Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Rasio Karbon Dan Nitrogen (C/N Ratio) Pada Kotoran Sapi Terhadap Produksi Biogas Dari Proses Anaerob
Pengaruh Rasio Karbon Dan Nitrogen (C/N Ratio) Pada Kotoran Sapi Terhadap Produksi Biogas Dari Proses Anaerob
1
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
Dalam situasi ini pencarian, pengembangan maka dengan perhitungan molekul bisa
dan penyebaran energi alternatif yang ramah divariasikan dengan angka variasi bebas
lingkungan menjadi penting. Permasalahan sebesar 15:1, 22:1, 27:1 dan 35:1.
tersebut dapat diatasi apabila tidak bergantung 5. Starter awal EM-4 termasuk yang
pada bahan bakar fosil dan menggunakan energi ditambahkan dalam campuran substrat
alternatif yang ramah lingkungan, murah, mudah (kotoran sapi + air) dengan tambahan tiap
diperoleh dan diperbaharui (renewable). Salah digester sebesar 10% dari volume substrat.
satu sumber energi terbarukan dan menjadi 6. Isolator yang digunakan adalah pasir yang
alternatif tersebut adalah biogas. Biogas dibungkus dengan karung beras plastik dan
merupakan salah satu dari bentuk energi ketebalan isolator dianggap sama yaitu 5 cm.
terbarukan yang dapat diperoleh dari limbah
peternakan dan sampah pasar melalui fermentasi 1.4. Tujuan penelitian
anaerobik (Widyastuti, 2013). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
Salah satu hal yang mempengaruhi produksi mengetahui pengaruh variasi rasio C/N terhadap
gas metan (CH4) di dalam biogas adalah laju volume biogas yang dihasilkan (30 hari)
hubungan antara jumlah Karbon (C) dan Nitrogen kotoran ternak sapi dari proses anaerob.
(N) yang terdapat pada bahan organik dinyatakan
dalam terminologi rasio C/N. Rasio C/N yang baik LANDASAN TEORI
pada substrat adalah berkisar antara 25 – 30 2.1. Biogas kotoran ternak
(Singh, 1977). Menurut penelitian I.J. Dioha dkk, Limbah ternak merupakan sisa buangan dari
2013 dalam jurnalnya mengatakan, kotoran sapi suatu kegiatan usaha pemeliharaan ternak, rumah
mempunyai rasio C/N sebesar 24. Karena itu perlu potong hewan, pengolahan produk ternak, dan lain
ditambah bahan lain yang dapat menaikkan atau sebagainya, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
menurunkan rasio C/N yaitu dengan bahan Limbah ternak meliputi limbah padat dan limbah
senyawa tunggal. Bahan senyawa tunggal tersebut cair seperti kotoran, urin, sisa makanan, kulit telur,
yaitu berupa serbuk Glukosa untuk menambah lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen,
Karbon dan Amonium sulfat untuk menambah dan lain-lain. Semakin berkembang usaha
Nitrogen. peternakan, maka limbah yang dihasilkan juga
akan semakin meningkat (Made Mara, 2011).
1.2. Rumusan masalah Kotoran ternak sapi lebih sering dipilih
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka sebagai bahan pembuatan gas bio karena
dapat dirumuskan suatu permasalahan yang ketersediaannya yang sangat besar diseluruh
menjadi objek dalam penelitian ini yaitu bagaimana dunia. Bahan ini memiliki keseimbangan nutrisi,
variasi rasio C/N berpengaruh terhadap laju mudah diencerkan dan relatif dapat diproses
volume biogas. Sehingga peneliti dapat secara biologi. Selain itu kotoran segar lebih
mengetahui racikan kadar rasio C/N yang tepat mudah diproses dibandingkan dengan kotoran
dan terbaik dalam menghasilkan volume produksi yang lama dan atau telah dikeringkan, disebabkan
biogas. karena hilangnya substrat volatil solid (VS) selama
waktu pengeringan (Lazuardy, 2008).
1.3. Batasan masalah Biogas adalah bahan bakar gas yang dapat
Dengan memperhatikan objek analisis yang diperbaharui (renewable fuel) yang dihasilkan oleh
begitu luas pada penelitian ini, penulis membatasi aktivitas biologis dimana bakteri memecah bahan
permasalahan-permasalahan sebagai berikut: organik menjadi senyawa yang lebih mendasar
1. Substrat yang digunakan adalah kotoran tanpa memerlukan oksigen. Dalam prosesnya ini
ternak sapi + air. disebut pencernaan anaerobik atau fermentasi dari
2. Sapi yang diambil kotorannya adalah sapi bahan-bahan organik, termasuk diantaranya
pada umumnya yang memakan tumbuhan adalah kotoran manusia dan hewan, limbah
rumput. domestik (rumah tangga), sampah organik.
