You are on page 1of 4

Laporan Pendahuluan

A. DEFINISI
1. Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm, melekat pada
sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendix berisi makanan dan mengosongkan diri
secara teratur ke dalam sekum. Karena pengsongannya tidak efektif dan lumennya kecil,
appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.

2. Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada umbai cacing (appendix) dan
merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat terjadi
pada semua umur baik laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering terjadi pada laki-
laki umur 10-30 tahun.

(Medina at all, 2011; Nurarif & Kusuma, 2015; Smeltzer & Bare, 2009)

B. ETIOLOGI APPENDICITIS
1. Appendicitis Akut
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan faktor pencetusnya disebabkan oleh
sumbatan lumen appendix. Selain itu hyperplasia jaringan limfe, fikalit (tinja/batu),
tumor appendix, dan cacing askarsis yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi
mukosa appendix karena parasit. (E. histolytica)
2. Appendicitis rekurens
Yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut kanan bawah yan mendorong dilakukannya
appendectomy . Kelainan ini terjadi bilang serangan apendisits akut pertama kali sembuh
spontan. Namun Appendicitis tidak kembalike bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan
jaringan parut.
3. Appendicitis kronis
Memiliki semua gejala riwayat nyeri parut kanan bawah lebih dari dua minggu. Radang
kronik appendix secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding
appendix, sumbatan parsial atau lumen appendix, adanya jarigan parut dan ulkus lama di
mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
C. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri samar daerah epigastrium di sekitar umblikus atau periumbilikus secara progresif
menuju ke kuadran kanan bawah abdomen yang bisanya disertai dengan demam, mual
dan muntah, selin itu dapat juga kehilangan nafsu makan
2. Nyeri akan beralih ke titik Mc Burney, di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas
letakknya sehingga merupakan nyeri somatic
3. Rebound tenderness (nyeri lepas tekan )
4. Tenderness (nyeri tekan) meluas dan spasme (kejang otot), serta kadang terjadi konstipasi
atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendix berada di rectal
6. Nyeri defekasi, bila appendix berada dekat rectal
7. Nyeri kemih, jika ujung appendix berada di ujung pelvis.
8. Klien sering terlihat tidak nyaman, bingung, dan mengigau
(Smeltzer & Bare, 2009; Venkatesh, 2007, Wright, 2013)

D. PENGKAJIAN
Pre Operasi
1. Pemeriksaan fisik abdomen
a. Inspeksi
Akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut di mana dinding perut
tampak mengencang.
b. Palpasi
Di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas
juga akan terasa nyeri (Blumberg sign).
2. Pemeriksaan PSOAS
Tindakan ini dilakukan dengan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/ tungkai diangkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah.
3. Pemeriksaan colok dubur
Peradangan semakin parah jika pemeriksaan dubur menimbulkan rasa nyeri.
Post Operasi
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
tampak adanya luka di kanan bawah bekas luka sayatan operasi
Palpasi
terjadi nyeri pada luka operasi.
Auskultasi
terjadi penurunan bising usus
4. Pemeriksaan kulit
Tampak adanya luka operasi disertai kemerahan. Turgor kulit akan membaik seiring
dengan peningkatan intake oral.
5. Ekstermitas atas dan bawah
Kekuatan otot dapat mengalami kelemahan karenatirah baring post operasi dan kekakuan.
6. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Setelah operasi klien mengeluh mual, muntah.
7. Kebutuhan eliminasi dan urin
Awal post operasi klien mengalami penurunan jumlah output urine karena adanya
pembatasan intake oral selama apendiktomi
(Webber & Kelley, 2009)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/ mm3. Jika terjadi
peningkatan lebih dari itu kemungkinan appendix sudah mengalami perforasi (pecah)
2. Ultrasonografi (USG)
Untuk melihat masa appendix dan jika masih ada keraguan untuk menyingkirkan
kelainan pelvis (kista ovarium)
3. Laparoskopi
Digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum dilakukan apendisektomi
pada wanita muda
4. CT scan
Pada pasien lanjut usia di mana ada penyebab lain yang masih mungkin

You might also like