Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Faktor Perceraian UGM
Jurnal Faktor Perceraian UGM
Abstract. The study tested the explanatory model of intentions for divorce based on the theory
of social exchange, theory of planned behavior by Ajzen and model of dissolution by Amato
and Rogers. The 197 subjects participating in this study were wives who had filed for divorce
at the religious courts in several districts and cities in South Sulawesi. The measuring tools of
the study were divorce intention scale and marital relationship scale developed by the
researcher based on theoretical constructs of each tested factor. The theoretical model
developed was tested with analysis of Structural Equation Models (SEM). The results of the
study revealed that the intentions of divorce could be explained by the strong effects of
negative relationships such as domestic violence, infidelity and irresponsibility. It was also
found that there were weak barriers to divorce and post-divorce expectation of a better life
with new partner who could love them more. Indirect factor that contributed to divorce
intention was level of education. These findings confirmed the explanatory models of divorce
intention based on social exchange theory, planned behavior theory, and the suggested Amato
and Rogers’ divorce models.
Keywords: divorce, intentions, moslem, women
Abstrak. Penelitian ini menguji model eksplanatori intensi cerai berdasarkan teori pertukaran
sosial (social exchange theory), teori perilaku terencana dan model perceraian dari Amato dan
Rogers. Sebanyak 197 partisipan dalam penelitian ini adalah istri yang mengajukan gugatan
cerai di pengadilan agama (PA) di beberapa Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan. Alat
ukur penelitian terdiri dari skala intensi cerai dan hubungan perkawinan yang dikembangkan
oleh peneliti berdasarkan konstruk teoritis masing-masing faktor yang diuji. Model teoritis
yang dikembangkan diuji dengan analisis Structural Equation Model (SEM). Hasil analisis data
penelitian nenunjukkan bahwa intensi cerai dapat dijelaskan oleh kuatnya daya tarik
hubungan negatif dalam perkawinan, misalnya adanya kekerasan dalam rumah tangga,
ketidaksetiaan, dan ketiadaan tanggungjawab. Juga ditemukan bahwa ada hambatan bercerai
yang lemah dan keyakinan hidup lebih baik setelah bercerai yaitu ada harapan mendapatkan
pasangan baru yang mencintai mereka. Faktor tidak langsung yang turut berkontribusi pada
intensi cerai adalah tingkat pendidikan. Hasil temuan ini mengukuhkan model penjelasan
intensi cerai berdasarkan teori pertukaran sosial, teori perilaku terencana dan model
perceraian Amato dan Rogers yang diajukan.
Kata kunci: perceraian, intensi, perempuan, muslim
Angka perceraian dari tahun ke tahun dengan anak-anak dari keluarga yang
menunjukkan kecenderungan meningkat. mempunyai orang tua lengkap.
Kementerian Agama Republik Indonesia Perceraian merupakan peristiwa yang
melaporkan bahwa pada tahun 2009 terca- sangat menekan. Selain membawa dam-
tat sebanyak 250.000 kasus perceraian pak buruk pada anak, perceraian berdam-
terjadi di Indonesia. Angka ini setara pak besar pada kelangsungan hidup
dengan 10% dari 2,5 juta jumlah suami istri yang mengalaminya. Pasangan
pernikahan di tahun 2009. Jumlah per- yang bercerai cukup banyak yang
ceraian pada tahun 2009 naik 50 ribu kasus mengunjungi klinik psikiatri dan rumah
dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 sakit daripada pasangan dari keluarga
ribu kasus perceraian. Fakta lain dari utuh. Pasangan bercerai lebih banyak yang
kasus perceraian yang tercatat menun- mengalami kecemasan, depresi, perasaan
jukkan adanya pergeseran bentuk perce- marah, perasaan tidak kompeten, peno-
raian. Sekitar 70 persen perceraian yang lakan, dan kesepian (Gahler, 2006).
