You are on page 1of 8

Akreditasi Risetdikti, No

30/E/KPT/2019 (Sinta 4). Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020


DOI: https://10.31294/jkom P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

Meliterasi Warganet Dengan Algoritma Komunikasi Media Sosial Yang Sehat

Irwanto1, Laurensia Retno Hariatiningsih2


1
Universitas Bina Sarana Informatika
Email: Irwanto.iwo@bsi.ac.id
2
Universitas Bina Sarana Informatika
Email: laurensia.lrs@bsi.ac.id

https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom/article/view/7369

Diterima: 2019-11-02 Direvisi: 2020-01-09 Disetujui: 2020-01-05

Abstract - The presence of social media which is facilitated by information technology in the digital world brings a
new order and dimension as well as freedom of communication to the public. But this not only brings benefit but also
holds the potential for conflict in cyberspace which also impacts the real live live.. Vulnerability of social media to
content in the form of falsehood and hoaxes and the potential for banality does not discourage people from using it.
While the data of active social media users is increasing every day. The potential for spreading false news and the
banality of communication on social media is certainly even greater. This is very worrying and has proven to be not
as serious as the case of hoax spreading through social media that is happening to this nation. It is time for social
media literacy to be done in a simple way. This research was conducted through library research and desk research
to describe social media literacy in a simple way, through a communication algorithm approach that optimizes the
role of human spiritual equipment.

Key word: netizen literacy, social media, communication algorithms

PENDAHULUAN media sosial (Hutabarat, 2018). Saat ini saja


pengguna media sosial aktif di Indonesia 56 %
Hadirnya media sosial ternyata mampu mendorong setara dengan 150 juta orang. Urutan pertama
minat masyarakat untuk mempublikasikan ide dan media sosial yang sering di akses warganet atau
opininya kepada publik. Media sosial berbasis netizen Indonesia adalah youtube yakni 88 % atau
teknologi internet bisa mengubah komunikasi sebanding dengan 130 juta jiwa, selanjutnya
dengan beberapa cara fundamental sekaligus whatsapp 83%, facebook 81%, instagram 80%,
menawarkan cara berkomunikasi yang lebih line 59 % dan twitter 52% (Pertiwi, 2019). Dari
demokratis dibandingkan yang ditawarkan oleh jumlah tersebut baik orang tua, dewasa, remaja
media lain (Severin & Tankard, Jr, 2014). bahkan anak-anak pun menjadi pengguna aktif
Efektifitas dan efisiensi yang ada pada media media sosial dan latar belakangnya heterogen.
sosial menjadi pilihan masyarakat untuk Beragam tujuan pengguna diantaranya motif
menggunakannya dalam menyebar teks sosial hiburan atau senang-senang, bisnis, mencari teman
serta sekaligus menjadikannya calon tunggal atau pasangan hidup, politik, pemburu viral,
pemuas kebutuhan masyarakat dalam bersosial. pamer, pencari pengakuan dan pemberi pengaruh
bagi pengikutnya (influencer).
Hasil penelitian dari UNESCO menyimpulkan
bahwa empat dari 10 orang Indonesia aktif di

https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom/index 23
Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

