You are on page 1of 9

Analisis Hidrolis dan Jejak Karbon Jaringan Distribusi Air Bersih di

Pulau Kecil Padat Penduduk (Pulau Lengkang Kecil, Kota Batam)

Hydraulic Analysis and Carbon Footprint of Water Supply Network in


Small Populated Islands (Lengkang Kecil Island, Batam City)
MUHAMMAD RIZKI APRITAMA1, I WAYAN KOKO SURYAWAN2, YOSEF ADICITA1
1
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Universal, Kota Batam
2
Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Pertamina, Kota Jakarta
Email: i.suryawan@universitaspertamina.ac.id

ABSTRACT
The clean water supply system network on Lengkang Kecil Island was developed in 2019. A small portion
of the community's freshwater comes from harvesting rainwater and dug wells, which are only obtained
during the rainy season. The primary source of clean water used by the community comes from
underwater pipelines with a daily discharge of 0.86 l/sec. The water supply of the Lengkang Kecil Island
community is 74.3 m3/day, with 146 House Connections (HCs) and to serve public facilities such as
elementary schools, primary health centers, and mosques. Hydraulic evaluation of clean water
distribution using EPANET 2.0 software on flow velocity shows the lowest rate of 0.29 m/s and the
highest of 1.21 m/s. The lowest pressure value in the distribution system is 6.94-6.96 m and headloss
units in the range 0.08-0.25 m/km. These three criteria are still within the distribution network design
criteria (feasible). A carbon footprint can be calculated from each activity from the analysis of the
evaluation of clean water distribution networks. The most massive emissions came from pumping
activities with 131 kg CO2-eq, followed by emissions from wastewater 62.5 kgCO2-eq. Further research is
needed to determine the quality of wastewater and the design for a centralized wastewater treatment
plant (IPALT) to improve Lengkang Kecil Island residents' living standards.

Keywords: Lengkang Kecil Island, water, EPANET, carbon footprint

ABSTRAK
Jaringan sistem penyediaan air bersih pada Pulau Lengkang Kecil dimulai pada tahun 2019. Sebagian
kecil air bersih yang digunakan masyarakat berasal dari pemanenan air hujan dan sumur gali yang hanya
didapat pada musim hujan. Sumber air bersih utama yang digunakan masyarakat berasal dari pengaliran
perpipaan bawah laut dengan debit harian 0,86 l/detik. Kebutuhan air masyarakat Pulau Lengkang Kecil
adalah 74,3 m3/hari dengan 146 Sambungan Rumah (SR) serta untuk melayani fasilitas umum seperti
sekolah dasar (SD), puskesmas, dan masjid. Evaluasi hidrolis distribusi air bersih dengan menggunakan
software EPANET 2.0 terhadap kriteria kecepatan aliran menunjukkan nilai terendah 0,29 m/s dan
tertinggi 1,21 m/s. Nilai sisa tekan dalam sistem distribusi adalah 6,94–6,96 m dan unit headloss pada
kisaran 0,08–0,25 m/km. Ketiga kriteria ini masih berada dalam kriteria desain jaringan distribusi (layak).
Dari analisis evaluasi jaringan distribusi air bersih, dapat dihitung jejak karbon yang dihasilkan dari setiap
kegiatannya. Emisi terbesar berasal dari kegiatan pemompaan dengan nilai 131 kgCO2-eq, diikuti dengan
emisi yang berasal dari air limbah dengan nilai 62,5 kgCO2-eq. Penelitian lanjutan diperlukan untuk
mengetahui kualitas dari air limbah dan desain untuk instalasi pengolahan air limbah terpusat (IPALT)
untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Pulau Lengkang Kecil.