terjadi di Pengadilan Agama (PA) adalah
Berdasarkan studi empiris, berakhir-
cerai gugat atau perceraian yang diajukan
nya perkawinan juga membawa beberapa
oleh istri (www.esqmaqazine.com).
dampak sosial, misalnya: mempersempit
Peningkatan angka perceraian dari jaringan sosial yang berdampak pada
tahun ke tahun menimbulkan konsekuensi kurangnya dukungan sosial, menyebab-
yang serius dalam keluarga. Konflik sela- kan pengalaman hidup negatif dan
ma proses perceraian dan perpisahan penderitaan psikologis, serta menyebab-
orang tua membawa dampak negatif pada kan kesulitan ekonomi bagi perempuan
kesejahteraan fisik dan psikologis seluruh (Johnson & Wu, 2002; Lorenz et al., 1997;
anggota keluarga. Cukup banyak hasil Holden & Smock, 1991; Kelly, 1989; Kitson
penelitian menunjukkan bahwa perceraian & Morgan, 1990; Raschke, 1987; Simons,
membawa efek negatif pada semua ang- Johnson, & Lorenz, 1996). Penelitian kua-
gota keluarga, terutama anak. Hasil meta- litatif Salinah (2004) terhadap 10 perem-
analisis Amato (2001) terhadap 67 hasil puan yang mengajukan gugatan cerai di
studi yang telah dipublikasikan pada PA Banjarmasin menunjukkan bahwa
dekade 1990-an menunjukkan bahwa dengan cerai gugat, pihak perempuan
anak-anak dari keluarga bercerai memiliki (istri) makin berada dalam posisi yang
prestasi akademik, perilaku, penyesuaian dirugikan. Hal ini disebabkan oleh bentuk
psikologis, konsep diri dan relasi sosial perceraian adalah khuluk, yaitu perceraian
yang lebih rendah dibanding anak-anak terjadi dengan pembayaran tebusan
dari keluarga utuh. Penelitian Dong, et al. (iwadh) dari istri dan tidak ada biaya
(2003) di Cina menunjukkan bahwa hidup (nafkah iddah) serta membayar
kemampuan penyesuaian diri anak-anak semua biaya perceraian.
korban cerai lebih rendah dibanding anak-
Faktor-faktor apa yang menyebabkan
anak dari keluarga utuh. Anak-anak dari
perceraian? Pertanyaan ini dapat dijawab
keluarga bercerai menunjukkan tingkat
berdasarkan hasil penelitian empiris di
kecemasan yang lebih tinggi serta mereka
berbagai Negara. Sebagai contoh, peneli-
mengalami masalah perilaku (misalnya:
tian survei Amato dan Previti (2003)
perilaku kenakalan dan agresivitas, serta
terhadap 208 partisipan (laki-laki dan
gangguan perhatian) bila dibandingkan
raian dengan menggunakan salah satu Tujuan penelitian ini adalah menguji
dari ketiga istilah tersebut tidak cukup. model eksplanatori intensi cerai berdasar-
Teori perilaku terencana (theory of kan teori pertukaran sosial, teori perilaku
planned behavior) dari Ajzen (Ajzen, 2005) terencana dan model perceraian dari
merupakan pengembangan dari teori peri- Amato dan Rogers untuk mengetahui
laku beralasan (theory of reasoned action). prediktor-prediktor intensi cerai, baik
Tiga faktor yang merupakan determinan yang berpengaruh secara langsung, mau-
konseptual intensi berperilaku menurut pun tidak langsung. Untuk itu diajukan
teori perilaku terencana (Ajzen, 2005): (a) hipotesis mayor dan minor.
sikap terhadap perilaku (attitude toward
behavior) merupakan tingkatan dimana Hipotesis Mayor
seseorang mempunyai penilaian setuju/ Intensi cerai dipengaruhi oleh daya
bersikap positif atau tidak setuju/bersikap tarik negatif hubungan perkawinan, keya-
negatif terhadap perilaku tertentu; (b) kinan hidup lebih baik pasca bercerai dan
norma partisipantif (subjective norm) meru- hambatan bercerai serta faktor tidak
pakan tekanan sosial yang dirasakan langsung yaitu usia saat menikah, tingkat
untuk mewujudkan perilaku atau tidak; pendidikan, status pekerjaan dan status
(c) kontrol perilaku yang dirasakan perkawinan orang tua.
