You are on page 1of 29

ABSTRACT

Piping system is a construction that made as a way for air to flow, where compressed air are
resulted by compressor work. Purpose of this practical work is to make an understanding
about the influence of cooling and losses of air flow. Those characteristics are representated
by value of pressure (P), flow rate (Q), and friction coefficient. In addition, the influence of
air flow cooling and losses inside tubular pipe will be studied too. The equipment to be used
such compressor to compressing air, air pipe as flow line, flow meter to measure the
capacity, valve to control the capacity, pressure gauge to measure the pressure, thermometer
to measure the temperature and so on. In this practical work in the way to study the flow
characteristic, we will variate the pressure as control variabel and will cause alteration of
capacity and temperature. Later, the variabel control are pipe dimensions (diameter, length,
and angle). We will variating those values to calculating air flow characteristics. And in the
end of this practical work, we shall understand that losses will increase depend on how many
fittings, elbows, etc. For exmaple, by variating two value of valve opening where the small
one shall give higher pressure value and lower flow rate of the air flow. Lower air flow
means lower velocity, where low velocity shall give lower value of friction losses. The
conclution is, losses depend on many factors, include the influence of cooling of pipe.
Example of application in marine such starting engine process, navigator alarm, the use of
compressors in air starting system, cleanse turbocharged and sea cest.
ABSTRAK
Sistem pipa udara adalah jalur yang dibuat untuk mengalirkan udara, dimana udara
bertekanan dihasilkan oleh kompresor. Tujuan praktikum pipa udara adalah agar praktikan
mengerti tentang pengaruh pendinginan dan rugi-rugi pada aliran udara. Karakteristik-
karakteristik aliran tersebut direpresentasikan dalam bentuk nilai tekanan (P), nilai debit (Q),
dan nilai koefisien gesek. Selain itu, dikaji pula bagaimana pengaruh pedinginan terhadap
aliran dan rugi-rugi yang terjadi pada berbagai macam jalur aliran pipa udara. Peralatan yang
digunakan antara lain: kompresor untuk memampatkan udara, pipa udara sebagai tempat
mengalirnya udara, flow meter untuk mengukur kapasitas aliran udara, katup untuk mengatur
aliran udara, pressure gauge untuk mengukur tekanan udara, thermometer untuk mengukur
suhu pada saat percobaan pendinginan, busur derajat untuk mengukur sudut bukaan katup,
dan meteran untuk mengukur panjang pipa, dimana yang divariasikan adalah tekanan sebagai
variabel manipulasi dan akan menyebabkan perubahan pada bukan katup, kapasitas dan suhu
(variabel respon). Sedangkan untuk variabel kontrolnya adalah ukuran pipa (diameter dan
panjang). Contoh aplikasi pada bidang perkapalan misalnya pada saat menyalakan motor
induk kapal, tangki bahan bakar, penggunaan kompresor pada starting air system,
membersihkan turbocharge dan sea cest.

Bab I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Mesin Fluida merupakan konsentrasi ilmu yang mempelajari aliran fluida di dalam instalasi
pipa dan mesin fluida melalui percobaan di laboratorium. Aplikasi-aplikasi mesin fluida ini nanti
akan sangat berguna penerapannya pada sistem permesinan di Kapal. Beberapa materi-materi yang
dipelajari dalam mata kuliah ini yaitu diantaranya sistem pnemumatis, instalasi pipa udara,
instalasi pipa air, pompa sentrifugal, dan turbin pelton. Salah satu materi yang sangat menunjang
pembelajaran Mesin Fluida yaitu instalasi pipa udara.
Materi instalasi pipa udara merupakan suatu sistem perpipaan yang mengalirkan
fluida gas dari satu tempat ke tempat yang lain. Pembelajaran praktikum sangatlah
dibutuhkan guna menunjang skill mahasiswa mengenai instalasi pipa udara ini. Melalui
serangkaian praktikum instalasi pipa udara, mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
diharapkan mampu mengetahui cara kerja pipa udara, mengetahui kerugian/losses pada
instalasi pipa udara, dan mengetahui pengaruh temperatur pada saluran pipa udara.
Praktikum instalasi pipa udara merupakan salah satu latihan dasar bagi mahasiswa dalam
menempuh pembelajaran mata kuliah Mesin Fluida. Diharapkan kedepannya para mahasiswa dapat
mengaplikasikan materi ini dengan baik pada bidang perkapalan ataupun dalam dunia kerja nanti.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa saja kerugian/loses pada instalasi pipa udara?
b. Bagaimana pengaruh temperature pada saluran pipa udara ?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui kerugian/losses pada instalasi pipa udara
b. Mengetahui pengaruh temperatur pada saluran pipa udara
Bab II
Dasar Teori

