You are on page 1of 9

Khutbah Pertama

َ‫هللا َفالَ مُضِ َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفال‬ ُ ‫ مَنْ يَ ْه ِد‬،‫س ِِّي'&ئَاتِ َأعْ مَا ِلنَا‬
َ ْ‫هلل مِنْ شُرُ وْ ِر َأ ْن ُفسِ نَا وَ مِن‬ ْ َ‫ِإنَّ ا ْلحَ مْ َد ِللَّ ِه َنحْ َم ُد ُه وَ نَسْ تَ ِع ْينُ ُه وَ ن‬
ِ ‫ وَ نَعُو ُذ ِبا‬،ُ‫ستَ ْغ ِف ُره‬
َ َ
ْ ‫هللا وَ حْ َد ُه الَ ش َِريْكَ لَ ُه وَ أ‬
‫ش َه ُد أنَّ مُحَ َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ َ َ
ُ َّ‫ أشْ َه ُد أنَّ الَ ِإلَ َه ِإال‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫َها ِد‬
َ
ِ ‫َان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّ'&ِدي‬
‫ْن‬ ٍ ‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ أصْ حَ ِاب ِه وَ مَنْ ت َِب َع ُه ْم ِب ِإحْ س‬
َ َ‫هلل عَ لَ ْي ِه و‬
ُ ‫س ِِّل'& ْم عَ لَى ن َِب ِِّي'&نَا وَ رَ سُوْ ِلنَا مُحَ َّم ٍد صَ لَّى ا‬
َ َ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّ'&ِل و‬

َّ ‫ْس وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَقَ ِم ْن َها زَ وْ جَ َها وَ ب‬ َ


‫َث ِم ْن ُهمَا ِرجَ االً َكثِير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا اللَّ َه الَّذِي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه‬ ٍ ‫يَا أيُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّذِي خَ لَ َق ُك ْم مِنْ نَف‬
َ
‫وَ األرْ حَ ا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ قِيب ًا‬

ْ ‫يَا َأيُّ َها الَّذِينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه حَ قَّ تُقَا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم‬
َ‫س ِلمُون‬

‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَغْ فِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ يُطِ ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ظِ يمًا‬، ‫سدِيدًا‬
َ ‫يَا َأيُّ َها الَّذِينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل‬

‫َأمَّا بَعْ ُد‬

‫ وَ ُك َّل مُحْ َدثَ ٍة ِبدْعَ ٌة وَ ُك َّل ِبدْعَ ٍة ضَ الَل ٍة‬،‫شرَّ األُمُوْ ِر مُحَ َدثَاتُ َها‬ َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬
َ َ‫ و‬،‫سلَّ َم‬ ُ ‫ي مُحَ َّم ٍد صَ لَّى‬ ِ ُ‫فإنَّ َأصْ َدقَ ا ْلحَ ِديْثِ ِكتَاب‬
ِ ‫هللا وَ خَ يْرَ ا ْل َهد‬
ُ ‫ي َه ْد‬

Ajal Suatu Bangsa Dalam Al-Quran

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Setiap orang memiliki ajal. Apabila ajal tersebut telah datang maka kematian akan
menjemputnya. Tidak ditunda sesaat pun dan tidak pula dipercepat sesaat pun.Ajal selalu
datang tepat waktu. Sebenarnya ajal tidak hanya berlaku untuk umat manusia namun juga
berlaku untuk sebuah bangsa atau negara atau sebuah peradaban.

Allah Ta’ala berfirman;

َ‫ست َْأخِرُونَ سَاعَ ًة ۖ وَ اَل يَسْ تَ ْق ِدمُون‬


ْ َ‫وَ ِل ُك ِّ'&ِل ُأ َّم ٍة َأجَ ٌل ۖ َف ِإ َذا جَ آ َء َأجَ لُ ُه ْم اَل ي‬

”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” [Al-A’raf: 34]

Dalam tasir Fi zhilalil Quran, disebutkan bahwa yang dimaksud ajal di sini boleh jadi adalah ajal
tiap-tiap generasi manusia yang berupa kematian yang memutuskan kehidupan sebagaimana
sudah terkenal. Dan bisa jadi maksudnya adalah ajal setiap umat (bangsa) dalam arti masa
tertentu kekuatan dan kekuasaannya di muka bumi.