(perceived behavioral control) merupakan
perasaan mudah atau sulit mewujudkan Hipotesis Minor
perilaku. Konsep ini dikenalkan dalam
Hipotesis Minor yang diajukan pada
teori perilaku terencana untuk mengako-
penelitian ini sebagai berikut; (1) Daya
modasi aspek/elemen non-volisional.
tarik negatif hubungan perkawinan (tidak
Model perceraian dari Amato dan setia, kekerasan dalam rumah tangga dan
Rogers (1997) menunjukkan bahwa selain tidak bertanggungjawab) berpengaruh
faktor langsung yang memengaruhi terhadap Intensi cerai perempuan, (2)
intensi cerai, terdapat juga faktor tidak Hambatan bercerai berpengaruh terhadap
langsung. Persoalan-persoalan yang mun- intensi cerai perempuan, (3) Keyakinan
cul dalam perkawinan atau disebut hidup lebih baik setelah bercerai berpe-
proximal causes, merupakan faktor yang ngaruh terhadap intensi cerai perempuan,
berpengaruh langsung terhadap perce- (4) Usia saat menikah berpengaruh terha-
raian. Faktor lain yang turut berpengaruh dap intensi cerai perempuan, (5) Tingkat
terhadap perceraian, misalnya: perceraian pendidikan berpengaruh terhadap intensi
orangtua, usia saat menikah, tingkat cerai perempuan, dan (6) Status Pekerjaan
pendidikan, pekerjaan, kepribadian, dan berpengaruh terhadap intensi cerai
ketaatan pada perintah agama menurut perempuan.
Amato dan Rogers (1997) merupakan
faktor tidak langsung (distal causes) yang Metode
dapat meningkatkan risiko perceraian
(White, 1990). Partisipan Penelitian
Gambar 1 adalah model eksplanatori Sebanyak 197 orang istri yang sedang
intensi cerai yang dikembangkan menurut menggugat cerai terlibat sebagai partisi-
teori pertukaran sosial, teori perilaku pan penelitian. Pengambilan sampel
terencana dan model perceraian dari dalam penelitian ini menggunakan
Amato dan Rogers. purposive sampling.
lompokan: (a) Perkawinan orang tua ber- kur satu faktor atau pengelompokan aitem
tahan sejak dulu hingga saat ini, (b) Orang tersebut menjadi bagian dari faktor lain
tua bercerai dan salah satunya menikah pada alat ukur yang disusun. Batasan nilai
lagi, dan (c) Ayah dan Ibu bercerai dan muatan faktor (loading factor) minimal
masing-masing menikah lagi. pada analisis faktor eksploratori adalah 0,5
(Hair, 2006).
Proses Konstruksi Alat Ukur Setelah melakukan analisis faktor
Pada tahap pertama, proses validasi eksploratori, dilakukan analisis faktor
alat ukur menggunakan uji validitas isi konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori
dengan pendekatan rasio validitas isi bertujuan untuk menguji variabel terob-
(Content Validity Ratio atau CVR). Uji CVR servasi dalam model persamaan struk-
(Cohen, 2005) melibatkan beberapa ahli tural. Analisis ini bertujuan untuk
dalam bidang psikologi klinis, psikologi melakukan verifikasi secara empiris atau
sosial, psikologi umum dan eksperimen, melakukan konfirmasi terhadap struktur
psikologi ekonomi, dan psikologi perkem- faktor yang ada (Gudono, 2011).
