You are on page 1of 8

Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page.

1-8

PERANAN DISIPLIN KERJA DAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)


DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN
Muhammad Faishal, B Lena Nuryanti S & M. Masharyono
Universitas Pendidikan Indonesia
muhammad.faishal95@student.upi.edu

Abstract: The crisis of employee performance is a critical problem raised by management within the company. The
company's financial problems are still a lot of complexity by companies in various sectors in the country, both engaged
in the public and private sectors, in the fields of health, education, banking, state-owned companies, to small
companies. Low competency and inaccessible to work targets because of the low quality of human resources.
Performance is a real work carried out by every employee must be in accordance with their role in the company,
which means that the quality of employee performance and work results are less than satisfactory and the low
creativity of employees. This happened at PT XYZ company where the level of employee performance decreases every
year. Surely this is far from the expectations of companies that ask their employees to have good performance. This
study discusses research on work coordination and occupational safety & health (k3) on employee performance This
research uses quantitative methods involving 45 respondents using saturated samples with data collection techniques
using questionnaires. The data analysis technique used is descriptive analysis. The results of this study indicate that
the picture of work discipline in the high category, the picture of occupational safety and health (k3) in the category
is quite high and the description of employee performance in the high category.

Keywords: work discipline, occupational safety & health (k3), employee performance

Abstrak: Krisisnya kinerja karyawan adalah masalah kritis yang diajukan oleh manajemen dalam perusahaan.
Permasalahan keuangan perusahaan masih banyak kerumitan oleh perusahaan di berbagai sektor di negara, baik
bergerak di sektor publik maupun swasta, di bidang kesehatan, pendidikan, perbankan, perusahaan milik negara,
hingga perusahaan kecil. Kompetensi rendah dan tidak dapat diakses target kerja karena rendahnya kualitas sumber
daya manusia. Kinerja merupakan kerja nyata yang dilakukan oleh setiap karyawan harus sesuai dengan perannya
dalam perusahaan, yang berarti kinerja karyawan yang berkualitas dan hasil kerja yang kurang memuaskan dan
rendahnya kreativitas karyawan. Hal ini terjadi pada perusahaan PT XYZ di mana tingkat kinerja karyawan menurun
pada setiap tahunnya. Tentunya hal ini jauh dari harapan perusahaan yang meminta para karyawannya memiliki
kinerja yang baik. Penelitian ini membahas tentang penelitian tentang koordinasi kerja dan keselamatan & kesehatan
kerja (k3) terhadap kinerja karyawan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melibatkan 45 responden
menggunakan sampel jenuh dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran disiplin kerja dalam kategori
tinggi, gambaran keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dalam kategori cukup tinggi dan gambaran kinerja karyawan
dalam kategori tinggi.

Kata kunci: disiplin kerja, keselamatan & kesehatan kerja (k3), kinerja karyawan

PENDAHULUAN mencapai organisasi objektif . Sumber daya manusia


Masalah sumber daya manusia saat ini masih adalah faktor dinamis maju yang mampu menentukan
tetap menjadi pusat perhatian bagi suatu perusahaan atau menarik suatu organisasi, sehingga instansi dengan
untuk bertahan di era globalisasi dalam menghadapi sumber daya manusia yang handal dapat memenangkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) perusahaan persaingan (Senen, Sumiyati, & Masharyono, 2016).
dituntut untuk melakukan persaingan usaha yang lebih Sumber daya manusia tetap menjadi satu bagian penting
kompetitif baik dengan pasar dalam negeri maupun luar dalam sebuah perusahaan atau organisasi, oleh karena
negeri (Ayu, Sujana, & Zukhri, 2017:70). Organisasi itu sumber daya manusia diperhatikan dengan seksama
tanpa sumber daya manusia yang baik dalam hal strategi (Masharyono & Senen, 2015).
dan operasi tidak akan dapat mempertahankan dan Karyawan yang bekerja sesuai dengan
mencapai tujuan organisasi (Nuryanti, Masharyono, & kemampuan dan sesuai dengan posisinya relatif akan
Fauziatunisa, 2019). bekerja dengan baik. Apabila kinerja individu baik
Sumber daya manusia merupakan aset maka kinerja perusahaanpun akan baik. Kinerja
terpenting dalam organisasi, karena berperan dalam karyawan merupakan sesuatu yang sangat penting