Awalnya manusia makhluk penguna gawai, tetapi ras, bahkan seks demi kepentingan tertentu sehingga
ketika hadir media sosial dengan jejaring komunikasi berubah menjadi sentimen publik.
digital, maka manusia tadi juga digunakan oleh Di media sosial publik bisa jadi individu pun individu
komunikasi digital untuk tujuan-tujuan yang tidak bisa menjadi publik, seorang netizen bisa berkomentar
dibawah kendalinya. Manusia pada konteks media pada grup di media sosial dan komentar publik bisa
sosial yang terintegrasi dengan sebuah sistem seolah berada pada gawai seorang netizen (Hardiman, 2018).
sebagai pengguna media, namun ia sendiri merupakan Para netizen bisa berprofesi apapun, termasuk menjadi
media penyalur pesan. Sesungguhnya manusia hakim yang memvonis netizen lainnya, bahkan ada
dikendalikan media, beradaptasi dengan teknologi yang seolah menjadi tuhan. Dalam media sosial
digital dan bahkan berfungsi sebagai media, dan prestasi dicari dengan sensasi, bahkan alih-alih
mahluk ini dikenal dengan sebutan warganet atau kreatifitas namun kenyataannya sekadar banalitas
netizen. Melalui media sosial manusia eksis dan yang berpotensi menimbulkan kegaduhan bahkan
beraktifitas sosial di dunia virtual namun nir berujung masalah hukum.
kehadiran. Media sosial menciptakan dunia yang tidak
memiliki negara. Lokasi komunikasi para netizen Peradaban baru di ruang digital menyimpan potensi
berada pada dimensi virtual dan tidak ada satupun dekadensi nilai-nilai kemanusiaan dan hukum. Law
yang berwujud ragawi dan saling bertemu secara enforcement atau kekuatan hukum bukan satu-satunya
konkrit. cara yang bisa diandalkan dalam penyelesaian
Melalui media sosial netizen bisa turut bermain dalam masalah ini. Terlebih penyebaran media sosial jauh
merakit pesan artifisial di dunia maya. Saat menjadi lebih luas melintas batas teritori. Sementara perangkat
netizen masyarakat tergabung dalam akun media hukum antar daerah atau negara berbeda-beda bahkan
sosial seperti halnya Instagram, Facebook, Twitter, masih ada negara yang belum sempurna dalam
grup Whatsapp. Pada sirkulasi pesan di media sosial, regulasi media sosial apalagi penegakannya. Harus
masyarakat yang telah berubah menjadi netizen ada jalan keluar yang logis dan dimulai dari ruang-
tersebut tidak kuasa mengendalikan pesan yang telah ruang privat yang nantinya bisa terbentuk dan tertular
dikreasikannya sendiri, bahkan pesan tersebut bisa ke ruang publik. Sebab konten media sosial sangat
balik mengendalikannya. sulit untuk disensor atau diarahkan. Melalui satu klik
minimal setidaknya satu kemaslahatan tercapai.
Sejak kemunculannya, media sosial tidak hanya Tulisan ini berupaya mendeskripsikan literasi media
membawa kemaslahatan, namun juga sosial melalui algoritma komunikasi dengan peralatan
mengetengahkan permasalahan yang cukup serius. rohani yang terdapat dalam diri manusia.
Tidak sedikit permasalahan tersebut berujung di
pengadilan dan divonis hukuman badan. Alih-alih KAJIAN TEORITIS
demi konten di saluran youtube yang diharapkan bisa
meraih jumlah penontonn yang banyak akhirnya Media Sosial
beberapa pesohor terjerat kausu, salah satunya pusaran Sekarang ini kebutuhan primer manusia mengalami
kasus ‘ikan asin’. Belum lagi deretan kasus hoax perluasan. Pangan, sandang dan papan tidak lagi
sepanjang tahun 2018 yang buat gempar masyarakat, menjadi kebutuhan utamanya. Saat ini akses terhadap
diantaranya : gempa susulan di Palu, penculikan anak, media telah turut serta menjadi kebutuhan pokok.
konspirasi imunisasi dan vaksin, rekaman black box Adanya kebutuhan akan informasi, hiburan,
Lion Air JT610, telur palsu dari plastik, makanan pendidikan-pengetahuan menjadi penyebabnya.
mudah terbakar positif mengandung lilin. Unit Sampai pada titik ini media massa tradisional tidak
kejahatan siber Bareskrim Polri sejak tahun 2015 lagi sendiri dalam menyebar informasi. Jika dulu
mencatat ada 100 ribu akun di media sosial yang media massa tradisional selalu mendominasi dalam
menyebarkan ujaran kebencian (Ariyanti, 2019) dan distribusi informasi, namun saat ini media sosial turut
lebih 50 % kejahatan siber berasal dari dunia maya berkompetensi dalam melakukan hal yang sama.
(Rizki, 2018). Teknologi internet pada media sosial memberikan
kuasa pada khalayak dalam menyebarkan dan
Pada media sosial persoalan fakta, fiksi, kebenaran membuat informasi.
dan kepalsuan tertutup oleh euforia kebebasan
berpendapat, netizenpun berlomba mengunggah Dari aspek kepemilikan, media sosial berada pada alat
pendapatnya tanpa melalui proses literasi. Pada media komunikasi pribadi seperti halnya telepon pintar
sosial batas ruang publik dan ruang privat semakin (smart phone) atau komputer pribadi. Namun sifat
samar, banyak netizen yang membagi ruang privatnya media sosial tidak selamanya pribadi. Karena media
ke media sosial. Isu privat didigitalisasi seperti agama, sosial memiliki saluran untuk berkomunikasi secara