3. Bahan acuan yang diteliti untuk mengatur C/N Proses pembentukan biogas dilakukan secara
rasionya adalah kandungan berat dalam fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana
kotoran sapi bukan dari volume substrat. (CH4) dalam kondisi anaerob dengan bantuan
4. Bahan yang digunakan untuk menaikkan rasio bakteri anaerob di dalam suatu digester (Denny,
C/N adalah Glukosa untuk menambah C dan 2000). Komponen biogas terdiri dari gas methana
Ammonium sulfat untuk menambah N, apabila (CH4) sebesar 49%, karbon dioksida (CO 2)
sudah diteliti dan mendapatkan data analisa sebesar 45%, hidrogen (H2) sebesar 1-5%,
pada penelitian awal C/N rasio kotoran sapi oksigen (O2) sebesar 0,1-0,5%, hidrogen sulfida
didalam bahan isian (substrat) adalah 24:1
2
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
(H2S) sebesar 0-3%, dan impuritas lain (Fadli, Mencari massa atom Karbon (C) dalam glukosa
2013). :
Prinsip utama proses pembentukan biogas Ar : (6 x Ar C )
adalah pengumpulan kotoran ternak sapi ke dalam mA Karbon (C) = (1)
tangki kedap udara yang disebut dengan tangki Mr : (C 6 H 12O6 )
digester. Di dalam digester kotoran-kotoran (6 12,011)
tersebut akan dicerna dan difermentasi oleh
bakteri. Gas yang dihasilkan akan tertampung (12,011 6) (1 12,1) (16 6)
pada bagian atas digester. Terjadinya
penumpukan produksi gas akan menimbulkan
tekanan sehingga dari tekanan tersebut gas dapat
disalurkan melalui pipa yang dipergunakan untuk 72,066
0,3637
keperluan bahan bakar atau pembangkit listrik. 180,16
2.2. Rasio Karbon/Nitrogen (C/N)
0,3637 x 100 gram Glukosa = 36,37 gram
Hubungan antara jumlah karbon (C) dan
Karbon (C).
nitrogen (N) yang terdapat dalam bahan
Jadi, dalam 100 gram Glukosa
dinyatakan dalam terminologi rasio Karbon-
mengandung 36,37 gram Karbon (C).
Nitrogen (C/N). Rasio yang seimbang antara
makronutrien dan mikronutrien diperlukan untuk
b) Ammonium sulfat
memastikan manajemen proses yang stabil.
Ammonium sulfat adalah garam anorganik
Karbon dan Nitrogen adalah nutrisi yang paling
biasanya sering digunakan sebagai pupuk
dibutuhkan, hal ini diperlukan untuk pembentukan
pengaya hara tanah. Ammonium sulfat
enzim yang melakukan metabolisme. Oleh karena
mengandung 21% unsur nitrogen (N) dan 24%
itu rasio C/N dari substrat itu sangatlah penting.
unsur belerang (S). Rumus molekul ammonium
Jika rasio C/N terlalu tinggi (banyak C dan
sulfat adalah (NH4)2SO4 dan memiliki massa
tidak banyak N), metabolisme menjadi tidak
molar sebesar 132,14 g/mol (Wikipedia).
memadai yang berarti bahwa ada karbon dalam
Fungsi Amonium sulfat (NH4)2 SO4
substrat tidak sepenuhnya dikonversi, sehingga
mengatur nilai N dalam rasio C/N dan juga
tidak akan tercapai hasil metana yang maksimum.
sebagai nutrisi bagi mikrobia.
Dalam kasus sebaliknya, surplus nitrogen dapat
(NH4)2SO4
menyebabkan pembentukan jumlah berlebihan
Mencari massa atom (mA) Nitrogen (N) dalam
ammonia (NH3), yang bahkan dalam konsentrasi
Amonium sulfat :
rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri
dan dalam scenario terburuk dapat menyebabkan Ar : (2 Ar N )
mA Nitrogen (N) = (2)
runtuhnya seluruh populasi mikroorganisme. Agar Mr : (( NH 4 ) 2 SO4 )
proses berjalan tanpa gangguan, rasio C/N karena
itu perlu berada di kisaran 10 – 30:1 (Ridlo R., (2 14,007)
2017). ((28,014 8,064) 32,065 64)
28,016
2.3. Cara mengatur rasio Karbon/Nitrogen (C/N) 0,212
Berikut adalah analisa perhitungan untuk 132,14
mengatur C/N :
2.3.1. Bahan pengatur kadar Karbon/Nitrogen
0,212 x 100 gram Amoniun sulfat = 21,2
(C/N) gram Nitrogen (N).
