You are on page 1of 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn MR DENGAN POST OP APP

DI KAMAR 10 A BANGSAL CENDANA


RS HARAPAN MAGELANG

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Guna Memenuihi Tugas Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Profesi Ners Semester 2 `
Dosen Pembimbing :
Ns. Eka Sakti W, M.Kep
Pembimbing Lahan:
Ririn Dwi F, S.Kep.,Ns

Oleh :

Dwi Istutik
21.0604.0015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn MR DENGAN POS OP APP
DI KAMAR 10 A BANGSAL CENDANA
RS HARAPAN MAGELANG

A. Konsep Apendicitis
1. Definisi
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat(Hidayat, 2020).
Apendisitis juga dikenal sebagai penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering
ditemukan dan memerlukan tindakan bedah mayor segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya (Sandy, 2010). Penyakit ini dapat dijumpai
di semua usia, namun paling sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun.
Tindakan apendiktomi ini dapat timbul berbagai masalah keperawatan, salah satu
diantaranya nyeri. Nyeri pasca bedah mungkin sekali disebabkan oleh luka
operasi. Pada setiap keluhan nyeri, terdapat suatu nosisepsidisuatu tempat pada
tubuh yang disebabkan oleh suatu noksa, baru kemudian mengalami sensasi nyeri
(Khairunnisa, 2017).
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks.
Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi hanya
untuk penyakit apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang
terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko
perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau abses (Wainsani & Khoiriyah, 2020).
Appendektomi merupakan pembedahan untuk mengangkat apendiks yang telah
meradang yang merupakan pengobatan yang paling baik bagi penderita
apendisitis. Tehnik tindakan appendektomi ada dua jenis, yaitu open
appendectomy adalah dengan cara mengiris kulit daerah McBurney sampai
menembus peritoneum dan laparoscopy appendectomy adalah tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan alat laparoscop yang dimasukan lewat lobang
kecil di dinding perut (Angelica S.O Siahaan1, Dwi Sartika Habeahan2,
Deltarianto Zalukhu3, 2021).
2. Etiologi
Obstruksi atau penyumbatan pada lumen apendiks menyebabkan radang apendiks.
Lendir kembali dalam lumen apendiks menyebabkan bakteri yang biasanya hidup
di dalam apendiks bertambah banyak. Akibatnya apendiks membengkak dan
menjadi terinfeksi. Sumber penyumbatan meliput:
a. Fecalith (Massa feses yang keras)
b. Benda asing (Biji-bijian)
c. Tumor apendiks
d. Pelekukan/terpuntirnya apendiks.
e. Hiperplasia dari folikel limfoid Penyebab lain yang diduga menimbulkan
apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit Entamoeba
histolytic(Putri, 2019).
3. Tanda dan gejala
manifestasi klinis apendisitis meliputi :
a. Nyeri abdomen periumbilikal, mual, muntah.
b. Lokalisasi nyeri menuju fosa iliaka kanan.
c. Pereksia ringan.
d. Pasien menjadi kemerahan, takikardi, lidah berselaput, halitosis.
e. Nyeri tekan (biasanya saat lepas) di sepanjang titik McBurney).
f. Nyeri tekan pelvis sisi kanan pada pemeriksaan per rektal.
g. Peritonitis jika apendiks mengalami perforasi.
h. Masa apendiks jika pasien datang terlampat(Prayogu, 2018).
4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks, dapat terjadi
karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith. Feses
mengeras, menjadi seperti batu (fecalith) dan menutup lubang penghubung
apendiks dan caecum tersebut. Terjadinya obstruksi juga dapat terjadi karena
benda asing seperti permen karet, kayu, batu, sisa makanan, biji-bijian.
Hiperplasia folikel limfoid apendiks juga dapat menyebabkan obstruksi lumen.
Insidensi terjadinya apendisitis berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid yang
hiperplasia. Penyebab dari reaksi jaringan limfatik baik lokal atau general
misalnya akibat infeksi virus atau akibat invasi parasit entamoeba. Carcinoid
tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi apendiks, khususnya jika tumor
berlokasi di 1/3 proksimal.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang di produksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Bila kemudian aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren dan
perforasi. Jika inflamasi dan infeksi menyebar ke dinding apendiks, apendiks
dapat ruptur. Setelah ruptur terjadi, infeksi akan menyebar ke abdomen, tetapi
biasanya hanya terbatas pada area sekeliling dari apendiks (membentuk abses
periapendiks) dapat juga menginfeksi peritoneum sehingga mengakibatkan
peritonitis(Putri, 2019).
5. Patway

Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup,
benda asing

Apendiksitis

Inflamasi

Edema ( berisi pus)

Infeksi

Peningkatan Apendik
Obs usus
Bakteri flora
usus (bawah kanan rongga
abdomen)

