You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis merupakan infeksi yang disebabkan bacteria. Dan factor

pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendisitis. Selain itu

hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendisitis, dan cacing

askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendisitis

karena parasit. Infeksi juga bisa mengakibatkan komplikasi apabila tidak

segera mendapatkan tindakan bedah segera untuk penanganannya

(E.histolytica).

apendisitis disebabkan mula-mula oleh sumbatan lumen, obstruksi

lumen apendisitis disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hyperplasia

jaringan limfoid submukosa. Feses yang terperangkap dalam lumen

apendisitis mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya

sebagai kausa sumbatan. Sumbatan lumen apendisitis menyebabkan keluhan

sakit disekitar umbilicus dan epigastrium, nausea dan muntah.

Menurut WHO (world health organization), tujuh persen penduduk

dinegara barat menderita apendisitis dan terdapat lebih dari 200.000

apendiktomi dilakukan di amerika serikat setiap tahunnya. WHO

menyebutkan insidensi apendisitis di asia dan afrika pada tahun 2004 adalah

4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. menurut departemen kesehatan

RI pada tahun 2006, apendisitis menempati urutan ke empat penyakit


terbanyak diindonesia setelah dispepsia, gastritis dan duodenitis, dan penyakit

sistem cerna lain dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040..

Apendisitis yang tidak segera di tatalaksan akan menimbulkan

komplikasi. Salah satu komplikasi yang membahayakan adalah perforasi.

Perforasi apendisitis berhubungan dengan tingkat mortalitas yang tinggi.

Pasien yang mengalami apendisitis akut angka kematiannya hanya 1,5%,

tetapi ketika telah mengalami perforasi angka ini meningkat mencapai 20%-

35% (vasser, 2012; Riwanto et al.,2010)

Angka kejadian apendisitis didunia cukup tinggi yaitu 321 juta kasus

tiap tahun. Data yang dirilis oleh departemen kesehatan RI pada tahun 2008

jumlah penderita apendisitis diinonesia mencapai 591.819 orang dan

meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Tahun 2009 tercatat, 2.159

orang di jakarta yang dirawat dirumah sakit akibat apendisitis

(ummualya,2008). melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak

kasus apendisitis yang tidak dilaporkan, departemen kesehatan menggangap

apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan ditingkat lokal dan nasinal

karena memmpunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat ( Departemen

kesehatan RI,2008 )

Apendisitis sering terjadi baik pada anak anak maupun orang dewasa.

Insiden tertinggi apendisitis pada laki laki adalah pada umur 10-14 tahun

dengan angka kejadian 27,6% kasus per 10.000 populasi. Sedangkan insiden

tertinggi untuk perempuan yaitu pada usia 15-19 tahun dengan angka

kejadian 20,5% kasus per 10.000 populasi, dan insiden terendah terjadi pada
bayi, berdasarkan World Health Organization (2004), angka mortalitas akibat

apendisitis adalah 22.000 jiwa, dan di mana populasi laki laki lebih banyak

dibanding perempuan. Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000 jiwa pada

laki laki dan perempuan sekitar 10.000 jiwa (dikutip dalam jurnal zulfikar, et

al, 2013).

Berdasarkan jurnal keperawatan yang ditulis oleh I Made widastra, I Gede

ardy wiranata, Dkk 2013. Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks

yang mengenai seluruh organ tersebut (price & wilson, 2006), apendisitis juga

merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi. Walaupun dapat

terjadi di setiap usia, namun insiden yang paling sering terjadi adalah pada

usia remaja dan deawasa muda ( price & wilson, 2006 ). Insiden terjadinya

apendisitis akut di amerika serikat dengan insiden 1,1 kasus tiap 1000 orang

pertahun (Eylin, 2009). Kasus apendiktomi di valencia, sepanyol selama

periode 10 tahun (1998-2007) teridentifikasi terjadi 44,683 kasus untuk

apendiktomi (Andreu,et,al, 2009). Menurut Departemen kesehatan RI tahun

2009, jumlah psien yang menderita penyakit apendisitis diindonesis berjumlah

sekitar 27% dari jumlah penduduk indonesia.

Sumber lain juga menyebutkan pada ank usia < 1 tahun, hampir

seluruhnya mengalami perforasi. Pada anak berusia < 2 tahun insidennya

menurun menjadi 94%, dan anak anak berusia < 6 tahun insidennya turun lagi

menjadi 60%-65% (craig,2012)

Insiden perforasi pada usia diatas 60 tahun dilaporkan sekitar 60%.

penelitian yang pernah dilakikan oleh Omari et al (2013) memmbuktikan


bahwa sekitar 41% pasien apendisitis berusia di atas 60 tahun mengalami

perforasi.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai cita cita bangsa sebagaimana

yangdi maksud dalam pancasila UUD 1945. Namun pada kenyataan nya

seseorang bisa mengalami penyakit, salah satu nya penyakit apendisitis yang

sering dan banyak diderita warga indonesia (UU RI NO.36,2009)

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis

ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan klien yang mengalami post op

apendisitis dengan masalah nyeri akut”.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada apendisitis dengan masalah nyeri

akut di RSUD. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang mengalami apendisitis dengan nyeri

akut di RSUD. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Perawat mampu melaksanakan asuhan keperawatan medikal bedah

pada pasien post op apendisitis dengan masalah nyeri akut secara langsung

dan komprehensif.
2. Tujuan Khusus

Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post op

apendisitis dengan masalah nyeri akut

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

apendisitis dengan nyeri akut di RSUD.Abdul Moeloek

BandarLampung

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

apendisitis dengan nyeri akut di RSUD.Abdul Moeloek Bandar

Lampung

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

apendisitis dengan nyeri akutdi RSUD.Abdul Moeloek Bandar

Lampung

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

apendisitis dengan nyeri akut di RSUD.Abdul Moeloek Bandar

Lampung

e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami apendisitis dengan

nyeri akut di RSUD.Abdul Moeloek Bandar Lampung.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan ilmu keperawatan

Dari hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan

dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

keperawatan dalam masalah apendisitis dengan masalah nyeri akut.


