Professional Documents
Culture Documents
Known by
Responsible Lecturer
The ease with which a precipitate can be filtered and washed depends to a
large extent on the morphological structure of the precipitate, namely the shape
and sizes of its crystals. The larger the crystals that form during precipitation, the
easier they can be filtered out and probably (though not necessarily) the faster the
crystals will drop out of solution, which will again aid filtration. The shape of the
crystal is also important. Simple structures such as cubes, octahedrons, or needles
are very advantageous, because they are easy to wash after filtering. Crystals with
more complex structures, which contain grooves and holes, will retain the mother
liquid, even after careful washing. With a precipitate consisting of such crystals,
quantitative separation is less likely to be achieved ( Pinalla 2011 : 65).
Iodination of acetone.
Hydrolysis (cleavage) of Cl3 – CO – CH3 by alkali.
G. DATA ANALYSIS
Is known :
Massa KI = 10 gram
Mr KI = 166 gram/mol
Volume aseton = 10 mL
Mr aseton = 58 g/mol
V NaClO = 20 mL
ρ NaClO = 2,5g/mL
Mr NaClO = 74,5g/mol
Penyelesaian:
7,92 gram
= = 0,137 mol
58 gram/mol
Massa KI
Mol KI =
Mr KI
10 gram
=
166 gram/mol
= 0,06 mol
= 2,5g/mL × 20 mL = 50 g
Massa NaClO
Mol NaClO =
Mr NaClO
50 gram
Mol NaOCl = = 5,03 mol
74,5 gram/mol
R 0,02 mol 0,06 mol 0,06 mol 0,02 mol 0,06 mol 0,02 mol 0,04 mol
S 0,0117 mol - 4,97 mol 0,02 mol 0,06 mol 0,02 mol 0,04 mol
= 7,8 gram
=❑
❑ 100%
% Rendemen
0 , 6 gram
= 100%
7,8 gram
= 1,28 %
H. PEMBAHASAN
Iodoform (haloform) merupakan senyawa yang dibuat dari reaksi iodin
(halogen) dengan aldehid dan keton dalam suasana basa. Percobaan pembuatan
iodoform dengan tujuan untuk mengetahui prinsip kerja dan teknik-teknik
kristalisasi zat padat organik, mengetahui reaksi haloform dan mengetahui
kegunaan reaksi haloform untuk pembuatan haloform dan asam karboksilat, dan
untuk menunjukkan adanya gugus CH3CO dan CH3CHOH. Prinsip dasar dari
percobaan ini adalah kristalisasi dan rekristalisasi. Kristalisasi dan rekristalisasi
adalah Teknik pemisahan berdasarkan kepolaran suatu zat, perbedaannya adalah
kristalisasi proses pembuatan kristal dari larutannya sedangkan rekristalisasi
adalah proses pemurnian kristal yang sudah ada untuk mendapatkan kristal yang
lebih murni, artinya kristal yang dihasilkan lebih berkualitas dibandingkan
sebelum rekristalisasi. Prinsip kerjanya adalah penimbangan, pelarutan,
pengocokan, penyaringan, pencucian serta pengeringan. Percobaan ini dilakukan
dengan menggunakan kristal KI yang dilarutkan dengan air dan menghasilkan
larutan bening (yang menandakan bahwa KI bersifat Polar dalam aquades). KI
berfungsi untuk membebaskan iod dimana KI yang merupakan penyedia I - akan
menggantikan atom H alfa pada aseton. Penambahan air berfungsi untuk membuat
larutan menjadi homogen atau melarutkan KI secara sempurna. Penambahan air
juga dilakukan karena aseton merupakan suatu zat yang mudah menguap sehingga
dengan penambahan air diharapkan penguapan berkurang atau bila terjadi
penguapan, volume aseton yang diperlukan pada reaksi tidak berkurang.
Kemudian larutan ditambahkan dengan aseton yang berfungsi sebagai bahan pada
pembuatan iodoform (gugus metil keton) dan menghasilkan larutan bening.
Dimana aseton bersifat mudah menguap, jadi pada saat penambahan aseton di
lakukan dengan hati-hati dan tidak dibiarkan di udara bebas dalam waktu lama.
Larutan campuran ditambahkan dengan NaOCl secara perlahan-lahan sambil
dikocok dan menghasilkan larutan dari bening menjadi keruh. Penambahan sedikit
demi sedikit dan sambil dikocok untuk memperoleh hasil yang bagus dari reaksi
akibat dari terjadinya tumbukan antar molekul-molekul yang terdapat dalam
campuran. NaOCl berfungsi untuk membentuk NaOI. Dimana KI bereaksi
dengan NaOCl membentuk KCl dan NaOI. Selanjutnya NaOI ini akan terurai
dalam larutan membentuk NaO+ dan I-. Setelah penambahan aseton, I- akan
bereaksi dengan aseton menghasilkan CH3COCI3 kemudian bereaksi kembali
dengan NaO- dan H dari gugus aseton membentuk CH3CONa yang merupakan
gugus garam karbosilat dan juga membentuk CHI3 yang merupakan iodoform.
Hasil dari perlakuan tersebut yaitu larutan kuning keruh dan didiamkan selama 10
menit. Tujuan dari pendiaman yaitu agar pemisahan antara kristal dengan
larutannya berlangsung baik dan efektif serta endapan yang terbentuk terendapkan
semua.
Endapan kuning keruh yang diperoleh merupakan iodoform tapi belum
diketahui derajat kemurniannya. Selanjutnya larutan disaring dengan corong biasa
yang dilengkapi dengan kertas saring biasa dan dihasilkan endapan kuning
kehijauan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan kristal yang diperoleh
dengan zat pengotornya dan agar memperoleh kristal iodoform dalam keadaan
murni. Setelah itu endapan di cuci dengan aquades dan dikeringkan di udara.
Tujuan pencucian endapan adalah menghilangkan kontaminasi pada permukaan.
Kristal yang didapat kemudian ditimbang dan di peroleh kristal sebesar 0,6
gram.Kristal iodoform yang diperoleh yakni berwarna kuning, berbentuk serbuk
dan mempunyai bau yang khas yakni bau iodoform itu sendiri. Dimana menurut
teori bentuk dari kristal iodoform yaitu berbentuk serbuk dan berwarna kuning
(Riswiyanto, 2009: 254). Mekanisme reaksi pada pembentukan iodoform yaitu:
O O
CH3 C CH2 I+ NaOI CH3 C CHI2 + NaOH
O O
CH3 C CHI2 + NaOI CH3 C CI3 + NaOH
O O
CH3 C CI3 + NaOH CH3 C NaO + CHI 3
(N a triu m E ta n o a t) ( Io d o fo r m )
Li jack jie. 2007. Name Reaction for Funtional Grup Transformations. Canada :
John wiley & Sons inc.
Park alvinda, Near, Et al. 2019. VITEE ENTRANCE EXAM 2020. Edugorilla
community pdv.ltd.
Pinalla Anita. 2011. Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 2.
PENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK
MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT
(AP). Indonesia : Peneliti Bidang Propelan Pusat Teknologi Roket, LAPAN.
Pinalla Anita. 2011. Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 2.
KRISTALISASI AMMONIUM PERKLORAT (AP) DENGAN SISTEM
PENDINGINAN TERKONTROL UNTUK MENGHASILKAN KRISTAL
BERBENTUK BULAT. Indonesia : Peneliti Bidang Propelan Pusat
Teknologi Roket, LAPAN.