a) Glukosa (C6H12O6) Jadi, dalam 100 gram Amunium sulfat
Adalah salah satu karbohidrat terpenting mengandung 21,2 gram Nitrogen (N).
yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi
hewan dan tumbuhan. Penambahan sumber 2.3.2. PMenaikkan rasio Karbon/Nitrogen (C/N)
karbon (C) berasal dari karbohidrat (glukosa) Pertama-tama dilakukan analisa kadar
yang akan digunakan untuk pengaturan nilai karbon dan nitrogen substrat (kotoran sapi + air
karbon dalam substrat. Karena glukosa dan EM4 10%) dalam uji laboratorium. Misalkan
digunakan disamping menambah nilai karbon sampel substrat mempunyai kadar C/N = 24 %
merupakan nutrisi bagi mikrobia perombak Dengan : C = 10 %
pembentuk gas methan.
C6H12O6 N = 0,42 %
Untuk menaikkan menjadi C/N = 27 %, maka :
3
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
C tambahan N
Sehingga,
4
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
5
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
12. Plastik penampung 25. Sedotan Kemudian diantara lubang rumahan pentil
13. Display thermokopel pada badan digester dibuatkan lubang
kecil untuk memasukkan kabel termokopel
b. Bahan peneltian untuk mengukur temperatur substrat.
Adapun bahan-bahan yang digunakan Panjang termokopel yang digunakan ± 1
dalam penelitian ini adalah: m. Berikut adalah gambar desain alat
1. Kotoran sapi 4. Ammonium sulfat penelitian, yang disajikan pada Gambar
2. Air 5. EM-4 3.1.
3. Glukosa 6. Pasir pantai
6
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
diaduk hingga rata, kemudian tuangkan larutan dingin diencerkan dalam labu ukur 1 l
tersebut ke 1,5 kg kotoran sapi dalam wadah yang dengan air bebas ion sampai tanda garis.
lebih besar aduk hingga rata (homogen) kemudian Larutan standar 5.000 ppm C
substrat dimasukkan ke dalam galon (digester) Dilarutkan 12,510 g glukosa p.a. dengan
dan siap untuk difermentasikan. air suling di dalam labu ukur 1 l dan
diimpitkan.
3.4.3. Proses pengisian ke dalam digester dan Cara kerja :
proses isolasi Ditimbang 0,500 g contoh sampel ukuran <
Selanjutnya substrat dimasukkan ke dalam 0,5 mm, dimasukkan ke dalam labu ukur 100
digester pada hari yang sama dan diberikan ml. Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N, lalu
isolator dari pasir pantai yang dibungkus dengan dikocok. Ditambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat,
karung yang berkapasitas 25 kg untuk menjaga dikocok lalu diamkan selama 30 menit.
temperatur digester tetap konstant. Selanjutnya Diencerkan dengan air bebas ion, biarkan
digester ditidurkan untuk mendapatkan luas dingin dan diimpitkan. Keesokan harinya diukur
permukaan digester yang lebih besar yang absorbansi larutan jernih dengan
mengacu pada penelitian sebelumnya spektrofotometer pada panjang gelombang 561
menyatakan, semakin besar luas permukaan nm. Sebagai pembanding dibuat standar 0 dan
tabung biodigester, maka kemampuan biodigester 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5 ml larutan
dalam membantu pembentukan biogas menjadi standar 5.000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml
lebih baik. dengan perlakuan yang sama dengan
pengerjaan contoh.
3.5. Pengukuran rasio C/N Catatan: Bila pembacaan contoh
Pengambilan data analisa C/N substrat melebihi standar tertinggi, ulangi penetapan
tanpa perlakuan (kotoran sapi + air dan EM-4 dengan menimbang contoh lebih sedikit. Ubah
10%) dilakukan pada penelitian awal, sedangkan faktor dalam perhitungan sesuai berat contoh
pengambilan data analisa substrat dengan yang ditimbang.
perlakuan ((kotoran sapi + air dan EM-4 10%) + Perhitungan :
penambahan glukosa atau ammonium sulfat)
dilakukan setelah mendapatkan rasio C/N subtrat Kadar C-organik (%)
tanpa perlakuan kemudian dihitung dengan rumus, = ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100/mg
didapatkan penambahan glukosa atau ammonium contoh x fk
sulfat, setelah dicampur dengan substrat kemudian = ppm kurva x 100/1.000 x 100/500 x fk
dianalisa dan diukur di laboratorium. = ppm kurva x 10/500 x fk (3)
Adapun cara menganalisa kadar Karbon
dan Nitrogen adalah sebagai berikut (Balai Keterangan :
Penelitian Tanah 2009) : ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari
a. Penetapan Karbon Organik kurva hubungan antara kadar
Karbon sebagai senyawa organik akan deret standar dengan
mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga menjadi pembacaannya setelah dikoreksi
Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. blanko.