Kata kunci: Pulau Lengkang Kecil, air, EPANET, jejak karbon

1. PENDAHULUAN dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan


penyediaan air minum. Jumlah air yang
1.1 Latar Belakang
disediakan tergantung pada jumlah penduduk
Penyediaan air minum menurut Peraturan dan industri yang dilayani, serta diperlukan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 perhitungan pertumbuhannya di masa yang akan
adalah kegiatan menyediakan air minum untuk datang. Kondisi ini tidak dapat berlaku pada
memenuhi kebutuhan masyarakat agar pulau kecil yang telah padat penduduk, dimana
mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan jumlah penduduk dan fasilitas umum akan tetap
produktif(1). Menurut Ibrahim(2), suatu jaringan sama karena sudah tidak ada lahan yang dapat
distribusi air minum yang baik dan efisien dibangun. Salah satu pulau kecil padat penduduk

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 227-235 227


yaitu Pulau Lengkang Kecil yang terletak di adalah sumber utama gas rumah kaca serta jejak
perbatasan Indonesia-Singapura. Pulau ini telah karbon yang sesuai dan yang ada didalam sistem
membangun sistem penyediaan air minum ikut berkontribusi terhadap pemanasan global
(SPAM) sejak awal tahun 2019. SPAM yang dan perubahan iklim(8). Konsumsi air akhir-akhir
telah dibangun perlu dianalisis hidrolis lebih lanjut ini tergantung pada jumlah air dan topografi
untuk penyesuaian dengan kriteria desain yang jaringan distribusi(9,10). Terutama pada
sudah ditetapkan dalam studi literatur dan masyarakat pulau kecil yang memiliki topografi
peraturan yang ada. rendah yang cenderung membutuhkan air layak
Pemukiman di daerah pinggiran akan pakai lebih tinggi karena cuaca yang cenderung
memberikan debit jam puncak yang lebih besar panas dan kering.
dibandingkan pemukiman di kota-kota besar Emisi yang dikeluarkan saat penyediaan air
karena fluktuasi yang lebih besar(3). Selain itu, per volume dihitung untuk mendapatkan jejak
fluktuasi kebutuhan air di suatu wilayah karbon dari distribusi air. Operasional distribusi
ditentukan oleh faktor setempat dan kondisi dari air dari sumber air, pemompaan, penampungan,
penyediaan air itu sendiri. Konsumen distribusi, kemudian digunakan oleh konsumen,
memerlukan sambungan air dengan tekanan hingga menjadi air limbah memberikan beban
yang cukup agar dapat dilayani dengan jumlah lingkungan tersendiri. Dalam sistem distribusi air
air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga penggunaan pompa merupakan beban tertinggi
tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, konsumsi listrik. Perlu diketahui beban
pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lingkungan atau emisi terbesar dalam distribusi
lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan air minum dari sumber air hingga end of life dari
karena gesekan, yang dipengaruhi oleh penggunaan air minum oleh pelanggan.
kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan
jarak jalur pipa tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian
Menurut Amin(4), sisa tekanan minimum pada
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
setiap titik dalam jaringan pipa induk yang
mengevaluasi kinerja sistem penyediaan air
direncanakan adalah sebesar 10 meter kolom air,
bersih di Pulau Lengkang Kecil berdasarkan
sedangkan kehilangan tekanan maksimum
aspek kebutuhan air dan kondisi hidrolika
adalah 10 m/km panjang pipa. Kehilangan
berupa sisa tekanan serta kecepatan pada tiap
tekanan (hf) yang berlebihan (terlalu besar) dapat
jam. Jejak karbon dihitung berdasarkan
menyebabkan penurunan energi tekanan secara
inventarisasi dari sumber hingga end of life dari
drastis sehingga sisa tekanan di hilir pipa
siklus distribusi air minum di Pulau Lengkang
menjadi sangat kecil bahkan negatif. Hal ini
Kecil.
ditunjukkan dengan sulitnya mengalirkan air
menuju rumah yang berlantai dua atau lebih jika
2. BAHAN DAN METODE
tidak dibantu dengan pompa bahkan dapat
menyebabkan air tidak akan mengalir sama 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
sekali ke rumah-rumah. Nilai kecepatan aliran
dalam pipa yang diizinkan adalah 0,3–2,5 m/detik Pulau Lengkang Kecil merupakan pulau yang
pada debit jam puncak. Kecepatan yang terlalu berada dalam administrasi Kelurahan Sekanak
Raya, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam,
kecil menyebabkan endapan yang ada dalam
Provinsi Kepulauan Riau (Gambar 1). Kelurahan
pipa tidak bisa terdorong(5). Selain itu,
Sekanak Raya memiliki 18 pulau kecil(11),
pemborosan biaya yang disebabkan oleh
termasuk Pulau Lengkang Kecil. Secara
diameter pipa yang besar. Pada kecepatan
terlalu besar mengakibatkan pipa mudah aus dan geografis Kelurahan Sekanak Raya memiliki
mempunyai headloss yang tinggi. batas sebelah utara yaitu laut perbatasan dengan
Negara Singapura, sebelah selatan Kelurahan
Air dan energi memiliki keterkaitan yang
Kasu, sebelah barat Kelurahan Pemping, dan
sangat luas, dan keduanya sama pentingnya
sebelah timur Kelurahan Tanjung Riau.
bagi pertumbuhan ekonomi dan populasi(6),
Kepadatan Penduduk Kelurahan Sekanak Raya
terutama pulau kecil padat penduduk seperti
Pulau Lengkang Kecil. Produksi air yang yaitu 1.238 orang/km2.
melibatkan ekstraksi, pengolahan, transmisi, Hampir semua lahan di Pulau Lengkang
Kecil telah dibangun, bahkan pembangunan
distribusi, penggunaan, dan pembuangan air
sudah mulai dilakukan di atas laut dengan
membutuhkan energi. Pengurangan dalam
penggunaan energi adalah tujuan utama untuk menggunakan sistem rumah panggung. Total
pengembangan berkelanjutan dari sistem rumah yang ada di Pulau Lengkang Kecil yaitu
146 unit rumah dengan rata-rata penghuni
penyediaan air(7). Energi listrik yang digunakan
sebanyak 6 orang/rumah. Terdapat 3 unit
untuk tujuan distribusi air sangat tinggi,
fasilitas umum yaitu masjid, sekolah dasar (SD),
dibandingkan dengan energi yang diperlukan
dan Puskesmas.
untuk pengolahan dan distribusi air. Energi listrik

