You are on page 1of 7

PERBANDINGAN JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APPENDISITIS AKUT

DENGAN APPENDISITIS PERFORASI DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK


PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017-2019

Mizar Erianto1, Ringgo Alfarisi2, Wahyu Wijaya3

1
Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
2
Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
3
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Abstract: Comparison of Blood Leukocyte Counts in Acute Appendicitis Patients


and Perforated Appendicitis in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province in
2017-2019. Appendicitis or inflammation of the appendix is inflammation of the
appendix vermiformis which is episodic and disappearing for a long time. Acute
appendicitis is a sudden inflammation of the appendix that gives a local sign,
accompanied or not accompanied by local peritonieum stimulation while perforated
appendicitis is rupture of an appendix that has gangrene that causes pus into the
abdominal cavity so that there is general peritonitis where the perforated wall appears
perforated surrounded by tissue necrotic.The purpose of this study isfind out the
comparison of blood leukocyte counts in patients with acute appendicitis and perforation.
This type of research is quantitative with observational analytic research design with
sampling using total purposive sampling. Retrieval of data using secondary data that is
taking the results of blood leukocytes in the medical records of research respondents.
Bivariate analysis using test Independent T-test. The population of 117 samples had
appendicitis with a total of 56 samples, each with 28 Acute Appendicitis samples and 28
Perforated Appendicitis samples. Bivariate test results found that the p-value = 0.000 is
smaller than 0.05 (0.000 <0.05). Where shows the significant difference in the number
of leukocytes in the acute appendicitis group with perforated appendicitis group.

Keyword: Acute Appendicitis, Perforated Appendicitis, Leukocyte

Abstrak : Perbandingan Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien Appendisitis Akut


Dengan Appendisitis Perforasi Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2017-2019. Appendisitis atau peradangan pada usus buntu adalah peradangan
pada appendiks vermiformis yang bersifat episodic dan hilang timbul dalam waktu yang
lama. Apendisitis akut merupakan peradangan mendadak pada apendiks yang
memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal
sedangakan Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum
dimana pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan jumlah leukosit darah pada
pasien appendisitis akut dan perforasi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain penelitian analitik observasional dengan pengambilan sampel menggunakan total
purposive sampling. Pengambilan data menggunakan data sekunder yaitu mengambil
hasil leukosit darah pada rekam medik responden penelitian. Analisis bivariat
menggunakan uji Independen T-test. Jumlah populasi 117 sampel mengalami
appendisitis dengan jumalh sampel didapatkan 56 sampel, masing-masing terdapat 28
sampel Appendisitis Akut dan 28 sampel Appendisitis Perforasi. Hasil uji bivariat
didapatkan bahwa p-value = 0.000 lebih kecil dari 0.05 (0.000< 0.05). Dimana
menunjukan adanya perbedaan bermakna jumlah leukosit kelompok apendisitis akut
dengan kelompok Apendisitis perforasi.