1
Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page. 1-8

dalam upaya organisasi untuk mencapai tujuannya. Masalah yang sering muncul dalam
(Senen et al., 2016). perusahaan saat ini adalah kurangnya perhatian
Masalah kinerja masih menjadi topik terhadap aspek manusiawi. Bila ingin memahami
permasalahan dalam peneltian MSDM seperti yang perilaku karyawan, seorang manajer atau pimpinan
dilakukan oleh Bolanle Odunlami dan Oludele Matthew harus dapat menciptakan kondisi–kondisi yang
(2014:115) mengenai kinerja karyawan di industri mendukung karyawan dan kegairahan kerja, sehingga
manufaktur menyatakan bahwa karyawan merupakan dengan kondisi tersebut karyawan dapat meningkatkan
bagian yang tidak dapat terpisahkan dari manajemen mutu kerjanya sehingga sekaligus dapat meningkatkan
sumber daya manusia. Krisisnya kinerja karyawan kuantitas perusahaan itu sendiri (Ismail, 2016).
adalah masalah kritis yang dihadapi oleh manajemen Rendahnya kinerja karyawan masih menjadi
dalam perusahaan.Permasalahan kinerja karyawan isu utama dalam pengelolaan sumber daya manusia.
masih banyak dihadapi oleh perusahaan di berbagai Kinerja karyawan menjadi sangat penting untuk terus
sektor di banyak negara, baik bergerak di sektor publik ditingkatkan agar organisasi dapat mencapai tujuan.
maupun swasta, di institusi kesehatan, pendidikan, Karyawan berkinerja rendah merupakan prioritas yang
perbankan, perusahaan milik negara, sampai dihadapi perusahaan saat ini, sehingga memaksimalkan
perusahaan kecil, maka memaksimalkan kinerja kinerja menjadi tantangan utama suatu organisasi
karyawan. Jadilah tantangan besar bagi setiap (Senen & Triananda, 2016).
organisasi untuk dapat menggunakan sumber daya yang Seorang karyawan yang memiliki kinerja
ada dengan lebih efisien dan efektif untuk tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan
mempertahankan daya saing (Senen & Triananda, sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2016). Sebaliknya tujuan perusahaan susah atau bahkan tidak
Salah satu sektor publik yang mengalami dapat tercapai bila karyawannya bekerja tidak memiliki
masalah kinerja yaitu Badan Usaha Milik Negara kinerja yang baik sehingga tidak dapat menghasilkan
(BUMN), merupakan suatu badan milik pemerintah kerja yang baik pula (Wairooy, 2017).
yang ikut bersaing dunia usaha. Berdasarkan jenisnya, Pengukuran kinerja (performance
perusahaan BUMN dapat dikategorikan menjadi measurement) diperlukan untuk dapat mengetahui
Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum sejauh mana keberadaan, peran, dan kontribusi sumber
(Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan), walaupun daya manusia dalam mencapai keberhasilan organisasi.
bentuk Perjan kemudian ditiadakan. Setiap perusahaan Tanpa adanya evaluasi atau pengukuran kinerja dalam
BUMN akan berusaha untuk mencapai tujuan pendirian mencapai tujuan organisasi, maka tidak dapat diketahui
BUMN berdasarkan UU Nomor 19 tahun 2003 yaitu penyebab ataupun kendala-kendala kegagalan
“Menjadi BUMN yang profesional untuk meningkatkan organisasi dalam mencapai tujuan (Putri et al., 2013).
nilai BUMN”. Salah satu faktor penting keberhasilan Faktor sumber daya manusia memegang peran
BUMN dalam mencapai tujuannya adalah sumber daya yang paling penting dan utama dalam proses produksi
manusia berkualitas dan pengelolaan sumber daya karena alat produksi tidak akan berjalan tanpa
manusia yang baik agar memperoleh kinerja yang dukungan dan keberadaan sumber daya manusia
optimal. (Ismail, 2016).
Sarana transportasi adalah salah satu hal yang Kinerja perusahaan dikatakan berkualitas dan
sangat penting dalam memperlancar keberhasilan berhasil dalam mencapai tujuan dapat dipengaruhi oleh
pembangunan perkembangan wilayah yang dapat faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan
menunjang segala kegiatan ekonomi yang dilakukan seperti disiplin kerja, pendidikan dan pelatihan (diklat)
oleh masyarakat. Berkat adanya sarana transportasi, karyawan sesuai dengan kemampuan karyawan dalam
masyarakat mendapatkan kemudahan akses dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga
mendapatkan segala kebutuhan hidup sehari-hari, serta menghasilkan output yang berkualitas (Suardi, Anton,
mampu untuk meningkatkan kehidupan sosial dan & Suharsil, 2014). Disiplin kerja sangat penting karena
ekonomi masyarakat (S & Panjaitan, 2016:273). dengan karyawan yang mempunyai disiplin kerja maka
Rendahnya intensitas dan tidak dapat akan menghasilkan kualitas kerja, kuantitas kerja dan
diaksesnya target kerja karena rendahnya kualitas waktu kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan
kinerja sumber daya manusia. Kinerja merupakan kinerja karyawan (Wairooy, 2017).
perilaku nyata yang ditunjukkan oleh setiap karyawan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
harus sesuai dengan perannya dalam perusahaan, bahwa (Muogbo, 2013) pada industri manufaktur, disimpulkan
dampak rendahnya kinerja karyawan adalah kualitas bahwa kinerja karyawan relatif rendah ditandai dengan
dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan kurang meningkatnya absensi karyawan, tetapi masih ada cara
memuaskan dan rendahnya kreativitas karyawan untuk memperbaikinya. Pencapaian kinerja karyawan
(Nuryanti & Rahmawati, 2016). dapat melalui penilaian disiplin kerja karyawan.
Disiplin kerja sebagai suatu sikap kesediaan dan