Intensitas warna hijau yang terbentuk setara 100 = konversi ke %.
dengan kadar karbon dan dapat diukur dengan Fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100-
spektrofotometer pada panjang gelombang 561 % kadar air).
nm.
Alat – alat : b. Penetapan Nitrogen-Kjeldahl
Neraca analitik Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam
Spektrofotometer lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis
Labu ukur 100 ml campuran selenium membentuk (NH4)2SO4.
Dispenser 10 ml Metode ini tidak dapat menetapkan nitrogen dalam
Pereaksi : bentuk nitrat. Kadar amonium dalam ekstrak dapat
Asam sulfat pekat ditetapkan dengan cara destilasi atau
Kalium dikromat 1 N spektrofotometri. Pada cara destilasi, ekstrak
Dilarutkan 98,1 g kalium dikromat dengan dibasakan dengan penambahan larutan NaOH.
600 ml air bebas ion dalam piala gelas, Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat oleh
ditambahkan 100 ml asam sulfat pekat, asam borat dan dititar dengan larutan baku H 2SO4
dipanaskan hingga larut sempurna, setelah menggunakan penunjuk Conway. Cara
7
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
8
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
Pindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak yang terbentuk. Data pengamatan perubahan
contoh ke dalam labu didih (gunakan air bebas ion ketinggian alat ukur manometer dan hasil
dan labu semprot). Tambahkan sedikit serbuk batu perhitungan tekanan gas biogas dapat dilihat pada
didih dan aquades hingga setengah volume labu. Tabel 4.5 dan 4.6.
Disiapkan penampung untuk NH3 yang dibebaskan Setelah didapatkan data ketinggian dari perubahan
yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% alat ukur manometer, selanjutnya dilakukan
yang ditambah tiga tetes indikator Conway perhitungan untuk mengetahui tekanan biogas
(berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat yang terbentuk setiap 3 harinya, dengan
destilasi. Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH menggunakan prinsip perhitungan sederhana
40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang tekanan gas. Tekanan gas dapat dihitung dengan
berisi contoh dan secepatnya ditutup. Didestilasi rumus :
hingga volume penampung mencapai 50–75 ml
(berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan H 2SO4 Pgas = ρair . g . h (5)
0,050 N hingga warna merah muda. Catat volume Dimana :
titar contoh (Vc) dan blanko (Vb). Pgas = Tekanan gas (Pa)
ρair = massa jenis air (kg/m3)
2
Perhitungan g = gravitasi bumi (m/s )
Cara destilasi: h = ketinggian alat ukur (m)
Kadar nitrogen (%) =
= (Vc - Vb) x N x bst N x 100/mg contoh x fk 3.9. Pengamatan volume dengan alat ukur
= (Vc - Vb) x N x 14 x 100/500 x fk pipa
= (Vc - Vb) x N x 2,8 x fk (4) Penampung biogas akan dilepas dari
Keterangan: digester, kemudian penampung biogas akan
Vc, b = ml titar contoh dan blanko. terhubung dengan alat ukur pipa. Alat ukur ini akan
N = normalitas larutan baku H2SO4. menghisap biogas dalam penampung kemudian
14 = bobot setara nitrogen. ketinggian alat ukur pipa diambil untuk
100 = konversi ke %. mendapatkan volume biogas dari rumus volume
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % silinder. Berikut adalah rumus volume silinder :
kadar air)
V = 1/4 × π × D2 × t (6)
3.6. Mengukur pH substrat
setelah bahan isian (substrat) siap untuk Dimana:
difermentasikan peneliti ingin menganalisa V = Volume biogas yang terbentuk
pengaruh penambahan rasio C/N dan EM-4 10% π = 3,14
terhadap pH dengan mengukur pH sebelum dan D = Dimeter pipa 1 (0,3175 dm)
sesudah difermentasikan menggunakan alat pH t = Perubahan ketinggian yang terjadi pada
meter digital. Adapun format data pengukuran pipa 1
pengaruh penambahan rasio C/N dan EM-4
terhadap pH dapat dilihat pada tabel 4.3. Data pengamatan perubahan ketinggian alat
ukur pipa (volume) dapat dilihat pada Tabel 4.7.
