You are on page 1of 9

E-ISSN : 2621-4164

Vol. 01 No 02 Desember 2018

PENYEMPURNAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR


IRIGASI MENGHADAPI IRIGASI MODERN DI
INDONESIA

Soekrasno S
Widyaiswara Utama, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Abstract
Damage to irrigation areas in Indonesia covering an area of 0.37 million hectares for severe damage and
an area of 1.25 million hectares for moderate and mild damage, has an impact on Indonesia's ability in
rice production; rice imports were almost half a century, and only the adequacy of rice was 2 X, i.e. 1984
and 2009. This was due to low irrigation services which resulted in less optimal carrying capacity of food
security. The deterioration in the function of irrigation services can be grouped into 5 causes of low
irrigation pillars, namely: vulnerability of water sources, lack of irrigation infrastructure, low irrigation
water management, weak management institutions, and low human resources. The cause will be eliminated
by the irrigation modernization program by working on these five pillars. One of the pillars in the
modernization of irrigation that needs to be improved is the irrigation management system. The purpose of
this paper is to contribute ideas in improving the irrigation management system in Indonesia. The author
has conducted observations and research on several irrigation areas, both the authority of the Central,
Provincial and District Governments, especially visits to DI Wadaslintang, Central Java and DI
Bondoyudo, East Java concerning irrigation water management systems. What stands out is the low level
of irrigation services due to the inefficient irrigation water management system in Indonesia, in addition to
the nature of service-based provision and not service-oriented based on farmers' needs. Identification was
carried out on the DI to find out the reasons for the low irrigation water management system, namely:
orientation to water supply, calculation of irrigation requirements, water allocation method, irrigation
water distribution schedule, irrigation water loss, irrigation operational steps, irrigation water
productivity measurement This study analyzes the factors causing the low irrigation water management
system while making a formula for the improvement proposal in the form of 7 steps.

Key Word : Farmers, irigation, modern irigation,

Abstrak
Kerusakan daerah irigasi di Indonesia seluas 0,37 juta Ha untuk kerusakan berat dan seluas 1,25 juta Ha
untuk kerusakan sedang dan ringan, mempunyai dampak terhadap kemampuan Indonesia dalam produksi
beras; impor beras hampir setengah abad, dan hanya kecukupan beras 2 X, yaitu tahun 1984 dan 2009. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya layanan irigas iyang mengakibatkan daya dukung ketahanan pangan kurang
optimal. Kemerosotan fungsi layanan irigasi dapat dikelompokkan dalam 5 penyebab rendahnya pilar
irigasi, yaitu: rentannya sumber air, kurang mantapnya prasarana irigasi, rendahnya pengelolaan air
irigasi,lemahnya institusi pengelola, dan rendahnya SDM. Penyebab tersebut akan dieliminir dengan
program modernisasi irigasi dengan menggarap lima pilar tersebut. Salah satu pilar dalam modernisasi
irigasi yang perlu disempurnakan adalah system pengelolaan irigasi. Maksud tulisan ini adalah member
sumbangan pemikiran dalam penjempurnaan system pengelolaan irigasi di Indonesia. Penulis telah
melakukan pengamatan dan penelitian terhadap beberapa daerah irigasi, baik kewenangan Pemerintah
Pusat, Propinsi maupun Kabupaten, khususnya kunjungan ke DI Wadaslintang, Jawa Tengah dan DI
Bondoyudo, Jawa Timur menyangkut system pengelolaan air irigasi. Yang menonjol adalah rendahnya
layanan irigasi disebabkan sistem pengelolaan air irigasi di Indonesia yang belum efisien, disamping sifat

67
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

layanan yang berbasis penyediaan dan tidak berorientasi pada layanan berdasar kebutuhan petani.
Identifikasi dilakukan terhadap DI tersebut untuk mengetahui sebab rendahnya system pengelolaan air
irigasi, yang berupa: orientasi pada penyediaan air, perhitungan kebutuhan irigasi, cara alokasi air, periode
skedul pembagian airi irigasi, kehilangan air irigasi, langkah operasional irigasi, pengukuran produktivitas
airi irigasi. Penelitian ini menganalisis terhadap factor penyebab rendahnya system pengelolaan air irigasi
tersebut sekaligus membuat rumusan usulan penyempurnaannya berupa 7 langkah.