2.1. Teori Kompresi


2.1.1. Hubungan antara Tekanan dan Volume (Hukum Boyle)
Jika selama kompresi, temperatur gas dijaga tetap (tidak bertambah panas) maka

1
pengecilan volume menjadi kali, maka akan menaikkan tekanan menjadi 2 kali.
2

1
Demikian pula jika volume menjadi kali, maka tekanan akan menjadi 3 kali lipat, dst.
3
“ Jika gas dikompresikan (atau diekspansikan) pada temperature tetap, maka
tekanannya akan berbanding terbalik dengan volumenya ”.
Pernyataan ini disebut dengan hukum Boyle dan dapat dirumuskan :

P1.V1 = P2. V2 = tetap

Dimana :
P1 = tekanan pada kondisi awal (Pa) atau (kgf/cm2)
P2 = tekanan pada kondisi akhir (Pa) atau (kgf/cm2)
V1 = Volume pada kondisi awal (m3)
V2 = Volume pada kondisi akhir (m3)

2.1.2. Hubungan antara Temperatur dan Volume (Hukum Charles)


“ Semua macam gas apabila dinaikkan temperaturnya sebesar 10 0C pada tekanan

1
yang tetap, akan mengalami pertambahan volume sebesar dari volumenya pada 0 0C.
273
Sebaliknya apabila temperature diturunkan sebesar 1 0C, akan mengalami pengurangan
volume dengan proporsi yang sama.”
Pernyataan ini disebut dengan hukum Charles dan dapat dirumuskan :
V1 T1
=
V2 T2
Dimana :
V1 = Volume pada kondisi awal (m3)
V2 = Volume pada kondisi akhir (m3)
T1 = Temperatur pada kondisi awal (°K)
T2 = Temperatur pada kondisi akhir (°K)

2.1.3. Persamaan Keadaan (Hukum Boyle - Charles)


Hukum Boyle dan Hukum Charles dapat digabungkan menjadi hukum
Boyle-Charles yang dapat dinyatakan sebagai :

P. V = G. R. T
Dimana :
P = tekanan mutlak (kgf/m2) atau (Pa)
V = Volume (m3)
G = Berat gas (kgf) atau (N)
T = Temperatur mutlak (ºK)
R = Konstanta gas (m/ºK)

2.2. Jenis-Jenis Kompresi


2.2.1. Kompresi Isothermal
Bila suatu gas dikompresikan, ini berarti ada energi mekanik yang diberikan
dari luar kepada gas. Energi ini diubah menjadi energi panas sehingga temperatur
gas akan naik jika tekanan semakin tinggi. Namun jika proses kompresi ini diikuti
dengan pendinginan untuk mengeluarkan panas yang terjadi, temperatur dijaga
tetap.
PV =tetap
P1 V 1=P2 V 2
(pompa dan kompresor; Ir.Sularso, Msme, tahun 2000, hal 181)
Gambar 2.1. Diagram PV
(hyperphysics.phy-astr.gsu.edu)

dimana : P1 , P2 : Tekanan (kgf/m2)


V 1 ,V 2 : Volume (m3)

2.2.2. Kompresi Adiabatik


Jika silinder diisolasi secara sempurna terhadap panas, maka kompresi akan
berlangsung tanpa ada panas yang keluar dari gas atau masuk kedalam gas. Dalam
prakteknya, proses adiabatik tidak pernah terjadi secara sempurna karena isolasi
terhadap silinder tidak pernah sempurna.

