You are on page 1of 18

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2021.12.

57-74
Tulisan Diterima: 08-02-2021; Direvisi: 16-03-2021; Disetujui Diterbitkan: 06-04-2021

PENCEGAHAN PAHAM RADIKALISME MELALUI OPTIMALISASI


PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
(Prevention of Radicalism Through Optimization Human Rights Education
in Indonesia)

Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto


Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta
okiwahju@gmail.com

ABSTRACT
The radicalism that is still developing in Indonesia received its own response from the Government
because it potentially threatens the country's integrity and damages the democratic process. Therefore,
the Government is trying to find preventive solutions to minimize this understanding. This paper aims to
provide input for relevant stakeholders to reform the system or the pattern of handling the prevention of
radicalism through a human rights perspective. This research is a normative juridice research with a
qualitative approach that aims to uncover facts, phenomena, and circumstances based on literature
studies. This paper describes that the Ministry of Law and Human Rights Republic Indonesia has a vital
role to prevent the spread of radicalism in Indonesia, such as to provide Human Rights Education to the
community. The substance of human rights education in question is focused on strengthening tolerance to
others and the values of Pancasila as the nation's ideology. This is important because education is
expected to erode radicalism through an approach that does not have potential threats and violence and
leads to human rights principles.
Keywords: prevention; radicalism; education; human rights.

ABSTRAK
Radikalisme yang berkembang di Indonesia mendapat tanggapan tersendiri oleh Pemerintah karena
dinilai berpotensi mengancam keutuhan negara dan merusak proses demokrasi yang memiliki respon
tersendiri. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya mencari solusi preventif untuk meminimalisir
pemahaman tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemangku kepentingan
terkait dalam rangka reformasi sistem atau pola penanganan pencegahan radikalisme melalui perspektif
HAM. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan
untuk mengungkap fakta, fenomena dan keadaan yang terjadi berdasarkan kajian literatur. Tulisan ini
menggambarkan bahwa Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia memiliki peran penting untuk
mencegah penyebaran radikalisme di Indonesia melalui pemberian Pendidikan HAM kepada masyarakat.
Substansi Pendidikan HAM yang dimaksud difokuskan pada penguatan toleransi kepada sesama dan
nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa. Hal ini penting karena dengan adanya pendidikan tersebut
diharapkan dapat mengikis paham radikalisme melalui pendekatan yang tidak memiliki potensi ancaman
dan kekerasan serta mengarah pada prinsip-prinsip ham.
Kata kunci: pencegahan; radikalisme; pendidikan; HAM.

57
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

PENDAHULUAN Selain itu, kasus kekinian terkait


dugaan keterlibatan WNI yang berkeinginan
Ideologi Pancasila dan Undang-Undang ke negara konflik juga terjadi di Negara
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Singapura. Seperti yang dikutip dari Tempo
yang menjadi pedoman ketatanegaraan di yang memberitakan bahwa Kementerian Luar
Indonesia kembali menghadapi ujian dengan Negeri RI telah melakukan komunikasi
berkembangnya paham radikalisme di Indonesia dengan otoritas berwenang Singapura terkait
akhir-akhir ini. Gerakan atau kelompok bervisi penahanan tiga TKI perempuan di negara
Khilafah seperti Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) tersebut atas dugaan melakukan tindakan
yang pada akhirnya dibubarkan oleh Pemerintah radikalisme. 2 Sebelumnya, Direktur
Indonesia, gerakan atau kelompok yang Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum
berafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha,
Syria (ISIS), munculnya penghinaan terhadap mengkonfirmasi bahwa KBRI Singapura
bendera negara, penghinaan terhadap agama telah menerima informasi dari Divisi
hingga penghinaan terhadap kepala negara Keamanan Internal Kementerian Dalam
menjadi beberapa contoh yang kerap kali Negeri Singapura (ISD) tentang terjadinya
mengarah pada paham radikalisme dan penangkapan terhadap empat TKI dengan
berpotensi melakukan upaya makar terhadap inisial nama RH, TM, AA, dan SS. Ke empat
pemerintahan yang sah. TKI itu ditangkap atas dugaan keterlibatan
Kekhawatiran pemerintah terhadap dalam kegiatan radikalisme, termasuk ikut
paham radikalisme menjadi logis mengingat mengirimkan sejumlah uang untuk
3
paham radikalisme dapat berpotensi menjadi mendukung kegiatan radikal.
suatu aksi terorisme. Pernyataan ini diperkuat Merespon hal tersebut, saat ini
oleh hasil studi Centre for Strategic Studies and pemerintah mengupayakan untuk membuat
International Studies (CSIS) bahwa jaringan suatu kebijakan yang bersifat preventif seperti
antara masyarakat Indonesia dengan ISIS yang disampaikan oleh Moeldoko bahwa
ditemukan melalui peran warga negara pemerintah sedang mempersiapkan peraturan
Indonesia deportan dari Syria, yakni mereka untuk menangani WNI yang kembali dan
yang terindikasi paham radikalisme dari Suriah.
[. . .] attempted to enter Syria to join the Hal ini agar tidak menebarkan virus
caliphate but failed to do so as they were caught radikalisme di Tanah Air serta
and returned to Indonesia in bordering mempersiapkan payung hukum untuk
countries (mostly Turkey). The number memantau WNI yang kembali dari Suriah. 4
estimated by the Ministry of Social Affairs, the
Ministry of International Affairs, and the 2018),
National Counter-Terrorism Agency (Badan https://www.researchgate.net/profile/Luca_Ma
Nasional Penanggulangan Terorisme, BNPT) is ncini/publication/228362326_Horizontal_ineq
around 500 individuals, with 72% of which uality_and_communal_violence_evidence_fro
being women and children. Although these m_Indonesian_districts/links/09e415124fab7e
people have not been found to be directly 2813000000/Horizontal-inequality-and-
communal-violence-evidence-from-
affiliated to ISIS, the lack of thorough
Indonesian-dist.
supervision the government has towards them 2
“3 TKI Di Singapura Diduga Terlibat ISIS, Ini
leaves the possibility of their contact with ISIS Reaksi Kemenlu,” Tempo.Co, last modified
or ISIS-affiliated groups in Indonesia wide open. 2019, accessed January 15, 2020,
It has been noted by several NGOs tasked to https://dunia.tempo.co/read/1252290/3-tki-di-
keep watch over. 1 singapura-diduga-terlibat-isis-ini-reaksi-
kemenlu/full&view=ok.
3
Ibid.
1
Fitriani et al., The Current State of Terrorism in 4
Gora Kunjana, “Moeldoko: Sedang Disiapkan
Indonesia: Vulnerable Groups, Networks, and Aturan Penanganan WNI,” Investor.Id, last
Responses, CSIS Working Paper Series (Jakarta, modified 2018, accessed January 15, 2020,

58
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

Secara lebih lanjut, Moeldoko mengatakan indikator. Keempat indikator itu antara lain
bahwa beliau akan rapatkan dengan Menlu tingkat intoleransi, fanatisme, eksklusivitas
(Retno Marsudi), Menkumham (Yasonna Laoly) dan revolusi.8
dan berbagai jajaran Kepolisian, BIN dan TNI
Melihat indikator yang telah
untuk menyikapi hal tersebut seperti bagaimana
dipaparkan sebelumnya, hal ini dapat menjadi
menyiapkan contingency plan (rencana
pedoman bagi penulis atau pihak terkait
darurat).5
untuk melakukan pencegahan agar paham
Akan tetapi, menurut Khamdan dalam radikalisme tidak menyebar secara masif di
Satriawan dkk, menyatakan bahwa gerakan Indonesia. Salah satu upaya yang telah
radikalisme sebagai suatu faham tidak selalu dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah
ditandai dengan aksi-aksi kekerasan namun melakukan program deradikalisasi.
dapat juga sebatas ideologi yang tidak Deradikalisasi bukanlah hal baru bagi
menggunakan cara-cara kekerasan. 6 Menurut Indonesia. Dalam konteks Gerakan Islam
pemahaman penulis, hal ini perlu penanganan radikal, deradikalisasi terhadap eks NII,
yang lebih mendalam untuk mencegah atau Komando Jihad, Mujahidin Kanyamaya,
menghilangkan paham radikalisme bagi Laskar Jihad dan lain-lain merupakan contoh
seseorang yang sudah terpapar paham tersebut. dan pembelajaran bagi kinerja yang saat ini
gencar dilakukan. 9 Pelaksanaan terhadap
Ada beberapa indikator seseorang dinilai
program yang dimaksud dinilai belum
memiliki paham radikalisme. Sebagai contoh
optimal karena potensi terhadap paham
yaitu yang disampaikan oleh Badan Nasional
radikalisme masih terus bermunculan dan
Penanggulangan Teroris (BNPT) yang
berkembang di kelompok masyarakat tertentu.
mengatakan bahwa ciri-ciri kelompok yang
Oleh karenanya, upaya tersebut perlu
patut dicurigai sebagai kelompok radikalisme
dioptimalisasi dengan pendekatan yang lain.
dan terorisme yakni eksklusif, intoleran, sering
Adapun pendekatan yang dimaksud adalah
melakukan nikah tanpa wali, mudah
pendekatan Hak Asasi Manusia (HAM)
mengkafirkan kelompok lain, bahkan enggan
dimana dengan pendekatan tersebut
salat di masjid yang bukan masjid kelompoknya,
diharapkan masyarakat sadar akan hak-hak
termasuk dalam melakukan salat Jumat. 7
orang lain disekitarnya sehingga potensi
Sementara, menurut Analis Kebijakan Divisi
untuk menyebarkan paham radikal dapat
Humas Polri, Kombes Sulistyo Pudjo Hartono,
diminimalisisasi bahkan dihilangkan.
mengatakan bahwa masyarakat yang sudah
terpapar paham radikal bisa dideteksi dari empat Dalam tatanan negara hukum yang
demokratis, konsepsi hak asasi manusia yang
dipahami telah memberikan standar dan
https://investor.id/archive/moeldoko-sedang- pendekatan yang dapat ditempuh ketika ada
disiapkan-aturan-penanganan-wni-dari- atau terjadi pertentangan antara kepentingan
suriah%0AMoeldoko: publik dan hak seseorang dimana
5
Ibid.
6 asas necessitas dan proporsionalitas harus
Iwan Satriawan, Muhammad Nur Islami, and
Tanto Lailam, “Pencegahan Gerakan dijadikan ukuran dalam mengatasi masalah
Radikalisme Melalui Penanaman Ideologi
Pancasila Dan Budaya Sadar Konstitusi Berbasis 8
Nur Azizah, “Empat Indikator Warga Terpapar
Komunitas,” Jurnal Surya Masyarakat 1, no. 2 Radikalisme,” Medcom.Id, last modified 2017,
(2019): 99–110. hlm. 100. accessed February 3, 2020,
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JSM/article/ https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/yb
view/4460 DRGJPK-empat-indikator-warga-terpapar-
7
Pebriansyah Ariefana, “5 Ciri Orang yang radikalisme.
Terpapar Radikalisme Versi BNPT,” Suara.Com, 9
Aan Aspihanto and Fatkhul Muin, “Sinergi
last modified 2018, accessed February 3, 2020, Terhadap Pencegahan Terorisme Dan Paham
https://www.suara.com/news/2018/09/27/071500/ Radikalisme,” Seminar Nasional Hukum
5-ciri-orang-yang-terpapar-radikalisme-versi- Universitas Negeri Semarang 3, no. 1 (2017):
bnpt. 73–90. hlm. 79.