bangan. Jumlah aitem pada skala intensi Penelitian ini menguji peran usia saat
cerai setelah uji CVR adalah sembilan menikah, tingkat pendidikan, status
aitem. Jumlah aitem pada skala hubungan pekerjaan dan status perkawinan orangtua
perkawinan setelah uji CVR sebanyak 43 terhadap intensi cerai istri. Faktor-faktor
aitem. Alat ukur psikologis yang diguna- tersebut diungkap melalui kuesioner.
kan harus memenuhi persyaratan validitas Kuesioner penelitian mengungkap identi-
dan reliabilitas. Langkah yang dilakukan tas dan informasi-informasi lain untuk
setelah data uji coba terbatas diperoleh menjelaskan latar belakang partisipan
adalah melakukan pengujian konsistensi penelitian yang meliputi: usia saat meni-
aitem atau dikenal sebagai indeks daya kah, tingkat pendidikan, pekerjaan, status
beda aitem dan pengujian reliabilitas. perkawinan orang tua, memiliki anak atau
Pengujian reliabilitas akan dapat membe- tidak dan jumlah anak yang dimiliki dan
rikan hasil yang relatif sama bila dilaku- agama yang dianut.
kan pengukuran kembali terhadap partisi-
pan yang sama (Azwar, 1997).
Hasil
Selanjutnya, dilakukan pengujian vali-
ditas konstrak. Validitas konstrak menun- Model alternatif intensi cerai yang fit
juk pada sejauh mana suatu alat ukur menunjukkan bahwa intensi cerai dapat
mengungkap konstrak teoritik yang dijelaskan oleh daya tarik negatif hu-
menjadi dasar penyusunan skala (Azwar, bungan perkawinan (suami melakukan
1997). Untuk membantu mengidentifikasi kekerasan, tidak setia dan tidak bertang-
konstrak yang sifatnya tidak bisa diukur gungjawab) hambatan bercerai dan keya-
secara langsung (unobservable) digunakan kinan hidup lebih baik setelah bercerai.
analisis faktor (Gudono, 2011). Ada dua Faktor tidak langsung yang turut berkon-
jenis analisis faktor yang ditempuh yaitu: tribusi pada intensi cerai adalah tingkat
analisis faktor eksploratori dan analisis pendidikan. Model penjelasan intensi cerai
faktor konfirmatori. yang memiliki nilai goodness of fit meme-
Analisis faktor eksploratori bertujuan nuhi kriteria pada Gambar 2.
untuk mengidentifikasi aitem yang digu- Selanjutnya, untuk menjawab hipote-
nakan, apakah suatu aitem dapat mengu- sis minor penelitian yang diajukan, maka
hasil estimasi bobot regresi model terdapat Hipotesis Minor 2: Berdasarkan model
pada Tabel 1. yang fit, hambatan bercerai (faktor keya-
Berdasarkan estimasi pengaruh dari kinan menurut ajaran Islam bahwa berce-
masing-masing variabel dalam model rai menjauhkan diri dari surga) dapat
diperoleh hasil sebagai berikut: menjelaskan intensi cerai dan berpengaruh
sangat siginifikan (nilai estimasi -0,248;
Hipotesis Minor 1: Berdasarkan model
p<0,001). Nilai negatif pada hasil estimasi
yang fit, daya tarik negatif perka-
pengaruh hambatan bercerai menunjuk-
winan dapat menjelaskan intensi cerai
kan bahwa semakin rendah hambatan
dan pengaruhnya signifikan (nilai
bercerai, semakin kuat intensi cerai
estimasi 0,424; p=0,049, p<0,05).
perempuan.
