You are on page 1of 8

Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional:


The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX)
sebuah Alternatif?
Yoga Pamungkas Susani
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Mataram

Abstract
Background: Due to higher attention on professionalism of doctor, greater concern in medical education should be
placed on the development of the qualities of professional behavior. Assessment of professional behavior for medical
students becomes very essential. However, there is still confusion in selecting and implementing assessment methods
Objective: To provide an overview of professional behavior assessment and considerations in implementing assessment
method especially P-MEX.
Discussion: P-MEX was discussed using the framework of 7 criteria for good assessment, related to the validity, consistency,
equivalence, feasibility, educational effect, catalytic effect and acceptability. Professionalism is multidimensional and
one method of assessment cannot give reliable representation of students’ behavior, for that reasons combination of
assessment tools is required. The assessment must valid and reliable also. Many methods for assessing professional
behavior have been developed, one of them is the Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX), which format is
based on Mini-Clinical Encounter Exercise (mini-CEX). This article will describe the outline about professional behavior
definition, methods of assessment especially P-MEX, whether P-MEX is a good alternative for assessing professional
behavior.
Conclusion: P-MEX can be considered as one of assessment method to be applied in assessing student’s professional
behavior. However, adapting the instrument to be ready to use here requires a process that can maintain the validity
and reliability would be better if the instrument is tailored to Indonesian context.

Keywords: professionalism, professional behavior, assessment, P-MEX, mini-CEX

Abstrak
Latar Belakang: Tingginya perhatian masyarakat terhadap profesionalisme dokter menjadikan pendidikan
kedokteran perlu menekankan perkembangan kualitas perilaku profesional mahasiswa. Penilaian terhadap perilaku
profesional mahasiswa kedokteran menjadi hal yang esensial. Namun demikian, masih ada kebingungan dalam
memilih dan menerapkan suatu metode penilaian.
Tujuan: untuk memberikan gambaran penilaian perilaku profesional dan pertimbangan dalam melaksanakan
metode penilaian terutama P-MEX.
Pembahasan: P-MEX dibahas dengan kerangka 7 kriteria penilaian yang baik, yaitu terkait validitas, konsistensi,
ekuivalensi, kelayakan, efek pendidikan, efek katalitik dan akseptabilitas. Profesionalisme bersifat multidimensi,
satu metode penilaian saja tidak cukup untuk merepresentasikan perilaku profesional. Diperlukan kombinasi
beberapa metode dengan penilaian yang handal dan terpercaya. Salah satu metode yang telah dikembangkan adalah
observasi menggunakan format Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX). P-MEX dikembangkan berdasar
format Mini-Clinical Encounter Exercise (Mini CEX). Artikel ini akan membahas gambaran tentang perilaku
profesional dan metode penilaiannya terutama ulasan tentang P-MEX sebagai salah satu alternatif.

Korespondensi: yoga_pamungkas_s@yahoo.com

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 1


Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

Kesimpulan: P-MEX dapat menjadi salah satu metode penilaian untuk dapat diterapkan dalam menilai perilaku
profesional mahasiswa. Namun, mengadaptasi instrumen untuk siap digunakan di Indonesia memerlukan proses
agar validitas dan reliabilitasnya terjaga. Akan lebih baik apabila instrumen tersebut disesuaikan dengan konteks
di Indonesia.

