Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Investasi Luar Negeri, Investasi Dalam Negeri Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Di Provinsi Banten
Pengaruh Investasi Luar Negeri, Investasi Dalam Negeri Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Di Provinsi Banten
Disusun Oleh :
ISCHAK P. LUMBANTOBING, M.Si.
NIDN : 0321086902
STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
Email: ischakpandapotan09877@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of research is, (1) to determine whether the overseas investment
significantly influence the Gross Regional Domestic Product (GDP) in the province of
Banten, (2) to determine whether an investment in the country a significant effect on
the GDP in the province of Banten, (3) to determine whether government spending
significant effect on the GDP in the province of Banten. The analysis technique used is
Ordinary Least Square (OLS) Regression equation Y = α + Ln Ln X1 b1 + b2 + b3 Ln
Ln X2 X3. The results showed that, (1) there is no significant influence of foreign
investment to GDP in Banten Province.
Variable coefficient is equal to -0.016 and the value is negative, meaning that the
increase in foreign investment negatively affect GDP of Banten Province. If foreign
investment rose by 1%, then the GDP will drop by 0,016%, (2) there is no significant
effect of domestic investment to GDP in Banten Province. Variable coefficient is equal
to 0.018, meaning that an increase in domestic investment positively affects the GDP
Banten. If investment in the country rose by 1%, then the GDP will increase by
0.018%, (3) there is a significant effect of government spending to GDP in the
province of Banten. Government spending rose by 1 percent, then the GDP will
increase by 1.004%. This shows that to increase the GDP of Banten Province
government should increase spending.
Keywords: foreign investment, domestic investment, government expenditure and gross
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah, (1) untuk mengetahui apakah investasi luar negeri
berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Provinsi Banten, (2) untuk mengetahui apakah investasi dalam negeri berpengaruh
signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten, (3) untuk mengetahui apakah
pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten. Teknik analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)
Regression dengan persamaan Ln Y= α + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3. Hasil
penelitian adalah, (1) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar
negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten.
Koefisien variabel adalah sebesar -0,016 dan nilai tersebut adalah negatif, artinya
bahwa peningkatan investasi luar negeri berpengaruh negatif terhadap PDRB
Provinsi Banten. Jika investasi luar negeri naik sebesar 1%, maka PDRB akan
turun sebesar 0,016%, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi
dalam negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten. Koefisien variabel adalah
sebesar 0,018, artinya bahwa peningkatan investasi dalam negeri berpengaruh
positif terhadap PDRB Provinsi Banten. Jika investasi dalam negeri naik sebesar
1%, maka PDRB akan naik sebesar 0,018%, (3) terdapat pengaruh yang signifikan
dari pengeluaran pemerintah terhadap PDRB di Provinsi Banten. Pengeluaran
pemerintah naik sebesar 1 persen, maka PDRB akan naik sebesar 1,004%. Ini
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan PDRB Provinsi Banten pihak
pemerintah harus meningkatkan pengeluaran.
Kata Kunci: investasi luar negeri, investasi dalam negeri, pengeluaran pemerintah
dan produk domestik regional bruto.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi akan tercapai apabila setiap wilayah atau Negara yang
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi yang telah disampaikan penulis, menemukan bahwa
investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan pengeluaran pemerintah kadang
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1) Untuk mengetahui apakah investasi luar negeri berpengaruh signifikan
terhadap PDRB di Provinsi Banten
2) Untuk mengetahui apakah investasi dalam negeri berpengaruh signifikan
terhadap PDRB di Provinsi Banten
3) Untuk mengetahui apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan
terhadap PDRB di Provinsi Banten.
4. Manfat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1) agi pemerintah Provinsi Banten, diharapkan penelitian ini berguna untuk
memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengambilan kebijakan yang
berkaitan dengan investasi dan pengeluaran pemerintah,
2) Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan
dengan memberikan bukti adanya temuan empiris bahwa analisis investasi
dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan PDRB di Provinsi Banten.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah. PDRB atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan
menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai harga dasar (Widodo, 2006).
PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir atau semua nilai
tambah yang dihasilkan oleh suatu daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun).
Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam
suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan, yaitu: (Widodo, 2006)
a. Cara Produksi.
Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai
produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor lapangan
usaha pada suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
b. Cara Pengeluaran.
Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
domestik bruto, perubahan stok, dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
c. Cara Pendapatan.
Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara
menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.
3. Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-
pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan - peralatan produksi
dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa
depan. Investasi seringkali mengarah pada perubahan dalam keseseluruhan
permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis, selain itu investasi mengarah kepada
akumulasi modal yang bisa meningkatkan output potensial negara dan
mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Samuelson, 2003).
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang
berasal dari investasi dalam negeri maupun investasi asing. Peningkatan investasi
akan mendorong peningkatan volume produksi yang selanjutnya akan meningkatkan
kesempatan kerja yang produktif sehingga akanmeningkatkan pendapatan perkapita
sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara
pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang
dapat menaikan standar hidup masyarakatnya (Mankiw, 2003). Investasi merupakan
komponen utama dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Secara teori
peningkatan investasi akan mendorong volume perdagangan dan volume produksi
yang selanjutnya akan memperluas kesempatan kerja yang produktif dan berarti akan
meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi dan disempurnakan,
dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11
Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU
No. 12 Tahun 1970.
1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu
definisi modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut :
Undang-undang ini menjelaskan bahwa “modal dalam negeri” adalah : bagian dari
kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang
dimiliki Negara maupun swasta asing yang berdomosili di Indonesia yang disisihkan
atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak
diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman
modal asing. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1
pasal ini dapat terdiri atas perorangan dan/ atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan
bahwa, Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini dengan "Penanaman Modal Dalam
Negeri" ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik
secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau
berdasarkan ketentuanketentuan Undang- Undang ini.
6. Belanja Daerah
Pengertian Belanja menurut PSAP No.2, Paragraf 7 (dalam Erlina dkk ,2008)
adalah “ semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi saldo Anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Sedangkan menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor
59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua. “Belanja Daerah didefenisikan sebagai
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.
Istilah belanja terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan
laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Belanja diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), oganisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi
adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk
melaksanakan suatu aktifitas. Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah untuk tujuan pelaporan
keuangan menjadi:
1) Belanja Operasi. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat / daerah yang member manfaat jangka pendek.
Belanja Operasi meliputi:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang,
c. Bunga,
d. Subsidi,
e. Hibah,
f. Bantuan sosial.
2) Belanja Modal. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset
tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangunan aset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset
tersebut siap digunakan. Belanja Modal meliputi:
a. Belanja modal tanah,
b. Belanja modal peralatan dan mesin,
c. Belanja modal gedung dan bangunan,
d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan,
e. Belanja modal aset tetap lainnya,
f. Belanja aset lainnya (aset tak berwujud)
3) Belanja Lain-lain/belanja Tak Terduga. Belanja lain-lain atau belanja tak terduga
adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tida biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial,
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
4) Belanja Transfer. Belanja Transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas
pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti
pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah provinsi ke kabupaten /kota serta
dana bagi hasil dari kabupaten/kota ke desa.
Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja
dikelompokkan menjadi:
1) Belanja Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait
belanja:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang dan jasa,
c. Belanja modal.
2) Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan
tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok
belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja bunga,
c. Belanja subsidi,
d. Belanja hibah,
e. Belanja bantuan sosial,
f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa.
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat
(1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai
pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama
antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Daerah yang
diperoleh baik dari Pendapatan Asli Daerah maupun dari dana perimbangan tentunya
digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai Belanja Daerah.
Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Departemen Keuangan Republik
Indonesia mengungkapkan bahwa pada dasarnya, pemerintahan daerah memiliki
peranan penting dalam pemberian pelayanan publik. Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa permintaan terhadap pelayanan publik dapat berbeda-beda antar daerah.
Sementara itu, Pemerintah Daerah juga memiliki yang paling dekat dengan publik
untuk mengetahui dan mengatasi perbedaan-perbedaan dalam permintaan dan
kebutuhan pelayanan publik tersebut. Satu hal yang sangat penting adalah
bagaimana memutuskan untuk mendelegasikan tanggung jawab pelayanan publik atau
fungsi belanja pada berbagai tingkat pemerintahan.