59
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

tersebut. Hal ini disebabkan hasil uji dari menjadi satuan yang dapat dikelola, men-
pendekatan tersebut akan menghasilkan sejauh sintesiskan, mencari dan menemukan pola,
mana margin apresiasi kita sebagai bangsa menemukan apa yang penting dan apa yang
terhadap HAM. dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain”.12 Oleh karena
Berdasarkan latar belakang yang telah
itu, pada langkah ini, data yang diperoleh dari
dikemukakan sebelumnya, permasalahan dalam
bahan hukum sekunder dan bahan hukum
penelitian ini adalah bagaimana peran
tersier kemudian diolah menjadi sekumpulan
Kementerian Hukum dan HAM RI memberikan
data yang terpisah menurut kebutuhan untuk
Pendidikan Hak Asasi Manusia dalam men-
dapat menjawab pertanyaan yang telah
cegah paham radikalisme di Indonesia. Adapun
disusun sebelumnya. Setelah dipilah, data
tujuan tulisan ini adalah sebagai bahan masukan
tersebut selanjutnya di-check and recheck
bagi para stakeholder terkait dalam rangka
(triangulasi) untuk ditemukan titik tengah
pembaruan sistem atau pola penanganan
dan akurasi pendapat dari berbagai
pencegahan paham radikalisme melalui
pandangan sehingga menghasilkan suatu
perspektif hak asasi manusia.
kesimpulan sementara atau hasil penelitian
yang ada. Dengan kata lain, analisis data
penulisan ini didasarkan pada temuan data
METODE PENELITIAN sekunder dan data tersier yang
Penelitian ini merupakan penelitian diinterpretasikan oleh penulis sehingga
yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi
yang bertujuan untuk mengungkap fakta, sesuai dengan rumusan permasalahan.
keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang
terjadi saat penelitian berjalan dan
menyuguhkan apa adanya. Soerjono Soekanto PEMBAHASAN
dan Sri Mahmudji berpendapat bahwa metode A. Memahami Radikalisme di Indonesia
penelitian yuridis normatif adalah penelitian
hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara Radikalisme berasal dari bahasa Latin
meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data radix yang berarti akar dimana arti akar ini
sekunder. 10 Sementara, pendekatan kualitatif dimaknai dengan berpikir secara mendalam
bertujuan untuk mengkaji kehidupan manusia terhadap sesuatu sampai ke akar-akarnya.
dalam kasus-kasus terbatas yang sifatnya Merujuk pada Cambridge Advanced Learners
kasuistik, namun mendalam (in depth) dan Dictionary; Radical is believing or
bersifat total atau menyeluruh (holistic) dimana expressing the belief that there should be
tak mengenal pemilahan-pemilahan gejala great or extreme social or political change.13
secara konseptual ke dalam aspek-aspek yang Radikal adalah percaya atau mengekspresikan
eksklusif.11 keyakinan bahwa harus ada perubahan sosial
atau politik yang besar atau secara ekstrim.
Selanjutnya, analisis data dilakukan Sementara, menurut Kamus Besar Bahasa
dengan metode analisis kualitatif dengan Indonesia, radikalisme dimaknai sebagai
penguraian secara deskriptif (pemaparan). paham (isme), tindakan yang melekat pada
Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moleong, seseorang atau kelompok yang menginginkan
Analisis data kualitatif merupakan “upaya yang perubahan baik sosial, politik dengan
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, menggunakan kekerasan, berfikir asasi dan
mengorganisasikan data, memilah-milahnya
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
10
Soerjono Soekanto and Sri Mahmudji, Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat 2009), hlm. 248
13
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003). hlm. 13. Cambridge University, Cambridge Advanced
11
Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan Learners Dictionary (Singapore: Cambridge
Metode” (Malang: Setara Press, 2013), hlm. 130. University Press, 2008). hlm. 1170.

60
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

bertindak ekstrim. 14 Namun, penyebutan istilah Sementara, Qodir berpendapat bahwa


radikalisme dalam tinjauan sosio historis, pada kaum radikal menganggap bahwa rencana-
awalnya dipergunakan dalam kajian sosial rencana yang digunakan adalah rencana yang
budaya dan dalam perkembangan selanjutnya. paling ideal.18 Terkait dengan radikalisme ini,
Istilah tersebut berkembang menjadi persoalan mereka seringkali beralaskan pemahaman
politik dan agama. sempit atas agama yang berujung pada aksi
teror bom yang tumbuh bersama sistem.
Rubin dalam Aziz menyatakan bahwa
Sikap ini berkembang di tengah panggung
proses yang terjadi dalam radikalisme adalah
yang mempertontonkan kemiskinan, ke-
radikalisasi, yang didefinisikan sebagai proses
senjangan sosial, atau ketidakadilan. 19
personal di mana individu mengadopsi
Penangkapan teroris di Indonesia yang
idealisme dan aspirasi politik, sosial, atau
terklasifikasi berdasarkan level small,
agama secara ekstrim, dimana dalam pen-
medium dan high membuktikan bahwa proses
capaian tujuannya membenarkan penggunaan
radikalisme tidak langsung final, tetapi
kekerasan tanpa pandang bulu sehingga
dilakukan secara bertahap dan terstruktur.
mempersiapkan dan memotivasi seseorang
Pengklasifikasian ini tidak berlaku secara
untuk mencapai perilaku kekerasan.15
formal. Akan tetapi, hal ini dilakukan untuk
Lebih lanjut, Rubin dalam Aziz, mengidentifikasi penolakan terhadap
menegaskan bahwa kaum radikal memiliki Pancasila dan sistem pemerintahan di
keyakinan bahwa dunia hanya terdiri dari dua Indonesia.20
kelompok, yaitu baik dan jahat (agama pilihan
Dalam konteks kebhinekaan di
dan musuh). Kepastian diberikan kepada
Indonesia, penulis berpendapat bahwa
pemeluk agama pilihan. Janji akan masa depan
radikalisme dinilai menjadi suatu tindakan
tanpa kesusahan dikaitkan dengan pemisahan
yang sangat membahayakan keutuhan NKRI
baik dan jahat. Pemisahan ini berfungsi untuk
karena tidak hanya mengancam dari luar
setanisasi musuh. Pembunuhan musuh lantas
tetapi menyusupi ke dalam diri melalui
dibenarkan karena musuh adalah negasi
pencucian otak yang dilakukan oleh beberapa
terhadap nilai-nilai agama pilihan.16
kelompok intoleran atau yang memiliki
Lebih mendalam, proses radikalisasi paham radikal.
menyasar pada kognitif (kesadaran dan cara
Sejarah radikalisme di Indonesia ber-
pandang) individu dan kelompok terhadap
kembang di era Orde Baru dan Reformasi
kondisi yang dialaminya saat ini. Untuk
dengan pola yang berbeda-beda. Di era
mengaktualisasi tujuan, para radikalis dapat
Reformasi, kemunculan radikalisme dilatar-
menggunakan kekerasan ataupun tanpa
belakangi oleh kepentingan politik dengan
kekerasan (seperti menggunakan lisan ataupun
mengatasnamakan agama. Sedangkan, di era
tulisan).17
orde baru, aksi radikalisme dilakukan dengan
rekayasa politik yang merekrut mantan
14 anggota DI/TII untuk menjadi anggota jihad
Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional,
“Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Gramedia, dan memojokan Islam.21 Gerakan radikalisme
2008).
15
Abdul Aziz, “Memperkuat Kebijakan Negara Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Dalam Penanggulangan Radikalisme Di Lembaga Surabaya, 2019). hlm. 8.
Pendidikan,” HIKMAH Journal of Islamic 18
Zuly Qodir, Radikalisme Agama Di Indonesia
Studies XII, no. 1 (2016): 29– (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014). hlm. 117.
19
56.http://dx.doi.org/10.47466/hikmah.v12i1.55,ht Ibid.
tp://journal.alhikmahjkt.ac.id/index.php/HIKMA 20
Lisma, “Radikalisme Dan Hukum Di
H/article/view/55, hlm. 33. Indonesia,” Iain-Surakarta.Ac.Id, last modified
16
Ibid. hlm. 36. 2018, accessed January 10, 2021, https://iain-
17
Ucu Martanto et al., Meredam Teror: surakarta.ac.id/radikalisme-dan-hukum-di-
Pencegahan Terorisme Dan Radikalisme indonesia/.
21
Berperspektif HAM (Surabaya: Yayasan Pusat Ibid.