Abses
Konstipasi
sekunder
Rangsang syaraf
reseptor

Pelvis Diafragma Hati


Nyeri

Peningkatan jumlah
lekosit

Hipertermi
6. Klasifikasi
Apendisitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a. Apendisitis akut Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh
bakteria. Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks dan
cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasite (E. histolytica).
b. Apendisitis rekurens Apendisitis rekures yaitu jika ada riwayat nyeri berulang
diperut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan
ini terjadi bila serangan yang apendiksitis akut pertama kali sembuh spontan.
Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi
fibrosis dan jaringan parut.
c. Apendisitis kronis Apendiditis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri
perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks,
sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang setelah
apendiktomi(Prayogu, 2018).
7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pasca oprasi:
a. Perforasi apendiks
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui
praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul dari 36 jam
sejak sakit, panas lebih dari 38,5 derajat celcius, tampak toksik, nyeri tekan
seluruh perut dan leukositosis. Perforasi dapat menyebabkan peritonitis.
b. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas
pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum.
Aktivitas peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang
dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan
sirkulasi dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat,
nyeri abdomen, demam dan leukositosis.
c. Abses
Abses merupakan peradangan apendisitis yang berisi pus. Teraba masa lunak
di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Masa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini
terjadi bila apendisitis gangrene atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum(Prayogu, 2018).
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang apendiks meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
1) nspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling)rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
2) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri(Blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai bawah kanan dan paha diteku kuat/tungkai di
angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (proas sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. 5) Suhu
dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya
radang usus buntu.
5) Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan
tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.
b. Pemeriksaan Laboratorium Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga
10.000- 18.000/mm3. Jika peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan
apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
2) Ultrasonografi (USG)
3) CT Scan
4) Kausu kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan
apendikogram.(Prayogu, 2018).
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis meliputi:
a. Terapi Konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis
perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik.
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang apendiks. Pembedahan untuk
mengangkat apendiks disebut operasi appendectomy. Seorang ahli bedah
melakukan operasi menggunakan salah satu metode berikut :
1) Laparatomi
Tindakan laparatomi apendiktomi merupakan tindakan konvensional
dengan membuka dinding abdomen. Tindakan ini juga digunakan untuk
melihat apakah ada komplikasi pada jaringan apendiks maupun di sekitar
apendiks. Tindakan laparatomi dilakukan dengan membuang apendiks
yang terinfeksi melalui suatu insisi di regio kanan bawah perut dengan
lebar insisi sekitar 3 hingga 5 inci. Setelah menemukan apendiks yang
terinfeksi, apendiks dipotong dan dikeluarkan dari perut. Tidak ada standar
insisi pada operasi laparatomi apendiktomi. Hal ini disebabkan karena
apendiks merupakan bagian yang bergerak dan dapat ditemukan
diberbagai area pada kuadran kanan bawah. Ahli bedah harus menentukan
lokasi apendiks dengan menggunakan beberapa penilaian fisik agar dapat
menentukan lokasi insisi yang ideal. Ahli bedah merekomendasikan
pembatasan aktivitas fisik selama 10 hingga 14 hari pertama setelah
laparotomi. Sayatan pada bedah laparatomi menimbulkan luka yang
berukuran besar dan dalam, sehingga membutuhkan waktu penyembuhan
yang lama dan perawatan berkelanjutan. Pasien akan dilakukan
pemantauan selama di rumah sakit dan mengharuskan pasien mendapat
pelayanan rawat inap selama beberapa hari.
2) Laparascopi
Laparaskopi apendiktomi merupakan tindakan bedah invasive minimal
yang paling banyak digunakan pada kasus appendicitis akut. Tindakan
apendiktomi dengan menggunakan laparaskopi dapat mengurangi
ketidaknyamanan pasien jika menggunakan metode open apendiktomi dan
pasien dapat menjalankan aktifitas paska operasi dengan lebih efektif
(Putri, 2019).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan APP
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang: Klien mengatakan nyeri pada daerah
abdomen kanan bawah yang menembus kebelakang sampai pada
punggung dan mengalami demam tinggi.
3) Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien pernah mengalami operasi
sebelumnya pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah anggota keluarga ada yang
mengalami jenis penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system).
1) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
2) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD
>110/70mmHg; hipertermi.
3) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
4) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi dan pendarahan.
5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
6) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses
perjalanan penyakit.
7) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
8) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen.
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok,
penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama
frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2) Pola nutrisi dan metabolism. Klien biasanya akan mengalami gangguan
pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman
sampai peristaltik usus kembali normal.
3) Pola Eliminasi. Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya
konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK
ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi
alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh
anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4) Pola aktifitas. Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa
waktu lamanya setelah pembedahan.
5) Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri,
penglihatan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola Tidur dan Istirahat. Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang
sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
7) Pola Persepsi dan konsep diri. Penderita menjadi ketergantungan dengan
adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami
kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi
yang tidak stabil.
8) Pola hubungan. Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
9) Pemeriksaan diagnostic.
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum,
c) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
d) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan
non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau
untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
e) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
f) Pemeriksaan Laboratorium. (2) Darah : Ditemukan leukosit 10.000 –
18.0000 µ/ml. (3) Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan
eritrosit.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut (D.0077).
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma).
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan).
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
Gejala dan Kriteria :
a. Mayor :
(1) Subjektif : Mengeluh nyeri.
(2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
b. Minor :
(1) Subjektif :
(2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaphoresis.
2) Hipertermia (D.130).
Suhu tubuh meningkat di atas rentang tubuh normal.
Penyebab
a. Dehidrasi.
b. Terpapar lingkungan panas.
c. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker.)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan.
e. Peningkatan laju metabolisme.
f. Respon trauma.
g. Aktivitas berlebihan.
h. Penggunaan incubator.
Gejala dan Kriteria :
a. Mayor :
(1) Subjektif :
(2) Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal.
b. Minor :
(1) Subjektif
(2) Objektif: : Kulit memerah, kejang, takikardi, takpnea, kulit terasa
hangat.
3) Resiko Hipovolemia (D.0034).
Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan
atau intraseluler.
Factor resiko :
a. Kehilangan cairan secara aktif.
b. Gangguan absorsi cairan.
c. Usia lanjut.
d. Kelebihan berat badan.
e. Status hipermetabolik.
f. Kegagalan mekanisme regulasi.
g. Evaporasi.
h. Kekurangan intake dan output cairan.
i. Efek agen farmakologis
j. Evaporasi.
k. Kekurangan intake dan output cairan.
l. Efek agen farmakologis
4) Resiko Infeksi (D.0142).
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik. Factor
resiko :
a. Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus).
b. Efek prosedur infasif.
c. Malnutrisi.
d. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.
e. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer :
a) Gangguan peristaltic.
b) Perubahan sekresi HP.
c) Kerusakan integritas kulit.
d) Penurunan kerja siliaris. Ketuban pecah lama.
e) Ketuban pecah sebelum waktunya.
f) Merokok.
g) Status cairan tubuh.
f. Ketidak adekuatan pertahanan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan hemoglobin.
b) Imunosupresi.
c) Leukopenia.
d) Supresi respon inflamasi.
e) Vaksinasi tidak adekuat (PPNI, 2017).
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik(Prosedur oprasi).
(D.0077).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat nyeri (L.08066) menurun
dengan Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun.
2) Meringis menurun.
3) Sikap protektif menurun.
4) Gelisah menurun.
5) Frekuensi nadi membaik.
Intervensi:
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi :
1) Dentifikasi lokasi , karakteristik, durasi, frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala nyeri.
2) Identifikasi respon nyeri non verbal.
3) Identivikasi factor yang memperberat memperingan nyeri.
Terapeutik :
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
3) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
1) pemberian analgetik bila perlu.
b. Risiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis (D.0034)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Status cairan (L.0328) membaik
Dengan Kriteria Hasil :
1) Kekuatan nadi meningkat.
2) Membrane mukosa lembap
3) Frekuensi nadi membaik.
4) Tekanan darah membaik
5) Turgor kulit membaik.
Intervensi:
Manajemen hipovolemis ( I. 03116)
Observasi:
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
2) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik:
1) Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi peberian cairan IV
c. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat infeksi (L.14137) dengan
Kriteria Hasil :
1) Kebersihan tangan meningkat.
2) Kebersihan badan meningkat.
3) Demam, kemerahan, nyeri, bengkak menurun.
4) Kadar sel darah putih meningkat.
Intervensi:
Pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik.
2) Batasi jumlah pengunjung.
3) Berikan perawatan kulit pada area edema.
4) Cuci tangan seblum dan sesudah kontak dengan klien dan lingkungan
klien.
5) Pertahankan teknik aseptic pada klien beresiko tinggi.
Edukasi :
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
3) Ajarkan etika batuk.
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Potter, P., & Perry, 2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya(Hidayat, 2020).
5. Evaluasi
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Angelica iS.O iSiahaan1, iDwi iSartika iHabeahan2, iDeltarianto iZalukhu3, iChrismis