Kata Kunci: Petani; irigasi; modernisasi irigasi;

Pendahuluan terbatas. Hal ini terjadi karena pelanggaran


atas aturan yang mengharuskan minimal 30%
FAO telah melakukan survey terhadap daerah DAS untuk kawasan lindung.
irigasi di seluruh dunia; yang menghasilkan 1,5  Infrastruktur irigasi kurang andal dan
juta Ha sawah setiap tahun hilang karena sebagian peninggalan zaman Belanda yang
bencana banjir, kerusakan infrastruktur irigasi, sudah habis umur layanannya.
atau akibat salinasi. Disamping itu diperkirakan
 Sistem pengelolaan irigasi sudah ketinggalan
30 juta Ha sawah beririgasi mengalami
zaman (out of date)
kerusakan berat dan 60 – 80 jta Ha mengalami
 Pengaruh lain yang tidak kondusif dalam
kerusakan ringan. Mengapa kerusakan irigasi
kegiatan OP; misal sumber daya manusia
sedemikian parah dan besar?
yang rendah, rendahnya prioritas OP,
pandangan keliru terhadap OP, dan iklim
Sebagian besar studi berkesimpulan bahwa
ekstrim.
penyebab utama adalah lemahnya kegiatan
operasi dan pemeliharaan (OP) yang dilakukan  kurang andal; rawan terkena banjir dan
oleh pengelola irigasi. Beberapa pemerhati rentan terhadap musim kering.
irigasi menggaris bawahi gejala ini bahwa :
“Kelemahan dalam perancangan dan Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah
perencanaan teknis irigasi adalah masalah yang Indonesia sedang merintis modernisasi irigasi
besar, namun kelemahan dalam OP adalah yang menggarap penjempurnaan 5 pilar irigasi:
masalah yang lebih besar”.  Peningkatan keandalan penyediaan air irigasi
Hal ini sesuai dengan pendapat salah seorang  Perbaikan sarana dan prasarana irigasi
Presiden Internasional Commision on Irrigation  Penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi
and Drainage (ICID),bahwa : “Sistem irigasi di  Penguatan institusi pengelola irigasi
beberapa belahan dunia telah menunjukkan  Pemberdayaan sumber daya manusia
kinerja dibawah potensi yang dimilikinya”. pengelola irigasi

Indonesia sebagai negara dengan mengkonsumsi Sistem pengelolaan irigasi saat ini masih
beras cukup besar, telah mengembangkan irigasi menggunakan system yang menurut pendapat
seluas 7,2 juta Ha sejak peninggalan zaman penulis sudah out of date yang menyebabkan
Belanda sampai dengan tahun 2008. Irigasi pengelolaan air irigasi relative boros dan kuran
tersebut telah mengalami kerusakan seluas 1,62 efisien, hal ini ditandai dengan:
juta Ha (22,5%), dimana 0,37 juta (5,1%) rusak  Sistem pengelolaan berorientasi pada
berat dan 1,25 juta ( 17,4%) rusak ringan. penyediaan air.
Kerusakan ini diakibatkan oleh karena gangguan  Perhitungan kebutuhan irigasi dilakukan
alam dan lemahnya Operasi dan Pemeliharaan secara global
(OP) terhadap infrastruktur irigasi kita. Keadaan  Cara alokasi air menggunakan metode
demikian kalau dibiarkan terus akan Pasten, Faktor Polowoijo Ratio, Faktor K
mengganggu kinerja daerah irigasi kita, yang  Periode skedul pembagian airi irigasi
berakibat pada rendahnya efisiensi system dilakukan setiap 10-15 hari
irigasi.  Kehilangan air irigasi dihitung berdasar
Harus diakui bahwa fungsi irigasi secara perkiraan, sekitar 40 – 50%.
menyeluruh mengalami kecenderungan  Langkah operasional irigasi sejak pembacaan
menurun, akibat: data, pengiriman data, perhitungan neraca air,
 Fungsi daerah aliran sungai (DAS) merosot, perintah bukaan pintu, dan cara operasi pintu
yang menyebabkan sumber air untuk irigasi

