You are on page 1of 22

Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm.

10-31 Vol 5 No 2

PENGARUH EKSPOR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
(Effect of Export on Indonesian’s Economic Growth)

Dara Resmi Asbiantari1, Manuntun Parulian Hutagaol2, Alla Asmara2


1
Mahasiswa pascasarjana, Ilmu Ekonomi, IPB
2
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB

ABSTRACT
Economic growth is a matter of the economy in the long term and is influenced by
various factors. This study aimed to analyze the effect of the agricultural export,
industrial export, mining export, import of capital goods, government spending and gross
fixed capital formation to economic growth of Indonesia. The analytical method used was
Ordinary Least Squares (OLS) with Cochrane-Orcutt method. This study uses secondary
data quarterly time series from 2000 Q1 to 2016 Q1 which is obtained from the Ministry
of Trade, the Central Bureau of Statistics, Bank Indonesia and the Capital Investment
Coordinating Board. The results showed that on the first model to see the effect of the
aggregate exports on economic growth show that imports of capital goods have a
significant influence in the short term to economic growth. While in the long term, the
variables that have a significant impact on economic growth is GFCF. While the second
model to see the role of exports by sector to economic growth getting results that exports
in the industrial sector has a significant influence both in the short-term and long-term to
economic growth. It concluded that outward looking policies has an effective impact to be
applied in Indonesia if the Government to develop exports in the industrial sector.

Keywords: Economic growth, Export, Cochrane-orcutt, Outward looking

PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sampai


dengan pertengahan tahun 1980-an
Pertumbuhan ekonomi menunjuk- menerapkan strategi inward looking di
kan sejauh mana aktivitas perekonomian dalam pengembangan industrinya.
akan menghasilkan tambahan Dalam terminologi kebijakan
pendapatan masyarakat pada suatu pembangunan yang dipopulerkan oleh
periode tertentu. Karena pada dasarnya Streeten (1987), kebijakan inward
aktivitas perekonomian adalah suatu looking adalah strategi pembangunan
proses penggunaan faktor-faktor yang lebih menekankan pada
produksi untuk menghasilkan output, pembangunan industri domestik
maka proses ini pada gilirannya akan pengganti produk impor. Strategi itu
menghasilkan suatu aliran balas jasa ditempuh dengan cara proteksi industri
terhadap faktor produksi yang dimiliki domestik lewat tarif dan berbagai
oleh masyarakat. Adanya pertumbuhan restriksi impor, untuk kemudian dalam
ekonomi maka diharapkan pendapatan jangka panjang melalui diversifikasi
masyarakat sebagai pemilik faktor industri menuju kompetisi ekspor. Selain
produksi juga akan turut meningkat. itu Streeten (1987) juga menyebutkan
strategi kebijakan pembangunan lain

10 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

yakni kebijakan outward looking yang semula hanya untuk pengembangan


lebih menekankan kepada upaya industri substitusi impor, ditambah misi
mendorong tercipta perdagangan bebas baru dari pemerintah, yakni
melalui strategi promosi ekspor. pengembangan industri berorientasi
Strategi inward looking dilandasi ekspor (strategi outward looking) yang
oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan harus didukung oleh usaha pendalaman
ekonomi yang tinggi dapat dicapai dan pemantapan struktur industri.
dengan mengembangkan industri di Kebijakan ini mulai diterapkan pada
dalam negeri yang memproduksi industri kimia, logam, kendaraan
barang-barang pengganti impor. bermotor, industri mesin listrik/peralatan
Sedangkan strategi outward looking listrik dan industri alat/mesin pertanian.
didasari oleh pemikiran bahwa laju Bahwa pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya Indonesia terus meningkat setiap
bisa direalisasikan jika produk-produk tahunnya sejak tahun 2005 sampai
yang dibuat di dalam negeri dijual di dengan tahun 2013. Namun hal ini
pasar ekspor. Jadi, berbeda dengan berbeda dengan nilai ekspor Indonesia.
strategi inward looking, dalam strategi Nilai ekspor Indonesia mengalami
outward looking tidak ada diskriminasi penurunan pada tahun 2009 dan tahun
pemberian insentif dan kemudahan 2013. Dimana seharusnya nilai ekspor
lainnya dari pemerintah, baik untuk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
industri yang berorientasi ke pasar berjalan beriringan. Sehingga dari grafik
domestik, maupun industri yang di atas dapat disimpulkan bahwa
berorientasi ke pasar ekspor (Tambunan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
2001). memiliki tren yang sejalan dengan
Tambunan (2001) menjelaskan pertumbuhan ekspor di Indonesia,
bahwa dalam penerapan strategi inward sehingga terdapat gap antara teori
looking, impor barang dikurangi atau dengan fakta yang ada dan ini
bahkan dikurangi sama sekali. merupakan bahan yang bagus untuk
Pelaksanaan strategi inward looking diteliti.
terdiri atas dua tahap. Pertama, industri Bahwa ekspor dan impor memiliki
yang dikembangkan adalah industri yang tren yang sejalan sejak tahun 2005
membuat barang-barang konsumsi. sampai dengan tahun 2014. Namun jika
Untuk membuat barang-barang tersebut dilihat dengan grafik pertumbuhan
diperlukan barang modal, input ekonomi, tren pertumbuhan ekonomi
perantara, dan bahan baku yang di yang cenderung meningkat tidak sejalan
banyak negara yang menerapkan strategi dengan tren ekspor dan impor Indonesia
ini banyak tidak tersedia sehingga harus yang berfluktuatif setiap tahunnya.
tetap diimpor. Dalam tahap kedua, Adapun jumlah ekspor dan jumlah impor
industri yang dikembangkan adalah jika dilihat dari data yang ada, jumlah
industri hulu (upstream industries). ekspor lebih besar dibandingkan dengan
Pengalaman menunjukkan bahwa tahap impor. Hal ini berarti bahwa nett ekspor
pertama ternyata lebih mudah dilakukan. Indonesia bernilai positif sehingga akan
Sedangkan dalam transisi ke tahap berpengaruh positif terhadap
berikutnya banyak negara menghadapi pertumbuhan ekonomi jika dilihat sesuai
kesulitan. Dalam banyak kasus, industri dengan teori yang dikemukakan oleh
yang dikembangkan menjadi high-cost Keynesian bahwa pertumbuhan
industry. Seiring melemahnya harga pendapatan nasional ditentukan oleh
minyak, kebijakan dari tujuan yang besarnya pengeluaran konsumsi,

