You are on page 1of 9

Nama : Lovian Sinambela

Nim : 190204029

Jurnal :
Pemberian Asuhan Keperawatan Secara Holistik Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Neurologi: Stroke

Abstract
Background
Stroke is a non-communicable disease that can cause death. Risk factors that increase stroke disease include
unhealthy lifestyles such as consuming foods high in fat and high in cholesterol, lack of physical activity, and lack of
exercise. Treatment of stroke patients requires several therapies in its implementation such as thrombolytics,
anticoagulants, antiplatelet, surgery. Stroke patients require holistic (whole) nursing care so that the patient's
needs can be met

Material and methods


Methods: Knowing the Medical-Surgical Nursing Care for Stroke patients in the Dahlia Room at the BLUD Hospital
Tanjungpinang City. Methods: The implementation of nursing care is carried out through the stages of the process
of providing nursing care, namely assessment, data analysis, nursing diagnoses, intervention, and evaluation of
Stoke patients at Tanjungpinang BLUD Hospital.

Results: After providing nursing care, the patient's problems were resolved. Nursing care actions based on evidence-
based, namely by providing 30 head up technique, AIUEO speech therapy, and ROM as an intervention for physical
mobility barriers of patients are also safe, effective, and useful in helping patients to speak and activities

Keywords:
Keywords: Nursing Care, Holistic, Stoke impaired

No. Kriteria Jawab Pembenaran & Critical thinking


1 P Ya Dalam jurnal ini, populasi atau problem yang ditemukan yaitu tahapan
proses pemeberian asuhan keperawatan yaitu pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi pasien Stoke di RS-BLUD
Tanjungpinang.

2 I Ya • Intervensi yang diberikan pada Beberapa intervensi dapat diberikan


pada pasien dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang terdiri dari: 1). Monitor
tanda-tanda vital;
• 2). Kaji tingkat kesadaran pasien;
• 3). Berikan posisi elevasi (head up 300
4.Dorong keluarga untuk berbicara kepada
klien;
• 5). Memberikan kolaborasi pemberian obat. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3X24 jam masalah keperawatan ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral teratasi dengan TTV dalam batas normal, tekanan
intra kranial, tidak ada sakit kepala, tidak mengalami

• Adapun tujuan dan kriteria hasil dari hambatan mobilitas fisik adalah
Adapun tujuan dan kriteria hasil dari hambatan mobilitas fisik adalah:
• a). Joint Movement: Active
; b). Mobility level;
c). Self care: ADLs
; d). Transfer performance. Dengan adanya kriteria hasil sebagai berikut:
a). Klien meningkat dalam aktifitas;
b). Mengerti tujuan dan peningkatan

• mobilitas;
• c). Mengungkapkan secara verbal perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah;
• d). Memperagakan penggunaan alat;
• e). Bantu untuk mobilisasi.

Intervensi yang dapat diberikan pada pasien adalah:


a) Pemberian posisiindependen meliputi
1). Kaji kemampuan fungsi dan luas hambatan pada saat pertama kali dan
secara teratur. Klasifikasi sesuai dengan skala 0 sampai ; 2). Ubah posisi
minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan kemungkinan lebih sering jika
klien diposisikan miring ke sisi bagian
tubuh yang terganggu;
3). Inspeksi kulit secara teratur terutama di atas benjolan tulang. Secara
perlahan masase setiap area kemerahan. Beri bantuan sesuai kebutuhan;

b). Terapi latihan kontrol otot meliputi


1). Mulai latihan rentang gerak aktif atau pasif ke semua ekstremitas;
2). Ajarkan latihan seperti latihan kuadriseps atau gluteal, meremas bola
karet, dan ekstensi jari tangan dan atau tungkai bawah serta kaki;
3). Bantu klien mengembangkan keseimbangan saat duduk (seperti
meninggikan kepala tempat tidur);
4). Tetapkan tujuan dengan klien atau orang dekat untuk meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas, latihan, dan perubahan posisi, dan
melaksanakan aktivitas ADL pasien;
5). Ajarkan klien untuk melakukan peregangan atau aktifitas
fisik secara bertahap sesuai toleransi;
6). Ajarkan teknik relaksasi lima jari.