61
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

tersebut kemudian bermunculan di daerah Poso menjadi radikal adalah untuk kepentingan
dan Ambon. personal. Hal yang demikian dapat dipahami
karena menyangkut urusan ideologi maupun
Dapat dipahami bahwa pemahaman
finansial. Kelompok radikal bisa menyebar
tentang radikalisme sejatinya dapat dimaknai
dengan luas dengan janji-janji kebutuhan
positif seperti yang disampaikan oleh Menteri
finansial yang tercukupi. Alasan kedua adalah
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
orang dapat tertarik terhadap radikalisme
Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi
karena ada propaganda politik yang menarik.
yang mengatakan bahwa sikap radikal sedianya
Kemudian, alasan ketiga adalah adanya
bermakna positif jika dimaknai sebagai sikap
fasilitas dan kemudahan yang sangat menarik
seseorang yang berusaha keras mencari
seperti pelatihan dan transportasi yang
kebenaran hingga ke akarnya dan
diberikan oleh kelompok radikal. Hal ini
memperjuangkannya 22 , namun demikian jika
menyebabkan seseorang menjadi tertarik
diartikan sebagai sikap yang berlebihan dan
untuk mengikuti kelompok tersebut. Terakhir,
mengarah kepada ancaman dan tindakan
alasan ke empat adalah etika para elit politik
kekerasan maka radikalisme memiliki dampak
yang buruk menyebabkan publik menjadi
negatif. Hal ini dilihat sebagai sebuah
apatis terhadap demokrasi dan menjadikan
pemahaman yang menghendaki gerakan
radikalisme sebagai jalan alternatif.25
perubahan secara drastis yang dilakukan secara
kasar tanpa proses yang sistematis dan bertahap. Lebih lanjut berdasarkan survei yang
Hal ini harus dicermati dengan sebaik-baiknya dilakukan Wahid Institute pada tahun 2020
karena dinilai dapat berpotensi menimbulkan menjelaskan bahwa tren intoleransi dan radi-
gesekan-gesekan dalam lingkungan sosial. kalisme di Indonesia cenderung meningkat
dari waktu ke waktu. 26 Kecenderungan itu
Keinginan untuk menerapkan suatu
dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama
ideologi yang dianutnya menjadi salah satu
kontestasi politik, ceramah atau pidato
motif khusus dari radikalisme dan teroris. Hal
bermuatan ujaran kebencian dan unggahan
ini karena adanya kekecewaan terhadap
bermuatan ujaran kebencian di media sosial.27
penerapan sistem yang diberlakukan di
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
Indonesia. Namun, hal tersebut mustahil untuk
Wahid Institute ada sekitar 0,4% atau sekitar
diwujudkan karena masyarakat Indonesia terdiri
600.000 jiwa warga negara Indonesia (WNI)
dari beragam agama, suku dan ras.23
yang pernah melakukan tindakan radikal.
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Data tersebut dihitung berdasarkan jumlah
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana penduduk dewasa yakni sekitar 150 juta jiwa
Elizabeth, mengatakan terdapat empat alasan dan ada pula kelompok masyarakat yang
mengapa radikalisme berkembang pesat di rawan terpengaruh gerakan radikal yakni bisa
Indonesia. 24 Alasan pertama adalah seseorang melakukan gerakan radikal jika diajak atau
ada kesempatan dengan jumlah sekitar 11,4
juta jiwa atau 7,1%. Sedangkan, sikap in-
22
Rakhmat Nur Hakim, “Menko PMK: Sikap toleransi di Indonesia, menurut Yenny, juga
Radikal Sebenarnya Positif, Tetapi Dimaknai
Negatif Dan Dikaitkan Dengan Politik,”
Kompas.Com, last modified 2020, accessed ungkap-4-alasan-mengapa-radikalisme-
March 14, 2021, berkembang-di-indonesia/full&view=ok.
25
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/03/14 Ibid.
273341/menko-pmk-sikap-radikal-sebenarnya- 26
Media Indonesia, “Survei Wahid Institute:
positif-tetapi-dimaknai-negatif-dan. Intoleransi-Radikalisme Cenderung Naik,”
23
Ibid. Mediaindonesia.Com, last modified 2020,
24
Riani Sanusi Putri, “LIPI Ungkap 4 Alasan accessed January 10, 2021,
Mengapa Radikalisme Berkembang Di https://mediaindonesia.com/politik-dan-
Indonesia,” Tempo.Co, last modified 2018, hukum/284269/survei-wahid-institute-
accessed January 10, 2021, intoleransi-radikalisme-cenderung-naik.
27
https://nasional.tempo.co/read/1062388/lipi- Ibid.

62
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

cenderung meningkat dari sebelumnya sekitar Radikalisme di Indonesia sudah banyak


46% dan saat ini menjadi 54%.28 terjadi di hampir setiap lapisan baik sekolah,
oknum pebisnis, hingga pemerintahan.
Melihat alasan dan data sebelumnya
Adanya geliat untuk mengganti ideologi
dapat menjadi perhatian kembali oleh
Pancasila dan sistem di Indonesia membuat
Pemerintah Indonesia mengingat Negara
oknum-oknum yang berkepentingan me-
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari
lakukan berbagai macam cara hingga ke cara-
berbagai macam suku bangsa dan keberagaman
cara yang bertentangan dengan hukum.
agama dan kepercayaan menyebabkan potensi-
Namun, pada hakikatnya, aksi radikal dan
potensi masalah dapat dimungkinkan terjadi
teroris harus kita antisipasi pada momen-
tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari
momen tertentu seperti menjelang pilkada,
luar negeri yang pada akhirnya dapat pula
pileg dan pilpres karena kekuatan-kekuatan
disusupi oleh kelompok-kelompok intoleran
yang tidak terkendali dapat saja terjadi pada
untuk menyebarkan paham-paham radikalisme.
momen tersebut.
Perkembangan gerakan radikal saat ini
Mengingat gerakan radikalisme hingga
rupanya juga telah merambah ke perguruan
teroris dapat dilakukan dengan mekanisme
tinggi. Oknum pelaku teroris tertangkap di
pencucian otak dan penolakan terhadap
beberapa kampus di perguruan tinggi umum.
Pancasila, pemerintah seyogyanya dapat pula
Hal ini membuktikan bahwa penyebaran paham
mengantisipasinya dengan cara membuka
radikal sudah sangat akut dan harus segera
ruang-ruang diskusi keagamaan yang lebih
ditanggulangi karena Perguruan Tinggi
terbuka dengan melibatkan pihak-pihak yang
merupakan wadah intelektualisme. Namun,
berkompeten dan membuka ruang dialog
terdapat oknum-oknum yang memiliki nalar
yang berperspektif HAM. Hal yang demikian
penolakan terhadap keilmuan dan Pancasila.
menjadi penting mengingat eksklusifisme
Selain itu, radikalisme juga tidak hanya yang mereka bangun akan sangat berbahaya
dari serangan paham yang mengklaim ber- apabila mereka selalu berdialog dengan
landaskan Islam terhadap non Islam, tetapi komunitas mereka sendiri.
sesama Islam yang berbeda keyakinan juga
Pada praktiknya, dalam memini-
banyak terjadi. Maraknya radikalisme di
malisisasi tindakan radikalisme saat ini,
kalangan masyarakat dapat berimplikasi
Pemerintah Republik Indonesia telah
terhadap stabilitas dan keamanan dalam
memiliki berbagai macam program. Salah
masyarakat terutama antar umat beragama.
satu program tersebut adalah program
Stereotype Islam sebagai teroris dan keras
deradikalisasi. Namun, program tersebut
banyak terjadi di kalangan yang anti terhadap
dirasakan hanya berdampak pada seseorang
Islam bahkan awam terhadap Islam. Klaim
atau pelaku yang telah mendapatkan dakwaan
kebenaran yang dimonopoli oleh kelompok
sebagai teroris dan belum dapat dirasakan
tertentu menunjukan pemahaman yang dangkal
oleh masyarakat secara umum. Oleh karena
terhadap agama. Pemahaman agama yang
itu, perlu ada stakeholder lain yang dapat
didasari pada tekstual saja menutup pintu
pula memberikan pemahaman komprehensif
kontekstual terhadap ajaran agama. Padahal,
kepada masyarakat untuk dapat memini-
agama dapat menyesuaikan perkembangan
malisasi radikalisme.
masyarakat. Pada dasarnya, tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh oknum tertentu yang
beragama Islam telah mencoreng esensi Islam
rahmatan lil alamin. Esensi Islam yang santun
bersahaja dan bijaksana tidak tampak manakala
kita menyaksikan kekerasan-kekerasan atas
dasar agama.