228 Analisis Hidrolis dan Jejak Karbon … (Apritama, M.R., Suryawan, I.W.K., Adicita, Y.)
Sistem penyediaan air minum di Pulau dengan sistem gravitasi. Jaringan distribusi
Lengkang sudah ada sejak awal tahun 2019 menggunakan jenis pipa HDPE dengan sistem
dengan menggunakan sumber air dari pulau loop. Distribusi air dibagi menjadi dua jenis
sekitar yang dipompakan ke Pulau Lengkang rumah yaitu rumah di darat dan rumah di atas
Kecil menggunakan pipa bawah laut. Jenis pipa laut (rumah panggung). Rumah di darat pipa
yang digunakan dalam sistem adalah pipa HDPE distribusi cenderung ditanam di bawah tanah,
(high-density polyethylene). Air ditampung dalam sedangkan untuk pipa di atas laut diletakkan di
tangki air dan dialirkan ke rumah penduduk bawah jalan/jembatan.

Pulau Lengkang Kecil

A. Tanki penyediaan air


D
C. Kondisi pipa mengarah ke laut minum

B. Kondisi juction SPAM


D. Contoh SR di rumah panggung

Gambar 1. Peta dan Lokasi Eksisting Distribusi Air Pulau Lengkang Kecil (Sumber Peta: Google(12))