68
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

dilakukan dengan cara manual yang e. Kehilangan air irigasi dihitung berdasar
diwujudkan dengan 12 Form O. perkiraan, sekitar 40 – 50%: akibat masalah
 Tidak ada pengukuran produktivitas airi ini adalah air yang dilepas di sumber air tidak
irigasi (berat GKG untuk 1 m3 air) akurat, karena kehilangan didasarkan
Atas dasar kenyataan tersebut penulis terdorong perkiraan.
untuk melakukan penelitian system pengelolaan f. Langkah operasional irigasi sejak pembacaan
air irigasi yang diterapkan sekarang, mengamati data, pengiriman data, perhitungan neraca air,
efek negatipnya, mencari inefisiensinya, dan perintah bukaan pintu, dan cara operasi pintu
sekaligus meneliti urgensinya penyempurnaan dilakukan dengan cara manual yang
sistem pengelolaan irigasi dalam rangka diwujudkan dengan 12 Form O: akibat sistem
penerapan modernisasi irigasi di Indonesia. manual ini periode skedul pembagian air
menjadi 15 hari.
Penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi g. Tidak ada pengukuran produktivitas air
diteliti dalam 7 aspek, yaitu: perhitungan irigasi (berat GKG untuk 1 m3 air): akibatnya
kebutuhan irigasi, cara alokasi air, periode tidak dapat diketahui berapa jumlah
skedul pembagian airi irigasi, kehilangan air akumulasi air irigasi ke lahan petani, dan
irigasi, langkah operasional irigasi; pengukuran tidak diketahui pula berapa produktivitasnya.
produktivitas airi irigasi.
Cakupan bidang penelitian ini sesuai dengan
Dalam menunjang penulisan ini dilakukan latar belakang penelitian ini, yaitu rendahnya
penelitian/pengkajian terhadap daerah irigasi di system pengelolaan irigasi yang menjadi salah
Indonesia terkait dengan system pengelolaan air satu sebab tidak efisiennya irigasi dan rendahnya
irigasi. Penulis melakukan pengamatan terhadap tingkat layanan irigasi, menyebabkan borosnya
beberapa daerah irigasi, baik yang menjadi pemakaian air irigasi.
kewenangan pemerintah pusat, propinsi atau Konsep atau teori dalam pembahasan ini adalah
kabupaten. Kunjungan khusus dilakukan penyempurnaan pengelolaan keirigasian dalam
terhadap DI Wadaslintang – Jawa Tengah dan DI wujud modernisasi irigasi akan memberi dampak
Bondoyudo – Jawa Timur untuk mengecek nyata dalam kehidupan sosio-ekonomi dan
langsung system pengelolaan air irigasi. politik nasional umumnya dan dukungan
Cakupan bidang permasalahan yang dikaji dan ketahanan pangan nasional khususnya.
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Sistem pengelolaan berorientasi pada Tinjauan Pustaka
pasokan air: dengan system ini suatu rencana
Dalam rencana Pembangunan Jangka Panjang
operasional harus dibuat sebelumnya.
tahun 2005 – 2025 disyaratkan bahwa
Rencana tersebut terdiri dari: (a) Tanggal
pengelolaan sumber daya air dititikberatkan pada
mulai dan ahir musim irigasi, (b) waktu keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan
pengeringan saluran untuk pemeliharaan, (c) melalui pendekatan demand management yang
jumlah distribusi air, (d) jadwal pemberian ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan
air ke masing-masing petak tersier, (e) pola efisiensi penggunaan dan konsumsi air.
tanam yang disarankan. Cara ini tidak Seiring dengan itu amanat yang tertulis dalam
memberi keleluasaan petani dalam Permen PUPR No.06/PRT/M/2015 tentang
mendapatkan air saat mereka merubah Exploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan
tanamannya.
Bangunan Pengairan pasal (21) ayat (2), yang
b. Perhitungan kebutuhan irigasi dilakukan bunyinya:. Biaya Operasi dan Pemel;iharaan
secara global: dengan melakukan perkiraan prasarana sumber daya air sebagaimana
kasar tergantung jenis tanaman dan tingkat dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan
pertumbuhannya. kebutuhan nyata Opreasi dan Pemeliharaan
c. Cara alokasi air menggunakan metode sumber daya air.
Pasten, Faktor Polowoijo Ratio, Faktor K: Disamping itu juga terdapat amanat Permen
dengan cara ini alokasi air tidak efisien, PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang
karena didasarkan perjitungan secara global. Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi,
d. Periode skedul pembagian airi irigasi pasal 36 ayat (1), yang bunyinya: Pengembangan
dilakukan setiap 10-15 hari: dengan cara ini
dan Pengelolaan Sistem Irigasi bertujuan untuk
data kebutuhan air baru dapat dipenuhi 15 mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang
hari kemudian. pertanian.

