You are on page 1of 11

[JURNAL LONTAR VOL.

6 NO 2 JULI-DESEMBER 2018 ]

MEMPERTANYAKAN KEMBALI BHINNEKA TUNGGAL IKA DI ERA POST


TRUTH MELALUI MEDIA SOSIAL
Rizaldi Parani1), Astrid Pramesuari2), Daffa Muhammad Maldiva3), Edlyn Felicia4)
1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pelita Harapan
Email: rizaldi.parani@uph.edu
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pelita Harapan
Email: astridpramesuarii@gmail.com
3
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pelita Harapan
Email: daffamaldiva15@gmail.com
4
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pelita Harapan
Email: edlynfelicia1@gmail.com

ABSTRACT
The phenomenon of post-truth appears, in which a view believed to be true is inverted and
made contradictory as a new form of truth. This phenomenon appears to occur in several countries
such as the United States, North Korea, the Philippines and also Indonesia. This can be seen from
various actions carried out by radical organizations that question the values of Bhinneka Tunggal Ika
with the desire to change these values by referring to religious values. This activity is increasingly
growing in terms of followers, and further builds up on the blasphemy case accusations towards
former Jakarta Governor, Basuki Tjahaja Purnama.
This research focuses on how the social media has an influence in expanding the spread of
hoaxes and hate speech as an effort to destabilize the values of Bhinneka Tunggal Ika. Information
and data were obtained from interviews with mass organizations often labeled radical, non-
governmental organizations and social observers.
The results of this study confirm the need for capacity building both in the form of media
literacy and also the socialization of Bhinneka Tunggal Ika values through social institutions and the
Government. This is intended to create strong social capital, especially in fostering a sense of trust in
the context of a pluralist society in Indonesia.

Keywords: Post truth, Bhinneka Tunggal Ika, Social Media, Social Capital, Trust.

Pendahuluan di Indonesia termasuk salah satu yang paling


Pancasila sebagai landasan dalam aktif di dunia. Menurut data dari APJII,
bernegara memiliki nilai-nilai seperti menyatakan bahwa media sosial yang paling
mengakui persamaan hak, menghormati sering dikunjungi ialah Facebook dengan
perbedaan serta kebebasan berkeyakinan, persentase sebesar 54% dan diikuti oleh
mengutamakan kepentingan bersama, gotong Instagram pada posisi kedua dengan
royong, dan menempatkan kepentingan bangsa persentase sebesar 15% (APJII, 2016).
dan negara diatas kepentingan pribadi dewasa Kepercayaan masyarakat akan informasi-
ini terasa semakin terkikis dengan pesatnya infomasi yang tersebar di media sosial dapat
perkembangan media sosial. Kebhinnekaan tercermin dengan terkumpulnya umat dalam
Indonesia saat ini sedang diuji dengan gerakan aksi bela Islam.
maraknya informasi hoaks dan ujaran Hal ini dapat menyebabkan
kebencian yang saling menyudutkan antara masyarakat Indonesia dapat dengan cepat
golongan satu dengan golongan lainnya. memasuki era post-truth, yang mana dengan
Kementrian Komunikasi dan Informatika mudahnya masyarakat Indonesia menyerap
menyatakan, terdapat 800.000 situs di informasi hoaks dan juga ujaran kebencian
Indonesia yang menjadi sumber penyebaran tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.
informasi bohong dan ujaran kebencian Post-truth sendiri merupakan kata sifat yang
termasuk didalamnya adalah SARACEN dan mengacu pada budaya (khususnya politik),
MCA (BBC, 2017). dimana argumen dan keputusan dibuat
Penyebaran berita hoaks dan ujaran berdasarkan daya tarik emosional sehingga
kebencian di media sosial yang masif fakta menjadi tidak berpengaruh (Kanakath,
disebabkan karena platform ini dianggap 2017). Selain itu, menurut Nezar Patria,
paling efektif. Jumlah pengguna media sosial editor-in-chief The Jakarta Post, mengatakan
59
bahwa “post-truth adalah kondisi yang terjadi Literasi media di era kemajuan teknologi
ketika informasi bohong (hoaks) disebarkan komunikasi dan informasi diperlukan dalam
untuk memancing emosi dan sentimen publik rangka mendorong masyarakat untuk
dengan menggunakan sirkulasi media digital mempertanyakan mengapa dan bagaimana
yang kencang dan luas serta berusaha untuk sebuah pesan dikirimkan (Alam, 2018). Selain
mengelaborasi suatu peristiwa yang terjadi itu, kurangnya pendidikan character building
sehingga terlihat nyata (Brama, 2017).” membuat kemampuan masyarakat Indonesia
Sikap reaktif masyarakat di era post- masih sebatas kognitif. Pendidikan moral
truth ini ditunjukkan semakin jelas dengan mengenai Pancasila dan kewarganegaraan
munculnya serangkaian gerakan aksi bela masih dianggap pelajaran yang tidak begitu
Islam, dimulai pertama kali pada 14 Oktober penting dalam jenjang pendidikan formal.
2016 yang kerap disebut aksi 1410. Tidak Oleh sebab itu, penekanan terhadap media
lama, aksi bela Islam terus berkelanjutan literasi dan character building dipandang perlu
hingga muncul pula nama aksi-aksi lain seperti untuk menghadapi era post-truth demi
aksi 411, 212, 112, 212 Jilid II, 313 dan 55 menangkal serbuan informasi hoaks
(Agustin, 2017). Ketujuh rangkaian aksi bela khususnya di media sosial.