28
Ibid.

63
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

B. Konsepsi Hak Asasi Manusia terhadap Pemikiran liberal yang menekankan pada
Paham Radikalisme “kebebasan”, pada dasarnya menjunjung
tinggi kepentingan individu. Hal ini berbeda
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar
dengan pemikiran aliran kiri yang me-
yang dimiliki oleh setiap manusia yang dalam
nitikberatkan pada “golongan.”
konteks konstitusi merupakan hak dasar setiap
warga negara. Negara Indonesia adalah negara Berlainan halnya dengan konsepsi
hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945) liberal dan aliran kiri, konsepsi HAM
yang menjunjung tinggi sistem hukum yang menurut versi Indonesia adalah HAM
menjamin kepastian hukum dan perlindungan menurut susunan masyarakat Indonesia.
terhadap hak asasi manusia. UUD NRI Tahun Dapat dikatakan pula bahwa konsepsi HAM
1945 menjamin hak asasi setiap warga negara di Indonesia menitikberatkan pada ke-
Indonesia dan juga kepastian hukum se- seimbangan antara hak asasi dengan
bagaimana Pasal 28 ayat (1) amandemen yang kewajiban asasi. Perbedaan konsepsi itu
menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas terletak pada ide dan aplikasi. HAM secara
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, substansial merupakan suatu konsep universal
martabat dan harta benda yang di bawah yang di dalamnya terdapat aspek-aspek
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan kemanusiaan sebagai dasar yang tidak boleh
perlindungan dari ancaman ketakutan, untuk dilanggar oleh siapapun dan dalam kondisi
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang apapun. HAM merupakan hak kodrat, hak
merupakan hak asasi. dasar manusia, hak mutlak.30
Dalam kaitannya dengan negara, negara Menurut Jan Matenson dalam Lopa,
sebagai wadah untuk menghormati, menjamin dijelaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
dan memenuhi fitrah manusia tersebut. melekat pada manusia, yang tanpa dengannya
Pemenuhan hak asasi manusia oleh negara manusia mustahil dapat hidup sebagai
moderen dijamin dengan adanya konstitusi manusia. 31 Lebih lanjut menurut Lopa, tidak
tertulis hasil musyawarah dan mufakat ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat
pemerintah.29 mencabutnya.32
Lebih lanjut, HAM merupakan suatu Pada tataran pelaksanaan HAM, tentu
pemikiran yang dituangkan dalam bentuk masyarakat perlu memahami secara utuh
hukum. Pemikiran HAM itu sangat legal formal tentang adanya konsep Kewajiban Dasar
dan bermula di Eropa Barat sebagai tempat Manusia (KDM), yang dalam wacana
munculnya pemikiran liberal. Para pemikir internasional disebut human responsibility
liberal seperti John Locke dan John S. Mill yang (tanggung jawab manusia). KDM, yang
menekankan pada kebebasan manusia dan secara eksplisit disebutkan dalam Undang-
Montesquieu serta Rouseau yang menekankan Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
pada equality, menghendaki perlunya pem- Asasi Manusia (HAM) diartikan sebagai
batasan peran negara/pemerintah. Menurut “seperangkat kewajiban yang apabila hak
pemikiran liberal, negara hanya berperan dilaksanakan, tidak memungkinkan ter-
semata-mata sebagai alat untuk melindungi, laksana dan tegaknya hak asasi manusia”.
menjamin unsur kehidupan, kesejahteraan dan KDM ini antara lain disebutkan dalam Pasal
kebebasan. Bahkan, peran negara hanya 69: (1), yakni “Setiap orang wajib meng-
diibaratkan sebagai “peronda malam”. hormati hak asasi manusia orang lain, moral,

29
Abdurrahman Hakim and Iffatin Nur, “Pro- 30
H.A. Mansyur Effendi, Hak Asasi Manusia
Kontra Pemulangan Warga Negara Indonesia Eks Dalam Hukum Nasional Dan Internasional
ISIS,” Al Daulah 9, no. 1 (2020): 81–98. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994). hlm. 15.
31
https://doi.org/10.24252/ad.v9i1.14356, Baharuddin Lopa, Al Quran Dan HAM
http://journal.uin- (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa,
alauddin.ac.id/index.php/al_daulah/article/view/1 1996). hlm. 1.
32
4356, hlm. 84. Ibid. hlm. 2.

64
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, seiring dengan berjalannya demokratisasi
berbangsa, dan bernegara”. Sedangkan, Pasal 69: sejak rezim Soeharto berakhir. Gerakan
(2) disebutkan bahwa “Setiap hak asasi manusia organisasi radikal tersebut seakan menjadi
seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan virus yang menggerogoti semangat demokrasi
tanggungjawab untuk menghormati hak asasi di Indonesia. Sebelum reformasi di-
orang lain serta menjadi tugas pemerintah untuk kumandangkan, organisasi kemasyarakatan
menghormati, melindungi, menegakkan, dan berpaham radikal tentu tidak dapat
memajukannya”. menunjukkan eksistensinya. Namun, ketika
era orde baru menjadi sejarah, gerakan
Kewajiban dasar manusia ini mencakup
radikal marak dan menyusup secara senyap
juga kewajiban terhadap pembatasan HAM
dalam forum keilmuan seperti di kampus-
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 70
kampus.34
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM), dinyatakan bahwa Inti dari tindakan radikalisme sejatinya
“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, dipahami sebagai sikap atau tindakan
setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan seseorang atau kelompok tertentu yang
yang ditetapkan Undang-undang dengan menggunakan cara-cara kekerasan dalam
maksud untuk menjamin pengakuan serta mengusung perubahan yang diinginkan.
penghormatan atas hak dan kebebasan orang Kelompok radikal umumnya menginginkan
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil perubahan tersebut dalam tempo singkat dan
sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, secara drastis serta bertentangan dengan
dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat sistem sosial yang berlaku. Sejalan dengan
demokratis”. pernyataan sebelumnya, mereka yang
berpikiran sempit dan anti toleransi akan
Kondisi ideal yang dicita-citakan tentu
tidak peduli dengan adanya HAM (Hak Asasi
tidak semata-mata dapat tercipta. Hal ini me-
Manusia).
merlukan adanya komitmen bersama dari
seluruh komponen bangsa Indonesia di era C. Pendidikan HAM dalam
reformasi untuk melakukan upaya-upaya mengantisipasi radikalisme
perlindungan dan penegakan HAM agar sejalan
Globalisasi dapat berpengaruh terhadap
dengan penerapan sistem demokrasi secara
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Nilai
substantif, baik dalam bentuk amandemen
tersebut dapat bersifat positif maupun bersifat
konstitusi, legislasi tentang HAM, ratifikasi
negatif. Semua ini merupakan ancaman,
perjanjian-perjanjian internasional maupun
tantangan dan sekaligus sebagai peluang bagi
perumusan rencana aksi HAM (RANHAM).
bangsa Indonesia dalam mensejahterakan
Berkenaan dengan paham radikalisme, rakyat. Pada era globalisasi ini, pergaulan
sejatinya paham tersebut dapat menjadi antar bangsa semakin dekat dan ketat. Batas
penghambat tumbuhnya perkembangan Hak antar negara hampir pudar. Batas wilayah
Asasi Manusia. Ada pula pernyataan yang tidak menjadi penghalang. Dalam pergaulan
mengatakan bahwa radikalisme juga menjadi antar bangsa pun, dimungkinkan terjadinya
virus bagi demokrasi dan Hak Asasi Manusia akulturasi budaya yang dipahami sebagai
(HAM) karena berupaya memaksakan kehendak percampuran dua kebudayaan atau lebih yang
dengan jalur kekerasan.33 saling bertemu dan saling mempengaruhi 35 ,
oleh karenanya diperlukan upaya dalam
Organisasi radikal memulai debutnya
menciptakan suatu konsepsi agar ketahanan
pada awal era reformasi. Mereka seakan tumbuh
nasional dapat terjaga. Salah satu upaya

33
Dandy Anugrah, “Radikalisme Virus Demokrasi 34
Ibid.
Dan HAM,” Baliekxpress.Jawapos.Com, last 35
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia,
modified 2020, accessed January 13, 2021, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” Kamus
https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/03/21/ Besar Bahasa Indonesia (Departemen
184971/radikalisme-virus-demokrasi-dan-ham. Pendidikan Nasional Indonesia, 2014).