P. v k=tetap
k k
P1 v 1 =P2 v 2 = tetap

(pompa dan kompresor; Ir.Sularso, Msme, tahun 2000,hal 184)

Dimana
k :c p /c v

P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)

v1, v2 : Volume (m3)


k : Indeks adiabatic
Gambar 2.2. Diagram PV Adiabatik
(www.fisikaasyik.com).

2.2.3. Kompresi Politropik


Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan merupakan proses
isotermal, karena ada kenaikan temperatur. Namun juga bukan proses adiabatik
karena ada panas yang dipancarkan keluar. Jadi proses kompresi yang
sesungguhnya ada diantara keduanya.

P . v n=tetap
P1 v n1=P2 v n2
(pompa dan kompresor; Ir.Sularso, Msme, tahun 2000,hal 184)

Dimana : P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)


v1, v2 : Volume (m3)
n : Indeks politropik (n = 1.25 – 1.35)
Gambar 2.3. Diagram PV Politropik
(faculty.wwu.edu)

2.3. Jenis-Jenis Kompresor


2.3.1 Kompresor Dinamis
Kompresor dinamis dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kompresor sentrifugal dan
kompresor aksial
1. Kompresor Sentrifugal
Kompresor sentrifugal merupakan kompresor yang memanfaatkan gaya
sentrifugal yang dihasilkan oleh impeller untuk mempercepat aliran fluida udara (gaya
kinetik), yang kemudian diubah menjadi peningkatan potensi tekanan (menjadi gaya
tekan) dengan memperlambat aliran melalui diffuser.
Gambar 2.4. Kompresor Sentrifugal
(www.indotara.co.id)

2. Kompresor Aksial
Kompresor aksial adalah kompresor yang berputar dinamis yang
menggunakan serangkaian kipas airfoil untuk semakin menekan aliran fluida.
Aliran udara yang masuk akan mengalir keluar dengan cepat tanpa perlu
dilemparkan ke samping seperti yang dilakukan kompresor sentrifugal.
Kompresor aksial secara luas digunakan dalam turbin gas/udara seperti mesin
jet, mesin kapal kecepatan tinggi, dan pembangkit listrik skala kecil.

Gambar 2.5. Kompresor Aksial


(www.indotara.co.id)

2.3.2 Kompresor Perpindahan Positif


Kompresor perpindahan positif dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kompresor piston
(reciprocating compressor) dan kompresor putar (rotary).
1. Kompresor piston/torak (Reciprocating)
- Kompresor piston kerja tunggal
Kompresor piston kerja tunggal adalah kompresor yang memanfaatkan
perpindahan piston, kompresor jenis ini menggunakan piston yang didorong oleh
poros engkol (crankshaft) untuk memampatkan udara/ gas. Udara akan masuk ke
silinder kompresi ketika piston bergerak pada posisi awal dan udara akan keluar
saat piston/torak bergerak pada posisi akhir/depan.
Gambar 2.6. Kompresor Pison Kerja Tunggal
(www.indotara.co.id)

- Kompresor piston kerja ganda


Kompresor piston kerja ganda beroperasi sama persis dengan kerja tunggal,
hanya saja yang menjadi perbedaan adalah pada kompresor kerja ganda, silinder
kompresi memiliki port inlet dan outlet pada kedua sisinya. Sehingga
meningkatkan kinerja kompresor dan menghasilkan udara bertekanan yang lebih
tinggi dari pada kerja tunggal.
Gambar 2.7. Kompresor Pison Kerja Ganda
(www.indotara.co.id)

- Kompresor diafragma
Kompresor diafragma adalah jenis klasik dari kompresor piston, dan
mempunyai kesamaan dengan kompresor piston, hanya yang membedakan adalah,
jika pada kompresor piston menggunakan piston untuk memampatkan udara, pada
kompresor diafragma menggunakan membran fleksible atau difragma

.
Gambar 2.8. Kompresor diafragma
(www.indotara.co.id)
2. Kompresor putar (Rotary)
- Kompresor screw (Rotary screw compressor)
Kompresor screw merupakan jenis kompresor dengan mekanisme putar
perpindahan positif, yang umumnya digunakan untuk mengganti kompresor
piston, bila diperlukan udara bertekanan tinggi dengan volume yang lebih besar.