Seorang ahli sejarah dan sosiologi terkemuka dunia, yaitu Imam Ibnu Khaldun rahimahullah,
dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu Al-Muqadimah, sebuah kitab yang ditulis sebagai
sebuah pengantar karya besarnya dalam bidang sejarah yaitu At-Tarikh, menyatakan,

‫إن أعمار الدول ال تكاد تتجاوز مائة وعشرين سنة غالب ًا‬

”Sesungguhnya umur negara-negara itu mayoritas hampir tidak melebihi 120 tahun.”

Ibnu Khaldun membagi usia 120 tahun ini menjadi tiga tahap:
Tahap pertama: Setelah suatu negara itu mencapai kejayaan, kemenangan, dan kekuasaan yang
kokoh (tamkin), para pendirinya (the Founding Fathers) menjadi orang-orang yang kuat.

Mereka merasakan kehidupan yang keras, hidup berpindah-pindah, gagah berani. Mereka
merasakan kepayahan dan kelelahan yang mereka kerahkan untuk memperoleh kekuasaan
tersebut, sehingga mereka memiliki kekuatan, keteguhan, kesabaran, daya tahan, dan kebijakan
yang baik dalam mengelola berbagai urusan. Inilah generasi pertama.

Setelah mereka, datanglah generasi kedua: sedikit dari yang pertama dan lebih lemah darinya,
karena ia telah sampai pada sebuah negara yang berdiri kokoh, dan mewarisi kekuasaan yang
stabil dari generasi sebelumnya.

Dan pada saat yang sama orang-orang ini hidup mewah, santai, dan memiliki berbagai jenis
harta yang membuat mereka cenderung royal, sangat memperhatikan urusan makanan,
minuman, kendaraan, dan pernikahan serta berbagai kelezatan dunia ini.

Meskipun begitu, mereka telah mewarisi sedikit kekuatan, entah karena mereka telah hidup
pada beberapa masa pembentukan negara, atau mereka mendengar dari kisah ayah-ayah
mereka dan pembicaraan mereka, yang membuat mereka menjadi orang-orang yang kuat dan
keras pada tingkatan tertentu.

Kemudian datanglah generasi ketiga, yang tidak mengalami sedikit pun masa pembangunan
kekuatan negara, dan tidak merasakan beban-beban kebangkitannya, dan tidak mendengar
kisah dibacakan dari mereka yang melihat dan menyaksikan pembangunan negara tersebut.

Mereka menemukan sebuah kekuasan dengan mudah. Mereka menemukan harta dan pengaruh
yang luas dan cenderung santai, tidak sungguh-sungguh dan lembek. Di tangan generasi inilah
sering kali akhir dari negara tersebut.

Tiga fase ini kesimpulan dari Syaikh Dr, Salman bin Fahd Al Audah, salah seorang ulama
terkemuka di Saudi Arabia, setelah membaca penjelasan Ibnu Khaldun.

Sedangkan menurut Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta,
Ibnu Khaldun membagi menjadi 4 generasi yang akan menentukan cepat atau lambatnya ajal
dari suatu bangsa.

Keempat generasi tersebut adalah:

Generasi perintis

Generasi pembangun

Generasi penikmat

Generasi penghancur
Sebab-Sebab Runtuhnya Sebuah Peradaban

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Dr. Abdussalam Al-Basyuni, di dalam bukunya ‘Awamil Suquthil Hadharat fil Qur’an was Sunnah,
telah menjelaskan adanya sejumlah sebab runtuhnya sebuah negara berdasarkan Al-Quran dan
As-Sunnah yaitu,

1.Kekafiran dan berpaling dari Allah Ta’ala

Tentang bangsa Yaman penduduk Saba’, Allah Ta’ala berfirman,

َ ْ‫) َف َأعْ رَ ضُوا َف َأر‬15( ‫ش ُكرُ وا لَ ُه بَ ْل َد ٌة ط َ ِِّي'&بَ ٌة وَ رَ بٌّ َغفُو ٌر‬