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 227-235 229


2.2 Bahan yang disumbang sebesar 0,139 kg CO2
ekuivalen/m3 (13). Sedangkan pada penggunaan
Bahan penelitian ini menggunakan data
air emisi CO2 yang disumbangkan yaitu sebesar
survei lapangan melalui wawancara, penelusuran
0,15 kg CO2 ekuivalen/m3 (13). Air limbah memiliki
sistem jaringan perpipaan dan data sekunder
emisi karbon sebesar 0,374 kg CO2 ekuivalen/m3
yang didapat dari lapangan. Wawancara
dengan penggunaan energi sebesar 2,26
dilakukan pada responden yang mengetahui
kWh/m3 (14).
kondisi dan eksisting sistem distribusi air bersih
di Pulau Lengkang Kecil. Kondisi eksisting yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
didapatkan melalui wawancara yaitu jumlah
penduduk dan kondisi fasilitas umum. 3.1 Kebutuhan dan Kondisi Eksisting
Penelusuran jaringan perpipaan dilakukan untuk Distribusi Air Pulau Lengkang Kecil
mengetahui lokasi penanaman pipa, jenis pipa,
Kebutuhan air pulau lengkang dihitung
dan elevasi pipa. Data sekunder yang didapatkan
berdasarkan kebutuhan domestik dan fasilitas
yaitu volume tangki penyimpanan air, waktu
umum. Berdasarkan Peraturan Menteri PU
penggunaan pompa, dan energi yang digunakan
tahun 2010 kebutuhan pokok minimal yaitu
untuk pompa. Sedangkan untuk timbulan air
sebesar 60 l/orang.hari(1). Kriteria air minum
limbah di hitung berdasarkan studi literatur yang
yang aman melalui SPAM dengan jaringan
menyebutkan 80% penyediaan air minum akan
perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi
menjadi air limbah.
(sesuai dengan standar teknis berlaku). Kriteria
Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU(15)
2.3 Metode
menyebutkan kebutuhan air untuk sekolah
Data kebutuhan air yang diperoleh dianalisis adalah 10 l/murid/hari serta puskemas dan
untuk memperkirakan dan menganalisis masjid sebesar 2.000 l/hari. Hasil perhitungan
kebutuhan akan air bersih di masa yang akan kebutuhan air Pulau Lengkang Kecil dapat
datang diantaranya yaitu jumlah penduduk pada dilihat pada Tabel 1.
tahun sekarang sebagai acuan, persentase Selain dari sistem perpipaan masyarakat
pelayanan, dan proyeksi peningkatan area juga mendapatkan pasokan air dengan cara
cakupan pelayanan dan konsumsi air tiap orang pemanenan air hujan (rain harvesting) dan
(rumah tangga) dan non-rumah tangga. Tuloli sumur gali. Rain harvesting hanya dilakukan
dan Kaharu menyebutkan tingkat kehilangan air oleh beberapa penduduk atau sekitar 20% dari
nasional adalah 27,05%, sehingga kebutuhan air responden. Sistem rain harvesting yang
harus mempertimbangkan hal ini. Perangkat dilakukan hanya sebatas penampungan air dan
lunak yang akan digunakan dalam analisis belum melakukan pengolahan didalamnya
hidrolis jaringan distribusi air di Pulau Lengkang (Gambar 2). Potensi pemanfaatan air hujan ini
Kecil adalah EPANET 2.0. Dimana proses sangat berpengaruh pada pengurangan
simulasi program EPANET 2.0 adalah konsumsi air bersih masyarakat(16). Sumur gali
penggambaran jaringan, memberikan nomor yang digunakan hanya ketika musim hujan dan
pada node-node (simpul pipa), penentuan arah pada musim kemarau sumur gali ini tidak
aliran jaringan, memasukkan karakteristik dimanfaatkan. Pemanfaatan air sumur gali ini
jaringan seperti pipa, node, aliran debit, pompa cenderung digunakan untuk kebutuhan flushing.
dan asesoris, running Model, dan analisis hasil Hasil analisis kualitas air sumur gali ini juga
simulasi. Berdasarkan simulasi ini, dapat menunjukkan nilai total dissolved solid (TDS)
diketahui ragam aliran yang terjadi, tekanan yang tinggi yaitu diatas 14.000 mg/L. Salah satu
dalam pipa, kecepatan aliran, tekanan pada node, faktor penyebab salinitas pada air tanah dangkal
head, dan debit aliran secara kontinu. adalah intrusi air laut(17).
Pemodelkan pada program EPANET 2.0 dihitung Masyarakat Pulau Lengkang Kecil lebih
berapa kebutuhan pekerjaan yang diperlukan banyak menggunakan air distribusi untuk
untuk mengembangkan sistem perpipaan kegiatan sehari-hari seperti untuk memasak,
distribusi. mencuci, termasuk flushing. Sedangkan untuk
Perhitungan jejak karbon dihitung kebutuhan minum masyarkat masih enggan
berdasarkan inventarisasi dari sumber air hingga menggunakan air dari distribusi maupun rain
end of life distribusi air. Pada tahap operasi harvesting karena kualitas air masih dirasa
dalam sumber air termasuk pemompaan masih belum layak. Air untuk kebutuhan minum
(kebutuhan energi untuk pompa adalah 0,1 masyarakat biasanya dibeli dari pedagang di
kWh/m3) input skor emisi adalah 0,051 kg CO2 Pulau Batam.
ekuivalen/m3(13). Pada tahap distribusi, emisi CO2

