You are on page 1of 31

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

PENGARUH INVESTASI LUAR NEGERI, INVESTASI DALAM NEGERI


DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO DI PROVINSI BANTEN

Disusun Oleh :
ISCHAK P. LUMBANTOBING, M.Si.
NIDN : 0321086902
STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
Email: ischakpandapotan09877@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of research is, (1) to determine whether the overseas investment
significantly influence the Gross Regional Domestic Product (GDP) in the province of
Banten, (2) to determine whether an investment in the country a significant effect on
the GDP in the province of Banten, (3) to determine whether government spending
significant effect on the GDP in the province of Banten. The analysis technique used is
Ordinary Least Square (OLS) Regression equation Y = α + Ln Ln X1 b1 + b2 + b3 Ln
Ln X2 X3. The results showed that, (1) there is no significant influence of foreign
investment to GDP in Banten Province.
Variable coefficient is equal to -0.016 and the value is negative, meaning that the
increase in foreign investment negatively affect GDP of Banten Province. If foreign
investment rose by 1%, then the GDP will drop by 0,016%, (2) there is no significant
effect of domestic investment to GDP in Banten Province. Variable coefficient is equal
to 0.018, meaning that an increase in domestic investment positively affects the GDP
Banten. If investment in the country rose by 1%, then the GDP will increase by
0.018%, (3) there is a significant effect of government spending to GDP in the
province of Banten. Government spending rose by 1 percent, then the GDP will
increase by 1.004%. This shows that to increase the GDP of Banten Province
government should increase spending.
Keywords: foreign investment, domestic investment, government expenditure and gross

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1992


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

regional domestic product

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah, (1) untuk mengetahui apakah investasi luar negeri
berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Provinsi Banten, (2) untuk mengetahui apakah investasi dalam negeri berpengaruh
signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten, (3) untuk mengetahui apakah
pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten. Teknik analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)
Regression dengan persamaan Ln Y= α + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3. Hasil
penelitian adalah, (1) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar
negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten.
Koefisien variabel adalah sebesar -0,016 dan nilai tersebut adalah negatif, artinya
bahwa peningkatan investasi luar negeri berpengaruh negatif terhadap PDRB
Provinsi Banten. Jika investasi luar negeri naik sebesar 1%, maka PDRB akan
turun sebesar 0,016%, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi
dalam negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten. Koefisien variabel adalah
sebesar 0,018, artinya bahwa peningkatan investasi dalam negeri berpengaruh
positif terhadap PDRB Provinsi Banten. Jika investasi dalam negeri naik sebesar
1%, maka PDRB akan naik sebesar 0,018%, (3) terdapat pengaruh yang signifikan
dari pengeluaran pemerintah terhadap PDRB di Provinsi Banten. Pengeluaran
pemerintah naik sebesar 1 persen, maka PDRB akan naik sebesar 1,004%. Ini
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan PDRB Provinsi Banten pihak
pemerintah harus meningkatkan pengeluaran.
Kata Kunci: investasi luar negeri, investasi dalam negeri, pengeluaran pemerintah
dan produk domestik regional bruto.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi akan tercapai apabila setiap wilayah atau Negara yang

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1993


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

memiliki potensi ekonomi yang dapat diberdayakan seoptimal mungkin dan


didukung dengan pemberdayaan ekonomi daerah, salah satunya Provinsi Banten
yang terletak di pulau jawa. Pada umumnya para ekonom sepakat kalau tingkat
investasi berkorelasi positif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Secara
sederhana, tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan kapasitas produksi,
yang pada akhirnya berujung pada peningkatan pendapatan masyarakat. Dan teori
juga mengatakan bahwa kenaikan investasi dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi fakta yang terjadi di Provinsi Banten
menunjukkan bahwa pada saat investasi mengalami pertumbuhan yang tinggi,
tidak langsung dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah melalui kebijakan anggaran negara yang dilakukan dengan
mengarahkan alokasi pengeluaran rutin yang ditunjukkan pada upaya peningkatan
kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Sedangkan pengeluaran
pembangunan diarahkan untuk program proyek prasarana sosial dan program
pemulihan perekonomian. Pertumbuhan investasi, pertumbuhan pengeluaran
pemerintah maupun pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten sangat berfluktuasi.
Ternyata pertumbuhan investasi dalam negeri maupun investasi luar negeri yang
cukup besar belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan
pengeluaran pemerintah yang cukup besar juga belum mendorong pertumbuhan
ekonomi ke arah yang lebih baik.
Mokodompis, Rumate Dan Marami (2014), meneliti tentang pengaruh tingkat
investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi memperoleh hasil bahwa
penanaman modal asing (PMA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di kota Manado. Hal ini berarti jika PMA naik maka
pertumbuhan ekonomi akan turun. Hasil penelitian ini yang membuat peneliti tertarik
untuk mengkaji apakah hal itu juga berlaku di Provinsi Banten.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi yang telah disampaikan penulis, menemukan bahwa
investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan pengeluaran pemerintah kadang

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1994


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

mengalami kenaikan dan penurunan. Sedangkan PDRB dapat dikatakan mengalami


peningkatan. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1) Apakah investasi luar negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di
Provinsi Banten?
2) Apakah investasi dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di
Provinsi Banten?
3) Apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di
Provinsi Banten?