-
Gambar 2.9. Kompresor putar
(www.indotara.co.id)
- Lobe
Pompa lobe adalah jenis pompa perpindahan positif. Ini mirip dengan pompa
roda gigi kecuali lobus dirancang untuk hampir bertemu, daripada menyentuh
dan memutar satu sama lain. Pompa Lobe digunakan dalam berbagai bidang
industri termasuk pulp dan kertas, kimia, makanan, minuman, farmasi, dan
bioteknologi.
Gambar 2.10. Lobe
(www.agentpump.blogspot.com)

- Vane
Pompa ini menggunakan baling-baling yang dipertahankan tetap menekan lubang
rumah pompa oleh gaya sentrifugal bila rotor diputar. Cairan yang terjebak
diantara 2 baling dibawa berputar dan dipaksa keluar dari sisi buang  pompa.

Gambar 2.11. Vane Pump


(William Walonsky & Arthur Akers, Modern Hydraulics, 1990,103)

- Liquid Ring
Pompa Liquid-ring adalah pompa pemindahan positif yang berputar. pompa ini
biasanya digunakan sebagai pompa vakum, tetapi juga dapat digunakan sebagai
kompresor gas. Fungsi pompa liquid-ring mirip dengan pompa vane, dengan
perbedaannya adalah bahwa baling-baling merupakan bagian integral dari rotor
dan memutar cincin putar cairan untuk membentuk segel ruang kompresi.
Gambar 2.12. Liquid-ring Pump
(Mechanical Engineering Site)

- Pompa Roda Gigi Luar


Pompa ini merupakan jenis pompa rotari yang paling sederhana. Apabila gerigi roda
gigi berpisah pada sisi hisap, cairan akan mengisi ruangan yang ada diantara gerigi
tersebut. Kemudian cairan ini akan dibawa berkeliling dan ditekan keluar apabila
giginya bersatu lagi

-
Gambar 2.13. Pompa Roda Gigi Luar
(teknikmesin.blogspot.com)
2.4. Klasifikasi Rugi-Rugi (Losses)
Pada percobaan sistem instalasi pipa udara ini pada prinsipnya sama dengan percobaan
instalasi pipa air, perbedaannya terletak pada fluida yang dialirkan. Pada kompresor juga terdapat
kerugian – kerugian berupa rugi tekan dan aliran yang penting diketahui besarnya. rugi – rugi
tersebut :

a. Kerugian pada saluran akibat panjang pipa

λ . l . v2. ρ
∆ P=
2d
(www.engineering toolbox)
Dimana :
λ = Koefisien gesekan dalam pipa
l = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = Densitas udara (1.293 kg/m3)
d = Diameter pipa dalam (m)

b. Kerugian pada saluran akibat belokan dan aksesoris

( β /90 ) . ξ . v 2 . ρ
∆ P=
2
(www.engineering toolbox)
Dimana :
ξ = koefisien hambatan (tergantung pada sudut belokan)
β = sudut lengkung (900)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )
Minor Loss Coefficient,
Type of Componentor Fitting
k
Flanged Tees, Line Flow 0.2
Threaded Tees, Line Flow 0.9
Flanged Tees, Branched Flow 1
Threaded Tees, Branch Flow 2
Threaded Union 0.08
Flanged Regular 90o Elbows 0.3
Threaded Regular 90o Elbows 1.5
Threaded Regular 45o Elbows 0.4
Flanged Long Radius 90o Elbows 0.2
Threaded Long Radius 90o
0.7
Elbows
Flanged Long Radius 45o Elbows 0.2
Flanged 180o Return Bends 0.2
Threaded 180o Return Bends 1.5
Fully Open Globe Valve 10
Fully Open Angle Valve 2
Fully Open Gate Valve 0.15
¼ Closed Gate Valve 0.26
½ Closed Gate Valve 2.1
¾ Closed Gate Valve 17
Forward Flow Swing Check
2
Valve
Fully Open Ball Valve 0.05
1/3 Closed Ball Valve 5.5
2/3 Closed Ball Valve 200