Islam tersebut bertujuan untuk memenjarakan Identifikasi Masalah
mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Produksi berita hoaks paling banyak
Purnama, tidaklah lepas dari peran sosok disebarluaskan menggunakan media sosial
imam besar FPI yakni Habib Rizieq Shihab. Ia (Hutabarat, 2017). Berita hoaks dan ujaran
dianggap sebagai sosok kharismatik yang kebencian yang dikonsumsi masyarakat
memiliki pengaruh dan semua perkataannya seringkali berpotensi memicu konflik sosial.
dianggap benar oleh pengikutnya termasuk Maraknya berita hoaks dan ujaran kebencian
ketika ia menjadi pelopor gerakan aksi bela di Indonesia juga disebabkan oleh
Islam. Habib Rizieq menyatakan bahwa Ahok kecenderungan masyarakat yang
telah menodai agama secara sengaja dan mengutamakan aspek emosional dibanding
sistematis dengan tujuan untuk mempengaruhi dengan fakta obyektif yang ada (Sulistyo,
umat muslim (Fadhil, 2017). 2017). Penyebaran berita hoaks yang tersebar
Menurut Eko Sulistyo, Deputi melalui media sosial memiliki potensi besar
Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi melunturkan nilai-nilai ke-Bhinnekaan yang
Kantor Staf Presiden, meluasnya fenomena telah digenggam erat bangsa Indonesia.
post-truth di Indonesia disebabkan oleh Rumusan Masalah
beberapa hal: Melihat latar belakang dan fenomena
Pertama, kemajuan teknologi informasi yang yang telah dipaparkan sebelumnya, yang
tidak diimbangi oleh kapasitas adaptasi menjadi fokus penelitian bagi peneliti adalah
Pemerintah dan masyaralat; kedua, adanya “Bagaimana peran media sosial di era post-
kompetisi politik yang terus berkepanjangan truth dalam melunturkan nilai ke-Bhinnekaan
sejak Pilpres 2014; ketiga, adanya dukungan pasca kasus penistaan agama yang dilakukan
dari masyarakat terhadap ideology ekstrim oleh Basuki Tjahaja Purnama?”
anti Pancasila; keempat, adanya kegelisahan Tujuan Penelitian
terhadap perubahan dan perbaikan system Penelitian mengenai fenomena post-
yang dilakukan saat ini (Sulistyo 2017) truth yang terjadi pada media sosial, bertujuan
untuk:
Dari ke-empat penyebab nampak  Untuk mendeskripsikan fenomena
bahwa penyebab pertama hingga ketiga post-truth yang terjadi pada media
merupakan hal yang paling sering terjadi di sosial dalam konteks masyarakat
dalam konteks hubungan antar individu dalam Indonesia.
masyarakat. Bahkan dalam kondisi menjelang  Untuk menganalisa penyebab
Pemilu 2019, menjadi sangat penting dan tidak pudarnya nilai-nilai ke-Bhinnekaan
jarang terjadi gesekan-gesekan baik pada level pada sebagian organisasi masyarakat
antar individu, organisasi dan juga bernegara. di Indonesia.
Mudahnya terprovokasi oleh suatu informasi
yang belum tentu benar menandakan lemahnya Objek dan Subjek Penelitian
individu dalam memahami berita dan juga Obyek Penelitian
mengkonfirmasi ulang tentang kebenarannya.
60
Obyek dari penelitian ini adalah sering dimintai dan menyebarkan informasi
penyebaran berita-berita hoaks dan ujaran kepada masyarakat (Nurudin, 2000). Opinion
kebencian melalui media sosial yang berupaya leaders dapat mengadopsi ide dan pemikiran
untuk mengikis integritas bangsa Indonesia. baru, mengorganisir dengan baik dan dapat
Penelitian ini membatasi pada penyebaran menggerakan seseorang untuk melakukan
berita-berita yang dilakukan di media sosial sebuah tindakan tertentu atau menerima
pasca pidato mantan gubernur DKI di sebuah gagasan baru (Gani, 2014). Informasi
Kepulauan Seribu tgl 27 September 2016 yang yang diberikan oleh opinion leaders seringkali
berujung pada jatuhnya vonis hukuman lebih didengar dibanding media konvensional,
penjara selama 2 tahun terhadap yang hal ini menandakan bahwa benar atau tidaknya
bersangkutan pada Mei 2017. informasi yang diberikan oleh opinion leaders
Adapun yang menjadi fokus utama akan mempengaruhi stabilitas sosial dan
dari penelitian ini bukanlah pada politik masyarakat Indonesia. Saat ini, para
muatan/konten pada setiap berita yang opinion leaders berebut untuk mempengaruhi
diperoleh dari media sosial melainkan lebih masyarakat melalui media sosial (Rachmawati,
pada maksud dan tujuan dalam menyebarkan 2017).