Kata Kunci: profesionalisme, perilaku profesional, P-MEX, mini-CEX

PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Profesionalisme menjadi tuntutan bagi seorang dokter
Tinjauan Umum Tentang Profesionalisme
dalam memberikan pelayanan dan menjalankan
perannya. Dokter tidak lagi dituntut untuk sekedar Secara universal, 30 tahun yang lalu, professionalisme
“mengobati penyakit” namun lebih pada pelayanan dalam pendidikan kedokteran belum banyak di-
holistik kepada pasien. Dokter harus memiliki kemampu- kembangkan.3 Tidak ada konsep profesi dan profesional-
an komunikasi yang baik dan mampu membangun isme, hanya ada beberapa konsep behaviour yang sering-
hubungan dokter-pasien yang baik. Tidak hanya pelayan- kali menjadi hal yang tidak mendapatkan perhatian
an kepada pasien, namun dokter juga dituntut untuk dibanding aspek kognitif. 3 Saat ini konsep profesional-
dapat bekerja sama dengan profesi lain, bahkan berlaku isme dalam pendidikan kedokteran telah banyak
sebagai pemimpin dalam komunitas ataupun manajer.1 mendapatkan perhatian dan terjabarkan dalam elemen-
elemen yang spesifik.
Pembelajaran profesionalisme merupakan hal yang
esensial dalam pendidikan kedokteran. Namun demi- Menurut Cruess & Cruess4 , profesi merupakan suatu
kian, penyelenggaraan pendidikan kedokteran seringkali pekerjaan yang elemen intinya didasarkan pada
masih lebih banyak terfokus pada pengembangan aspek penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
knowledge dan skills mahasiswa, sehingga usaha kompleks yang ditujukan untuk pelayanan publik
pengembangan profesionalisme hingga penilaiannya dengan kode etik dalam menjalankannya. Selain itu,
masih terabaikan. Kenny2 menyatakan bahwa pendidik- dalam profesionalisme terkandung unsur komitmen
an dokter kurang memperhatikan pembentukan nilai untuk senantiasa kompeten, memiliki integritas, moral,
dan attitude yang terjadi dalam pembentukan dokter baru. altruisme untuk publik yang membentuk dasar kontrak
Diharapkan dengan banyaknya kepedulian terhadap sosial antara profesi dengan masyarakat. Profesi memiliki
profesionalisme dokter, penyelenggaraan pendidikan hak untuk menggunakan pengetahuan, otonomi dalam
tidak hanya mementingkan aspek knowledge dan skills praktek, self-regulation, serta akuntabel kepada yang
namun juga perilaku profesional. dilayani, kepada profesi dan kepada sosial masyarakat.4
Profesionalisme merupakan hal kompleks yang memiliki
TUJUAN definisi dan penjabaran atribut yang berbeda-beda antara
Artikel ini akan memberikan deskripsi secara umum penyelenggara pendidikan satu dan lainnya. Wilkinson
tentang profesionalisme, metode-metode yang dapat et al. mengelompokkan profesionalisme ke dalam 5
digunakan untuk menilai perilaku profesional, dan atribut, yaitu: ketaatan terhadap prinsip etika (adherence
penjelasan lebih dalam tentang P-MEX sebagai salah to ethical practice principles), interaksi efektif dengan pasien
satu metode yang dikembangkan untuk penilaian dan pihak lain yang penting terhadap pasien (effective
perilaku profesional. interactions with patients and with people who are important to
those patients), interaksi efektif dengan orang lain yang
bekerja dalam sistem kesehatan (effective interactions with
people working within the health system), reliabilitas (reliability),

