You are on page 1of 10

Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

[ LAPORAN KASUS ]

CHRONIC CONSTIPATION WITH HEMORRHOID AT SINGLE MAN


BECAUSE OF UNHEALTHY LIFESTYLE
Intan Octaviani
Faculty of Medicine, Lampung University

Abstract
Chronic constipation is the inhibition of normal defecation habits. It is interpreted as rare, dry, and less consistency
of stool. Constipation affects approximately 14.7% of the U.S. population, 16% of children and 15 to 50% of parents,
and the general constipation is more common in females as males. Stools hard and dense cause increasingly difficult
defecation, it will cause complications hemorrhoids. Risk factor for chronic constipation is diet low in fiber, physical
activity, and stress, therefore families need to be developed because of the risk to the patient so that the patient can
change his pattern. Identification of factors internal and external to single man and not working who get chronic
constipation. Descriptive study with analysis of primary data obtained through anamnesis, physical examination,
investigations, sightings and the state of the household and family. Assessment of quantitative and qualitative data.
Internal factors obtained in the form of a low fiber diet since childhood, never exercise, and have a tendency to stress
as a risk factor for chronic constipation and external factors: lack of attention to the family, the support of family
members is less. Complex clinical problem that requires a long time and co-operation between health providers and
family.

Keywords: Chronic Constipation, Family Medical Care, Hemorhoid

Abstrak
Konstipasi kronik adalah terhambatnya defekasi dari kebiasaan normal. Pengertian ini dapat diartikan sebagai
defekasi yang jarang, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering. Konstipasi terjadi pada sekitar
14.7% dari penduduk AS, terutama 16% dari anak-anak dan 15 sampai 50% orang tua, dan konstipasi umum lebih
sering pada wanita dibanding pria. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga
akan menimbulkan komplikasi hemoroid.Faktor resiko terjadinya konstipasi kronik adalah diet rendah serat,
aktivitas fisik, dan stress, oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan keluarga karena adanya risiko pada pasien
agar pasien dapat merubah pola hidupnya. Teridentifikasinya faktor-faktor internal dan eksternal pada laki-laki
lajang dan tidak bekerja yang menderita konstipasi kronik. Studi deskriptif analisis dengan data primer diperoleh
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penampakan dan keadaan rumah tangga dan
keluarganya. Penilaian data secara kuantitatif dan kualitatif. Didapatkan faktor internal berupa pola makan rendah
serat sejak kecil, tidak pernah berolahraga, dan memiliki kecenderungan stress sebagai faktor resiko konstipasi
kronik dan faktor eksternal : kurangnya perhatian keluarga, dukungan anggota keluarga kurang.

Kata kunci: Hemoroid, Konstipasi Kronik, Pelayanan Kedokteran Keluarga

...
Korespondensi : Intan Octaviani |intan_ota@yahoo.com

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 46


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

Pendahuluan
Sehat adalah kondisi sejahtera dan kalori dapat menjadi faktor resiko
antara fisik, psikis, dan sosial, tidak menuju konstipasi. Penelitian di
hanya terbatas pada tidak adanya Amerika Serikat menunjukkan bahwa
penyakit dan kecacatan. Kesejahteraan konsumsi buah, sayuran, dan roti telah
ini diartikan sebagai suatu bentuk meningkatkan kejadian konstipasi.
kesuksesan, kemakmuran, dan juga Telah diusulkan bahwa kejadian
kepuasan. Sedangkan menurut konsep konstipasi meningkat karena
“The Mandala of Health” dari golongan pengolahan makanan secara modern
human ecology menganut paham yaitu makanan cepat saji dengan serat
bahwa kondisi manusia yang seimbang yang rendah. Dalam survei
adalah sehat fisik, jasmani, jiwa, sosial epidemiologi rendahnya asupan cairan
dan rohani. Konsep ini bersifat holistik pada orang dewasa juga diperkirakan
karena mengakui bahwa seseorang berhubungan dengan gejala konstipasi.
menjadi sakit bukan karena satu faktor Transit makanan yang yang terganggu
saja, tetapi banyak faktor.1 juga berhubungan dengan munculnya
Dokter keluarga adalah dokter gejala konstipasi. Pada hipokalemia
yang dapat memberikan pelayanan terjadi disfungsi neuron yang dapat
kesehatan yang berorientasi komunitas menurunkan stimulasi asetilkolin pada
dengan titik berat kepada keluarga. Ia otot usus halus sehingga transit feses
tidak hanya memandang penderita yang melalui usus yang menjadi lebih
sebagai individu yang sakit tetapi lama.5
sebagai bagian dari unit keluarga dan Depresi, gangguan fisiologis,
tidak hanya menanti secara pasif tetapi dan kecemasan juga merupakan
bila perlu aktif mengunjungi penderita beberapa hal yang berhubungan
atau keluarganya.2 dengan kejadian konstipasi.
Konstipasi atau sembelit Hiperkalsemia juga merupakan
merupakan terhambatnya defekasi dari penyebab terjadinya keterlambatan
kebiasaan normal dimana terjadi konduksi pada persarafan ekstrinsik
defekasi yang jarang, jumlah feses yang dan intrinsik usus. Hal ini terlihat pada
kurang, konsistensinya keras dan kuesioner penelitian di Jepang, 63%
kering. Konstipasi terjadi pada sekitar pasien hemodialisis mengeluh
14.7% dari penduduk Amerika Serikat, konstipasi.6

