, yaitu: (a) Usia saat menikah. Usia saat menikah, me-
Faktor kekerasan terhadap istri, merupa- rupakan usia istri saat menikah pertama
kan perilaku suami yang menimbulkan kali. Usia saat menikah akan diungkap
penderitaan fisik dan psikis pada istri. dengan daftar isian berdasarkan penge-
Faktor ini diukur dengan tujuh aitem lompokan usia sebagai berikut: (a)
dalam skala yang disusun oleh peneliti. (b) menikah sebelum usia 18 tahun (b)
Faktor ketidaksetiaan merupakan hubung- menikah pada usia 18 - 25 tahun (c)
an seksual, romantis atau keterlibatan menikah pada usia 26 - 30 tahun (d)
emosi suami dengan perempuan lain, baik menikah pada usia 31 - 35 tahun (e)
secara formal dengan menikah lagi, atau menikah pada usia 36 - 40 tahun.
tidak sehingga menghancurkan keperca- Tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
yaan istri. Faktor ini diukur dengan empat merupakan jenjang pendidikan formal
aitem dalam skala, dan (c) Faktor mela- yang pernah diikuti. Tingkat pendidikan
laikan tanggungjawab adalah perilaku diungkap dengan daftar isian yang meli-
yang mengabaikan kepentingan pasangan puti: (a) tidak pernah sekolah, (b) SD, (c)
dan anggota keluarga lainnya. Faktor ini SMP (d) SMA, dan (e) Perguruan Tinggi,
diukur dengan skala dengan jumlah enam meliputi: D1 – D2 – D3 – D4 – S1 – S2 – S3.
aitem.
Status pekerjaan. Status pekerjaan, meru-
Keyakinan hidup. Keyakinan hidup lebih pakan aktivitas bekerja yang dilakukan
baik setelah bercerai merupakan tingkat istri di dalam maupun di luar rumah.
kepastian akan menjalani hidup lebih baik Status pekerjaan akan diungkap melalui
setelah bercerai. Akan diukur dengan daftar isian dengan pengelompokan tidak
empat aitem dalam skala. Apabila skor bekerja dan bekerja penuh waktu –
keyakinan hidup lebih baik setelah berce- dengan jenis pekerjaan meliputi: Bekerja
rai cenderung tinggi maka dapat disim- di wilayah domestik, misalnya Pekerja
pulkan bahwa istri akan memutuskan Rumah Tangga–Pegawai Negeri Sipil–
hubungan perkawinan. Sebaliknya, apabi- Pekerja Swasta-Wiraswasta/usaha mandiri
la skor keyakinan hidup lebih baik setelah Profesional, misalnya pengacara, dokter,
bercerai tergolong rendah, maka istri cen- akuntan publik, dan psikolog.
derung akan bertahan dalam hubungan
Status perkawinan. Status perkawinan
perkawinan.
orang tua merupakan sejarah perkawinan
Hambatan bercerai. Hambatan bercerai orang tua pada masa lalu hingga saat ini.
merupakan faktor-faktor yang mencegah Status perkawinan orang tua diungkap
berakhirnya perkawinan, yang meliputi: melalui daftar isian dengan penge-