2
Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page. 1-8

kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati Program keselamatan dan kesehatan kerja
norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya (Ayu sebaiknya dimulai dari tahap yang paling dasar, yaitu
et al., 2017). pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Kedisiplinan karyawan mutlak diperlukan Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat
agar seluruh aktivitas yang sedang dan akan berfungsi dan efektif, apabila program tersebut dapat
dilaksanakan berjalan sesuai mekanisme yang telah terkomunikasikan kepada seluruh lapisan individu (S &
ditentukan. Kedisiplinan kerja akan mendorong Panjaitan, 2016).
karyawan agar tidak akan melakukan tindakan-tindakan Ketika karyawan merasa terjamin keselamatan
yang dapat merugikan perusahaan (Mang, Mariani, & dan kesehatan kerja dan disertai dengan pemberian
Sariyathi, 2017). insentif maka ekspektasi terhadap karyawan agar
Meningkatkan disiplin kerja karyawan perlu bekerja seoptimal mungkin sangat tinggi. Sedangkan
adanya fasilitas kerja yang baik. Fasilitas kerja Insentif seringkali diartikan sebagai penggerak atau
merupakan suatu bentuk pelayanan perusahaan pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para
terhadap karyawan agar menunjang kinerja dalam pekerja, agar dalam diri mereka timbul semangat yang
memenuhi kebutuhan karyawan, sehingga dapat lebih besar untuk berprestasi. Insentif sebagai
meningkatkan produktifitas kerja karyawan (Ismail, perangsang agar supaya para karyawan bekerja dengan
2016). penuh tanggung jawab sehingga kinerja karyawan dapat
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tercapai (Munandar, Astuti, & Hakam, 2014)..
kinerja antara lain: kompensasi, lingkungan kerja, Keselamatan dan kesehatan kerja termasuk
budaya kerja, motivasi, disiplin kerja, kemampuan kerja salah satu program pemeliharaan yang ada di
dan K3 (Putri et al., 2013). perusahaan. Pelaksanaan program keselamatan dan
Winaryo & Sunaryo (2016) menyebutkan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting
bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh faktor karena bertujuan untuk menciptakan sistem
intrinsik dan ektrinsik karyawan. Faktor-faktor intrinsik keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan
yang mempengaruhi kinerja karyawan terdiri dari unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi
keterampilan, emosi dan spritual. Sedangkan faktor kecelakaan (Juniarti & Halin, 2017).
ektrinsik yang mempengaruhi kinerja karyawan terdiri Perkembangan perusahaan sangat tergantung
dari lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, pada kinerja karyawan yang dimilikinya. Apabila dapat
komunikasi vertikal dan horizontal, kompensasi, memelihara dan menjaga seluruh karyawannya dengan
fasilitas, pelatihan, beban kerja, prosedur kerja, sistem baik. Melalui program K3 yang baik diharapkan dapat
hukuman dan sebagainya. menurunkan tingkat kecelakaan kerja dan mampu
Berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh meningkatkan kinerja karyawan, sehingga prestasi
Heryati & Menzata (2018:71) salah satu cara dalam kerjanya meningkat yang tercermin dari peningkatan
meningkatkan kinerja karyawan berupaya melakukan pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat. Dengan
keselamatan operasional transportasi dalam adanya program K3 konflik-konflik antara karyawan
mewujudkan operasional transportasi menuju nihil dengan perusahaan tentang jaminan keselamatan
kecelakaan (zero accident). Pengelolaan keselamatan karyawan dapat diatasi, karena karyawan beranggapan
transportasi perlu dilakukan dengan sistematis dan bahwa perusahaan akan memikirkan keselamatan
berkelanjutan. Permasalahan kurangnya program diklat mereka saat bekerja.
pemahaman K3 yang dilaksanakan pada suatu Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
perusahaan mempengaruhi penilaian kinerja tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil
keselamatan operasional transportasi dalam laju temuan mengenai: (1) Bagaimana tingkat disiplin kerja
penurunan frekuensi kecelakaan atau peristiwa luar (2) Bagaimana pelaksanaan K3 (Keselamatan dan
biasa hebat (PLH) dari waktu ke waktu. Kesehatan, Kerja) (3) Bagaimana tingkat kinerja
Berdasarkan hasil catatan Ditjen karyawan (4) Adakah pengaruh disiplin kerja terhadap
Perkeretaapian Kementerian Perhubungan di luar faktor kinerja karyawan (5) Adakah pengaruh K3
eksternal, faktor penyebab kecelakaan kereta api (Keselamatan dan Kesehatan, Kerja) terhadap kinerja
didominasi oleh human error operator dengan karyawan (6) Adakah pengaruh disiplin kerja dan
persentase 25% disusul faktor sarana 24%, prasarana keselamatan & kesehatan kerja (k3) terhadap kinerja
15%, dan alam 7%. Faktor human error pada karyawan.
kecelakaan kereta api sering dianggap kesalahan hanya
masinis saja, namun perlu investigasi lebih mendalam KAJIAN PUSTAKA
karena human error yang terjadi merupakan kontribusi Wayne Mondy & Joseph (2016) manajemen
dari aspek lain seperti manajemen, sistem, dan lainnya sumber daya manusia (MSDM) adalah penggunaan
(Budiawan, Sriyanto, Purwanggono, & Tauhida, 2017) individu untuk mencapai tujuan organisasi. Pada