iNovalinda iGinting. (2021). THE iEFFECT iOF iBEFORE iAND iAFTER iEARLY
iMOBILIZATION iON iCHANGES iIN iPAIN iLEVEL iIN iCLIENTS iPOST
iOPERATION iOF i APPENDIX iIN iHOSPITALROYAL iPRIMA iYEAR i2021. 3(1), 6.

Hidayat, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis Yang Di Rawat
Di Rumah Sakit. In Jurnal Ilmiah Kesehatan. Retrieved from
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066

Khairunnisa. (2017). Asuhan Keperawatan pada Tn . I dengan Prioritas Masalah Kebutuhan


Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri pada Post Op Appendiktomi di RSUD Dr .
Pringadi Medan. Respiratori Institusi USU, 1–40. Retrieved from
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2710

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Prayogu, I. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati Rsud Kota Kendari Karya.
Retrieved from http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/1368

Putri, S. S. (2019). Karya ilmiah akhir asuhan keperawatan pasien. 116. Retrieved from
http://scholar.unand.ac.id

Wainsani, S., & Khoiriyah, K. (2020). Penurunan Intensitas Skala Nyeri Pasien Appendiks
Post Appendiktomi Menggunakan Teknik Relaksasi Benson. Ners Muda, 1(1), 68.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5488
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Dwi Istutik