Keyword: Appendisitis Akut, Appendisitis Perforasi, Leukosit


PENDAHULUAN
Appendisitis atau peradangan abdomen (Departemen Kesehatan,
pada usus buntu adalah peradangan 2015).
pada appendiks vermiformis yang Prevalensi Appendisitis akut di
penyebabnya masih di perdebatkan. Indonesia berkisar (24,9%) kasus per
Beberapa penelitian mengungkapkan 10.000 populasi. Appendisitis ini bisa
bahwa hal ini dengan adanya menimpa pada laki-laki maupun
peradangan atau sumbatan pada perempuan dengan risiko menderita
appendiks yang bersifat episodic dan appendisitis selama hidupnya mencapai
hilang timbul dalam waktu yang lama. 7-(8%). Prevalensi tertinggi terjadi pada
Appendisitis merupakan salah satu kasus usia 20-30 tahun. Appendisitis perforasi
tersering dalam bidang bedah abdomen memiliki prevalensi antara (20-30%)
yang menyebabkan nyeri abdomen akut dan meningkat (32-72%) pada usia lebih
dan memerlukan tindakan bedah segera dari 60 tahun dari semua kasus
untuk mencegah komplikasi yang Apendisitis (Gunawan, 2018).
umumnya berbahaya seperti Berdasarkan data presurvey di RSUD Dr.
gangrenosa, perforasi bahkan dapat H. Abdul Moeloek tahun 2017–2019
terjadi peritonitis generalisata (Amalina, terdapat 116 kasus penderita
2018). Penyumbatan akan menyebabkan Appendisitis. Pada tahun 2017 terdapat
lumen usus buntu terhambat, sehingga 59 kasus penderita Appendisitis. Tahun
bakteri menumpuk di usus buntu dan 2018 terdapat 36 kasus penderita
menyebabkan peradangan akut dengan appendisitis. Dan tahun 2019 terdapat
perforasi dan pembentukan abses (Ferris 21 kasus penderita appendisitis.
et al., 2017). Patofisiologi Appendisitis perforasi
Terdapat 259 juta kasus berjalan cepat, sebanyak (20%)
appendisitis pada laki-laki di seluruh prevalensi appendisitis perforasi terjadi
dunia yang tidak terdiagnosis, cepat berada di kisaran 38-48 jam
sedangkan pada perempuan terdapat setelah penderita mengalami gejala.
160 juta kasus appendisitis yang tidak Angka kematian yang dilaporkan karena
terdiagnosis. Tujuh persen populasi di penyakit ini adalah (0,3%) dan
amerika serikat menderita appendisitis meningkat (6,5%) pada kasus perforasi
dengan prevalensi 1,1 kasus tiap 1000 (Vishal et al, 2010). Penegakan
orang pertahun. Angka kejadian diagnosis appendisitis ini dengan
appendisitis akut mengalami kenaikan anamnesis dan gejala dan pemeriksaan
dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000 dari fisik. Mendiagnosis appendisitis, peranan
tahun 1993 sampai 2008 (Buckius et al., utama ialah anamnesa dan pemeriksaan
2011). Appendisitis dapat ditemukan fisik dimana sekitar (76-80%) (Amalina,
pada semua umur hanya pada anak- 2018).
anak ≤ 1 tahun jarang dilaporkan. Nyeri hilang timbul dan tumpul
Angka kejadian appendisitis di Indonesia pada regio epigastrium adalah tanda
dilaporkan sekitar 95/1000 penduduk gejala yang timbul pada appendisitis
dengan jumlah kasus sekitar 10 juta akut. Lokasi nyeri berpindah pada titik
setiap tahunnya dan merupakan McBurney, disertai mual, muntah dan
kejadian tertinggi di ASEAN. Kejadian anoreksia. Jika diabaikan dalam waktu
Appendisitis akut di negara berkembang lama akan menimbulkan komplikasi.
tercatat lebih rendah dibandingkan Penegakan diagnosis dan penanganan
dengan negara maju. Di Asia Tenggara, yang lama akan berakibatkan fatal dan
Indonesia menempati urutan pertama meningkatkan terjadinya appendisitis
sebagai angka kejadian Appendisitis perforasi. Kesulitan dalam
akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%, mendiangnosis terjadi pada pasien
diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan lansia, maka dari itu diperlukan
Vietnam sebesar 0.02%. Dari hasil pemeriksaan penunjang. Beberapa
Survey Kesehatan Rumah Tangga pemeriksaan penunjang dapat berupa
(SKRT) tahun 2014 di Indonesia, utrasonography (USG), Computed
Apendisitis menempati urutan tertinggi Tomography (CT Scan), dan hitung jenis
di antara kasus kegawatdaruratan leukosit darah.
Salah satu pemeriksaan darah. Hal ini digunakan untuk
laboratorium yang cepat dan murah mendukung diagnosa appendisitis akut
adalah pemeriksaan jumlah leukosit
dan appendisitis perforasi. Pada sampling total purposive sampling
pemeriksaan jumlah leukosit di dapatkan didapatkan 56 sampel dimana masing-
keadaan leukositosis pada pemeriksaan masing terdapat 28 sampel Appendisitis
laboratorium. Dilaporkan prevalensi akut dan 28 sampel Appendisitis
perforasi sekitar (60%) pada penderita perforasi yang didapatkan melalui data
diatas usia 60 tahun. Jumlah sel darah primer yaitu rekam medik reaponden.
putih akan meningkat >10.000/mm3
dan hitung jenis leukosit darah terdapat
HASIL
pergeseran ke kiri pada pasien
apendisitis akut. Menurut John H dkk, Berdasarkan penelitian yang
didapatkan keadaan leukosit yang dilakukan didapatkan hasil sebagai
meningkat mencapai 13.000/mm3 berikut. Berdasarkan karakteristik
merupakan salah satu gejala dari responden berupa usia dan jenis kelamin
apendisitis akut. Pemeriksaan jumlah sel sebagai berikut :
darah putih mempunyai angka
sensitivitas, dan spesifisitas ialah
(97,82%) dan (55,55%). Pada
Apendisitis perforasi pasien jumlah
leukosit akan meningkat >18.000
sel/mm3. Adapun menurut Goulart RN
dkk, apendisitis perforasi jumlah
leukosit darah lebih dari atau sama
dengan 20.000 sel/mm3.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analitik
observasional dengan pendekatan cross Gambar 1. Distibusi Frekuensi Usia
sectional. Tujuannya adalah untuk Pasien Appendisitis Akut dan
mengetahui perbandingan jumlah Perforasi
leukosit Appendisitis akut dan Dari gambar 1. jumlah pasien
Appendisitis perforasi di RSUD Dr. H. Appendisitis akut yang berusia di bawah
Abdul Moeloek tahun 2017-2019. 45 tahun sebanyak 25 orang (89%) dan
Populasi penelitian ini adalah di atas 45 tahun sebanyak 3 orang
seluruh responden yang mengalami (11%). Sedangkan jumlah pasien
Appendisitis di RSUD Dr. H. Abdul apendisitis perforasi yang berusia di
Moeloek tahun 2017-2019 dengan teknik bawah 45 tahun sebanyak 21 orang
pengambilan sampel menggunkan teknik (75%) dan di atas 45 tahun sebanyak 7
orang (25%).