3.7. Pengamatan temperatur substrat
Pada hari pertama sampai terakhir (1-30
hari) suhu substrat selalu diukur dengan
termokopel dengan jam yang konstan, pengukuran
dilakukan pada jam 16.00 maka seterusnya akan
dilakukan pengukuran pada jam yang sama
keesokan harinya hingga hari ke-30. Tabel hasil
pengukuran temperatur substrat dalam digester
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
9
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
Tabel 4.1 Hasil perhitungan penambahan glukosa 4.2 Pengukuran perubahan pH pada substrat
dan ammonium sulfat Sebelum memulai proses fermentasi
Bahan isian substrat terlebih dahulu diukur nilai pHnya.
Kemudian setelah 30 hari kembali dilakukan
Variasi Ammonium pengukuran niai pHnya untuk mengetahui nilai pH
Glukosa
C/N Sulfat akhir setelah substrat mengalami proses
(gram) fermentasi anaerob. Hasil pengukuran pH dapat
(gram) dilihat pada Tabel 4.3
TP 0 0 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pH
pH pH
C/N 15 0 71.5954 Variasi
Awal Akhir
C/N 22 0 4.4728
TP 6,4 6,3
C/N 27 348.8093 0
C/N 15 6,7 6,5
C/N 35 998.6768 0
C/N 22 6,6 6,4
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat C/N 27 6 4,1
perbandingan rasio C/N dari tiap perlakuan. C/N 35 6,7 4,1
10
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
6,7-6,5 untuk C/N 15 dan pH 6,6-6,4 untuk C/N 22. berkapasitas 25 kg. Data pengamatan temperatur
Lain halnya dengan digester C/N 27 dan C/N 35 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
yang menunjukkan perubahan pH yang sangat
signifikan menurun jauh dari pH 6-4,1 untuk C/N Tabel 4.4 Hasil pengukuran temperatur substrat
27 dan pH 6,7-4,1 untuk C/N 35.
Perbandingan antara pH awal dan pH akhir
fermentasi substrat dapat dilihat pada Gambar 4.2.
11
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
Pgas =1000 kg/m3×9.8 m/s2×0,116 m = 1133,5 Pa variasi perlakuan C/N 35 mencapai puncaknya
Dengan cara yang sama, maka diperoleh pada hari ke 19-21 yaitu sebesar 3422,1 Pa. Pada
data-data untuk tekanan gas pada tiap-tiap grafik terlihat bahwa masing-masing perlakuan
digester yang ditunjukan dalam Tabel 4.6 dengan variasi rasio C/N dengan menambahkan glukosa
pengamatan yang dilakukan setiap 3 hari sekali. atau ammonium sulfat sangat berpengaruh
Tabel 4.6 Hasil perhitungan tekanan gas terhadap produksi volume biogas. Produksi biogas
akan mempengaruhi tekanan pada manometer
sehingga semakin tinggi perubahan ketinggian air
pada manometer mengindikasikan bahwa volume
biogas yang terbentuk juga semakin besar.
Pada grafik yang terdapat pada Gambar 4.3, Gambar 4.4 Grafik volume biogas tiap variasi rasio
menunjukkan bahwa tekanan yang dihasilkan tiap C/N
perlakuan berbeda-beda. Pada variasi C/N Tanpa Pada kurva yang terdapat pada Gambar 4.4
Perlakuan (TP) tekanan dihasilkan mencapai tentang volume biogas, menunjukkan bahwa
puncak pada hari ke 28-30 yaitu sebesar 2463,6 biogas yang dihasilkan terus meningkat. Pada
Pa. Sedangkan pada variasi perlakuan C/N 15 dan kurva diatas terlihat bahwa peningkatan dan
C/N 22 tekanan yang dihasilkan mencapai penurunan rasio C/N dapat mempengaruhi volume
puncaknya pada hari ke 4-6 yaitu sebesar 1302,9 biogas yang dihasilkan.
Pa untuk C/N 15 dan 1740,2 Pa untuk C/N 22. Volume biogas terbanyak dihasilkan pada
Untuk variasi perlakuan C/N 27 tekanan yang variabel perlakuan C/N 35 dengan penambahan
dihasilkan mencapai puncaknya pada hari ke 10- glukosa yaitu sebesar 601,7569 gram ke dalam
12 yaitu sebesar 1878,3 Pa. Sedangkan untuk substrat 3 kg dan mencapai puncak produksi pada
12
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
hari ke 16-18 yaitu sebesar 1,556 liter. Hal ini terbentuk setiap harinya pada masing-masing
disebabkan karena pengaruh glukosa terhadap tabung digester.
pertumbuhan bakteri sebagai makanan semakin Berdasarkan variasi rasio TP, C/N 15, C/N
banyak sehingga substrat terurai dengan cepat 22, C/N 27 dan C/N 35, hasil laju produksi tertinggi
dan membentuk gas yang tinggi. Sedangkan diperoleh pada variabel perlakuan C/N 35 dengan
variabel TP tanpa penambahan glukosa atau hasil laju pembentukan biogas rata-rata sebesar
ammonium sulfat mencapai peningkatan produksi 0,316 liter per-hari. Sedangkan untuk hasil laju
yang signifikan dari hari ke 19-21 sebesar 0,345 pembentukan yang terendah adalah variabel
liter hingga sampai pengukuran puncak tertinggi perlakuan C/N 15 dengan hasil laju pembentukan
volumenya di hari ke 28-30 yaitu sebesar 0,649 biogas rata-rata sebesar 0,055 liter per-hari.
liter.