berita tersebut. Oleh sebab itu penelitian ini Penyebaran informasi melalui media
berusaha untuk memberikan porsi yang sosial yang dilakukan oleh opinion leaders
seimbang bagi kelompok-kelompok yang berpotensi untuk mengkotak-kotakan
bersebrangan. Sebagai pelengkap penelitian ini masyarakat, hal ini dapat dilihat dari kasus
juga berusaha meng-cover pendapat dari Habib Rizieq yang dinilai menghina Pancasila
pengamat sosial/filsafat untuk bisa membantu dan Bhineka Tunggal Ika. Imam Besar FPI
memahami permasalahan dengan lebih tersebut menyatakan “Pancasila Soekarno ke-
proporsional. Tuhanan ada di pantat sedangkan Pancasila
Piagam Jakarta ke-Tuhanan ada di kepala”
Subjek Penelitian (Fitrahudin, 2016). Fenomena ini berhasil
Sebagai upaya pemenuhan informasi menimbulkan persepsi yang berbeda-beda,
dan data yang relevan maka subyek dari pernyataan ini menggugah emosi publik dan
penelitian ini adalah: ormas keagamaan yang menimbulkan sekat antara pendukung Habib
bersifat radikal, lembaga swadaya masyarakat Rizieq dan pihak yang menganggap Habib
(LSM), pengamat sosial dan juga pengamat Rizieq menghina Pancasila. Informasi yang
media. Penetapan subyek penelitian diberikan oleh opinion leaders seringkali
didasarkan atas pemahaman dan partisipasi mengaduk emosi, menarik sentimen
aktif dari lembaga/individu yang berhubungan masyarakat, dan bahkan melunturkan nilai-
dengan topik penelitian yang diangkat. nilai yang sejak lama digenggam oleh bangsa
Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Tinjauan Pustaka Bhinneka Tunggal Ika merupakan
Fenomena Post-Truth di Indonesia semboyan negara yang dipegang erat Republik
Post-truth didefinisikan sebagai Indonesia, yang berarti "Kami berbeda-beda,
konsep yang berhubungan dengan situasi- tapi kami tetap satu," (Santoso, 1975). Konsep
situasi dimana keyakinan dan perasaan pribadi Bhinneka Tunggal Ika bukanlah hal baru bagi
lebih berpengaruh dalam membentuk opini masyarakat Indonesia. Konsep ini memiliki
publik dibandingkan dengan fakta-fakta tujuan politik, namun juga harus dipandang
obyektif dalam suatu peristiwa yang terjadi sebagai kebijakan budaya yang mendasar yang
(Banapon, 2017). Post-truth mencerminkan dirancang untuk membangun karakter dan
keadaan yang membuat batas-batas antara peradaban yang sesuai dengan bangsa
kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan Indonesia yang pluralistik (Farisi, 2014).
kecurangan, fiksi dan non fiksi menjadi tidak Semangat toleransi beragama
obyektif (Keyes, 2004). merupakan elemen penting dalam Bhinneka
Lahir dan terbentuknya opini publik Tunggal Ika. Konsep Bhinneka Tunggal Ika
memiliki kaitan yang erat dengan informasi- merupakan konsep yang menyangkut lebih
informasi yang disebarkan melalui opinion dari sekedar toleransi terhadap perbedaan
leaders. Sehingga, opinion leaders bisa agama, namun juga menyangkut toleransi
menjadi salah satu agen pendorong post-truth. terhadap perbedaan fisik, budaya, bahasa,
Opinion leaders merupakan seseorang yang sosial, politik, ideologis, dan psikologis,
61
Bhinneka Tunggal Ika mewakili sebuah ini bukanlah hal yang mudah dikarenakan
gerakan menuju persatuan, berdasarkan penyebaran berita hoaks seringkali beredar
pemahaman, perbedaan yang justru tanpa deskripsi atau informasi yang akurat
memperkaya interaksi manusia (Lalonde, (Jeko, 2017).
1994). Eksistensi Bhinneka Tunggal Ika dalam
struktur masyarakat yang majemuk menjadi Human Capital & Literasi Media
penting, namun keberadaan Bhinneka Tunggal Human capital dibangun melalui
Ika di Indonesia menjadi dipertanyakan peningkatan sumber daya manusia yang
kembali menyangkut kasus gerakan aksi bela menciptakan keterampilan dan kapabilitas baru
Islam dan penyebaran berita hoaks. yang membuat mereka mampu melakukan
berbagai hal baru (Coleman, 2000).
Media Sosial sebagai Wadah Bohlander, Snell, dan Sherman (2001)
Bertumbuhkembangnya Berita Hoaks menegaskan bahwa pembentukan human
Dewasa Ini capital ditekankan oleh pengetahuan,
Media sosial memungkinkan setiap keterampilan dan kompetensi. Namun
individu untuk saling berinteraksi tanpa tentunya bukan sekedar pengetahuan,
dibatasi ruang dan waktu, individu dapat keterampilan dan kompetensi, tetapi
bersosialisasi dengan satu sama lain secara pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi
online, media sosial yang biasa dipakai dalam yang bermanfaat bagi organisasi dan masing-
berinteraksi ialah Facebook, Twitter, masing individu dapat berkontribusi dalam
Instagram (Nimda, 2012). Pesan yang peningkatan kerja organisasi.
disampaikan di media sosial bisa ke berbagai Fenomena ini dapat menunjukkan
individu (tidak hanya satu), pesan dapat bahwa peningkatan human capital dapat
disampaikan dan diterima secara bebas, tanpa diwujudkan dengan tumbuhnya sikap kritis
melalui gatekeeper tertentu, alur informasi masyarakat terhadap informasi yang mereka
yang terjadi juga sangat cepat, lebih cepat dari dapatkan, dan dengan adanya pengetahuan
media konvensional (Gamble, 2010). Media mengenai literasi media. Sekumpulan
sosial mendorong kontribusi dari setiap orang perspektif yang secara aktif digunakan oleh
yang tertarik hingga mengaburkan sekat antara manusia untuk mengekspos dirinya kepada
audience dengan media, serta memungkinan media untuk menafsirkan atau
terjadinya perbincangan secara luas ataupun menginterpretasikan makna pesan yang
dua arah (Kaplan, 2010). mereka hadapi disebut dengan literasi media
Bebas dan cepatnya alur informasi (Potter, 2015). Selanjutnya Potter
yang berkembang di media sosial menambahkan bahwa, perspektif dibangun
dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang melalui struktur pengetahuan dan untuk
memiliki kepentingan untuk menyebarkan mendapatkan struktur tersebut manusia
berita bohong (hoaks). Hoaks merupakan membutuhkan ‘bahan baku’ dan ‘alat’ (Potter,
pesan yang mencoba meyakinkan pembaca 2015). Alat yang digunakan oleh manusia
tentang sebuah informasi yang tidak terbukti adalah skill mereka dan bahan bakunya adalah
kebenarannya dan kemudian berusaha informasi yang didapatkan melalui media dan
meyakinkan pembaca untuk melakukan suatu kehidupan nyata (Potter, 2015). Aktif dalam
tindakan tertentu (Hintzbergen, 2010). konteks tersebut adalah bahwa manusia
Munculnya berita hoaks serta ujaran kebencian menyadari suatu pesan dan secara sadar
merupakan sebuah fenomena yang meresahkan berinteraksi dengan pesan tersebut (Potter,
masyarakat, permasalahan akan menjadi 2015).