24 Irwanto, Laurensia Retno Hariatiningsih


Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

personal dan sekaligus komunikasi secara publik. Sifat dengan teknologi internet yang memfasilitasi
media sosial inilah yang terkadang sulit bagi pengguna penggunanya untuk berinteraksi sosial yang mampu
(user) untuk menempatkan pesan atau komentarnya menghadirkan unsur visual, audio, teks serta animasi
untuk area privat ataupun area publik. ataupun kombinasinya yang mampu mencakup
spektrum nilai dan budaya dalam kehidupan
Media sosial memberikan fitur lebih sempurna dengan bermasyarakat baik pada dunia virtual ataupun nyata.
yang disediakan oleh media komunikasi lain, termasuk Beberapa ahli mengutarakan bahwa media sosial
komunikasi massa. Sifatnya bisa menggabungkan adalah platform media yang penggunanya memiliki
unsur visual, audio, video, teks, animasi serta bisa ikatan sosial dan beraktifitas pada medium online
berinteraksi menjadikannya media terpaling ideal (Van Dijk, 2013) Selanjutnya media sosial juga
yang hadir selama ini. Tidak mengherankan bila dipahami sebagai perpaduan perangkat lunak yang
sekarang media sosial menjadi fenomenal. Youtube, didalamnya terdapat komunitas atau individu untuk
Whatsapp, Facebook, Instagram, Line dan Twitter saling berbagi, berkomunikasi dan berkolaborasi
adalah beberapa jenis media sosial yang diminati oleh bahkan bermain. Kekuatannya terletak pada konten
khalayak. yang dihasilkan oleh penggunan bukan oleh editor dan
Mengawali pemahaman media sosial, maka perlu ini yang berbeda dengan media massa konvensional
memahami istilah media itu sendiri. Secara sederhana (Boyd, 2009).
istilah media adalah alat komunikasi (Laughey, 2007). Ditinjau dari aspek komunikasinya, media sosial
Pengertian ini cendererung menekankan kepada ‘alat’ sebagai medium digital tempat realitas sosial terjadi
yakni bentuk dan teknologi. Media sebagai alat dan ruang waktu para penggunanya berinteraksi tentu
terpapar pandangan yang mengharuskan media untuk tidak ubahnya dengan dunia nyata. Nilai-nilai yang
beradaptasi dengan wujud pesan yang berupa elemen ada pada masyarakat maupu komunitas juga turut
visual, audio, teks, animasi dan gabungan elemen- muncul. Hal ini bisa dalam bentuk yang sama atau
elemen tersebut. Padahal disisi lain media juga berbeda ketika di ruang virtual. Namun, pada dasarnya
berkontribusi menciptakan medan makna dan budaya. media sosial yang gunakan teknologi internet adalah
Pada pandangan ini ada upaya mengubah pandangan gambaran apa yang terjadi pada dunia nyata
sebelumnya bahwa media tidak hanya sekadar alat (Nasrullah, 2016) Bahkan dimensi komunikasi yang
perantara namun media juga memiliki nilai-nilai dan terdapat pada media sosial dalam hal ini dunia virtual
budaya. Sebagaimana yang diperkenalkan Mc Luhan lebih luas dan tidak dibatasi dengan batas geografis
dengan konsepnya medium is the message. Pada serta waktu. Hal inilah yang menjadi keuntungan
hakikatnya pemahaman akan media tidak kaku namun sekaligus kekurangan dari media sosial itu sendiri.
lebih cair. Aspek teknis bukanlah hal utama dalam Pelbagai kabar bohong bisa dengan cepat menyebar
media. Karena dalam media tersebut mencakup jauh dalam hitungan detik.
spektrum nilai-nilai serta budaya si penggunanya,
seperti halnya isi pernyataan atau pesan yang tidak Algoritma Komunikasi
bisa bebas dari nilai. Pada teori sosiologi, dipahami Secara umum algoritma dimengerti sebagai rangkaian
bahwa media pada dasarnya sosial sebab media yang tersusun dengan urutan logis untuk capai tujuan
merupakan bagian dari masyarakat dan aspek atau dipahami sebagai serangkaian langkah-langkah
masyarakat yang direpresentasikan dalam bentuk yang disusun menjadi urutan logis kegiatan untuk
perangkat teknologi yang digunakan (Nasrullah, 2016) mencapai tujuan. Selanjutnya algoritma juga bisa
. dimengerti sebagai urutan langkah-langkah logis
untuk menyelesaikan masalah yang disusun secara
Mengutip pemikiran Marx, maka pemahaman sosial sistematis (Ariyus, 2008). Penekanan pada
itu ialah kerjasama (Fuchs, 2014). Disini ada saling pemahaman tersebut terletak pada kata urutan.
kontribusi peran pada relitas sosial. Individu seorang Algoritma haruslah langkah yang berurut, tidak acak
tidak akan berarti tanpa orang lain. Selanjutnya dan logis dalam upaya menyelesaikan masalah atau
pemahaman sosial cenderung pada kenyataan sosial persoalan
yakni individu memberikan aksi kepada kepada
masyarakat. Lalu sosial menurut Webber adalah aksi Algoritma yang baik merupakan tindakan yang benar
sosial serta relasi sosial yang melibatkan simbol- dan masuk akal. Untuk mendapatkan cara
simbol bermakna diantara para aktor sosialnya penyelesaian yang baik dibutuhkan strategi atau
tersebut (Fuchs, 2014). langkah-langkah yang sistematis agar dapat
memecahkan masalah dengan cara terbaik. Setiap hari
Dari pemahaman media dan sosial tersebut, maka ketika seseorang melakukan aktivitas, akan memilih
media sosial cenderung bisa dipahami sebagai media mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Misalnya