196 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

lompokan: (a) Perkawinan orang tua ber- kur satu faktor atau pengelompokan aitem
tahan sejak dulu hingga saat ini, (b) Orang tersebut menjadi bagian dari faktor lain
tua bercerai dan salah satunya menikah pada alat ukur yang disusun. Batasan nilai
lagi, dan (c) Ayah dan Ibu bercerai dan muatan faktor (loading factor) minimal
masing-masing menikah lagi. pada analisis faktor eksploratori adalah 0,5
(Hair, 2006).
Proses Konstruksi Alat Ukur Setelah melakukan analisis faktor
Pada tahap pertama, proses validasi eksploratori, dilakukan analisis faktor
alat ukur menggunakan uji validitas isi konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori
dengan pendekatan rasio validitas isi bertujuan untuk menguji variabel terob-
(Content Validity Ratio atau CVR). Uji CVR servasi dalam model persamaan struk-
(Cohen, 2005) melibatkan beberapa ahli tural. Analisis ini bertujuan untuk
dalam bidang psikologi klinis, psikologi melakukan verifikasi secara empiris atau
sosial, psikologi umum dan eksperimen, melakukan konfirmasi terhadap struktur
psikologi ekonomi, dan psikologi perkem- faktor yang ada (Gudono, 2011).
bangan. Jumlah aitem pada skala intensi Penelitian ini menguji peran usia saat
cerai setelah uji CVR adalah sembilan menikah, tingkat pendidikan, status
aitem. Jumlah aitem pada skala hubungan pekerjaan dan status perkawinan orangtua
perkawinan setelah uji CVR sebanyak 43 terhadap intensi cerai istri. Faktor-faktor
aitem. Alat ukur psikologis yang diguna- tersebut diungkap melalui kuesioner.
kan harus memenuhi persyaratan validitas Kuesioner penelitian mengungkap identi-
dan reliabilitas. Langkah yang dilakukan tas dan informasi-informasi lain untuk
setelah data uji coba terbatas diperoleh menjelaskan latar belakang partisipan
adalah melakukan pengujian konsistensi penelitian yang meliputi: usia saat meni-
aitem atau dikenal sebagai indeks daya kah, tingkat pendidikan, pekerjaan, status
beda aitem dan pengujian reliabilitas. perkawinan orang tua, memiliki anak atau
Pengujian reliabilitas akan dapat membe- tidak dan jumlah anak yang dimiliki dan
rikan hasil yang relatif sama bila dilaku- agama yang dianut.
kan pengukuran kembali terhadap partisi-
pan yang sama (Azwar, 1997).
Hasil
Selanjutnya, dilakukan pengujian vali-
ditas konstrak. Validitas konstrak menun- Model alternatif intensi cerai yang fit
juk pada sejauh mana suatu alat ukur menunjukkan bahwa intensi cerai dapat
mengungkap konstrak teoritik yang dijelaskan oleh daya tarik negatif hu-
menjadi dasar penyusunan skala (Azwar, bungan perkawinan (suami melakukan
1997). Untuk membantu mengidentifikasi kekerasan, tidak setia dan tidak bertang-
konstrak yang sifatnya tidak bisa diukur gungjawab) hambatan bercerai dan keya-
secara langsung (unobservable) digunakan kinan hidup lebih baik setelah bercerai.
analisis faktor (Gudono, 2011). Ada dua Faktor tidak langsung yang turut berkon-
jenis analisis faktor yang ditempuh yaitu: tribusi pada intensi cerai adalah tingkat
analisis faktor eksploratori dan analisis pendidikan. Model penjelasan intensi cerai
faktor konfirmatori. yang memiliki nilai goodness of fit meme-
Analisis faktor eksploratori bertujuan nuhi kriteria pada Gambar 2.
untuk mengidentifikasi aitem yang digu- Selanjutnya, untuk menjawab hipote-
nakan, apakah suatu aitem dapat mengu- sis minor penelitian yang diajukan, maka

JURNAL PSIKOLOGI 197


KHUMAS, DKK

hasil estimasi bobot regresi model terdapat Hipotesis Minor 2: Berdasarkan model
pada Tabel 1. yang fit, hambatan bercerai (faktor keya-
Berdasarkan estimasi pengaruh dari kinan menurut ajaran Islam bahwa berce-
masing-masing variabel dalam model rai menjauhkan diri dari surga) dapat
diperoleh hasil sebagai berikut: menjelaskan intensi cerai dan berpengaruh
sangat siginifikan (nilai estimasi -0,248;
Hipotesis Minor 1: Berdasarkan model
p<0,001). Nilai negatif pada hasil estimasi
yang fit, daya tarik negatif perka-
pengaruh hambatan bercerai menunjuk-
winan dapat menjelaskan intensi cerai
kan bahwa semakin rendah hambatan
dan pengaruhnya signifikan (nilai
bercerai, semakin kuat intensi cerai
estimasi 0,424; p=0,049, p<0,05).
perempuan.

1
e1 TS1 Chi-squares=91.181
1 df=71
Prob=.054
GFI=.941 1
e35
IC5
1 AGFI=.913
e3 TS2 TS
RMSEA=.038
1 TLI=.947 IC6
1
e36

Z1 1
1 1 IC7 e37
e43
e5 Ttjwb1 1
TTJW 1 1
DTHN IC8
e38
1
1
IC
1 Z2 1
e8 Ttjwb3 Edu e40

KDRT
1
e9 KDRT1

1
1 YAKIN
Z3
1
e11 KDRT3 1

yakin2 yakin3 Ham1

1 1 1

e27 e28 e29

Gambar 2. Model Intensi Cerai Modifikasi yang fit

Tabel 1
Estimasi Bobot Regresi Hasil Analisis Model Intensi Cerai Modifikasi
Estimasi Bobot Estimasi Bobot Standar Kesalahan Nilai
Variabel p
Regresi Regresi Terstandar Pengukuran Kritis
IC ← DTHN 0,424 0,306 0,215 1,971 0,049
IC ← YAKIN 0,824 0,347 0,408 2,019 0,043
IC ← HAM1 -0,248 -0,280 0,070 2,164 ***
IC ← Edu -0,112 -0,170 0,052 -3.555 0,030

