Professional Documents
Culture Documents
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
ABSTRACT
This study aims at investigating the types and categorisation of conversation made by Japanese native speakers. The
categorisation of the conversation is made based on vertical relationship (jouge kankei) from the pragmatics perspectives.
Descriptive qualitative method is used to conduct the study. The participant of the study includes 14 Japanese native speakers
working at Kyoto Minsai Japanese Language School and Palace Side Hotel who took part in role-plays. The results of the
study indicate that there is no significant distinction of expressions made by (1) subordinates to their superiors, (2) among
colleagues, and (3) from their superiors to their subordinates. These three groups also appear to use similar expressions when
talking about promises and requests to borrow books. The distinction was found in expressions made by subordinates to
their superiors. In the conversation made among colleagues and by superiors to subordinates, expressions to remind them to
return some borrowed books were straightforwardly made. Meanwhile, these straightforward reminders were not found in
conversations made by subordinates to their superiors. Additionally, the conversation among colleagues and made by
superior to subordinates include expression of emphasizing requests; meanwhile, conversations made by subordinates to
superiors do not. In addition, expressions of asking interlocutors’ conditions before reminding to return the book are made
by colleagues to colleagues and subordinates to superiors and are not made by superiors to subordinates.
KEYWORDS
Expressions of Reminder; Japanese Language; Japanese Native Speakers; Jouge Kankei; Pragmatic
ARTICLE INFO
First received: 27 June 2019 Final proof accepted: 15 December 2019
Available online: 29 December 2019
dipastikan berlangsung. Konteks seperti itu karena ungkapan sangat dipengaruhi oleh faktor
nampaknya sering dijumpai dalam percakapan eksternal berupa kedekatan penutur dan mitra
sehari-hari di kalangan penutur bahasa Indonesia. tutur, usia, hubungan atas-bawah, gender, dll
Pada konteks lain tidak jarang juga ketika (Azuma, 2009). Seperti penjelasan di atas,
seorang penutur meminjam sebuah buku, majalah, ungkapan dalam bahasa Jepang dipengaruhi oleh
atau bacaan lainnya kepada mitra tutur, kemudian hubungan atas-bawah (jouge kankei). Jika mitra
mitra tutur meminta agar penutur tutur memiliki kedudukan yang lebih tinggi
mengingatkannya sehingga bacaan yang diminta daripada penutur, maka ungkapan yang digunakan
dipastikan terbawa. Untuk mengingatkan mitra lebih sopan dan pesan disampaikan dengan
eufenisme (enkyoku hyougen). Sedangkan kepada
tutur diperlukan suatu ungkapan atau ekspresi
rekan sejawat atau mitra tutur yang kedudukannya
yang tepat agar mitra tutur benar-benar mau
lebih rendah daripada penutur, ungkapan
membantu sehingga apa yang dibutuhkan penutur cenderung dituturkan secara kasual dan pesan
dapat dipastikan terpenuhi. Jika ungkapan yang disampaikan secara langsung (straight forward).
digunakan tidak tepat, dikhawatirkan terjadi Dengan demikian, adanya perbedaan kedudukan
kesalahpahaman sehingga dapat menghindari memungkinkan adanya perbedaan jenis ungkapan
tindakan yang tidak menyenangkan bagi mitra yang digunakan untuk mengingatkan sesuatu
tutur. Tindakan yang tidak menyenangkan dapat dalam bahasa Jepang. Ketika berbicara tentang
juga disebut dengan Face Threatening Act (FTA). hubungan atas-bawah (jouge kankei) dalam bahasa
Kesalahpahaman dapat terjadi diakibatkan Jepang tidak akan lepas dari politeness atau
oleh perbedaan budaya (Haristiani & Danuwijaya, kesantunan dalam menggunakan bahasa. Menurut
2017). Terlebih lagi, gegar budaya (culture shock) Brown dan Levinson (1987) mengidentifikasi
seringkali dialami oleh orang yang baru mengenal empat strategi kesantunan atau pola perilaku
masyarakat dengan budaya yang baru dikenal umum yang dapat diaplikasikan penutur yaitu: (1)
(Wijana & Rohmadi, 2013). Gegar budaya dapat Bald-on Record Strategy (tanpa strategi), (2) Positive
dialami oleh pembelajar bahasa Jepang yang baru politeness strategy (strategi kesantunan
mengenal bahasa dan budaya penutur Jepang yang positif/keakraban), (3) Negative politeness strategy
baru memulai komunikasi dengan penutur asli (strategi kesantunan negatif/formal), (4) Off-record
bahasa Jepang. Untuk mengurangi gegar budaya politeness strategy (strategi tidak langsung atau
yang disebabkan kesalahpahaman, pembelajar tersamar). Hal ini mengisyaratkan bahwa
bahasa Jepang perlu memahami cara pemahaman terhadap strategi kesantunan sangat
mengungkapkan suatu ujaran kepada penutur diperlukan dalam menjaga kelangsungan dan
bahasa Jepang dengan ungkapan atau ujaran yang keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi
dapat diterima baik oleh penutur bahasa Jepang. (Brown & Levinson, 1987).