terutama 16% pada anak-anak dan 15 Gejala konstipasi yang biasa


sampai 50% pada orang tua, dan dikeluhkan oleh pasien yaitu tinja yang
konstipasi umumnya lebih sering keras, sulit buang air besar, kembung,
terjadi pada wanita dibanding pria. perasaan tidak puas setelah buang air
Faktor risiko umum untuk konstipasi besar, dan rasa tidak nyaman pada
adalah kurangnya aktivitas fisik perut. Konstipasi kronis yang berat
(termasuk berjalan biasa) dan dikaitkan dapat menyebabkan menurunnya
dengan kurangnya perhatian diri kualitas hidup yang berhubungan
terhadap gejala konstipasi pada dengan kesehatan. Menurunnya
permulaan penyakit. 3,4 motilitas usus adalah salah satu
Rendah konsumsi gandum, mekanisme patofisiologi pada
serat, sayuran, buah-buahan, beras, konstipasi kronis yang berat. 7,8

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 47


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

Penelitian tentang komplikasi pasien mulai sulit buang air besar pada
konstipasi pada 10 pasien, diantaranya 3 tahun sebelumnya dengan
delapan pasien dengan konstipasi konsistensi keras sehingga pasien harus
kronis dan dua kasus tanpa masalah mengedan untuk melakukan defekasi.
defekasi. Dari delapan pasien dengan Hal ini membuat pasien memiliki
konstipasi, salah satu pasien tidak perilaku selalu mengedan tiap kali
mengalami permasalahan pada bagian defekasi dan tinja bercampur darah
anorektal, tiga memiliki penyakit segar yang menetes pada saat defekasi.
hemoroid dan empat kasus konstipasi Kemudian pasien mulai memiliki
disertai dengan adanya megacolon.9 perilaku defekasi yang tidak teratur,
Pada laporan kasus ini penulis buang air besar 3 hari sekali, sering
mengangkat bahasan tentang menahan hasrat ingin buang air besar,
konstipasi kronik yang terjadi pada laki- dan konsistensi tinja yang keras.
laki usia 25 tahun. Sementara pada Keluhan ini terus-terusan terjadi
survey epidemiologi sebelumnya dan menjadi suatu kebiasaan bagi
dikatakan bahwa konstipasi kronik pasien. Sejak 2 tahun yang lalu pasien
lebih sering terjadi pada anak-anak dan mulai merasakan nyeri pada anus
orang tua. Hal inilah yang mendasari setelah defekasi dan timbul benjolan
penulis untuk mencari faktor lain yang kecil di anusnya pada saat buang air
dapat ditemukan pada pasien ini yang besar.
dapat mempengaruhi munculnya Kemudian sejak 1 bulan terakhir
konstipasi kronik pada pasien dengan pasien merasa sangat terganggu karena
menggunakan pendekatan dokter kesulitan buang air besar yang semakin
keluarga yang holistik dan menyeluruh. meningkat. Pasien buang air besar
dengan frekuensi 4 sampai 6 hari sekali,
Kasus buang air besar dengan konsistensi
Studi ini merupakan case report. keras seperti kotoran kambing, tidak
Data primer diperoleh melalui puas setelah buang air besar, perasaan
anamnesis (autoanamnesis) dan tidak nyaman pada perut, dan mulai
pemeriksaan fisik. Kemudian dilakukan timbul kembali keluhan buang air besar
kunjungan rumah, melengkapi data disertai darah segar yang menetes.
keluarga, psikososial, serta lingkungan. Karena keluhan tersebut pasien datang
Tn. R, usia 25 tahun, yang berobat ke Puskesmas Panjang. Selama
datang ke Puskesmas Panjang tanggal ini pasien mengaku belum pernah
13 Maret 2014 dengan keluhan sulit mengkomsumsi obat terkait dengan
buang air besar, dengan frekuensi 4-7 keluahan konstipasi kronik.
hari sekali, pasien mengeluh buang air Diketahui bahwa pasien tidak
besar keras dengan konsistensi keras, suka makan sayur-sayuran sejak kecil.
bentuk seperti kotoran kambing, dan Ibu pasien juga jarang menyediakan
pasien selalu merasa tidak puas setelah sayur dan buah di rumah, bahkan
buang air besar. Pasien mengaku hanya terkadang ibu pasien tidak masak
sedikit tinja yang dapat dikeluarkan. karena harus bekerja sehingga pasien
Keluhan ini dirasakan hilang mekan makanan bungkus yang dijual di
timbul sejak 3 tahun dan dirasakan warung nasi. Pasien mengaku meskipun
memberat sejak 1 bulan ini. Awalnya keluarga telah menyediakan sayuran di