7. Penelitian Terdahulu
Ria Rahayu Lestari (2007) meneliti tentang Dampak pembangunan ekonomi
terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004, variabel yang digunakan
yaitu kepadatan penduduk, nilai tambah industri, Ekspor, Pertumbuhan kota,
PDRB. Metode yang digunakan metode deskriptif dan kuantitatif, yaitu
mendeskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang
berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan
untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang
digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS. Hasil analisis dari penelitian ini
menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan, kepadatan penduduk berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat
dilihat bahwa nilai tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.
Rustiono, Deddy (2008) Meneliti Tentang Analisis Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Propinsi Jawa Tengah, variabel yang digunakan yaitu Investasi, Tenaga Kerja,
Dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian ini
menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa
regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS
11.5. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi
swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak
positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi
menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan
memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa
Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah.
Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya
agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran
pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang
peningkatan variabel investasi dan penyerapan angkatan kerja diharapkan mampu
meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi
8. Kerangka Pemikiran
Pengeluaran
Pemerintah
Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Investasi Dalam Negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten
2. Investasi Luar Negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten
3. Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
data time series dari tahun 2001-2015, di Provinsi Banten. Data diperoleh dari
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Banten dalam angka tahun 2001 sampai
tahun 20015.
exact diantara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi.
Terjadinya multikolinearitas yang rawan pada model regresi bisa didektesi
Investasi
luar negeri Investasi Pengeluaran
(Ribu US Peruba dalam negeri Peruba Pemerintah Peruba PDRB (Rp. Peruba
Tahun $) han (%) (Rp. Juta) han (%) (Rp. Juta) han (%) Juta) han (%)
868095,7 1847880,6 17350345,0
2001 9 - 2 - 349192,00 - 4 -
173,4 49449321,3
2002 52241,64 -93,98 118138,50 -93,61 955002,00 9 4 185,00
127720,5 1229845,0 941,0 1121715,0 51957475,7
2003 2 144,48 0 2 0 17,46 3 5,07
262796,9 1124070,1 1091721,0 54880406,5
2004 0 105,76 8 -8,60 0 -2,67 0 5,63
1805681, 1488344,0 58106948,2
2005 69 587,10 705775,00 -37,21 0 36,33 2 5,88
231411,2 5233010,7 641,4 1812124,0 61341658,6
2006 0 -87,18 0 6 0 21,75 4 5,57
268626,6 1753724,4 1867399,0 65046775,7
2007 7 16,08 4 -66,49 0 3,05 7 6,04
197920,6 3281828,0 2253982,7 68802910,2
2008 1 -26,32 0 87,13 1 20,70 9 5,77
310895,8 2420828,8 72031120,6
2009 2 57,08 412271,27 -87,44 0 7,40 2 4,69
226316,1 2830007,4 586,4 2834570,5 88525900,0
2010 9 -27,21 5 4 3 17,09 0 22,90
9440771, 4071,5 2577246,7 3901218,1 94198170,0
2011 00 0 2 -8,93 1 37,63 0 6,41
249869,0 2490285,0 5317735,4 310385590,
2012 0 -97,35 0 -3,37 9 36,31 00 229,50
3720210, 1388,8 4008862,0 5295139,1 331099110,
2013 00 6 0 60,98 5 -0,42 00 6,67
2014 2034627, -45,31 8081298,0 101,5 6192155,5 16,94 349205700, 5,47
00 0 9 7 00
2541969, 10709896, 8084140,1 367959220,
2015 00 24,94 40 32,53 6 30,55 00 5,37
Sumber: BPS, Provinsi Banten Dalam Angka, 2001 sampai 2015 (data diolah)
dengan periode tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2003, 2006, 2010 dan 2014
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
6. Hasil Penelitian
Hasil analisis Ordinary Least Square (OLS) Regression diolah dengan
menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for windows.