Meiterasi Warganet Dengan Algoritma Komunikasi Media Sosial Yang Sehat 25


Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

ketika bangun tidur, sarapan, bahkan ketika memakai pemrogaman algoritma pada bidang tekhnologi
pakaian di pagi hari. Sementara komunikasi pada informasi (TI). Sebab manusia bisa memilih untuk
konteks ini bisa dipahami sebagai proses pertukaran berkomunikasi dengan sehat atau tidak. Manusia
makna pada manusia melalui simbol atau lambang bukanlah mesin yang diberikan kode biner. Sehingga
komunikasi yang terjadi pada media sosial yang komunikasi masih bisa terjalin meski manujsia
berada pada ruang publik. melakukan kesalahan dalam prosesnya. . Sementara
algoritma pada bidang TI harus sesuai tahapan yang
Algoritma komunikasi disini dipahami sebagai sudah diset programer agar program bisa berjalan.
langkah-langkah logis dalam berkomunikasi sebagai Namun demikian, proses komunikasi tersebut
upaya terjalinnya komunikasi yang sehat dan tidak memiliki potensi masalah . Agar komunikasi
menimbulkan masalah. Sebelum berkomunikasi pada berlangsung dengan baik tidak menimbulkan masalah
umumnya dan idealnya seseorang akan melalui sebuah serta efektif, maka seorang komunikator yang dalam
proses atau tahapan, yakni fase intra personal konteks media sosial ini juga merangkap sebagai
komunikasi dan inter personal komunikasi (Achdiat, komunikan sebaiknya memperhatikan lalu
2014). mengoptimalkan peralatan rohaninya.

Intra personal yakni proses komunikasi yang terjadi


dalam diri komunikator dan interpersonal yakni saat
dirinya menyampaikan isi pernyataan tersebut kepada METODE PENELITIAN
orang lain (komunikan) dengan atau tanpa media.
Proses tersebut berjalan simultan selama poses Guna menjawab permasalahan yang terungkap, maka
komunikasi terjadi. Dalam pandangan ini setiap penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka serta
manusia dibekali peralatan rohani yang didalamnya desk research. Dalam penelitian ini juga
terdapat hati nurani, akal-budi dan naluri. Hasil kerja menggunakan referensi studi-studi yang terkait
peralatan rohani yang baik akan menghasilkan sebagai upaya meliterasi pengguna media sosial,
falsafah hidup, konsepsi kebahagiaan dan motif termasuk materi-materi unggahan di media sosial yang
komunikasi serta isi pernyataan atau pesan yang baik menimbulkan permasalahan. Analisa dilakukan
pula, dan begitu sebaliknya (lihat diagram 01). Dengan melalui interpretasi peneliti yang disampaikan secara
demikian akan terjalin komunikasi yang sehat dan deksriptif kualitatif melalui proses elaborasi fenomena
tidak berpotensi masalah. Tetapi tidak setiap manusia yang terjadi dengan teori yang ada.
mampu mengoptimalkan peralatan rohaninya dengan
baik, maka disinilah letak potensi permasalahan yang
akan muncul saat berkomunikasi dengan orang lain. PEMBAHASAN

Peralatan Rohani Sebagai Pusat Unit Proses


Pada tulisan ini model komunikasi pada diagram 01
pada halaman sebelumnya merupakan acuan untuk
mendeskripsikan sekaligus menjelaskan algoritma
komunikasi yang dimaksud. Dalam model tersebut
dijelaskan secara sederhana elemen – elemen serta
tahapan-tahapan yang terlibat dalam proses
komunikasi menggunakan media sosial. Manusia
sebagai makhluk yang memiliki peralatan rohani
menjadi dasar utama pemahaman pada model yang
dimaksud ini. Peralatan rohani terdiri dari hati nurani,
akal budi dan seperangkat naluri. Peralatan hati nurani
ini akan menghasilkan falsafah hidup, konsepsi
Sumber diolah dari Achdiat, 2014 kebahagiaan dan motif komunikasi. Berangkat dari
sinilah literasi bermedia sosial dengan algoritma
Gambar 1. Model Komunikasi komunikasi yang sehat harus dimulai.
Model komunikasi pada diagram 01 dikenalkan Merujuk pada model ini, peralatan rohani menjadi
pertama kali oleh Hoeta Soehoet dan disini penulis pusat unit proses agar terciptanya komunikasi yang
melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan. Proses sehat termasuk komunikasi pada media sosial.
komunikasi yang dimaksud disini berada dalam ruang Idealnya peralatan rohani menjadi awal proses
sosial dan tidak seperti halnya proses bahasa