11 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

pengeluaran pemerintah, investasi dan (2003), maka diperoleh spesifikasi


net ekspor. model yang digunakan untuk menjawab
Berdasarkan latar belakang yang permasalahan pertama mengenai
telah diuraikan diatas, maka rumusan pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan
masalah dari penelitian ini adalah: ekonomi dengan menambah beberapa
1. Apakah kebijakan outward looking variabel kontrol lain sebagai faktor
efektif untuk diterapkan di pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai
Indonesia untuk meningkatkan berikut.
pertumbuhan ekonomi
2. Bagaimana peranan ekspor Model 1 :
berdasarkan sektoral yang dapat 𝑌𝑡 =∝0 +∝1 𝑋𝑡 +∝2 𝐼𝐶𝐺𝑡 +∝3 𝑆𝐺𝐸𝑡
meningkatkan pertumbuhan +∝4 𝑆𝐼𝑛𝑣𝑡 + 𝜀𝑡
ekonomi. Keterangan :
Adapun bagian kedua pada Y = Pertumbuhan PDB (%)
penelitian ini akan disajikan mengenai X = Pertumbuhan Ekspor (%)
metode penelitian. Bagian ketiga ICG = Pertumbuhan Impor Barang
mengenai hasil dan pembahasan. Bagian Modal (%)
selanjutnya adalah simpulan serta SGE = Share Pengeluaran
diakhiri dengan daftar pustaka. Pemerintah (%)
Sinv = Share PMTB (%)
METODE PENELITIAN Ε = error term
𝜶𝟎 = konstanta/intercept
Data yang digunakan merupakan t = triwulan
data sekunder yang berupa data time
series triwulan periode 2000 Q1 sampai Sementara untuk mengetahui
dengan tahun 2016 Q1 di Indonesia. ekspor di sektor mana yang menjadi
Penelitian ini menggunakan data ekspor, pendorong utama pertumbuhan ekonomi
impor barang modal, pegeluaran di Indonesia mengacu pada penelitian
pemerintah dan pembentukan modal Amir (2004) yang menggunakan
tetap bruto. Data diperoleh dari beberapa variabel ekspor pertanian, penelitian
sumber, antara lain Badan Pusat Mehrara (2016) menggunakan variabel
Statistik, Bank Indonesia, Kementerian ekspor di sektor pertanian dan industri
Perdagangan dan Badan Koordinasi maka model yang digunakan adalah
penanaman Modal (BKPM). sebagai berikut:
Metode analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan regresi Model 2 :
berganda dengan menggunakan metode 𝑌𝑡 =∝0 +∝1 𝑋𝐴𝐺𝑡 +∝2 𝑋𝐼𝑁𝑡
Cochrane-Orcutt. Metode analisis +∝3 𝑋𝑇𝐴𝑀𝑡 +∝4 𝐼𝐶𝐺𝑡
deskriptif digunakan untuk +∝5 𝑆𝐺𝐸𝑡 +∝6 𝑆𝐼𝑛𝑣𝑡
menggambarkan secara umum pengaruh + 𝜀𝑡
ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana :
Spesifikasi model regresi yang Y = Pertumbuhan PDB (%)
digunakan mengacu pada model XAG = Pertumbuhan Ekspor pertanian
penelitian yang digunakan oleh Hussin (%)
(2012). Mengacu pada model tersebut, XIN = Pertumbuhan Ekspor industri
dan juga penelitian-penelitian (%)
sebelumnya yang dilakukan oleh
Akhirman (2012), Omuju (2012), Lihan

12 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

XTAM= Pertumbuhan Ekspor hasil 8. Pertumbuhan ekspor pertambangan


tambang (%) (XTAM) adalah total nilai ekspor
ICG = Pertumbuhan Impor Barang Indonesia di sektor pertambangan,
Modal (%) satuannya persen
SGE = Share Pengeluaran
Pemerintah (%)
SInv = Share PMTB (%) HASIL DAN PEMBAHASAN
Ε = error term Perkembangan Pertumbuhan
𝜶𝟎 = konstanta/intercept Ekonomi Indonesia
t = triwulan
Pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu ukuran dari hasil
Batasan/definisi operasional
pembangunan yang dilaksanakan,
variabel–variabel dan istilah–istilah
khususnya di bidang ekonomi.
yang digunakan dalam penelitian ini
Pertumbuhan tersebut merupakan
adalah sebagai berikut:
gambaran tingkat perkembangan
1. Pertumbuhan PDB (Y) merupakan ekonomi terjadi. Pertumbuhan ekonomi
ukuran untuk mengetahui secara rinci dari tahun ke tahun disajikan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, melalui Produk Domestik Bruto (PDB)
satuannya persen (%). atas dasar harga konstan menurut
2. Pertumbuhan ekspor (X) adalah lapangan usaha secara berkala.
pertumbuhan nilai ekspor riil Perkembangan PDB Indonesia
Indonesia, satuannya persen. secara triwulan sejak tahun 1993 – 2016
3. Pertumbuhan Impor barang modal disajikan pada Gambar 1. Pertumbuhan
(ICG) adalah pertumbuhan nilai ekonomi Indonesia berfluktuatif sejak
impor barang modal riil Indonesia,
tahun 1993-2016. Pertumbuhan ekonomi
satuannya persen
4. Share GE (SGE) adalah share menurun sangat tajam dan mengalami
pengeluaran pemerintah terhadap nilai paling rendah saat kuartal 3 tahun
PDB, satuannya persen. 1998 yang disebabkan oleh krisis
5. Share Inv (Sinv) adalah share moneter yang dialami Indonesia. Namun
pembentukan modal tetap bruto setelah tahun tersebut, pertumbuhan
terhadap PDB, satuannya persen. ekonomi meningkat kembali.
6. Pertumbuhan ekspor pertanian Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi
(XAG) adalah total nilai ekspor Indonesia kembali mengalami fluktuasi,
Indonesia di sektor pertanian,
namun Indonesia masih memiliki tren
satuannya persen.
7. Pertumbuhan ekspor industri (XIN) pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
adalah total nilai ekspor Indonesia
di sektor industri, satuannya persen.

13 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Sumber : BI (2016)
Gambar 1 Perkembangan PDB Indonesia 1993-2016

Secara sektoral, seluruh sektor mencatat pertumbuhan yang tinggi


ekonomi akan mencatat pertumbuhan (Bank Indonesia, 2003). Peningkatan
ekonomi. Sektor industri pengolahan kontribusi industri pengolahan
diperkirakan memberikan kontribusi menunjukkan bahwa industri
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. pengolahan menunjukkan peningkatan,
Sektor lainnya yang memberikan dimana dengan peningkatan aktivitas
sumbangan terbesar adalah perdagangan, tersebut, kebutuhan modal kerja akan
hotel dan restoran dan sektor semakin meningkat.
pengangkutan dan komunikasi.
Peningkatan kegiatan di sektor industri Perkembangan Ekspor
pengolahan ini mengikuti faktor Pertumbuhan ekonomi yang
musimannya yang meningkat pesat ditandai dengan laju pertumbuhan PDB
dalam rangka mengantisipasi terdiri dari berbagai macam variabel,
meningkatnya permintaan. diantaranya yaitu pengeluaran
Sejalan dengan peningkatan di
pemerintah, PMTB, Ekspor dan Impor.
sektor industri tersebut, kegiatan di Share yang dimiliki oleh masing-masing
sektor perdagangan dan sektor variabel tersebut terhadap PDB dapat
pengangkutan yang merupakan mata dilihat pada Gambar 2.
rantai dari proses produksi distribusi
konsumen akhir diperkirakan juga akan

14 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Sumber : BPS 2016


Gambar 2 Share Pengeluaran Pemerintah, PMTB, Ekspor dan Impor terhadap PDB

Perdagangan internasional secara kegiatan ekspor-impor merupakan


netto (ekspor dikurangi impor) variable injeksi dalam perekonomian
menunjukkan kontribusi yang relatif suatu negara, yang dapat meningkatkan
kecil, bahkan pada hampir di tiap kuartal perekonomian karena adanya proses
pada periode 2012- 2014 menunjukkan multiplier dalam perekonomian tersebut.
kontribusi yang negatif. Walaupun pada Kinerja eksporimpor inipun menjadi
periode 2012- 2014 tersebut ekspor sangat rentan terhadap kondisi ekonomi
sudah berkontribusi sebesar 23,70% global yang akan mempengaruhi
terhadap PDB namun nilai impor lebih perekonomian Indonesia.
besar yaitu 25,37%. Pertumbuhan ekspor di Indonesia
Kecenderungan ini menunjukkan berdasarkan sektor dapat dilihat pada
adanya sisi positif dan negatif. Sisi Gambar 3. Pertumbuhan ekspor
positifnya mengindikasikan bahwa PDB pertanian, industri dan pertambangan
Indonesia bertumpu pada kekuatan mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
ekonomi domestik, namun sisi Bahkan beberapa tahun terakhir
negatifnya kalau kecenderungan mengalami pertumbuhan yang negatif.
penurunan kontribusi surplus Pertumbuhan ekspor pertambangan
perdagangan ini terus menurun bahkan mengalami nilai yang paling tinggi jika
bisa sampai negatif atau mengakibatkan dibandingkan dengan ekspor pertanian
defisit neraca perdagangan, maka hal ini dan ekspor industri. Pertumbuhan ekspor
perlu diwaspadai agar tidak terjadi banjir pertambangan memiliki nilai yang jauh
produk impor yang akan merugikan di atas ekspor pertanian dan ekspor
produk domestik. industri.
Meskipun memberikan kontribusi
yang kecil terhadap PDB, namun