69
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

Proses modernisasi yang diterapkan di beberapa petani. Aliran dinamis air akan menyebabkan
Negara telah ditulis oleh banyak ahli dan kerusakan prasarana irigasi pada bidang
sebagian besar menyangkut tentang: kontaknya akibat gerusan, hantaman, pusaran,
 Pengelolaan air dan sumber air dan hisapan. Selain kerusakan juga penurunan
 Pelayanan pada petani fungsi prasarana akibat pengendapan lumpur
 Efektifitas pengelolaan infrastruktur irigasi yang dibawa air irigasi. Kerusakan dan
(FAO, Rome 2007, FAO 1997, Malano and Paul penurunan fungsi juga dapat diakibatkan oleh
van Hofwegen) perilaku alam, yaitu longsoran, banjir, gempa,
dan angin. Upaya untuk memperbaiki kerusakan
Teori pendukung agar fungsi layanan irigasi kembali seperti
semula memerlukan input OP, berupa teknologi,
Dalam rangka melahirkan kebijakan modernisasi beaya, SDM, dan pengaturan OP.
irigasi, dilandasi teori irigasi bagian sistim Besarnya input OP tergantung karakter masing-
ekonomi politik negara. Telah dimaklumi bahwa masing DI dan gangguan alam yang dialami serta
kegiatan mengelola irigasi meliputi tiga domain, umur layanan. Tetapi secara umum besar
yaitu ekonomi, teknologi, dan kelembagaan (E- kecilnya input akan sangat mempengaruhi
T-K). Intensitas dan kualitas pengelolaan irigasi tingkat layanan dan umur layanan. Ilustrasi
sangat mempengaruhi baik dan buruknya kinerja berikut menggambarkan hubungan antara input
sistim irigasi. Dengan kata lain kinerja sistim OP dan outputnya dalam beberapa skenario:
irigasi sangat dipengaruhi interaksi antar domain 1. Gambar 2 : Skenario 1, input OP tetap
E-T-K, termasuk didalamnya dipengaruhi rendah. Dalam keadaan ini output irigasi
kondisi dan fungsi infrastruktur irigasi. Dampak akan cepat mengalami penurunan ketingkat
interaksi domain E-T-K tidak hanya terbatas yang sangat rendah dalam jangka waktu
dalam DI yang bersangkutan, tetapi meluas yang pendek.
sampai ekonomi pedesaan dan bahkan 2. Gambar 3 : Skenario 2, input OP tetap
berdampak sosio-ekonomi-politik nasional. menengah. Dalam keadaan ini output irigasi
Ilustrasi dapat dilihat dalam gambar 1, sebagai akan mengalami penurunan ketingkat yang
sistim sarang (nested sistem) yang relatif rendah dalam jangka waktu yang agak
dikembangkan. lama.
3. Gambar 4 : Skenario 3, input OP tetap
Dalam gambar ini kelihatan hubungan kondisi tinggi. Dalam keadaan ini output irigasi
dan fungsi jaringan irigasi (sisitim peneglolaan akan mengalami sedikit penurunan dalam
irigasi) dan produksi (sistim pertanian beririgasi jangka waktu yang lama.
dan sistim ekokomi pertanian). Dengan demikian 4. Gambar 5 : Skenario 4, input OP tetap
kinerja sistim ekonomi pertanian (harga pasar, sangat tinggi. Dalam keadaan ini output
beaya tenaga dan lain sebagainya) tergantung irigasi tidak akan mengalami penurunan
kinerja sistim pertanian beririgasi (produktifitas, sepanjang umur layanan.
indek pertanian dan lain sebagainya). Yang
terakhir ini dipengaruhi oleh kinerja sistim Jadi dari keempat skenario tersebut bisa diikuti
sistem irigasi (air irigasi, operasi pintu air, hubungan antara input-ouput OP. Skenario 4
skedul pembagian air). adalah sisitim OP yang paling ideal sehingga
Dan kalau ditelusuri keatas, sistim ekonomi selama umur layanan prasarana irigasi tidak akan
pertanian akan mempengaruhi sistim ekonomi ada rehabilitasi irigasi.
pedesaan. Yang terakhir ini akan memberi Skenario 1, menggambarkan tingkat layanan
dampak pada sistim sosio-ekonomi dan politik yang cepat menurun dalam jangka amat pendek.
Nasional. Dari teori ini bisa ditarik kesimpulan Untuk mengembalikan fungsi irigasi dilakukan
bahwa penyempurnaan sistem pengelolaan dengan rehabilitasi dengan input yang besar.
sebagai bagian dalam wujud modernisasi irigasi Pada saat ini tingkat layanan akan kembali naik
akan memberi dampak nyata dalam kehidupan seperti semula.
sosio-ekonomi dan politik nasional umumnya Dalam modernisasi irigasi akan diterapkan
dan dukungan ketahanan pangan nasional skenario 4, dimana biaya kebutuhan OP akan
khususnya. dipenuhi sesuai kebutuhan nyata OP, seperti
yang diamanatkan dalam PP N0.20/2006 tentang
Teori lain yang melandasi kajian ini adalah : Irigasi.
Input-output OP. Jaringan irigasi adalah suatu
prasarana untuk mengalirkan air irigasi ke sawah

