You are on page 1of 14

Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.

1, Juli 2020: 45-58


ISSN: 1410-8291 | e-ISSN: 2460-0172 | http://bppkibandung.id/index.php/jpk

ANALISIS NETIKET KONTEN YOUTUBE


DI MASA PANDEMI COVID-19

Christiany Juditha
Balai Pengembangan SDM dan Penelitian Komunikasi dan Informatika Manado
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Jl. Pumorrow 76 Manado, Sulawesi Utara, Indonesia, 95126
No. Telp: 0431-847129
E-mail: christiany.juditha@kominfo.go.id

Naskah diterima pada tanggal 2 Juli 2020, direvisi tanggal 18 Januari 2021, disetujui tanggal 23 Januari 2021

NETIQUETTE ANALYSIS OF YOUTUBE CONTENT


IN THE COVID-19 PANDEMIC

Abstract. The rise of videos on YouTube channels which content is viral yet insensitive to the
current condition of the Covid-19 pandemic shows that ethical issues in creative content are
becoming serious problems. The purpose of this study is to examine the issue of netiquette during
the Covid-19 pandemic in YouTube content. This research used the qualitative content analysis
method. The results concluded that a prank video, which showed the distribution of groceries
containing trash and stones by Ferdian Paleka and the video of Indira Kalistha, who were
reluctant to follow the procedures for preventing Covid-19, had very little ethics and did not
educate the public. Both YouTubers also did not realize that they had the power to influence their
many followers using their content. Prank videos made mainly by content creators are considered
a kind of creativity to meet the audience's desire for entertainment. Moreover, fierce competition
between creators cannot be avoided; hence ethics is ruled out sometimes, and they merely intended
to gain more subscribers. On the contrary, a viral video of Edward Suhadi frying eggs in the
campaign aimed for people not to panic buying during the Covid-19 pandemic received many
positive responses from citizens. This video also inspires people to take social action.
Keywords: communication ethics, netiquette, content creative, YouTube.

Abstrak. Maraknya video di kanal YouTube yang kontennya viral namun tidak sensitif dengan
kondisi pandemi Covid-19 saat ini menunjukkan bahwa persoalan etika pada konten kreatif
menjadi masalah serius. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji persoalan netiket di masa
pandemi Covid-19 dalam konten YouTube. Penelitian menggunakan metode analisis isi kualitatif.
Hasil penelitian menyimpulkan video prank pembagian sembako berisi sampah dan batu oleh
Ferdian Paleka dan video Indira Kalistha yang enggan mengikuti tata cara pencegahan Covid-19,
sangat minim etika dan tidak mengedukasi masyarakat. Kedua YouTuber juga tidak menyadari
memiliki kekuatan untuk memengaruhi para pengikutnya yang banyak dengan konten yang dibuat.
Video prank yang banyak dibuat oleh kreator konten dianggap sebagai sebuah kreativitas untuk
memenuhi keinginan khalayak akan hiburan. Apalagi persaingan ketat antara kreator makin tinggi,
sehingga kadang etika dikesampingkan dan hanya mengejar jumlah subscribers. Sebaliknya, video
nasi telur ceplok milik Edward Suhadi yang viral, juga mendapat banyak tanggapan positif dari
warganet soal kampanye agar masyarakat tidak melakukan panic buying di masa pandemi Covid-
19. Video ini pun menginspirasi masyarakat untuk melakukan aksi sosial.
Kata kunci: etika komunikasi, netiket, konten kreatif, YouTube.

DOI: 10.20422/jpk.v24i1.738
45
Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19
Christiany Juditha