3 C Ya • Open Appendictcomy (OA) membutuhkan persiapan yang sama dan


profilaksis. Sayatan dapat bervariasi tergantung pada criteria dokter bedah
dan karakteristik. Mesoappendix diligasi dengan menggunakan 2/0 sutra
dan tas-string jahitan dari bahan yang sama ditempatkan pada sekum
untuk invaginasi appendiks. Lavage dengan larutan salin hangat dan diikuti
penutupan kulit dengan cara staples bedah.

4 O Ya Setelah dilakukan pemebrian asuhan keperawatan berdasarkan evidence


based permasalahan teratasi. Hasil telaah dari artikel menunjukkan bahwa
pemberian posisi head up 30°, latihan ROM dan juga terapi wicara
AIUEOdalam intervensi keperawatan untuk pasien dengan ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral,hambatan mobilitas fisik, dan hambatan
komunikasi verbal aman, efektif dan bermanfaat dan melaporkan
peningkatan kualitas hidup
Kesimpulan :
hasil penelitian adanya pengaruh kedua kelompok terhadap peningkatan kekuatan otot
dengan p-value 0,000 dimana dengan diberikan Latihan ROM bilateral memberikan dampak
lebih tinggi dalam meningkatkan kekuatan otot
dibadingkan dengan Latihan ROM unilateral. Penelitian ini sejalan dengan
Nababab & Giawa (2019) bahwa nilai sebelum dilakuakn intervensi adalah 2,50
dan pada saat setelah dilakuakn intervensi selama 5 hari didaptkan nilai rata-rata
10,00 dengan p-value sebesar 0,059 < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh latihan ROM pada
pasien stoke iskemik terhadap kekuatan otot

Judul jurnal :

Potensi Toksisitas Neurologis VinkristinPada Tubuh Yang Terjadi Pada Anak Dengan Leukimia
Limfositik Akut
Background : Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) treatment are chemotherapeutic agent and
bone marrow transplantation. Treatment with chemotherapeutic agent is the primary curative for
leukemia. Vincristine is one of chemotherapeutic agents in ALL. Neurotoxicity is one of the toxicity
caused by vincristine.

Material and methods :

The objective of this study was to find out the potential neurotoxicity of vincristine in children with
ALL. Method: This study was observational design. The study was conducted at Sanglah Hospital
Denpasar.

Results : Seventeen patients who fit to the sample criteria were got. Of the 17 childhood with ALL
who have treatment with chemotherapeutic agent based on Indonesian Protocol 2006, 3 patients
showed neurotoxicity. Patients may suffered from leg pain, foot pain, and walking pain.

Keyword : Potential neurotoxicity, vincristine, leukemia

No Kriteria Jawab Pemebenaran

P Ya Dalam jurnal ini, populasi atau masalah yang


ditemukan yaitu pasien yang mengalami nyeri
kaki, sakit saat berjalan dan nyeri tumit dan untuk
mengetahui potensi toksisitas neurologis
vinkristin pada tubuh yang terjadi pada anak
dengan LLA. Indikator toksisitas neurologis yang
digunakan berdasarkan gejala klinis toksisitas

neurologis vinkristin antara lain nyeri kaki, lemah


otot, mialgia dan kram.

I Ya Intervensi yang diberikan adalah :

Pada LLA pengobatan yang diberikan yaitu


kemoterapi merupakan terapi kuratif utama pada
leukemia. Kemoterapi

dapat menginduksi terjadinya neuropati perifer.


Salah satu kemoterapi tersebut adalah vinkristin.
untuk menanggulangi interaksi enzimatis
vinkristin

dengan anti jamur golongan azol perlu adanya


pemantauan pasien. Penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan pemantauan efek peningkatan
vinkristin (substrat CYP3A4) apabila dosis
flukonasol (CYP inhibitor) ditingkatkan atau

efek penurunan vinkristin apabila dosis flukonasol


diturunkan. Selain

itu penatalaksanaan dapat dilakukan dengan


pemantauan toksisitas vinkristin seperti nyeri,

kesemutan, nyeri rahang, nyeri kaki, konstipasi


dan nyeri perut. Pemilihan alternatif lain dapat

dipertimbangkan.