1
e1 TS1 Chi-squares=91.181
1 df=71
Prob=.054
GFI=.941 1
e35
IC5
1 AGFI=.913
e3 TS2 TS
RMSEA=.038
1 TLI=.947 IC6
1
e36
Z1 1
1 1 IC7 e37
e43
e5 Ttjwb1 1
TTJW 1 1
DTHN IC8
e38
1
1
IC
1 Z2 1
e8 Ttjwb3 Edu e40
KDRT
1
e9 KDRT1
1
1 YAKIN
Z3
1
e11 KDRT3 1
1 1 1
Tabel 1
Estimasi Bobot Regresi Hasil Analisis Model Intensi Cerai Modifikasi
Estimasi Bobot Estimasi Bobot Standar Kesalahan Nilai
Variabel p
Regresi Regresi Terstandar Pengukuran Kritis
IC ← DTHN 0,424 0,306 0,215 1,971 0,049
IC ← YAKIN 0,824 0,347 0,408 2,019 0,043
IC ← HAM1 -0,248 -0,280 0,070 2,164 ***
IC ← Edu -0,112 -0,170 0,052 -3.555 0,030
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat retrospektif yang menemu-
dapat terjawab dalam penelitian ini. kan bahwa lemahnya tanggung jawab
Penelitian Stanley et al. (2002) dalam suami terhadap istri dan anak atau suami
survei nasional di Amerika Serikat, tidak menafkahi (Wolcott & Hughes, 1999;
menemukan bahwa potensi bercerai akan Amato & Previti, 2003) dan menghadapi
sangat kuat apabila koneksi positif, yaitu penghianatan suami yang berselingkuh
aspek komunikasi dan komitmen tidak (Hall & Fincham, 2006; Wolcott & Hughes,
mendukung atau dalam perkawinan 1999; Amato & Previti, 2003; Fan & Lui,
sangat rendah bahkan tidak dirasakan lagi 2004) atau melakukan poligami
oleh perempuan. Pandangan tersebut (Fadjaryana, 2004; Zakiyah, 2005; Maryati,
diperkuat oleh temuan Graaf dan Kalmijn 2007) merupakan sebab-sebab perceraian
(2006) di Belanda yang menemukan yang dominan diungkapkan perempuan.
bahwa kecenderungan motif perceraian Sebanyak 116 partisipan penelitian (58
yang dirasakan perempuan adalah motif partisipan pada taraf sedang dan 58
relasional dan psikologis (sering berselisih, partisipan pada taraf sering) melaporkan
tidak memberi perhatian pada istri dan mengalami kekerasan dari suami (Wolcott
tidak berkomunikasi lagi). & Hughes, 1999; Fadjaryana, 2004; Amato
& Previti, 2003; DeMaris, 2000; Rogge &
Salah satu kekuatan penelitian ini
Bradbury, 1999; Shortt et al., 2006) sebagai
adalah penyertaan faktor daya tarik positif
alasan yang menyebabkan intensi cerai
sebagai salah satu dimensi dari teori
mereka tergolong tinggi. Penelitian yang
pertukaran sosial untuk diuji. Pada
dilakukan Chang (2003) melaporkan bah-
penelitian-penelitian terdahulu, dimensi
wa wanita imigran Korea yang bercerai
daya tarik positif tidak pernah turut diuji
disebabkan oleh kekerasan/perilaku nega-
pengaruhnya terhadap dinamika sebab
tif dari suami dan kesulitan keuangan
perceraian yang terjadi (dalam English,
dalam rumah tangga.
1997).
Dengan demikian, perkawinan yang
English (1997) menyatakan bahwa
berjalan tidak bahagia menyebabkan
pada penelitian yang bersifat retrospektif,
intensi cerai istri menjadi sangat kuat.
partisipan cenderung atau hanya mela-
Hasil penelitian ini mendukung temuan
porkan daya tarik negatif atau beban (cost)
penelitian pada istri yang mengukur
karena perceraian telah lama terjadi.
perkawinan yang dijalaninya berjalan
Dengan demikian, titik fokus penelitian
tidak bahagia dapat memprediksi akan
yang meneliti perempuan yang sedang
berakhir dengan perceraian (Nock, 2001).