26 Irwanto, Laurensia Retno Hariatiningsih


Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

terciptanya isi pernyataan atau konten pada media dari masalah. Proses ini dilakukan sesaat sebelum
sosial serta tindakannya dalam bermedia sosial. konten atau isi pernyataan dibuat oleh komunikator.
Peralatan rohani menjadi penentu hasil akhir aktivitas
bermedia sosial, baik ketika menjadi komunikator Penyusunan desain isi pernyatan juga melibatkan
ataupun komunikan. Komunikator dalam bermedia peralatan rohani sehingga masih termasuk dalam
sosial bisa diartikan sebagai orang yang proses di langkah pertama ini. Selanjutnya langkah
mengkreasikan konten ataupun meneruskan konten kedua, pada saat komunikator menyampaikan atau
yang dikirim oleh orang lain. Bentuk konkrit dari menyebarkan kontennya melalui media sosial. Disini
konten atau isi pernyataan yang dimaksud berupa terjadi interaksi antara manusia dengan alat
unsur visual, audio, teks, foto, animasi dan komunikasi yang didukung dengan teknologi
kombinasinya. Peralatan rohani mengkreasikan isi informasi. Proses yang terjadi pada langkah pertama
pernyataan tersebut, lalu dikelola serta dikemas adalah fase intrapersonal komunikasi yang terjadi
melalui pertimbangan nilai, moral, etik serta estetika. dalam diri komunikator. Pada langkah kedua meski
Sebab itulah bila peralatan rohani manusia tidak masih berlangsung pada diri komunikator namun
optimal maka isi pernyataan yang tercipta pun sudah pada fase interpersonal komunikasi. Konten
berpotensi menimbulkan permasalahan pada dunia yang telah dibuat tadi berdasarkan peralatan rohani
virtual namun dan juga pada dunia nyata. dalam proses disampaikan kepada orang lain
(warganet) melalui media sosial.
Allah SWT memberikan peralatan rohani kepada
semua makhluknya yang manusia. Disinilah letak Tahapan berikutnya yakni tahapan tiga yang terjadi
pembeda utama antara manusia dengan makluk tuhan dalam diri komunikan, dalam konteks ini sebagai
lain seperti halnya binatang dan tumbuhan (Hamka, warganet. Ditinjau dari terpaan dan penerimaan
2015). Dalam peralatan rohani manusia terdapat hati konten maka komunikan media sosial ada yang pasif
nurani, akal budi serta seperangkat naluri. Manusia itu dan aktif. Bila komunikan dikirim konten, maka ia
sejenis hewan juga. Tapi Tuhan memberikannya menjadi komunikan yang pasif. Namun bila
kelebihan dengan akal. Akal yang terletak pada komunikannya yang mencari konten, maka ia
peralajan rohani ini lah bersandar segala perkara yang berkategori aktif. Tahap ini terjadi pada komunikan
wajib dilakukan dan wajib ditinggalkan. Sementara yang pasif dan aktif dalam menerima atau mencari
hewan (non manusia), yang dirasakan hanyalah konten. Jadi tahapan ketiga berlangsung ketika
kenikmatan atau kepuasan. Hewan mengejar perihal komunikan berinteraksi dengan media sosial dan
ini tanpa menimbang dan berpikir terlebih dahulu. diterpa oleh konten yang dikirim oleh komunikan.
Sementara yang ideal bagi manusia, akal itulah yang
menjadi penjaga dan yang menguasainya. Ditahap ini komunikan menerima konten oleh
peralatan jasmani yakni panca inderanya. Konten
Hati nurani, akal budi serta seperangkat naluri berada mulai diserap dan diproses oleh peralatan rohaninya.
pada perlatan rohani. Semua elemen yang terdapat Disini penggunaan peralatan rohani kembali
pada peralatan rohani itu akan bekerja dan digunakan. Peralatan rohani komunikan kembali
menghasilkan falsafah hidup, konsepsi kebahagiaan ambil peran yang signifikan Dibutuhkan hati nurani,
dan motif komunikasi manusia yang bersangkutan. akal budi dan seperangkat naluri yang bekerja dengan
Sepatutnya konten yang akan disampaikan pada media baik agar respon yang diberikannya tidak bermasalah.
sosial menggunakan peralatan rohani ini. Sama halnya yang terjadi pada langkah pertama.
Disini komunikan mulai mempertimbangkan konten
Dalam pandangan ini, proses bermedia sosial yang diterima dengan falsafah hidupnya, konsep
diuraikan dalam langkah (lihat diagram 01). Pada kebahagiannya, serta seperangkat nilai yang
prakteknya langkah atau tahapan yang terjadi itu tidak dimilikinya.
kasat mata. Namun tetap bisa dirasakan ketika
berkomunikasi melalui media sosial. Langkah pertama Peralatan rohani menjadi pusat unit proses inti dalam
terjadi dalam diri komunikator atau biasa disebut berkreasi untuk menghasilkan konten. Secara alami
intrapersonal komunikasi. Pada fase awal ini konsep digital sebenarnya telah terjadi pada peralatan
komunikator menetapkan falsafah hidup, konsepsi rohani manusia. Hal benar dan salah seharusnya sudah
kebahagiaan dan motif komunikasi dengan gunakan bisa dikategorisasi oleh tiap manusia di dalam
peralatan rohani yang terdiri dari hati nurani, akal budi benaknya masing-masing. Seperti laiknya gunakan
dan seperangkat naluri. Selaiknya pada tahapan ini angka biner satu (1) dan nol (0). Proses membedakan
manusia gunakan hati nurani dalam membuat konten hal baik dan buruk terus berlangsung melalui
yang akan disampaikan ke media sosial agar terhindar