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 48


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

atas meja makan pasien tetap Pasien tidak memiliki aktivitas


berperilaku tidak mau makan sayur. olahraga yang rutin dilakukan. Sehingga
Pasien hanya sesekali makan sayuran dapat disimpulkan bahwa pasien tidak
apabila sayuran tersebut adalah pernah berolahraga. Pasien mengaku
makanan yang ia suka. terakhir berolahraga ketika pasien
Selama ini pasien mengaku duduk di bangku sma saat mata
belum dapat mengatur pola makannya. pelajaran olahraga.
Pasien makan secara tidak teratur, 2-3 Penampilan normal, tampak
kali sehari dengan gizi yang rendah sakit ringan. Tensi 130/80mmHg, nadi
serat. Pasien minum air putih sekitar 3- 76x/menit, frekuensi napas 18x/menit,
4 gelas per hari. suhu 36,20°C, tinggi badan 170 cm,
Dalam keluarga diakui bahwa berat badan 54 kg, dan IMT 18,7 kg/m2.
ibu pasien juga mengalami keluhan Mata, telinga, hidung, dan mulut dalam
serupa namun tidak seburuk keluhan batas normal. Tenggorokan, leher,
pasien. Ibu pasien juga memiliki abdomen, paru, jantung, dan KGB
perilaku defekasi 3 hari sekali dengan dalam batas normal. Ekstremitas
konsistensi tinja yang keras. Pasien dan superior dekstra et sinistra dalam batas
anggota keluarganya mengaku sejauh normal. Ekstremitas inferior dekstra et
ini penyakit yang pernah diderita sinistra dalam batas normal.
adalah batuk pilek, biasanya mereka Bentuk keluarga pasien
membeli obat-obat warung yang merupakan keluarga inti (nuclear
diiklankan di televisi. family atau conjugal family atau basic
Pasien merupakan lulusan SMA family) yang terdiri dari suami, istri, dan
dan pasien belum memiliki pekerjaan. satu orang anak dengan tahapan
Pasien sempat berkuliah di suatu keluarga dengan anak dewasa.
perguruan tinggi swasta namun hanya
berlangsung selama 3 semester lalu
pasien tidak melanjutkan kuliahnya.
Pasien juga pernah bekerja di pabrik Tn.S
58th
Ny.B
56th

namun hanya beberapa bulan pasien


merasa tidak betah lalu pasien keluar
dari pekerjaannya. Pasien kini
merupakan seorang pengangguran dan Tn.R
masih lajang. Pasien memiliki kesibukan 25th

sehari-hari menjual pulsa ponsel di


depan rumahnya. Namun penghasilan
tersebut tidak cukup untuk memenuhi Dibuat oleh:
Intan Octaviani, S.Ked (0918011008)
kebutuhan sehari-hari pasien. Sehingga Tanggal Pembuatan: 17 Maret 2014
pasien masih menjadi tanggungan
kedua orangtuanya. Pasien mengaku
ingin segera mendapat pekerjaan yang
baik namun hal tersebut sulit untuk
dicapai. Pasien merasa cemas terhadap
situasi sekarang mengingat usianya Gambar 1. Hubungan Antar Keluarga
yang terus bertambah. Tn.R