Jenis Appendistis Akut Appendistis Perforasi


Kelamin N % N %
Perempuan 17 60.7% 8 28.6%
Laki-laki 11 39.3% 20 71.4%
Total 28 100.0% 28 100.0%
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Frekuensi Usia Pasien
Pada Pasien Appendistis Akut Dan
Apendisitis
Appendistis Perforasi Di RSUD Dr. H. Abdul
25
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017- 21
2019 25
20 < 45 thn
15 >= 45 thn
7
10 3
5
0
akut Perforasi
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat sedangkan jenis kelamin kelompok
jenis kelamin kelompok pasien pasien apendisitis perforasi sebagian
apendisitis akut sebagian besar berjenis besar adalah laki-laki sebanyak 20 orang
kelamin perempuan sebanyak 17 orang (71.4%)
(60.7%),
Karakteristik N Min Mak Mean Standar Deviasi
Jumlah Leukosit (mm3) 28 3.500 23.850 10.223 3.864
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Rerata Jumlah Leukosit Pasien Appendisitis Akut
Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017-2019

Dari hasil analisis tabel 4.3 adalah 3.864, dimana jumlah leukosit
didapatkan bahwa rerata jumlah leukosit terendah 3.500 mm3 dan tertinggi
pasien apendisitis akut adalah 10.223 23.850 mm3
mm3 dengan nilai standar deviasi

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Rerata Jumlah Leukosit Pasien Appendisitis


Perforasi Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017-2019
Karakteristik N Min Mak Mean Standar Deviasi
Jumlah Leukosit (mm3) 28 6.800 27.100 15.056 4.942

Dari hasil analisis tabel 4.4 4.942, dimana jumlah leukosit terendah
didapatkan bahwa rerata jumlah leukosit 6.800 mm3 dan tertinggi 27.100 mm3
pasien apendisitis perforasi adalah
15.056 mm3 dengan nilai standar deviasi
adalah

Tabel 4. Perbandingan Jumlah Leukosit Pada Pasien Appendistis Akut dan


Appendistis Perforasi Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2017-2019
Jumlah Leukosit N Mean Std. Deviation P value
Apendisitis Akut 56 10.223 ± 3864.59 0,000
Apendisitis Perforasi 28 15.056 ± 4942.44