15 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Sumber : Kementerian Perdagangan, 2016


Gambar 3 Perkembangan Ekspor Berdasarkan Sektoral 2001-2016

Namun sejak tahun 2012, (lima) negara tujuan ekspor utama


pertumbuhan ekspor pertambangan terus seperti Jepang, China, Singapura,
mengalami nilai yang negatif. Hal Amerika Serikat dan India. Bahkan,
tersebut disebabkan oleh menurunnya pangsa ekspor Indonesia kelima negara
permintaan pasar luar negeri dan masih utama tersebut mencapai 52,1% dari
rendahnya harga komoditas di pasar total ekspor Indonesia pada tahun 2013.
internasional akibat belum pulihnya Tingginya pangsa ekspor kelima pasar
perekonomian dunia sebagai dampak tersebut menunjukkan tingginya
krisis global. Sampai akhir 2013, kondisi ketergantungan dan konsentrasi pasar
perekonomian dunia masih dihadapkan untuk ekspor komoditi Indonesia
pada risiko memburuknya ekonomi sehingga Indonesia akan sangat
global yang semakin meningkat. bergantung pada kondisi makro di
Amerika Serikat masih belum mampu negara-negara tujuan yang pada akhirnya
mendongkrak perekonomiannya akan mempengaruhi permintaan
walaupun berbagai upaya kebijakan (demand) produk ekspor.
akomodatif fiskal maupun moneter telah Ketergantungan akan pasar-pasar
dilakukan pemerintah Amerika Serikat. tersebut tentu dianggap cukup beresiko
Keadaan perekonomian global yang bagi perekonomian Indonesia.
masih belum menentu tersebut hingga
2013 mengakibatkan nilai ekspor Perkembangan Impor Barang Modal
Indonesia selama tahun 2013 turun
Indonesia dengan sumber daya
sebesar 3,9% dibandingkan ekspor tahun
alamnya seharusnya mampu memenuhi
sebelumnya. Pelemahan kinerja ekspor
kebutuhannya sendiri. Tetapi pada
tidak hanya dialami oleh Indonesia,
kenyataanya Indonesia masih saja
namun juga dialami negara-negara lain
bergantung pada negara lain. Akibatnya
seperti Jepang, Brazil, Malaysia dan
barang-barang yang seharusnya mampu
Thailand.
diproduksi sendiri, pada akhirnya harus
Selama tahun 2013, negara tujuan diimpor. Ini dikarenakan kurangnya
ekspor Indonesia didominasi oleh 5

16 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

tenaga ahli yang mampu mengolah pada negara lain, serta mampu
sumber daya alam tersebut. Penguasaan memenuhi kebutuhanya sendiri bahkan
teknologi yang terbatas, menyebabkan mengekspor barang keluar. Barang
proses pertumbuhan ekonomi Indonesia modal adalah faktor produksi yang dapat
membutuhkan barang modal dan bahan dihasilkan kembali dan dimanfaatkan
baku. Oleh sebab itu, dibutuhkanlah untuk menghasilkan barang jadi serta
barang modal. Dengan mengimpor dapat mengurangi biaya produksi
barang modal Indonesia akan mampu selanjutnya untuk menghasilkan barang
memproduksi sendiri barang jadi atau yang sama (Morgan, 2000). Berikut
setengah jadi yang sebelumnya masih dijelaskan perkembangan impor barang
diimpor. Diharapkan pada nantinya modal di Indonesia tahun 2000-2016
Indonesia tidak perlu bergantung lagi dalam Gambar 4.

Sumber : BI (2016)
Gambar 4 Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal Indonesia 2000-2016

Data perkembangan impor barang


modal di Indonesia sejak tahun 2000 Perkembangan Pengeluaran
triwulan 1 hingga 2016 triwulan 1 Pemerintah
disajikan pada Gambar 4. Dari grafik
Pemerintah sebagai institusi yang
tersebut terlihat bahwa perkembangan
melakukan berbagai aktivitas juga
impor di Indonesia pada tahun berjalan
merupakan konsumen bagi barang dan
terlihat mengalami fluktuasi dari tahun
jasa di dalam negeri. Pengeluaran
ke tahun. Sementara jika dilihat dari
pemerintah berbentuk pembelanjaan
trennya, impor barang modal memiliki
pemerintah, baik dalam bentuk rutin
tren yang menurun, dimana hal ini
maupun untuk pembangunan.
bertentangan dengan tren pertumbuhan
Pengeluaran pemerintah bertujuan untuk
ekonomi Indonesia pada tahun berjalan.
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam
Sehingga, hal ini tidak mendukung teori
menjalankan roda pemerintahan dan
yang ada bahwa impor barang modal
pembangunan. Salah satu fungsi utama
akan meningkatkan pertumbuhan
pengeluaran pemerintah adalah sebagai
ekonomi.
alat kebijakan fiskal yang digunakan

17 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

dalam menstabilkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dengan


mendorong laju pertumbuhan ekonomi adanya peningkatan pengeluaran
(Purba, 2006). pemerintah diharapkan kemampuan
Perkembangan penduduk yang dalam menciptakan sarana dan prasarana
menuntut adanya biaya pengeluaran pembangunan yang meningkat dan pada
sebagai upaya dalam meningkatkan akhirnya mendorong aggregate demand,
kesejahteraan rakyat. Pembiayaan sehingga dapat merangsang kegiatan
tersebut berupa pengeluaran pemerintah produksi daerah yang selanjutnya akan
baik rutin maupun pembangunan. Dalam meningkatkan laju pertumbuhan
hal ini, pengeluaran rutin adalah ekonomi (Purba, 2006). Perkembangan
pembelanjaan untuk membiayai share pengeluaran pemerintah sejak
kegiatan-kegiatan rutin seperti gaji triwulan 1 tahun 2000 sampai dengan
pegawai. Sedangkan pengeluaran triwulan 1 tahun 2016 dapat dilihat pada
pembangunan yang sedang dilakukan Gambar 5.
dalam upaya meningkatkan

Sumber : BI (2016
Gambar 5 Perkembangan Share Pengeluaran Pemerintah Indonesia terhadap PDB
2000-2016

Pada periode tahun 2000 sampai ekonomi. Sementara pertumbuhan


dengan tahun 2016, secara umum ekonomi seperti dapat dilihat pada
pengeluaran pemerintah menunjukkan Gambar 5 memiliki tren yang meningkat
share terhadap PDB yang fluktuatif. Jika sejak tahun 1993 sampai dengan 2016
dilihat dari trennya, maka share walaupun ada penurunan di tahun 1998
pengeluaran pemerintah terhadap PDB karena krisis.
sejak tahun 2000-2016 memiliki tren
yang menurun. Hal ini bertolak belakang Perkembangan Pembentukan Modal
dengan teori bahwa seharusnya Tetap Bruto (PMTB)
pengeluaran pemerintah memiliki tren Investasi merupakan salah satu
yang searah dengan pertumbuhan sumber utama pertumbuhan ekonomi.

18 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Kegiatan penanaman modal akan meningkatkan produktivitas serta


menghasilkan investasi yang akan terus kapasitas dan kualitas produksi, yang
menambah stok modal (capital stock). pada gilirannya akan mendorong
Selanjutnya, peningkatan stok modal pertumbuhan ekonomi.