Semester / Tingkat : 2/I
Teampat Praktek : Kamar 10 A Bangsal Cendana RS Harapan Magelang
Tanggal Pengkajian : Selasa, 1 Maret 2022 jam 14:30
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : Tn MR
2. Umur : TTL 13 april 1973/ 49 tahun
3. Alamat : Gloso gunung RT 15 RW 5 Magelang.
4. Pekerjaan : swasta
5. Agama : Islam
6. Tanggal Masuk RS : Senin, 28 Febuari 2022 jam 13:30
7. Nomor Rekam Medis : 180288
8. Diagnosa Medis : Post operasi apendicitis
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum
a) Alasan masuk rumah sakit: klien datang ke igd RS Harapan
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah terasa tajam menusuk
dengan skala 6 setiap 1 menit.
b) Tekanan darah : 132/82 mmhg
c) Nadi : 99 kali/menit
d) Suhu : 37,3 0c
e) Respirasi : 22 kali/menit
b. Riwayat masa lalu ( penyakit, kecelakaan dll): riwayat panas sudah 5
hari yang lalu.
c. Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan
1 Tidak ada

d. Kemampuan mengontrol kesehatan


a) Yang dilakukan bila sakit : periksa ke praktek dokter dan
puskesmas terdekat.
b) Pola hidup ( konsumsi alcohol/ olah raga): tidak mengkonsumsi
alcohol dan rutin olah raga setiap hari minggu dengan
bersepeda.
e. Faktor social ekonomi( penghasilan/ asuransi kesehatan,dll): memakai
asuransi bpjs kesehatan kelas 3.
f. Pengobatan sekarang
No Nama Dosis Kandungan Manfaat
obat
1 Futrol 20 Futrolit infus digunakan Memenuhi kebutuhan
it TPM untuk memenuhi karbohidrat, cairan,
infus kebutuhan karbohidrat, dan elektrolit pada
cairan, dan elektrolit sebelum, selama, dan
pada sebelum, selama, sesudah operasi.
dan sesudah operasi.
Mengatasi kondisi
Infus ini termasuk
dimana sejumlah
dalam golongan obat
cairan dan sodium
keras yang harus
tubuh hilang dalam
menggunakan resep
jumlah yang
dokter. Futrolit infus
seimbang (dehidrasi
mengandung natrim,
isotonik) dan
kalium, kalsium,
kehilangan cairan
magnesium, natrium
yang berada di luar
klorin, dan asetat
sel (cairan
ekstraseluler).
2 Broad 2x1 Antibiotic mengandung Mengobati infeksi
ced gram cefotaxim golongan bakteri
injeks cephalosporin
i
3 Onda 4mg/ Mengandung antagonis Mengobati mual
ncetro 12 reseptor 5HT3 muntah
n jam
injeks
i
4 Sanm 3x Paracetamol 500mg Menurunkan panas
ol 500m
g

g. Riwayat imunisasi
Tidak ada riwayat imunisasi.
Jenis imunisasi Ke 1 Ke 2 Ke 3
BCG Umur
Oleh
Komplikasi
Hepatitis B Umur Umur Umur
Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
DPT Umur Umur Umur
Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
Polio Umur Umur Umur
Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
Cmpak Umur
Oleh
Komplikasi
Imunisasi lain Jelaskan
yang pernah
dijalankan