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 2001). Sedangkan untuk jenis kelamin
bulan Februari 2020 dengan dapat dilihat kelompok pasien apendisitis
menggunakan responden sebanyak 56 akut sebagian besar berjenis kelamin
orang. Berdasarkan hasil penelitian di perempuan sebanyak 17 orang (60.7%),
atas usia pasien kelompok apendisitis sedangkan jenis kelamin kelompok
akut rata-rata berusia 25.67 tahun (Std pasien apendisitis perforasi sebagian
= 13.28) dengan usia termuda 7 tahun besar adalah laki-laki sebanyak 20 rang
dan usia tertua 58 tahun. Sedangkan (71.4%). Hubungan tingginya insiden
usia pasien kelompok apendisitis dengan jenis kelamin belum dapat
perforasi rata-rata berusia 29.35 tahun diketahui penyebab yang jelas karena
(Std =20.77) dengan usia termuda 5 secara anatomi bentuk apendiks laki-laki
tahun dan usia tertua 88 tahun. dan perempuan sama (Marisa, 2011).
Apendisitis merupakan penyakit yang Namun perlu diketahui pada perempuan
sering terjadi pada dewasa muda. sering ditemukan kasus paendisitis akut
Penyakit ini jarang terjadi pada anak- karena adanya positif palsu sebanyak
anak dan orang tua. Insiden apendisitis (20%) terutama pada wanita usia 20-40
semakin meningkat pada pasien di akhir tahun. Positif palsu adalah keadaan
usia belasan dan 20-an (Townsend, pasien menunjukkan apendisitis tapi
hasil pemeriksaan patologi anatomi baik berupa temuan fisik, pemeriksaan
bukan apendisitis yang disebabkan laboratorium maupun pemeriksaan
masalah ginekologis mirip apendisitis. radiografi. Salah satu pemeriksaan
Hal itu mungkin terjadi karena tindakan laboratorium yang sering digunakan
bedah harus dilakukan dengan cepat adalah pemeriksaan jumlah leukosit
sementara penegakan diagnosis belum darah. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan dengan baik (Dani, 2014). digunakan dalam membantu
Dari hasil penelitian di atas dapat mendiagnosis apendisitis. Pasien
diketahui bahwa rata-rata jumlah dengan apendisitis pada umumnya
leukosit kelompok apendisitis akut mengalami leukositosis, yaitu
adalah 10223 mm3 dengan standar peningkatan jumlah leukosit diatas
deviasi 3864.59 mm3, sedangkan rata- 10.000 sel/mm3. Berdasarkan penelitian
rata jumlah leukosit kelompok yang dilakukan Andi Baso (2015)
apendisitis perforasi adalah 15056 dengan menganalisis leukosit pada pada
dengan standar deviasi 4942.44 mm3, panedisits akut dan perforasi,
serta didapatkan nilai p-value = 0.000 memperoleh hasil jumlah leukosit
lebih kecil dari 0.05 (0.000< 0.05) yang 10.0000-18.0000 sel/mm3 banyak
menunjukan adanya perbedaan ditemukan pada pasien apendisits akut
bermakna jumlah leukosit kelompok sebesar (75.7%) dan jumlah leukosit
apendisitis akut dengan kelompok >18.000 sel/mm3 banyak ditemukan
apendisitis perforasi. Dari hasil pada pasien apendisitis perforasi sebesar
penelitian dia atas terdapat peningkatan (90.7%). Pada kasus perforasi,
rata-rata jumlah leukosit antara apendiks mengalami ruptur, pecah atau
kelompok apendisitia akut terhadap berlubang dan kemudian pus yang
apendisitis perforasi sebesar 4832 mm3. terdapat didalam lumen apendiks akan
Hasil penelitian di atas sejalan keluar menyebar ke organ-organ lain
dengan penelitian Sibue (2014) di RSUP maupun di dalam fosa apendiks
DR. Kariadi Semarang dimana diperoleh vermiformis sehingga dapat
nilai p-value=0.001 yang berarti mengakibatkan peritonitis, serta
terdapat perbedaan yang bermakna memungkinkan bakteri akan
antara jumlah leukosit pasien apendisitis berkembang dan menimbulkan infeksi
akut dengan apendisitis perforasi. Hasil yang lebih banyak. Keadaan tersebut
peneltian di atas sejalan juga dengan akan merangsang respon imun tubuh
penelitian Yusmaidi (2015) di mana dengan lebih banyak menghasilkan
diperoleh nilai p-value = 0.000. Hasil leukosit yang berfungsi sebagai
penelitian di atas sama halnya juga pertahanan terhadap agen-agen
dengan penelitin Sesa (2016) di Rumah infeksius. Jumlah leukosit dalam batas
Sakit Umum Anutapura Palu dimana normal yang banyak ditemukan pada
diperoleh nilai p-value =0.000 yang apendisitis akut dapat dipengaruhi