{ ‫س ْلنَا‬ ْ ‫ِين وَ شِ مَا ٍل ُكلُوا مِنْ ِرزْ ِق رَ ِِّب'& ُك ْم وَ ا‬ ٍ ‫َان عَ نْ يَم‬ ِ ‫سب ٍَإ فِي مَسْ َكن ِِه ْم آيَ ٌة جَ نَّت‬ َ ‫لَ َق ْد َكانَ ِل‬
َ ُ
‫ازي ِإال‬ ِ َ‫) َذلِكَ جَ زَ ْينَا ُه ْم ِبمَا َك َف ُروا وَ َه ْل نُج‬16( ‫شيْ ٍء مِنْ سِ د ٍْر َقلِي ٍل‬ ِ ‫س ْي َل ا ْلع َِر ِم وَ بَ َّد ْلنَا ُه ْم ِبجَ نَّتَي ِْه ْم جَ نَّتَي‬
َ َ‫ْن َذوَ اتَيْ أ ُك ٍل خَ مْ ٍط وَ أ ْث ٍل و‬ َ ‫عَ لَي ِْه ْم‬
17( َ‫(ال َكفُور‬ ْ

”Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka,
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan),
“Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-
Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.
Tetapi mereka berpaling,

Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka
dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon asl, dan sedikit
dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka.
Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang
yang sangat kafir.

[Saba’: 15-17]

2.Dosa-dosa yang menyebar luas

Allah Ta’ala berfirman

Para ulama mengaskan bahwa bencana yang menimpa umat manusia itu selain karena sebab-
sebab yang bersifat rasional ada juga yang bersifat syar’i. Sebab-sebab syar’i musibah yang
menimpa umat manusia adalah berbagai dosa yang mereka lakukan.

‫سمَآ َء عَ لَي ِْهم ِّ'&ِمدْرَ ارً ا وَ جَ َع ْلنَا ٱأْل َ ْن ٰ َهرَ تَجْ ِرى مِن تَحْ ت ِِه ْم‬ َ ْ‫ض مَا لَ ْم نُ َم &'ِكِّن لَّ ُك ْم وَ َأر‬
َّ ‫س ْلنَا ٱل‬ ِ ْ‫َألَ ْم يَرَ وْ ۟ا َك ْم َأ ْهلَ ْكنَا مِن َق ْبل ِِهم '&ِمِّن َقرْ ٍن َّم َّك ٰنَّ ُه ْم فِى ٱأْل َر‬
َ‫ُوب ِه ْم وَ َأنش َْأنَا م ِۢن بَ ْع ِد ِه ْم َقرْ نًا ءَاخَ ِرين‬ َ
ِ ‫َفأ ْهلَ ْك ٰنَ ُهم ِب ُذن‬

”Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan
sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami
binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi
yang lain.” [Al-An’am: 6]
Allah Juga berfirman:

۟ ُ‫َّاس ِليُذِي َق ُهم بَ ْعضَ ٱلَّذِى عَ ِمل‬


َ‫وا لَ َعلَّ ُه ْم يَرْ ِجعُون‬ َ َ ‫ظ َ َهرَ ٱ ْل َفسَا ُد فِى ٱ ْلبَ ِّ'&ِر وَ ٱ ْلبَحْ ِر ِبمَا َك‬
ِ ‫سبَتْ أ ْيدِى ٱلن‬

”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Ar-Rum: 41]

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, ”Yang dimaksud kerusakan dalam ayat ini
adalah kekurangan, keburukan dan bencana-bencana yang dimunculkan oleh Allah di muka
bumi akibat maksiat para hamba-Nya.”

Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bencana yang menimpa suatu bangsa bisa
melenyapkan bangsa tersebut. Tentu bencana semacam ini adalah bencana berskala besar.
Salah satu contohnya adalah perilaku kaum nabi luth dengan perilaku LGBT.