PENDAHULUAN seperti Raditya Dika memiliki 8.6


juta subscribers dengan penghasilan sekitar
Saat ini aktivitas sehari-hari manusia di 2,6-46 miliar rupiah per tahun. Ria Ricis
dunia tidak lepas dari penggunaan internet. mampu mengumpulkan 19.4 juta subscribers,
Mulai dari berkomunikasi, bekerja, hingga dengan total penghasilan per tahun antara 1.8-
mencari informasi. Penggunaan internet di 28.8 miliar rupiah. Sementara Atta Halilintar
Indonesia terus meningkat setiap tahun. Survei dari Gen Halilintar mampu menggaet 21.7
We Are Social merilis data bahwa penggunaan juta subscribers dengan penghasilan mencapai
internet di Indonesia tahun 2020 mencapai 5.1-81.6 miliar rupiah per tahun (Annisa,
175,4 juta pengguna. Jumlah ini naik 17% dari 2020). Menekuni profesi sebagai YouTuber
tahun sebelumnya atau bertambah sebanyak dengan jumlah penghasilan besar menjadi
25 juta pengguna dalam satu tahun (We Are dambaan semua YouTuber karenanya harus
Social, 2020). Media sosial juga tercatat menghasilkan konten yang menarik perhatian
sebagai saluran yang paling banyak digunakan orang banyak di tengah persaingan antar
oleh masyarakat Indonesia. Masih menurut kreator konten yang tinggi.
hasil survei We Are Sosial total media sosial Covid-19 yang melanda dunia termasuk
yang paling banyak diakses antara lain Indonesia menjadikan perhatian masyarakat
YouTube (88%), Whatsapp (84%), Facebook otomatis beralih ke kegiatan online. Konten-
(82%), Intagram (79%) dan Twitter (We Are konten positif dan negatif melalui kanal media
Social, 2020). sosial juga bermunculan. Satu sisi,
Media sosial YouTube merupakan salah menunjukkan kreasi positif tanpa batas dari
satu saluran yang paling digemari masyarakat kreator konten, sisi lain beberapa di antaranya
Indonesia. Melalui YouTube, masyarakat tidak lagi memikirkan edukasi dan etika.
dapat menemukan konten-konten video sesuai Namun kemudian masalah muncul karena
kebutuhan mulai dari berita hingga hiburan sebagian orang kini rela melakukan apa saja
seperti musik, film, serta konten lainnya. Di demi mendapatkan followers, subscribers, dan
balik konten-konten yang dapat dinikmati oleh likes yang banyak di media sosial. Mereka
masyarakat tersebut, ada yang membuat tidak peduli dampaknya, yang penting viral
konten-konten kreatif sesuai bidang dan dan menjadi perbincangan warganet meski
kemampuannya. Kuncoro dkk, menyebutkan konten yang dibuat tidak beredukasi dan
bahwa sejak tahun 2016, Google Indonesia beretika. Tujuan utamanya, yang penting
merilis laporan bahwa konten video naik konten bisa ditonton banyak orang meski
menjadi 600% yang diunggah melalui saluran isinya kontroversial dan sang kreator
YouTube. Salah satu penyebab kenaikan ini, mendapatkan keuntungan finansial.
karena banyaknya konten video yang disebut Fenomena ini menunjukkan bahwa
vlog yang diproduksi (Kuncoro, Putri & persoalan etika tidak lagi menjadi perhatian
Pradita, 2018). Pembuatan vlog yang semakin utama bagi kreator konten. Kini banyak
menjamur di kalangan anak muda dan kreator terlebih dahulu melempar konten ke
kemudian diunggah di YouTube tidak terlepas khalayak, kemudian menunggu reaksi mereka.
dari faktor ekonomi yang mengikutinya. Hingga di sini sebuah negosiasi virtual telah
Makin banyak orang yang berusaha terjadi, termasuk pada konten dengan
menyajikan konten kreatif, maka akan kandungan isi yang tidak etis.
mendapatkan penghasilan dari YouTube. Malangpostonline menuliskan bahwa dalam
YouTube menjadi lapangan pekerjaan, prosesnya, tidak saja konten yang baik yang
sekaligus harapan bagi YouTuber untuk bisa dapat diterima, namun konten yang buruk
meraup keuntungan yang melimpah dengan sekali pun dapat lolos seolah hal tersebut
menjaring followers’ atau subscribers. sudah menjadi selera dari masyarakat (CNN
Penghasilan YouTuber di Indonesia per Indonesia, 2020).
1000 views adalah 0,55 dollar AS. Sebuah Karena itu kemudian menarik dikaji
video dengan satu juta views, maka lebih mendalam tentang etika komunikasi atau
pendapatan yang diperoleh sekitar 7 juta netiket khususnya dalam konten-konten
rupiah (Mohamad, 2019). Para YouTuber YouTube yang diproduksi semasa pandemi
46
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