2 Vol. 2 | No. 1|Juni 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

dan komitmen terhadap pemeliharaan otonomi dan per- 2. Menyediakan umpan balik bagi mahasiswa dalam
kembangan kompetensi yang berkelanjutan (commitment kontinum pendidikannya.
to autonomous maintenance/ improvement of competence in 3. Menilai ada tidaknya perubahan profesionalisme
one self, others, and systems).5 sebagai hasil dari suatu intervensi pendidikan.
Atribut-atribut profesionalisme masih berupa konsep Melihat manfaat yang begitu besar, tentu saja institusi
abstrak yang sulit untuk dinilai. Langkah yang dilakukan pendidikan kedokteran perlu memikirkan sistem
adalah mengkonkritkan konsep tersebut menjadi penilaian profesionalisme bagi mahasiswanya. Namun
indikator-indikator perilaku yang dapat diamati. Namun demikian, banyak tantangan dan kesulitan dalam
demikian, penilaian ini baru berupa penilaian perilaku penilaian profesionalisme. Seringkali observasi dalam
profesional, belum menilai profesionalisme sebagai suatu penilaian profesionalisme terjadi pada saat mahasiswa
sifat ataupun karakter. Sebagai contoh penjabaran dalam perilaku terbaiknya7, misal: di ruang konferensi,
terhadap perilaku profesional menurut Universitas tutorial, atau kuliah. Mahasiswa bisa saja berperilaku
Maastricht merupakan perilaku atau behaviour yang baik ketika dinilai, karena mereka sadar bahwa mereka
menunjukkan sifat profesional yang dapat diamati atau dinilai. Sangat sedikit kesempatan untuk menilai dalam
diobservasi meliputi 3 aspek, yaitu dealing with tasks, dealing seting realistik. Solusi dari permasalahan ini adalah
with others, dealing with oneself.6 P-MEX sendiri merupakan menambah jumlah observasi, variasi observer dan variasi
suatu alat untuk memandu pendidik dalam melakukan seting. 7 Permasalahan lain dalam penilaian profesio-
penilaian perilaku profesional. nalisme adalah dalam menjelaskan butir-butir dalam
observasi tersebut.7
Mengapa Penilaian Terhadap Profesionalisme Penilaian profesionalisme juga rentan terhadap
Penting? terjadinya generalisasi yang berlebihan. 7 Seringkali terjadi
“Assessment drives learning”, penilaian yang baik akan kecenderungan dosen berasumsi bahwa seseorang yang
memberikan efek bagi pendidikan atau pembelajaran berperilaku buruk pada satu situasi, dia akan berperilaku
mahasiswa. Mahasiswa sangat peduli dengan hal-hal yang buruk untuk segala situasi. Seseorang belum tentu
dinilai dari diri mereka. Penilaian juga memotivasi berperilaku identik bahkan dalam situasi yang identik,
mahasiswa untuk belajar hal yang penting. Diharapkan sehingga permasalahan lain dalam penilaian
mahasiswa menjadi lebih mengenal perilaku yang profesionalisme adalah menentukan representatif
profesional ataupun yang tidak serta terbiasa untuk tidaknya hasil observasi yang dilakukan. Penilaian
berperilaku profesional. Akibat selanjutnya adalah profesionalisme perlu memperhatikan konteks terjadinya
internalisasi kebiasaan tersebut sehingga menjadi perilaku tersebut. 7
karakter. Dengan demikian, penilaian juga merupakan
proses pembelajaran. Metode Assessment terhadap Perilaku Profesional
Menurut Stern 7, untuk dapat membentuk profesional- Penilaian professionalisme yang valid dan reliabel
isme, dalam kurikulum pendidikan perlu ada tujuan menjadi tuntutan ketika kita mengharapkan lulusan
belajar yang jelas (expectations), tersedia program yang dokter dapat berperilaku profesional. Penilaian yang
memberikan pengalaman kepada mahasiswa (experiences), bertujuan untuk formatif sangat penting untuk
serta evaluasi terhadap luaran atau sistem penilaian yang mendukung perkembangan profesionalisme mahasiswa.
jelas (evaluations). Dalam proses pendidikan, penilaian Hal ini disebabkan, dengan penilaian formatif,
profesionalisme yang akurat memiliki beberapa manfaat, mahasiswa mendapatkan banyak umpan balik untuk
yaitu: 7 dapat memperbaiki perilakunya.
1. Mendeteksi mahasiswa yang memiliki perilaku Hingga saat ini metode penilaian perilaku profesional
ekstrim, dan sebaliknya yang memiliki perilaku yang komprehensif memang belum ada, namun
profesional. beberapa metode telah dikembangkan dan dapat
diterapkan pada seting yang berbeda (Tabel 1). Penilaian

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 3


Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

profesionalisme akan lebih efektif dan reliabel dengan dan dalam kurun waktu yang cukup lama.1-7 Selain itu
penerapan metode yang bervariasi, penilaian yang perlu didasarkan pada seting, situasi dan kondisi yang
berulang-ulang, penilai independen yang berbeda-beda berbeda-beda.5