Kyle Harper, Profesor Studi Sejarah, filsafat, sastra Yunani Kuno dan Latin serta Wakil Presiden
dan Kepala Administrasi senior di University of Oklahoma, menyatakan Pada 1377 Masehi,
menyatakan bahwa sejarawan Arab Ibnu Khaldun menerbitkan buku Muqaddimah, yang masih
digunakan untuk studi sejarah dunia sampai saat ini.

Ibnu Khaldun mengembangkan teori perintis tentang perubahan historis, menggabungkan


ranah sosial dan politik dengan dinamika ekonomi dan demografi. Yang luar biasa, sejarawan
Arab tersebut meramalkan bagaimana penyakit menular dapat terintegrasi ke dalamnya. Dia
(seolah) telah hidup melalui Black Death, dengan bencana-bencana biologis terburuk dalam
sejarah manusia.

Black death adalah suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan
hingga akhir abad ke-14 (1347 – 1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi
Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan
Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari
pandemi multiregional. Jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, Maut Hitam telah
merenggut sedikitnya 75 juta nyawa.

Bagi Ibnu Khaldun, wabah penyakit merupakan komponen integral dari keruntuhan peradaban.
Wabah bukan hanya takdir Tuhan atau fenomena acak dari alam. Mereka adalah fenomena yang
rentan yang memiliki penjelasan rasional. Epidemi mungkin merupakan hasil dari pertumbuhan
populasi itu sendiri.

Peradaban yang kuat dengan pemerintahan yang baik akan memfasilitasi peningkatan populasi.
Namun secara paradoksal, peningkatan demografis akan memicu penyakit epidemi yang
mematikan dan disintegrasi sosial.

Epidemi mematikan dan disintegrasi sosial inilah yang merupakan bagian dari komponen
integral dari keruntuhan sebuah peradaban.
3.Cinta dunia dan takut mati

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah ‫ﷺ‬

‫ َفقَا َل َقا ِئ ٌل وَ مِنْ ِقلَّ ٍة نَحْ نُ يَوْ َم ِئ ٍذ َقا َل ” بَ ْل َأ ْنتُ ْم يَوْ َم ِئ ٍذ َكثِيرٌ وَ لَ ِكنَّ ُك ْم ُغثَا ٌء‬. ” ‫يُوشِ كُ األُ َم ُم َأنْ َتدَاعَ ى عَ لَ ْي ُك ْم َكمَا تَدَاعَ ى األَ َكلَ ُة ِإلَى َقصْ َع ِت َها‬
” ‫ َفقَا َل َقا ِئ ٌل يَا رَ سُو َل اللَّ ِه وَ مَا ا ْلوَ َهنُ َقا َل‬. ” َ‫وب ُك ُم ا ْلوَ َهن‬ ِ ُ‫ُور عَ ُد ِّ'&ِو ُك ُم ا ْل َم َهابَ َة ِم ْن ُك ْم وَ لَيَ ْق ِذ َفنَّ اللَّ ُه فِي ُقل‬
ِ ‫س ْي ِل وَ لَيَن ِْزعَ نَّ اللَّ ُه مِنْ صُ د‬
َّ ‫َك ُغثَا ِء ال‬
ْ
” ِ‫ُحبُّ ال ُّد ْنيَا وَ َكرَ ا ِهيَ ُة المَوْ ت‬

”Telah mendekat masanya berbagai bangsa (kafir dan sesat) saling memanggil satu sama lain
(untuk memerangi kalian dan memecah belah kekuatan kalian), sebagaimana orang-orang yang
saling memanggil menuju hidangannya (yang hendak mereka makan tanpa ada halangan).”

Ada seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada hari itu?” Beliau menjawab,
“Justru jumlah kalian banyak pada hari itu, tetapi ibarat buih di atas air. Allah benar-benar akan
mencabut dari dada musuh kalian rasa takut kepada kalian dan menimpakan kepada kalian
penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab
“Cinta dunia dan takut mati.”