2. NUTRITION
a. A ( Antropometri) meliputi BB,TB,LK,LD,LILA,IMT:
1) BB biasanya 70 kgDan BB sekarang 70 kg
2) Lingkar perut : tidak terkaji
3) Lingkar kepala : tidak terkaji
4) Lingkar dada: tidak terkaji
5) Lingkat lengan atas : tidak terkaji
6) TB: 155 cm
7) IMT : 70/ 170cmx170cm=70kg/1,7x1,7m= 70/ 2,89= 24,22 ( normal)
b. B( Biochemical) meliputi data labolatorium yang abnormal:
Leukosit: 21000
c. C( Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut,turgor kulit, mukosa bibir,
conjungtiva anemis/tidak:
Rambut hitam , lurus, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab
d. D ( Diet) meliputi nafsu jenis frekuensi makan yang diberikan selama
dirumah sakit:
Makan 3 kali sehari di rumah sakit dengan porsi sedang jenis bubur, lauk,
sayur buah. : nafsu makan bagus, 3 kali sehari sesuai dengan jadwal rs
porsi hanya sedikit berkurang.bubur lauk dan sayur serta buah.
e. E( Energi) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selama di RS :
Klien hanya tertiduran di tempat tidur, karena merasa sakit setelah
dilakukan operasi apendiktomi tadi malam.
f. F( Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi( kemampuan menelan,
mengunyah dll):
proses menelan dan mengunyah tidak mengalami kelainan.
a. Penilaian statsu gizi: pola asupan makanan selama di RS baik tidak ada
penurunan dalam asupan makanan.
g. Pola asupan cairan: minum makan dan infus.
h. Cairan masuk:
Hari 1:
Cairan masuk=oral+enteral+parenteral+ air metabolisme(5ccx70)
Total masuk infus dalam 24 jam =500 cc, minum = 400cc, injeksi= 14cc
Total cairan masuk= 500+400+14+ (5ccx70)=914+350= 1264cc
Hari ke 2
Total cairan masuk= 600cc+ 1000cc+ 350=1950cc
i. Cairan keluar:
Hari 1
Cairan keluar=BAB+urin+NGT+muntah+drain+IWL( 15ccxBB/24)
Total urine = 610cc, iwl= 1050tinja= -
Total cairan keluar= 610+ ( 15ccx70)=610+ 1050=1660cc
Hari ke dua
Total cairan keluar= 1100cc+ 1050= 2150cc
j. Penilaian status cairan ( balance cairan):
Hari pertama
Balance cairan = 1264-1660= -396cc
Hari kedua
Balance cairan = 1950-2150=-200cc
k. Pemeriksaan:
a) Abdomen inspeksi : simetris, kondisi dinding perut dalam batas
normal, terdapat luka post operasi hari pertama.
b) Auskultasi: peristaltic usus 20x/menit
c) Palpasi : terasa nyeri pada palpasi perut kanan bawah
d) Perkusi ukuran lien normal, tidak ada cairan dan massa, bunyi timpani,
3. ELIMINATION
a. Sistem urinary
1) Pola pengeluaran urine( frekuensi,jumlah,ketidaknyamanan): bak
siang hari kurang lebih 5 kali malam 1 kali dengan jumlah kurang
lebih 120 ml. tidak ada gangguan dalam proses eliminasi.
2) Riwayat kelainan kandung kemih: tidak ada
3) Pola urine ( jumlah, warna,kekentalan,bau): 5 kali siang hari untuk
malam 1 kali, warna kekuningan jernih bau khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine: tidak ada retensi maupun
distensi
b. Sistem gastroentestinal
1) Pola eliminasi : belum bab selama di rs
2) Konstipasi dan factor penyebab konstipasi: tidak mengalami
konstipasi.
c. Sistem integument
1) Kulit(integritas kulit/ hidrasi/ turgor/ warna/ suhu): akral hangat,
turgor kulit kemerahan.
4. ACTIVITY/ REST
a. Istirahat/ tidur
1) Jam tidur: selama di rs banyak tidur, siang kira-kira 2 jam untuk
malam kira-kira 8 jam
2) Insomnia: Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam
prosestidur.
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: berdoa sebelum tidur.
b. Aktivitas
1) Pekerjaaan: swasta
2) Kebiasaan olah raga: berolah raga bersepeda setiap minggu.
3) ADL
a) Makan: makan sendiri dengan bantuan keluarga.
b) Toileting: bisa sendiri dengan bantuan keluarga.
c) Kebersihan: terjaga kebersihannya
d) Berpakaian: dalam berpakaian klien dibantu perawat ataupun
keluarganya.
4) Kekuatan otot: kekuatan otot klien tidak mengalami kelemahan.
5) ROM: pasif/aktif: aktif
6) Resiko untuk cidera: tidak ada resiko terjadinya cidera.
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung: tidak ada
2) Edema ekstremitas: tidak ada
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring 132/82mmhg.
b) Duduk : tidak terkaji
4) Tekanan vena jugularis:-
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat.
b) Palpasi: ictus cordis teraba atau tidak: teraba
c) Perkusi : terdengar bunyi Pekak
d) Auskultasi : irama jantung reguler
d. Pulmonary respons
1) Penyakit system nafas: tidak ada
2) Penggunaan o2: tidak memakai o2
3) Kemampuan bernafas : tidak ada keluhan.
4) Gangguan pernafasan(batuk, suara nafas, sputum,dll): tidak ada
gangguan.
5) Pemeriksaan paru-paru:
a) Inspeksi: dada simetris
b) Palpasi: tidak teraba masa di dada
c) Perkusi: redup
d) Auskultasi: irama pernafasan reguler
5. PERCEPTION/ COGNITION
a. Orientasi/ kognisi
a) Tingkat pendidikan : Sarjana
b) Kurang pengetahuan : mengerti tentang penyakit apendicitis yang
dideritanya.
c) Pengetahuan tentang penyakit : mengerti tentang apendicitis yang
dideritanya.
d) Orientasi ( waktu,tempat orang): mengetahui tempat dan waktu dengan
tepat.
b. Sensasi/persepsi
a) Riwayat penyakit jantung : tidakaada
b) Sakit kepala : tidak mengalami sakit kepala
c) Penggunaan alat bantu : tidak memakai alat bantu dengar dan
penglihatan tidak memakai kaca mata.
d) Penginderaan : tidak mengalami perubahan dalam penginderaan
c. Comunication
a) Bahasa yang digunakan : indonesia dan jawa
b) Kesulitan berkomunikasi : tidak mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi.
6. SELF PERCEPTION
a. Self concept/ self esteem
a) Perasaan cemas/ takut : tidak mengalami kecemasan
b) Perasaan putus asa/ kehilangan : tidak mengalami putus asa
c) Keinginan untuk menciderai : tidak ada keinginan untuk menciderai
diri sendiri maupun orang lain
d) Adanya luka/ cacat : tidak ada luka atau cacat.
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
a) Status hubungan : menikah
b) Orang terdekat : anak dan istri
c) Perubahan konflik/peran : tidak ada
d) Perubahan gaya hidup : tidak ada
e) Interaksi dengan orang lain : mudah berinteraksi dengan perawat
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
a) Masalah/ disfungsi seksual : tidak pernah mengalami disfungsi sexual
b) Periode menstruasi :-
c) Metode KB yang digunakan : -
9. COPING/ STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
a) Rasa sedih/ cemas/ takut : klien merasa tenang karena sudah berada di
rumah sakit dan merasa tenang karena ada perawat dan dokter yang
merawatnya.
b) Kemampuan untuk mengatasi : berdoa
c) Perilaku yang menampakan cemas : tidak ada
10. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
a) Kegiatan keagamaan yang di ikuti : mengikuti solat berjamaah dan
pengajian.
b) Kemampuan untuk berpartisipasi ; mudah beradaptasi dengan perawat
c) Kegiatan kebudayaan : tidak mengikuti kegiatan kebudayaan
d) Kemampuan memecahkan masalah : dengan bantuan anak-dan
istrinya.
11. SAFETY/ PROTECTION
a. Alergi
a) Penyakit autoimun : tidak ada
b) Tanda infeksi : badan terasa panas, suhu 37,30 c
c) Gangguan thermoregulasi : riwayat panas 5 hari dirumah
12. Gangguan/ resiko ( komplikasi immobilisasi, jatuh aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipiglikeia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap): tidak mengalami resiko.
13. COMFORT
a. Kenyaman/ nyeri
a) Provokes ( yang menimbulkan nyeri) : luka bekas operasi app
b) Quality( bagaimana kualitasnya): tajam nenusuk
c) Regio( dimana letaknya) : perut
d) Scale( berapa skalanya) : 6
e) Time ( waktu): setiap jarak 1 menit.
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada
c. Gejala yang menyertai : mual, dan pusing.
14. GROWTH / DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : masa dewasa
b. DDST ( Form di lampirkan) : tidak ada
c. Terapi bermain (SAB dilampirkan) :tidak ada
C. DATA LABORATORIUM
Tanggal& Jenis Hasil Harga normal Satuan Inter
jam pemeriksaan pemeriksaan preta
si
28 Feb Antigen SARS- Negatif Negatif
2022jam CoV-2
10:57 WIB
28 Feb KIMIA
2022 jam SGOT 27,2 < 31 U/L
10:57WIB SGPT 28,7 <31 U/L
FAAL GINJAL
Ureum 33,5 20-40 Mg/dl