berarti ada perbedaan jumlah kadar pemakaian antibiotic secara bebas oleh
leukosit antara pasien apendisitis akut pasien sebelum masuk rumah sakit
terhadap pasien apendisitis preforasi. (Nasution, 2013).
Appendisitis merupakan salah Keterlambatan dalam
satu kasus tersering dalam bidang bedah mendiagnosis apendisitis akut dapat
abdomen yang menyebabkan nyeri meningkatkan terjadinya komplikasi
abdomen akut dan memerlukan tindakan berupa perforasi. Jumlah leukosit darah
bedah segera untuk mencegah akan meningkat dan terjadi leukositosis
komplikasi yang umumnya berbahaya ringan pada pasien dengan apendisitis
seperti gangrenosa, perforasi bahkan akut dan bahkan leukositosis akan
dapat terjadi peritonitis generalisata semakin berat pada pasien yang telah
(Amalina, 2018). mengalami perforasi (Farooqui, 2014).
Diagnosis apendisitis dapat Nyeri hilang timbul dan tumpul pada
dibuat berdasarkan beberapa temuan, regio epigastrium adalah tanda gejala
yang timbul pada appendisitis akut. Departemen Kesehatan RI. 2015. Riset
Lokasi nyeri berpindah pada titik Kesehatan Dasar. Jakarta:
McBurney, disertai mual, muntah dan Departemen Kesehatan.
anoreksia. Jika diabaikan dalam waktu Gunawan. 2018. Hubungan Rasio
lama akan menimbulkan komplikasi. Neutrofil dan Limfosit dengan
Penegakan diagnosis dan penanganan Apendisitis akut di RSUD Pasar
Minggu Tahun 2018-2019
yang lama akan berakibatkan fatal dan
[skripsi].
meningkatkan terjadinya appendisitis
Marisa, H. I., & RS, M. 2011. Batas
perforasi. Salah satu pemeriksaan angka leukosit antara appendisitis
laboratorium yang cepat dan murah akut dan appendisitis perforasi di
adalah pemeriksaan jumlah leukosit rumah sakit umum daerah
darah. Hal ini digunakan untuk tugurejo semarang selama Januari
mendukung diagnosa appendisitis akut 2009–Juli 2011. Jurnal Kedokteran
dan apendisitis perforasi. Keterlambatan Muhammadiyah, 1.
dalam mendiagnosis apendisitis akut Nasution, A. P. 2013. Hubungan antara
dapat meningkatkan jumlah leukosit Jumlah Leukosit dengan Apendisitis
darah Peningkatan leukosit dalam darah Akut dan Apendisitis Perforasi di
menujukkan adanya proses infeksi atau RSU Dokter Soedarso Pontianak
tahun 2011. Jurnal Mahasiswa
peradangan dalam tubuh. Apendisitis
PSPD FK Universitas
menandakan adanya proses peradangan
Tanjungpura, 1(1).
pada apendiks. Sesuai dengan fungsinya
Sesa, W. C., & Sabir, M. PERBANDINGAN
dalam pertahanan tubuh, leukosit akan ANTARA SUHU TUBUH, KADAR
bermigrasi dari lumen pembuluh darah LEUKOSIT, DAN PLATELET
ke tempat yang mengalami radang DISTRIBUTION WIDTH (PDW)
untuk mefagosit kan, sehingga saat PADA APENDISITIS AKUT DAN
proses peradangan berlangsung terjadi APENDISITIS PERFORASI DI
peningkatan jumlah semakin tinggi RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA
jumlah leukosit menandakan proses PALU TAHUN 2014. Healthy
peradangan yang hebat dan semakin Tadulako Journal (Jurnal
luas daerah peradangannya. Selain itu, Kesehatan Tadulako), 2(2): 24-32.
usia dan onset peradangan juga Sjamsuhidajat R. 2007. Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC.
mempengaruhi jumlah leokosit di dalam
Jakarta
tubuh (Sjamsuhidajat, 2007).
Townsend, M. S., Peerson, J., Love, B.,
Achterberg, C., & Murphy, S. P.
DAFTAR PUSTAKA 2001. Food insecurity is positively
Amalina A. 2018. Hubungan Leukosit Pre related to overweight in
Operasi Dengan Kejadian women. The Journal of
Komplikasi Pasca Operasi nutrition, 131(6): 1738-1745.
Apendiktomi Pada Pasien Vishal, C et,al. 2010. Procalcitonin as the
Apendisitis Perforasi Di RSUP DR. biomarker of Inflammation in
M. Djamil Padang. Jurnal diagnosis of appendicitis in
Kesehatan Andalas, 7(4): 491-497. pediatric patients and prevention
Buckius, M. T., McGrath, B., Monk, J., of unnecessary appendectomies,
Bell, T., & Ahuja, V. 2011. Indian J Surg, :136–141
Changing Epidemiology of Acute
Appendicitis in The United States:
Study Period 1993-2008. J Surg
Res , 185-190
Dani, PC. 2014. Karakteristik Penderita
Apendistis Akut Di Rumah Sakit
Immanuel Bandung Periode 1
Januari 2013-30 Juni 2013. E-
Jurnal Maranatha.

You might also like