Tabel 1. Metode penilaian terhadap profesionalisme5

Masing-masing jenis metode (Tabel 1) tidak mampu mampu menilai banyak aspek terutama dalam hal
secara sempurna menilai keseluruhan aspek atau atribut interaksi, baik kepada pasien maupun orang lain dan
profesionalisme. Penilaian dengan observasi langsung juga pada penerapan prinsip etika. 5 Namun demikian,
saat clinical encounter, dalam hal ini mini-CEX dan sesuai dengan permasalahan dalam penilaian
modifikasinya P-MEX merupakan metode yang baik dan profesionalisme di atas, perilaku yang diperlihatkan

4 Vol. 2 | No. 1|Juni 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

mahasiswa belum tentu mencerminkan perilaku yang 4=exceeded expectations, 3= met expectations, 2=below
sesungguhnya. Hal ini terjadi karena mahasiswa expectations, dan 1=unacceptable. Format P-MEX ini disusun
mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi. Oleh untuk dapat digunakan dalam situasi dengan ataupun
karenanya, pandangan dari teman, kolega atau pasien tanpa pasien, oleh karenanya diberikan kategori
dapat menjadi informasi komplementer. 5 Alasan moral penilaian kelima yaitu “not observed” (tidak diobservasi)
suatu perilaku dapat dinilai dengan simulasi saat OSCE, atau “not applicable” tidak dapat diterapkan.
atau penilaian secara tertulis. Hal yang masih belum
P-MEX didesain untuk dapat digunakan dalam berbagai
dapat dinilai dari kesembilan metode di atas adalah
situasi yang memungkinkan perilaku mahasiswa dapat
kemampuan refleksi dan self-assessment, belajar sepanjang
diobservasi, termasuk dalam hal ini proses menghadapi
hayat, menangani ketidakpastian, keseimbangan
pasien ataupun proses diskusi dalam kelompok. Evaluasi
memperhatikan kepentingan orang lain dengan tetap
didasarkan pada interaksi yang relatif singkat dan terjadi
memperhatikan atau merawat diri sendiri, mencari dan
berulang kali sebagai bagian dari proses pendidikan,
merespon hasil audit, dan pengembangan pengetahuan.5
dengan demikian setiap mahasiswa dapat dievaluasi
dalam beberapa kesempatan dengan penilai yang
Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX)
berbeda-beda.8 Seperti halnya pada mini-CEX, penilaian
Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) P-MEX tidak diharuskan meliputi semua hal, misalnya:
dikembangkan di Canada oleh McGill University dan penilaian boleh hanya berfokus pada keterampilan
University of Toronto.8 Format P-MEX dikembangkan menjalin hubungan antara dokter dengan pasien saja,
berdasarkan format Mini-CEX yang lebih dahulu dikenal atau komponen yang lain.