198 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

Hipotesis Minor 3: Berdasarkan model yang diduga dapat menghambat perce-


yang fit, keyakinan hidup lebih baik raian ternyata tidak berlaku demikian.
setelah bercerai (menemukan pasa- Ajaran agama Islam yang menyatakan
ngan baru yang lebih baik) dapat bahwa perceraian akan menjauhkan diri
menjelaskan intensi cerai dan penga- dari surga tidak menjadi penghambat
ruhnya signifikan (nilai estimasi 0,824; untuk bercerai, sehingga intensi cerai istri
p=0,043, p<0,05). tetap tinggi. Faktor tidak langsung yang
Hipotesis Minor 4: Berdasarkan model turut berkontibusi terhadap intensi cerai
yang fit, usia saat menikah tidak dapat berdasarkan model yang fit adalah faktor
menjelaskan pengaruhnya terhadap pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendi-
intensi cerai. dikan seorang istri, intensi cerainya akan
semakin rendah.
Hipotesis Minor 5: Berdasarkan model
yang fit, tingkat pendidikan dapat Model intensi cerai yang ditemukan
menjelaskan intensi cerai dan berpe- mengukuhkan model penjelasan intensi
ngaruh signifikan (nilai estimasi cerai berdasarkan teori pertukaran sosial
-0,112; p=0,030, p<0,05). Nilai negatif (Ksopowa, 1998; Wolcott & Hughes, 1999;
pada hasil estimasi pengaruh pendi- Andersen, 2001; South et al., 2001;
dikan pada intensi cerai menunjukkan Sweeney, 2002; Wagner & Weiss, 2002;
bahwa semakin tinggi tingkat pendi- Wagner & Weiss, 2004; Cooke, 2006; Fu,
dikan maka intensi cerai semakin 2006; Previti & Amato, 2003; Knoester &
rendah. Booth, 2000; Bodenmann et al., 2006;
Bulanda & Brown, 2006; Clarkwest, 2007;
Hipotesis Minor 6: Berdasarkan model
Bachman & Guerrero 2006), teori perilaku
yang fit, status pekerjaan tidak dapat
terencana (Ajzen, 1988; Horn (dalam
menjelaskan pengaruhnya terhadap
Honderick, 1995) dan model perceraian
intensi cerai.
Amato dan Rogers (1997) yang diajukan.
Hipotesis Minor 7: Berdasarkan model Ketiga teori tersebut saling melengkapi
yang fit, status perkawinan orangtua dalam menjelaskan intensi cerai yang
tidak dapat menjelaskan intensi cerai dirasakan perempuan.
perempuan.
Dinamika psikologis model penjelas-
an intensi cerai ini dapat dijelaskan seba-
Diskusi gai berikut. Perceraian dengan segenap
implikasinya pada semua aspek kehidup-
Berdasarkan hasil analisis data peneli- an (pengasuhan, ekonomi, sosial, legal dan
tian terhadap 197 partisipan penelitian, patologi) merupakan keputusan berat bagi
ditemukan bahwa model penjelasan seorang perempuan. Kemantapan perem-
intensi cerai perempuan dipengaruhi oleh puan untuk bercerai diakibatkan oleh
daya tarik negatif hubungan perkawinan, hilangnya daya tarik positif dalam hu-
yaitu apabila isteri mengalami kekerasan bungan perkawinan. Hal tersebut didu-
dalam rumah tangga dan menghadapi kung oleh kenyataan bahwa mayoritas
kenyataan bahwa suami tidak setia, serta partisipan memiliki rasa cinta yang tergo-
suami tidak bertanggungjawab,. Intensi long rendah, komunikasi yang kurang
bercerai tersebut diiringi oleh keyakinan berjalan baik, dan kurang terpenuhi
kuat bahwa isteri akan mendapat pasang- kebutuhannya dalam hal materi. Intensi
an baru apabila bercerai. Faktor keyakinan untuk bercerai apakah itu kuat atau lemah
terhadap ajaran agama (khususnya Islam)