Sumber : BI (2016)
Gambar 6 Perkembangan PMTB di Indonesia 2000-2016

Perkembangan PMTB di Indonesia autokorelasi pada model. Berdasarkan


yang disajikan oleh Gambar 6 memiliki uji statistik Durbin-Watson (DW)
tren yang menurun sejak tahun 2000 diperoleh nilai DW sebesar 1,25
triwulan 1 sampai dengan tahun 2016 sementara nilai dL untuk penelitian ini
triwulan 1. Sejak tahun 2000 hingga bernilai 1,47 maka sesuai dengan Tabel 3
tahun 2016 PMTB di Indonesia bahwa temuan ini berada pada rentang
mengalami fluktuasi. 0<DW<dL dimana 0<1,25<1,47. Hasil
ini menandakan adanya autokorelasi
Pengujian Asumsi Model 1 positif pada model 1. Karena pada model
Pengujian ini menggunakan model ditemukan masalah autokorelasi, maka
regresi linier berganda, maka perlu dilakukan metode
permasalahan yang mungkin terjadi pada Cochrane-Orcutt untuk mengatasi
model ini tidak terlepas dari tiga buah pelanggaran tersebut (Juanda, 2009). Uji
pelanggaran asumsi yaitu multikolinearitas (multicolinearity)
heterokedastisitas (heterocedasticity), menunjukan bahwa nilai korelasi antar
autokorelasi (autocorrelation), dan variabel independen bernilai kurang dari
multikolinearitas (multicolinearity). 0,80. Dengan demikian dapat dikatakan
Untuk permasalahan heteroskedastisitas, antar variabel independen terbebas dari
berdasarkan estimasi tidak ditemukan multikolinieritas. Hasil perhitungan
adanya heteroskedastisitas, terlihat dari model 1 dengan metode
jumlah probability Chi-square (0,1512) Cochrane-Orcutt dapat dilihat pada
yang lebih besar dari 0,01. Pengujian Tabel 7.
berikutnya berupa pendeteksian gejala

19 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Tabel 7 Hasil Persamaan Regresi Model 1 Metode Cochrane-Orcutt


Koefisien
Variabel Koefisien Prob.
Terkoreksi
Y(-1) 0,377467 0,35 0,0009
X -0,007023 -0,007 0,2338
ICG 0,012931 0,012 0,0205*
SGE 0,163892 0,16 0,0937
Sinv -0,222328 -0,222 0,1120
X(-1) 0,010193 -0,0285 0,0645
ICG(-1) 0,003373 -0,008 0,5443
SGE(-1) -0,058172 0,142 0,3364
SInv(-1) 0,255028 -0,728 0,0566*
C 1,468053 2,17 0,0584
R-squared 0, 490973 Durbin-Watson 2,064794
F-statistic 5,787198
Prob(F-statistic) 0,000013
Sumber : Bank Indonesia, 2016 (diolah)
Catatan : *) signifikan pada taraf nyata 5%

Untuk mengetahui faktor-faktor Ekspor


yang mempengaruhi pertumbuhan Uji signifikansi yang dilakukan
ekonomi Indonesia digunakan model 1 pada variabel bebas dapat dilihat dari
yang mana pertumbuhan ekonomi nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi
merupakan variabel terikat (dependent didapatkan bahwa variabel ekspor
variabel). Hasil estimasi model tersebut
jangka pendek memiliki p-value 0,2338
memiliki R-square sebesar 49,09% yang sedangkan p-value ekspor jangka
berarti bahwa 49,09% keragaman dari panjang bernilai 0,0645. Kedua nilai
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tersebut > 0,05 maka variabel ini berada
dapat dijelaskan oleh keragaman pada daerah terima H0 sehingga dapat
variabel export growth, impor growth, diambil kesimpulan bahwa variabel
share pengeluaran pemerintah dan share ekspor tidak memiliki pengaruh yang
PMTB. Sisanya sebesar 50,91% nyata terhadap pertumbuhan ekonomi
diakibatkan oleh faktor lain yang tidak Indonesia. Selanjutnya perlakuan atas uji
disertakan dalam model, namun arah untuk menentukan apakah
ditampung dalam variabel acak. hubungan antara kedua variabel
Pengujian parameter hasil estimasi merupakan hubungan yang positif atau
secara menyeluruh menggunakan uji F negatif dengan melihat koefisiennya.
menghasilkan nilai statistik F sebesar
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat
5,787198 dan probabilita sebesar dilihat bahwa koefisien ekspor dalam
0,000013, yang berarti signifikan. Ini jangka pendek bernilai -0,007,
mengindikasikan bahwa seluruh variabel menunjukkan bahwa hubungan yang
bebas (independent variabel) atau terjadi antara ekspor dengan
minimal ada satu variabel bebas yang pertumbuhan ekonomi adalah hubungan
terbukti signifikan mempengaruhi yang berlawanan arah/negatif.
pertumbuhan ekonomi di Indonesia Hubungan negatif ini menujukan bahwa
(Tabel 7). semakin tinggi nilai ekspor maka
pertumbuhan ekonomi menurun sebesar

20 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

0,007%, cateris paribus. Sedangkan variabel bebas dapat dilihat dari nilai
untuk jangka panjang, nilai koefisien p-value. Berdasarkan hasil regresi
ekspor positif, yang berarti bahwa dalam didapatkan bahwa variabel impor jangka
jangka panjang jika pertumbuhan ekspor pendek memiliki p-value 0,0205
meningkat sebesar 0,010% maka sedangkan p-value pada jangka panjang
pertumbuhan ekonomi akan meningkat bernilai 0,5443. Nilai p-value impor
sebesar 0,010%, cateris paribus. barang modal pada jangka pendek < 0,05
Temuan ini sejalan dengan maka variabel ini berada pada daerah
penelitian yang dilakukan oleh Lihan tolak H0 sehingga dapat diambil
(2003) bahwa ekspor tidak memiliki kesimpulan bahwa variabel impor
pengaruh yang nyata terhadap barang modal pada periode jangka
pertumbuhan ekonomi Indonesia. pendek memiliki pengaruh yang nyata
Sebagian besar negara-negara terhadap pertumbuhan ekonomi
berkembang tidak menunjukkan Indonesia.
dukungan empiris bahwa pertumbuhan Selanjutnya perlakuan atas uji arah
ekspor akan mendorong pertumbuhan untuk menentukan apakah hubungan
ekonomi. Penelitian lain yang juga antara kedua variabel merupakan
sejalan dengan penelitian yang hubungan yang positif atau negatif
menyatakan jika sektor ekspor ini masih dengan melihat koefisiennya.
bergantung pada input impor maka Berdasarkan hasil regresi diatas dapat
pengaruhnya terhadap PDRB tidaklah dilihat bahwa koefisien impor barang
nyata. modal dalam jangka pendek bernilai
Ekspor pada penelitian ini tidak 0,012 yang dapat diinterpretasikan
memiliki pengaruh yang signifikan bahwa hubungan yang terjadi antara
dikarenakan oleh ekspor di Indonesia impor barang modal dengan
masih bergantung pada impor sebagai pertumbuhan ekonomi dalam jangka
bahan bakunya. Hal ini juga dibuktikan pendek adalah hubungan yang
oleh hasil dari penelitian ini yaitu bahwa searah/positif. Jika impor barang modal
variabel impor barang modal memiliki meningkat sebesar 1% maka
pengaruh yang signifikan dan positif. Ini pertumbuhan ekonomi akan meningkat
berarti bahwa impor barang modal sebesar 0,012%, cateris paribus.
memiliki pengaruh yang nyata terhadap Sementara dalam jangka panjang,
pertumbuhan ekonomi dan juga koefisien impor bernilai -0,008 yang
memiliki hubungan yang positif terhadap menunjukkan hubungan yang
pertumbuhan ekonomi. Sehingga dapat negatif/berlawanan arah terhadap
dibuktikan bahwa jika ekspor di pertumbuhan ekonomi. Hasil ini sudah
Indonesia masih menggunakan impor sesuai dengan hipotesis awal bahwa
barang modal sebagai bahan bakunya, impor barang modal memiliki hubungan
sehingga ekspor di Indonesia tidak dapat yang signifikan positif dengan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi.
seperti yang dijelaskan pada teori yang Temuan ini memperkuat bahwa
ada. ekspor di Indonesia masih menggunakan
impor barang modal sebagai bahan
Impor Barang Modal bakunya, sehingga ekspor di Indonesia
tidak dapat mempengaruhi pertumbuhan
Hasil temuan ini, mendukung
ekonomi seperti yang dijelaskan oleh
variabel sebelumnya, yaitu ekspor
teori yang ada. Sehingga impor barang
terhadap pertumbuhan ekonomi. Uji
modal akan mendorong pertumbuhan
signifikansi yang dilakukan pada