70
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

Gambar 6 menggambarkan siklus rehabilitasi, stabil. Disisi lain pemakaian air irigasi masih
dimana bila alokasi dana OP irigasi rendah, sangat boros.
maka kerusakan irigasi dan penurunan fungsi Demikian juga prasarana irigasi telah mengalami
jaringan bergerak drastis. Untuk mengembalikan kondisi dan fungsi yang mengkhawatirkan. Hal
fungsi jaringan irigasi harus dilakukan ini disebabkan pemeliharaan yang belum
rehabilitasi dengan biaya mahal. Hal ini akan optimal, sehingga terjadi akumulasi kerusakan
berulang dan merupakan siklus rehabilitasi yang yang menurunkan fungsi prasarana irigasi. Selain
menggambarkan sistim irigasi yang tidak itu umur layanan yang telah habis, menyebabkan
berkelanjutan. kinerja irigasi sangat menurun. Sebagian irigasi
kita dibangun zaman Belanda dengan teknologi
Gambar 7 memberi gambaran hubungan antara lama yang tidak sesuai dengan teknologi saat ini.
umur infrastruktur irigasi dan tingkat layanan. Sistem pengelolaan irigasi juga belum optimal,
Pada saat infrastruktur selesai dibangun tentunya periode assessment air dilakukan tiap 15 hari,
tingkat layanan 100%. Dalam perjalanan waktu alokasi air irigasi dihitung secara global,
tingkat layanan akan menurun akibat kerusakan kehilangan air hanya diperkirakan, transfer data
jaringan. Penurunan ini tergantung kinerja OP dilakukan secara manual dan pengendalian
irigasi. Kalau kinerja OP jelek, penurunan akan pelaporan dengan system blangko yang sudah
cepat dan menuju keruntuhan total jauh sebelum kuno. Untuk perlu dilakukan terobosan
umur bangunan (life time) tercapai. Kalau kinerja penyempurnaan system pengelolaan irigasi
OP baik, tentu penurunan tidak cepat dan secara menyeluruh dengan label modernisasi
keruntuhan total akan lebih lama. irigasi.
Ditengah perjalanan operasi sistim irigasi ada
garis batas dimana tingkat layanan minimal yang Pembahasan atas fakta atau peristiwa di
masih efisien. Dibawah tingkat layanan ini lapangan
sisitim irigasi tidak efisien lagi. Untuk itu perlu
Dalam rangka penyempurnaan system
dilakukan perbaikan berupa rehabilitasi atau
pengelolaan irigasi dan menetapkan arah
peningkatan, yaitu suatu upaya untuk
Rencana Pelaksanaan Modernisasi Irigasi
mengembalikan tingkat layanan seperti semula.
penulis mengumpulkan data dari laporan kinerja
Perbaikan yang berdampak pada kenaikan
irigasi dan wawancara langsung dengan para
tingkat layanan lebih dari semula, disebut
pelaku OP dilakukan pada pertemuan konsultasi
peningkatan sisitim irigasi. Termasuk dalam
OP, raker PU, dan pada saat konsultasi publik
kegiatan peningkatan adalah : penyempurnann
dalam rangka reformasi irigasi, serta komunikasi
sustem irigasi, penambahan luas sawah,
pribadi lewat telepon atau SMS.
penambahan indek pertanaman, memperbesar
dimensi saluran dan lain sebagainya.
Disamping itu penulis melakukan kunjungan
Dalam modernisasi irigasi, karena hitungan
langsung pada daerah irigasi Wadaslintang, Jawa
biaya OP berdasar AKNOP maka tidak ada
Tengah dan DI Bondoyudo, Jawa Timur untuk
pemeliharaan tertunda (deferred maintenance).
mengamati sistem pengelolaan air irigasi sejak
Semua kerusakan pada tahun tertentu akan dapat
pengumpulan data, pergitungan neraca air, dan
diperbaiki pada tahun berikutnya secara tuntas.
operasi pintu air.
Disamping itu sistem pengelolaan irigasi dapat
Fakta atau peristiwa lapangan dapat diuraikan
disempurnakan melalui
sebagai berikut:
Pembahasan
1. Sistem pengelolaan berorientasi pada
Pengungkapan permasalahan pasokan air: dengan system ini suatu rencana
Keadaan pengelolaan irigasi di Indonesia pada operasional harus dibuat sebelumnya.
tingkat yang belum memuaskan. Hal ditandai Rencana tersebut terdiri dari: (a) Tanggal
dengan sumber air dan prasarana yang kurang mulai dan ahir musim irigasi, (b) waktu
andal, pengelolaan air yang masih boros institusi pengeringan saluran untuk pemeliharaan, (c)
yang kurang kuat, dan SDM yang kurang jumlah distribusi air, (d) jadwal pemberian
memadai. air ke masing-masing petak tersier, (e) pola
Penyediaan air irigasi sering tidak memadai pada tanam yang disarankan. Cara ini tidak
musim tanam 2, apalagi pada musim tanam 3. memberi keleluasaan petani dalam
Sehingga terjadi gagal panen, yang mendapatkan air saat mereka merubah
mengakibatkan ketahanan pangan yang kurang tanamannya.