JURNAL PSIKOLOGI 199


KHUMAS, DKK

yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat retrospektif yang menemu-
dapat terjawab dalam penelitian ini. kan bahwa lemahnya tanggung jawab
Penelitian Stanley et al. (2002) dalam suami terhadap istri dan anak atau suami
survei nasional di Amerika Serikat, tidak menafkahi (Wolcott & Hughes, 1999;
menemukan bahwa potensi bercerai akan Amato & Previti, 2003) dan menghadapi
sangat kuat apabila koneksi positif, yaitu penghianatan suami yang berselingkuh
aspek komunikasi dan komitmen tidak (Hall & Fincham, 2006; Wolcott & Hughes,
mendukung atau dalam perkawinan 1999; Amato & Previti, 2003; Fan & Lui,
sangat rendah bahkan tidak dirasakan lagi 2004) atau melakukan poligami
oleh perempuan. Pandangan tersebut (Fadjaryana, 2004; Zakiyah, 2005; Maryati,
diperkuat oleh temuan Graaf dan Kalmijn 2007) merupakan sebab-sebab perceraian
(2006) di Belanda yang menemukan yang dominan diungkapkan perempuan.
bahwa kecenderungan motif perceraian Sebanyak 116 partisipan penelitian (58
yang dirasakan perempuan adalah motif partisipan pada taraf sedang dan 58
relasional dan psikologis (sering berselisih, partisipan pada taraf sering) melaporkan
tidak memberi perhatian pada istri dan mengalami kekerasan dari suami (Wolcott
tidak berkomunikasi lagi). & Hughes, 1999; Fadjaryana, 2004; Amato
& Previti, 2003; DeMaris, 2000; Rogge &
Salah satu kekuatan penelitian ini
Bradbury, 1999; Shortt et al., 2006) sebagai
adalah penyertaan faktor daya tarik positif
alasan yang menyebabkan intensi cerai
sebagai salah satu dimensi dari teori
mereka tergolong tinggi. Penelitian yang
pertukaran sosial untuk diuji. Pada
dilakukan Chang (2003) melaporkan bah-
penelitian-penelitian terdahulu, dimensi
wa wanita imigran Korea yang bercerai
daya tarik positif tidak pernah turut diuji
disebabkan oleh kekerasan/perilaku nega-
pengaruhnya terhadap dinamika sebab
tif dari suami dan kesulitan keuangan
perceraian yang terjadi (dalam English,
dalam rumah tangga.
1997).
Dengan demikian, perkawinan yang
English (1997) menyatakan bahwa
berjalan tidak bahagia menyebabkan
pada penelitian yang bersifat retrospektif,
intensi cerai istri menjadi sangat kuat.
partisipan cenderung atau hanya mela-
Hasil penelitian ini mendukung temuan
porkan daya tarik negatif atau beban (cost)
penelitian pada istri yang mengukur
karena perceraian telah lama terjadi.
perkawinan yang dijalaninya berjalan
Dengan demikian, titik fokus penelitian
tidak bahagia dapat memprediksi akan
yang meneliti perempuan yang sedang
berakhir dengan perceraian (Nock, 2001).
dalam proses perceraian menunjukkan
bahwa konsep intensi yang merupakan Keyakinan untuk hidup lebih baik
konsep teori perilaku terencana relevan setelah bercerai, khususnya memeroleh
dan teruji dalam penelitian ini. pasangan baru merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi kemantapan
Selanjutnya, daya tarik negatif sebagai
perempuan untuk bercerai. English (1997),
faktor yang cukup berpengaruh dalam
dalam penelitiannya menemukan bahwa
model intensi cerai ini dapat dijelaskan
perempuan lebih optimis terhadap masa
sebagai berikut: mayoritas partisipan
depan yang lebih baik dan akan menda-
penelitian merasakan suami kurang
patkan hubungan yang lebih memuaskan
bertanggung jawab dan merasa dikhianati
dari anggota keluarga lain atau teman-
oleh suami. Hal ini sejalan dengan
teman setelah bercerai.
temuan-temuan penelitian perceraian

200 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

Hasil penelitian ini juga mendukung pada kesejahteraan (well-being) suami istri
temuan South et al. (2001) yang bila dipertahankan. Pasangan yang mem-
melakukan penelitian dengan mengga- pertahankan perkawinan yang tidak baha-
bungkan data sejarah pernikahan partisi- gia merasakan efek lebih buruk daripada
pan dan data sensus yang menggam- pasangan yang bercerai dan menikah
barkan komposisi jenis kelamin dari bursa kembali dalam hal kepuasan hidup, harga
pernikahan lokal dan pekerjaan untuk diri, dan kesehatan fisik serta mental.
meneliti pengaruh keberadaan daya tarik Temuan penelitian kualitatif Fadjaryana
pasangan alternatif terhadap perceraian. (2007) terhadap tujuh istri di Kotabaru
Model regresi risiko proporsional meng- Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa
ungkapkan bahwa risiko cerai tertinggi kekerasan fisik, psikis, ekonomi dan
berada pada bursa pernikahan geografis di seksual yang dialami istri dapat diakhiri
mana baik suami maupun istri menemu- dengan jatuhnya talak akibat istri meng-
kan banyak alternatif pasangan. Pasangan gugat cerai suami. Dengan demikian,
juga lebih cenderung bercerai ketika istri dalam banyak kasus, perceraian menjadi
bekerja di pekerjaan di mana pria relatif solusi dari beragam penderitaan yang
banyak dan wanita sedikit. Bloom et al. dirasakan istri dalam perkawinan sehing-
(1985) dalam penelitiannya terhadap ga faktor penghambat perceraian sering
mayoritas perempuan menemukan bahwa menjadi tidak efektif dalam merintangi
pertumbuhan pribadi, meningkatnya terjadinya perceraian.
kebahagiaan, kebebasan dan terlepas dari Dukungan terhadap konsep Amato
konflik sebagai bentuk alternatif dari dan Rogers (1997) dapat dibuktikan dari
perceraian yang terjadi. adanya pengaruh tingkat pendidikan
Temuan yang berkaitan dengan ham- terhadap intensi cerai perempuan (Kulik &
batan bercerai menunjukkan nilai estimasi Klein, 2010; Orbuch et al., 2002). Pengaruh
regresi model untuk faktor hambatan tingkat pendidikan pada intensi cerai me-
bercerai ditemukan berarah negatif. Hal nunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
ini dikarenakan hambatan bercerai meru- pendidikan istri maka intensi cerainya
pakan faktor yang sifatnya unfavorable. semakin rendah.
Dengan demikian, hambatan bercerai Temuan penelitian ini berlawanan
yang berkaitan dengan faktor keyakinan dari hasil penelitian Kposowa (1998) yang
terhadap ajaran agama Islam yang menya- menunjukkan bahwa perempuan dengan
takan bahwa orang yang bercerai akan tingkat pendidikan tertinggi lebih berisiko
jauh dari surga ternyata tidak menjadi untuk bercerai dibanding perempuan
penghambat istri dalam memutuskan dengan tingkat pendidikan lebih rendah
perceraian. Temuan ini dapat dipahami dan hasil penelitian Fokkema dan
dengan banyaknya hasil penelitian yang Liefbroer (2004) yang menemukan tinggi-
menunjukkan bahwa perceraian bisa nya tingkat pendidikan secara signifikan
menjadi salah satu solusi dari berbagai meningkatkan kecenderungan wanita
persoalan perkawinan yang mengancam untuk bercerai.
kesejahteraan hidup pasangan suami istri.
Di Sulawesi Selatan, status sosial
Hawkins dan Booth (2005), dalam dalam masyarakat merupakan hal penting
penelitian longitudinal di Amerika Serikat yang harus dijaga. Dengan tingkat pen-
menemukan bahwa perkawinan yang didikan tinggi, seseorang diharapkan lebih
tidak bahagia akan membawa efek negatif berhasil dalam menjaga keharmonisan