Meiterasi Warganet Dengan Algoritma Komunikasi Media Sosial Yang Sehat 27


Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

rangkaian perjalanan yang rumit dan tanpa dirasakan yang menguntungkan. Contoh sederhananya yakni
secara fisik oleh manusia. ketika hanya mengharapkan keuntungan saat membuat
konten di media tanpa memikirkan masalah yang akan
Sejak lahir manusia sudah dibekali kemampuan untuk muncul ditengah publik. Tugas hati nuranilah untuk
membedakan yang benar dan yang salah, yang baik mempertimbangkan konten yang dibuat tadi agar
dan yang buruk. Elemen hati nurani yang berada pada bijaksana dan bisa diterima oleh publik.
peralatan rohani manusia mampu membedakan hal
baik dan hal buruk. Jika manusia mengikuti hati nurani Sebagai pusat unit proses, peralatan rohani harus
dijamin tindakannya mengarah pada sesuatu yang dikontrol dan disuplai dengan literasi-literasi yang
mulia (Daniduredja & Sugandi, 2018). Begitu juga dipenuhi dengan unsur nilai kebajikan dan moral. Ini
yang terjadi ketika manusia akan mengkreasikan dilakukan agar gangguan atau noise terjadi pada alat
konten pada media sosial. Sudah saatnya aspek hati ini. Karena bisa berakibat fatal pada proses yang
nurani menjadi landasan utamanya. Mengkaji serta terjadi dan berpotensi menimbulkan permasalahan.
mempertimbangkan konten yang dibuat jangan sampai Meskipun peluang ganguan juga bisa terjadi pada
menyinggung, menjerumuskan, memprovokasi yang aspek teknis sperti halnya media dan aplikasi media
ujungnya dapat merugikan orang lain. sosialnya.

Hasil didikan dan interaksi dengan dunia sosial juga Peralatan Rohani dan Kecerdasan Berdigital pada
turut membentuk peralatan rohani manusia tersebut. Komunitas Virtual
Masa pertumbuhan dan perkembangan manusia Komunitas virtual atau maya adalah kumpulan
menjadi langkah atau kesempatan awal untuk pengguna yang memiliki kesamaan dan bentuk
memformat peralatan rohani manusia melalui melalui ruang siber serta relasi yang terjadi diantara
penanaman akhlak yang baik. Pendidikan yang mereka termediasi secara elektronik (Nasrullah,
mengandung unsur soft skill menjadi sistem awal 2016). (Komunitas ini terbentuk dengan sendirinya.
terbaik untuk di tanamkan dalam diri manusia. Disini Tidak ada kekuatan politik atau ekonomi dalam
manusia diisi dengan sistem yang berupa hati nurani, pengertian mikro yang memberikan dorongan kepada
akal budi serta seperangkat naluri kemanusiaan. individu untuk menjadi bagian dari komunitas virtual
Idealnya hati nurani, akal budi serta seperangkat naluri tersebut (Wood & Smith, 2005) . Dalam komunitas
ini akan menjadi sistem dalam diri manusia yang virtual, pengguna juga secara sadar berbagi dan
digunakan dalam mengkreasikan isi pernyataan. bertindak sebagai aksi kolektif, berbagi ritual atau
kebiasaan dan mengikuti regulasi yang ada di dunia
Proses ini berlangsung terus dalam diri manusia, virtual. Dalam konsep teknologi satu individu
namun tidak semua manusia menyadarinya. Padahal terhubung dengan individu lain dalam kerangka
hati nurani seseorang pada hakikatnya tidak pernah hubungan elektronik. Tidak ada relasi diantara
berbeda dengan nurani orang lain. Dengan kata lain, pengguna yang lebih dari itu. Hanya sebatas saluran
apa yang dirasa benar oleh nurani seseorang data dan informasi. Sebab itulah komunikasi virtual
sebenarnya dirasa benar juga oleh orang lain. Namun terjadi dari adanya kesadaran individu pengguna yang
masalah muncul saat falsafah hidup manusia terlibat.
berorientasi kepada hal yang sifatnya mementingkan
kepentingan pribadi. Tidak sedikit dari kita sebagai Individu merupakan bagian dari komunitas. Hal yang
manusia yang falsafah hidupnya menganggu falsafah paling mudah dilakukan dan sangat berperan pada
hidup orang lain. Pada konteks komunikasi, maka lingkungan komunitas termasuk komunitas atau
keluaran atau output isi pernyataan yang dibuatnya warganet ialah melakukan kontrol terhadap
cenderung berpotensi menimbulkan masalah. individunya. Demi menciptakan komunikasi yang
sehat, maka individu yang merupakan bagian dari
Kaitannya dengan akal budi, maka kedua hal ini pada warganet harus memiliki kesadaran individu.
adalah alat berpikir manusia (Tjaya, 2004). Keduanya Mekanisme kontrol diri (self control)sudah sepatutnya
bertugas mencari cara dalam menetapkan falsafah untuk diterapkan oleh setiap individu yang menjadi
hidup demi tercapainya kebahagiaan. Termasuk warganet. Pada individu inilah kecerdasan digital
mencapai kebahagiaan melalui berkomunikasi dengan berperan.
media sosial. Pikiran mengkaji konten yang akan
dibuat serta diunggah dalam aspek logika. Masing- Kecerdasan berdigital bukanlah pemberian Allah
masing manusia memiliki pola pikir yang berbeda- SWT, melainkan bentuk upaya manusia dalam
beda saat akan membuat konten. Pikiran biasanya mengoptimalkan peran peralatan rohani. Sementara
dihubung dengan kemampuan menghasilkan sesuatu peralatan rohani adalah pemberian Allah SWT. Semua