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1) Untuk mengetahui apakah investasi luar negeri berpengaruh signifikan
terhadap PDRB di Provinsi Banten
2) Untuk mengetahui apakah investasi dalam negeri berpengaruh signifikan
terhadap PDRB di Provinsi Banten
3) Untuk mengetahui apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan
terhadap PDRB di Provinsi Banten.

4. Manfat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1) agi pemerintah Provinsi Banten, diharapkan penelitian ini berguna untuk
memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengambilan kebijakan yang
berkaitan dengan investasi dan pengeluaran pemerintah,
2) Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan
dengan memberikan bukti adanya temuan empiris bahwa analisis investasi
dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan PDRB di Provinsi Banten.

B. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1995


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat diartikan


sebagai
pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun
waktu tertentu, misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan jika balas jasa riil terhadap penggunaan faktor - faktor produksi pada
tahun tertentu lebih besar daripada tahun–tahun sebelumnya. Dengan demikian,
pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi
barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu (Prasetyo, 2009).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu “proses”, bukan merupakan
gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dilihat aspek dinamis dari suatu
perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau
berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan
“output perkapita“. Dalam pengertian ini ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu
output total dan jumlah penduduk, sebab hanya apabila kedua aspek tersebut
dijelaskan, makaperkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek
yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi perspektif waktu jangka panjang,
yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita
menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk menaik (Boediono, 2009). Berdasarkan
dua pengertian pertumbuhan ekonomi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi dapat terjadi jika suatu negara atau suatu daerah mampu menyediakan
barang ekonomi bagi penduduknya, akibat dari hasil penggunaan faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam jangka panjang dan pada akhirnya akan diikuti
dengan peningkatan pendapatan perkapita.

2. Produk Domestik Regional Bruto


Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah
dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1996


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah. PDRB atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan
menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai harga dasar (Widodo, 2006).
PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir atau semua nilai
tambah yang dihasilkan oleh suatu daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun).
Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam
suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan, yaitu: (Widodo, 2006)
a. Cara Produksi.
Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai
produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor lapangan
usaha pada suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
b. Cara Pengeluaran.
Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
domestik bruto, perubahan stok, dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
c. Cara Pendapatan.
Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara
menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.

3. Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-
pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan - peralatan produksi
dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa
depan. Investasi seringkali mengarah pada perubahan dalam keseseluruhan

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1997


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis, selain itu investasi mengarah kepada
akumulasi modal yang bisa meningkatkan output potensial negara dan
mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Samuelson, 2003).
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang
berasal dari investasi dalam negeri maupun investasi asing. Peningkatan investasi
akan mendorong peningkatan volume produksi yang selanjutnya akan meningkatkan
kesempatan kerja yang produktif sehingga akanmeningkatkan pendapatan perkapita
sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara
pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang
dapat menaikan standar hidup masyarakatnya (Mankiw, 2003). Investasi merupakan
komponen utama dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Secara teori
peningkatan investasi akan mendorong volume perdagangan dan volume produksi
yang selanjutnya akan memperluas kesempatan kerja yang produktif dan berarti akan
meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi dan disempurnakan,
dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11
Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU
No. 12 Tahun 1970.

4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)


Dalam Undang-Undang no 6 tahun 1968 dan Undang-Undang nomor 12 tahun

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1998


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu
definisi modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut :
Undang-undang ini menjelaskan bahwa “modal dalam negeri” adalah : bagian dari
kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang
dimiliki Negara maupun swasta asing yang berdomosili di Indonesia yang disisihkan
atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak
diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman
modal asing. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1
pasal ini dapat terdiri atas perorangan dan/ atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan
bahwa, Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini dengan "Penanaman Modal Dalam
Negeri" ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik
secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau
berdasarkan ketentuanketentuan Undang- Undang ini.

5. Penanaman Modal Asing (PMA)


Menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA, yang dimaksud
dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan- ketentuan Undang-
undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan Perusahaan di Indonesia, dalam
arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal
tersebut.
Sedangkan pengertian Modal Asing antara lain :
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan
perusahaan di Indonesia.
b. Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan
bahan- bahan yang dimasukan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia
selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 1999


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di


Indonesia.