JURNAL PSIKOLOGI 201


KHUMAS, DKK

keluarga sehingga perempuan/istri yang Islam. Temuan di lapangan menunjukkan


memiliki tingkat pendidikan tinggi diha- bahwa jumlah perceraian dari kalangan
rapkan mampu menjaga keutuhan keluar- selain Islam sangat rendah. Jumlah parti-
ganya. Perempuan berpendidikan tinggi sipan yang di peroleh di Pengadilan
tetapi tidak mampu menjaga keutuhan Negeri hanya tiga orang (beragama Kato-
rumah tangganya cenderung kurang lik dan Protestan). Data ketiga partisipan
dihargai dalam masyarakat. Beberapa tersebut tidak dianalisis agar tidak bias.
partisipan dalam penelitian ini, khususnya Fenomena ini menimbulkan pertanyaan,
yang berpendidikan tinggi membutuhkan apakah pasangan suami istri non-muslim
proses yang lama dalam memutuskan jarang yang bercerai? Atau apakah ada
perceraian karena kurang siap secara men- mekanisme lain yang ditempuh oleh
tal karena antara lain merasa malu apabila pasangan suami istri non-muslim dalam
diketahui bercerai dalam masyarakat. bercerai? dan (4) Daftar isian sebab perce-
raian yang ada di Pengadilan Agama saat
Keterbatasan Penelitian ini tidak memisahkan sebab perceraian
dari pihak istri (cerai gugat) dan suami
Beberapa keterbatasan penelitian
(cerai talak). Kondisi ini menyulitkan
adalah sebagai berikut: (1) Nilai reliabilitas
peneliti dalam memilah sebab perceraian
faktor hambatan bercerai (nilai Alpha
dari pihak istri dan suami.
Cronbach 0,6) menunjukkan bahwa kon-
sistensi hasil pengukuran, khususnya
pada faktor ini tergolong lemah. Jumlah Kesimpulan
aitem hambatan bercerai yang sedikit
merupakan faktor yang sangat berpenga- Berdasarkan hasil analisis data mau-
ruh terhadap rendahnya nilai reliabilitas pun pembahasan, dapat ditarik kesimpul-
faktor hambatan bercerai. Kondisi parti- an bahwa; (1) intensi cerai dipengaruhi
sipan penelitian yang sedang tertekan oleh daya tarik negatif (kekerasan dalam
sehingga tidak memungkinkan untuk rumah tangga, ketidaksetiaan dan tidak
diminta menjawab banyak pertanyaan bertanggungjawab), hambatan bercerai,
merupakan salah satu faktor yang turut dan keyakinan akan hidup lebih baik
memengaruhi terbatasnya jumlah aitem setelah bercerai. Dinamika psikologis
yang digunakan dalam skala. (2) Gagalnya penjelasan model intensi cerai perempuan
proses pengumpulan data di PA Jakarta yang ditemukan adalah: (a) Daya tarik
Selatan menunjukkan bahwa masyarakat hubungan perkawinan, yang dipengaruhi
kelas menengah ke atas lebih tepat apabila oleh evaluasi terhadap daya tarik positif
didekati secara personal melalui key person (cinta, komunikasi dan pemenuhan
yang bisa memberi rasa percaya sehingga materi) dan daya tarik negatif (kekerasan,
dapat berpartisipasi dalam penelitian. tidak setia, dan melalaikan tanggung
Penggabungan metode kualitatif dan jawab terhadap keluarga) berpengaruh
kuantitatif dalam penelitian perceraian terhadap intensi cerai perempuan. Intensi
dapat mereduksi keterbatasan peneliti bercerai perempuan kuat karena daya
dalam mengungkap hal-hal penting yang tarik negatif (hal-hal tidak menyenangkan)
bersifat pribadi dan rahasia sehingga sangat dominan dalam hubungan perka-
temuan penelitian menjadi lebih kompre- winan; (b) Keyakinan terhadap harapan
hensif. (3) Pada awalnya, peneliti ingin hidup lebih baik apabila bercerai menca-
meneliti partisipan yang bercerai selain kup harapan bertemu dengan pasangan
yang berbeda, atau hidup lebih baik dan