dalam proses perceraian menunjukkan
bahwa konsep intensi yang merupakan Keyakinan untuk hidup lebih baik
konsep teori perilaku terencana relevan setelah bercerai, khususnya memeroleh
dan teruji dalam penelitian ini. pasangan baru merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi kemantapan
Selanjutnya, daya tarik negatif sebagai
perempuan untuk bercerai. English (1997),
faktor yang cukup berpengaruh dalam
dalam penelitiannya menemukan bahwa
model intensi cerai ini dapat dijelaskan
perempuan lebih optimis terhadap masa
sebagai berikut: mayoritas partisipan
depan yang lebih baik dan akan menda-
penelitian merasakan suami kurang
patkan hubungan yang lebih memuaskan
bertanggung jawab dan merasa dikhianati
dari anggota keluarga lain atau teman-
oleh suami. Hal ini sejalan dengan
teman setelah bercerai.
temuan-temuan penelitian perceraian
Hasil penelitian ini juga mendukung pada kesejahteraan (well-being) suami istri
temuan South et al. (2001) yang bila dipertahankan. Pasangan yang mem-
melakukan penelitian dengan mengga- pertahankan perkawinan yang tidak baha-
bungkan data sejarah pernikahan partisi- gia merasakan efek lebih buruk daripada
pan dan data sensus yang menggam- pasangan yang bercerai dan menikah
barkan komposisi jenis kelamin dari bursa kembali dalam hal kepuasan hidup, harga
pernikahan lokal dan pekerjaan untuk diri, dan kesehatan fisik serta mental.
meneliti pengaruh keberadaan daya tarik Temuan penelitian kualitatif Fadjaryana
pasangan alternatif terhadap perceraian. (2007) terhadap tujuh istri di Kotabaru
Model regresi risiko proporsional meng- Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa
ungkapkan bahwa risiko cerai tertinggi kekerasan fisik, psikis, ekonomi dan
berada pada bursa pernikahan geografis di seksual yang dialami istri dapat diakhiri
mana baik suami maupun istri menemu- dengan jatuhnya talak akibat istri meng-
kan banyak alternatif pasangan. Pasangan gugat cerai suami. Dengan demikian,
juga lebih cenderung bercerai ketika istri dalam banyak kasus, perceraian menjadi
bekerja di pekerjaan di mana pria relatif solusi dari beragam penderitaan yang
banyak dan wanita sedikit. Bloom et al. dirasakan istri dalam perkawinan sehing-
(1985) dalam penelitiannya terhadap ga faktor penghambat perceraian sering
mayoritas perempuan menemukan bahwa menjadi tidak efektif dalam merintangi
pertumbuhan pribadi, meningkatnya terjadinya perceraian.
kebahagiaan, kebebasan dan terlepas dari Dukungan terhadap konsep Amato
konflik sebagai bentuk alternatif dari dan Rogers (1997) dapat dibuktikan dari
perceraian yang terjadi. adanya pengaruh tingkat pendidikan
Temuan yang berkaitan dengan ham- terhadap intensi cerai perempuan (Kulik &
batan bercerai menunjukkan nilai estimasi Klein, 2010; Orbuch et al., 2002). Pengaruh
regresi model untuk faktor hambatan tingkat pendidikan pada intensi cerai me-
bercerai ditemukan berarah negatif. Hal nunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
ini dikarenakan hambatan bercerai meru- pendidikan istri maka intensi cerainya
pakan faktor yang sifatnya unfavorable. semakin rendah.
Dengan demikian, hambatan bercerai Temuan penelitian ini berlawanan
yang berkaitan dengan faktor keyakinan dari hasil penelitian Kposowa (1998) yang
terhadap ajaran agama Islam yang menya- menunjukkan bahwa perempuan dengan
takan bahwa orang yang bercerai akan tingkat pendidikan tertinggi lebih berisiko
jauh dari surga ternyata tidak menjadi untuk bercerai dibanding perempuan
penghambat istri dalam memutuskan dengan tingkat pendidikan lebih rendah
perceraian. Temuan ini dapat dipahami dan hasil penelitian Fokkema dan
dengan banyaknya hasil penelitian yang Liefbroer (2004) yang menemukan tinggi-
menunjukkan bahwa perceraian bisa nya tingkat pendidikan secara signifikan
menjadi salah satu solusi dari berbagai meningkatkan kecenderungan wanita
persoalan perkawinan yang mengancam untuk bercerai.
kesejahteraan hidup pasangan suami istri.