6. Belanja Daerah
Pengertian Belanja menurut PSAP No.2, Paragraf 7 (dalam Erlina dkk ,2008)
adalah “ semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi saldo Anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Sedangkan menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor
59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua. “Belanja Daerah didefenisikan sebagai
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.
Istilah belanja terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan
laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Belanja diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), oganisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi
adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk
melaksanakan suatu aktifitas. Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah untuk tujuan pelaporan
keuangan menjadi:
1) Belanja Operasi. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat / daerah yang member manfaat jangka pendek.
Belanja Operasi meliputi:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang,
c. Bunga,
d. Subsidi,
e. Hibah,
f. Bantuan sosial.
2) Belanja Modal. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2000


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset
tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangunan aset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset
tersebut siap digunakan. Belanja Modal meliputi:
a. Belanja modal tanah,
b. Belanja modal peralatan dan mesin,
c. Belanja modal gedung dan bangunan,
d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan,
e. Belanja modal aset tetap lainnya,
f. Belanja aset lainnya (aset tak berwujud)
3) Belanja Lain-lain/belanja Tak Terduga. Belanja lain-lain atau belanja tak terduga
adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tida biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial,
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
4) Belanja Transfer. Belanja Transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas
pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti
pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah provinsi ke kabupaten /kota serta
dana bagi hasil dari kabupaten/kota ke desa.
Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja
dikelompokkan menjadi:
1) Belanja Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait
belanja:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang dan jasa,

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2001


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

c. Belanja modal.
2) Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan
tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok
belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja bunga,
c. Belanja subsidi,
d. Belanja hibah,
e. Belanja bantuan sosial,
f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa.
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat
(1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai
pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama
antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Daerah yang
diperoleh baik dari Pendapatan Asli Daerah maupun dari dana perimbangan tentunya
digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai Belanja Daerah.
Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Departemen Keuangan Republik
Indonesia mengungkapkan bahwa pada dasarnya, pemerintahan daerah memiliki
peranan penting dalam pemberian pelayanan publik. Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa permintaan terhadap pelayanan publik dapat berbeda-beda antar daerah.
Sementara itu, Pemerintah Daerah juga memiliki yang paling dekat dengan publik
untuk mengetahui dan mengatasi perbedaan-perbedaan dalam permintaan dan
kebutuhan pelayanan publik tersebut. Satu hal yang sangat penting adalah
bagaimana memutuskan untuk mendelegasikan tanggung jawab pelayanan publik atau
fungsi belanja pada berbagai tingkat pemerintahan.

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2002


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

7. Penelitian Terdahulu
Ria Rahayu Lestari (2007) meneliti tentang Dampak pembangunan ekonomi
terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004, variabel yang digunakan
yaitu kepadatan penduduk, nilai tambah industri, Ekspor, Pertumbuhan kota,
PDRB. Metode yang digunakan metode deskriptif dan kuantitatif, yaitu
mendeskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang
berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan
untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang
digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS. Hasil analisis dari penelitian ini
menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan, kepadatan penduduk berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat
dilihat bahwa nilai tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.
Rustiono, Deddy (2008) Meneliti Tentang Analisis Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Propinsi Jawa Tengah, variabel yang digunakan yaitu Investasi, Tenaga Kerja,
Dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian ini
menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa
regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS
11.5. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi
swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak
positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi
menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan
memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa
Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah.
Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya
agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran
pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang
peningkatan variabel investasi dan penyerapan angkatan kerja diharapkan mampu
meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2003


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.


Dalam penelitian Alfirman dan Sutriono tahun 2005 berjudul “Analisis Hubungan
Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto dengan menggunakan
pendekatan Granger Causality dan Vector Autoregression” menyatakan bahwa
terdapat hubungan kausalitas antara total pengeluaran pemerintah dengan produk
domestik bruto. Pengeluaran rutin tidak signifikan mempengaruhi produk domestik
bruto karena lebih bersifat konsumtif dan tidak produktif serta sebagian besar bersifat
kontraktif seperti belanja untuk pembayaran bunga utang. Sementara pengeluaran
pembangunan memiliki hubungan kausalitas positif dan signifikan terhadap produk
domestik bruto. Hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh positif pengeluaran sektor
pertanian, infrastruktur dan transportasi serta pendidikan terhadap produk domestik
bruto dan pengaruh positif perubahan produk domestik bruto terhadap pengeluaran
pemerintah di sektor infrastruktur dan transportasi.
Mokodompis, Rumate Dan Marami (2014), meneliti tentang pengaruh tingkat
investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi memperoleh hasil
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Pertumbuhan ekonomi di Kota Manado. Hal ini berarti semakin tinggi
PMDN maka semakin tinggi pula Pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal dalam
negeri merupakan suatu hal yang penting bagi suatu daerah khususnya dalam
melakukan pembangunan ekonominya guna mengurangi konsumsi masyarakat
terhadap produk-produk asing yang dapat mengurangi tingkat tabungan yang tercipta
pada masa yang akan datang.Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi di Kota Manado. Hal ini berarti
jika PMA naik maka Pertumbuhan ekonomi akan turun. Hal ini disebabkan oleh Jika
dalam jangka pendek modal asing melakukan penanaman modalnya tidak di sektor
produktif melainkan di sektor moneter yang bersifat spekulatif kemudian modal dan
hasilnya di bawah ke luar negeri maka akan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi.