65
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

tersebut adalah dengan mengembangkan suatu kembangan pribadi yang luas dan mem-
konsep nasionalisme kebangsaan yang me- perkokoh penghormatan terhadap hak-hak
ngarah pada identitas nasional. Upaya-upaya manusia dan kebebasan asasi. 37 Selain itu,
untuk mengatasi persoalan, kendala dan dalam perspektif global, pendidikan HAM
tantangan itu perlu dilakukan, baik oleh diakui dan dijadikan sebagai konsensus dalam
pemerintah, DPR, civil society maupun upaya pencapaian kesadaran HAM secara
organisasi-organisasi keagamaan, terutama universal. Pendidikan HAM ditegaskan
melalui peningkatan kapasitas para penegak sebagai langkah efektif merawat harmoni
hukum dan pendidikan kewarganegaraan yang sosial, toleransi dan perdamaian dunia. 38
menekankan pada pendidikan HAM. Sejalan dengan pernyataan sebelumnya,
pendidikan harus dimaknai sebagai kerangka
Pendidikan HAM diyakini sangat efektif
kerja yang dapat dilakukan oleh
dalam upaya memajukan dan melindungi HAM.
penyelenggara negara kepada warganya
Oleh karena itu, negara wajib memastikan,
sehingga dapat menciptakan pola saling
menyediakan, mengimplementasikan dan
pengertian, toleransi dan persahabatan di
memantau pendidikan HAM yang efektif bagi
antara semua bangsa, kelompok ras maupun
penyelenggara pemerintahan, dan masyarakat.
agama, serta memajukan memelihara
Sebagai aset sebuah bangsa, pendidikan adalah
perdamaian.
investasi dalam membangun dan me-
ngembangkan karakter bangsa. Pendidikan yang Lebih lanjut, pendidikan HAM (human
berkualitas akan serta merta melahirkan rights education) setidaknya merupakan
kemajuan dan peradaban bangsa. Sebaliknya, kewajiban moral bagi Indonesia yang telah
pendidikan yang buruk akan berimplikasi berpartisipasi dalam The World Conference
negatif bagi suksesnya roda pemerintahan on Human Rights (Wina, Juni 1993) dan
dengan dukungan ketersediaan partisipasi menghasilkan The Vienna Declaration and
publik yang memiliki ketahanan nasional yang Programme of Action mengenai HAM.
baik. Dalam deklarasi itu dinyatakan bahwa
pendidikan, pelatihan, dan informasi tentang
Pendidikan HAM dapat dipahami sebagai
HAM amat diperlukan bagi terbinanya
pendidikan, pelatihan dan informasi yang
hubungan harmonis antarbangsa dan guna
ditujukan untuk membangun budaya HAM
memperkuat saling pengertian, toleransi, dan
universal. 36 Untuk menumbuhkembangkan
perdamaian.39
pemahaman, keterampilan dan kesadaran HAM,
pendidikan HAM mutlak diketahui dan Untuk mengembangkan hal tersebut,
diimplementasikan dalam proses pembelajaran Majelis Umum PBB mengeluarkan kebijakan
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dekade PBB untuk Pendidikan HAM (UN
Decade for HRs Education) tahun 1995-2004
Dalam perspektif hukum HAM inter-
nasional, pendidikan HAM diakui dan dijadikan
sebagai konsensus dalam upaya pencapaian 37
Ibid.
kesadaran HAM secara universal. Ketentuan 38
Majda El Muhtaj et al., “Literasi Hak Asasi
Pasal 26 Ayat (2) Deklarasi Universal HAM Manusia Dalam Kurikulum Pendidikan
PBB 1948 dengan tegas menyatakan bahwa Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi,”
pendidikan harus ditujukan ke arah per- Jurnal HAM 11, no. 3 (2020): 369–386.
http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.369-
386,
36
Majda El Muhtaj, “Pendidikan HAM Di Era https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/
Digital: Peluang Dan Tantangan,” in Seminar ham/article/view/1327, hlm. 370.
Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial 39
Mudzakir, “Mengangankan Pendidikan HAM
Universitas Negeri Medan Tema: Tantangan Di Indonesia,” Perpustakaan.Bappenas.Go.Id,
Yang Dihadapi Dalam Dunia Pendidikan Dan last modified 2002, accessed January 18, 2021,
Social Studies Di Era Revolusi Industri 4.0, vol. http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?f
2 (Medan: Universitas Negeri Medan, 2018). ile=digital/blob/F3700/Mengangankan
hlm.443. Pendidikan.htm.

66
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

melalui Resolusi Majelis Umum PBB 49/184 juga menegaskan peran strategis pemerintah
pada 23 Desember 1994.40 Melalui kebijakan ini, sebagai pendidik. Selengkapnya dikatakan
lahir lah Program Dunia Pendidikan HAM sebagai berikut, government as educator is
(World Programme for Human Rights hereby delivering an essential message in
Education) yang intinya merekomendasikan human rights education: that education is
pendidikan HAM sebagai kunci untuk each childs birthright and that it has
menumbuhkembangkan penghormatan dan governmental responsibility to eliminate all
perlindungan HAM. barriers which children may face.42
Mengkaji Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam perkembangannya di Indonesia,
dalam dunia pendidikan dinilai memunculkan pendidikan HAM merupakan bagian penting
wacana baru dan membingungkan bagi para dari rencana aksi nasional HAM (RANHAM)
pelaku dunia Pendidikan baik bagi praktisi, Indonesia berturut-turut sejak RANHAM
akademisi, maupun peneliti dalam me- gelombang pertama 1998-2003; gelombang
ngembangkan proyek pendidikan berbasis HAM. kedua 2004-2009; gelombang ketiga 2011-
Hal yang demikian dapat terjadi karena 2014; dan gelombang keempat 2015-2019.
kalangan yang berbasis agama di Indonesia Bahkan, pendidikan HAM dalam RANHAM
merasa bahwa hak asasi manusia sejatinya gelombang keempat dinyatakan sebagai
merupakan produk barat yang sulit untuk strategi Ranham Indonesia dan aksi HAM
diselaraskan dengan produk agama sehingga 2018-2019. Sebagai dokumen resmi dan
konsepsi yang demikian tentu akan mempersulit dinamis dari kebijakan HAM pemerintah,
bagi penggiat keilmuan yang akan RANHAM merupakan kebijakan imperatif
mengembangkan konsep pendidikan berbasis bagi seluruh lembaga penyelenggara
HAM. pemerintahan, baik pusat maupun daerah.
Bahkan, kementerian dan lembaga
Akan tetapi, dalam konteks pencegahan
pemerintahan secara reguler wajib memantau
radikalisme, Pendidikan HAM dinilai menjadi
dan melaporkan progresivitas aksi HAM,
penting karena dengan diberikannya hal tersebut
termasuk taraf implementasi pendidikan
diharapkan masyarakat akan memiliki pan-
HAM di Indonesia. Ranham merupakan
dangan yang lebih terbuka dalam memahami
jejaring HAM yang luas dan sejatinya
manusia sebagai insan yang memiliki hak dan
diharapkan mampu mereproduksi dan
kewajiban yang dijamin oleh undang-undang
memperkuat pemahaman dan kesadaran
sehingga sesama manusia tidak diperkenankan
HAM di tengah-tengah masyarakat.
untuk bertindak semena-mena terhadap manusia
tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Berkenaan dengan Pendidikan HAM
Manfred Nowak dalam Muhtaj yang yang dimaksud, seyogyanya pendidikan yang
menegaskan bahwa education is a precondition diberikan dapat difokuskan pada pengajaran
for the exercise of human rights. Dalam kaitan dan pemberian pemahaman kepada
itu, Nowak mengingatkan kita tentang masyarakat terhadap toleransi antar
pentingnya pendidikan dan Pendidikan HAM masyarakat. Banyak hasil penelitian
sebagai bagian dari HAM.41 menunjukkan bahwa hanya lembaga
pendidikan yang memiliki kemampuan dan
Katarina Tomasevski memberikan pan-
keunggulan dalam mengajarkan nilai-nilai
dangan yang utuh tentang hak atas pendidikan
toleransi secara cepat dan tepat. Menurut
dan hak atas Pendidikan HAM. Menurutnya,
Ahmad Baedowi dalam Aziz dengan
hak atas pendidikan yang baik menjadi
mengutip Steven E. Vinkel dalam Can
prasyarat bagi pemenuhan hak atas pendidikan
Tolerance be Taught? Adult Civic Education
HAM. Dalam tulisannya yang lain, Katarina
and the Development of Democratic Values

40
Muhtaj, “Pendidikan HAM Di Era Digital: 42
Katarina Tomasevski, The State of The Right
Peluang Dan Tantangan.” to Education Worldwide; Free or Fee, Global
41
Ibid. hlm. 444. Report (Copenhagen, 2006).