230 Analisis Hidrolis dan Jejak Karbon … (Apritama, M.R., Suryawan, I.W.K., Adicita, Y.)
Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Distribusi Air di Pulau Lengkang Kecil

No Uraian Unit Satuan


1. Persentase Pelayanan Penduduk 100 %
Penduduk Persambungan rumah (SR) 6 Orang/SR
Jumlah Sambungan 146 Unit
Unit Konsumsi 60 L/orang/hari
Pemakaian Air Rata-rata Sektor Domestik 0,61 L/detik
Persentase Pemakaian dari Total Kebutuhan Air 92,05 %
2 SD 1 Unit
Jumlah murid 54 Murid
Unit Pemakaian 10 L/murid/hari
Pemakaian Air Rata-rata SD 0,0063 L/detik
Persentase Pemakaian dari Total Kebutuhan Air 0,95 %
3 Puskesmas 1 Unit
Unit Pemakaian 2.000 L/hari
Pemakaian Air Rata-rata Puskesmas 0,023 L/detik
Persentase Pemakaian dari Total Kebutuhan Air 3,50 %
4 Masjid 1 Unit
Unit Pemakaian 2.000 L/Unit/hari
Pemakaian Air Rata-rata Masjid 0,023 L/detik
Persentase Pemakaian dari Total Kebutuhan Air 3,50 %
Total Kebutuhan Air Rata-rata 0,66 L/detik
Total Kebutuhan Air Rata-rata + Kehilangan Air (27,05%) 0,86 L/detik

Gambar 2. Rain water harvesting di Pulau Lengkang Kecil

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 227-235 231


3.2 Evaluasi Hidrolis Distribusi Air Pulau menggunakan program EPANET 2.0 yang
Lengkang Kecil disajikan dalam Gambar 3. Konfigurasi hidrolis
Dalam sistem distribusi terdapat tiga kriteria menggunakan Persamaan Hazzen-William
penting dalam perpipaan yaitu kecepatan, sisa dengan koefisien kekasaran pipa adalah 140
tekan, dan unit headloss. Parameter teknis (untuk pipa HDPE). Diameter pipa dalam sistem
tersebut didasarkan pada kriteria perencanaan distribusi menggunakan diameter seragam yaitu
Al-Layla(19). Perhitungan analisis hidrolis ¾ inchi.

Gambar 3a. Hasil running kecepatan untuk sistem Gambar 3b. Hasil running sisa tekan untuk sistem
distribusi air Pulau Lengkang Kecil dengan distribusi air Pulau Lengkang Kecil dengan
EPANET 2.0 EPANET 2.0