semakin rumit jika hoaks diedarkan oleh Kemampuan berpikir kritis terhadap
sebuah akun media sosial yang memiliki isi media merupakan sebuah esensi dasar dari
banyak pengikut. literasi media, dengan kemampuan ini
Media sosial merupakan wadah memungkinkan seorang individu untuk
terbesar dalam penyebaran atau beredarnya mengembangkan penilaiannya sendiri yang
berita hoaks, salah satu media sosial yaitu independent terhadap isi media, literasi media
Facebook telah melakukan beberapa aksi juga akan menolong menumbuhkan kesadaran
untuk meredam hal ini, seperti menghapus akan dampak media terhadap individu dan
konten yang melanggar kebijakan Facebook masyarakat (Silverblatt, 2001). Literasi media
dan merilis fitur penangkal hoaks, namun hal dapat dijadikan strategi untuk menganalisis
62
dan mendiskusikan informasi yang didapati
dari sebuah media. Metode Pengumpulan Data
Human capital memiliki kaitan yang 1. Data Primer
erat dengan modal sosial. Peningkatan sumber Dalam pengumpulan data primer,
daya manusia yang menciptakan kemampuan peneliti menggunakan metode in-
baru dalam diri seorang individu, sehingga depth interview.
individu tersebut dapat menerapkannya  In-depth interview
kedalam sebuah komunitas atau organisasi, Wawancara merupakan instrumen
dan individu-individu dengan kemampuan yang digunakan untuk memperoleh
baru bekerjasama demi mencapai sebuah data dalam penelitian ini. Menurut
tujuan bersama (modal sosial). Bungin (2007, h. 108) in-depth
Modal sosial merupakan sebuah interview adalah
rangkaian proses hubungan antar manusia Proses memperoleh keterangan untuk
yang didukung dengan sebuah jaringan, tujuan penelitian dengan cara tanya
norma, dan kepercayaan sosial yang jawab sambil bertatap muka antara
mendukung kerjasama sebuah kelompok untuk pewawancara dengan informan atau
sebuah keuntungan dan kebaikan bersama orang yang diwawancarai, dengan
(Cox, 1995). Modal sosial memiliki peranan atau tanpa menggunakan pedoman
yang penting dalam memperkuat kehidupan wawancara, dimana pewawancara
masyarakat saat ini. Rendahnya modal sosial dan informan terlibat dalam
akan dapat menghalangi segala upaya untuk kehidupan sosial yang relatif lama.
mencapai kesejahteraan masyarakat
(Fukuyama, 1999). Wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah jenis wawancara semi-
METODE PENELITIAN structured, dimana wawancara yang akan
Pendekatan Penelitian dilakukan diarahkan melalui interview
Penelitian ini menggunakan guidelines. Interview guidelines ini sendiri
pendekatan kualitatif karena pendekatan ini akan berisikan tentang topik permasalah dalam
dianggap mampu untuk menggambarkan penelitian. Dalam wawancara yang dilakukan
fenomena yang berkaitan dengan upaya untuk pertanyaan yang akan diajukan tidak terpaku
melunturkan nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an pada interview guidelines, melainkan
yang banyak dilakukan oleh kelompok- pertanyaan akan mengikuti situasi wawancara
kelompok organisasi masyarakat melalui dan interview guidelines hanya akan
media sosial. mengendalikan alur wawancara. Wawancara
Agar penelitian ini bisa mendapatkan dilakukan dengan empat informan, Halili
hasil yang mendalam dan bukan hanya sekedar (Peneliti SETARA Institute), Muhammad
hal yang bersifat umum, maka penelitian ini Syahroji (Kepala Sekretariat DPP FPI), Adek
akan mendapatkan penjelasan secara Media Roza (Head of Research & Data –
mendalam dari orang-orang yang memiliki KATADATA), dan Dr. Fransisco Budi
keahlian di bidang media, sosial, dan politik Hardiman (Pengamat Sosial).
serta orang yang terlibat langsung dalam 2. Data Sekunder
rangkaian aksi bela Islam sebagai dampak dari Dalam mengumpulkan data sekunder,
kasus penistaan agama Basuki Tjahaja peneliti menggunakan studi
Purnama. kepustakaan dalam mengumpulkan
Metode penelitian yang akan informasi.
digunakan dalam penelitian ini adalah metode  Studi Kepustakaan
penelitian deskriptif. Metode ini didasarkan Studi kepustakaan yang akan
oleh pertanyaan bagaimana (Gulo, 2002). dilakukan adalah dengan mencari
Lebih lanjut, metode ini akan meningkatkan informasi melalui media cetak dan
pemahaman peneliti mengenai bagaimana online yang berkaitan dengan
sebuah fenomena atau peristiwa dapat terjadi. penggunaan media sosial dalam
Selain itu, metode penelitian deskriptif hanya melunturkan nilai-nilai ke-Bhinneka
menjelaskan situasi atau peristiwa dan tidak Tunggal Ika-an.