dalam menilai kempetensi klinik. Format mini-CEX
mudah digunakan, memungkinkan adanya feedback, Norcini et al.10 memaparkan 7 kriteria penilaian secara
serta memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.9 Hal umum (bukan hanya untuk penilaian profesionalisme)
ini mendorong pengembangan P-MEX berdasarkan yang baik. Kriteria tersebut meliputi aspek validitas,
format mini-CEX. Meskipun dalam mini-CEX sudah konsistensi, ekuivalensi, kelayakan, efek pendidikan,
terdapat komponen professionalism sebagai salah satu efek katalitik, dan akseptabilitas. Berikut P-MEX dibahas
kategori penilaian, namun mini-CEX tidak meng- berdasar 7 kriteria tersebut:
identifikasi behavior secara lebih spesifik dalam konteks 1. Validitas
nyata. P-MEX didesain untuk dapat diterapkan dalam Penilaian yang valid mengukur hal-hal sesuai
observasi selama 15-20 menit selama aktivitas maha- dengan yang ingin diukur. Pengembangan P-MEX
siswa. 8 diawali dari 142 perilaku profesional yang
diidentifikasi oleh 92 orang staf dosen di McGill
P-MEX terdiri atas 24 butir pernyataan yang terbagi dalam
University dan residen dalam sebuah workshop.
4 kategori, yaitu: hubungan dokter-pasien (doctor-patient
Sebelumnya seluruh peserta diberikan definisi
relationship skills) terdiri atas 7 butir antara lain:
tentang profesi, definisi penyembuh, dan atribut-
mendengarkan aktif dalam komunikasi dengan pasien, atribut profesi dan penyembuh yang digunakan
menunjukkan sikap menghormati pasien, dan lain-lain; dalam pembelajaran di McGill. Selanjutnya,
keterampilan refleksi (reflective skills) terdiri atas 5 butir mereka mengidentifikasi perilaku yang sesuai
antara lain: menyadari keterbatasan, menerima umpan dengan definisi dan atribut tersebut. Selanjutnya
balik, dan lain-lain; keterampilan manajemen waktu (time 142 butir tersebut dianalisis dan ditriangulasi
management skills) terdiri atas 3 butir antara lain: tepat dengan hasil workshop lain di Amerika Utara
waktu, mengerjakan tugas dengan baik, dan lain-lain; dan hasilnya serupa. Analisis menghasilkan 24
dan keterampilan membangun hubungan interprofesio- butir instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan
nal (interprofessional relationship skills) terdiri atas 9 butir dalam skala kecil untuk mendapatkan umpan
antara lain menunjukkan sikap hormat terhadap kolega, balik. Selanjutnya, instrumen yang telah direvisi
menghindari bahasa yang bersifat ejekan, dan lain-lain. diuji coba kembali dan menghasilkan 211 hasil
Kategori penilaian terdiri atas 4 poin skala, yaitu: P-MEX dalam berbagai seting, untuk kemudian