8. Kerangka Pemikiran

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2004


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Kerangka pemikiran merupakan sintesis dari serangkaian teori yang tertuang


dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari
kinerja teori dalam memberika solusi atau alternatif solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan (Hamid, 2009)
Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Investasi Dalam PDRB (


Negeri (X2)

Pengeluaran
Pemerintah
Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Investasi Dalam Negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten
2. Investasi Luar Negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten
3. Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi
Banten

C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
data time series dari tahun 2001-2015, di Provinsi Banten. Data diperoleh dari
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Banten dalam angka tahun 2001 sampai
tahun 20015.

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2005


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

2. Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) data jumlah investasi dalam
negeri, 2) data jumlah investasi luar negeri, 3) data jumlah pengeluaran pemerintah, 4)
data PDRB. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.
Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik dokumentasi dan tahun penelitiannya
adalah tahun 2001 sampai dengan tahun 2015.

3. Teknik Analisis Data


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah secara deskriptif dan
inferensial. Statistik deskriptif dilakukan pemantauan melalui perkembangan
investasi dalam negeri, luar negeri dan pengeluaran pemerintah. Analisis
deskriptif di sini dibantu dengan menggunakan tabel. Secara inferensial akan
digunakan pendekatan hasil perhitungan model regresi linear berganda berbentuk
logaritma, termasuk uji statistik. Penggunaan model regresi linear berganda disini
dimaksudkan untuk menganalisis dan membuktikan apakah pengaruh antara
variabel independen (investasi dalam negeri, luar negeri dan pengeluaran
pemerintah) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (PDRB).
Ln Y= α + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3
Dimana :
Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
α = konstanta
b1 = koefisien regresi variabel investasi luar negeri
b2 = koefisien regresi variabel investasi dalam negeri
b3 = koefisien variabel pengeluaran pemerintah

4. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau
memberikan suatu operasional untuk mengukur variabel atau konstruk tersebut (Nasir,
1999). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2006


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

1) Variabel Bebas (X):


a. Investasi luar negeri (X1), yaitu jumlah investasi luar negeri (PMA) yang
masuk ke Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Ribu US$)
b. Investasi dalam negeri (X2), yaitu jumlah investasi dalam negeri (PMDN)
yang masuk ke Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Juta Rp.)
c. Pengeluaran pemerintah (X3), yaitu jumlah realisasi total belanja daerah
pemerintah Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Juta Rp.)
2) Variabel Tergantung (Y), PDRB Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Juta
Rp.)

5. Uji Asumsi Klasik


Pengujian persyaratan analisis digunakan sebagai persyaratan dalam
penggunaan model analisis regresi linier. Suatu model regresi harus memenuhi
syarat-syarat bahwa tidak terjadi autokorelasi, multikolinieritas, dan
heteroskedastisitas. Jika tidak ditemukan permasalahan, maka diteruskan dengan
pengujian hipotesis dengan analisis regresi. Dalam regresi berganda, untuk
memastikan bahwa model tersebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) maka
dilakukan pengujian sebagai berikut.
a. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika
terjadi autokorelasi maka perasamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak
layak dipakai prediksi. Ukuaran dalam menentukan ada tidaknya masalah
autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai
berikut: 1) Jika nilai Durbin-Watson lebih kecil dari -2, ini berarti ada
autokorelasi positif. 2) Jika nilai Durbin-Watson terletak diantara -2 sampai
+2, ini berarti tidak ada autokorelasi. 3) jika nilai Durbin-Watson lebih besar
+2, ini berarti ada autokorelasi negatif.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ragnar Frisch (dalam Gujarati, 2001) suatu model regresi dikatakan
terkena multikolinearitas apabila terjadi hubungan linear yang perfect atau

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2007


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

exact diantara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi.
Terjadinya multikolinearitas yang rawan pada model regresi bisa didektesi

keberadaannya bila R2 dari auxilary regression melebihi R2 regresi


keseluruhan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas model yang
diteliti. Selain itu jika nilai varian inflation factor (VIF) lebih besar dari 10
maka variabel bebas tersebut memiliki persoalan multikolinieritas. Selain

menggunakan R2 dan VIF juga dapat menggunakan TOL (Tolerance) untuk


mendeteksi apakah suatu model terkena multikolinearitas atau tidak, jika nilai
TOL nya lebih besar dari 0,10, maka variabel bebas tersebut tidak memiliki
persoalan multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan varian antar
seri data. Heteroskedastisitas muncul apabila nilai varian dari variabel tak
bebas (Yi) meningkat sebagai meningkatnya varian dari variabel bebas (Xi),
maka varian dari Yi adalah tidak sama Untuk mendeteksi keberadaan
heteroskedastisitas digunakan Uji Glesjer. Uji Glejser dilakukan dengan cara
meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika
nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari
0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Deskriptif
Tabel 1 adalah menjelaskan perkembangan investasi luar negeri, investasi dalam
negeri, pengeluaran pemerintah, produk domestik regional bruto dan perubahannya
selama periode tahun 2001 sampai tahun 2015.
Tabel 1
Investasi luar negeri, investasi dalam negeri, pengeluaran pemerintah, produk
domestik regional bruto dan perubahan di Provinsi Banten.
Periode tahun 2001 sampai tahun 2015