71
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

2. Perhitungan kebutuhan irigasi dilakukan


secara global: dengan melakukan perkiraan b. Perhitungan kebutuhan irigasi: dilakukan
kasar tergantung jenis tanaman dan tingkat secara global: dengan melakukan perkiraan
pertumbuhannya. kasar tergantung jenis tanaman dan tingkat
3. Cara alokasi air menggunakan metode pertumbuhannya, seperti tertuang dalam tabel
Pasten, Faktor Polowoijo Ratio, Faktor K: 1. Perkiraan seperti ini sangat tidak tepat,
dengan cara ini alokasi air tidak efisien, karena tidak memperhatikan perbedaan
karena didasarkan perjitungan secara global. struktur tanah, topografi, iklim setempat,
4. Periode skedul pembagian airi irigasi tingkat pertumbuhan tanaman. Seharusnya
dilakukan setiap 10-15 hari: dengan cara ini kebutuhan air irigasi harus dihitung secara
data kebutuhan air baru dapat dipenuhi 15 nyata:
hari kemudian. Ir = Et + P + WLR – Re.
5. Kehilangan air irigasi dihitung berdasar Dengan perkiraan kasar kebutuhan air irigasi
perkiraan, sekitar 40 – 50%: akibat masalah mempunyai kelemahan sebagai berikut:
ini adalah air yang dilepas di sumber air tidak  Pemberian air dapat berlebihan dan
akurat, karena kehilangan didasarkan kekurangan. Biasanya berlebihan, karena
perkiraan. kalau kurang petani sudah berteriak.
6. Langkah operasional irigasi sejak pembacaan  Penggunaan air irigasi terlalu boros,
data, pengiriman data, perhitungan neraca air, akibatnya efisiensi irigasi sangat
perintah bukaan pintu, dan cara operasi pintu berkurang. Sebaiknya perhitungan
dilakukan dengan cara manual yang dilakukan sesuai kebutuhan riil (real
diwujudkan dengan 12 Form O: akibat sistem alocation) berdasar penelitian perkolasi
manual ini periode skedul pembagian air setempat dan perhitungan
menjadi 15 hari. Evapotranspirasi dan hujan efktif setiap
7. Tidak ada pengukuran produktivitas air periode 1-3 harian. Dengan demikian
irigasi (berat GKG untuk 1 m3 air): akibatnya tumbuhan akan mendapat air irigasi tepat
tidak dapat diketahui berapa jumlah jumlah, tidak lebih tidak kurang.
akumulasi air irigasi ke lahan petani, dan c. Cara alokasi air menggunakan metode
tidak diketahui pula berapa produktivitasnya. Pasten, Faktor Polowoijo Ratio, Faktor K:
dengan cara ini alokasi air tidak efisien,
Akibat sistem pengelolaan irigasi maka efisiensi karena didasarkan perhiitungan perbandingan
air irigasi dan tingkat layanan irigasi relatif secara global terhadap kebutuhan air
rendah. polowijo. Cara ini mempunyai kelemahan:
Uraian dan analisis tinjauan/ulasan ilmiah  Perbandingan kebutuhan air tidak tepat
 Penggunaan air irigasi terlalu boros,
Atas kenyataan fakta lapangan seperti diuraikan akibatnya efisiensi irigasi sangat
tersebut dalam sub-bab 2.2.2. dapat dilakukan berkurang. Sebaiknya perhitungan
analisis sebagai berikut: dilakukan sesuai kebutuhan riil (real
a. Sistem pengelolaan berorientasi pada alocation) berdasar penelitian perkolasi
pasokan air: dengan system ini terdapat setempat dan perhitungan
kelemahan-kelemahan: Evapotranspirasi dan hujan efktif setiap
 Aspirasi dan kebutuhan petani kurang periode 1-3 harian. Dengan demikian
dapat terfalisitasi tumbuhan akan mendapat air irigasi tepat
 Cara ini tidak memberi keleluasaan petani jumlah, tidak lebih tidak kurang.
dalam mendapatkan air saat mereka d. Periode skedul pembagian airi irigasi:
merubah tanamannya. dilakukan setiap 10-15 hari: dengan cara ini
 Operasional pembagian air kurang data kebutuhan air baru dapat dipenuhi 15
fleksibel ditinjau dari waktu pemberian, hari kemudian. Cara ini mempunyai
jumlah air, dan frekuensi pemberian. kelemahan:
 Tingkat layanan irigasi relatif rendah  Pemenuhan kebutuhan air sudah tidak
Dalam penyempurnaan sistem cocog, karena didasarkan data 15 hari
pengelolaan irigasi sebaiknya diterapkan yang lalu.
sistem pengelolaan berorientasi pada  Hujan efektif hari saat air diberikan
kebutuhan petani, dimana saat petani berbeda dengan hujan efektif 15 hari yang
butuh tambahan air petugas secara cepat lalu
dapat memenuhi kebutuhannya.