Tabel 2.1. Minor Loss (Fluid Piping Systems)

c. Kerugian pada saluran akibat katup

ξ . v2 . ρ
∆ P=
2
(www.engineering toolbox)
Dimana :
ξ   = koefisien hambatan (tergantung pada sudut putar bukaan katup)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )

Sudut putar 
13 0.6
15 0.8
19 1.5
20 1.5
21 1.55
22 1.7
24 2
25 2.2
26 2.5
27 2.8
29 3.7
30 4
31 3.85
32 3.9
34 5.5
35 6
36 6.5
37 8
38 9
39 10
42 11.5
43 12
46 17
47 18.81
49 14.72
50 12.25
53 13.25
54 13.5
55 13.75
Tabel 2.2. Koefisien Hambatan pada Sudut Putar akibat belokan
(www.engineeringtoolbox.com)

2.5. Aplikasi di Bidang Marine dan non-Marine


2.5.1. Starting System
Pada mesin induk/utama diatas kapal, baik diesel 4-tak maupun 2-tak, 
digunakan udara bertekanan untuk menghidupkannya, udara ini dihasilkan dari
kompressor udara yang kemudian ditampung di tabung/bejana udara (air
reservoir). Tekanan kerja untuk udara start ini dimulai dari tekanan 25 – 30 bar.
Menurut peraturan  SOLAS, bahwa untuk mesin yang digerakkan langsung tanpa
reduction gear (gear box) harus dapat distart minimal 12 kali tanpa mengisi lagi,
sedangkan untuk mesin -mesin dengan gear box dapat distart 6 kali. Kompresor 
bisa di jalankan secara auto atau manual, dan pada kompressor maupun tabung
udara ini dilengkapi juga dengan katup pengaman(safety Valve) untuk mencegah
terjadinya kelebihan tekanan berlebihan akibat human error maupun salah satu
sistemnya yang error.
Prinsip kerjanya, untuk start engine baik pada saat kapal berangkat
ataupun saat olah gerak, dilaksanakan sebagai berikut, saat Udara bertekanan
dialirkan dari tabung udara, selanjut nya distributor valve menggerakan plunyer
untuk  bekerja maka udara ini langsung menekan piston melalui air starting valve
di cylinder head. Jadi udara tersebut melaksanakan kerja parallel, disamping
mengatur ke distributor valve sekaligus untuk udara start mendorong piston
kebawah pada tekanan minimal 7 bar sesuai tekanan dalam botol angin. Udara
dari bejana udara minimal 17 kg/cm2 (17 bar) karena bila tekanan udara
dibawahnya, maka udara tersebut tidak mampu menekan piston kebawah. Katup
tekan di bejana udara dibuka penuh, maka udara akan keluar ke main starting
valve. Setelah udara tersebut direduksi tekanannya hingga ±9- 10 bar.
Kesimpulannya untuk membuka air starting valve menggunakan udara
reduksi yang mengatur distributor valve. Setelah air starting valve terbuka, maka
udara start dengan tekanan sesuai pada tekanan kerja dibotol angina masuk
silinder motor melalui air starting valve yang terbuka untuk mendorong piston
kebawah (TMB), sehingga mesin dapat dijalankan. (ON).
Gambar 2.14. Instalasi sistem starter
(lokerpelaut.com)