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2008


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Investasi
luar negeri Investasi Pengeluaran
(Ribu US Peruba dalam negeri Peruba Pemerintah Peruba PDRB (Rp. Peruba
Tahun $) han (%) (Rp. Juta) han (%) (Rp. Juta) han (%) Juta) han (%)
868095,7 1847880,6 17350345,0
2001 9 - 2 - 349192,00 - 4 -
173,4 49449321,3
2002 52241,64 -93,98 118138,50 -93,61 955002,00 9 4 185,00
127720,5 1229845,0 941,0 1121715,0 51957475,7
2003 2 144,48 0 2 0 17,46 3 5,07
262796,9 1124070,1 1091721,0 54880406,5
2004 0 105,76 8 -8,60 0 -2,67 0 5,63
1805681, 1488344,0 58106948,2
2005 69 587,10 705775,00 -37,21 0 36,33 2 5,88
231411,2 5233010,7 641,4 1812124,0 61341658,6
2006 0 -87,18 0 6 0 21,75 4 5,57
268626,6 1753724,4 1867399,0 65046775,7
2007 7 16,08 4 -66,49 0 3,05 7 6,04
197920,6 3281828,0 2253982,7 68802910,2
2008 1 -26,32 0 87,13 1 20,70 9 5,77
310895,8 2420828,8 72031120,6
2009 2 57,08 412271,27 -87,44 0 7,40 2 4,69
226316,1 2830007,4 586,4 2834570,5 88525900,0
2010 9 -27,21 5 4 3 17,09 0 22,90
9440771, 4071,5 2577246,7 3901218,1 94198170,0
2011 00 0 2 -8,93 1 37,63 0 6,41
249869,0 2490285,0 5317735,4 310385590,
2012 0 -97,35 0 -3,37 9 36,31 00 229,50
3720210, 1388,8 4008862,0 5295139,1 331099110,
2013 00 6 0 60,98 5 -0,42 00 6,67
2014 2034627, -45,31 8081298,0 101,5 6192155,5 16,94 349205700, 5,47

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2009


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

00 0 9 7 00
2541969, 10709896, 8084140,1 367959220,
2015 00 24,94 40 32,53 6 30,55 00 5,37
Sumber: BPS, Provinsi Banten Dalam Angka, 2001 sampai 2015 (data diolah)

2. Perkembangan Produk Domestik Bruto


Pertumbuhan ekonomi daerah mencerminkan keadaan perekonomian disuatu
daerah. Dimana pertumbuhan ekonomi itu merupakan gambaran tingkat
perkembangan ekonomi yang terjadi. Jika terjadi pertumbuhan yang positif, hal ini
menunjukan adanya peningkatan perekonomian dibandingkan dengan tahun yang lalu.
Sebaliknya Jika terjadi pertumbuhan yang negatif, hal ini menunjukan adanya
penurunan perekonomian dibandingkan dengan tahun yang lalu. Perhitungan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dari tahun ke tahun itu dilakukan dengan
perhitungan angka Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) atas dasar konstan.
Pertumbuhan Produk Domestic Regional Bruto di Provinsi Banten mengalami
fluktuasi perubahan yang kadang-kadang naik signifikan begitu juga turun sangat
signifikan. Tahun 2009 dan 2011 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
periode tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2010 dan 2012 mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Perkembangan Investasi Dalam Negeri


Perkembangan perekonomian daerah Provinsi Banten, tidak lepas dari peranan
investasi yang ditanamkan di Provinsi Banten. Dimana dalam upaya pembangunan
daerah propinsi Provinsi Banten diperlukan investasi yang terus meningkat dan harus
dicukupi dengan memperhatikan kemampuan daerah sendiri dan kemampuan
nasional. Untuk itu diperlukan pengerahan dana, tabungan masyarakat, tabungan
pemerintah dan dana dari luar.
Adapun perkembangan investasi dalam negeri di Provinsi Banten mengalami
fluktuasi yang perubahan kadang-kadang naik signifikan begitu juga turun sangat
signifikan. Tahun 2005, 2007, dan 2009 mengalami penurunan jika dibandingkan

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2010


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

dengan periode tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2003, 2006, 2010 dan 2014
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

4. Perkembangan Investai Luar Negeri


Adapun perkembangan investasi luar negeri di Provinsi Banten juga mengalami
fluktuasi yang perubahan kadang-kadang naik signifikan begitu juga turun sangat
signifikan. Tahun 2006, 2008, 2010 dan 2012 mengalami penurunan yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Sedangkan tahun
2005, 2011 dan 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.

5. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah


Adapun perkembangan pengeluaran pemerintah di Provinsi Banten setiap tahun
dapat dikatakan mengalami peningkatan. Tahun 2010 mengalami peningkatan cukup
signifikan jika dibandingkan tahun 2009 yaitu mengalami kenaikan sebesar 37,63%.

6. Hasil Penelitian
Hasil analisis Ordinary Least Square (OLS) Regression diolah dengan
menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for windows.

a. Korelasi dan Regresi


Hasil yang diperoleh dari tabel 2 adalah bahwa hubungan antara invetasi
dalam negeri, investasi luar negeri dan pengeluaran pemerintah dengan PDRB adalah
sebesar 0,947, hal dapat dikatakan bahwa hubungannya adalah sangat kuat.
Sedangkan untuk nilai R square adalah sebesar 0,896. Ini menjelaskan bahwa
sumbangan atau kontribusi investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan
pengeluaran pemerintah terhadap PDRB adalah sebesar 89,6% sedangkan lainnya
(100% - 89,6%) atau 10,4% disebabkan faktor yang lain.

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2011


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Tabel 2
Nilai korelasi
Model Summary
Model
1
R ,947a
R Square ,896
Adjusted R Square ,868
Std. Error of the ,32545
Estimate
a. Predictors: (Constant),Ln_Pengeluaran_Pemerintah,
Ln_Investasi_Dalam_Negeri,
Ln_Investasi_Luar_Negeri

b. Uji Autokorelasi
Tabel 3
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model Std. Error of the
R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 ,947a ,896 ,868 ,32545 ,803
a. Predictors: (Constant), Ln_Pengeluaran_Pemerintah, Ln_Investasi_Dalam_Negeri, Ln_Investasi_Luar_Negeri
b. Dependent Variable: Ln_PDRB
Dari tabel 3 diperoleh nilai durbin watson adalah sebesar 0,803. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil perhitungan analisis dalam model regresi tersebut tidak ada
autokorelasi negatif ataupun positif, karena nilai Durbin-Watson yang diperoleh
sebesar 0,803, terletak antara – 2 sampai + 2.

c. Uji Mulitikolinieritas
Tabel 4
Uji Multikolinieritas
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2012
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Ln_Investasi_Dalam_Negeri ,584 1,712
Ln_Investasi_Luar_Negeri ,692 1,445
Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,617 1,620
a. Dependent Variable: Ln_PDRB
Dari tabel 4 diperoleh hasil bahwa seluruh variabel penjelas memiliki nilai VIF
lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki
masalah multikolinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 5
Uji Heteroskedastisitas
a
Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -,568 ,618 -,919 ,378
Ln_Investasi_Dalam_Negeri -,017 ,029 -,153 -,427 ,678
Ln_Investasi_Luar_Negeri ,014 ,040 ,160 ,483 ,638
Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,060 ,053 ,396 1,132 ,282

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2013


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -,568 ,618 -,919 ,378
Ln_Investasi_Dalam_Negeri -,017 ,029 -,153 -,427 ,678
Ln_Investasi_Luar_Negeri ,014 ,040 ,160 ,483 ,638
Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,060 ,053 ,396 1,132 ,282
a. Dependent Variable: abresid
Dari tabel 5 diperoleh nilai t statistik dari seluruh variabel bebas nilai
signifkannya adalah > 0,05. Ini menjelaskan bahwa bahwa model ini tidak mengalami
masalah heteroskedastisitas.

e. Persamaan Regresi Berganda


Tabel 6
Persamaan Regresi Berganda
a
Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,629 1,531 2,371 0,037

Ln_Investasi_Luar_Negeri -0,016 0,072 -0,026 -0,226 0,825

Ln_Investasi_Dalam_Negeri 0,018 0,098 0,023 0,181 0,86


Ln_Pengeluaran_Pemerintah 1,004 0,131 0,945 7,645 0
a. Dependent Variable: Ln_PDRB

Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, digunakan pendekatan OLS


(Ordinal Least Square) atau kuadrat terkecil yang dibentuk oleh tiga variabel
bebas (X1 , X2 , X3) dan satu variabel terikat (Y). Untuk menguji hipotesis pada