28 Irwanto, Laurensia Retno Hariatiningsih


Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

manusia yang merupakan makhluk Nya dipastikan Menciptakan atau mengkreasikan konten yang
memiliki peralatan rohani ini. Namun dalam berguna untuk masyarakat. Sementara literasi digital
mengoptimalkan fungsi peralatan rohani, tidak semua dalam sisi komunikan berguna untuk membedakan
manusia mampu melakukannya karena ada proses, antara informasi fakta dan kabar bohong, konten baik
rintangan, dan butuh kesabaran. Munculnya masalah dan berbahaya, dan sumber yang dapat dipercaya
pada komunikasi digital terjadi ketika pada proses ini maupun yang diragukan. Jadi harapan budaya bijak
mengalami gangguan. Terjadinya penyebab gangguan serta beradab bermedia sosial bukanlah impian
bukan pada alam virtual tapi pada alam nyata, yakni kosong.
pada diri pengguna atau user. Namun dampak yang
ditimbulkan ada di alam virtual atau dan tentunya juga
berimplikasi pada alam nyata. KESIMPULAN

Platform digital pada media sosial, membuat seolah Hadirnya teknologi informasi yang menyebabkan
ada batas pembeda antara alam nyata dan alam virtual revolusi digital memberikan kemerdekaan kepada
atau maya. Padahal realitas yang terjadi sebenarnya manusia untuk berkomunikasi. Kemudahan
adalah alam virtual berada pada alam nyata. Dunia berkomunikasi digital membuat moral dan etik publik
virtual tidak akan eksis tanpa dunia nyata. Namun bagi sering kali diabaikan dan lepas kontrol dengan alih-
warganet yang kurang literasi tentang karakter media alih kebebasan berpendapat. Komunikasi digital tetap
sosial, maka yang terjadi sebaliknya. Sikap cenderung menghadirkan subyek komunikasi dan tidak
berani dilakukan oleh warganet untuk membawa manusia pada penindasan atau perbudakan.
mempublikasikan persoalan pribadi ke ranah publik Namun berpotensi membawa konflik perpecahan oleh
melalui media sosial dan hal lain yang merugikan dusta dan kata-kata. Sebab manusia memiliki rasa
orang lain, seperti menyebar hoax. Sebab itu literasi yang bisa terluka dengan dusta dan kata-kata tadi.
digital yang mengarah pada kecerdasan digital harus Sudah saatnya meliterasi masyarakat dalam
dimiliki oleh tiap individu masyarakat sebelum menggunakan media sosial. Karena sejatinya media
menjadi warganet. Hal ini diyakini akan menciptakan sosial tidak mempunahkan peradaban komunikasi
atmosfir positif di dunia digital. manusia secara laten. Salah satu caranya dengan
optimalisasi penggunaan peralatan rohani yang
Sebagai upaya meliterasi warganet dan menghindari didalamnya ada elemen hati nurani, akal budi serta
konflik dalam bermedia sosial maka sudah sepatutnya seperangkat naluri. Peradaban berkomunikasi digital
menjadikan peralatan rohani sebagai referensi utama bisa dimulai dari pengoptimalisasian peralatan rohani
dalam bermedia sosial. Melalui penjelasan ini, ingin para penggunanya.
disampaikan bahwa kecerdasan digital sebenarnya
sudah dimiliki oleh masing-masing inidividu. Hati Berkomunikasi digital memiliki ragam fenomenal
nurani manusia yang berada dalam peralatan untuk diungkap dan ditelaah. Perlu adanya kajian
jasmaninya sudah bisa membedakan yang benar dan serius agar terkondisi bermedia sosial yang sehat pada
yang salah. Hanya saja tidak semua individu mau masyarakat di tengah interaksi sosialnya.
menjadikan pertimbangan peralatan rohani sebagai
referensi utamanya.
REFERENSI
Mengurangi potensi konflik dengan peralatan rohani
adalah bentuk dari literasi digital. Saat ini literasi Achdiat, R. (2014, September). Etika Jurnalistik.
digital yang berujung pada kecerdasan berdigital Presented at the Cisarua. Retrieved from
adalah suatu keniscayaan. Menciptakan nilai-nilai http://www.kopertis3.or.id/html/wp-
integritas, empati dan semangat membangun content/uploads/2014/09/PRESENTASI-
sinergitas saling menghargai sangat diperlukan dalam KOPERTIS-2014.pptx
bermedia sosial. Melalui literasi digital akan Ariyanti, D. S. (2019, September 21). Lebih dari 50%
terbangun kemampuan untuk mengenali, memahami, Kejahatan Siber Berasal dari Media Sosial.
menerjemah, mencipta, dan berkomunikasi di media Teknologi Bisnis.Com. Retrieved from
sosial. Hingga pada akhirnya maraknya penghinaan, https://teknologi.bisnis.com/read/20180921/
hoax, ataupun berita palsu mampu diminimalisir. 84/840939/lebih-dari-50-kejahatan-siber-
berasal-dari-media-sosial#
Dalam sisi komunikator, literasi digital berguna dalam Ariyus, D. (2008). Pengantar Ilmu Kriptografi, Teori
menciptakan kecerdasan emosional yang mampu analisa dan Implementasi. Yogyakarta:
mendorong masyarakat untuk berpikir kritis. Andi.