Selanjutnya untuk variabel perlakuan C/N 15
dan C/N 22 mencapai puncak produksinya pada
hari ke 4-6 dengan volume masing-masing 0,301
liter untuk C/N 15 dan 0,352 liter untuk C/N 22.
Untuk variabel perlakuan C/N 27 mencapai puncak
produksinya pada hari ke 13-15 dengan volume
sebesar 0,582 liter. Sedangkan untuk variabel
perlakuan C/N 35 mencapai puncak produksi pada
hari ke 16-18 dengan voume sebesar 1,556 liter.
Variabel perlakuan C/N 15 dan C/N 22
produksi biogas cenderung rendah. Hal ini terjadi
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
yaitu menggunakan ammonium sulfat (NH4)2 SO4 Gambar 4.5 Kurva rata-rata laju pembentukan
dalam campuran substrat untuk menurunkan kadar biogas
rasio C/N. Kandungan ammonium sulfat yang
memiliki belerang (S) sebesar 24% diyakini Berdasarkan Gambar 4.5 diatas dapat
menjadi penghambat laju produksi biogas karena dilihat bahwa penambahan glukosa atau
beberapa bakteri autotropik dapat ammonium sulfat sangat berpengaruh dalam
mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-) (Krisno, proses fermentasi biogas. Dari kurva didapatkan
2011). Kebanyakan mikroorganisme dapat penambahan glukosa yang banyak memiliki rata-
menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, rata laju pembentukan biogas tertinggi. Dilihat dari
kemudian mereduksi sulfat menjadi hidrogen Gambar 4.5 variabel perlakuan C/N 35 mempunyai
sulfida (H2S). Beberapa mikroorganisme dapat rata-rata laju pembentukan biogas yang paling
mengasimilasi H2S secara langsung dari medium tinggi yaitu 0,318 liter/hari, sedangkan pada
pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi variabel tanpa penambahan glukosa atau
racun bagi banyak organisme (Krisno, 2011). Oleh ammonium sulfat pada variabel TP memiliki rata-
karena itu ammonium sulfat menjadi bahan rata laju pembentukan biogas sebesar 0,114
penambahan yang kurang baik untuk liter/hari. Namun untuk penambahan ammonium
perkembangan bakteri pembentuk gas methan sulfat yang cukup banyak pada variabel perlakuan
(CH4) di dalam substrat. C/N 15 rata-rata laju pembentukan biogasnya
Sedangkan untuk bahan isian penambah paling rendah yaitu sebesar 0,063 liter/hari.
rasio C/N seperti glukosa seperti yang terlihat
pada Gambar 4.4 pada variabel perlakuan C/N 27 4.7 Hasil analisa komposisi kualitas gas
dan C/N 35 cenderung mengalami peningkatan biogas
produksi biogas dibandingkan dengan variabel TP. Sesuai dengan prosedur yang telah diteliti
Ini dikarenakan glukosa adalah sumber energi bagi dan dianalisa mengenai produksi biogas yang
perkembangan mikrobia pembentuk gas metana tercapai, tidak lengkap kalau tidak mengetahui
(CH4). kualitas biogas perlakuan yang mana yang terbaik
Ditinjau dari hari-hari setelah masa dalam menghasilkan gas methan (CH4). Seberapa
fermentasi 30 hari, ternyata didapatkan puncak besar kandungan gas karbon dioksida (CO 2),
produksi rasio C/N tanpa perlakuan yaitu pada hari karbon monoksida (CO), oksigen (O2) dan gas
ke 37-39 dengan volume sebesar 1,02 liter. lainnya dalam pembentukan biogas.