2. Manfaat praktis

a. Perawat

Diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dalam penanganan paling

baik dalam kasus apendisitis dengan masalah nyeri akut.

b. Institusi Pendidikan

Sebagai sumber masukan bagi institusi dan rumah sakit untuk

melakukan pelayan yang maksimal bagi kesehatan pada klien husunya

apendisitis.

c. Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi rumah sakit dan sebagai acuan untuk membuat

asuhan keperawat yang baik khusunya apendisitis.

d. Pasien dan keluarga

1) Dapat terpenuhi kebutuhan aktifitas

2) Mampu membantu pemulihan kesehatan pasien.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI POST
OP APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT

OLEH :
YOLIAN BELIA CANDI
144012015085

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU-LAMPUNG
2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Apendisitis


1. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum
(cecum). infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (nurarif & kusuma, 2015).
Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering
terjadi. Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering.apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu selama
ini dikenal dan digunakan masyarakat kurang tepat, karena yang
merupakan usus buntu yang sebenarnya adalah sekum (andra saferi
wijaya,2013).
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen penyebab paling umum untuk
kutilang apdomen darurat (smelzer,2001). Apendisitis akut adalah
nyeri atau rasa tidakenak disekitar umbilicus berlangsung antara 1
sampai 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser kekuadran kanan
bawah (titik MC burney) dengan disertai mual, anoreksia dan muntah
(lindseth,2006.Nuha Medika, 2013).
2. Etiologi
Menurut (NANDA NIC-NOC 2015) apendisitis merupakan organ
yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender 1-2 ml
perhari yang normalnya disurahkan kedalam lumen dan selanjutnya
mengalir kesekum. Hambatan aliran lender

Menurut klafikasi :
a. Apendisitis akut merupakn infeksi yang disebabkan bacteria. Dan
factor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendisitis.
Selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor
apendisitis, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan
dan juga erosi mukosa apendisitis karena parasit (E.histolytica).
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut
kanan bawah yang mendorong dilakukan nya apendiktomi.
Kelainan ini terjadi bila apendisitis akut pertama kali sembuh
spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya
karena terjadi fibross dan jaringan parut.
c. Apendisitis kronis memiliki semua riwayat nyeri perut kana bawah
lebih dari duaminggu, radang kronik apendisitis secara
makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh didinding
apendisitis, sumbatan parsial atau lumen apendisitis, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi
kronik),dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.

3. Patofisiologi
apendisitis disebabkan mula-mula oleh sumbatan lumen, obstruksi
lumen apendisitis disebabkan oleh penyempitan lumen akibat
hyperplasia jaringan limfoid submukosa. Feses yang terperangkap
dalam lumen apendisitis mengalami penyerapan air dan terbentuklah
fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Sumbatan lumen
apendisitis menyebabkan keluhan sakit disekitar umbilikusdan
epigastriu, nausea dan muntah.
Proses selanjutnya ialah invasi kuman E.koli dan spesibakteriodes
dari lumen kelapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularis dan
akhirnya ke peritoneum parietalis sehingga terjadilah peritonitis local
kanan bawah suhu tubuh mulai naik.
Gangrene dinding apendisitis disebabkan oleh oklusi pembuluh
darah dinding apendisitis akibat distensi lumen apendik. Bila tekanan
intra lumen terus meningkat terjadi perforasi dengan ditandai kenaikan
suhu tubuh meningkat dan menetap tinggi.
Tahapan peradangan apendisitis :
1. Apendisitis akuta (sederhana, artinya tanpa perforasi)
2. Apendisitis akuta perforata (termasuk apendisitis gangrenosa,
karena gangrene dinding apendisitis sebenarnya sudah terjadi
mikroperforasi).

4. Manifestasi klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis
adalah nyeri samar (nyeri tumpul) didaerah epigastrium disekitar
umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan
rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan
menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih
kekuadran kanan bawah, ketitik Mc Burney (seperti gambar). Dititik
ini ini terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri
somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri
didaerah epiastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini di anggap berbahaya
karena bias mempermudah terjadinya perforasi (Nurarif, 2015).

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling)
rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang
(distensi).
2) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan nya dilepas juga akan terasa nyeri
(Blumberg isgn) yang mana merupakan kunci dan diagnosis
apendisitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai
diangkat tinggi-tinggi , maka rasa nyeri perut semakin parah
(psoas sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah
bila pemeriksaan dubur dan atau vagina meninbulkan rasa nyeri
juga.
5) Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
6) Pada apendisitis terletak pada retro sekal maka uji psoas akan
positif dan tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas,
sedangkan bila apendisitis terletak dirongga pelvis maka
obturator sin akan positif dan tanda perangsangan peritorium
akan lebih menonjol (Nurarif, 2015).
b. Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendisitis sudah mengalami perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan radiologi
- Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu).
- Ultrasonografi (USG) CT scan.
- Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan apendikogram.

6. Penatalaksanaan
Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah
apendoktomi. Keterlambatan dalam tatalaksana dapat
meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopik,
apendiktomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca
bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat
peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu
operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnose dan terapi pada
pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita.( Nurarif,
2015).

You might also like