3
Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page. 1-8

dasarnya, semua manajer menyelesaikan sesuatu tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
melalui usaha orang lain. Akibatnya, manajer di setiap dilakukan oleh para pegawai dalam perusahaan.
level harus memperhatikan MSDM. Individu yang Menurut Wayne Mondy & Joseph (2016)
menangani masalah sumber daya manusia menghadapi keselamatan melibatkan melindungi karyawan dari
banyak tantangan, mulai dari tenaga kerja yang terus cedera akibat kecelakaan kerja. Kesehatan mengacu
berubah sampai peraturan pemerintah yang selalu ada, pada kebebasan karyawan dari penyakit fisik atau
revolusi teknologi, dan dunia. emosional. Aspek pekerjaan ini penting karena
Menurut Aryono (2016:9) sumber daya manusia adalah karyawan yang bekerja di lingkungan yang aman dan
aset yang paling penting dalam sebuah perusahaan atau menikmati kesehatan yang baik lebih cenderung
organisasi. Karyawan dapat menjadi potensial jika produktif dan menghasilkan keuntungan jangka
dikelola dengan baik dan benar, tapi akan menjadi panjang bagi organisasi.
beban jika tidak dikelola dengan benar. Kualitas sumber Wayne Mondy & Joseph (2016)
daya manusia akan menjadi kekuatan bagi manajemen mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan mendukung kinerja suatu perusahaan atau sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau
organisasi untuk mencapai tujuan yang baik. akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja
Menurut Wayne Mondy & Joseph (2016) (termasuk pekerja kontrak), tamu atau orang lain di
Orang yang terlibat dalam pengelolaan SDM tempat kerja.Wayne Mondy & Joseph (2016) Bahwa
berkembang dan bekerja melalui sistem manajemen dimensi keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
sumber daya manusia terpadu. Ada enam area Ergonomi yaitu Proses perancangan tempat kerja untuk
fungsional dikaitkan dengan manajemen sumber daya menunjang kemampuan orang dan pekerjaan atau
manusaia yang efektif diantaranya: 1) Staffing tuntutan tugas.
(Karyawan), 2) Performance management (Manajemen Menurut Widodo (2015:133) faktor yang
kinerja), 3) Human resource development mempengaruhi kinerja diantaranya: (1) Kualitas dan
(Pengembangan sumber daya manusia), 4) kemampuan pegawai: yaitu hal-hal yang berhubungan
Compensation (Kompensasi), 5) Employee and labor dengan pendidikan/ pelatihan, etos kerja, motivasi
relations (Hubungan karyawan dan tenaga kerja), 6) kerja, sikap mental, dan kondisi fisik pegawai (2)
Sefty and healty (Keselamatan dan kesehatan). Sarana pendukung: yaitu hal yang berhubungan dengan
Wayne Mondy & Joseph (2016) Employee and lingkungan kerja (keselamatan kerja, kesehatan kerja,
labor relations (Hubungan karyawan dan tenaga kerja) sarana produksi, teknologi) dan hal-hal yang
terdiri dari kegiatan manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan kesejahteraan pegawai (upah/gaji,
(MSDM) yang terkait dengan pergerakan karyawan di jaminan sosial, keamanan kerja) (3) Supra sarana: yaitu
dalam perusahaan dan hubungan antara karyawan dan hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan- kebijakan
pengusaha di dalam perusahaan. Topik seperti itu pemerintah dan hubungan industrial manajemen.
meliputi tindakan disiplin, penghentian, penurunan Menurut Wayne Mondy & Joseph (2016)
pangkat, perampingan, mutasi, promosi, pengunduran dimensi kinerja yaitu diantaranya: 1) kualitas kerja, 2)
diri, dan masa pensiun. kuantitas kerja, 3) kerjasama, 4) inisiatif, 5) tanggung
Wayne Mondy & Joseph (2016) Mengemukakan
bahwa disiplin adalah keadaan pengendalian diri
karyawan dan perilaku tertib yang menunjukkan tingkat
kerja sama tim dalam suatu organisasi. Aspek hubungan
kerja internal yang perlu namun sering dicoba adalah
penerapan tindakan disipliner, yang meminta penalti
terhadap karyawan yang gagal memenuhi standar yang
telah ditetapkan.
Edi Sutrisno (2017:96) mengemukakan
dimensi disiplin kerja adalah sebagai berikut : (1) Taat
terhadap aturan waktu : Dilihat dari jam masuk kerja,
jam pulang, dan jam istirahat yang tepat waktu sesuai
dengan aturan yang berlaku di perusahaan (2) Taat
terhadap peraturan perusahaan: Peraturan dasar tentang jawab kepemimpinan, 6) kemampuan membuat
cara berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan keputusan.
(4) Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan:
Ditunjukan dengan cara-cara melakukan pekerjaan- GAMBAR 2.1
pekerjaan sesuai dengan jabatan, tugas dan tanggung PARADIGMA PENELITIAN
jawab serta cara berhubungan dengan unit kerja lain (4)
Taat terhadap peraturan lainnya diperusahaan: Aturan METODE PENELITIAN