21 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

ekonomi Indonesia karena struktur pertumbuhan ekonomi. Jika pengeluaran


ekspor di Indonesia yang masih pemerintah meningkat sebesar 1% maka
menggunakan bahan mentah sebagai pertumbuhan ekonomi akan meningkat
bahan bakunya. sebesar 0,16%, cateris paribus.
Temuan ini sejalan dengan Sementara dalam jangka panjang,
penelitian yang dilakukan oleh koefisien pengeluaran pemerintah
Mardianto (2014) yang mendapatkan bernilai 0,142 yang menunjukkan
hasil bahwa impor barang modal hubungan yang juga positif/searah
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil
terhadap pertumbuhan ekonomi. ini tidak sesuai dengan hipotesis awal
Begitupun dengan penelitian yang bahwa pengeluaran pemerintah memiliki
dilakukan oleh Iqbal (2004) juga hubungan yang signifikan terhadap
memiliki hasil dimana terhadap impor pertumbuhan ekonomi.
barang modal Indonesia tahun Pengeluaran pemerintah tidak
1990-2005 berpengaruh signifikan dan memiliki pengaruh yang signifikan
positif terhadap PDB. terhadap pertumbuhan ekonomi
disebabkan karena pengeluaran
Pengeluaran Pemerintah pemerintah tersebut tidak dibelanjakan
kepada sektor yang berdampak
Uji signifikansi yang dilakukan
multiplier effect yang besar terhadap
pada variabel bebas dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi seperti perbaikan
nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi
dan pembangunan infrastruktur fisik
didapatkan bahwa variabel pengeluaran
antara lain jalan tol, pelabuhan,
pemerintah pada jangka pendek
transportasi, dan telekomunikasi
memiliki p-value 0,0937 sedangkan
sehingga diharapkan dengan
p-value pengeluaran pemerintah pada
pembangunan infrastruktur tersebut
periode jangka panjang bernilai 0,3364.
dapat memperlancar arus perdagangan
Kedua nilai p-value tersebut > 0,05 maka
dan meningkatkan investor asing.
variabel ini berada pada daerah terima
Struktur pengeluaran pemerintah
H0 sehingga dapat diambil kesimpulan
Indonesia lebih banyak difokuskan pada
bahwa variabel pengeluaran pemerintah
transfer pembiayaan langsung dari
tidak signifikan terhadap pertumbuhan
negara ke masyarakat bukan pada
ekonomi.
pembelanjaan untuk keperluan
Selanjutnya perlakuan atas uji arah
pertumbuhan ekonomi. Selain itu,
untuk menentukan apakah hubungan
kebijakan pengeluaran pemerintah
antara kedua variabel merupakan
tersebut harus memperhatikan siklus
hubungan yang positif atau negatif
ekonomi (business cycle). Apabila
dengan melihat koefisiennya.
kondisi perekonomian sedang
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat
mengalami resesi maka pengeluaran
dilihat bahwa koefisien pengeluaran
pemerintah harus bersifat ekspansif,
pemerintah dalam jangka pendek
sedangkan apabila kondisi
bernilai 0,16 yang dapat
perekonomian sedang membaik
diinterpretasikan bahwa hubungan yang
(recovery) maka pengeluaran
terjadi antara pengeluaran pemerintah
pemerintah hendaknya bersifat
dengan pertumbuhan ekonomi dalam
kontraksif. Hal tersebut juga bertujuan
jangka pendek adalah hubungan yang
untuk menghindari crowding out yaitu
searah/positif. Hasil estimasi
menurunnya investasi sektor swasta
menunjukan bahwa pengeluaran
karena meningkatnya pengeluaran
pemerintah berpengaruh positif terhadap

22 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

pemerintah yang akan mempengaruhi jangka pendek maka pertumbuhan


pertumbuhan ekonomi. ekonomi akan menurun sebesar 0,222%,
Hasil temuan ini sejalan dengan cateris paribus. Sementara dalam jangka
temuan oleh Jocas (2012) yang panjang, koefisien PMTB bernilai -0,728
menemukan bahwa pengeluaran yang juga menunjukkan hubungan yang
pemerintah tidak memiliki pengaruh negatif/berlawanan arah terhadap
yang signifikan terhadap pertumbuhan pertumbuhan ekonomi. Jika PMTB
ekonomi. Hal ini disebabkan karena meningkat sebesar 1% dalam jangka
jenis pengeluaran pemerintah lebih panjang maka pertumbuhan ekonomi
banyak difokuskan pada transfer akan menurun sebesar 0,728%, cateris
pembiayaan langsung dari negara ke paribus. Hasil temuan ini sudah sesuai
masyarakat bukan pada pembelanjaan dengan hipotesis awal bahwa PMTB
untuk keperluan pertumbuhan ekonomi. memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pembentukan Modal Tetap Bruto Hasil estimasi tersebut sejalan
(PMTB) dengan penelitian yang menyatakan
bahwa investasi domestik berpengaruh
Uji signifikansi yang dilakukan
positif dan signifikan terhadap
pada variabel bebas dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomidan sejalan
nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi
dengen penelitian menyatakan bahwa
dengan metode Cochrane-Orcutt
investasi berpengaruh terhadap
didapatkan bahwa variabel jangka
pertumbuhan ekonomi baik dalam
pendek PMTB memiliki p-value 0,1120
sedangkan p-value PMTB pada periode jangka pendek maupun dalam jangka
panjang. Serta penelitian Alkadri (1999)
jangka panjang bernilai 0,0566. Nilai
yang menyatakan bahwa Penerimaan
p-value pada periode jangka panjang
Modal Dalam Negeri (PMDN)
tersebut < 0,05 maka variabel ini berada
berpengaruh positif terhadap
pada daerah tolak H0 sehingga dapat
pertumbuhan ekonomi.
diambil kesimpulan bahwa variabel
PMTB merupakan variabel yang
memiliki pengaruh yang signifikan pada Pengujian Asumsi Model 2
periode jangka panjang terhadap Setelah mengolah data dengan
pertumbuhan ekonomi. Model 1 untuk mengetahui faktor-faktor
Selanjutnya perlakuan atas uji arah apa saja yang mempengaruhi
untuk menentukan apakah hubungan pertumbuhan ekonomi dan juga untuk
antara kedua variabel merupakan mengetahui apakah ekspor secara
hubungan yang positif atau negatif agregat memiliki pengaruh terhadap
dengan melihat koefisiennya. pertumbuhan ekonomi, maka langkah
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat selanjutnya adalah mengolah data untuk
dilihat bahwa koefisien PMTB dalam mengetahui peranan ekspor secara
jangka pendek bernilai -0,222 yang sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi.
dapat diinterpretasikan bahwa hubungan Pengujian asumsi pada Model 2 ini
yang terjadi antara PMTB dengan juga menggunakan model regresi linier
pertumbuhan ekonomi dalam jangka berganda, maka permasalahan yang
pendek adalah hubungan yang mungkin terjadi pada model ini tidak
berlawanan arah/negatif. Hasil estimasi terlepas dari yaitu heterokedastisitas,
menunjukan bahwa PMTB berpengaruh autokorelasi, dan multikolinearitas.
negatif terhadap pertumbuhan. Jika Untuk permasalahan heteroskedastisitas,
PMTB meningkat sebesar 1% dalam berdasarkan estimasi tidak ditemukan

23 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

adanya heterodeksitas, terlihat dari ini menandakan adanya autokorelasi


jumlah jumlah probability Chi-square positif pada Model 2. Karena ditemukan
(0,1208) yang lebih besar dari 0,01. masalah autokorelasi, maka perlu
Pengujian berikutnya berupa dilakukan metode Cochrane-Orcutt
pendeteksian gejala autokorelasi pada untuk mengatasi pelanggaran tersebut
model. Berdasarkan uji statistik (Juanda, 2009). Uji multikolinieritas
Durbin-Watson (DW) diperoleh nilai menunjukan bahwa nilai korelasi antar
DW sebesar 1,41 sementara nilai dL variabel independen bernilai kurang dari
untuk penelitian ini bernilai 1,47 maka 0,80. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa temuan ini berada pada rentang antar variabel independen terbebas dari
0<DW<dL dimana 0<1,41<1,17. Hasil multikolinieritas.