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 49


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

Amerika Serikat dan


Pasien tinggal dengan dua orang Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
anggota keluarga lainnya, yaitu ayah memprediksi bahwa persentase
dan ibu pasien. Tinggal di dalam satu masyarakat Indonesia pada usia sekitar
rumah yang berukuran 10m x 8m, 60 tahun yang mengalami konstipasi
lantai keramik, dinding tembok dan kronik meningkat dari 7 hingga 8
jumlah jendela dan ventilasi cukup. persen dari populasi sekarang menjadi
Penataan barang di dalam rumah 13 persen pada tahun 2025. Sebagai
kurang teratur dan berantakan di atas perbandingan di Eropa melakukan
lantai. Mereka tinggal di daerah waktu yang lama untuk meneliti kasus
lingkungan yang padat penduduk, yang ini yaitu lima puluh tahun di Inggris dan
jarak antara rumah berdekatan. memerlukan waktu lebih dari satu abad
Pasien merupakan anak di Perancis. Tidak hanya karena
keempat dari empat bersaudara. Ayah kecepatan perubahan yang luar biasa,
dan ibu pasien bekerja sebagai skala dari situasi di Indonesia pun
pedagang kelontong di pasar. Pasien menjadi suatu hal yang
memiliki 3 orang kakak dan semuanya membingungkan karena populasi
sudah menikah dan tidak tinggal Indonesia yang masih berkembang
bersama pasien. Pasien mengaku pesat, secara nyata peningkatannya
hubungannya dengan anggota keluarga dapat mencapai 300 hingga 400 persen,
cukup baik. sementara sekitar 16 juta orang di atas
Sumber air minum dari sumur usia 60 tahun sudah merupakan
pompa, limbah dialirkan ke got, populasi terbesar ke tujuh dari
memiliki satu kamar mandi dan satu penduduk di dunia saat ini.11
jamban. Bentuk jamban jongkok. Jarak Pada tahun 2000, sekitar 10%
antara sumur dan jamban ± 10 m. dari penduduk dunia yang berusia 60
Lantai kamar mandi licin dan tidak tahun atau lebih tua mengalami
terdapat pegangan. konstipasi. Menurut proyeksi
Pendapatan keluarga pasien Perserikatan Bangsa-bangsa angka ini
berasal dari keuntungan berdagang meningkat lebih dari 20% pada tahun
yang dijalankan orangtuanya dan hasil 2050. Ini berarti bahwa terdapat sekitar
penjualan pulsa yang ia jalankan 400 juta jiwa di negara maju dan lebih
dirumahnya. dari satu setengah miliar di seluruh
dunia pada negara berkembang.12
Pembahasan Penyebab konstipasi dapat
Definisi kontipasi bersifat relatif, dibagi menjadi penyebab primer dan
tergantung pada konsistensi tinja, sekunder. Penyebab utama konstipasi
frekuensi buang air besar dan kesulitan dapat diklasifikasikan menjadi 3
keluarnya tinja. Konstipasi adalah kelompok: konstipasi transit normal,
persepsi gangguan buang air besar konstipasi transit lambat, dan disfungsi
berupa berkurangnya frekuensi buang anorektal. Konstipasi transit normal,
air besar, sensasi tidak puasnya buang juga dikenal sebagai konstipasi
air besar, terdapat rasa sakit, harus fungsional, adalah yang paling umum.
mengejan atau feses keras.10 Pasien rawat inap dengan konstipasi
fungsional, didapatkan tinja melewati