4
Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page. 1-8

Penelitian ini menggunakan pendekatan kerja tanpa izin atasan, kesesuaian waktu Istirahat,
manajemen sumber daya manusia menganalisis penyalahgunaan waktu kerja, melakukan check in pada
pengaruh disiplin kerja dan keselamatan kesehatan waktu masuk kerja, datang ditempat kerja sebelum jam
kerja terhadap kinerja karyawan. Independent variabel kerja, menggunakan waktu istirahat dengan tepat,
atau variabel bebas yaitu disiplin kerja dan Keselamatan sistem pendataan kehadiran. Dimensi taat terhadap
kesehatan kerja yang memiliki indikator. Sedangkan peraturan perusahaan dari indikator SOP (Standar
masalah penelitian yang menjadi dependent variabel Operasional Prosedur), Ketepatan menyelesaikan tugas,
atau variabel terikat adalah kinerja karyawan yang sopan santun, teguran, menggunakan/melalui pintu
memiliki dimensi. yang telah ditentukan untuk masuk atau keluar
Adapun yang menjadi objek penelitian sebagai kompleks perusahaan, mengabaikan kewajiban.
variabel X atau variabel bebas (independent variabel) Dimensi taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan
adalah disiplin kerja (X1) dengan indikatornnya 1) taat dari indikator ketaatan terhadap bertingkah laku dalam
terhadap aturan waktu, 2) taat terhadap peraturan bekerja, Mengabaikan tugas, kejujuran dalam bekerja,
perusahaan, 3) taat terhadap peraturan perilaku dalam kesesuaian pekerjaan, kemampuan menggunakan alat-
perusahaan, dan 4) taat terhadap peraturan lainnya di alat perusahaan, perizinan, kemampuan merawat alat
perusahaan. Serta keselamatan dan kesehatan kerja kerja, merasa keberatan jika harus selalu taat dan patuh
(X2) dengan indikatornya yang mencakup 1) kepada atasan, memiliki Etika dalam bekerja, memiliki
Ergonomi. Masalah penelitian yang merupakan kemampuan berkomunikatif, mengutamakan
variabel Y atau variabel terikat (dependent variable) kepentingan pekerjaan. Dimensi terhadap peraturan
adalah kinerja karyawan yang dimensinya mencakup 1) lainnya dari indikator kepatuhan terhadap perintah
kualitas kerja, 2) kuantitas kerja, 3) kerjasama, 4) atasan, cuti tahunan, istirahat panjang, pencemaran
inisiatif, 5) tanggung jawab kepemimpinan, 6) nama baik, kemampuan Menyimpan rahasia
kemampuan membuat keputusan. perusahaan, kemampuan memeliharaan tempat kerja,
Menurut Sugiyono (2017:7) jenis penelitian mengikuti breafing sebelum melakukan pekerjaan,
yang digunakan berdasarkan variabel-varibel yang membuat isu-isu yang dapat menimbulkan terjadinya
diteliti, maka penelitian yang dilakukan bersifat keresahan, penggunaan barang-barang milik
deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif dalam perusahaan.
penelitian ini ditujukan untuk mengetahui secara Berdasarkan hasil penelitian dari angket yang
keseluruhan mengenai disiplin kerja, keselamatan dan disebar kepada 45 responden dapat diketahui bahwa
kesehatan kerja. Menurut Sugiyono, (2017:7) disiplin kerja mencapai skor 13860 dari skor kriterium
mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif atau jumlah maksimal. Perolehan nilai responden
merupakan penelitian yang dilakukan untuk teretak pada daerah sedang yaitu interval 1980-13860,
menggambarkan variabel mandiri, baik hanya pada satu aspek disiplin kerja kerja paling tinggi yaitu terdapat
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) pada dimensi Taat terhadap aturan perilaku dalam
tanpa membuat perbandingan dan mencari variable pekerjaan memperoleh skor sebanyak 3284 atau 80%,
itu dengan variabel lain. Tujuan dari penelitian sementara dimensi paling rendah yaitu pada Taat
deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau terhadap peraturan perusahaan memperoleh skor 1790
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengatasi atau 81%. Variabel keselamatan dan kesehatan kerja
fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena terdiri dari satu dimensi dan empat indikator yaitu
yang diselidiki. Penelitian deskriptif ini mempunyai dimensi ergonomi dari indikator fisik, kognitif,
maksud mengetahui gambaran secara keseluruhan organisasi, lingkungan.
mengenai gambaran disiplin kerja, gambaran Berdasarkan hasil penelitian dari angket yang
keselamatan & kesehatan kerja (k3), gambaran kinerja disebar kepada 45 responden diketahui bahwa
karyawan. keselamatan dan kesehatan kerja karyawan Pt Kereta
Berdasarkan jenis penelitian deskriptif yang Api Indonesia (Persero) Daop 2 Bandung mencapai
dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, skor 3229 dari skor kriterium atau jumlah maksimal
maka metode yang digunakan dalam penelitian ini perolehan nilai responden terletak pada daerah efektif
adalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yaitu pada interval 675-4725, sehingga dapat dikatakan
mengenai disiplin kerja, Keselamatan dan kesehatan bahwa dalam penelitian ini keselamatan dan kesehatn
kerja terhadap kinerja karyawan kerja yang dimiliki oleh karyawan Pt Kereta Api
Indonesia (Persero) Daop 2 Bandung telah
HASIL DAN PEMBAHASAN diaplikasikan dengan cukup baik, namun kepuasan
Variabel disiplin kerja terdiri dari empat kerja karyawan perlu ditingkatkan lagi karena semua
dimensi dan tiga puluh empat indikator, diantaranya dimensi berada dibawah skor ideal.
yaitu dimensi taat terhadap aturan waktu dari indikator Aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada
ketepatan waktu bekerja, kemangkiran kerja, pulang dimensi ergonomi memperoleh skor sebanyak 3229