Covid-19. Kajian ini juga sangat penting kecerobohan dan mengabaikan etika serta hak
sebagai bahan diskusi tentang netiket yang kini asasi manusia (Gimeno & Freeman, 2011).
semakin banyak dilanggar. Serta menjadi Penelitian lain dengan judul “Law and
acuan penelitian lanjutan untuk konten-konten Ethics of Communicating in Social Media”
di platform lainnya seperti di podcast, vlog, juga dilakukan oleh (Fidiyani, Sulistianingsih
dan lain sebagainya. Berdasarkan latar & Pujiono, 2017). Hasil penelitian
belakang tersebut maka rumusan masalah dari menyimpulkan bahwa netiket adalah pedoman
penelitian ini adalah bagaimana netiket di etis antara para warganet dalam
masa pandemi Covid-19 dalam konten berkomunikasi. Kesadaran untuk
YouTube? Adapun tujuan penelitian ini adalah berkomunikasi dengan baik menunjukkan
untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat yang kurang pada guru di sebuah
persoalan netiket di masa pandemi Covid-19 sekolah kejuruan di Purwokerto. Hal ini
dalam konten YouTube. seringkali menimbulkan persoalan hukum,
Penelitian-penelitian terdahulu tentang karena kebiasaan buruk dalam komunikasi di
etika di media daring menjadi rujukan sebagai dunia nyata itu pula yang dipakai di dunia
kajian Pustaka untuk dilakukan penelitian ini. maya. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena
Penelitian tentang etika di media sosial pernah mereka adalah guru yang semestinya menjadi
dilakukan oleh Khasanah (2019) dengan judul teladan bagi siswa-siswa. Karena itu perlu
“Communication Ethic in Social Media: adanya kegiatan kesadaran dan patuh pada
Analitical Study of Surah Al-Hujarat”. Latar hukum dan etika komunikasi di ruang virtual.
belakang dilakukannya penelitian tersebut Penelitian-penelitian yang dilakukan di
adalah semakin banyaknya komodifikasi atas mengkaji etika komunikasi di media sosial
agama dalam ruang virtual yang terlihat pada dengan latar belakang agama, bisnis, dan
kampanye pemilu serentak. Simpulan dari pendidikan. Sedangkan penelitian ini
penelitian tersebut yaitu komunikator sebagai mengkaji lebih dalam persoalan etika
sumber berita dan komunikan sebagai komunikasi yang dikaitkan dengan konten
pembaca berita. Dalam berkomunikasi, YouTube di masa pandemi Covid-19.
komunikator harus menyampaikan pesan Sebelumnya belum pernah diteliti tentang hal
dengan lembut serta menyesuaikan dengan tersebut. Hal inilah yang menjadi kebaruan
lawan komunikasinya. Juga tidak (novelty) dari penelitian ini, sehingga penting
menyampaikan pesan yang berisi hoaks, untuk dilakukan.
namimah, ghibah, adu domba, serta tidak
merendahkan yang lain. Sementara sikap
tabayyun dan kritis terhadap kebenaran isi LANDASAN KONSEP
berita perlu ditanamkan dalam diri seorang
komunikan atau penerima pesan.
Covid-19 telah menjangkiti hampir
“Videoblogging’ Human Rights on
seluruh negara di dunia, sehingga WHO atau
YouTube: An Ethical Dilemma” adalah
organisasi kesehatan dunia menetapkannya
penelitian yang juga dilakukan oleh Gimeno
sebagai pandemi. Tumanggor dalam Wibawa
dan Freeman. Penelitian ini mempertanyakan
(2020) mengatakan persoalan pandemi Covid-
perbedaan antara realitas virtual dan
19 tidak hanya menyangkut soal kesehatan dan
kehidupan nyata yang mana nilai-nilai inti dan
ekonomis semata, namun masalah etis juga
etika yang menjadi keharusan mesti terus
terkait di dalamnya. Berbagai persoalan etis
diperiksa kembali. Hasil penelitian
muncul ke permukaan baik itu etika kesehatan,
menyebutkan bahwa internet memiliki peran
kebijakan publik, dan juga etika
dalam menyediakan ruang publik alternatif,
berkomunikasi. Di saat seperti ini, etika
sebagai satu kesatuan seperti di kanal
respons komunikasi krisis dari berbagai pihak
YouTube. Di media sosial ini, anonimitas dan
sangat penting paling tidak untuk
kedekatan sangat memengaruhi cara manusia
meminimalisir polemik yang ada.
berkomunikasi yang dapat menghasilkan
Kata asal etika yaitu ethikus atau dalam
perpecahan yang lebih besar di antara
bahasa Yunani biasa disebut dengan ethicos
masyarakat serta menyebarkan budaya
yang artinya tingkah laku manusia yang
47
Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19
Christiany Juditha