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 5


Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

dianalisis menggunakan analisis faktor. Hasil dinilai. P-MEX terdiri atas 24 butir penilaian yang
analisis faktor menunjukkan validitas konstruk memerlukan penjelasan tentang setiap butir
yang baik dari 4 kategori dalam P-MEX.8 Jika penilaian. Hal ini penting untuk memberikan
melihat proses pengembangan instrumen, maka gambaran dan menyamakan persepsi penilai
validitas isi P-MEX cukup baik dalam menilai terhadap butir tersebut. Perbedaan persepsi
perilaku profesional. tentang butir penilaian akan sangat berpengaruh
Jika dicermati kembali, beberapa butir penilaian terhadap hasil penilaian itu sendiri.
tampaknya sulit untuk diobservasi dan dinilai 4. Kelayakan (feasibility)
hanya dalam waktu 15-20 menit interaksi saja. P-MEX didesain untuk dapat diterapkan dengan
Misalnya pada butir menjaga keterahasiaan observasi 15-20 menit sesi pembelajaran. Seperti
pasien, menggunakan sumber daya dengan tepat, mini-CEX, P-MEX juga dapat diterapkan dalam
meyakinkan kesinambungan perawatan pasien. berbagai seting. P-MEX juga menyediakan pilihan
Indikator-indikator penilaian seperti apa yang not observable/ not applicable untuk butir-butir
dapat digunakan untuk mengukur butir-butir tertentu yang mungkin tidak sesuai dengan seting
tersebut juga perlu disesuaikan dengan konteks. penilaian ataupun tidak dapat dinilai hanya
Selain itu, ada butir yang sulit dinilai hanya dengan waktu 15-20 menit. Namun demikian,
dengan observasi. Seperti menempatkan dan dalam pelaksanaannya, jika dibandingkan
mengarahkan gap pengetahuan dan keterampilan- dengan mini-CEX yang hanya menilai 7 hal, tentu
nya, menyadari kesalahan dan kekurangannya saja berbeda dengan P-MEX yang menilai 24 butir.
(pada komponen keterampilan refleksi), butir- Penilai dalam P-MEX akan memerlukan waktu
butir tersebut sulit untuk dinilai hanya dengan yang lebih lama untuk melengkapi lembar
observasi. penilaian P-MEX. Perlu dipikirkan pula tentang
2. Konsistensi beban penilai untuk menilai hal lain (misal mini-
Hasil penilaian sebaiknya sama, jika diulang CEX) selain P-MEX dalam sekali observasi
dalam kondisi serupa. Dengan sekali pengukuran terutama di klinik. P-MEX belum tereksplorasi
dalam hal praktikabilitas dan kemudahan penilai
terhadap 1 mahasiswa, koefisien generabilitas
yang dihasilkan adalah 0,28. Delapan kali dalam menggunakannya.
pengukuran atau observasi meningkatkan 5. Efek pendidikan
koefisien tersebut menjadi 0,76 dengan interval Penilaian memberikan motivasi kepada
kepercayaan yang cukup sempit (SEM 0,11, 95% mahasiswa untuk mempersiapkan diri sebaik-
CI 3,03-3,47)8. Untuk mendapatkan reliabilitas baiknya sehingga mendapat manfaat pendidikan.
dengan koefisien 0,8 dibutuhkan 10-12 kali Dengan adanya butir-butir indikator perilaku
observasi atau pengukuran. 8 Studi di Jepang oleh yang ada dalam P-MEX diharapkan mahasiswa
Tsugawa et al menunjukkan validitas dan lebih memahami perilaku yang diharapkan untuk
reliabilitas yang tidak jauh berbeda dengan studi menjadi seorang dokter profesional dan mencoba
Cruess et al. Tsugawa et al. menambahkan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-
beberapa butir penilaian yang disesuaikan hari.
dengan karakter kontekstual Jepang.11 Dengan 6. Efek katalitik
P-MEX yang telah dimodifikasi ini, dibutuhkan Penilaian memberikan hasil dan umpan balik
14-16 kali observasi atau pengukuran untuk yang menciptakan, menyempurnakan, dan
mendapatkan reliabilitas dengan koefisien 0,8.11 menunjang pendidikan ke depannya. Efek
3. Ekuivalensi katalitik akan didapatkan jika penilaian melekat
Penilaian yang sama menghasilkan nilai atau dengan pembelajaran, menyediakan umpan balik
keputusan setara bila dilakukan di institusi atau yang spesifik, berkelanjutan atau terus menerus,
siklus pengujian yang berbeda. Seperti halnya dan tepat waktu. Seperti halnya pada mini-CEX,
sistem penilaian pada umumnya, penilai perlu P-MEX memungkinkan adanya feedback dan
memahami terlebih dahulu butir-butir yang diskusi sesaat untuk memperkuat penilaian.