67
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

(2000), proses pendidikan yang menghargai akses tertentu pada proses pengambilan
keragaman, memiliki proses demokratis dan keputusan.
terbuka serta peduli akan tumbuh kembang
5) Consultation, masyarakat tidak hanya
mental adalah prasyarat yang dibutuhkan dalam
diberitahu tetapi juga diundang untuk
membangun semangat toleransi. 43 Steven E.
berbagi pendapat, meskipun tidak
Vinkel menyebutkan bahwa mengajarkan
ada jaminan bahwa pendapat yang
toleransi merupakan pintu masuk utama dalam
dikemukakan akan menjadi
mengembangkan lembaga pendidikan yang
pertimbangan dalam pengambilan
demokratis dan terbuka.44
keputusan.
Dalam konteks pencegahan paham radi-
6) Informing, pemegang kekuasaan hanya
kalisme dinilai agak sulit jika tanpa adanya
memberikan informasi kepada
keterlibatan dan pemahaman terhadap mindset
masyarakat terkait proposal kegiatan,
masyarakat karena yang dihadapi adalah
masyarakat tidak diberdayakan untuk
pemikiran atau pola pikir sehingga ide-ide atau
mempengaruhi hasil.
gagasan dari masyarakat juga perlu dicermati
dan diperhatikan oleh pemerintah. Dengan kata 7) Therapy, pemegang kekuasaan
lain masyarakat diharapkan juga ikut terlibat memberikan alasan proposal dengan
dalam perencanaan, penyusunan serta berpura-pura melibatkan masyarakat.
pelaksanaan Pendidikan HAM kepada 8) Manipulation, merupakan tingkatan
masyarakat. partisipasi yang paling rendah, dimana
Berdasarkan pendapat Sherry R Arnstein masyarakat hanya dipakai namanya saja.
(teori The Ladder of Citizen) yang membagi Dari tingkatan partisipasi yang
jenjang partisipasi masyarakat terhadap program diajukan oleh Arnstein, dapat dikelompokkan
pembangunan yang dilaksanakan oleh dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu tidak
pemerintah, terdapat 8 (delapan) tingkat ada partisipasi sama sekali, yang meliputi:
partisipasi sebagai berikut: manipulation dan therapy; partisipasi
1) Citizen control, masyarakat dapat masyarakat dalam bentuk tinggal
partisipasi di dalam dan mengendalikan menerima beberapa ketentuan (degrees of
seluruh proses pengambilan keputusan. tokenism), meliputi informing, consultation,
dan placation; (3) partisipasi masyarakat
2) Delegated power, pada tingkatan ini
dalam bentuk mempunyai kekuasaan
masyarakat diberi limpahan kewenangan
(degrees of citizen power), meliputi
untuk membuat keputusan pada rencana
partnership, delegated power, dan citizen
tertentu.
power. Dalam konteks penelitian ini
3) Partnership, masyarakat berhak berunding memerlukan partisipasi masyarakat dalam
dengan pengambil keputusan atau bentuk kerjasama antara semua pihak yang
pemerintah, atas kesepakatan bersama berkepentingan.
kekuasaan dibagi antara masyarakat dengan
Berdasarkan pendapat Sherry R
pemerintah.
Arnstein (teori The Ladder of Citizen) yang
4) Placation, pemegang kekuasaan membagi jenjang partisipasi publik terhadap
(pemerintah) perlu menunjuk sejumlah program pembangunan yang dilaksanakan
orang dari bagian masyarakat yang oleh pemerintah, asumsi penulis menilai
dipengaruhi untuk menjadi anggota suatu pemerintah baru pada tahapan Consultation,
badan publik, dimana mereka mempunyai dimana masyarakat tidak hanya diberitahu
tetapi juga diundang untuk berbagi
pendapat, meskipun demikian belum ada
43
Aziz, “Memperkuat Kebijakan Negara Dalam jaminan bahwa pendapat yang di-
Penanggulangan Radikalisme Di Lembaga
kemukakan akan menjadi pertimbangan
Pendidikan.” hlm. 40.
44
Ibid. dalam pengambilan keputusan. Hal yang

68
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

demikian pada akhirnya hanya akan negara. Hal yang demikian menjadi penting
menggambarkan kondisi yang tidak akan dan strategis karena nilai-nilai Pancasila yang
berubah atau stagnan karena masyarakat masih sejalan dengan HAM memperlihatkan nafas
tetap sebagai penerima informasi dan kebijakan humanisme yang bersifat universal sehingga
yang pada faktanya belum tentu bermanfaat dan Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh
berdaya guna bagi masyarakat tersebut. siapa saja. Pancasila adalah milik khas bangsa
Indonesia dan sekaligus menjadi identitas
Partisipasi aktif yang diharapkan ber-
bangsa berkat legitimasi moral dan budaya
dasarkan teori Arnstein adalah partisipasi
bangsa Indonesia sendiri.
masyarakat dalam bentuk mempunyai
kekuasaan (degrees of citizen power) bukan Pancasila sebagai nilai dasar yang
hanya sekedar memberikan informasi kepada fundamental merupakan nilai-nilai luhur yang
masyarakat terkait norma serta pemahaman mengandung pokok-pokok pikiran berkenaan
tanpa memberdayakannya untuk mempengaruhi dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
hasil. Partisipasi aktif ini diharapkan akan dan bernegara. Pokok-pokok pikiran adalah
menumbuhkan rasa saling menghormati dan sebagai berikut:
saling memiliki tanpa mengedepankan
1. Pokok pikiran pertama, dimana negara
perbedaan yang ada.
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Dapat dipahami bahwa saat ini proses Esa menurut dasar kemanusiaan yang
bertoleransi antar masyarakat mulai sedikit adil dan beradab. Pokok pikiran ini
memudar sehingga penekanan Pendidikan HAM sebagai penjabaran dari sila pertama dan
mengenai toleransi akan menjadi penting. KH. kedua.
Hasyim Muzadi dalam Aziz, pernah
2. Pokok pikiran kedua, Negara Indonesia
mengatakan bahwa Indonesia dengan Bhinneka
adalah negara persatuan, yaitu negara
Tunggal Ika-nya merupakan negara paling
yang melindungi segenap bangsa
toleran jika dibanding negara-negara lain di
Indonesia dan seluruh tumpah darah
dunia.45
Indonesia. Pokok pikiran ini merupakan
Secara konseptual, toleransi sendiri dapat penjabaran dari sila ketiga.
dimaknai sebagai sikap mengakui dan
3. Pokok pikiran ketiga, negara
menghargai eksistensi non-muslim dan agama
berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas
yang dianutnya, tidak memaksa mereka untuk
kerakyatan dan
memeluk Islam karena tidak ada paksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Pokok
agama, memberi kebebasan kepada pemeluknya
pikiran ini menunjukkan Negara
untuk menjalankan agamanya sesuai dengan
Indonesia demokrasi, yaitu kedaulatan di
keyakinannya, tidak mengganggu dan mengusik
tangan rakyat, sesuai dengan sila
ketenangan pemeluk agama lain, tetapi juga
keempat.
mengambil sikap tegas untuk berlepas diri
dalam urusan-urusan yang termasuk ranah 4. Pokok pikiran keempat, menyatakan
akidah dan agama mereka. Sikap yang demikian bahwa negara hendak mewujudkan
pada akhirnya akan memiliki relasi yang erat keadilan sosial bagi seluruh rakyat
dengan penghormatan terhadap HAM serta Indonesia, mencerdaskan kehidupan
pengakuan terhadap keberagaman (pluralitas). bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
Selanjutnya, Pendidikan HAM yang
keadilan sosial. Pokok pikiran ini
diberikan sejatinya tidak hanya memotret dari
penjabaran dari sila kelima.
sisi toleransi, tetapi dalam konteks pemahaman
Pendidikan HAM secara utuh. Pendidikan HAM Pembukaan UUD 1945 yang di
juga perlu memasukkan unsur-unsur yang dalamnya terdapat Pancasila tidak dapat
terkandung dalam Pancasila sebagai dasar diubah secara hukum. Apabila terjadi
perubahan berarti pembubaran negara. Nilai
45
Ibid. dasar yang terkandung dalam Pancasila