5
Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page. 1-8

atau 68%. Secara keseluruhan variabel keselamatan dan menyelesaikan masalah pekerjaan, karyawan dan
kesehatan kerja memperoleh skor 3229, apabila di atasan selalu berdiskusi dalam menyelesaikan masalah
persentasekan kedalam skor ideal maka diperoleh pekerjaan, karyawan cekatan dalam menjalani
persentase sebesar 68%, dapat dikatakan menurut tugasnya, karyawan bekerja walau tidak ada perintah,
Moch. Ali (2013:184) bahwa hampir seluruh responden karyawan selalu mengantisipasi adanya masalah dalam
menyatakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam bekerja, karyawan bekerja sekreatif mungkin dalam
kategori tinggi. menyelesaikan pekerjaan, adanya kepercayaan terhadap
Variabel kinerja karyawan terdiri dari enam diri sendiri yang melekat, karyawan mampu
dimensi dan enam puluh dua indikator, diantaranya menentukan dan mengatur prioritas kerja secara efektif,
dimensi kualitas kerja dari indikator mengutamakan memilih tindakan yang tepat dalam menunjang proses
kualitas dari pekerjaan yang dikerjakan, teliti dalam pekerjaan, atasan ikut berpartisipasi dalam penentuan
mengerjakan pekerjaan, antusias dalam bekerja, tugas.
dukungan dari atasan, mengerjakan pekerjaan sesuai Berdasarkan hasil penelitian dari angket yang
dengan aturan, keterampilan karyawan dalam bekerja, disebar kepada 45 responden diketahui bahwa kinerja
karyawan lebih mengutamakan mutu pekerjaan, karyawan mencapai skor 17063 dari skor kriterium atau
loyalitas kerja, pengetahuan dan keahlian, ketenangan jumlah maksimal perolehan nilai responden terletak
dalam bekerja, ketepatan dan kebenaran laporan pada daerah tinggi yaitu pada interval 3015-21105,
pekerjaan, ketepatan menggunakan bahan/ sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini
perlengkapan kerja, kebenaran hasil pekerjaan. Dimensi kinerja karyawan telah diaplikasikan dengan baik,
kuantitas kerja dari indikator hasil kerja karyawan namun kinerja karyawan perlu ditingkatkan lagi karena
sesuai dengan target, hasil kerja melebihi target yang semua dimensi berada dibawah skor ideal.
telah ditentukan, kemampuan menyelesaikan Aspek kinerja karyawan paling tinggi yaitu
pekerjaan, melaksanakan tugas tepat waktu, kesesuaian terdapat pada dimensi kualitas kerja memperoleh skor
aspek detail dan akurasi, menangani pekerjaan, sebanyak 3391 atau 83%, sementara dimensi paling
kesanggupan bekerja diluar jam kerja, desain kerja, rendah yaitu pada inisiatif memperoleh skor 3002 atau
situasi kerja, kepercayaan diri, persentase hasil kerja. 79%. Secara keseluruhan variabel kinerja karyawan
Dimensi inisiatif dari indikator kesadaran memperoleh skor 17063, apabila di persentasekan
melaksanakan tugas, intesitas berdiskusi dalam hal kedalam skor ideal maka diperoleh persentase sebesar
pekerjaan, karyawan selalu bisa dalam menyelesaikan 80%, dapat dikatakan menurut Moch. Ali (2013:184)
masalah pekerjaan, bekerja secara mandiri, kesediaan karyawan adalah 21105 untuk 67 item pernyataan.
dalam menerima tugas, penggunaan teknologi, bahwa hampir seluruh responden menyatakan kinerja
memiliki inisiatif dalam bekerja, kemampuan karyawan dalam kategori tinggi. Skor ideal kinerja.
mengontrol diri, bekerja sesuai dengan waktu yang
ditentukan perusahaan, ide dan gagasan dalam bekerja. KESIMPULAN DAN SARAN
Dimensi kerjasama dari indikator kekompakan, Berdasarkan pembahasan teori, hasil
menghargai hasil kerja, kesediaan melakukan tugas penelitian,pengujian analisis korelasi multipel yang
sesuai kesepakatan, memberikan ide dan pendapat dilakukan mengenai pengaruh disiplin kerja dan
kepada rekan kerja, menciptakan suasana kerjasama keselamatan & kesehatan kerja (k3) terhadap kinerja
yang akrab dalam bekerja, memiliki sikap mendorong karyawan dapat disimpulkan sebagai berikut:
rekan untuk bekerja sama, memberi penjelasan tentang Tingkat disiplin kerja berada pada kategori
pekerjaan dengan baik, bekerja sesuai dengan instruksi tinggi. Hal ini dapat dilihat dari dimensi yang tertinggi
atasan, karyawan mampu bekerja sama dengan baik hingga terendah. Dimensi disiplin kerja yang memiliki
terhadap rekan kerja yang lain.Dimensi tanggung jawab penilaian sangat tinggi adalah dimensi taat terhadap
kepemimpinan dari indikator bertindak adil dan tegas, aturan perilaku, sedangkan dimensi yang memiliki
memberikan bimbingan, memberikan contoh yang baik penilaian yang sangat rendah adalah dimensi taat
dalam bekerja, karyawan bertanggung jawab atas terhadap peraturan perusahaan. Sehingga dapat
pekerjannya, karyawan dapat menjaga sikap untuk disimpulkan bahwa disiplin kerja sebagian besar sudah
nama baik perusahaan, karyawan dapat melaksanakan tinggi.
pekerjaan dengan baik tanpa diawasi, pimpinan Gambaran keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
memberikan kebebasan karyawannya dalam bekerja, berada pada kategori cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
karyawan selalu mengembang-kan dan mempertahan- dari dimensi yang tertinggi. Dimensi ergonomi
kan eksistensi perusahaan, menerima resiko dari memiliki penilaian yang sangat tinggi. Sehingga dapat
tindakan yang dilakukan, mengembalikan barang yang disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
dipinjam sesuai dengan kondisi semula. Dimensi (k3) sudah cukup tinggi.
kemampuan membuat keputusan dari indikator Tingkat kinerja karyawan berada pada kategori
karyawan dan rekan kerja selalu berdiskusi dalam tinggi. Hal ini dapat dilihat dari dimensi yang tertinggi