Pengambilan sampel biogas dilakukan pada
4.6 Perhitungan laju pembentukan biogas hari ke-35 setelah masa fermentasi. Cara
Perhitungan laju pembentukan biogas pengambilan sampling biogas terlebih dahulu
bertujuan untuk mengetahui volume biogas yang biogas ditampung beberapa hari untuk memenuhi
13
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
digester. Biogas yang sudah penuh kemudian detik saja (1-5 detik). Dimana menurut penelitian
diambil dari digester dengan membuka stop keran yang dilakukan Rio Cristovan dan Hendriyono
saluran penampung gas dengan waktu (2014) yang telah menguji kandungan biogas,
pembukaan stop keran hanya 5 detik per- pengambilan data diambil langsung dari
pengambilan setiap variabel. Kemudian biogas penampung gas yang dilakukan setiap 1 menit
dari penampung plastik dipindahkan ke kantong dalam waktu 30 menit. Pada penelitian tersebut
donor darah menggunakan rubber bulb (pipet untuk menit-menit pertama sampai menit
vakum) dan dilem agar tidak bocor kemudian pertengahan (10-18 menit) kandungan gas methan
dikemas buat dikirim untuk dianalisa. Setelah (CH4) yang terukur relatif sedikit. Dimana menit
sampai laboratorium, biogas dalam kantong darah pertama didapatkan kandungan gas methan (CH 4)
dialirkan ke alat ukur gas yaitu gas kromatografi yakni sebesar 20%. Hal ini juga dipengaruhi oleh
dengan thermal conductivity detector (GC-TCD), pembentukan gas lain pada substrat, oleh karena
kemudian didapatkan data hasil analisa. Hasil itu pada menit-menit awal tersebut sebagian besar
analisa gas dapat dilihat pada Gambar 4.6 yang terukur adalah gas lain.
sebagai berikut. Pada perlakuan C/N 15 dan C/N 22 (C/N
15 dan 22) diketahui bahwa dengan penambahan
ammonium sulfat ternyata reaksi penambahannya
dapat mempercepat puncak produksi biogas lebih
cepat yaitu pada hari ke 4-6 sudah tercapai, tetapi
untuk start awal kurang bagus. Walaupun laju
pembentukan biogas lebih sedikit dari perlakuan
C/N 27 dan C/N 35 (C/N 27 dan C/N 35) dan TP
(tanpa perlakuan) bukan berarti kandungan gas
metana (CH4) yang terkandung juga lebih sedikit.
Hal ini terbukti pada analisis gas yang didapatkan
dimana gas metana (CH4) pada perlakuan C/N 15
adalah sebesar 3,17 % dan C/N 22 sebesar 5,71
%. Sedangkan untuk produksi karbon dioksida
Gambar 4.6 Grafik komposisi biogas masing- (CO2) pada perlakuan C/N 15 adalah sebesar 1,49
masing variasi rasio C/N % dan C/N 22 sebesar 0,95 %.
Berbeda dengan perlakuan C/N 27 dan
Terlihat pembacaan komposisi biogas C/N 35 (C/N 27 dan 35) dengan penambahan
menggunakan alat GC-TCD yang dilakukan di glukosa diketahui bahwa penambahan glukosa di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi awal hari fermentasi (hari 1-3) menunjukkan reaksi
Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS), Jakarta pembentukan biogas yang begitu cepat meningkat
Selatan. Dari kelima sampel gas yang diuji dan kuantitas biogas yang lebih besar
didapatkan kandungan gas metana (CH4) terbesar dibandingkan dengan penambahan ammonium
terdapat pada variabel TP sebesar 5,76 %. sulfat dan tanpa perlakuan. Hal ini diyakini glukosa
Sedangkan untuk perlakuan rasio C/N, kandungan sebagai sumber nutrisi bagi bakteri pembentukan
gas metana (CH4) terbesar terdapat pada biogas memiliki reaksi yang cepat teroksidasi
perlakuan C/N 22 yakni sebesar 5,71 %, disusul menjadi gas. Akan tetapi dari hasil analisis gas
oleh perlakuan C/N 15 sebesar 3,17 %, kemudian yang telah dilakukan, kandungan gas methan
C/N 27 sebesar 0,26 %. Untuk perlakuan C/N 35 (CH4) dengan penambahan glukosa (perlakuan
tidak terdeteksi sama sekali atau nihil. Untuk lebih C/N 27 dan C/N 35) lebih sedikit dari gas methan
jelasnya grafik komposisi biogas dapat dilihat pada (CH4) dengan penambahan ammonium sulfat
Gambar 4.6.(CH4) (CO2) (O2) (N2) (perlakuan C/N 15 dan C/N 22). Sedikitnya
Pada Gambar 4.6 terlihat komposisi kandungan gas metana (CH4) ini dikarenakan
biogas setiap variabel rasio C/N menunjukkan sampel biogas yang diambil pada hari ke-35 hanya
hasil gas yang didapatkan terbanyak adalah gas sedikit (350 ml) untuk dianalisa. Salah satu faktor
nitrogen (N2) dan gas oksigen (O2). Didapatkan juga, karena untuk menaikkan rasio C/N substrat
gas nitrogen (N2) sebesar 71,4 - 76,68 % dan gas glukosa yang ditambahkan lebih banyak
oksigen (O2) sebesar 18,67 - 28,19 %. Hal ini dibandingkan dengan penambahan ammonium
disebabkan oleh faktor pengambilan data gas sulfat. Untuk perlakuan C/N 27 penambahan
dimana biogas hanya ditampung sementara di glukosa adalah sebesar 210,1815 gram dan untuk
dalam kantong donor darah yang berkapasitas perlakuan C/N 35 adalah sebesar 601,7569 gram.