Di Sulawesi Selatan, status sosial
Hawkins dan Booth (2005), dalam dalam masyarakat merupakan hal penting
penelitian longitudinal di Amerika Serikat yang harus dijaga. Dengan tingkat pen-
menemukan bahwa perkawinan yang didikan tinggi, seseorang diharapkan lebih
tidak bahagia akan membawa efek negatif berhasil dalam menjaga keharmonisan
English, S. M. (1997). A Social Exchange Holden, K. C., & Smock, P. J. (1991). The
Analysis of Early and Late Divorce. Economic Cost of Marital Dissolution:
Thesis. Texas Tech University. Why Do Women Bear a Dispropor-
Fadjaryana. (2007). Studi Dampak Kekerasan tionate Cost? Annual Review of
Fisik dan Psikologis terhadap Istri. (Tesis, Sociology, 17, 51-78.
tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Johnson, D. R., & Wu, J. (2002). An
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Empirical Test of Crisis, Social
Mada. Selecetion, and Role Explanation of the
Fan, C. S., & Lui, H. K. (2004). Extramarital Relationship between Marital Disrup-
Affairs, Marital Satisfaction, And tion and Psychological Distress: A
Divorce: Evidence From Hong Kong. Pooled Time-series Analysis of Four-
Contemporary Economic Policy, 22(4), wave Panel Data. Journal of Marriage
442-452. and the Family, 64, 211-224.
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Kelly, J. B. (1989). How Adult React to
Attitude Intention and Behavior: An Divorce. In J. M. Henslin (Ed.),
Introduction to Theory and Research. Marriage and Family in a Changing
Sidney: Addison-Weley Publishing Society (pp.427-440). New York: Free
Company. Press.
Fu, X. (2006). Impact of Socioeconomic Kitson, G. C., & Morgan, L. A. (1990). The
Status on Inter-Racial Mate Selection Multiple Consequence of Divorce: A
and Divorce. The Social Science Journal, decade review. Journal of Marriage
43, 239-258. and the Family, 52, 913-924.
Gähler, M. (2006). “To Divorce Is to Die a Knoester, C., & Booth, A. (2000). Barriers
Bit…”: A Longitudinal Study of to Divorce? When Are They Effective?
Marital Disruption and Psychological When Are They Not? Journal of Family
Distress Among Swedish Women and Issues, 21(1), 78-99.
Men. The Family Joural: Counseling and Kposowa, A. J. (1998). The Impact of Race
Therapy for Couples and Families, 14(4), On Divorce in the United States.
372-382. Journal of Comparative Family Studies,
Gahler, M., Hong, Y., & Bernhardt, E. 29(3), 529-548.
(2009). Parental Divorce and Union Kulik, L., & Klien, D. (2010). Swimming
Disruption Among Young Adults in Against the Tide: Characteristics of
Sweden. Journal of Family Issues, 30(5), Muslim-Arab Women in Israel Who
688-713. Initiated Divorce. Journal of Community
Graaf, P. M., & Kalmijn, M. (2006). Divorce Psychology, 38(7), 918-931.
Motives in a Period of Rising Divorce. Lorenz, F. O., Simons, R. L., Conger, R. D.,
Evidence From a Dutch Life-History Elder, G. H., Jr., Johnson, C., & Cao,
Survei. Journal of Family Issues, 27(4), W. (1997). Married and Recently
483-505. Divorce Mothers’ Stressfull Events and
Hall, J. H., & Fincham, F. D. (2006). Distress: Tracing change across time.