mencari dan menjelaskan hubungan, serta
tidak membuat prediksi (Rakhmat, 1998). Metode Analisis Data
63
Analisa data adalah proses Penggunaan Media Sosial Menciptakan
penyederhanaan dan penyajian data Ketidakstabilan Politik
dengan mengelompokannya dalam suatu Pada era digital saat ini, dimana
bentuk yang mudah dibaca dan teknologi berkembang dengan pesat,
diinterpretasi (Silalahi, 2009). Analisis masyarakat sudah biasa terpapar dengan salah
data yang akan dilakukan dalam penelitian satu bentuk dari teknologi, yaitu media sosial.
ini adalah: Media sosial menjadi wadah untuk berbagi
1. Reduksi Data informasi dengan banyak orang. Tidak dapat
Data yang didapatkan dalam dipungkiri bahwa media sosial, memberikan
pengumpulan data berupa hasil dampak yang besar pada pengguna karena
wawancara dapat dikatakan cukup sangat efektif bahkan hingga mampu
banyak. Oleh karena itu, akan menciptakan ketidakstabilan politik. Hasil
dilakukan reduksi data dengan temuan penelitian menunjukkan bahwa di era
merangkum, memilih hal-hal pokok post- truth, media sosial yang merupakan
atau inti, memberikan fokus kepada media baru yang menghilangkan sekat antara
hal yang lebih penting dan membuang rasional dan emosional, dimanfaatkan untuk
yang tidak perlu. Ketika proses menyebarkan berita bohong dimana isu-isu
reduksi sudah dilakukan maka proses sektarian dan keagamaan disuarakan terus
analisa data akan lebih mudah. Analisa menerus, dan masyarakat lebih percaya berita
data dilakukan dalam bentuk uraian yang disebar di media sosial daripada media
singkat atau teks naratif dan konvensional. Namun demikian, Syahroji
pengelompokan data akan dilakukan selaku Kepala Sekretariat DPP FPI memiliki
dengan coding. Menurut Saldana pandangan lain bahwa:
(2009, h. 3) coding adalah “a code in Sejak aksi bela Islam FPI tidak punya
qualitative inquiry is most often a media (Facebook & Twitter), karena
word or short phrase that symbolically medianya sudah dirampas oleh
assigns a summative, salient, essence kepolisian, jadi kita hanya punya
– capturing, and/or evocative attribute media alami seperti panggung-
for a portion of language – based or panggung tabligh atau gunakan hp
visual data.” yang ada, itu aja.
2. Penyajian Data Dengan demikian, FPI berkeyakinan bahwa
Proses penyajian data ini sendiri dapat sebuah pesan tidak selalu memerlukan media
disajikan dalam bentuk uraian singkat, sosial untuk dapat disebar-luaskan secara
tabel, dan sebagainya. Tujuan dari efektif. Ditambah lagi, dia mempercayai
penyajian data ini sendiri adalah adanya kuasa supernatural yang besar yang
memudahkan untuk memahami apa mampu menjadikan proses penyebaran
yang terjadi, dan membantu peneliti informasi efektif. Berikut adalah
untuk melakukan pengambilan pernyataannya bahwa “Media sekarang itu
tindakan selanjutnya dan kemudian dominan dimiliki orang kafir. Umat Islam itu
melakukan penarikan kesimpulan. cukup mengimani surat Al-Baqarah ayat 120,
3. Penarikan Kesimpulan ini yang ngasih kabar Tuhan…”
Langkah terakhir yang akan dilakukan Temuan penelitian juga
adalah melakukan penarikan menyimpulkan bahwa media sosial membuat
kesimpulan, yang mana proses ini informasi sangat mudah dicapai, termasuk
dilakukan dengan menginterpretasikan informasi hoaks dan ujaran kebencian
pola pengelompokkan data yang sudah diciptakan secara sistemik, diinstrumentasikan
dilakukan melalui proses coding. sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Sudah
Kesimpulan ini dilakukan dengan banyak pelaku penyebaran berita bohong yang
mencoba menemukan pola-pola yang ditangkap pihak berwajib akibat perbuatannya,
tergambar melalui data yang dan salah satunya adalah MCA (Muslim Cyber
terkumpulkan. Army) dan juga kasus yang dilakukan oleh
Ratna Sarumpaet. Akan tetapi, Syahroji
HASIL DAN PEMBAHASAN selaku Kepala Sekretariat DPP FPI mengakui
bahwa MCA adalah senjata bagi umat muslim
untuk membela dan membantah segala opini
64
yang menyudutkan Islam, terlepas dari hoaks hari, Indonesia saat ini sedang krisis
tidaknya isi konten yang disebar-luaskan oleh definisi, mereka enak aja membuat
MCA. definisi, tapi sesungguhnya rapuh
Hoaks membawa masyarakat pada dalam mendefinisikan yang mereka
fenomena post-truth, yang mana saat ini buat.
individu cenderung langsung mempercayai Fenomena ini didukung oleh data yang
segala informasi yang sejalan dengan daya dimiliki SETARA Institute, seperti yang
tarik emosional mereka, ketimbang fakta yang dilontarkan oleh Halili:
ada. Hal ini sejalan dengan apa yang Adek Kebhinnekaan kita ini seperti stuck.