Gambar 3c. Hasil running unit headloss untuk


sistem distribusi air Pulau Lengkang Kecil dengan
EPANET 2.0

Gambar 3. Hasil sistem distribusi air Pulau Lengkang Kecil dengan EPANET 2.0

232 Analisis Hidrolis dan Jejak Karbon … (Apritama, M.R., Suryawan, I.W.K., Adicita, Y.)
Gambar 3 menunjukkan hasil running 3.3 Jejak Karbon Distribusi Air Pulau
EPANET 2.0 dengan kriteria kecepatan aliran, Lengkang Kecil
sisa tekan, dan unit headloss. Hasil running
Jejak karbon merupakan suatu ukuran dari
EPANET 2.0 tersebut menunjukkan kecepatan
jumlah total eksklusif dari emisi karbon dioksida
terendah adalah 0,29 m/s dan tertinggi adalah
yang dikeluarkan secara langsung atau tidak
1,21 m/s (Gambar 3a). Beberapa penelitian
langsung yang disebabkan oleh suatu kegiatan
menyebutkan kriteria kecepatan untuk sistem
atau terakumulasi pada life stages suatu
distribusi air adalah 0,3–3 m/s(20,21). Dengan
produk(25). Jejak karbon yang dihasilkan dari
demikian, kecepatan 0,29 m/s masih dapat
kegiatan distribusi air dikeluarkan secara tidak
dikatakan sudah memenuhi kriteria desain
langsung ke lingkungan. Emisi yang dikeluarkan
berdasarkan penelitian lain(22). Nilai sisa tekan
sistem distribusi air mulai dari sumber air,
dalam sistem distribusi adalah 6,94–6,96 m
distribusi air, hingga ke konsumen. Dalam
(Gambar 3b), dapat dikatakan untuk pelayanan
penelitian ini perhitungan emisi hanya untuk
dalam pulau kecil nilai ini sudah cukup tinggi.
sistem yang berada dalam Pulau Lengkang Kecil.
Berdasarkan keterangan masyarakat tekanan air
Sumber air yang digunakan dalam sistem
pada sistem plumbing di dalam rumah hampir
distribusi di Pulau Lengkang Kecil berasal dari
tidak pernah mengalami kendala (tekanan
luar pulau.
kurang). Unit headloss yang sangat rendah yaitu
Berdasarkan hasil survei dan perhitungan,
0,08–0,25 m/km (Gambar 3c) (kriteria desain
daur hidup dari sistem distribusi hingga menjadi
headloss maksimal = 10 m/km(23) atau 3 km/m(24).
air limbah ditunjukkan pada Gambar 4.
Berdasarkan kriteria desain hidrolis sistem
Pemompaan air bersih dengan debit rata-rata
distribusi air di Pulau Lengkang Kecil dapat
72,5 m3/hari membutuhkan energi listrik sebesar
dikatakan sudah layak. Banyaknya headloss di
47 kWh, dengan emisi yang dikeluarkan ke
beberapa titik disebabkan oleh sistem
ambient adalah 58 kgCO2-eq. Penampungan air
penyediaan air minum memiliki area pelayanan
secara tidak langsung juga akan menghasilkan
yang sangat kecil sehingga kemungkinan
emisi, akan tetapi emisi yang dikeluarkan cukup
kehilangan tekanan mayor akan terjadi lebih
rendah jika dibandingkan dengan kegiatan
besar serta kehilangan tekanan akibat kecepatan
lainnya.
akan lebih besar karena terlihat di beberapa pipa
kecepatan juga cukup tinggi (Gambar 3a).

Gambar 4. Embodied Carbon Footprint Sistem Distribusi Air Minum di Pulau Lengkang Kecil

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 227-235 233


Kegiatan pemompaan merupakan salah satu emisi yang dikeluarkan oleh PDAM yaitu 0,56 kg
kegiatan yang menghasilkan emisi terbesar CO2-eq/m3(25).
(61,06%) dibandingkan dengan kegiatan lain. Emisi air terbesar kedua adalah potensi air
Pemompaan air membutuhkan energi dengan limbah dengan persentase 29,14%. Jika 80% air
potensi emisi CO2 cukup tinggi bila dibandingkan yang didistribusikan menjadi air limbah maka
dengan kegiatan lain yang tanpa memerlukan emisi yang dikeluarkan adalah 17,1 kgCO2-eq. Di
energi. Emisi yang dikeluarkan oleh kegiatan sini air limbah sangat berpotensi menghasilkan
pemompaan ini mencapai 1,81 kg CO2-eq/m3, karbon yang dapat lebih tinggi jika tidak diolah
nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan baik. Air limbah domestik juga berpotensi
menyebabkan eutrofikasi(26,27).