volume 350 ml untuk dianalisa, sehingga Dengan penambahan glukosa yang banyak ini
pengambilan data berlangsung hanya beberapa produksi etanol juga akan semakin banyak
14
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
15
Dinamika Teknik Mesin, I. R. Zulkarnaen et al. : Pengaruh rasio Karbon dan Nitrogen
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (C/N ratio) pada kotoran sapi terhadap produksi biogas dari
proses anaerob
GC-TCD : Gas Chromatography-Thermal I.J. Dioha, dkk, 2013. Effect Of Carbon To Nitrogen
Conductivity Detector. Ratio On Biogas Production. International
h : Perubahan ketinggian air pada Research Journal of Natural Sciences.
manometer Nigeria.
H2 : Hidrogen Lazuardy, Indra. 2008. Rancang Bangun Alat
H2S : Hidrogen sulfida Penghasil Biogas Model Terapung. Fakultas
H2SO4 : Asam sulfat Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
LEMIGAS : Lembaga Penelitian dan Made Mara, I., Bagus Alit, Ida. 2011. Analisa
Pengembangan Teknologi Minyak Kualitas dan Kuantitas Biogas dari Kotoran
dan Gas Bumi Ternak. Fakultas Teknik. Universitas
lt : Liter Mataram.
mA : Massa atom Nainggolan, Sutrisari Sabrina. 2013. Effective
mg : Miligram Microorganisme 4 (EM4).
ml : Mililiter http://sutrisarisabrinanainggolan.blogspot.co
Mr : Massa Molekul Relatif .id/2013/06/effective-microorganisme-4-
N : Nitrogen em4-normal-0.html. Diakses : 22 Juni 2013.
N2 : Nitrogen Perdana, Anggara. 2009. Sumber Energi Non
O2 : Oksigen Fosil. Error! Hyperlink reference not
P : Tekanan gas valid.Diakses 10 juli 2009.
pH : Derajat keasaman Ridlo, Rohmadi. 2017. Dasar-dasar Fermentasi
ppm : Part Per Million (sepersejuta Anaerobik. http://ptseik.bppt.go.id/artikel-
bagian) ilmiah/16-dasar-dasar-fermentasi-anaerobik.
SO4-2 : Ion sulfat Widyastuti, Apria., dkk. 2013. Karbon Aktif Dari
TP : Substrat kontrol / tanpa perlakuan Limbah Cangkang Sawit Sebagai Adsorben
V : Laju pembentukan biogas Gas Dalam Biogas Hasil Fermentasi
V : Volume biogas yang terbentuk Anaerobik Sampah Organik. Fakultas
Y : Penambahan Glukosa MIPA.Universitas Tanjungpura.
Z : Penambahan Ammonium sulfat
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Kendali Wongso. 2015. Pengaruh
Penambahan EM4 (Effective
Microorganism-4) pada Pembuatan Biogas
dari Eceng Gondokdan Rumen Sapi.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Alaert, G., Sri Sumestri Santika, 1987, Metoda
Penelitian Air, Edisi I, BAB VIII - X Hal. 130
– 159, Surabaya – Indonesia.
Astuti, Farida Kusuma. 2013. Teknologi
Fermentasi Pembuatan Pakan Alternatif
Dari Lumpur Organik Unit Gas Bio Dengan
Penambahan Em4 Dan Air Patusan.
Universitas Brawijaya.
Balai Pengkaji Teknologi Pertanian NTB (BPTP
NTB). 2010. Petunjuk Praktis Manajemen
Umum Limbah Ternak Untuk Kompos dan
Biogas. NTB.
Denny, Widhiyanuriyawan. dkk.. 2000. Variasi
Temperatur Pemanasan Zeolite alam –
NaOH Untuk Pemurnian Biogas. Fakultas
Teknik. Universitas Brawijaya. Malang.
Fadli, Dian.,dkk. 2013. Kaji Eksperimental Sistem
Penyimpanan Biogas Dengan Metode
Pengkompresian Dan Pendinginan Pada
Tabung Gas Sebagai Bahan Bakar
Pengganti Gas LPG. FakultasTeknik.
Universitas Lampung.
16