72
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

 Pemenuhan kebutuhan air tidak akurat. penyempurnaan dapat digambarkan


Dalam penyempurnaan sistem seperti bagan alir dibawah Ini
pengelolaan irigasi disarankan periode
skedul pembagian air dilakukan harian
OMIS Version 7.00
(real time). Penerapannya dilakukan
secara bertahap misal 7 harian dulu,
meningkat menjadi 3 harian dan
seterusnya. Sistem
saluran
Sistem
Budidaya
Tanaman
Sistem
Kelembagaan
Aturan
Pengelolaan
Sistem
Pemantauan

e. Kehilangan air irigasi: dihitung berdasar


perkiraan, sekitar 40 – 50%: akibat masalah Pengelola
Irigasi
Sistem
Pangkala
n Data

ini adalah: Alir Informasi


 air yang dilepas di sumber air tidak Sistem
Analisis
Modul Tugas
Pengelolaan
Data
akurat, karena kehilangan didasarkan
perkiraan.
 Penggunaan air irigasi terlalu boros dan
tidak efisien. Perlu disempurnakan Grafik Laporan

dengan melakukan penelitian kehilangan


DK KALSIM 2
irigasi secara menyeluruh yang dilakukan
setiap 3 – 5 tahun/sekali, sehingga Gambar 1. Bagan Alir Pembukaan pintu
kehilangan air dapat dihitung secara Elektromekanik
nyata.
f. Langkah operasional irigasi: dilakukan
sejak pembacaan data, pengiriman data,
perhitungan neraca air, perintah bukaan OMIS Version 7.00
pintu, dan cara operasi pintu dilaksanakan
dengan cara manual yang diwujudkan dengan Sadap Tersier
Pencatat
Hujan
Otomatis
Luasan Irigasi

12 Form Operasi: Akibat sistem manual ini


periode skedul pembagian air menjadi 15 Data
Debit Pintu

hari. Cara ini mengandung kelemahan SUNGAI


SALURAN
Pintu Alir Data Data
Hujan
Alir Data Luasan
Tanam/Indeks
Basah

sebagai berikut:
 Jumlah air yang diberikan tidak tepat
Bendung

 Transfer data dengan sepeda motor atau


INSTRUKSI
Bukaan Pintu PUSAT
OPERASIONAL
sepeda sering terlambat Alir Data
PENGELOLAAN
AIR
 Perintah bukaan pintu juga sering
Alir Data
Data Debit

terlambat Alir Informasi


 Perhitungan neraca air terasa rumit dan DK KALSIM
Gambar 2 Intruksi Pembukaan Pintu Air
3

sering ada kesalahan


 Operasi dengan sistem formulir sudah
usang (out of date) g. Tidak ada pengukuran produktivitas air
irigasi (berat GKG untuk 1 m3 air): Sistem
Untuk itu dilakukan penyempurnaan dengan ini mempunyai kelemahan:
sistem gabungan otomatisasi, telemetri,  jumlah akumulasi air irigasi ke lahan
komputerisasi sebagai berikut: petani tidak dapat diketahui.
 Cara membaca data (otomatis,atau semi  tidak diketahui pula berapa
otomatis) produktivitasnya.
 Cara mentrasfer data ke pusat operasi  Apresiasi air irigasi sebagai SDA yang
dengan telemetri menentukan keberhasilan panen tidak
 Cara menghitung dan menampilkan kelihatan. Untuk itu harus dilakukan
dalam tayangan dengan software penyempurnaan sebagai berikut:
computer  Debit air harus dibaca secara akumulatif
 Cara menyampaikan perintah bukaan volumenya pada setiap intake, bangunan
pintu ke petugas OP dengan telemetri atau bagi dan sadap tersier. Pelaksanaannya
link komputer secara bertahap pada intake dan bangunan
 Cara membuka pintu dengan bagi dulu, baru kelak pada sadap tersier.
elektomekanik atau otomatis. Ilustrasi