Gambar 5. Persentasi penyumbang emisi terbesar dalam sistem distribusi air di Pulau Lengkang Kecil

4. KESIMPULAN minimal bidang pekerjaan umum dan


penataan ruang.
Hasil dari evaluasi jaringan distribusi air
bersih terhadap kecepatan aliran, sisa tekan, dan 2. Ibrahim, M., Masrevaniah, A., & Dermawan, V.
unit headloss pada Pulau Lengkang Kecil (2012). Analisis Hidrolis pada Komponen
menunjukkan kondisi yang masih sesuai dengan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Waternet
kriteria desain. Kecepatan aliran terendah adalah dan Watercad versi 8 (Studi Kasus Kampung
0,29 m/s dan tertinggi adalah 1,21 m/s (kriteria Digiouwa, Kampung Mawa dan Kampung
desain 0,3–2 m/s). Nilai sisa tekan dalam sistem Ikebo, Distrik Kamu, Kabupaten Dogiyai).
distribusi adalah 6,94–6,96 m. Unit headloss Jurnal Teknik Pengairan, 2(2), 159-171.
yang sangat rendah yaitu 0,08–0,25 m/km
3. Sutapa, I. W. (2014). Studi potensi
(kriteria desain maksimal 10 m/km). Jejak karbon
pengembangan sumber daya air di Kota
terbesar yang dihasilkan dari kegiatan distribusi
Ampana Sulawesi Tengah. SMARTek, 7(1)
air bersih berasal dari aktivitas pemompaan yang
mencapai 61,06% dari total emisi karbon dari 4. Amin, M. B. (2011). Teknik Penyediaan Air
semua kegiatan. Hal ini disebabkan oleh Minum. Palembang. (ID): Fakultas. Teknik
kegiatan pemompaan yang membutuhkan energi Unsri.
sedangkan kegiatan lain tidak membutuhkan
5. Masduqi, A. (2005). Evaluasi dan Rencana
energi.
Pengembangan Sistem Distribusi Air Bersih di
Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten
PERSANTUNAN
Sumba Timur. Jurnal Purifikasi, 6(2), 109-114.
Penulis mengucapkan terima kasih untuk
6. Lampe, L. K., Adams, L. M., & Jensen, D. G.
Kementerian Pendikan melalui program
(2009). Water supply and energy generation.
penelitian dosen pemula yang telah membantu
In World Environmental and Water Resources
survei Penelitian di Pulau Lengkang, Kota Batam
Congress 2009: Great Rivers (pp. 1-10).
beserta masyarakat Pulau Lengkang yang
senantiasa membantu proses penelitian ini. 7. Ramos, C. A., Ramos, R. A., Araújo, F. R.,
Guedes Jr, D. S., Souza, I. I., Ono, T. M., ... &
DAFTAR PUSTAKA Alves, L. C. (2009). Comparação de nested-
PCR com o diagnóstico direto na detecção de
1. Menteri Pekerjaan Umum. (2010). Peraturan
Ehrlichia canis e Anaplasma platys em cães.
Menteri Pekerjaan Umum Nomor
14/PRT/M/2010 Tentang standar pelayanan

234 Analisis Hidrolis dan Jejak Karbon … (Apritama, M.R., Suryawan, I.W.K., Adicita, Y.)
Revista Brasileira de Parasitologia Veterinária, Paramater Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen
18(1), 58-62. Dan Bakteri Coli. Jurnal Air Indonesia, 6(1).
8. Stokes, J. R., & Horvath, A. (2009). Energy 18.Al-Layla, & M. Anis., 1980. Water Supply
and air emission effects of water supply. Engineering Design. Ann Arbor Science.
Environmental Science & Technology, 43(8), Publishers, Inc.
2680–2687
19.Hidayah, P. D., Indarto, I., & Novita, E. (2017).
9. Bakhshi, A. A., & Demonsabert, S. M. (2012). Pemetaan dan evaluasi teknis jaringan
Estimating the carbon footprint of the distribusi air bersih di Desa Kemuning Lor.
municipal water cycle. Journal‐American Jurnal Agroteknologi, 10(02), 144-152.
Water Works Association, 104(5), E337-E347. 20.Rezagama, A., & Hadiwidodo, M. (2016).
10.Reiling, S. J., Roberrson, J. A., & Cromwell III, Studi potensi pembangkit listrik minihydro
J. E. (2009). Drinking water regulations: sistem transmisi air baku pdab unit bregas.
Estimated cumulative energy use and costs. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan
Journal‐American Water Works Association, Pengembangan Teknik Lingkungan, 13(1),
101(3), 42-53. 28-33.