2.5.2. Tangki Bahan Bakar


Instalasi pipa Udara pada tangki berfungsi agar udara yang berada pada bagian
atas tangki dapat bergerak bebas mengikuti naik dan turunnya permukaan cairan didalam
tangki seiring dengan berkurangnya cairan saat pemakaian dan bertambahnya cairan saat
pengisian cairan tersebut kedalam tangki. Jika tangki tidak dilengkapi dengan Instalasi
Pipa Udara maka aliran cairan yang keluar dari dalam tangki atau cairan yang masuk
kedalam tangki akan tersendat atau terhenti karena "terperangkapnya" udara didalam
tangki, bila terjadi pada Tangki Harian bahan bakar maka pasokan  atau supply bahan
bakar dari Tangki Harian menuju Mesin Induk / Main Engine atau Mesin Bantu /
Auxilary Engine (Genset) akan terganggu dan mengakibatkan mesin terhenti karena tidak
adanya pasokan bahan bakar.
Selain itu Pipa Udara berfungsi untuk mengurangi tekanan udara didalam
tangki yang naik karena pengaruh panas ( dari sinar matahari, panas mesin dan api ), ini
sangat berguna untuk tangki bahan bakar.
Secara ringkas prinsip kerja Pipa Udara yaitu, plunyer bertugas menekan bahan
bakar menuju pengabut melalui katup pelepas dan pipa tekanan tinggi. Plunyer
merupakan sebuah batang yang terdapat pada alur, pada dinding silindernya terdapat
lubang hisap, sedangkan pada kepala silinder terdapat katup yang akan terbuka apabila
tekanan mencapai nilai tertentu, lubang hisap akan terbuka dan tertutup oleh batang
plunyer.  Bahan bakar ini ditekan oleh plunyer dengan tekanan tinggi.  Pada saat plunyer
berada dititik mati bawah bahan bakar mengalir ke dalam silinder melalui lubang pintu
pemasukkan ke ruangan penyalur pada bagian atas plunyer.  Pada saat plunyer bergerak
ke atas, apabila permukaan dari plunyer bagian atas bertemu dengan bibir atas pintu
pemasukkan, bahan bakar mulai mengalir dengan suatu tekanan.  Pada saat plunyer
bergerak ke atas lagi, bahan bakar di dalam ruang pengantar mendorong katup pelepas
dan keluar melalui pipa tekanan tinggi ke pengabut.

Gambar 2.15. Instalasi pipa udara pada tangki bahan bakar


(www.bppp-tegal.com)

2.5.3. Kulkas
Pada dasarnya, kulkas menggunakan prinsip kerja hukum fisika
Termodinamika II, yaitu teori tentang perpindahan kalor. Dikatakan, kalor akan
berpindah sendirinya dari lingkungan bersuhu tinggi menuju lingkungan bersuhu
rendah, dan begitulah evaporator pada kulkas bekerja. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah urutan kerja siklus pendinginan pada kulkas :
1. Kompresor mengisap bahan pendingin (refrigerant) dari evaporator.
2. Kompresor memampatkan bahan pendingin tersebut menjadi gas bertekanan
tinggi, kemudian mendorong gas refrigerant bertekanan tinggi tersebut menuju
kondensor yang berada di luar kulkas.
3. Di dalam kondensor, gas refrigerant berkondensasi karena aliran udara dari luar
kulkas membuatnya menjadi dingin (menggunakan Hukum Termodinamika II).
Suhu yang dingin mengubah refrigerant menjadi titik-titik air bertekanan
tinggi.
4. Refrigerant cair bertekanan tinggi tersebut dialirkan melewati filter untuk
menyaring kotoran yang terbawa di dalam proses.
5. Refrigerant cair masuk ke pipa kapiler yang tipis dan panjang, sehingga
tekanannya pun berubah rendah.
6. Refrigerant cair masuk ke dalam evaporator dan berubah menjadi gas kembali.
Pada proses ini pula refrigerant berfungsi untuk menyerap udara panas dari
dalam kulkas, sehingga bagian dalam kulkas menjadi dingin.
7. Berulang ke langkah 1
Proses di atas menjelaskan mengapa bagian belakang kulkas terasa lebih
panas, hal itu dikarenakan aliran gas refrigerant bertekanan tinggi yang menyerap
udara dingin di sekitar kulkas, sehingga udara di sekitarnya menjadi lebih panas
dari biasanya.
Gambar 2.16. Komponen Kulkas Dilihat dari samping
(www.kliktukang.com)