Tabel 2
Nilai korelasi
Model Summary
Model
1
R ,947a
R Square ,896
Adjusted R Square ,868
Std. Error of the ,32545
Estimate
a. Predictors: (Constant),Ln_Pengeluaran_Pemerintah,
Ln_Investasi_Dalam_Negeri,
Ln_Investasi_Luar_Negeri
b. Uji Autokorelasi
Tabel 3
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model Std. Error of the
R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 ,947a ,896 ,868 ,32545 ,803
a. Predictors: (Constant), Ln_Pengeluaran_Pemerintah, Ln_Investasi_Dalam_Negeri, Ln_Investasi_Luar_Negeri
b. Dependent Variable: Ln_PDRB
Dari tabel 3 diperoleh nilai durbin watson adalah sebesar 0,803. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil perhitungan analisis dalam model regresi tersebut tidak ada
autokorelasi negatif ataupun positif, karena nilai Durbin-Watson yang diperoleh
sebesar 0,803, terletak antara – 2 sampai + 2.
c. Uji Mulitikolinieritas
Tabel 4
Uji Multikolinieritas
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2012
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Ln_Investasi_Dalam_Negeri ,584 1,712
Ln_Investasi_Luar_Negeri ,692 1,445
Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,617 1,620
a. Dependent Variable: Ln_PDRB
Dari tabel 4 diperoleh hasil bahwa seluruh variabel penjelas memiliki nilai VIF
lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki
masalah multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5
Uji Heteroskedastisitas
a
Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -,568 ,618 -,919 ,378
Ln_Investasi_Dalam_Negeri -,017 ,029 -,153 -,427 ,678
Ln_Investasi_Luar_Negeri ,014 ,040 ,160 ,483 ,638
Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,060 ,053 ,396 1,132 ,282
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -,568 ,618 -,919 ,378
Ln_Investasi_Dalam_Negeri -,017 ,029 -,153 -,427 ,678
Ln_Investasi_Luar_Negeri ,014 ,040 ,160 ,483 ,638
Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,060 ,053 ,396 1,132 ,282
a. Dependent Variable: abresid
Dari tabel 5 diperoleh nilai t statistik dari seluruh variabel bebas nilai
signifkannya adalah > 0,05. Ini menjelaskan bahwa bahwa model ini tidak mengalami
masalah heteroskedastisitas.
penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil analisis
regresi linear berganda yang telah penulis lakukan dapat dilihat pada Tabel 6.
Hasil analisis regresi linear berganda sebagaimana yang terlihat pada Tabel
6 terlihat nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel penelitian yakni
koefisien regresi dari variabel investasi luar negeri (X1) adalah - 0,016, koefisien
regresi dari variabel investasi dalam negeri (X2) adalah 0,018 dan koefisien regresi
dari variabel pengeluaran pemerintah adalah 1,004 dengan nilai konstanta sebesar
3,629. Kemudian, nilai koefisien regresi masing-masing variabel di atas dapat
dituliskan ke dalam persamaan regresi linear sebagai berikut :
Ln Y = 3,629 – 0, 016 lnX1 + 0,018 lnX2 + 1,004 lnX3
Nilai koefisien dari masing- masing variabel dapat diartikan sebagai
berikut :
1) Nilai konstanta (a) sebesar 3,629 berarti tanpa adanya pengaruh variabel
bebas maka nilai variabel terikat adalah sebesar 3,629. Ini berarti bahwa tanpa
adanya pengaruh dari investasi luar negeri, investasi dalam negeri
danpengeluaran pemerintrah maka nilai PDRB adalah positif.
2) Nilai koefisien regresi dari variabel investasi luar negeri (X1) adalah sebesar -
0,016. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan investasi luar negeri setiap 1
(satu) persen akan menyebabkan penurunan PDRB sebesar 0,016 persen.
Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris paribus).
3) Nilai koefisien regresi dari variabel investasi dalam negeri (X2) adalah
sebesar 0,018. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan investasi dalam
negeri setiap 1 (satu) persen, akan dapat meningkatkan PDRB sebesar 0,018
persen. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris
paribus).
4) Nilai koefisien regresi dari variabel pengeluaran pemerintah (X3) adalah
sebesar 1,004. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan pengeluaran
pemerintah setiap 1 (satu) persen, akan dapat meningkatkan PDRB sebesar
1,004 persen. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris
paribus).