202 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

berkomitmen untuk tidak menikah berpe- masyarakat menengah ke atas perlu


ngaruh terhadap intensi cerai perempuan. dilakukan. Pendekatan kualitatif dapat
Perempuan memiliki keyakinan hidup memberi keleluasaan untuk melakukan
lebih baik setelah bercerai sehingga intensi pendekatan personal dalam proses
bercerai yang dirasakan sangat kuat; (c) pengumpulan data penelitian. Aitem pada
Hambatan/rintangan yang dihadapi dalam skala dengan reliabilitas kurang dari 0,7
proses bercerai tidak menyurutkan intensi perlu ditambah supaya menghasilkan ke-
cerai perempuan. Hambatan bercerai yang ajegan jawaban partisipan. Secara praktis,
dirasakan perempuan tergolong lemah sebagai berikut; (1) Pihak pengadilan
sehingga sangat berpengaruh pada kuat- perlu memperbaiki daftar isian sebab
nya intensi cerai yang dirasakan. (2) Fak- perceraian yang ada di Pengadilan. Daftar
tor tidak langsung yang turut berkontri- isian yang ada saat ini tidak memisahkan
busi pada intensi cerai menurut model antara sebab perceraian dari pihak istri
yang ditemukan adalah tingkat pendi- (cerai gugat) dan suami (cerai talak). (2)
dikan. Tingkat pendidikan yang tinggi Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
memengaruhi intensi cerai perempuan. yang mewajibkan proses mediasi pada
Perempuan yang berpendidikan tinggi perkara perdata dan proses mediasi dalam
menunjukkan intensi cerai yang rendah. kasus perceraian yang ditangani oleh
Dengan demikian, temuan penelitian hakim merupakan dua hal yang menun-
mengukuhkan model penjelasan intensi jukkan perlunya kehadiran Psikolog seca-
cerai berdasarkan teori pertukaran sosial, ra terstruktur di Pengadilan Indonesia,
teori perilaku terencana dan model termasuk di Pengadilan Agama. Sampai
perceraian Amato dan Rogers (1997) yang saat ini, Hakim yang berperan sebagai
diajukan. mediator dalam mediasi sehingga tujuan
yang diharapkan dari proses mediasi
Saran terkesan kurang optimal, dan (3) Pihak-
pihak terkait (Pengadilan agama, Badan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian
menyarankan secara konseptual, sebagai Perceraian atau BP-4) perlu membuat
berikut; (1) Pada aspek hambatan bercerai, kebijakan bersama yang bertujuan untuk
stigma sosial perlu diteliti pengaruhnya membekali calon pasangan suami istri,
sebagai penghambat perceraian. (2) Faktor khususnya pasangan Islam dengan kete-
religiusitas sebagai faktor tidak langsung rampilan-keterampilan tertentu yang
yang berkontribusi terhadap perceraian dibutuhkan dalam mengarungi bahtera
perlu diteliti pengaruhnya. (3) Proses perkawinan.
mediasi perlu diteliti secara khusus karena
aspek psikologis yang terlibat dalam
proses mediasi cukup penting, dan (4) Kepustakaan
Perlu melakukan penelitian terhadap
Aghajanian, A., & Moghadas, A. A. (1998).
pasangan suami istri non-Muslim untuk
Correlates and Consequences of
mengetahui bagaimana relasi mereka
Divorce in an Iranian City. Journal Div.
dalam perkawinan dan bagaimana
Rema, 28, 53-71. http://dx.doi.org/
mekanisme yang ditempuh oleh pasangan
10.1300/J087v28n03_03
suami istri non-muslim dalam bercerai?
Secara metodologis. Pendekatan kualitatif
untuk meneliti sebab perceraian pada