6
Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page. 1-8

hingga terendah. Dimensi kualitas kerja memiliki Resource Management (Fourteenth). England:
penilaian yang sangat tinggi, sedangkan yang terendah Pearson Education Limited.
yaitu dimensi inisiatif. Sehingga dapat disimpulkan Sedermayanti (2017). Manajemen Strategi. Refika
bahwa kinerja sebagian besar sudah tinggi Aditama: Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis Sugiyono, A. (2009). Manajemen Keuangan untuk
menyarankan beberapa hal mengenai disiplin kerja dan Praktisi Keuangan. Jakarta: Grasindo.
keselamatan & kesehatan kerja (k3) meningkatkan Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan
kinerja karyawan, yaitu sebagai berikut: (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Disiplin kerja pada dapat ditingkatkan pada Bandung: Alfabeta.
aspek ketaatan pada peraturan. Perusahaan sebaiknya Sutrisno, Edy. 2017. Manajemen Sumber Daya
memberikan pengawasan penuh dan ketegasaan pada Manusia, Cetakan Kelima. Yogyakarta:
aturan yang ada di lingkungan perusahaan, serta Prenada Media
memberikan sanksi yang dapat membuat karyawan jera Wibowo, 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia,
agar tidak melakukan pelanggaran yang berulang- Edisi Revisi. Jawa Timur: CV.
ulang. Ketaatan pada peraturan yang ada di lingkungan R.A.De.Rozarie
merupakan indikator penting dalam meningkatkan hasil Widodo (2015). Manajemen Pengembangan Sumber
dalam mencapai tujuan. Menurut Prawironegoro Daya Manusia. Pustaka Pelajar: Jakarta.
(2016:118) sasaran disiplin kerja yaitu dengan Anwar, M., Qadri, M. N., & Kalsum, U. (2018).
pembinaan disiplin kerja bertujuan agar dalam diri para Pengaruh Kepemimpinan Transformasional ,
karyawan mempunyai rasa disiplin sehingga Disiplin Kerja dan Semangat Kerja terhadap
diharapkan akan mendukung dalam pencapaian tujuan Kinerja Anggota pada Satuan Hubdam VII /
perusahaan atau organisasi.Sehingga bukan hanya Wirabuana. Journal of Economic and Business,
dapat memperlancar proses produksi, tetapi mampu 1(79), 46–64.
memberikan dampak positif bagi setiap karyawan Aryono, I. A. (2016). Pengaruh Kepemimpinan dan
maupun perusahaan. Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) pada . KAI DAOP 6 Yogyakarta dengan variabel
cukup tinggi dengan kemampuan ergonomi dapat Motivasi sebagai intervening. Journal Ekonomi,
meningkatkan tingkat keselamatan dan kesehatan 1–30.
terhadap karyawan. Menurut Sedarmayanti (2017:232) Ayu, K., Sujana, I. N., & Zukhri, A. (2017). Pengaruh
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah Kompenasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik Karyawan PT Borwita Citra Prima Cabang
jasmani maupun rohani manusia serta karya dan Singaraja. Journal Pendidikan Ekonomi, 10.
budayanya yang tertuju pada kesejahteraan masyarakat Budiawan, W., Sriyanto, Purwanggono, B., & Tauhida,
pada umumnya dan manusia pada khususnya. D. (2017). Pengembangan Aplikasi Investigasi
Kemampuan pimpinan dalam memberikan pengarahan Kecelakaan Kereta Api Berbasis Web. Prosiding
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (k3) SNATIF, 153–160.
merupakan salah satu untuk peningkatan kompetensi https://doi.org/10.2298/PAN0903301G
diri karyawan. Heryati, A., & Menzata, R. A. (2018). Hubungan
Kinerja karyawan pada dapat ditingkatkan Antara Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat ) K3
melalui kualitas kerja dimana hasil pekerjaan yang dan Pemberian kompensasi Terhadap Kinerja
karyawan kerjakan memiliki kualitas yang baik. Akan Karyawan PT . Kereta Api Indonesia ( Persero )
tetapi tingkat inisiatif juga sangat penting dalam Devisi Regional III Palembang. Journal Ekonomi
meningkatkan kinerja karyawan. Menurut Global, 9(1), 71–76.
Sedarmayanti (2017:332) sasaran kinerja adalah Ismail, I. (2016). Pengaruh Kelengkapan Alat Kerja
pernyataan kondisi yang akan ada setelah pekerjaan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.
dilaksanakan, dan yang bisa diukur secara kuantitatif, Jurnal Studi Manajemen Dan Bisnis, 3(1), 90–
sasaran kinerja harus sejalan, relavan dan memberi nilai 101.
tambah serta harus terikat dan terkait dengan taktik dan Juniarti, N., & Halin, H. (2017). KINERJA
tujuan tim, yang merupakan bagian dari langkah KARYAWAN PT PUTERA SRIWIJAYA
pertama model perncanaan kinerja. Pekerjaan yang MANDIRI. Jurnal Ilmiah Ekonomi Global,
dilakukan memiliki yang memiliki arti menunjukan 8(02), 111–116.
bahwa kebermaknaan sebagai arti positif pengembalian Mang, L., Mariani, I., & Sariyathi, N. K. (2017).
penyertaan diri dalam peran kinerja. Pengaruh Motivasi, Komunikasi Dan Disiplin
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Warung Mina
DAFTAR PUSTAKA Peguyangan Di Denpasar. E-Jurnal Manajemen
Mondy, R. W., & Martocchio, J. J. (2016). Human Unud, 6(7), 3540–3569.