2.5.4. Air Conditioner (AC)


Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor
dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser. Di bagian kondenser ini
refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase uap menjadi refrigent
fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di
dalam refrigent. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan
dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari
substansi yang akan didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondenser relatif
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada pada pipi-pipa
evaporator. Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase
uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini
refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi dari fase cair ke fase
uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam evaporator ini refrigent akan berubah
keadaannya dari fase cair ke fase uap, perubahan fase ini disebabkan karena tekanan
refrigent dibuat sedemikian sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan melalui
evaporator tekanannya menjadi sangat turun.
Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada
dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada
kondenser. Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap maka
untuk merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini membutuhkan energi
yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah energi yang berada
di dalam substansi yang akan didinginkan. Dengan diambilnya energi yang diambil dalam
substansi yang akan didinginkan maka enthalpi substansi yang akan didinginkan akan
menjadi turun, dengan turunnya enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan
didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi
pendinginan yang sesuai dengan keinginan. Dengan adanya mesin pendingin listrik ini
maka untuk mendinginkan atau menurunkan temperatur suatu substansi dapat dengan
mudah dilakukan.
Perlu diketahui Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah
fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat
dipompa (diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi.
Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan cooling
coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor (pompa),
condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar. Udara panas dari
ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan refrigerant yang dingin,
sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan.
Pada kompresor, gas refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara
pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan,
yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat mengontrol motor kompresor
untuk mengatur suhu ruangan.

Gambar 2.17. Rangkaian sistem pada AC


(cvastro.com)
Bab III
Tahapan Praktikum

3.1 PERALATAN PRAKTIKUM

No Nama Gambar Fungsi


1 Kompresor Untuk memampatkan
udara (fluida kerja)

2 Tempat Untuk tempat penampung


penampung es es di percobaan pipa 2
dengan es.

3 Pressure gauge Untuk mengukur tekanan


fluida.

4 Flow meter Untuk mengukur kapasitas


fluida yang dialirkan.
5 Pengatur aliran Untuk mengatur aliran
(katup) fluida yang diujikan.

6 Busur Derajat Untuk menghitung dan


menentukan sudut putar
katup.

7 Termometer Untuk mengukur suhu.

8 Pipa udara Untuk jalur mengalirnya


fluida gas.
9 Penggaris Untuk mengukur panjang
pipa.

3.2 GAMBAR RANGKAIAN PRAKTIKUM

Gambar 3.10. Rangkaian Pipa Udara Sesuai Modul

Gambar 3.11 Rangkaian Pipa Udara percobaan


Gambar 3.12 Rangkaian Pipa Udara percobaan 2 dengan es

Gambar 3.13 Rangkaian Pipa Udara percobaan 2 tanpa es

Gambar 3.14 Rangkaian Pipa Udara percobaan 3


3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM
3.3.1 Percobaan pipa 1 (pipa panjang dengan belokan)

1. Katup inlet pada pipa 1 dibuka dan katup inlet pada pipa 2 dan 3 ditutup
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
4. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
5. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
6. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.

3.3.2 Percobaan pipa 2 (pipa lurus tanpa pedingin)


1. Katup inlet pada pipa 2 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup
2. Langkah urutan kedua sampai keenam diulangi pada percobaan 1
3. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
4. Kompresor dinyalakan
5. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
6. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
7. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
8. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.

3.3.3 Percobaan pipa 2 (pipa lurus dengan pendingin)


1. Katup inlet pada pipa 2 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup.
2. Temperatur pipa didinginkan sampai konstan ( temperatur ditentukan pada waktu
praktikum)
3. Kompresor dinyalakan
4. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
5. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
6. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
7. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.

3.3.4 Percobaan pipa 3 (pipa lurus dengan belokan halus)


1. Katup inlet pada pipa 3 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 2 ditutup.
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
4. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
5. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
6. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan
3.4. DATA HASIL PRAKTIKUM
3.4.1. Tabel untuk Pipa 1
No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)

3.4.2. Tabel untuk Pipa 2 (Tanpa es)


No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)

3.4.3. Tabel untuk Pipa 2 (Dengan es)


No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)

3.4.4. Tabel untuk Pipa 3


No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)

You might also like