JURNAL PSIKOLOGI 203


KHUMAS, DKK

Ajzen, I. (1988). Attitude, Personality, and Asmarany, A. I. (2008). Bias Gender


Behavior. Milton Keynes, England: sebagai Prediktor Kekerasan dalam
Open Iniversity Press. Rumah Tangga. Jurnal Psikologi, 35(1),
Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality and 1-20.
Behavior. New York: Open University Bachman, G. F., & Guerrero, L. K. (2006).
Press. Relational quality and communicative
Amato, P. R., & Marriott, B. H. (2007). A responses following hurtful events in
Comparison of High and Low Distress dating relationships: An expectancy
Marriage That End in Divorce. Journal violations analysis. Journal of Social and
of Marriage and Family, 69(3), 621-638. Personal Relationships 2006 SAGE
http://dx.doi.org/10.1111/j.1741- Publications.
3737.2007.00396.x Bloom, B. L., Niles, R. L., & Tatcher, A. M.
Amato, P. R., & Previti. D. (2003). People’s (1985). Source of Marital Dissatisfac-
Reasons for Divorcing: Gender, Social tion Among Newly Separeted Persons.
Class, the Life Course, and Adjust- Journal of Family Issues, 6, 359-373.
ment. Journal of Famly Issues, 24(5), 602- Bodenmann, G., Charvoz, L., Bradbury, T.
626. http://.dx.doi.org/10.1177/ N., Bertoni, A., Iafrate, R., & Giuliani,
0192513X03254507 C. (2006). Attractors and Barriers to
Amato, P. R., & Rogers, S. J. (1997). A Divorce: A Retrospective Study in
Longitudinal Study of Marital Pro- Three Europea Countries. Journal of
blems and Subsequent Divorce. Journal Divorce & Remarriage, 45(3/4), 1-23.
of Marriage and the Family, 59(3), 612- Bulanda, J. R., & Borw, S. L. (2006). Race-
624. Ethnic Differences in Marital Quality
American Psychological Association. and Divorce. Social Science Research, 1-
(2007). Dictionary of Psychology. 23.
Washington: American Psychological Chang, J. (2003). Self-reported reasons for
Association. divorce and correlates of psycholo-
Andersen, J. D. (2001). Finacial Problems gical well-being among divorced
as Predictors of Divorce: A Social Korean immigrant women. J. Div.
Exchange Perspective. Dissertation. Rema, 40, 111-128.
Sacramento: California State Univer- Clarkwest, A. (2007). Spousal Dissimi-
sity. larity, Race, and Marital Dissolution.
Angka Perceraian 2009 Meningkat. (27 Journal of Marriage and Family, 69(3),
Februari, 2010). Diunduh dari: http:// 639-653.
www.esq-news.com/2010/02/27/ Cooke, L. P. (2006). “Doing” Gender in
angka-perceraian-2009-meningkat/. Context: Household Bargaining and
tanggal 22 Agustus 2010. Risk of Divorce in Germany and the
Armitage, C. J., & Conner, M. (2001). United States. AJS, 112(2), 442-472.
Efficacy of the Theory of Planned Dong, Q., Wang, Y., & Ollendick. (2003).
Behaviour: A meta-analytic review. Consequences of Divorce on the
British Journal of Social Psychology, 40, Adjustment of Children in China.
471-499. Journal of Clinical Child and Adolescent
Psychology, 31(1), 101 – 110.

204 JURNAL PSIKOLOGI


INTENSI CERAI PEREMPUAN MUSLIM

English, S. M. (1997). A Social Exchange Holden, K. C., & Smock, P. J. (1991). The
Analysis of Early and Late Divorce. Economic Cost of Marital Dissolution:
Thesis. Texas Tech University. Why Do Women Bear a Dispropor-
Fadjaryana. (2007). Studi Dampak Kekerasan tionate Cost? Annual Review of
Fisik dan Psikologis terhadap Istri. (Tesis, Sociology, 17, 51-78.
tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Johnson, D. R., & Wu, J. (2002). An
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Empirical Test of Crisis, Social
Mada. Selecetion, and Role Explanation of the
Fan, C. S., & Lui, H. K. (2004). Extramarital Relationship between Marital Disrup-
Affairs, Marital Satisfaction, And tion and Psychological Distress: A
Divorce: Evidence From Hong Kong. Pooled Time-series Analysis of Four-
Contemporary Economic Policy, 22(4), wave Panel Data. Journal of Marriage
442-452. and the Family, 64, 211-224.
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Kelly, J. B. (1989). How Adult React to
Attitude Intention and Behavior: An Divorce. In J. M. Henslin (Ed.),
Introduction to Theory and Research. Marriage and Family in a Changing
Sidney: Addison-Weley Publishing Society (pp.427-440). New York: Free
Company. Press.
Fu, X. (2006). Impact of Socioeconomic Kitson, G. C., & Morgan, L. A. (1990). The
Status on Inter-Racial Mate Selection Multiple Consequence of Divorce: A
and Divorce. The Social Science Journal, decade review. Journal of Marriage
43, 239-258. and the Family, 52, 913-924.
Gähler, M. (2006). “To Divorce Is to Die a Knoester, C., & Booth, A. (2000). Barriers
Bit…”: A Longitudinal Study of to Divorce? When Are They Effective?
Marital Disruption and Psychological When Are They Not? Journal of Family
Distress Among Swedish Women and Issues, 21(1), 78-99.
Men. The Family Joural: Counseling and Kposowa, A. J. (1998). The Impact of Race
Therapy for Couples and Families, 14(4), On Divorce in the United States.
372-382. Journal of Comparative Family Studies,
Gahler, M., Hong, Y., & Bernhardt, E. 29(3), 529-548.
(2009). Parental Divorce and Union Kulik, L., & Klien, D. (2010). Swimming
Disruption Among Young Adults in Against the Tide: Characteristics of
Sweden. Journal of Family Issues, 30(5), Muslim-Arab Women in Israel Who
688-713. Initiated Divorce. Journal of Community
Graaf, P. M., & Kalmijn, M. (2006). Divorce Psychology, 38(7), 918-931.
Motives in a Period of Rising Divorce. Lorenz, F. O., Simons, R. L., Conger, R. D.,
Evidence From a Dutch Life-History Elder, G. H., Jr., Johnson, C., & Cao,
Survei. Journal of Family Issues, 27(4), W. (1997). Married and Recently
483-505. Divorce Mothers’ Stressfull Events and
Hall, J. H., & Fincham, F. D. (2006). Distress: Tracing change across time.
Relationship Dissolution Following Journal of Marriage and the Family, 59,
Infidenlity: The Roles of Attributions 219-232.
and Forgiveness. Journal of Social and Maryati. (2007). Faktor Penyebab Cerai
Clinical Psychology, 25(5), 508-522. Gugat. Studi Kasus di Pengadilan