Media (Head of Research & Data – Pelanggaran kebebasan beragama dan
KATADATA), yaitu: “Informasi terus masuk, berkeyakinan dalam riset SETARA 11
dan publik akan menganggap informasi itu tahun terakhir stagnan. Tidak pernah
sebagai sebuah kebenaran, itu yang disebut kurang dari 100 setiap tahun. Ada
post-truth kan, kebenaran baru,”. Ia juga sudah sekitar 2000an dalam 11 tahun,
menimbali mengatakan: “Post-truth itu terjadi saya punya datanya.
karena adanya berita hoaks, karena masyarakat
menerima suatu berita tanpa rasa skeptis atau Pengamat Sosial Budi Hardiman menuturkan
kecurigaan.”. Demikian dapat disimpulkan bahwa keadaan ini diperparah dengan
bahwa fenomena ini dapat mengubah sebuah kecenderungan masyarakat untuk mengikuti
tatanan yang sudah ada, asal masyarakat alur anti-mainstream, yang justru melawan
dipaparkan pada informasi-informasi bohong konsensus mengenai Bhinneka Tunggal Ika.
yang membakar emosi atau sentimen mereka. Pandangannya didukung oleh Adek Media
Hasil penelitian juga menyimpulkan selaku Head of Research & Data -
bahwa opinion leaders merupakan sosok yang KATADATA, yang mengatakan bahwa apa
sangat signifikan perannya dalam yang terjadi menunjukkan bahwa fenomena
menggerakan opini publik, walaupun post truth mengakibatkan masyarakat terkotak-
seringkali opinion leaders menyebar informasi kotak.
yang tidak seharusnya kepada publik, sehingga Namun demikian Kepala Sekretariat
menimbulkan kemarahan, mengaduk-aduk DPP FPI, Syahroji, justru mengatakan bahwa
emosi dan masyarakat yang sentimen satu FPI merupakan contoh konkret dari Bhinneka
sama lain. Hal ini membuat seseorang kerap Tunggal Ika, yang mana “Kebhinnekaan yang
dianggap sebagai icon atau dikultuskan, sesungguhnya itu nampak dari adanya lintas
karena ia dapat mempengaruhi opini publik, parpol, suku, bahasa semuanya yang
yang mana nampak dari ungkapan Syahroji berkumpul pada aksi bela Islam. Jadi ke-
yang memandang Habib Rizieq sebagai sosok Bhinneka Tunggal Ika-an kami sudah terbukti.
yang selalu benar. Selain nilai-nilai pada semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, konsep gotong royong
Mempertanyakan Nilai-nilai Bhinneka yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia juga
Tunggal Ika dan Hilangnya Kepercayaan turut dipertanyakan. Padahal, gotong royong
Pada Masyarakat ini memunculkan kolektivitas dan kesetaraan.
Indonesia merupakan negara yang Masyarakat percaya dan bekerja sama untuk
memiliki keberagaman yang tinggi dan mencapai suatu tujuan dan ini merupakan
dipersatukan melalui konsep Bhinneka ‘modal sosial’. Modal sosial dapat dibangun
Tunggal Ika, yang artinya adalah ‘berbeda- jika terdapat rasa saling percaya. Namun
beda tetapi tetap satu’. Sayangnya, semboyan menurut hasil data yang diperoleh, Indonesia,
Bhinneka Tunggal Ika yang telah yang pada awalnya menganut budaya gotong
mempersatukan Indonesia selama kurang lebih royong nampaknya mulai ada pergeseran,
73 tahun ini nampaknya mulai dipertanyakan diakibatkan oleh rendahnya tingkat
oleh beberapa organisasi masyarakat tertentu, kepercayaan pada sesama dan dibangunnya
dan diminta untuk didefinisikan kembali. nilai/kemampuan berdaya saing. Halili, selaku
Seperti yang dilontarkan oleh Syahroji (Kepala Peneliti SETARA Institute mengatakan bahwa
Sekretariat DPP FPI), pernyataannya adalah “Ada hubungan timbal balik yang secara
sebagai berikut: kompleks melahirkan situasi distrust, yang
Kalau mau ngomong Bhinneka mendorong masyarakat kehilangan modal
Tunggal Ika itu harus jelas sampe gini sosial.” Lemahnya modal sosial diakibatkan
65
oleh human capital yang tidak mendukung dan mempengaruhi pola pikir dan perasaan
hal tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat masyarakat. Akibatnya adalah memunculkan
pendidikan di Indonesia, Halili, selaku peneliti pergeseran dan pengikisan dalam hal
SETARA Institute mengatakan bahwa kepercayaan (trust) pada masyarakat Indonesia
“pendidikan kita selama ini belum support dan berpotensi pada munculnya konflik sosial
untuk membangun ketahanan sosial kita.” dan politik.
Untuk meningkatkan modal sosial, Cepatnya arus informasi di media
diperlukan adanya peningkatkan tingkat sosial memudahkan masyarakat dalam
literasi dalam masyarakat, sehingga mengakses segala informasi yang ada. Namun,
meningkatkan pula kualitas sumber daya di sisi lain cepatnya arus informasi
manusia. Hal ini didukung oleh Halili, Peneliti menimbulkan konten yang bebas dan beragam,
SETARA Institute, yang mengatakan bahwa: hal ini dimanfaatkan oleh suatu kelompok atau
Kalau pendidikan kita bagus kan golongan tertentu untuk menyebar luaskan
literasi masyarakat juga meningkat. berita bohong demi sebuah kepentingan,
Kalau literasi masyarakat meningkat sehingga informasi yang dikonsumsi publik
kan, kan dengan sendirinya kita tidak merupakan informasi yang tidak kredibel.
mau dibodohin. Kalau kita tidak mau Tidak seimbangnya kemampuan
dibodohin, kan minim kemungkinan adaptasi antara pemerintah dan masyarakat
kita untuk berkonflik. dengan perkembangan informasi yang terjadi,
Dengan demikian jika tingkat literasi, kompetisi antar aktor politik, dan munculnya
dalam hal ini literasi media tinggi, maka kelompok masyarakat yang anti Pancasila
dengan otomatis masyarakat akan cenderung membuat opini publik terbentuk berdasarkan
lebih kritis dalam mengkonfirmasi segala daya tarik emosional daripada fakta obyektif
informasi yang didapat, dan jika masyarakat yang ada, atau melahirkan fenomena yang
lebih mengutamakan pemikiran rasional, maka disebut post-truth.