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2014


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil analisis
regresi linear berganda yang telah penulis lakukan dapat dilihat pada Tabel 6.
Hasil analisis regresi linear berganda sebagaimana yang terlihat pada Tabel
6 terlihat nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel penelitian yakni
koefisien regresi dari variabel investasi luar negeri (X1) adalah - 0,016, koefisien
regresi dari variabel investasi dalam negeri (X2) adalah 0,018 dan koefisien regresi
dari variabel pengeluaran pemerintah adalah 1,004 dengan nilai konstanta sebesar
3,629. Kemudian, nilai koefisien regresi masing-masing variabel di atas dapat
dituliskan ke dalam persamaan regresi linear sebagai berikut :
Ln Y = 3,629 – 0, 016 lnX1 + 0,018 lnX2 + 1,004 lnX3
Nilai koefisien dari masing- masing variabel dapat diartikan sebagai
berikut :
1) Nilai konstanta (a) sebesar 3,629 berarti tanpa adanya pengaruh variabel
bebas maka nilai variabel terikat adalah sebesar 3,629. Ini berarti bahwa tanpa
adanya pengaruh dari investasi luar negeri, investasi dalam negeri
danpengeluaran pemerintrah maka nilai PDRB adalah positif.
2) Nilai koefisien regresi dari variabel investasi luar negeri (X1) adalah sebesar -
0,016. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan investasi luar negeri setiap 1
(satu) persen akan menyebabkan penurunan PDRB sebesar 0,016 persen.
Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris paribus).
3) Nilai koefisien regresi dari variabel investasi dalam negeri (X2) adalah
sebesar 0,018. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan investasi dalam
negeri setiap 1 (satu) persen, akan dapat meningkatkan PDRB sebesar 0,018
persen. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris
paribus).
4) Nilai koefisien regresi dari variabel pengeluaran pemerintah (X3) adalah
sebesar 1,004. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan pengeluaran
pemerintah setiap 1 (satu) persen, akan dapat meningkatkan PDRB sebesar
1,004 persen. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris
paribus).

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2015


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Tabel 7
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
1 Regression 10,058 3 3,353 31,651 ,000a
Residual 1,165 11 ,106
Total 11,223 14
a. Predictors: (Constant), Ln_Pengeluaran_Pemerintah, Ln_Investasi_Luar_Negeri,
Ln_Investasi_Dalam_Negeri
b. Dependent Variable: Ln_PDRB

Tabel 7 adalah Untuk menguji hipotesis secara bersama-sama, maka


digunakan uji F, dimana Uji F ini dipakai untuk membuktikan (menguji) hipotesis
dengan tingkat keberartian tertentu seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat:
Dari Tabel 7 diketahui bahwa nilai F hitung adalah sebesar 31,651 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Jika nilai signifikansi dibandingkan dengan tingkat
signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α= 0,05) maka terbukti bahwa
nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikan yang digunakan (0,000 < 0,05).
Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar negeri,
investasi dalam negeri dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama terhadap
PDRB provinsi Banten. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima
pada tingkat kepercayaan 95%.

f. Uji Hipotesis

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2016


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Tabel 8
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,629 1,531 2,371 ,037
Ln_Investasi_Luar_Nege -,016 ,072 -,026 -,226 ,825
ri
Ln_Investasi_Dalam_Ne ,018 ,098 ,023 ,181 ,860
geri
Ln_Pengeluaran_Pemeri 1,004 ,131 ,945 7,645 ,000
ntah
a. Dependent Variable: Ln_PDRB
1) Hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 8 digunakan untuk
melakukan pengujian hipotesis. Untuk menguji, hipotesis 1, 2 dan
hipotesis 3 digunakan uji t, yaitu untuk melihat pengaruh dari masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Hasil
pengujian hipotesis akan diuraikan sebagai berikut :
Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah “Investasi luar negeri (X1), tidak berpengaruh signifikan terhadap
PDRB di Provinsi Banten. Jika nilai probability dibandingkan dengan
tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α = 0,05), maka
terbukti bahwa nilai probability lebih besar dari tingkat signifikan yang
digunakan (0,825 > 0,05). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari investasi luar negeri terhadap PDRB di provinsi Banten.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima pada tingkat
kepercayaan 95%.
2) Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini
adalah “investasi dalam negeri (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2017
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

PDRB. Jika nilai probability dibandingkan dengan tingkat signifikan yang


digunakan dalam penelitian ini (α = 0,05), maka terbukti bahwa nilai
probability lebih besar dari tingkat signifikan yang digunakan (0,860 <
0,05). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi
dalam negeri terhadap PDRB. Hasil dari penelitian ini juga mendukung
temuan dari hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Eddy Wibowo Candra (2012) dalam jurnalnya dengan judul Analisis Peranan
Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja Dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2001-2010,
yang menyatakan bahwa variabel PMDN berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi.
3) Pengujian Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah “Pengeluaran
pemerintah (X3) berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Jika nilai
probability dibandingkan dengan tingkat signifikan yang digunakan
dalam penelitian ini (α = 0,05), maka terbukti bahwa nilai probability lebih
kecil dari tingkat signifikan yang digunakan (0,000 < 0,05). Hal ini berarti
terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran pemerintah terhadap
PDRB. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima pada
tingkat kepercayaan 95%.

E. SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN


1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, dapat
dijelaskan beberapa kesimpulan:
a. Pengaruh investasi luar negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar negeri terhadap
PDRB di Provinsi Banten. Koefisien dari variabel investasi luar negeri
adalah sebesar -0,016 dan nilai tersebut adalah negatif, maka peningkatan

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2018


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

investasi luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi


Provinsi Banten tidak secara signifikan. Jika realisasi investasi luar negeri
naik sebesar 1 (satu) persen, maka PDRB Provinsi Banten akan turun
sebesar 0,016 persen. Hal ini menjadi tantangan bagi pihak birokrat
Provinsi Banten, untuk mengoptimalkan peningkatan Penanaman Modal
luar negeri (PMA).
b. Pengaruh investasi dalam negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi dalam negeri terhadap
PDRB di Provinsi Banten. Dimana dengan terjadinya peningkatan
investasi dalam negeri akan meningkatkan PDRB di Provinsi Banten. Jika
realisasi investasi dalam negeri naik 1 (satu) persen, maka PDRB Provinsi
Banten akan naik sebesar 0,018 persen.
c. Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Banten. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga diketahui
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran pemerintah
terhadap PDRB di Provinsi Banten. Jika pengeluaran pemerintah naik
sebesar 1 (satu) persen, maka PDRB akan naik sebesar 1,004 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan PDRB Provinsi Banten pihak
pemerintah harus meningkatkan pengeluaran yang lebih tinggi lagi.

2. Implikasi
Adapun Implikasi yang dapat disampaikan penulis adalah:
a. Perlu peningkatan pengeluaran pemerintah dalam komposisi belanja
APBD di Provinsi Banten melalui penggalian potensi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dalam upaya meningkatkan kemampuan kemandirian
keuangan daerah dan mengurangi ketergantungan keuangan dari dana
transfer baik dari pemerintah pusat.
b. Perlu dilakukan upaya peningkatan realisasi investasi daerah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah diantaranya melalui peningkatan ketersediaan

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2019


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

infrastruktur daerah dalam menarik minat investasi di daerah.

3. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa jenis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah secara time series. Untuk penelitian yang lainnya dapat
dilakukan dengan cara menggabungkan antara data time series dengan cross sectional,
sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat (tingkat kesalahannya lebih kecil).

4. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh para pengambil kebijakan: (1). Perlu adanya kebijakan yang
membantu dan memberikan kemudahan kepada para investor asing maupun domestik
untuk meningkatkan modalnya masuk ke Provinsi Banten. (2). Semakin meningkatnya
pengeluaran pemerintah, maka akan meningkat pula PDRB masyarakat Banten, ini
artinya pengeluaran pemerintah harus ditingkatkan secara signifikan diiringi dengan
keberhasilan pembangunan di berbagai sektor atau bidang. (3). Keberhasilan
pembangunan dengan peningkatan PDRB dapat meningkatkan daya beli masyarakat
dan mencerminkan meningkatnya kesejahteraan rakyat diikuti dengan menurunnya
pengangguran dan tersedianya lapangan pekerjaan. (4). Perlu dilakukan penelitian
lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan PDRB selain investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan
pengeluaran pemerintah di Provinsi Banten.

DAFTAR PUSTAKA
Alfirman, Luky dan Edy Sutriono. 2005. Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah
dan Produk Domestik Bruto dengan Menggunakan Pendekatan Granger
Causality dan Vector Autoregression. Jurnal Keuangan Publik.
Badan Pusat Statistik Propinsi Banten Dalam Angka. 2001 sampai 2015. Badan Pusat
Statistik Provinsi Banten.

InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2020


Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan April 19
Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta


Deddy Rustiono, S. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa
Tengah. Universitas Diponegoro.
Eddy Wibowo Candra. 2012. Analisis Peranan Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja
Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2001-2010. Universitas Brawijaya. Malang.

Gujarati, Damodar N. 2006. Basic Econometric. 3rd ed, McGraw Hill International
Edition. New York.
Lestari, Rahayu, Ria, 2007. Dampak Pembangunan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan
Kota Jakarta Tahun 1989-2004, Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Fakultas Ekonomi Ilmu Ekonomi Yogyakarta.

Mankiw, Gregory. N. 2003. Macroeconomics. 5rd ed, by Worth Publishers New York
and Basingstokes. Terjemahan. Penerbit Erlangga Surabaya.

Mokodompis, Rumate Dan Marami. 2014. Pengaruh Tingkat Investasi Dan Tenaga
Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kota Manado Tahun 2003-
2012) Jurnal Berkala Efisiensi. IEP - FEB Unsrat Manado
Nachrowi D Nachrowi. 2006, Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan,
Cetakan Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Prasetyo, Rindang Bangun & Muhammad Firdaus. 2009. Pengaruh Infrastruktur Pada
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan. Vol. 2(2), 222-236.
Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. 2002. Makro Ekonomi. Erlangga.
Jakarta.
Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN)
Undang-Undang no 6 tahun 1968 dan Undang-Undang nomor 12 tahun 1970 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2021
InoVasi Volume 19 ; April 2019 Page 2022

You might also like