Sebuah bangsa yang sudah terjangkiti penyakit cinta dunia dan takut mati maka akan dengan
sangat mudah ditaklukkan oleh musuh meskipun itu bangsa Muslim. Sebagai contoh adalah
kekhilafahan Bani Abbasiyah di bawah kepemimpinan Al Mu’tashim. Baghdad sebagai ibu kota
khilafah Islamiyah jatuh setelah diserang pasukan Mongol selama sekitar 13 hari saja. Inilah akhir
dari riwayat kekhilafahan Bani Abbas.

Korban yang jatuh di pihak Muslim sekitar 900 ribu hingga satu juta orang. Belum lagi
dihancurkannya kota Baghdad berikut kekayaan ilmu yang ada di perpustakannya. Penyebab
paling besar dari tidak terbendungnya serangan Mongol tersebut adalah kecenderungan
masyarakat dan penguasa Muslim saat itu yang begitu terlena dengan dunia dan sangat
melemah ruh jihadnya.

4.Merajalelanya sikap ekstrim dan jelek dalam beragama.

Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda,

ِ ‫ِّين فإنَّ ُه أ ْهلَكَ من كانَ قبلَ ُك ُم الغل ُّو في ال '&ِد‬


‫ِّين‬ ِ ‫يا أيُّها النَّاسُ إيَّاكم والغُل َّو في ال '&ِد‬

”Wahai manusia, jauhilah sikap eskstrim dalam beragama. Sesungguhnya sikap esktrim dalam
beragama ini telah menghancurkan umat sebelum kalian.” [Hadits shahih riwayat Ibnu Majah
no.2473]

Perlu khatib tegaskan di sini, bahwa ukuran ekstrimitas beragama adalah melebih batas-batas
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan didetailkan oleh para ulama Islam
yang terpercaya. Ukurannya bukan pendapat umum masyarakat apalagi mengacu kepada
indikator-indikator yang dibuat olah non Muslim.
Yang dimaksud dengan ekstrimisme dalam beragama adalah melampaui batas dalam
melaksanakan ajaran agama melebihi yang dituntunkan oleh nabi ‫ﷺ‬. Misalnya nabi
‫ ﷺ‬tidak pernah memberikan vonis kafir kepada pelaku dosa besar kemudian ada di
antara orang Islam yang mengkafirkan pelaku zina, misalnya. Ini jelas bentuk ekstrimisme dalam
beragama.

5.Kezaliman dominan dan merajalela

Allah Ta’ala berfirman,

ُ ُ‫وَ لَ َق ْد َأ ْهلَ ْكنَا ا ْل ُق ُرونَ مِنْ َق ْب ِل ُك ْم لَمَّا ظَلَمُوا وَ جَ ا َء ْت ُه ْم ر‬


َ‫) ثُ َّم جَ َع ْلنَا ُك ْم خَ الئِف‬13( َ‫سلُ ُه ْم ِبا ْلبَ ِِّي'&نَاتِ وَ مَا َكانُوا ِلي ُْؤ ِمنُوا َك َذلِكَ َنجْ ِزي ا ْل َقوْ َم ا ْلمُجْ ِرمِين‬
14( َ‫ض مِنْ بَعْ ِد ِه ْم ِلنَ ْنظُرَ َكيْفَ َتعْ َملُون‬ ِ ْ‫(فِي األر‬

”Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kalian, ketika mereka
berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa
keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah
Kami memberi (jaza’) pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. Kemudian Kami
jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami
memperhatikan bagaimana kalian berbuat.” [Yunus 13-14]

6.Kerusakan telah merajalela dan dominan

Kerusakan di sini adalah kerusakan akhlak, nilai-nilai, perilaku, sosial, ekonomi dan lain-lain.
Apabila bencana ini telah mendominasi dalam sebuah bangsa dan tidak ada amar ma’ruf nahi
munkar, maka keruntuhan bangsa tersebut adalah satu hal yang pasti.

Ini sebagaimana Allah sebutkan dalam al-Quran Al-karim.

Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ ٱلَّذِين‬،ِ‫ ٱلَّتِي لَ ۡم ي ُۡخلَ ۡق م ِۡثلُ َها فِي ۡٱل ِب ٰلَ ِد وَ ثَمُو َد ٱلَّذِينَ جَ ابُو ْا ٱلص َّۡخرَ ِب ۡٱلوَ ا ِد وَ ف ِۡرعَ ۡونَ ذِي ٱأۡل َ ۡوتَاد‬،ِ‫ ِإرَ َم َذاتِ ۡٱل ِعمَاد‬،‫َألَ ۡم تَرَ َكيۡ فَ َف َع َل رَ بُّكَ ِبعَا ٍد‬
ٍ ‫ َفصَ بَّ عَ لَيۡ ِه ۡم رَ بُّكَ س َۡوط َ عَ َذا‬،َ‫ َف َأ ۡكثَ ُرو ْا فِي َها ۡٱل َفسَاد‬،ِ‫طَغ َۡو ْا فِي ۡٱل ِب ٰلَد‬
‫ب ِإنَّ رَ بَّكَ َل ِب ۡٱلم ِۡرصَ ا ِد‬

”Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad,(yaitu)
penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah
dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain

Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,

dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat
sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,
karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab

sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” [Al-Fajr: 6-14]

7.Merajalelanya gaya hidup hedonis


Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫وَ ِإ َذا َأرَ ْدنَا َأنْ نُ ْهلِكَ َقرْ يَ ًة َأمَرْ نَا ُم ْترَ فِي َها َف َف‬
‫سقُوا فِي َها َفحَ َّق عَ لَ ْي َها ا ْل َقوْ ُل َف َدمَّرْ نَا َها تَ ْدمِيرً ا‬

”Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-
orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan
(ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” [Al-Isra’: 16]

.‫س ِم ْي ُع ا ْل َع ِل ْي ُم‬ َ ‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمِن'&ِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِت‬,‫ وَ نَ َف َعنِيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه مِنَ اآليَاتِ وَ ال ِّ'&ِذ ْك ِر ا ْلحَ ِكي ِْم‬,‫آن ا ْلعَظِ ي ِْم‬
َّ ‫الوَ َت ُه ِإنَّ ُه هُوَ ال‬ ِ ْ‫هللا لِيْ وَ لَ ُك ْم فِي ا ْلقُر‬
ُ َ‫بَارَ ك‬
ْ
‫ ِإنَّ ُه هُوَ ال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،ُ‫ستَ ْغ ِف ُروْ ه‬ َ َ
ْ ‫هللا العَظِ ْي َم لِيْ وَ ل ُك ْم فا‬ ْ َ ‫ستَغْ ِف ُر‬ َ َ
ْ ‫أقوْ ُل قوْ لِيْ َهذا وَ ا‬ُ َ

Khutbah Kedua

‫ش َه ُد َأنَّ مُحَ َّمدًا عَ ْب ُد ُه‬ْ ‫هللا وَ حْ َد ُه اَل ش َِريْكَ لَ ُه تَ ْعظِ ْيمًا ِلش َْأ ِن ِه وَ َأ‬
َ ‫ َأشْ َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل‬،ِ‫ش ْكرُ لَ ُه عَ لَى تَوْ ِف ْي ِق ِه وَ امْ ِتنَا ِنه‬ ُ ‫الحَ مْ ُد ِللَّ ِه عَ لَى ِإحْ سَا ِن ِه وَ ْال‬
َ َ َ َ َ ْ َ َ ' َ َ‫ الل ُه َّم صَ ِّ'&ِل و‬.ِ‫وَ رَ سُوْ لُ ُه الدَّاعِ يْ ِإلَى ِرضْ وَ ا ِنه‬
َّ
‫ أمَّا‬.‫ْن‬
ِ ‫َان ِإلى يَوْ ِم ال ِّ'&ِدي‬
ٍ ‫ِي الك ِري ِْم وَ عَ لى آ ِل ِه وَ أصْ حَ ِاب ِه وَ مَنْ ت َِب َع ُه ْم ِب ِإحْ س‬ ِّ &' ‫س ِِّل& ْم عَ لى َهذا الن َِّب‬
‫بَ ْع ُد‬.

Sebab Runtuhnya Peradaban Menurut Ibnu Khaldun

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Menurut teori Imam Ibnul Khaldun, faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih
bersifat internal daripada eksternal.