Tanpa pemahaman cara mengungkapkan suatu Berdasarkan penjelasan di atas, perlu adanya
ujaran memungkinkan terjadi hambatan kajian yang menganalisis pengungkapan
komunikasi. mengingatkan dalam bahasa Jepang dengan
Dalam konteks mengingatkan, ungkapan dan tinjauan sosiolinguistik dan pragmatik. Kedua
cara mengungkapkan mengingatkan yang keliru bidang tersebut perlu dilibatkan karena saling
memungkinkan terjadinya kesalahpahaman berkaitan satu sama lain (Wijana & Rohmadi,
hingga memburuknya hubungan. Untuk 2013). Ditambah lagi, sosiolinguistik berguna
mengurangi kesalahpahaman dan tercapainya
untuk memberikan pengetahuan dalam
tujuan dalam mengingatkan diperlukan sebuah
menggunakan bahasa (Chaer & Agustina, 2014).
kajian yang menganalisis hingga menemukan
macam-macam ungkapan mengingatkan dalam Dengan demikian, kajian ini dapat memberikan
bahasa Jepang. Harapannya, dengan diketahuinya pemahaman khususnya kepada pembelajar bahasa
macam-macam ungkapan mengingatkan dalam Jepang untuk mengungkapkan ungkapan
bahasa Jepang, para pembelajar bahasa Jepang mengingatkan dalam bahasa Jepang.
dapat menggunakannya kepada penutur bahasa Penelitian mengenai ungkapan mengingatkan
Jepang dengan harapan apa yang dimaksud dapat dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia sudah
diterima dengan baik dan tujuan mengingatkan dilakukan oleh Sanjaya dan Indraswari (2015).
yang dilakukan dapat tersampaikan kepada Akan tetapi penelitiannya baru menyentuh
penutur bahasa Jepang dengan baik. perbandingan strategi komunikasi untuk
Upaya mengingatkan pun bergantung kepada mengingatkan sesuatu dalam bahasa Indonesia
siapa penutur menuturkan ujaran mengingatkan. dan bahasa Jepang sedangkan jenis atau kategori
Berbeda mitra tutur berbeda pula ungkapan yang ungkapannya belum dikaji dalam. Oleh karena itu,
digunakan penutur untuk menyatakan maksud perlu adanya penelitian dengan fokus analisis
105 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Sonda Sanjaya, Rosi Rosiah,
A Pragmatic Study on Jouge Kankei among Japanese Native Speakers: Expressions of Reminder
macam atau jenis ungkapan mengingatkan dalam Setting percakapan diatur dengan situasi
bahasa Jepang dengan tinjauan sosiolinguistik dan penutur meminjam sebuah buku kemudian mitra
pragmatik agar para pembelajar bahasa Jepang tutur menjanjikan akan membawa buku yang
dapat memahami pengungkapan mengingatkan diminta pada hari yang ditetapkan. Agar mitra
dalam bahasa Jepang yang sesuai konteks atau tutur tidak lupa dengan buku yang dijanjikan,
situasi percakapan berbahasa Jepang. penutur mengingatkan pemberi pinjaman sehari
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini sebelum hari yang ditentukan.
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis Setelah data dari role play terhimpun, peneliti
atau kategori ungkapan mengingatkan dalam menganalisis data yang berkaitan dengan
bahasa Jepang dengan tinjauan sosiolinguistik dan klasifikasi pengungkapan mengingatkan dalam
pragmatik dengan ruang lingkup percakapan yang bahasa Jepang dengan menggunakan model Miles
dilakukan berdasarkan hubungan atas-bawah dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015) yaitu
(jouge kankei). Hasil penelitian ini akan mengumpulkan, mereduksi, menyajikan data, dan
memberikan kontribusi kepada para pembelajar menyimpulkan. Kategorisasi ungkapan
bahasa Jepang untuk menyusun strategi mengingatkan dalam bahasa Jepang dianalisis
komunikasi khususnya saat mengingatkan sesuatu berdasarkan dan model formula semantik Xu
kepada penutur bahasa Jepang dalam bahasa (2007).
Jepang.
106 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 04, No. 02, December 2019, pp. 104-114
(5) 大丈夫ですか。
Daijoubu desuka.
‘Tidak apa-apa?’
107 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Sonda Sanjaya, Rosi Rosiah,
A Pragmatic Study on Jouge Kankei among Japanese Native Speakers: Expressions of Reminder
108 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 04, No. 02, December 2019, pp. 104-114
109 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Sonda Sanjaya, Rosi Rosiah,
A Pragmatic Study on Jouge Kankei among Japanese Native Speakers: Expressions of Reminder
(31) あのう、もしかしてお忘れじゃないかなと
思ってて。 (40) 木曜日くらい。
Anou, moshikashite owasure janai ka na to omotte Mokuyoubi kurai.
te. ‘Kira-kira hari Kamis.’