7
Journal of Business Management Education | Volume 4, Number 3, December 2019, page. 1-8

Masharyono, & Senen, S. H. (2015). Analisis Job Region VII Makassar. Jurnal Administrare, 4(1).
Performance Pegawai Honorer Administrasi Winaryo, & Sunaryo, H. (2016). Pengaruh Disiplin
Dengan Kompetensi Dan Job Characteristics Kerja dan K3 Terhadap Kinerja Karyawan PT
Dalam Mendukung Universitas Pendidikan Anugerah Putra Siantan Malang. Jurnal Riset
Indonesia Mencapai Leading And Outstanding. Manajemen, 103–117.
Fokus Ekonomi, 2(10), 120–137.
Munandar, M. R., Astuti, E. S., & Hakam, M. S. (2014).
PENGARUH KESELAMATAN, KESEHATAN
KERJA (K3) DAN INSENTIF TERHADAP
MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN
(Studi Pada Pekerja bagian Produksi PT.
SEKAWAN KARYATAMA MANDIRI
Sidoarjo). Jurnal Administrasi Bisnis, 9(1), 1–9.
Muogbo, U. S. (2013). The Impact of Employee
Motivation On Organisational Performance ( A
Study Of Some Selected Firms In Anambra State
Nigeria ) BY. The International Journal of
Engineering and Sciences, 2(7), 70–80.
Nuryanti, B. L., Masharyono, M., & Fauziatunisa, H.
(2019). The Effect of Coaching on Employee
Performance, 65(Icebef 2018), 136–139.
https://doi.org/10.2991/icebef-18.2019.33
Nuryanti, B. L., & Rahmawati, R. (2016). The Influence
of Situational Leadership and Work Environment
towards Employees ’ Performance, 15, 540–543.
Putri, I., Wahyu, H., & Reni, D. S. (2013).
PENGARUH BUDAYA KERJA, DISIPLIN
KERJA DAN K3 TERHADAP KINERJA
KARYAWAN TETAP BAGIAN PRODUKSI
UNIT SPINNING 2 PADA PT APAC INTI
CORPORA. Ilmu Administrasi Bisnis, (024), 11.
S, R. W., & Panjaitan, T. W. S. (2016). Pengaruh
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terhadap Tenaga Kerja Konstruksi PT Wijaya
Karya ( Persero ) Tbk . di Proyek Tol Surabaya
Mojokerto. Jurnal Titra, 4(2), 273–278.
Senen, S. H., Sumiyati, & Masharyono. (2016). The
Effect of Skill Variety , Task Identity , Task
Significance , Autonomy and Feedback on Job
Performance, 15, 585–588.
Senen, S. H., & Triananda, N. (2016). The Employee
Performance Influenced by Communication : a
Study of BUMD in Indonesia. Advances in
Economics, Business and Management Research,
15, 596–598. https://doi.org/10.2991/gcbme-
16.2016.111
Suardi, Y., Anton, T., & Suharsil. (2014). PENGARUH
DISIPLIN KERJA, PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN TERHADAP KINERJA
PEGAWAI PADA PT KERTAS KRAFT ACEH
(PERSERO. Jurnal Saintikom.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantutatif
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Wairooy, A. (2017). Pengaruh Disiplin Kerja dan
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan pada
PT . Pertamina ( Persero ), Tbk . Pemasaran

You might also like