C Ya Laju reaksi metabolisme vinkristin

dihambat oleh flukonasol yang menyebabkan


penurunan klirens vinkristin yang berdampak

pada peningkatan kadar vikristin dalam serum.


Mekanisme kerja vinkristin yang masih dapat

ditoleransi tubuh pada dosis lazim yang


diharapkan menghasilkan kadar vinkristin dalam
serum 24-26 μg/L. Adanya pemberian bersamaan
vinkristin-flukonasol dapat mengganggu
metabolisme dari vinkristin yang merupakan
substrat enzim CYP3A4. Flukonasol menghambat
induksi terbentuknya enzim CYP3A4 sehingga
enzim berkurang untuk mengkatalisis reaksi
metabolisme vinkristin.

O Ya Ada potensi toksisitas neurologis vinkristin pada


anak dengan LLA. Toksisitas neurologis yang
terjadi adalah neuropati perifer dengan gejala
klinis nyeri kaki, nyeri tumit dan sulit berjalan.
Modifikasi dosis pada kombinasi dapat dilakukan
dengan pemberian dosis flukonasol

100 mg peroral perhari dengan penurunan dosis


vinkristin yaitu 2 mg dapat menurunkan gejala
toksisita.

Kesimpulan : Ada potensi toksisitas

neurologis vinkristin pada tubuh yang terjadi pada anak dengan LLA. Potensi toksisitas dapat
terjadi berkaitan dengan mekanisme kerja vinkristin pada mikrotubula.

Judul jurnal :

PEBARAN GANGGUAN NEUROPSIKIATRI PADA STAF MEDIK NEUROLOGI SELAMA


PANDEMI COVID-19

ABSTRACT

Introduction: Corona Virus Disease-2019 (COVID-19) is a new disease designated as a global pandemic by
WHO after causing a large number of deaths in a short period of time in various parts of the world. The
COVID-19 pandemic has not only caused physical impacts, but also mental fatigue on the community,
especially health workers as the frontline in handling COVID-19.

Aim: To determine the distribution of neuropsychiatric symptoms among neurological medical staff that
have occurred since the COVID-19 pandemic.
Methods: This research was a descriptive study with a cross-sectional approach, taking place from May to
June 2020 and was conducted on neurological medical staff who were members of the PERDOSSI and
students participating in the Neurology specialist education program. Data collection was carried out using
a questionnaire, namely the Beck Anxiety Inventory to assess anxiety, the Beck Depression Inventory to
assess depression, the Insomnia Severity Index to assess insomnia and a checklist of questions to assess
headaches that were sent online..

Results: The data obtained in this study indicate that a total of 13.6% of neurological medical staff in this
study experienced anxiety, 4.5% experienced depression, 6.1% experienced insomnia, and 24.2%
experienced headaches suspected to be related to COVID-19. The severity of neuropsychiatric symptoms in
this study ranged from mild to moderate, none of the subjects experienced severe symptoms. Generally the
subjects with these complaints were women and they did not feel safe with the personal protective
equipment/PPE used.

Discussion: The distribution of neuropsychiatric disorders due to the COVID-19 pandemic among neurology
medical staff in the PERDOSSI’s working area is still low.

Keywords: COVID-19 pandemic, neuropsychiatric disorders, neurology medical staff

No Kriteria Jawab Pembenaran

P Ya Dalam jurnal ini, Data yang diperoleh


menunjukkan bahwa sebanyak 13,6% staf medis
neurologi mengalami ansietas, 4,5% mengalami
depresi, 6,1% mengalami insomnia, dan 24,2%
mengalami nyeri kepala diduga terkait COVID-
19. Beratnya gejala neuropsikiatri yang
didapatkan pada studi ini berkisar antara ringan
hingga sedang, tidak ada subjek yang mengalami
gejala berat. Umumnya subjek dengan keluhan
tersebut adalah wanita dan mereka tidak merasa
aman dengan alat pelindung diri/APD yang
digunakan.

I Ya Beratnya gejala neuropsikiatri yang didapatkan


pada studi ini berkisar antara ringan hingga
sedang, tidak ada subjek yang mengalami gejala
berat. Umumnya subjek dengan keluhan tersebut
adalah wanita dan mereka tidak merasa aman
dengan alat pelindung diri/APD yang digunakan.