6 Vol. 2 | No. 1|Juni 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

Cruess et al8 juga menekankan bahwa penilaian modifikasi penilaian sesuai dengan kondisi di
dengan P-MEX merupakan penilaian yang Jepang 11, tantangan bagi peneliti di bidang
didasarkan pada observasi dalam konteks yang pendidikan kedokteran untuk menilai kesesuaian
bisa berbeda-beda. Penilaian yang dilakukan juga instrumen dengan harapan masyarakat Indonesia
harus disesuaikan dengan konteksnya. Misalnya: tentang perilaku profesional dokter dan atau
perilaku terlambat dapat dinilai berbeda-beda menambahkan butir instrumen.
sesuai konteksnya. Jika mahasiswa terlambat 2. Studi tentang penggunaan P-MEX masih terbatas,
karena baru saja selesai membantu penanganan sehingga masih terbatas pula penjelasan tentang
pasien gawat, maka perilaku terlambat dapat konsistensi, ekuivalensi, kelayakan, efek pendidik-
dimaklumi (acceptable), namun jika terlambat an, efek katalitik dan akseptabilitas dalam
akibat kelalaian maka perilaku tersebut menjadi penerapan P-MEX. Sangat terbuka bagi peneliti
tidak dapat diterima. Selain itu, berbeda dengan dan pendidik di Fakultas Kedokteran di Indonesia
mini-CEX yang menilai profesionalisme secara untuk menerapkan dan mengevaluasi penerapan-
global, P-MEX dapat menilai profesionalisme nya dalam bentuk penelitian. Dengan demikian,
dengan lebih spesifik pada komponennya. hasil penelitian tersebut dapat menjadi “evidence”
Diharapkan umpan balik yang diterima oleh untuk penerapan lebih lanjut.
mahasiswa juga lebih spesifik untuk memperbaiki
3. Penilaian profesionalisme dengan observasi saja
perilaku profesional mereka.
tidak dapat mengukur sifat atau karakter
7. Akseptabilitas profesional. Yang dapat diukur dengan observasi
Proses maupun hasil penilaian kredibel sehingga adalah perilaku yang tampak saja. Dengan
dapat diterima oleh para stakeholder. Karena demikian, risiko untuk adanya perilaku palsu saat
sifatnya yang melekat dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan sangat dimungkinkan.
P-MEX tidak memerlukan biaya besar seperti Penilaian yang berulang-ulang diharapkan dapat
OSCE atau simulasi yang lain. Hanya saja menunjukkan perilaku sebenarnya dari
kemudahan dari penilai juga perlu mahasiswa tersebut. Triangulasi dengan metode
dipertimbangkan. Dari segi hasil penilaian, jika penilaian lain, penilai jamak, dengan konteks
melihat validitas dan reliabilitasnya maka P-MEX ataupun kompleksitas yang berbeda sangat
cukup dapat memberikan hasil yang bisa diterima, dianjurkan.
jika dilakukan secara benar.
4. P-MEX hanya metode, namun proses selanjutnya
Tantangan dan Rekomendasi terhadap hasil tersebut bergantung lagi ke sistem
penilaian umum yang diterapkan oleh institusi
1. Terkait validitas, butir-butir instrumen perlu kepada mahasiswa. Apakah hasil P-MEX berperan
ditinjau kembali. Dalam profesionalisme terdapat sebagai penilaian formatif atau sumatif,
unsur negosiasi ataupun kontrak sosial antara bagaimana dengan tindak lanjut atau “treatment”
dokter sebagai pihak yang melayani dengan bagi mahasiswa dengan hasil penilaian rendah
masyarakat sebagai pihak yang dilayani.
ataupun adanya insiden-insiden penyimpangan
Profesionalisme bersifat dinamis terkait waktu profesionalisme sebaiknya diatur tersendiri di luar
maupun sosio-kultural masyarakat. 4 P-MEX P-MEX.
dikembangkan di Amerika, sehingga ada
kemungkinan perbedaan indikator perilaku 5. Terkait dengan rekomendasi Konferensi Ottawa
profesional dengan di Indonesia. Meskipun tahun 2010 tentang rekomendasi terhadap
atribut-atribut profesionalisme bersifat universal, penilaian profesionalisme 13, P-MEX adalah salah
namun ada penekanan-penekanan pada aspek satu instrumen yang berbasis pada pemahaman
tertentu. Studi menyebutkan dokter di Asia bahwa profesionalisme adalah proses individual
diharapkan lebih altruis, percaya diri, memper- dalam konstruksi karakter, sifat, perilaku ataupun
hatikan nilai dalam seting tempat kerja, dan kognitif. Sehingga dampaknya lebih ke individu
mampu beradaptasi dalam seting tempat kerja mahasiswa. Ada lingkup pemahaman lain selain
yang berbeda. 12 Jika Tsugawa et al. membuat individual, yaitu profesionalisme sebagai

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 7


Yoga Pamungkas Susani, Metode Penilaian untuk Perilaku Profesional: The Professionalism Mini-Evaluation Exercise (P-MEX) sebuah Alternatif?