Tabel 9 Hasil Persamaan Regresi Model 2 dengan Metode Cochrane-Orcutt


Variabel Koefisien Koefisien Terkoreksi Prob.
XAG -3,100132 -3,100132 0,5754
XIN 6,091806 6,091806 0,0320*
XTAM -0,446655 -0,446655 0,8385
ICG -0,003195 -0,003195 0,6913
SGE 0,043542 0,043542 0,6296
Sinv -0,117859 -0,117859 0,3999
Y(-1) 0,347046 0,286 0,0738
XAG(-1) 3,782394 -13,21 0,4615
XIN(-1) -5,960561 20,839 0,0355*
XTAM(-1) 1,563353 -5,45 0,5425
ICG(-1) 0,013747 -0,045 0,0766
SGE(-1) 0,011705 -0,038 0,8475
SInv(-1) -0,089393 0,311 0,5470
C -19,78392 -27,70 0,2859
R-squared 0,613325 Durbin-Watson stat 1,897727
F-statistic 3,050288
Prob(F-statistic) 0,008073
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Catatan : *) signifikan pada taraf nyata 5%

Untuk mengetahui peranan ekspor dan share PMTB. Sisanya sebesar


berdasarkan sektoral terhadap 38,67% diakibatkan oleh faktor lain
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak disertakan dalam model,
digunakan Model 2 yang mana namun ditampung dalam variabel acak.
pertumbuhan ekonomi merupakan Pengujian parameter hasil estimasi
variabel terikat (dependent variabel). secara menyeluruh menggunakan uji F
Hasil estimasi model tersebut memiliki menghasilkan nilai statistik F sebesar
R-square sebesar 61,33% yang berarti 3,050288 dan probabilita sebesar
bahwa 61,33% keragaman dari 0,008073, yang berarti signifikan. Ini
pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengindikasikan bahwa seluruh variabel
dapat dijelaskan oleh keragaman bebas (independent variabel) atau
variabel ekspor pertanian, ekspor minimal ada satu variabel bebas yang
industri, ekspor pertambangan, impor terbukti signifikan mempengaruhi
growth, share pengeluaran pemerintah

24 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

pertumbuhan ekonomi di Indonesia sesuai dengan hipotesis awal bahwa


(Tabel 9). ekspor pertanian memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan
Ekspor Pertanian ekonomi.
Hasil temuan ini sejalan dengan
Uji signifikansi yang dilakukan
penelitian yang dilakukan oleh Amir
pada variabel bebas dapat dilihat dari
(2004) bahwa pertumbuhan ekspor non
nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi
pertanian memiliki dampak yang lebih
metode Cochrane-Orcutt didapatkan
baik daripada ekspor pertanian terhadap
bahwa variabel jangka pendek ekspor
pertumbuhan ekonomi.
pertanian memiliki p-value 0,5754
sementara p-value ekspor pertanian pada
periode jangka panjang bernilai 0,4615. Ekspor Industri
Kedua nilai p-value tersebut > 0,05 maka Uji signifikansi yang dilakukan
variabel ini berada pada daerah tolak H0 pada variabel bebas dapat dilihat dari
sehingga dapat diambil kesimpulan nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi
bahwa variabel ekspor pertanian metode Cochrane-Orcutt didapatkan
merupakan variabel yang tidak memiliki bahwa variabel jangka pendek ekspor
pengaruh yang signifikan baik pada industri memiliki p-value 0,0320 dan
jangka pendek maupun periode jangka untuk variabel jangka panjang p-value
panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. bernilai 0,0355. Kedua nilai p-value
Selanjutnya perlakuan atas uji arah tersebut < 0,05 maka variabel ini berada
untuk menentukan apakah hubungan pada daerah tolak H0 sehingga dapat
antara kedua variabel merupakan diambil kesimpulan bahwa variabel
hubungan yang positif atau negatif ekspor industri merupakan variabel yang
dengan melihat koefisiennya. memiliki pengaruh yang signifikan baik
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat pada periode jangka pendek maupun
dilihat bahwa koefisien ekspor pertanian pada periode jangka panjang terhadap
dalam jangka pendek bernilai -3.1 yang pertumbuhan ekonomi.
dapat diinterpretasikan bahwa hubungan Selanjutnya perlakuan atas uji arah
yang terjadi antara ekspor pertanian untuk menentukan apakah hubungan
dengan pertumbuhan ekonomi dalam antara kedua variabel merupakan
jangka pendek adalah hubungan yang hubungan yang positif atau negatif
berlawanan arah/negatif. Hasil estimasi dengan melihat koefisiennya.
menunjukan bahwa ekspor pertanian Berdasarkan hasil regresi diatas dapat
berpengaruh negatif terhadap dilihat bahwa koefisien ekspor industri
pertumbuhan. Jika ekspor pertanian dalam jangka pendek bernilai 6,09 yang
meningkat sebesar 1% dalam jangka dapat diinterpretasikan bahwa hubungan
pendek maka pertumbuhan ekonomi yang terjadi antara ekspor industri
akan menurun sebesar 3,1%, cateris dengan pertumbuhan ekonomi dalam
paribus. Sementara dalam jangka jangka pendek adalah hubungan yang
panjang koefisien ekspor pertanian berlawanan arah/negatif. Hasil estimasi
bernilai 3,78 yang menunjukkan menunjukan bahwa ekspor industri
hubungan yang positif/searah terhadap berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Jika ekspor pertumbuhan. Jika ekspor industri
pertanian meningkat sebesar 1% dalam meningkat sebesar 1% dalam jangka
jangka panjang maka pertumbuhan pendek maka pertumbuhan ekonomi
ekonomi akan meningkat sebesar 3,78%, akan menurun sebesar 6,09%, cateris
cateris paribus. Hasil temuan ini tidak paribus. Sementara dalam jangka