‘Anu, saya piker barangkali lupa.’
(41) ええと、能力試験の本です。
Komponen Pengatur Wacana Eeto, nouryoku shaken no hon desu.
‘Eeh, buku Noryoku Shiken.’
Komponen pengatur wacana yang ditemukan
dalam dialog di antara rekan sejawat yaitu berupa Untuk lebih memudahkan pemahaman
permintaan perhatian, sahutan, dan pemberian ungkapan mengingatkan di antara rekan sejawat
informasi. Ujaran penutur yang digunakan untuk dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
permintaan perhatian kepada mitra tutur yang
merupakan sejawatnya adalah seperti contoh data Tabel 2: Formula Semantik Ungkapan Mengingatkan
(32) s/d (36) berikut. dalam Dialog antarrekan Sejawat
110 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 04, No. 02, December 2019, pp. 104-114
しくお話しさせ - 文法の本を貸し
てもらったんで て頂けるとおし
すけど。 ゃいましたね。
- 田附先生に本を - その時に、もし
借りるお約束を よかったら、貸
しましたよね。 してもらえたら
- 先週に本を貸し という話がある
ていただく予定 んですけれど
だったんですけ も。
れども。 - 貸してもらえた
らみたい話で、
- あのう、覚えて
確かしちゃった
はりますかね。
Pengingat んですけれど
permohonan: - 覚えてません?
も。
ujaran yang - 覚えていらっし
lazim - 確か明日持って
digunakan ゃいますか。
untuk 来てもらうはず
mengajukan - 明日、ベトナム
だったと思うん
permohonan 語の本なんです
ですが。
けど。
Dll (dugaan): - あのう、もしか
- 明日ないと困る ujaran yang してお忘れじゃ
ので menyatakan
dugaan ないかなと思っ
- ええと、覚えて terhadap mitra
Dll (penguat tutur てて。
permohonan): はります?
Permintaan - すみません、あ
ujaran yang
- あのう、あの perhatian: のう。
memperkuat
permohonan ujaran yang - すみません。
う、あの本を授 bertujuan untuk - あっ、そうだ。
業で使いたいの menarik - ああ、そうだ。
perhatian dari
- えと。
で。 mitra tutur
Ujaran berupa
Pengurangan Komponen sahutan:
syarat: ujaran pengatur respons berupa - そうなんです。
yang wacana
mengurangi sahutan - うん
- 大丈夫ですか。 terhadap ujaran
hambatan
sebelumnya
permohonan
dengan Pemberian
Komponen informasi: - 村上春樹の。
memberikan
pembantu jawaban - 木曜日くらい。
batasan
terhadap - ええと、能力試
Dll (penguat
ingatan): ujaran pertanyaan 験の本です。
- あれ明日なんで mitra tutur.
yang
memperkuat すけど。
ingatan mitra
tutur
111 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Sonda Sanjaya, Rosi Rosiah,
A Pragmatic Study on Jouge Kankei among Japanese Native Speakers: Expressions of Reminder
112 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 04, No. 02, December 2019, pp. 104-114
113 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Sonda Sanjaya, Rosi Rosiah,
A Pragmatic Study on Jouge Kankei among Japanese Native Speakers: Expressions of Reminder
REFERENSI
Azuma, S. (2009). Shakaigengogaku Nyumon. Tokyo:
Kenkyusha.
Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some
Universals in Language Usage. Cambridge University
Press.
Chaer, A., & Agustina, L. (2014). Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Haristiani, N. & Danuwijaya, A. (2017). A Cross-
cultural Sociopragmatic Study - Apology Speech Act
Realization Patterns in Indonesian, Sundanese, and
Japanese. The Tenth Conference on Applied Linguistics
and The Second English Language Teaching and
Technology Conference in collaboration with The First
International Conference on Language, Literature,
Culture, and Education, Volume 1: CONAPLIN and
ICOLLITE, 313-318.
Sanjaya, S., & Indraswari, T. I. (2015). Analisis
Kontrastif Ungkapan Mengingatkan Sesuatu dalam
Percakapan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang:
Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik. IZUMI, 4(2), 8-15.
Sauerland, U., & Yatsushiro, K. (2014). Remind-me
presuppositions and Speech-Act Decomposition:
Japanese kke and German wieder. Ms., ZAS Berlin.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (21st ed.).
Bandung: Alfabeta.
Wijana, I. D. P., & Rohmadi, M. (2013). Sosiolinguistik
Kajian Teori dan Analisis (V). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Zaim, M. (2014). Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan
Struktural. Padang: FBS UNP Press.
Xu, M. L. (2007). Irai Kaiwa (Senkoubu) no Kousatsu-
Nihongo Bogo Bamen, Taiwanjin Bogo Bamen,
Nichi Tai Sesshoku Bamen no Roooru Purei Deeta
o Hikaku Shite-, Kotoba to Bunka, 8, 219-238.
114 | P a g e
e- ISSN 2528-5548