masyarakat Indonesia tidak akan mudah Secara tidak langsung, fenomena post-
tersulut emosi yang berpotensi truth yang terjadi di Indonesia menjadi
menghancurkan nilai persatuan yang sejak determinan untuk menggeser nilai-nilai
awal dibangun. Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini dapat dilihat
dari bagaimana organisasi masyarakat
Modal Sosial dalam Memperkuat radikalis seperti Front Pembela Islam,
Persatuan menggunakan media sosial untuk membuat
masyarakat mempertanyakan kembali atau
meredefenisikan Bhinneka Tunggal Ika.
Organisasi tersebut menyebarkan informasi
yang dapat memancing sentimen publik secara
masif dan terus menerus melalui media sosial,
sehingga masyarakat terpicu emosinya dan
mengakibatkan mereka menjadi terkotak-
kotak.
Bagan ini menunjukkan bagaimana Sebagai contoh, bermula dari
posisi Bhineka Tunggal Ika yang dulu potongan rekaman video Ahok saat
dipahami sebagai landasan dalam membangun berkunjung ke Pulau Seribu yang diunggah
nilai-nilai persatuan dan juga integritas oleh sebuah akun Facebook bernama Buni
berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Yani, yang berjudul ‘Penistaan Terhadap
Indonesia serta disosialisasikan melalui Agama?’. Video yang diunggah memotong
pendidikan formal dan juga media cetak dan kata ‘pakai’, sehingga terdapat pergeseran
elektronik (truth) sekarang ini mendapat makna dari apa yang diucapkan sebenarnya
tantangan dari media sosial online. (Rizki, 2017). Tidak lama kemudian, muncul
Penggunaan media sosial muncul dari serangkaian gerakan aksi bela Islam yang
beberapa kelompok radikalis radikal yang mana didalam aksi tersebut dikemukakan
berusaha mempertanyakan dan mendefinisikan seruan untuk tidak memilih pemimpin yang
kembali tentng nilai-nilai persatuan dalam berbeda agama dan seruan lain seperti
kemajemukan masyrakat yang ada (post- ‘Ganyang Cina’ (BBC, 2017). Hal ini
truth). Hal inilah yang dianggap menggambarkan munculnya pandangan post-
66
truth yang telah mengganggu nilai-nilai kemudian masyarakat dapat menggunakan
pluralisme yang ada dalam Bhinneka Tunggal media sosial dengan arif.
Ika, serta mencoba menghancurkan tatanan
yang sudah ada. REFERENSI
Pemahaman post-truth dapat Agustin, D. (2017). Ini 7 Rangkaian Aksi Bela
diminimalisir dengan adanya pendidikan yang Islam Sebelum Ahok Divonis 2 Tahun Penjara.
baik dalam masyarakat yang dimulai dari Diakses pada 14 Maret 2018, dari
pendidikan moral (character building) hingga http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/
literasi media. Masyarakat yang memiliki hukum/17/05/10/opp5r4330-ini-7-rangkaian-
pendidikan yang baik akan membentuk aksi-bela-islam-sebelum-ahok-divonis-2-
keterampilan atau skill yang disebut dengan tahun-penjara-part2.
human capital. Dengan adanya human capital,
modal sosial akan terbentuk seiring dengan Alam, S. (2018). Post Truth dan Literasi
kerja sama antar individu yang berkualitas Media. Diakses pada 12 Maret 2018, dari
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Modal http://www.mediaindonesia.com/news/read/14
sosial menciptakan rasa percaya (trust) satu 0705/post-truth-dan-literasi-media/2018-01-
sama lain. Diawali dengan pendidikan yang 15.
bermutu, sehingga masyarakat dapat semakin
berpikir kritis dalam menganalis apakah Banapon, M. (2017). Post Truth dan Media
sebuah berita benar atau salah, sehingga Sosial. Diakses pada 27 Februari 2018, dari
masyarakat kemudian dapat menggunakan https://www.qureta.com/post/post-truth-dan-
media sosial dengan arif. fenomena-media-sosial.

KESIMPULAN Baran, J, S. (2017). Pengantar Komunikasi


Konten informasi dalam media sosial Massa: Melek Media dan Budaya (5th ed.).
seringkali disalahgunakan oleh suatu Jakarta: Penerbit Erlangga.
kelompok tertentu dalam menyebarluaskan
berita bohong dan ujaran kebencian untuk Basuki, D. (2017). Era Post-Truth: Kebenaran
sebuah kepentingan. Kecenderungan Jadi Komoditas. Diakses pada 27 Februari
masyarakat yang langsung mempercayai 2018, dari
segala informasi dalam media sosial dan juga https://indonesiana.tempo.co/read/107184/201
didorong oleh daya tarik emosional mereka 7/01/24/desibelkoe/era-post-truth-kebenaran-
melahirkan fenomena post-truth. Hal inilah jadi-komoditas.
dilakukan oleh organisasi masyarakat radikalis
seperti Front Pembela Islam (FPI), melalui BBC. (2017). Kasus Saracen: Pesan
pemimpinya Habib Rizieq untuk membuat Kebenciandan Hoax di Media Sosial ‘Memang
masyarakat terkotak-kotak dan Terorganisir’. Diakses pada 15 Maret 2018,
mempertanyakan kembali atau dari http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-
meredefenisikan Bhinneka Tunggal Ika. 41022914.