Creatinin 0,6 0,5-0,9 Mg/dl

IMUNO-
SEROLOGI
Tubex-TF Negatif <=2 negatif
3 Borderline
4-6 weak positif
6-10strong positif
28 Feb HEMATOLOGI
2022 jam HB 14,7 11,5-15,2 g/dl
10:57WIB Leukosit 21,0 3,5-10,0 10^3/
Trombosit 68 150-450 mm3
Hematokrit 41,8 37,0-45,0 10^3/
Eritrosit 4,81 4,00-5,40 mm3
MCV 82,0 77,0-91,0 %
MCH 26,9 24,0-30,0 10^6/
MCHC 32,8 32,0-36,0 mm3
RDW-CV 13,9 11,0-16,0 ℳm^3
RDW-SD 41,2 37,0-49,0 Pg
MPV 8,3 6,0-11,0 g/dl
PDW 10,4L 11,0-18,0 %
PCT 0,300 0,15-0,50 Fl
DIFFCOUNT ℳm^3
Limfisot% 19,9 0,0-100,0 dl
Monosit% 5,6 0,0-100,0 /
Neutrofil% 73,7 0,0-100,0

Eosinofi% 0,3 0,0-100,0 %

Basofl% 00,0-100,0 %

Neutrofil# 0,5 1,80-8,00 %

Limfisot# 17,01H 1,5-6,50 %

Monosit# 4,60 0,00-0,80 %

Eosinofi# 0,07 0,00-0,60 ribu/ul

Basofl# 0,12 0,00-0,20 ribu/ul


ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul
D. RADIOLOGI ( USG, RONTGEN)
EKG: Sinus Rhythm
USG : Apencicitis akut.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

ANALISA DATA

Nama inisial klien : Tn MR


No RM : 180288
Diagnosa Medis : Pos operasi apendicitis
Bangsal : Kelas 1 kamar 10A bangsal Cendana
No Tanggal DATA
dan jam DATA SUBYEKTIF ( GEJALA) DATA OBYEKTIF( TANDA)
pengkajian
1 Selasa, 1 1. Klien mengatakan mual dan pusing. Tekanan darah: 132/82 mmhg
maret 2. Klien mengatakan nyeri perut bekas operasi Nadi: 99 kali/menit
2022 jam terasa tajam menusuk dengan skala 6 setiap 1 Klien tampak meringis kesakitan sambil sesekali memegangi
15:30 menit. perutnya
Provokes ( yang menimbulkan nyeri) : luka bekas operasi app
Quality( bagaimana kualitasnya): tajam nenusuk
Regio( dimana letaknya) : perut
Scale( berapa skalanya) : 6
Time ( waktu): setiap jarak 1 menit.