69
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap adalah menyeleggarakan kepentingan umum
kuat dan tidak berubah dimana jalan hukum untuk memberikan kemakmuran dan perasaan
apapun tidak mungkin lagi untuk mengubah hal kesejahteraan yang sebesar- besarnya
tersebut.46 berdasarkan keadilan dalam suatu Negara
hukum.
D. Peran Kementerian Hukum dan HAM
RI dalam memberikan Pendidikan Oleh karena itu, strategi (grand design)
HAM penyuluhan hukum disusun dengan mengacu
kepada rencana strategis yang telah
Dalam konteks pemberian Pndidikan
ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM, terdapat peran Kementerian Hukum dan
HAM serta program kerja dari Badan
HAM Republik Indonesia dalam mewujudkan
Pembinaan Hukum Nasional, yang
tujuan pemerintah melalui program Nawacita
disesuaikan dengan perkembangan dinamika
yang ke Sembilan yaitu “Memperteguh
masyarakat serta kemajuan teknologi
kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial
informasi. Pelaksanaan kegiatannya lebih
Indonesia melalui kebijakan memperkuat
banyak menggunakan inovasi baru serta
pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan
peningkatan penggunaan media komunikasi
ruang-ruang dialog antarwarga. Peran ini dapat
yang lebih modern baik media elektronik,
diaktualisasikan oleh Kementerian Hukum dan
media cetak serta media lainnya, termasuk
HAM Republik Indonesia dalam program
dalam teknik dan metode penyuluhan hukum.
penyuluhan serta pembudayaan hukum.
Dari pengalaman yang selama ini
Sejalan dengan Nawacita dan konsepsi
berlangsung dapat dikatakan bahwa
HAM tersebut, pencegahan radikalisme tepat
sosialisasi hukum merupakan salah satu yang
dilakukan melalui program penyuluhan dan
perlu dengan sungguh-sungguh ditingkatkan
pembudayaan hukum yang menitikberatkan
melalui koordinasi secara nasional, terpola,
pada Pendidikan Hak Asasi Manusia kepada
dan terstruktur secara baik dengan
masyarakat. Adapun yang dapat dilakukan
memanfaatkan seluruh infrastruktur
adalah dengan cara penyuluh dapat
pendukung seperti partisipasi aktif
berpartisipasi aktif kepada masyarakat.
masyarakat, media elektronik maupun non
Partisipasi merupakan hal yang sangat penting
elektronik serta saluran-saluran lainnya
dalam membangun budaya hukum masyarakat.
seperti pemanfaatan teknologi informasi dan
Hal ini dibutuhkan karena terdapat keterlibatan
lain-lain.
mental dan emosi dari seseorang di dalam
situasi kelompok yang mendorong mereka Di tengah berkecamuknya kehidupan
untuk pencapaian tujuan kelompok dan ikut masyarakat karena merebaknya pandemi
bertanggung jawab terhadap kelompoknya. 47 Covid-19 yang terjadi saat ini telah membawa
Pembangunan budaya hukum masyakarakat dalam ketidakpastian global. Kondisi ini
melalui Pendidikan HAM tentunya memerlukan harus dihadapi dengan penuh optimis dan
strategi partisipasi yang didasarkan pada terus berinovasi dalam mengatasi
keseimbangan antar kepentingan. permasalahan ini. Permasalahan pandemi
Covid-19 membawa teknologi informasi
Muslimin dalam Nadir dan Wardani
memiliki peranan sangat penting sekaligus
menyatakan bahwa tugas negara dalam
sebagai solusi untuk mengatasi ketidakpastian
keseluruhan faham modern sekarang ini dalam
tersebut. Oleh karena itu, pemanfaatan
suatu Negara kesejahteraan (social service state)
teknologi informasi dalam penyuluhan dapat
dijadikan satu alternatif yang dapat
46
Hamid Darmadi, Eksistensi Pancasila Dan diandalkan.
Undang-Undang Dasar 1945 Sebagai Pemersatu Tidak hanya secara teknis melalui
Bangsa (Bandung: Alfabeta, 2017). hlm. 393.
47 partisipasi, namun dalam konteks substansi,
Siti Irene Astuti Dwiningrum, Desentralisasi Dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan
maka peran Kemenkumham RI dapat
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). hlm. 50. diarahkan pada proses internalisasi

70
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

pengakuan dan jaminan Hak Asasi Manusia diarahkan dalam rangka mengayomi,
(HAM) yang tidak hanya sebatas normatif melindungi, memberikan rasan aman, rasa
konstitusioal, melainkan secara empirik bagi tentram dan khususnya memberikan jaminan
setiap orang yang hidup bersama dengan orang kesejahteraan dari negara karena
lain di Negara Indonesia ini, maka pendekatan bergabungnya segelintir warga negara kepada
pengayoman dari negara sangat diperlukan agar gerakan radikalisme sepertinya mereka
warganya tidak bertindak semena-mena dan merasa terpanggil karena kondisi ekonomi
menafsirkan sesuatu sesuai dengan bukan semata-mata karena jihad dalam
pemahamannya sendiri sehingga mudah makna paham mereka. Dalam konteks yang
bergabung dengan gerakan-gerakan yang tidak sama artinya selain masyarakat turut
cocok dengan paham Indonesia negara hukum berpartisipasi dalam memperoleh Pendidikan
Pancasila. HAM, di sisi lain negara juga dapat
memberikan perlindungan bagi warganya
Prinsip perlindungan hukum terhadap
terhadap gerakan-gerakan radikalisme
Hak Asasi Manusia (HAM) bertumpu dan
tersebut.
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia Pernyataan sebelumnya menjadi
(HAM), karena pengakuan dan perlindungan penting karena dalam konteks penguatan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) diarahkan integrasi bangsa melalui rekognisi hak
kepada pembatasan-pembatasan tindakan konstitusional warga negara, maka pengakuan
kesewenang-wenangan dari penguasa jaminan perlindungan Hak Asasi Manusia
meletakkan kewajiban kepada pemerintah untuk (HAM) dari negara implementasinya
mengakui dan menjaminnya sekaligus menunjukkan adanya hubungan kekuasaan
menghormatinya bagi pemerintah dan antara negara yang mengatur rakyatnya dan
masyarakat. rakyat untuk mendapat pengakuan dan
jaminan perlindungan pemenuhan Hak Asasi
Dengan demikian, Penulis berharap peran
Manusia (HAM) khususnya dalam perspektif
Kementerian Hukum dan HAM dalam
kesejahteraan.
memberikan Pendidikan HAM kepada
masyarakat paling tidak bisa sampai pada
tahapan partisipasi yang ketiga dalam teori The
KESIMPULAN
Ladder of Citizen yaitu Partnership dimana
masyarakat berhak berunding dengan pengambil Berdasarkan pembahasan sebelumnya,
keputusan atau pemerintah, atas kesepakatan maka jelas posisi pemerintah adalah
bersama kekuasaan dibagi antara masyarakat memberikan jaminan Hak Asasi Manusia
dengan pemerintah. Adapun Langkah-langkah (HAM) yang tidak hanya sebatas normatif
yang dapat dilakukan oleh Kemenkumham RI konstitusioal, melainkan secara empirik bagi
adalah masyarakat dapat dibentuk dalam suatu setiap orang yang hidup bersama dengan
wadah kelompok kerja (pokja). Pokja tersebut orang lain. Dalam mewujudkannya tentu
dikoordinir oleh penyuluh, yang nantinya pemerintah menghadapi berbagai tantangan
mampu merancang, melaksanakan dan yang tidak hanya berbentuk fisik, akan tetapi
mengevaluasi kegiatan program penyuluhan pemahaman radikalisme justru dapat merusak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. sendi-sendi berbangsa dan bernegara. Hal ini
Tentunya dalam konteks pencegahan paham menjadi penting karena dapat berdampak
radikalisme ini diperlukan peran tokoh agama pada lingkungan sosial yang membahayakan
dan berbagai unsur terkait. keutuhan NKRI. Pendidikan HAM diyakini
menjadi penting dilakukan oleh pemerintah
Seiring dengan berkembangnya gerakan
dalam memerangi paham radikalisme yang
radikalisme transnasional yang
berkembang secara diam-diam namun efektif
mengkhawatirkan berimbas kepada disintegrasi
karena dengan mengoptimalkan pendidikan
bangsa, maka prinsip pengakuan dan jaminan
HAM maka pemerintah secara tidak langsung
perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
dapat memaksimalkan upaya memajukan dan

71
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

melindungi HAM warga negaranya. Oleh Kementerian Hukum dan HAM melalui
karenanya, negara wajib memastikan, program penyuluhan hukum dengan
menyediakan, mengimplementasikan dan menggandeng masyarakat untuk turut serta
memantau pendidikan HAM yang efektif bagi berpartisipasi.
penyelenggara pemerintahan, masyarakat dan
kalangan profesional. SARAN
Pendidikan HAM yang dimaksud Dengan demikian, berdasarkan hasil
difokuskan pada pengajaran terhadap toleransi analisis dan kesimpulan sebelumnya,
beragama serta penghormatan terhadap hak-hak disarankan bahwa untuk meminimalisasi
orang lain serta penguatan terhadap Pancasila paham radikalisme yang ada di Indonesia,
yang juga selaras dalam perwujudan HAM Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
dalam praktiknya yang menjadi ideologi bangsa Hukum dan HAM RI seyogyanya dapat
Indonesia. Adapun dalam implementasinya menerapkan Pendidikan HAM melalui
dapat dilakukan oleh Kementerian Hukum dan penyuluhan hukum yang dilakukan oleh
HAM melalui program penyuluhan hukum yang Badan Pembinaan Hukum Nasional sebagai
menggandeng masyarakat untuk turut serta strategi pelibatan masyarakat dalam
berpartisipasi secara aktif dalam rangka penyuluhan hukum. Dalam konteks ini,
memperoleh Pendidikan tersebut. Partisipasi masyarakat bukan sebagai objek, namun
aktif yang dimaksud tidak hanya sekedar diperlakukan sebagai subjek yang aktif
memberikan sumbang saran terhadap berperan dengan segala inovasinya. Langkah
pendidikan yang diberikan tetapi ikut terlibat konkrit yang perlu dilakukan Badan
dalam menyusun substansi pendidikan, Pembinaan Hukum Nasional adalah dengan
merencanakan siapa yang akan terlibat dalam membentuk Kelompok Kerja (Pokja) di
pendidikan hingga menyusun jangka waktu tingkat Desa/Kelurahan (Aparat Penegak
pemberian pendidikan kepada masyarakat. Oleh Hukum (APH), NGO, Akademisi dan
karenanya tahapan keterlibatan masyarakat komunitas lokal) dalam melakukan edukasi
dapat mencapai tahapan partnership dimana dan pembudayaan hukum.
masyarakat menjadi mitra kerja dari pemerintah.
Berdasarkan pembahasan di atas, jelas UCAPAN TERIMA KASIH
bahwa Pendidikan HAM diyakini menjadi
penting dilakukan oleh pemerintah dalam Ucapan terima kasih disampaikan
memerangi paham radikalisme yang kepada pihak-pihak yang telah memberikan
berkembang namun efektif karena dengan sumbang saran selama pelaksanaan penulisan
mengoptimalkan Pendidikan HAM, pemerintah artikel serta pihak editor maupun mitra
secara tidak langsung dapat memaksimalkan bestari yang telah membantu dalam perbaikan
upaya memajukan dan melindungi HAM warga atau koreksi terhadap tulisan maupun teknik
negaranya. Oleh karena itu, negara wajib penulisan.
memastikan, menyediakan,
mengimplementasikan dan memantau
pendidikan HAM yang efektif bagi
penyelenggara pemerintahan, masyarakat dan
kalangan profesional.
Pendidikan HAM tersebut difokuskan
pada pengajaran terhadap toleransi beragama,
penghormatan terhadap hak-hak orang lain dan
penguatan terhadap Pancasila yang juga selaras
dalam perwujudan HAM sebagai ideologi
bangsa Indonesia. Adapun dalam hal
implementasi, hal ini dapat dilakukan oleh