73
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

 Hasil panen dalam bentuk gabah kering time) , kebutuhan air irigasi nyata (real
giling (GKG) harus dimonitor bersama allocation), dan kehilangan air irigasi nyata (real
dengan petugas pertanian, untuk losses). Disamping operasinal pemberian irigasi
mendapatkan hasil produktivitas air dilakukan dengan perbaikan lima langkah: car
irigasi dalam Kg GKG/m3 air abaca data otomatis, pengiriman data telemetry,
 Perlu penyempurnaan alat ukur debit dan pengolahan data computer, perintah operasi pintu
atau cara pembacaannya, seperti dibawah telemetry, operasi pintu pakai elektro mekanik.
ini.
Saran
Penulis menyarankan kepada institusi pengelola
irigasi sekaligus kepada peneliti mendatang agar
dilakukan penyempurnaan system pengelolaan
irigasi dengan langkah sebagai berikut:
menerapkan sistem pengelolaan berorientasi
pada kebutuhan petani, kebutuhan air irigasi
harus dihitung secara nyata: Ir = Et + P + WLR –
Re, alokasi air dihitung secara nyata sebagai
ganti alokasi air menggunakan metode Pasten,
Gambar 3. Penyempurnaan Alat Ukur Debit Faktor Polowoijo Ratio, Faktor K., periode
skedul pembagian air dilakukan harian (real
Kesimpulan time)- yang penerapannya dilakukan secara
Dalam rangka meningkatkan kinerja irigasi bertahap misal 7 harian dulu, meningkat menjadi
secara efektif, efisien dan berkesinambungan 3 harian dan seterusnya.,melakukan penelitian
perlu dilakukan perbaikan irigasi secara kehilangan irigasi secara menyeluruh yang
menyeluruh dengan menerapkan 5 pilar dilakukan setiap 3 – 5 tahun/sekali, langkah
modernisasi irigasi, dimana salah satu pilar Operasional irigasi dilakukan penyempurnaan
dalam modernisasi irigasi adalah penyempurnaan dengan sistem gabungan otomatisasi, telemetri,
system pengelolaan air irigasi untuk menaikkan komputerisasi, dan last but not least dilakukan
efisiensi irigasi dan tingkat layanan kepada pengukuran produktivitas air irigasi (berat GKG
petani. Hal ini perlu dilakukan mengingat kinerja untuk 1 m3 air), dengan memasang alat ukur
irigasi di Indonesia secara umum dalam tahap debit akumulatif.
yang mengkhawatirkan, karena selain umur
sebagian daerah irigasi yang telah melewati DAFTAR PUSTAKA
umur layanan, juga disebabkan oleh:rentannya
sumber air untuk irigasi, kurang mantapnya Mark Svendsen and Walter Huppert, 2000, What
prasarana irigasi,rendahnya sistem pengelolaan is Optimal Maintenance in Irrigation? –
irigasi,lemahnya institusi pengelola irigasi, Deutsche Gesellschaft fur Technische
rendahnya kualitas dan kuantitas SDM Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.
Soekrasno, 2006, Pengamatan dan Rencana Kaji
Implikasi Tindak Budidaya Padi SRI dalam
Kaitannya dengan Efisiensi Irigasi di
Kalau system pengelolaan irigasi tidak Kelompok Tani Manonjaya, Tasikmalaya,
disempurnakan akan memberikan implikasi Balai Irigasi, Puslitbang Sumberdaya Air,
pengelolaan irigasi cenderung boros karena 2006.
jumlah alokasi air dan jumlah air yang hilang Tim Modernisasi Irigasi, 2011, Pedomen Umum
diperkirakan secara kasar, serta periode akses air Modernisasi Irigasi, Direktorat Jenderal
dan operasi bukaan pintu dilakukan setiap 10 – Sumber Daya Air- Departemen Pekerjaan
15 hari sekali. Umum, Jakarta, 2011.
Tim Modernisasi Irigasi, 2014, Pokok Pokok
Namun apabila system pengelolaan irigasi Modernisasi Irigasi Indonesia, Direktorat
disempurnakan sesuai pemikiran penulis akan Jenderal Sumber Daya Air- Departemen
memberikan implikasi system pengelolaan air Pekerjaan Umum, Jakarta, 2014.
irigasi yang efektif , efisien dan Walter Huppert et al, 2001, Governing
berkesinambungan, mengingat pengelolaan air Maintenance Provision in Irrigation –
irigasi dilaksanakan secara waktu nyata (real

74
Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Air Irigasi CESD Vol 01 No 02 Desember 2018
Menghadapi Irigasi Modern di Indonesia

Deutsche Gesellschaft fur Technische Indonesia RSNI T-03-2002, Jakarta,


Zusammenarbeit (GTZ) GmbH. 2002.
----------------, 2013, Standar Perencanaan ----------------, 20015, Permen PUPR
Irigasi KP 01 s/d KP 07, BI-01 s/d BI-02, No.30/PRT/M/2015 tentang
Direktorat Jenderal Pengairan – Pengembangan dan Pengelolaan System
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Irigasi,
1986. ----------------, 20015, Permen PUPR
----------------, 1995, Pedoman Prosedur No.06/PRT/M/2015 tentang Exploitasi
Pemeliharaan Jaringan Irigasi, dan Pemeliharaan Sumber Daya Air dan
Direktorat Jenderal Pengairan – Bangunan Pengairan.
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, ----------------, 2007, Pedoman Operasi Jaringan
Oktober 1995. Irigasi Partisipatif Pada Irigasi Air
----------------, 1995, Pedoman Prosedur Operasi Permukaan, Direktorat Jenderal Sumber
Jaringan Irigasi, Direktorat Jenderal Daya Air – Departemen Pekerjaan
Pengairan – Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2007.
Umum, Jakarta, Oktober 1995.
----------------, 2002, Tata Cara Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Teknis, Standar Nasional

75

You might also like