fenomena yang dibangun interpersonal, dan 4. Cruess SR, Cruess RL. The cognitive base of
profesionalisme sebagai fenomena yang dibangun professionalism. In: Cruess RL, Cruess SR & Steinert
oleh institusional atau sosietal. Pemahaman yang Y, editors. Teaching medical professionalism. New
lebih luas membawa dampak yang lebih luas York: Cambridge University Press; 2009.
bukan hanya pada pembentukan perilaku 5. Wilkinson TJ, Wade WB, Knock LD. A Blueprint to
assess professionalism: results of a systematic review.
profesional mahasiswa, namun hingga pemben- Academic Medicine. 2009; 84(5):551-8.
tukan lingkungan pendidikan yang profesional 6. Professional behavior, teaching, assessing and
maupun lebih luas lagi ke institusi maupun sistem coaching students. In: Van Luijk SJ, editor. Final
yang lebih tinggi. Penilaian yang melibatkan report. Project Team Consilium Abeundi appointed
karakter yang menjadi harapan masyarakat by the NL Council of Medical Deans of the Dutch
ataupun kebutuhan stakeholder dalam bidang Federation of University Medical Centers. Maastricht:
kesehatan akan menjadi lebih penting. Universitaire Pers Maastricht; 2005.
7. Stern DT. A framework for measuring professional-ism.
KESIMPULAN In: Stern DT, editor. Measuring medical professional-
ism. New York: Oxford University Press; 2006.
Penilaian profesionalisme yang valid dan reliabel 8. Cruess R, Mcllroy H, Cruess S, Ginsburg S, Steinert
menjadi tuntutan ketika kita mengharapkan lulusan Y. The professionalism mini-evaluation exercise: a
dokter dapat berperilaku profesional. P-MEX dapat preliminary investigation. Academic Medicine.
menjadi alternatif untuk dapat digunakan sebagai salah 2006;81:S74-S78.
9. Durning S, Cation LJ, Markert RJ, Pangaro LN.
satu metode dalam penilaian maupun pengembangan
Assessing the reliability and validity of the mini-
perilaku profesional mahasiswa kedokteran. evaluation exercise for internal medicine residency
Pengembangan dan penelitian lebih lanjut terhadap training. Acad Med. 2002;77:900–4.
penerapan instrumen ini di Indonesia masih perlu 10. Norcini J, Anderson B, Bollela V, Burch V, Costa MJ,
dilakukan. Duvivier R, Galbraith R, Hays R, Kent A, Perrott V,
Roberts T. Criteria for good assessment: consensus
DAFTAR PUSTAKA statement and recommendations from the Ottawa
2010 Conference. Med Teach. 2011;33(3):206-14.
1. Boelen C. The five-star doctor: an asset to health care 11. Tsugawa Y, Tokuda Y, Ohbu S, Okubo T, Cruess R,
reform? [document on the internet]. World Health Cruess S, Ohde S, Okada S, Hayashida N, Fukui T.
Organization, Geneva, Switzerland [cited 2009 Oct Professionalism mini-evaluation exercise for medical
23]. Available from: http://www.who.int/hrh/en/ residents in Japan: a pilot study. Medical Education.
HRDJ_1_1_02.pdf 2009;43:968-78.
2. Kenny N. Searching for doctor good: virtues for the 12. Chandratilake M, Mcaleer S, Gibson J. Cultural
twenty-first century. In: Kenny N, Shelton W, editors. similarities and differences in medical professionalism:
Advances in bioethics. Lost virtue: professional a multi-region study. Medical Education.2012;46:
character development of medical education, volume 257–66.
10. Amsterdam: Elsevier Ltd; 2006. 13. Hodges BD, Ginsburg S, Cruess R, Cruess S, Delport
3. Arnold L. Assessing professional behaviour: yesterday, R, Hafferty F, et al. Assessment of professionalism:
today, and tomorrow. Academic Medicine. 2002; recommendations from the Ottawa 2010 Conference.
77(6): 502-15. Med Teach. 2011;33(5):354-63.

8 Vol. 2 | No. 1|Juni 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia

You might also like