JURNAL PSIKOLOGI 205


KHUMAS, DKK

Agama Kota Jambi. Majalah Hukum sitions. In R.L. Simons & Associates
Forum Akademika, 16(2), 95-109. (eds), Understanding Differences between
Nadia, I. F. (1998). Kekerasan terhadap Divorce and Intact Families, Stress and
Perempuan: Kekerasan Terhadap Perem- Interaction, and Child Outcome (pp 45-
puan dari Perspektif Gender. Jakarta: 64). Thousand Oaks, CA: Sage.
Yayasan Lembaga Konsumen Indone- Stanley, S. M., Markman, H. J., & Whitton,
sia – The Ford Foundation. S. W. (2002). Communication, Conflict,
Nock, S. L. (2001). The Marriage of Equally and Commitment: insights on the
Dependen Spouses. Journal of Family Foundation of Relationship Success
Issues, 22(6), 756-777. from a National Survei. Family Process,
41(4), 659–675). http://dx.doi.org/
Orbuch, T. L., Veroff, J., Hassan, H., &
10.1111/j.1545-5300.2002.00659.x
Horrocks, J. (2002). Who will divorce:
A 14-year longitudinal study of black Sweeney, M. M. (2002). Remarriage and
and white couples. Journal of Social and the Nature of Divorce Does It Matter
Personal Relationships, 19(2), 179-202. Which Spouse Chose to Leave?.
Journal of Family Issues, 23(3), 410-440.
Rasche, H. J. (1987). Divorce, In M.B.
Sussman & S.K. Steinmetz, (Eds). Wagner, M., & Weiss, B. (2002). A Meta-
Handbook of Marriage and the Family, Analysis of German Research on Divorce
(pp. 597-624). New York: Plenum. Risk. Cologne: Research Institute for
Sociology University of Cologne.
Reis, H. T., Collins, W. A., & Berscheid, E.
(2000). The Relationship Context of Wagner, M., & Weiss, B. (2004). On the
Human Behavior and Development. Variation of Divorce Risks in Europe:
Psychological Bulletin, 126(6), 844-872. A Meta-Analysis. Paper Prepared for
“The 3rd Conference of the European
Rogge, R. D., & Bradbury, T. N. (1999). Till
Research Network an Divorce”.
Violence Does Us Part: The Differing
Germany: University of Cologne.
Roles of Communication and Aggres-
sion in Predicting Adverse Marital White, L. K. (1990). Determinants of
Outcomes. Journal of Consulting and Divorce: A Review of Research in the
Clinical Psychology, 67(3), 340-351. Eighties. Journal of Marriage and the
Family, 54(4), 904-912.
Salinah. (2004). Pengalaman Perempuan
Yang Mengajukan Cerai Gugat. (Studi Wolcott, I., & Hughes, J. (1999). Towards
Kasus Cerai Gugat di Propinsi Kaliman- Understanding the Reasons for
tan Selatan). (Tesis., tidak dipublikasi- Divorce. Working Paper, 20. Australian
kan). Jakarta: Program Studi Kajian Institue of Family Studies.
Wanita PPS Universitas Indonesia. Zakiyah, Y. T. (2005). Latar Belakang dan
Shortt, J. W., Capaldi, D. M., Kim, H. K., & Dampak Perceraian (Studi Kasus di
Owen, L. D. (2006). Relationship Sepa- Pengadilan Agama Wonosobo).
ration for Young, At-Risk Couples: (Skripsi tidak dipublikasikan). Sema-
Prediction From Dyadic Aggression. rang: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Journal of Family Psychology, 20(4), 624- Negeri Semarang.
631. Zargar, F., & Doost, H. T. N. (2008).
Simon, R. L. Johnson, C., & Lorensz, F. O. Divorce Incidence Factor in Falavar-
(1996). Family Structure Differences in jan. Journal Family Research, 3, 737-749.
Stress and Behavioral Predisposi-

206 JURNAL PSIKOLOGI

You might also like