25 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

panjang, koefisien ekspor industri jangka pendek adalah hubungan yang


bernilai -5,96 yang menunjukkan berlawanan arah/negatif. Hasil estimasi
hubungan yang negatif/berlawanan arah menunjukan bahwa ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika pertambangan berpengaruh negatif
ekspor industri meningkat sebesar 1% terhadap pertumbuhan. Jika ekspor
dalam jangka panjang maka pertambangan meningkat sebesar 1%
pertumbuhan ekonomi akan menurun dalam jangka pendek maka pertumbuhan
sebesar 5,96%, cateris paribus. Hasil ekonomi akan menurun sebesar 0,446%,
temuan ini sudah sesuai dengan hipotesis cateris paribus. Sementara dalam jangka
awal bahwa ekspor industri memiliki panjang, koefisien ekspor pertambangan
pengaruh yang signifikan terhadap bernilai 1,56 yang menunjukkan
pertumbuhan ekonomi. Temuan ini hubungan yang positif/searah terhadap
sejalan dengan penelitian Mehrara dan pertumbuhan ekonomi. Jika ekspor
Baghbanpour (2016) yang menemukan pertambangan meningkat sebesar 1%
bahwa ekspor di sektor industri memiliki dalam jangka panjang maka
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi akan meningkat
pertumbuhan ekonomi. sebesar 1,56%, cateris paribus. Hasil
temuan ini sesuai dengan hipotesis awal
Ekspor Pertambangan bahwa ekspor pertambangan memiliki
Uji signifikansi yang dilakukan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
pada variabel bebas dapat dilihat dari terhadap pertumbuhan ekonomi.
nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi Temuan iini sejalan dengan penelitian
metode Cochrane-Orcutt didapatkan yang dilakukan oleh Hlavova (2015)
bahwa variabel jangka pendek ekspor mendapatkan hasil bahwa ekspor di
pertambangan memiliki p-value 0,8385 sektor pertambangan tidak memiliki
sementara p-value jangka panjang pengaruh yang signifikan terhadap
bernilai 0,5425. Kedua nilai p-value pertumbuhan ekonomi.
tersebut > 0,05 maka variabel ini berada
pada daerah terima H0 sehingga dapat Impor Barang Modal
diambil Hasil temuan ini, mendukung
kesimpulan bahwa variabel ekspor variabel sebelumnya, yaitu ekspor
pertambangan merupakan variabel yang terhadap pertumbuhan ekonomi. Uji
tidak memiliki pengaruh yang signifikan signifikansi yang dilakukan pada
baik pada periode jangka pendek variabel bebas dapat dilihat dari nilai
maupun pada periode jangka panjang p-value. Berdasarkan hasil regresi
terhadap pertumbuhan ekonomi. didapatkan bahwa variabel impor jangka
Selanjutnya perlakuan atas uji arah pendek memiliki p-value 0,6913
untuk menentukan apakah hubungan sedangkan p-value pada jangka panjang
antara kedua variabel merupakan bernilai 0,0766. Kedua nilai p-value
hubungan yang positif atau negatif impor barang modal > 0,05 maka
dengan melihat koefisiennya. variabel ini berada pada daerah terima
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat H0 sehingga dapat diambil kesimpulan
dilihat bahwa koefisien ekspor bahwa variabel impor barang modal
pertambangan dalam jangka pendek pada baik periode jangka pendek
bernilai -0,446 yang dapat maupun periode jangka panjang tidak
diinterpretasikan bahwa hubungan yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap
terjadi antara ekspor pertambangan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
dengan pertumbuhan ekonomi dalam

26 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Selanjutnya perlakuan atas uji arah dilihat bahwa koefisien pengeluaran


untuk menentukan apakah hubungan pemerintah dalam jangka pendek
antara kedua variabel merupakan bernilai 0,43 yang dapat
hubungan yang positif atau negatif diinterpretasikan bahwa hubungan yang
dengan melihat koefisiennya. terjadi antara pengeluaran pemerintah
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat dengan pertumbuhan ekonomi dalam
dilihat bahwa koefisien impor barang jangka pendek adalah hubungan yang
modal dalam jangka pendek bernilai searah/positif. Hasil estimasi
-0,003 yang dapat diinterpretasikan menunjukan bahwa pengeluaran
bahwa hubungan yang terjadi antara pemerintah berpengaruh positif terhadap
impor barang modal dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pengeluaran
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pemerintah meningkat sebesar 1% maka
pendek adalah hubungan yang berlawana pertumbuhan ekonomi akan meningkat
arah/negatif. Jika impor barang modal sebesar 0,43%, cateris paribus.
meningkat sebesar 1% maka Sementara dalam jangka panjang,
pertumbuhan ekonomi akan menurun koefisien pengeluaran pemerintah
sebesar 0,003%; cateris paribus. bernilai 0,011 yang juga menunjukkan
Sementara dalam jangka panjang, hubungan yang positif/searah terhadap
koefisien impor bernilai -0,013 yang pertumbuhan ekonomi. Hasil ini tidak
menunjukkan hubungan yang sesuai dengan hipotesis awal bahwa
negatif/berlawanan arah terhadap pengeluaran pemerintah memiliki
pertumbuhan ekonomi. Hasil ini tidak hubungan yang signifikan terhadap
sesuai dengan hipotesis awal bahwa pertumbuhan ekonomi.
impor barang modal memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto
ekonomi. (PMTB)
Uji signifikansi yang dilakukan
Pengeluaran Pemerintah pada variabel bebas dapat dilihat dari
Uji signifikansi yang dilakukan nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi
pada variabel bebas dapat dilihat dari dengan metode Cochrane-Orcutt
nilai p-value. Berdasarkan hasil regresi didapatkan bahwa variabel jangka
didapatkan bahwa variabel pengeluaran pendek PMTB memiliki p-value 0,3999
pemerintah pada jangka pendek sedangkan p-value PMTB pada periode
memiliki p-value 0,6296 sedangkan jangka panjang bernilai 0,5470. Kedua
p-value pengeluaran pemerintah pada nilai p-value > 0,05 maka variabel ini
periode jangka panjang bernilai 0,8475. berada pada daerah terima H0 sehingga
Kedua nilai p-value tersebut > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa
variabel ini berada pada daerah terima variabel PMTB merupakan variabel
H0 sehingga dapat diambil kesimpulan yang memiliki pengaruh yang tidak
bahwa variabel pengeluaran pemerintah signifikan baik pada periode jangka
tidak signifikan terhadap pertumbuhan pendek maupun pada periode jangka
ekonomi. panjang terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya perlakuan atas uji arah Selanjutnya perlakuan atas uji arah
untuk menentukan apakah hubungan untuk menentukan apakah hubungan
antara kedua variabel merupakan antara kedua variabel merupakan
hubungan yang positif atau negatif hubungan yang positif atau negatif
dengan melihat koefisiennya. dengan melihat koefisiennya.
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat Berdasarkan hasil regresi diatas dapat

27 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

dilihat bahwa koefisien PMTB dalam bahwa ekspor sudah memiliki hubungan
jangka pendek bernilai -0,0117 yang yang searah dengan pertumbuhan
dapat diinterpretasikan bahwa hubungan ekonomi namun hanya perlu peran
yang terjadi antara PMTB dengan Indonesia bagaimana mengarahkan
pertumbuhan ekonomi dalam jangka kebijakan-kebijakan yang diperlukan
pendek adalah hubungan yang untuk mendorong agar ekspor dapat
berlawanan arah/negatif. Hasil estimasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
menunjukan bahwa PMTB berpengaruh secara signifikan.
negatif terhadap pertumbuhan. Jika Adapun variabel impor barang
PMTB meningkat sebesar 1% dalam modal dalam penelitian ini juga dapat
jangka pendek maka pertumbuhan digambarkan sebagai variabel yang
ekonomi akan menurun sebesar mendukung kebijakan outward looking.
0,0117%, cateris paribus. Sementara Hasil temuan menjelaskan bahwa impor
dalam jangka panjang, koefisien PMTB barang modal memiliki pengaruh yang
bernilai -0,089 yang juga menunjukkan signifikan terhadap pertumbuhan
hubungan yang negatif/berlawanan arah ekonomi. Temuan ini semakin
terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika memperkuat alasan bagi pemerintah
PMTB meningkat sebesar 1% dalam Indonesia untuk meningkatkan
jangka panjang maka pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dengan
ekonomi akan menurun sebesar 0,089%, menggunakan strategi kebijakan
cateris paribus. Hasil temuan ini tidak outward looking.
sesuai dengan hipotesis awal bahwa Sementara variabel yang
PMTB memiliki pengaruh yang digunakan dalam penelitian ini untuk
signifikan terhadap pertumbuhan menggambarkan kebijakan inward
ekonomi. looking adalah variabel pengeluaran
pemerintah dan investasi (PMTB).
Kebijakan Outward Looking Adapun hasil yang didapat dari
Indonesia menggunakan dua penelitian ini adalah pengeluaran
kebijakan sekaligus untuk meningkatkan pemerintah tidak berpengaruh signifikan
pertumbuhan ekonomi yaitu outward terhadap pertumbuhan ekonomi
looking dan inward looking, walaupun dikarenakan oleh struktur pengeluaran
kenyataannya Indonesia lebih pemerintah saat ini masih lebih banyak
memprioritaskan outward looking difokuskan pada transfer pembiayaan
sebagai cara untuk meningkatkan langsung dari negara ke masyarakat
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bukan pada pembelanjaan untuk
menggunakan variabel ekspor sebagai keperluan pertumbuhan ekonomi.
variabel yang menggambarkan bahwa Seharusnya pengeluaran pemerintah
Indonesia menggunakan kebijakan lebih banyak ditujukan untuk
outward looking dan hasilnya adalah pengeluaran yang bersifat pembangunan
variabel ekspor tidak signifikan terhadap sehingga berguna untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. pertumbuhan ekonomi.
Walaupun ekspor tidak memiliki Variabel terakhir yang digunakan
pengaruh yang signifikan terhadap dalam penelitian ini yang
pertumbuhan ekonomi tetapi hasil dari menggambarkan kebijakan inward
uji asumsi membuktikan bahwa looking adalah investasi yang dihitung
koefisien variabel ekspor bernilai dengan menggunakan PMTB. Hasil
positif/searah dengan pertumbuhan yang didapat adalah PMTB memiliki
ekonomi. Hal ini mengindikasikan pengaruh yang signifikan pada periode