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 50


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

usus besar pada waktu normal sekitar Kolon mempunyai fungsi


72 jam. Lambat angkutan konstipasi menerima bahan buangan dari ileum,
ditandai dengan keterlambatan yang kemudian mencampur, melakukan
panjang dari tinja untuk melalui usus fermentasi, dan memilah karbohidrat
besar. Pasien mungkin mengeluhkan yang tidak diserap, serta
perut kembung dan gerakan usus yang memadatkannya menjadi tinja. Fungsi
jarang. Disfungsi anorektal adalah tidak ini dilaksanakan dengan berbagai
efisiennya koordinasi dari otot-otot mekanisme gerakan yang sangat
panggul dalam mekanisme defekasi. kompleks. Pada keadaan normal kolon
Pasien-pasien ini lebih cenderung harus dikosongkan sekali dalam 24 jam
mengeluhkan perasaan tidak puas secara teratur). Diduga pergerakan
setelah defekasi, rasa obstruksi, atau tinja dari bagian proksimal kolon
kebutuhan untuk manipulasi digital. sampai ke daerah rektosigmoid terjadi
Penyebab sekunder dari konstipasi beberapa kali sehari, lewat gelombang
adalah penggunaan obat-obatan, khusus yang mempunyai amplitudo
terutama yang mempengaruhi sistem tinggi dan tekanan yang berlangsung
saraf pusat, konduksi saraf, dan fungsi lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh
otot polos.13,14 pusat yang berada di batang otak, dan
Pola hidup seperti diet rendah telah dilatih sejak anak-anak.17
serat, kurang minum dan olahraga Untuk mengetahui bagaimana
merupakan penyebab tersering dari terjadinya konstipasi, perlu diingat
konstipasi. Penyebab umum dari kembali bagaimana mekanisme kerja
konstipasi adalah diet yang rendah kolon. Begitu makanan masuk ke dalam
serat, seperti terdapat pada sayuran, kolon, kolon akan menyerap air dan
buah, dan biji-bijian, dan tinggi lemak membentuk bahan buangan sisa
seperti dalam keju, mentega, telur dan makanan atau tinja. Kontraksi otot
daging. Mereka yang makan makanan kolon akan mendorong tinja ini ke arah
yang kaya serat biasanya lebih jarang rektum. Begitu mencapai rektum, tinja
yang mengalami konstipasi.15 akan berbentuk padat karena sebagian
Dalam keadaan normal cairan besar airnya telah diserap. Tinja yang
akan mengisi sebagian besar usus dan keras dan kering pada konstipasi terjadi
feses sehingga feses mudah akibat kolon menyerap terlalu anyak
dikeluarkan. Penderita konstipasi air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot
sebaiknya minum air yang cukup, kira- kolon terlalu perlahan-lahan dan malas,
kira 8 liter per hari. Cairan yang menyebabkan tinja bergerak ke arah
mengandung kafein, seperti kopi dan kolon terlalu lama.17
kola, serta alkohol memiliki efek Konstipasi cenderung menetap
dehidrasi, sehingga dapat meyebabkan dengan sendirinya, apapun
konstipasi. Kurang olahraga dapat penyebabnya. Tinja yang besar dan
menyebabkan terjadinya konstipasi, keras di dalam rektum menjadi sulit
meskipun belum diketahui dengan pasti dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi
patogenesisnya. Sebagai contoh, lebih sering terjadi retensi dan
konstipasi sering terjadi pada orang terbentuklah suatu lingkaran setan.
sakit yang melakukan istirahat yang Distensi rektum dan kolon mengurangi
panjang.16 sensitifitas refleks defekasi dan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 51


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan asupan cairan tergantung dari tingkat