11.Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). 21.Rahmi, N. A., Ismoyo, M. J., & Cahya, E. N.
Belakang Padang dalam Angka 2019 Jakarta (2018). Pengembangan dan analisis ekonomi
Pusat. dalam penentuan harga air pada sistem
jaringan distribusi air bersih sumber mata air
12.Google map. taman Lake’Kecamatan Kota Sumenep.
https://www.google.com/maps/place/Pulau+Le Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan,
ngkang+Kecil,+Sekanak+Raya,+Belakang+Pa 1(2), 6.
dang,+Kota+Batam,+Kepulauan+Riau/data=!4
m2!3m1!1s0x31d9f48ba2f775bf:0xe5b5617d6 22.Yosefa, F., & Indarjanto, H. (2017). Analisis
8cfc644?sa=X&ved=2ahUKEwjX1oiKoMTlAh perencanaan dan pengembangan jaringan
UC63MBHdPtCzwQ8gEwbnoECGgQBA. distribusi air bersih di PDAM Tulungagung.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2019. Jurnal Teknik ITS, 6(1), 25-29.

13.Friedrich, E., Pillay, S., & Buckley, C. A. 23.Yamianti, W. (2015) Aplikasi Software
(2009). Carbon footprint analysis for WaterCAD Untuk Perencanaan Jaringan Pipa
increasing water supply and sanitation in Di Perumahan Puncak Borobudur Kota
South Africa: a case study. Journal of Cleaner Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Production, 17(1), 1-12. 24.Wiedmann, T., & Minx, J. (2008). A definition
14.Novotny, V. (2011). Water and energy link in of ‘carbon footprint’. Ecological economics
the cities of the future–achieving net zero research trends, 1, 1-11.
carbon and pollution emissions footprint. 25.Rahmawati, L. A., Haryono, E., & Fandeli, C.
Water Science and Technology, 63(1), 184- (2012). Studi Optimalisasi Sequestrasi Karbon
190. Dioksida (CO2) Berbasis Rumah Tangga.
15.Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Majalah Geografi Indonesia, 26(1), 59-79.
Jenderal Cipta Karya. (1996). Analisis 26.Suryawan, I. W. K., Siregar, M. J., Prajati, G.,
Kebutuhan Air Bersih, Jakarta. & Afifah, A. S. (2019). Integrated Ozone and
16.Hidayat, M. Y., Fauzi, R., Harianja, A. H., & Anoxic-Aerobic Activated Sludge Reactor for
Saragih, G. S. (2019). Efisiensi Penggunaan Endek (Balinese Textile) Wastewater
Grey Water dan Air Hujan dalam Rangka Treatment. Journal of Ecological Engineering,
Menurunkan Tingkat Penggunaan Air Baku 20(7), 169-175.
Efficiency in the Use of Grey Water and 27.Suryawan, I. W. K., & Sofiyah, E. S. (2020).
Rainwater in Order to Reduce Raw Water Use. Cultivation of Chlorella Sp. and Algae Mix for
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol, 20(2), 215- NH3-N and PO4-P Domestic Wastewater
224. Removal. Civil and Environmental Science
17.Yudo, S. (2018). Kondisi Kualitas Air Sungai Journal, 3(1), 31-36
Ciliwung Di Wilayah DKI Jakarta Ditinjau Dari

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 227-235 235

You might also like