Beliau menegaskan bahwa suatu peradaban dapat runtuh bila para penguasa dan masyarakat
gemar bergaya hidup malas yang diikuti dengan sikap bermewah-mewah. Perilaku semacam ini
bukan hanya negatif tapi juga mendorong tindak kejahatan korupsi dan dekadensi moral.

Tindakan yang tidak, melanggar hukum dan melakukan penipuan, demi tujuan mencari nafkah
terus meningkat di kalangan mereka.

Jiwa manusia didorong dengan sangat kuat untuk senantiasa berfikir dan mempelajari cara-cara
mencari nafkah, dan untuk memakai segala model penipuan untuk meraih tujuan tersebut.
Masyarakat lebih suka melakukan kebohongan, berjudi, melakukan penipuan, penggelapan,
pencurian, melanggar sumpah dan memakan riba.

Mata pencaharian mereka yang mapan telah sirna. Apabila ini berlangsung terus menerus, maka
semua sarana untuk membangun suatu peradaban akan rusak. Pada akhirnya mereka betul-
betul berhenti berusaha. Ini semua mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban.

Jika kekuatan manusia, sifat-sifatnya serta agamanya telah rusak, kemanusiaannya tentu akan
rusak juga, akhirnya ia akan berubah menjadi seperti hewan.

Memang benar apa yang dikatakan oleh Imam Ibnu Khaldun. Dalam peradaban yang telah
hancur, masyarakat hanya berkonsentrasi pada upaya mencari kekayaan dengan cepat melalui
cara-cara yang tidak benar. Sikap masyarakat yang malas yang telah terwarnai oleh
materialisme, akhirnya mendorong mereka untuk mencari harta dengan tanpa mau berusaha

Secara ringkas, menurut Imam Ibnu Khaldun, ada 10 sebab runtuhnya sebuah peradaban:

Kerusakan moral penguasa.

Penindasan yang dilakukan oleh penguasa.

Kezaliman dan ketidakadilan.

Masyarakat yang bergaya hidup mewah (hedonis)

Egoisme

Opportunisme

Beban pajak yang berat.

Penguasa ikut serta dalam kegiatan ekonomi rakyat.

Melemahnya komitmen masyarakat dalam berpegang teguh dengan ajaran agama.

Menggunakan pena dan senjata secara tidak tepat.

Dari kesepuluh sebab runtuhnya sebuah peradaban tersebut, nampak bahwa Ibnu Khaldun
berpandangan bahwa sebab utama keruntuhan sebuah peradaban pada dasarnya kembali pada
akhlak suatu bangsa terutama para penguasanya.

Bila keadaan akhlak dari suatu masyarakat dan penguasanya sudah seperti yang telah
digambarkan tadi, maka kekuatan politik, ekonomi serta sistem kehidupan akan hancur. Di kala
itulah negara tersebut sedang meluncur tanpa terbendung lagi menuju keruntuhannya.

Nasalullahal ‘afiah. Semoga Allah Ta’ala melindungi bangsa kita yang Muslim ini dari
kehancuran.

َ َ‫ِي ي ََآأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوْ ا صَ لُّوْ ا عَ لَ ْي ِه و‬


‫س ِِّل&'مُوْ ا تَسْ ِل ْيمًا‬ ِّ &' ‫هللا وَ مَآل ِئ َكتَ ُه يُصَ لُّوْ نَ عَ لَى الن َِّب‬
َ َّ‫ِإن‬

‫َاركْ عَ لَى ن َِب ِِّي'&نَا مُحَ َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ عَ لَى ُخلَفَا ِئ ِه الرَّ اشِ ِديْنَ ا ْل َم ْه ِد ِِّي'&يْنَ وَ َأصْ حَ ِاب ِه َأجْ َم ِعيْنَ وَ مَنْ سَارَ عَ لَى نَ ْه ِج ِه ْم وَ ط َ ِر ْي َقت ِِه ْم‬
ِ ‫س ِِّل'& ْم وَ ب‬
َ َ‫الَّل ُه َّم صَ ِّ'&ِل و‬
َ
َ‫ْن وَ ارْ ضَ عَ نَّا َم َع ُه ْم ِبرَ حْ َمتِكَ يَاأرْ حَ َم الرَّ ا ِح ِميْن‬ َ
ِ ‫ِإلى يَوْ ِم ال ِّ'&ِدي‬