Relationship Dissolution Following Journal of Marriage and the Family, 59,
Infidenlity: The Roles of Attributions 219-232.
and Forgiveness. Journal of Social and Maryati. (2007). Faktor Penyebab Cerai
Clinical Psychology, 25(5), 508-522. Gugat. Studi Kasus di Pengadilan
Agama Kota Jambi. Majalah Hukum sitions. In R.L. Simons & Associates
Forum Akademika, 16(2), 95-109. (eds), Understanding Differences between
Nadia, I. F. (1998). Kekerasan terhadap Divorce and Intact Families, Stress and
Perempuan: Kekerasan Terhadap Perem- Interaction, and Child Outcome (pp 45-
puan dari Perspektif Gender. Jakarta: 64). Thousand Oaks, CA: Sage.
Yayasan Lembaga Konsumen Indone- Stanley, S. M., Markman, H. J., & Whitton,
sia – The Ford Foundation. S. W. (2002). Communication, Conflict,
Nock, S. L. (2001). The Marriage of Equally and Commitment: insights on the
Dependen Spouses. Journal of Family Foundation of Relationship Success
Issues, 22(6), 756-777. from a National Survei. Family Process,
41(4), 659–675). http://dx.doi.org/
Orbuch, T. L., Veroff, J., Hassan, H., &
10.1111/j.1545-5300.2002.00659.x
Horrocks, J. (2002). Who will divorce:
A 14-year longitudinal study of black Sweeney, M. M. (2002). Remarriage and
and white couples. Journal of Social and the Nature of Divorce Does It Matter
Personal Relationships, 19(2), 179-202. Which Spouse Chose to Leave?.
Journal of Family Issues, 23(3), 410-440.
Rasche, H. J. (1987). Divorce, In M.B.
Sussman & S.K. Steinmetz, (Eds). Wagner, M., & Weiss, B. (2002). A Meta-
Handbook of Marriage and the Family, Analysis of German Research on Divorce
(pp. 597-624). New York: Plenum. Risk. Cologne: Research Institute for
Sociology University of Cologne.
Reis, H. T., Collins, W. A., & Berscheid, E.
(2000). The Relationship Context of Wagner, M., & Weiss, B. (2004). On the
Human Behavior and Development. Variation of Divorce Risks in Europe:
Psychological Bulletin, 126(6), 844-872. A Meta-Analysis. Paper Prepared for
“The 3rd Conference of the European
Rogge, R. D., & Bradbury, T. N. (1999). Till
Research Network an Divorce”.
Violence Does Us Part: The Differing
Germany: University of Cologne.
Roles of Communication and Aggres-
sion in Predicting Adverse Marital White, L. K. (1990). Determinants of
Outcomes. Journal of Consulting and Divorce: A Review of Research in the
Clinical Psychology, 67(3), 340-351. Eighties. Journal of Marriage and the
Family, 54(4), 904-912.
Salinah. (2004). Pengalaman Perempuan
Yang Mengajukan Cerai Gugat. (Studi Wolcott, I., & Hughes, J. (1999). Towards
Kasus Cerai Gugat di Propinsi Kaliman- Understanding the Reasons for
tan Selatan). (Tesis., tidak dipublikasi- Divorce. Working Paper, 20. Australian
kan). Jakarta: Program Studi Kajian Institue of Family Studies.
Wanita PPS Universitas Indonesia. Zakiyah, Y. T. (2005). Latar Belakang dan
Shortt, J. W., Capaldi, D. M., Kim, H. K., & Dampak Perceraian (Studi Kasus di
Owen, L. D. (2006). Relationship Sepa- Pengadilan Agama Wonosobo).
ration for Young, At-Risk Couples: (Skripsi tidak dipublikasikan). Sema-
Prediction From Dyadic Aggression. rang: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Journal of Family Psychology, 20(4), 624- Negeri Semarang.
631. Zargar, F., & Doost, H. T. N. (2008).
Simon, R. L. Johnson, C., & Lorensz, F. O. Divorce Incidence Factor in Falavar-
(1996). Family Structure Differences in jan. Journal Family Research, 3, 737-749.
Stress and Behavioral Predisposi-