Meiterasi Warganet Dengan Algoritma Komunikasi Media Sosial Yang Sehat 29


Journal Komunikasi, Vol 11 No.1 Maret 2020
P-ISSN 2086-6178 E-ISSN 2579-3292

Boyd, D. (2009). Social Media is Here to Stay... Now Indonesia. Retrieved from
What? Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/nasional/201
https://www.danah.org/papers/talks/MSRTe 80717140856-12-314780/polri-indonesia-
chFest2009.html tertinggi-kedua-kejahatan-siber-di-dunia
Daniduredja, E. D., & Sugandi. (2018). Perspektif Severin, W. J., & Tankard, Jr, J. W. (2014).
Kepemimpinan Ideal. Budi Utama. Communication theories: Origins, Methods
Fuchs, C. (2014). Social Media A Critical and Uses in The Mass Media (Fifth edition).
Introduction. California: Sage Publication. Harlow, United Kingdom Pearson.
Hamka, B. (2015). Falsafah Hidup. Jakarta: Tjaya, T. H. (2004). Humanisme dan Skolatisisme
Republika Penerbit. Sebuah Debat. Yogyakarta: Kanisius.
Hardiman, F. B. (2018). Homo Digitalis-Kondisi Van Dijk, J. (2013). The Culture of Conectivity: A
Manusia di Era Komunikasi Digital. Etika Critical History of Social Media. New York-
Komunikasi Digital Membela Moralitas US: Oxford University Press.
Dalam Prahara Politik PAsca Kebnaran. Wood, A. F., & Smith, M. J. (2005). Online
Presented at the Seminar Dies Natalis 49 Communication, Lingking Technology,
Sekolah Tinggi FIlsafat Driyakarya. Identity and Culture. Routledge.
Hutabarat, D. (2018). Angka Penggunaan Media
Sosial Orang Indonesia Tinggi, Potensi
Konflik juga Amat Besar. Retrieved from
Kominfo website: PROFIL PENULIS
https://www.kominfo.go.id/content/detail/14
136/angka-penggunaan-media-sosial-orang-
indonesia-tinggi-potensi-konflik-juga-amat- Irwanto, latar belakang akademik S1 Jurnalistik
besar/0/sorotan_media Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta
Laughey, D. (2007). Key Themes in Media Theory. dan tamat pascasarjana dengan konsentrasi media
New York: Open University Press. politik Universitas Mercu Buana Jakarta. Saat ini
Nasrullah, R. (2016). Media Sosial Perspektif sebagai dosen tetap Universitas Bina Sarana
Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi Informatika.
(pertama). Bandung: Simbiosa Rekatame
Media.
Pertiwi, W. K. (2019, May 2). Facebook Jadi Medsos Laurensia Retno H, S.I.Kom, latar belakang
Paling Digemari di Indonesia. Kompas.Com. akademik S1 Broadcasting di Sekolah Tinggi Ilmu
Retrieved from Komunikasi Profesi Indonesia (Stikom Prosia)
https://tekno.kompas.com/read/2019/02/05/1 Jakarta dan sedang melanjutkan studi di Pascasarjana
1080097/facebook-jadi-medsos-paling- Sahid Jakarta dengan konsentrasi Media Baru dan
digemari-di-indonesia?page=all Jurnalistik. Saat ini status sebagai dosen tetap
Rizki, R. (2018, July 17). Polri: Indonesia Tertinggi Universitas Bina Sarana Informatika
Kedua Kejahatan Siber di Dunia. CNN

30 Irwanto, Laurensia Retno Hariatiningsih

You might also like