Tabel 7
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
1 Regression 10,058 3 3,353 31,651 ,000a
Residual 1,165 11 ,106
Total 11,223 14
a. Predictors: (Constant), Ln_Pengeluaran_Pemerintah, Ln_Investasi_Luar_Negeri,
Ln_Investasi_Dalam_Negeri
b. Dependent Variable: Ln_PDRB
f. Uji Hipotesis
Tabel 8
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,629 1,531 2,371 ,037
Ln_Investasi_Luar_Nege -,016 ,072 -,026 -,226 ,825
ri
Ln_Investasi_Dalam_Ne ,018 ,098 ,023 ,181 ,860
geri
Ln_Pengeluaran_Pemeri 1,004 ,131 ,945 7,645 ,000
ntah
a. Dependent Variable: Ln_PDRB
1) Hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 8 digunakan untuk
melakukan pengujian hipotesis. Untuk menguji, hipotesis 1, 2 dan
hipotesis 3 digunakan uji t, yaitu untuk melihat pengaruh dari masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Hasil
pengujian hipotesis akan diuraikan sebagai berikut :
Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah “Investasi luar negeri (X1), tidak berpengaruh signifikan terhadap
PDRB di Provinsi Banten. Jika nilai probability dibandingkan dengan
tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α = 0,05), maka
terbukti bahwa nilai probability lebih besar dari tingkat signifikan yang
digunakan (0,825 > 0,05). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari investasi luar negeri terhadap PDRB di provinsi Banten.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima pada tingkat
kepercayaan 95%.
2) Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini
adalah “investasi dalam negeri (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2017
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
2. Implikasi
Adapun Implikasi yang dapat disampaikan penulis adalah:
a. Perlu peningkatan pengeluaran pemerintah dalam komposisi belanja
APBD di Provinsi Banten melalui penggalian potensi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dalam upaya meningkatkan kemampuan kemandirian
keuangan daerah dan mengurangi ketergantungan keuangan dari dana
transfer baik dari pemerintah pusat.
b. Perlu dilakukan upaya peningkatan realisasi investasi daerah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah diantaranya melalui peningkatan ketersediaan
3. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa jenis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah secara time series. Untuk penelitian yang lainnya dapat
dilakukan dengan cara menggabungkan antara data time series dengan cross sectional,
sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat (tingkat kesalahannya lebih kecil).
4. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh para pengambil kebijakan: (1). Perlu adanya kebijakan yang
membantu dan memberikan kemudahan kepada para investor asing maupun domestik
untuk meningkatkan modalnya masuk ke Provinsi Banten. (2). Semakin meningkatnya
pengeluaran pemerintah, maka akan meningkat pula PDRB masyarakat Banten, ini
artinya pengeluaran pemerintah harus ditingkatkan secara signifikan diiringi dengan
keberhasilan pembangunan di berbagai sektor atau bidang. (3). Keberhasilan
pembangunan dengan peningkatan PDRB dapat meningkatkan daya beli masyarakat
dan mencerminkan meningkatnya kesejahteraan rakyat diikuti dengan menurunnya
pengangguran dan tersedianya lapangan pekerjaan. (4). Perlu dilakukan penelitian
lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan PDRB selain investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan
pengeluaran pemerintah di Provinsi Banten.
DAFTAR PUSTAKA
Alfirman, Luky dan Edy Sutriono. 2005. Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah
dan Produk Domestik Bruto dengan Menggunakan Pendekatan Granger
Causality dan Vector Autoregression. Jurnal Keuangan Publik.
Badan Pusat Statistik Propinsi Banten Dalam Angka. 2001 sampai 2015. Badan Pusat
Statistik Provinsi Banten.
Gujarati, Damodar N. 2006. Basic Econometric. 3rd ed, McGraw Hill International
Edition. New York.
Lestari, Rahayu, Ria, 2007. Dampak Pembangunan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan
Kota Jakarta Tahun 1989-2004, Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Fakultas Ekonomi Ilmu Ekonomi Yogyakarta.
Mankiw, Gregory. N. 2003. Macroeconomics. 5rd ed, by Worth Publishers New York
and Basingstokes. Terjemahan. Penerbit Erlangga Surabaya.
Mokodompis, Rumate Dan Marami. 2014. Pengaruh Tingkat Investasi Dan Tenaga
Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kota Manado Tahun 2003-
2012) Jurnal Berkala Efisiensi. IEP - FEB Unsrat Manado
Nachrowi D Nachrowi. 2006, Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan,
Cetakan Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Prasetyo, Rindang Bangun & Muhammad Firdaus. 2009. Pengaruh Infrastruktur Pada
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan. Vol. 2(2), 222-236.
Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. 2002. Makro Ekonomi. Erlangga.
Jakarta.
Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN)
Undang-Undang no 6 tahun 1968 dan Undang-Undang nomor 12 tahun 1970 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2021
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2022