2 Selasa, 1 1. Klien mengatakan habis operasi usus buntu Klien post operasi app hari 1
maret kemarin sore Ada luka bekas operasi di perut klien
2022 jam 2. Klien mengatakan badan terasa hangat Leukosit pre operasi 21000
15:30 Suhu 37,30c
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal Symtom Etiologi Problem Prioritas
dan jam
1 Selasa 1 DS: agen pencedera Nyeri akut (D.0077). 1
maret 1. Klien mengatakan mualdan pusing. fisik(Prosedur oprasi)
2022 jam 2. Klien Klien mengatakan nyeri perut
15:30 bekas operasi terasa tajam menusuk
dengan skala 6 setiap 1 menit.
DO:
Tekanan darah: 132/82 mmhg
Nadi: 99 kali/menit
Klien tampak meringis kesakitan sambil
sesekali memegangi perutnya.
2 Selasa 1 DS: Efek prosedur invasive Risiko 2
maret 1. Klien mengatakan habis operasi usus ( post operasi app) infeksi(D.0142).
2022 jam buntu kemarin sore
15:30 2. Klien emngatakan badan terasa panas
DO:
1. Klien post operasi app hari 1
2. Ada luka bekas operasi di perut klien
3. Leukosit pre operasi 21000
4. Suhu 37,30c
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT RENCANA KEPERAWATAN


Nama inisial klien : Tn MR
No RM : 180288
Diagnosa Medis : Post operasi apendicitis
Bangsal : Kelas 1 kamar 10A bangsal Cendana

No Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi Rasional


dan jam keperawatan
1 Selasa 1 Nyeri akut Tujuan : Setelah dilakukan (Manajemen nyeri I.08238)
maret B.D agen tindakan keperawatan  Mengetahui karakteristik
1. Identifikasi lokasi, karakteristik
2022 jam pencedera tingkat nyeri (L.08066) dari nyeri.
nyeri, durasi, frekuensi,
15:30 fisik(Prosedur menurun dengan Kriteria
intensitas nyeri
oprasi) Hasil :  Mengetahui derajat nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
(D.0077). 1. Keluhan nyeri
 Untuk mengetahui
menurun.
3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun. memperberat dan memperingan kwalifikasi nyeri.
3. Sikap protektif nyeri.
menurun..
 Untuk mengatasi nyeri
4. Frekuensi nadi
4. Berikan terapi non farmakologis pada klien
membaik.
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis: akupuntur,terapi musik
hopnosis, biofeedback, teknik
imajinasi terbimbing,kompres
hangat/dingin).
 Memberikan rasa nyaman
5. Kontrol lingkungan yang
terhadap klien.
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan).
6. Anjurkan memonitor nyeri
 Melatih kemandirian klien
secara mandiri.
dalam manajemen nyeri.
 Untuk mengatasi nyeri
7. Ajarkan teknik non farmakologis
pada klien
untuk mengurangi nyeri.
8. Kolaborasi pemberian analgetik,
 Untuk mengatasi nyeri
jika perlu.
pada klien
5.

2 Selasa 1 Risiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan Pencegahan infeksi (I.14539)


maret BD Efek tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi  Mengetahui adanya tanda-
2022 jam prosedur tingkat infeksi (L.14137) local dan sistemik. tanda infeksi
15:30 invasive dengan Kriteria Hasil : 2. Batasi jumlah pengunjung.  Mengurangi terjadinya
( post operasi 1. Kebersihan tangan rsiko infeksi.
app) meningkat. 3. Cuci tangan seblum dan sesudah  Mengurangi terjadinya
(D.0142). 2. Kebersihan badan kontak dengan klien dan rsiko infeksi.
meningkat. lingkungan klien.
3. Demam, kemerahan, 4. Jelaskan tanda dan gejala  Meningkatkan
nyeri, bengkak infeksi. pengetahuan klien
menurun. 5. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.  Mengurangi terjadinya
4. Kadar sel darah
rsiko infeksi.
putih membaik
6. Anjurkan meningkatkan asupan  Meningkatkan imunitas
nutrisi. klien.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT IMPLEMENTASI
Nama inisial klien : Tn MR
No RM : 180288
Diagnosa Medis : Pos operasi apendicitis
Bangsal : Kelas 1 kamar 10A bangsal Cendana

Hari pertama
No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
dan jam keperawatan
1 Selasa Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik DS:
1 maret B.D agen nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri Klien mengatakan pusing, nyeri pada bekas
2022 pencedera 2. Mengidentifikasi skala nyeri. operasi
jam fisik(Prosedur 3. Mengidentifikasi faktor yang Scale: 6,setiap jarak 1 menit.
14:30 oprasi) memperberat dan memperingan nyeri. DO:
(D.0077). Klien kelihatan meringis kesakitan
Klien kelihatan sesekali memegang perutnya