Fenomena post-truth telah mengganggu nilai-
nilai pluralisme yang terdapat dalam Bhinneka Brama, A. (2017). Meretas Post Truth.
Tunggal Ika, serta menghancurkan tatanan Diakses pada 27 Februari 2018, dari
yang sudah ada. https://geotimes.co.id/submission/comniphore/
Maka dari itu, untuk bisa menjaga meretas-post-truth/.
keutuhan dan persatuan bangsa maka
pemahaman post-truth perlu diminimalisir Cox, E. (1995). A Truly Civil Society. Diakses
melalui pembentukan modal sosial yang kuat, pada 16 Maret 2018, dari
yang mana bisa membentuk kepercayaan yang http://www.mapl.com.au
tinggi di antara masyarakat dan kerja sama
baik antar individu yang berketerampilan guna Fadhil, H. (2017). Habib Rizieq: Ahok Nodai
mencapai suatu tujuan bersama. Pembentukan Al Quran, Nodai Agama Islam. Diakses pada
modal sosial diawali dengan membangun 12 Maret 2018, dari
landasan human capital yang dapat diperoleh https://news.detik.com/berita/d-
melalui pendidikan yang bermutu, mulai dari 3434124/habib-rizieq-ahok-nodai-alquran-
pendidikan moral hingga literasi media, agar nodai-agama-islam?hash=20170228.
67
https://geotimes.co.id/submission/hutri72/hutri
Fitrahudin, H. (2016). Dianggap Hina 72-tingkat-literasi-indonesia/.
Pancasila, Habib Rizieq Dipolisikan
Sukmawati Soekarnoputri. Diakses pada 14 Kanakath, P. (2017). Talking About Post Truth
Maret 2018, dari Politics and Education. Diakses pada 27
https://news.detik.com/berita/d- Februari 2018, dari
3330943/dianggap-hina-pancasila-habib- http://www.thejakartapost.com/life/2017/04/07
rizieq-dipolisikan-sukmawati-soekarnoputri. /talking-about-post-truth-politics-and-
education.html.
Fukuyama, F. (2000). Social Capital and Civil
Society. IMF Working Paper. WP/00/74. Kaplan, A, M. & Haenlein, M. (2010). Users
of The World, Unite! The Challenges and
Opportunity of Social Media. Business
Gani, P. (2014). Opinion Leader. Diakses pada Horizons, 53, 59-68.
14 Maret 2018, dari
http://www.lspr.edu/pritakemalgani/opinion- Keyes, R. (2004). The Post Truth Era:
leader/. Dishonesty and Deception In Contemporary
Life. New York: St. Martin’s Press.
Gamble, T. & Gamble, M. (2012).
Communication Works (11th ed.). Potter, W. (2005). Media Literacy (3rd ed.).
Pennsylvania: McGraw-Hill Higher California: Sage Publications, Inc.
Education.
Rakhmat, J. (1998). Metode Penelitian
Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Grasindo. Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Hutabarat, S. (2017). Hoaks di Facebook.
Diakses pada 14 Maret 2018, dari Setyani, T. (2009). Bhinneka Tunggal Ika
http://mediaindonesia.com/index.php/podium/r Sebagai Jati Diri Bangsa. Paper
ead/1004/hoaks-di-facebook/2017-09-04. dipublikasikan di Konferensi Nasional dan
Pembentukan Organisasi Profesi Pengajar
Iman, N. (2016). Post-Truth dan Medsos di Bahasa, Sastra, Budaya, dan Seni Daerah se-
Indonesia. Diakses pada 14 Maret 2018, dari Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajah
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini- Mada.
koran/16/12/15/oi7ss211-posttruth-dan-
medsos-di-indonesia. Silalahi, U. (2009), Metode Penelitian Sosial.
Bandung: PT Refika Aditama.
Irwansyah. (2017). Pasca Kebenaran Riset
dan Tata Kelola Komunikasi. Diakses pada 2 Subiakto, H. (2017). Fakta Dapat Kalah di
Maret 2018, dari Era Post Truth. Diakses pada 14 Maret 2018,
http://www.mediaindonesia.com/news/read/11 dari https://legaleraindonesia.com/fakta-dapat-
1599/pascakebenaran-riset-dan-tata-kelola- kalah-di-era-post-truth/.
komunikasi/2017-07-06#.
Sulistyo, E. (2017). Media Sosial dan
Jeko, R. (2017). Ini Tantangan Facebook Fenomena Post Truth. Diakses pada 27
Berantas Berita Hoax di Indonesia. Diakses Februari 2018, dari http://ksp.go.id/media-
pada 14 Maret 2018, dari sosial-dan-fenomena-post-truth/index.html.
http://tekno.liputan6.com/read/3150597/ini-
tantangan-facebook-berantas-berita-hoax-di- Tarigan, K. (2016). Survey SRMC: 45,2
indonesia. Persen Masyarakat Setuju Ahok Menistakan
Agama. Diakses pada 12 Maret 2018, dari
Kahari, M. (2017). HUT RI 72, Tingkat https://news.detik.com/berita/d-
Literasi Indonesia. Diakses pada, 3 Maret 3366806/survei-smrc-452-persen-masyarakat-
2018, dari setuju-ahok-menistakan-agama.

68
Tribunnews. (2017). Oh, Ternyata Penyebar
Berita Hoax Manfaatkan Peralatan Canggih,
Ada Pesanan Kepentingan. Diakses pada 14
Maret 2018, dari
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/02/
23/oh-ternyata-penyebar-berita-hoax-
manfaatkan-peralatan-canggih-ada-pesanan-
kepentingan.

69

You might also like