72
Pencegahan Paham Radikalisme Melalui Optimalisasi Pendidikan
Oki Wahju Budijanto, Tony Yuri Rahmanto

DAFTAR PUSTAKA Effendi, H.A. Mansyur. Hak Asasi Manusia


Dalam Hukum Nasional Dan
Anugrah, Dandy. “Radikalisme Virus
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia,
Demokrasi Dan HAM.”
1994.
Baliekxpress.Jawapos.Com. Last modified
2020. Accessed January 13, 2021. Fitriani, Alif Satria, Pricilia Putri, Nirmala
https://baliexpress.jawapos.com/read/2020 Sari, and Rebekha Adriana. The Current
/03/21/184971/radikalisme-virus- State of Terrorism in Indonesia:
demokrasi-dan-ham. Vulnerable Groups, Networks, and
Responses. CSIS Working Paper Series.
Ariefana, Pebriansyah. “5 Ciri Orang Yang
Jakarta, 2018.
Terpapar Radikalisme Versi BNPT.”
https://www.researchgate.net/profile/Lu
Suara.Com. Last modified 2018. Accessed
ca_Mancini/publication/228362326_Ho
February 3, 2020.
rizontal_inequality_and_communal_viol
https://www.suara.com/news/2018/09/27/0
ence_evidence_from_Indonesian_distric
71500/5-ciri-orang-yang-terpapar-
ts/links/09e415124fab7e2813000000/H
radikalisme-versi-bnpt.
orizontal-inequality-and-communal-
Aspihanto, Aan, and Fatkhul Muin. “Sinergi violence-evidence-from-Indonesian-dist.
Terhadap Pencegahan Terorisme Dan
Hakim, Abdurrahman, and Iffatin Nur. “Pro-
Paham Radikalisme.” Seminar Nasional
Kontra Pemulangan Warga Negara
Hukum Universitas Negeri Semarang 3, no.
Indonesia Eks ISIS.” Al Daulah 9, no. 1
1 (2017): 73–90.
(2020): 81–98.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sn
https://doi.org/10.24252/ad.v9i1.14356,
h/article/view/20923.
http://journal.uinalauddin.ac.id/index.ph
Aziz, Abdul. “Memperkuat Kebijakan Negara p/al_daulah/article/view/14356
Dalam Penanggulangan Radikalisme Di
Jawardi, Strategi Pengembangan Budaya
Lembaga Pendidikan.” HIKMAH Journal
Hukum, Jurnal Penelitian Hukum DE
of Islamic Studies XII, no. 1 (2016): 29–56.
JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 16 No. 1,
http://dx.doi.org/10.47466/hikmah.v12i1.5
Maret 2016 : 77 – 93.
5.http://journal.alhikmahjkt.ac.id/index.ph
http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2016.
p/HIKMAH/article/view/55
V16.77-
Azizah, Nur. “Empat Indikator Warga Terpapar 93,https://ejournal.balitbangham.go.id/i
Radikalisme.” Medcom.Id. Last modified ndex.php/dejure/article/view/77,
2017. Accessed February 3, 2020.
Kunjana, Gora. “Moeldoko: Sedang
https://www.medcom.id/nasional/peristiwa
Disiapkan Aturan Penanganan WNI.”
/ybDRGJPK-empat-indikator-warga-
Investor.Id. Last modified 2018.
terpapar-radikalisme.
Accessed January 15, 2020.
Cambridge University. Cambridge Advanced https://investor.id/archive/moeldoko-
Learners Dictionary. Singapore: sedang-disiapkan-aturan-penanganan-
Cambridge University Press, 2008. wni-dari-suriah%0AMoeldoko:
Darmadi, Hamid. Eksistensi Pancasila Dan Lisma. “Radikalisme Dan Hukum Di
Undang-Undang Dasar 1945 Sebagai Indonesia.” Iain-Surakarta.Ac.Id. Last
Pemersatu Bangsa. Bandung: Alfabeta, modified 2018. Accessed January 10,
2017. 2021. https://iain-
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. Desentralisasi surakarta.ac.id/radikalisme-dan-hukum-
Dan Partisipasi Masyarakat Dalam di-indonesia/.
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Lopa, Baharuddin. Al Quran Dan HAM.
2011. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa,
1996.

73
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

Martanto, Ucu, Roikan, Amalliya Hesti, Febby Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan
Risti, and Akhol Firdaus. Meredam Teror: Nasional. “Kamus Besar Bahasa
Pencegahan Terorisme Dan Radikalisme Indonesia.” Gramedia, 2008.
Berperspektif HAM. Surabaya: Yayasan
Putri, Riani Sanusi. “LIPI Ungkap 4 Alasan
Pusat Studi Hak Asasi Manusia
Mengapa Radikalisme Berkembang Di
(PUSHAM) Surabaya, 2019.
Indonesia.” Tempo.Co. Last modified
Media Indonesia. “Survei Wahid Institute: 2018. Accessed January 10, 2021.
Intoleransi-Radikalisme Cenderung Naik.” https://nasional.tempo.co/read/1062388/
Mediaindonesia.Com. Last modified 2020. lipi-ungkap-4-alasan-mengapa-
Accessed January 10, 2021. radikalisme-berkembang-di-
https://mediaindonesia.com/politik-dan- indonesia/full&view=ok.
hukum/284269/survei-wahid-institute-
Qodir, Zuly. Radikalisme Agama Di
intoleransi-radikalisme-cenderung-naik.
Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Mudzakir. “Mengangankan Pendidikan HAM 2014.
Di Indonesia.”
Satriawan, Iwan, Muhammad Nur Islami, and
Perpustakaan.Bappenas.Go.Id. Last
Tanto Lailam. “Pencegahan Gerakan
modified 2002. Accessed January 18, 2021.
Radikalisme Melalui Penanaman
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/f
Ideologi Pancasila Dan Budaya Sadar
ile?file=digital/blob/F3700/Mengangankan
Konstitusi Berbasis Komunitas.” Jurnal
Pendidikan.htm.
Surya Masyarakat 1, no. 2 (2019): 99–
Muhtaj, Majda El. “Pendidikan HAM Di Era 110.https://jurnal.unimus.ac.id/index.ph
Digital: Peluang Dan Tantangan.” In p/JSM/article/view/4460
Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu
Soekanto, Soerjono, and Sri Mahmudji.
Sosial Universitas Negeri Medan Tema:
Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tantangan Yang Dihadapi Dalam Dunia
Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
Pendidikan Dan Social Studies Di Era
Grafindo Persada, 2003.
Revolusi Industri 4.0. Vol. 2. Medan:
Universitas Negeri Medan, 2018. Tomasevski, Katarina. The State of The Right
to Education Worldwide; Free or Fee.
Muhtaj, Majda El, M. Fahmi Siregar, Reh
Global Report. Copenhagen, 2006.
Bungana Beru PA, and Fazli Rachman.
“Literasi Hak Asasi Manusia Dalam Wijaksono, Sigit. “Pengaruh Lama Tinggal
Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Di Perguruan Tinggi.” Jurnal HAM 11, no. Permukiman.” Journal ComTech
3 (2020): 369–386. BINUS 4, no. 1 (2013): 24–32.
http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.36 https://doi.org/10.21512/comtech.v4i1.2
9- 679.
386,https://ejournal.balitbangham.go.id/in “3 TKI Di Singapura Diduga Terlibat ISIS,
dex.php/ham/article/view/1327 Ini Reaksi Kemenlu.” Tempo.Co. Last
Nadir, and Win Yuli Wardani. “Rekognisi Hak modified 2019. Accessed January 15,
Konstitusional Warga Negara Sebagai 2020.
Upaya Penguatan Integrasi Bangsa (Solusi https://dunia.tempo.co/read/1252290/3-
Alternatif Mengurangi Gerakan tki-di-singapura-diduga-terlibat-isis-ini-
Radikalisme Di Indonesia).” Jurnal reaksi-kemenlu/full&view=ok.
Yustitia 19, no. 2 (2018): 103–118.
http://dx.doi.org/10.0324/yustitia.v19i2.47
1,
http://ejournal.unira.ac.id/index.php/yustiti
a/article/view/471

74

You might also like