dari kolon proksimal dapat menapis keparahan konstipasi.22,23
disekitar tinja yang keras dan keluar Beberapa penelitian
dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus membuktikan bahwa aktivitas fisik
yang tidak disengaja (encopresis) secara teratur (30 menit berjalan cepat
mungkin keliru dengan diare.18 dan 11 menit aktivitas fisik dirumah per
Berdasarkan kriteria diagnostik hari) dapat menurunkan waktu transit
Roma III, konstipasi fungsional tinja pada kolon dan rektosigmoid dan
didiagnosis oleh dua atau lebih hal meningkatkan pola defekasi.24
berikut: mengejan saat setidaknya 25% Pada penelitian yang dilakukan
dari buang air besar, buang air besar terhadap penderita konstipasi kronik,
keras dalam setidaknya 25% dari buang yaitu dilakukan penatalaksanaan
air besar, sensasi tidak puas setelah dengan menggunakan antibiotik dosis
buang air besar mencakup 25% dari rendah untuk mengatasi konstipasi
buang air besar, sensasi penyumbatan kronik. Pada penelitian ini penderita
untuk anrektal setidaknya 25% dari konstipasi kronik digunakan Lincomycin
buang air besar, melakukan manuver 500 mg per oral selama 10 hari dengan
dorongan untuk melakukan buang air diet tinggi serat dibandingkan dengan
besar setidaknya 25% (misalnya, penderita konstipasi kronik yang
mengejan, dorongan dasar panggul) menggunakan placebo dan diet tinggi
dan buang air besar kurang dari tiga per serat didapatkan hasil bahwa terdapat
minggu. Rome III.19,20 peningkatan yang signifikan pada
Oleh karena itu, konstipasi penderita konstipasi kronik yang
fungsional dapat didiagnosis jika menggunakan antibiotik tersebut
kriteria terpenuhi selama 3 bulan dibandingkan dengan penderita yang
terakhir dengan gejala setidaknya 6 menggunkan obat plasebo.
bulan sebelum diagnosis.21 Penatalaksanaan awal menggunakan
Mendidik pasien untuk antibiotic Lincomycin memfasilitasi efek
melakukan kebiasaan sehari-hari agar serat terhadap flora colon. Urutan dari
motilitas usus kembali normal flora colon, perubahan biologis, dan
merupakan salah satu langkah pertama serat dapat menggantikan penggunaan
dalam mengelola konstipasi. Pasien obat secara jangka panjang.25
dengan atau tanpa gejala ringan Sebagaimana diketahui, fungsi
konstipasi harus didukung untuk kolon di antaranya melakukan absorpsi
menghentikan penggunaan obat cairan elektrolit, zat-zat organik
pencahar. Intervensi yang harus misalnya glukosa dan air, hal ini
dilakukan berupa perubahan gaya berjalan terus sampai di kolon
hidup untuk pasien dengan konstipasi descendens. Pada seseorang yang
kronik harus fokus pada latihan dan mengalami konstipasi, sebagai akibat
diet, dan idealnya didasarkan pada dari absorpsi cairan yang terus
pengetahuan Theory of Planned berlangsung, maka tinja akan menjadi
Behaviour, yaitu pasien disarankan lebih padat dan mengeras. Tinja yang
untuk mengkonsumsi makanan tinggi keras dan padat menyebabkan makin
serat atau campuran buah untuk susahnya defekasi, sehingga akan
makanan sehari-hari. Meningkatkan menimbulkan hemoroid.10