َ َ‫ ِإنَّك‬، ِ‫اغفِرْ ِل ْلم ُْؤ ِم ِنيْنَ وَ ا ْلم ُْؤ ِمنَاتِ وَ ا ْلمُسْ ِل ِميْنَ وَ ا ْلمُسْ ِلمَاتِ األَحْ يَآ ِء ِم ْن ُه ْم وَ األَمْ وَ ات‬
ِ‫س ِم ْي ٌع َق ِريْبٌ َم ِجيْبُ الدَّعَ وَ ات‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم‬

َ‫سالَ َم وَ األَمْ نَ ِلعِبادِك‬ َ ْ‫ وَ ا ْكسِ ر‬،‫ وَ َأجْ مِعْ َك ِل َمتَ ُه ْم عَ لَى الحَ ِّ'&ِق‬،‫صفُوْ َف ُه ْم‬
ِ ُ‫ وَ ا ْكت‬، َ‫شوْ َك َة الظَّا ِلمِين‬
َّ ‫ب ال‬ ُ ‫ وَ وَ '&ِِّح ِد اللَّ ُه َّم‬، َ‫اإلسْ الَ َم وَ ا ْلمُسْ ِل ِميْن‬ َ
ِ َّ‫اللَّ ُه َّم أعِ ز‬
َ‫َأجْ َمعِين‬

‫س ِل ِميْنَ و َد '&ِمِّرْ َأعْ دَآئَنَا‬ &'ِّ ‫س ِل ِميْنَ وَ َأ ِذ َّل ال‬


ْ ‫ِشرْ كَ وَ ا ْل ُمش ِْر ِكيْنَ وَ ا ْنصُرْ عِ بَادَكَ ا ْلمُوَ '&ِِّح ِديْنَ ا ْلمُخْ لِصِ يْنَ وَ اخْ ُذ ْل مَنْ خَ َذ َل ا ْل ُم‬ ْ ‫اإلسْ الَ َم وَ ا ْل ُم‬ َ
ِ َّ‫اللَّ ُه َّم أعِ ز‬
َ ‫وَ َأعْ دَآ َء ال ِّ'&ِدي‬
ِ ‫ْن وأعْ ِل َك ِلمَاتِكَ ِإلَى يَوْ ِم ال ِّ'&ِدي‬
‫ْن‬ ِ

َ ‫رَ بَّنَا ظَلَمْ نَا َأ ْن ُف‬


َ‫سنَا وَ ِإنْ لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا وَ تَرْ حَ مْ نَا لَنَ ُكوْ نَنَّ مِنَ الخَ اسِ ِريْن‬
‫رَ بَّنَا ال ت ُِز ْغ ُقلُوْ َبنَا َب ْع َد ِإ ْذ َه َد ْيتَنَا‪ ،‬وَ َهبْ َلنَا مِنْ َل ُد ْنكَ رَ حْ َم ًة‪ِ ،‬إنَّكَ َأنْتَ الوَ َّهابُ‬

‫سنَ ًة وَ ِقنَا عَ َذابَ الن ِ‬


‫َّار‬ ‫سنَ ًة وَ في اآلخِرَ ِة حَ َ‬
‫رَ بَّنَا آ ِتنَا في ال ُّد ْنيَا حَ َ‬

‫َان ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬


‫هللا عَ لَى ن َِب ِِّي'&نَا مُحَ َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صَ حْ ِب ِه و َمَنْ ت َِب َع ُه ْم ِب ِإحْ س ٍ‬
‫وَ صَ لَّى ُ‬

‫وَ آ ِخ ُر دَعْ وَ انَا َأ ِن ا ْلحَ مْ ُد هلل رَ '& ِّ‬


‫ِب ا ْلعَالَ ِميْنَ‬

You might also like