Selasa
1 maret 4. Memberikan terapi non farmakologis DS:

2022 untuk mengurangi rasa nyeri dengan Klien mengatakan pusing dan nyeri pada

jam akupresur titik hegu dan titik taichong perutnya mulai berkurang setelah diberi obat

16:30 30 kali putaran dalam 15 menit. minum dan di pijat oleh perawat, Skala 3
5. Melakukan kolaborasi pemberian obat Dan lama timbulnya.
peroral sanmol 500mg DO:
TD: 124/80 mmhg

2 Selasa Risiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi DS:


1 maret BD Efek local dan sistemik. Klien mengatakan mengetahu tanda-tanda
2022 prosedur 2. Membatasi jumlah pengunjung. terjadinya infeksi antara lain badan panas,
jam invasive 3. Mencuci tangan seblum dan sesudah kemerahan pada luka dan nyeri makin
15:30 ( post operasi kontak dengan klien dan lingkungan meningkat.
app) klien. Klien mengatakan akan mencuci tangan setiap
(D.0142). akan melakukan tindakan.
Klien mengatakan akan makan minum yang
Selasa 4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi. banyak.
1 maret 5. Mengajarkan cara mencuci tangan
2022 dengan benar. D0:
jam 6. Menganjurkan meningkatkan asupan Tidak ada tanda dan gejala infeksi
16:30 nutrisi. Suhu 36,40c

Hari Kedua
No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
dan jam keperawatan
1 Rabu 2 Nyeri akut 1. Mengontrol lingkungan yang DS:
maret B.D agen memperberat rasa nyeri (mis: suhu 1. Klien mengatakan lebih nyaman dan
2022 pencedera ruangan, pencahayaan,kebisingan). rilek
jam fisik(Prosedur 2. Menganjurkan memonitor nyeri secara 2. Klien mengatakan nyeri berkurang
16:00 oprasi) mandiri. skala menjadi 2
(D.0077). 3. Memberikan terapi non farmakologis 3. Klien mengatakan mengetahui cara
untuk mengurangi rasa nyeri dengan mengontrol nyeri dengan tehnik
akupresur pemijatan pada titik hegu dan pemijatan.
taichong 30 pijatan selama 15 menit. DO:
1. TD: 117/80 mmhg

2 Rabu 2 Risiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi DS:


maret BD Efek local dan sistemik. 1. Klien mengatakan tidak ada gejala
2022 prosedur 2. Membatasi jumlah pengunjung. infeksi seperti badan panas dll.
jam invasive 3. Menganjurkan meningkatkan asupan 2. .klien mengatakan akan makan yang
17:00 ( post operasi nutrisi. berprotein tinggi
app) DO:
(D.0142). 1. Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
2. Suhu 36,60c
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT EVALUASI
Nama inisial klien : Tn MR
No RM : 180288
Diagnosa Medis : Pos operasi apendicitis
Bangsal : Kelas 1 kamar 10A bangsal Cendana
Evaluasi hari pertama
No Tanggal Diagnosa Evaluasi ( SOAP) Paraf
dan jam keperawatan
1 Selasa 1 Nyeri akut B.D agen S:
maret pencedera Klien mengatakan pusing dan nyeri pada bekas operasi yang dirasakan mulai
2022 jam fisik(Prosedur berkurang setelah diberi obat minum dan di pijat oleh perawat.
17:00 oprasi) (D.0077). Klien mengatakan pusing dan nyeri perut mulai berkurang dengan skala3 dan
waktu timbulnya makin jarang.
O:
TD: 124/80 mmhg
Nadi: 84 x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Lanjutkan intervensi dengan pemberian akupresur.
2 Selasa 1 Risiko infeksi BD S:
maret Efek prosedur Klien mengatakan mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi antara lain badan
2022 jam invasive ( post panas, kemerahan pada luka dan nyeri makin meningkat.
17:00 operasi app) Klien mengatakan akan mencuci tangan setiap akan melakukan tindakan.
(D.0142). Klien mengatakan akan makan minum yang banyak.
O:
Tidak ada tanda infeksi
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi

Evaluasi hari ke 2
No Tanggal Diagnosa Evaluasi ( SOAP) Paraf
dan jam keperawatan
1 Rabu 2 Nyeri akut B.D agen S:
maret pencedera 1. Klien mengatakan lebih nyaman dan rilek
2022 jam fisik(Prosedur 2. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala2
17:30 oprasi) (D.0077). 3. Klien mengatakan mengetahui cara mengontrol nyeri dengan tehnik
pemijatan.
O:
TD: 117/80 mmhg
Nadi: 82 kali/menit
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi
2 Rabu 2 Risiko infeksi BD S:
maret Efek prosedur 1. Klien mengatakan tidak ada gejala infeksi seperti badan panas dll.
2022 jam invasive ( post 2. klien mengatakan akan makan yang berprotein tinggi
17:30 operasi app) O:
(D.0142). 1. Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi

You might also like