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 52


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

Pada kasus ini pasien datang stress akibat kondisinya yang


dengan sulit buang air besar, frekuensi merupakan pengangguran dan belum
4-7 hari sekali, pasien mengeluh buang menikah. Sedangkan Aspek resiko
air besar keras dengan konsistensi eksternal pasien meliputi kurangnya
seperti kotoran kambing, dan pasien perhatian keluarga terhadap pola
selalu merasa tidak puas setelah buang makan dan kegiatan sehari-hari pasien.
air besar. Keluhan ini disertai dengan Dilakukan intervensi terhadap
badan terasa lemas setelah melakukan faktor eksternal dan internal, dengan
buang air besar meskipun pasien melakukan sebanyak 3x kunjungan
mengaku hanya sedikit tinja yang dapat rumah. Intervensi meliputi konseling
dikeluarkan. Keluhan ini terus-terusan terhadap pasien dan keluarga
terjadi dan menjadi suatu kebiasaan menggunakan media intervensi berupa
bagi pasien. Sejak 2 tahun yang lalu poster, dan melakukan pemantauan
pasien mulai merasakan nyeri pada dengan menggunakan media berupa
anus setelah defekasi dan timbul Rekaman Defekasi, Rekaman Makan,
benjolan kecil di anusnya pada saat dan Rekaman Aktivitas Fisik.
buang air besar. Benjolan diakui Oleh karena itu dilakukan
sebesar kelereng. Dapat diambil intervensi pada keluarga pasien
kesimpulan bahwa pasien menderita terutama pasien dan ibunya berupa
konstipasi kronik dengan komplikasi health promotion : melakukan pola
berupa hemoroid. hidup sehat (pola makan tinggi serat
Pasien memiliki kebiasaan pola dan olahraga yang teratur), specific
hidup yang tidak baik yaitu pola makan protection : membatasi makanan yang
rendah serat sejak kecil, tidak pernah rendah serat seperti daging merah, dan
berolahraga, dan pasien memiliki faktor menghindari faktor pencetus berupa
resiko untuk menjadi stress karena stress serta early diagnosis : melakukan
pasien belum memiliki pekerjaan yang pemantauan lebih lanjut terhadap
tetap dan masih lajang. Hal ini konstipasi kronik yang diderita pasien.
merupakan faktor resiko timbulnya
konstipasi kronik. Simpulan
Pasien tinggal bersama kedua Telah ditegakkan diagnosis
orang tuanya, dengan bentuk keluarga Konstipasi Kronik dan Hemorroid Grade
ini, kedua orang tua nya bekerja II pada Tn.R 25 tahun atas dasar
penjual toko kelontong di pasar dan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pasien kurang mendapat perhatian telah ditatalaksana dengan pemberian
tentang pola makan sehari-harinya. edukasi tentang konstipasi kronik,
Pasien dengan keluhan buang factor resiko, penatalaksanaan, pola
air besar sulit, keras, dan merasa tidak makan yang baik terutama tinggi serat,
puas setelah buang air besar sehingaa melakukan aktivitas fisik secara rutin
didapat diagnosis klinis Konstipasi dan teratur, menghindari faktor
kronik dengan Hemorroid. Aspek resiko pencetus berupa stres, dan konseling
internal pada pasien antara lain usia 25 juga motivasi tentang pentingnya peran
tahun, gender laki-laki, aktivitas fisik dari semua anggota keluarga terhadap
yang kurang, pola makan rendah serat perbaikan penyakit pasien.
sejak kecil, memiliki kecenderungan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 53


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

Pasien dan keluarganya telah 5. Halter, J. Constipation. Hazzard’s Geriatric


mengetahui bahwa konstipasi kronik Medicine and Gerontology, 6 edition.
United States of America. The McGraw-Hill
merupakan suatu keadaan dimana Companies. 2009. p 1103-21.
seseorang mengalami kesulitan buang 6. Tariq, S.H. Constipation in Long-Term Care.
air besar dan dapat mengakibatkan American Medical Directors Association.
hemoroid. 2007. p 209-18.
Pasien mencoba untuk melakukan 7. Longstreth GF, Thompson WG, Chey WD,
Houghton LA, Mearin F, Spiller RC.
perubahan pada pola hidupnya Gastroenterology. 2006 Aug [diakses pada
diantaranya makan dengan pola tinggi 12 Maret 2014]; 131(2): 688. Available
serat, melakukan aktivitas fisik rutin, from:
dan menghindari faktor pencetus http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/166
berupa stress. 78561
8. Higgins PD, Johanson JF. Epidemiology of
Pasien sudah menyatakan constipation in North America: a systematic
kesanggupan untuk melakukan review. Am J Gastroenterol. 2004 [diakses
perubahan pola hidup menjadi lebih pada 12 Maret 2014]. 99: p. 750-9.
baik dan menghindari faktor-faktor Available from:
pencetus konstipasi kronik dengan medicalevid.com/pdf/AJGEpiConstip2004.p
df
mengurangi asupan makanan yang 9. Talley NJ. Definitions, epidemiology, and
rendah serat, memakan makanan yang impact of chronic constipation. Mayo Clinic
mengandung tinggi serat, berusaha College of Medicine. Pubmed. 2004 [diakses
berolahraga secara teratur, dan pada 12 Maret 2014]. Available from:
menghindari stres. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/151
84814
10. Hadi, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Daftar Pustaka Psikosomatik pada Saluran Cerna Bagian
1. Nyamhanga T, Fruemnce G, Mwangu M, Bawah. Jilid II. Edisi ke-3. Jakarta. Gaya
Hurtig AK. Achievements and challenges of baru. 2001. 712-716.
resource allocation for health in a 11. John, B. et al. Global Health and Aging.
decentralized system in Tanzania: World Health Organization [Online]. 2011
perspectives of national and district level [diakses pada 12 Maret 2014]. Available
officers. East Afr J Public Health. 2013 Jun from:
[diakses tanggal 12 Juli 2014]; 10(2): 416-27. http://www.who.int/ageing/publications/gl
Available from: obal_health.pdf
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/251 12. Philip, K. Understanding Elderly
30022 Vulnerability in Indonesia. IIAS Newsletter,
2. Ikatan Dokter Indonesia. Dokter Keluarga. 2003. p32.
Persatuan IDI, Jakarta, Indonesia; 2000. 13. Foxx-Orenstein, A. E. et al. Update on
3. Cremonini F, Lembo A. IBS with constipation: one treatment does not fit
constipation, functional constipation, all.Cleve Clin J Med. 2008. p 812-24.
painful and non-painful constipation: e 14. Juan, G. et al. Chronic Constipation in the
Pluribus… Plures? Am J Gastroenterol. 2014 Elderly. The American Journal of
Jun [diakses pada 12 Agustus 2014]; 109(6): Gastroenterology. 2011. p 107:18-25.
885-6. Available from: 15. Rughwani N, Nakagawa S, Shah B.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/248 Constipation in the long-term care setting.
96758 Care Manag J. 2014 [diakses pada 12
4. Camilleri, Michael. A Placebo-Controlled Agustus 2014]; 15(2): 83-90. Available from:
Trial of Prucalopride. The new england http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/251
journa l of medicine. 2008 [diakses pada 12 18514
Maret 2014]. Available from: 16. Wald A. Poor quality evidence to support
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJ the use of biofeedback for the treatment of
Moa0800670 functional constipation in adults. Evid Based