C Ya Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan


pendekatan potong lintang, berlangsung sejak
Mei hingga Juni 2020 dan dilakukan pada staf
medis neurologi yang merupakan anggota
PERDOSSI serta mahasiswa peserta program
pendidikan dokter spesialis (PPDS) Neurologi.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yaitu Beck Anxiety
Inventory untuk menilai ansietas dan Beck
Depression Inventory depresi, Insomnia Severity
Index untuk menilai insomnia dan checklist
pertanyaan untuk menilai nyeri kepala.

O Ya Sebaran gejala neuropsikiatri akibat pandemi


COVID-19 pada staf medis neurologis di
wilayah kerja PERDOSSI Palembang masih
rendah.

Kesimpulan :

Hanya sebagian kecil staf medis neurologi yang mengalami gangguan neuropsikiatri seperti nyeri
kepala, insomnia, ansietas dan depresi paska pandemi COVID-19. Gangguan neuropsikiatri yang
dialami umumnya derajat ringan.

Judul Jurnal :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

PERAWATAN POST OPERASI KATARAK DI POLI MATA

RSUD PARIAMAN

Abstract

Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Kebutaan karena katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan masalah kesehatan global

yang harus segera diatasi. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan menggunakan

rancangan penelitian cross sectional study.

Aim / Tujuan :

Tujuan Penelitian mengetahui hubungan Pengetahuan dan sikap keluarga. rata-rata kunjungan post
operasi katarak sebanyak 107 orang perbulannya. Untuk mengetahui dukungan keluarga dalam
merawat pasien post operasi katarak tersebut dilakukan suatu metode dalam penelitian dengan
penyebaran kuesioner dan wawancara terpimpin mengenai dukungan keluar

Material dan Methods :


dengan teknik accidental sampling yang berjumlah sebanyak 45 responde

Results / Hasil :

Berdasarkan hasil di peroleh Sebagian besar responden berpengetahuan rendah tentang

perawatan post operasi katarak (53,3%), Sebagian besar responden memiliki sikap negatif

tentang perawatan post operasi katarak (51,1%), Sebagian besar responden tidak sesuai

melakukan perawatan post operasi katarak (51,1%), terdapatnya hubungan yang

bermakna antara Pengetahuan Keluarga dengan Perawatan Pasien Post Operasi Katarak

di Poli Mata RSUD Pariaman tahun 2018, terdapatnya hubungan yang bermakna antara

Sikap Keluarga dengan Perawatan Pasien Post Operasi Katarak di Poli Mata RSUD

Pariaman tahun 2018.

Conclusions / Kesimpulan :

Penelitian aminatul Fitria menyimpulkan bahwa Pada penelitian

yang telah dilakukan didapat hasil bahwa ada hubungan antara sikap

dengan tindakan untuk melakukan operasi katarak

NO KRITERIA JAWAB Pengetahuan; Sikap; Perawatan Post Operasi


Katarak

1 P YA sebanyak 45 responden

POPULATION/PROBLEM

2 I YA mencari tahu informasi tentang bagaimana


perawatan yang di lakukan setelah post
INTERVENSI
operasi katarak, agar responden dapat
memberikan perawatan yang sesuai kepada
keluarga mereka yang telah menjalani operasi
katarak.

3 C Berdasarkan data yang peneliti


YA
CONTROL peroleh di Instalasi Rekam Medik

RSUD Pariaman angka kunjungan

penyakit katarak menduduki peringkat 2

dari 10 penyakit terbanyak di Poli Mata,

sedangkan kunjungan terhadap post

operasi katarak (Psedopakia) menduduki

urutan nomor 3 terbanyak dari 10

penyakit kunjungan terbanyak.

4 O Berdasarkan penelitian yang telah


OUT COME YA

dilakukan, maka dapat

disimpulkan

1. Sebagian besar responden

berpengetahuan rendah tentang

perawatan post operasi katarak.

2. Sebagian besar responden memiliki

sikap negatif tentang perawatan

post operasi katarak.

3. Sebagian besar responden tidak

sesuai melakukan perawatan post

operasi katarak.

4. Terdapatnya hubungan yang

bermakna antara Pengetahuan

Keluarga dengan Perawatan Pasien

Post Operasi Katarak di Poli Mata

You might also like