28 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

jangka panjang terhadap pertumbuhan pertumbuhan ekonomi namun jika


ekonomi. PMTB adalah pengeluaran dilihat secara sektoral, ekspor memiliki
untuk barang modal yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
umur pemakaian lebih dari satu tahun ekonomi, yaitu ekspor di sektor industri.
dan tidak merupakan barang konsumsi. Sehingga dari penelitian ini dapat
PMTB mencakup bangunan tempat disimpulkan bahwa kebijakan outward
tinggal dan bukan tempat tinggal, looking efektif untuk diterapkan di
bangunan lain seperti jalan dan bandara, Indonesia terutama jika pemerintah lebih
serta mesin dan peralatan (BPS, 2016). memperhatikan ekspor di sektor industri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebijakan outward looking dan inward KESIMPULAN DAN SARAN
looking sama pentingnya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kesimpulan
Indonesia sebaiknya menggunakan dua
Berdasarkan hasil penelitian dan
kebijakan tersebut sekaligus dan tidak
pembahasan yang telah diuraikan, maka
condong ke satu kebijakan tersendiri.
terdapat beberapa simpulan sebagai
Mengingat bahwa penelitian ini
berikut:
mendapatkan hasil temuan bahwa kedua
1. Sumber-sumber pertumbuhan
variabel yang mendukung kebijakan
ekonomi ditentukan oleh variabel
outward looking maupun inward looking
impor barang modal dalam periode
berpengaruh signifikan terhadap
jangka pendek sementara untuk
pertumbuhan ekonomi. periode jangka panjang hanya
Adapun tujuan kedua dalam
ditentukan oleh variabel PMTB.
penelitian ini yang ingin menganalisis Variabel lain yang tidak signifikan
peranan ekspor berdasarkan sektor dan tidak sesuai dengan hipotesis
terhadap pertumbuhan ekonomi dapat penelitian, yaitu ekspor dan
diketahui dari hasil yang diperoleh dari pengeluaran pemerintah baik dalam
Model 2. Hasil regresi Model 2 jangka pendek maupun jangka
menjelaskan bahwa hanya variabel panjang.
ekspor di sektor industri yang memiliki 2. Ekspor di sektor industri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi baik pada periode pertumbuhan ekonomi baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. periode jangka pendek maupun pada
Hal ini sudah sesuai dengan hipotesis periode jangka panjang.
awal bahwa ekspor industri 3. Kebijakan outward looking efektif
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. untuk diterapkan di Indonesia jika
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian pemerintah lebih mengedepankan
yang dilakukan oleh Mehrara dan ekspor di sektor industri.
Baghbanpour (2016). Hasil temuan ini
memberikan bukti yang lebih nyata lagi
Saran
bahwa kebijakan outward looking cukup
efektif untuk diterapkandi Indonesia. 1. Pemerintah sebaiknya tidak
Penelitian ini meneliti tentang menggunakan kebijakan strategi
pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan outward looking untuk
ekonomi, yang dihitung secara agregat meningkatkan pertumbuhan
dan sektoral. Hasil yang didapat adalah ekonomi Indonesia. Jika ingin
secara agregat ekspor tidak memilki menerapkan strategi outward
pengaruh yang signifikan terhadap looking, sebaiknya pemerintah

29 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Indonesia berupaya dalam strategi International Journal of Arts and


peningkatan dan diversifikasi Commerce 4 (6).
eskpor terutama di sektor industri, Iqbal A. 2004. “Pengaruh Pendapatan
mengingat ketergantungan ekspor Nasional dan Indeks Harga Barang
pada bahan mentah sangat tinggi Impor Terhadap Impor Barang
dan sebagai bentuk respons dalam Modal IndonesiaTahun
menghadapi harga komoditas yang 1990-2005”. Fakultas Ekonomi
jatuh pada saat penelitian ini Universitas Airlangga, Surabaya.
dilakukan. Jocas M. 2012. Pengaruh Investasi ,
2. Diperlukan kajian yang lebih Jumlah Tenaga Kerja dan
kompherensif mengenai metode Pengeluaran Pemerintah Terhadap
pendekatan dan data yang Pertumbuhan Ekonomi di Timor
digunakan, misalkan penggunaan Leste Periode 2004-2011. UPN
data-data per wilayah atau provinsi Veteran. Yogyakarta.
agar dapat dilihat faktor Juanda B. 2009. Ekonometrika :
pertumbuhan ekonomi berdasarkan Pemodelan dan Pendugaan. Bogor
masing-masing wilayah di : IPB Press.
Indonesia. Lihan I. 2003. Analisis Perkembangan
Ekspor dan Pengaruhnya Terhadap
DAFTAR PUSTAKA Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Akhirman. 2012. Pengaruh PDB, Jumlah 8 (1).
Penduduk, Nilai Ekspor, Investasi, Mehrara M. 2016. The Contribution of
Laju Inflasi dan Tenaga Kerja Industry and Agriculture Exports
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi to Economic Growth : The Case of
Provinsi Kepulauan Riau Tahun Developing Countries. World
2005-2010. JEMI Vol.3 No.1 Scientific News. EISSN
Alkadri. 1999. Sumber-Sumber 2392-2192
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Morgan SL. 2000. Social Capital,
Selama 1969- 1996. Jurnal Studi Capital Goods, and the Production
Indonesia. Universitas Terbuka of Learning. Journal of
Jakarta Pusat Studi Indonesia. Socio-Economics. Vol. 29
Jakarta Omuju O. 2012. Does Trade Promote
Amir H. 2004. Pengaruh Ekspor Growth in Developing Countries?
Pertanian dan Nonpertanian Empirical Evidence from Nigeria.
Terhadap Pendapatan Nasional: International Journal of
Studi Kasus Indonesia Tahun Development and Sustainability.
1981-2003. Kajian Ekonomi dan Vol. 1 No.3, 743-753
Keuangan. Vol. 8. No. 3 Purba A. 2006. Analisis Faktor-Faktor
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Daftar Istilah. Jakarta. BPS. Ekonomi di Kabupaten
Hussin F. 2012. Economic Growth in Simalungun. Universitas Sumatera
ASEAN-4 Countries : A Panel Utara. Medan.
Data Analysis. International Streeten P. 1987. A Cool Look at
Journal of Economics and Finance Outward-Looking Strategies for
4(9). Development. World Economy.
Hlavova I. 2015. The Impact of Mineral
Resources on Economic Growth.

30 | Edisi Desember 2016


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 10-31 Vol 5 No 2

Tambunan T. 2001. Perekonomian


Indonesia : teori dan Temuan
Empiris. Jakarta.

31 | Edisi Desember 2016

You might also like