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 54


Intan O | Chronic Constipation With Hemorrhoid at Single Man Because Of Unhealthy Lifestyle

Nurs. 2014 Aug 5 [diakses pada 18 Agustus http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/249


2014]. pii: ebnurs-2014-101875. doi: 87278
10.1136/eb-2014-101875. Available from: 24. Tuteja, A.K.et al. Is Constipation associated
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/250 with decreased physical activity innormally
97235 active subjects? Am J Gastroenterol . 2005.
17. Gieselman K, Mezoff EA. Constipation: A p 124-29.
Brown Herring. J Pediatr. 2014 Aug 12 25. Fernandez B. et al. A controlled pilot study
[diakses pada 18 Agustus 2014]. pii: S0022- on the efficacy of a low dose antibiotic for
3476(14)00631-3. Available from: the treatment of chronicconstipation in
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/251 patients receiving a high fiber diet. Pubmed.
28161 2013 [diakses pada 12 Maret 2014].
18. Neri L, Basilisco G, Corazziari E, Stanghellini Available from:
V, Bassotti G, Bellini M, Perelli I, Cuomo R; http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/245
LIRS Study Group. Constipation severity is 16951
associated with productivity losses and
healthcare utilization in patients with
chronic constipation. United European
Gastroenterol J. 2014 Apr;2(2):138-47.
Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24953097
19. Drossman, D. A. et al. Comparison Table of
Rome II & Rome III Adult Diagnostic Criteria.
Appendix B. 2006 [diakses pada 12 Maret
2014]. Available from:
http://www.romecriteria.org/assets/pdf/20
_RomeIII_apB_899-916.pdf
20. Xin HW, et al. Diagnosis of functional
constipation: Agreement between Rome III
and Rome II criteria and evaluation for
practicality. Departement of
Gastroenterology, Peking Union Medical
College Hospital, Beijing, China. Pubmed.
2014 [diakses pada 17 Maret 2014].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/246
20823
21. Brandt, L.J.et al. Systemic Review on the
Management of Chronic Constipationin
North America. Am J Gastroenterology.
2005. p S2-5.
22. Nurko S, Zimmerman LA. Evaluation and
treatment of constipation in children and
adolescents. Am Fam Physician. 2014 Jul 15
[diakses pada 18 Agustus 2014]; 90(2): 82-
90. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/250
77577
23. Nour-Eldein H, Salama HM, Abdulmajeed
AA, Heissam KS. The effect of lifestyle
modification on severity of constipation and
quality of life of elders in nursing homes at
Ismailia city, Egypt. J Family Community
Med. 2014 May [diakses pada 25 Juli 2014];
21(2): 100-6. Available from:

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 55

You might also like