ukurannya baik dan buruk, juga menyangkut 1) Mengunggah konten yang tidak
kaidah, norma, nilai, serta kebiasaan menyinggung perasaan orang lain; 2)
(Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Menghargai pendapat orang lain, etis, dan
Menurut William Benton, dalam Karimah & jangan melanggar hukum; 3) Menaati aturan
Wahyuddin secara terminologi etika adalah yang berlaku di setiap media sosial; 4) Hal-hal
studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai yang bermanfaat serta yang belum diketahui
benar, salah, baik, buruk, harus, dan atau oleh orang lain yang sebaiknya diunggah;
sebagainya atau adat istiadat dengan kata lain 5) Gunakan ejaan dan tata bahasa yang sesuai
prinsip-prinsip umum yang benar saat ketika berkomunikasi online dan mengunggah
seseorang menerapkannya dalam segala hal hal yang masuk akal; 6) Membagikan
(Karimah, 2010). Sedangkan etika komunikasi pengetahuan dan wawasan; 7) Mengendalikan
adalah semua kegiatan komunikasi di suatu emosi; 8) Menghargai privasi orang lain; 9)
masyarakat yang di dalamnya terkandung Seseorang tidak berhak untuk memanfaatkan
norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang sesuatu ke hal-hal yang menyimpang meski
baik (Haryatmoko, 2007). memiliki kekuatan dan mengetahui lebih dari
Sikape (2014) mengatakan bahwa media yang lain di dunia maya; 10) Tidak semua
yang menerpa khalayak akan memengaruhi orang paham dengan netiket.
kehidupan sehari-hari. Media sosial misalnya Sementara itu, Charles Ess
dapat mengubah budaya komunikasi bagi mengidentifikasi tiga karakteristik utama dari
mereka yang intens menggunakannya. media digital baru yaitu konvergensi, media
Manusia akan dibentuk sendiri oleh teknologi pelumas, dan implikasi global. Setiap
tersebut termasuk membentuk cara berpikir karakteristik menggambarkan bagaimana
individu karena perubahan yang terjadi dalam media digital memungkinkan perubahan besar
berkomunikasi. Media sosial menjadikan dalam kemampuan komunikasi dalam hal
pengguna merasa memiliki hak untuk aksesibilitas, kecepatan, dan cakupan. Namun
berkreasi, berinisiatif, serta bertindak apa saja menurut Ess terdapat implikasi dari
tanpa adanya larangan. Meski bersifat bebas karakteristik baru ini, yang mengalami
dan terbuka namun masih ada batasan yang tantangan dan masalah utamanya yang
mengaturnya yang disebut dengan netiquette berhubungan dengan standar budaya, sosial,
atau netiket. Ess (2013) mengatakan media dan juga etika di antaranya adalah masalah
baru menghasilkan etika baru dan privasi (Ess, 2013). Privasi adalah satu
menjadikannya masalah baru. masalah utama yang muncul dengan
Tavani (2013) mengatakan selain perubahan baru ini, seperti banyak aspek
menjadikan komunikasi manusia lebih mudah, kehidupan masyarakat yang bocor ke dunia
teknologi internet dalam transaksi informasi, maya, kamera digital yang dapat menyerang
juga membawa konsekuensi etis. Saat privasi seseorang, tanpa sepengetahuan
terhubung dengan internet, pengguna wajib korban, atau orang lain dapat mengambil
mematuhi netiket (Baum, 2005; Bailey, 2008; gambar tanpa persetujuan, dan membaginya
Pręgowski, 2009). Netiket berasal dari kata secara online tanpa sepengetahuan korban,
netiquette yang merupakan penggabungan mempertaruhkan reputasi, kredibilitas, dan
kata “net” (jaringan) dan “etiket” (seperangkat hubungan, dan lain-lain (Ess, 2013).
aturan perilaku dan kebiasaan sosial). Netiket Pemahaman etika di dunia maya juga
merupakan aturan perilaku pengguna pada perlu diikuti dengan kemampuan literasi
jaringan yang terhubung internet (Kozík & media seseorang saat berinteraksi di dalamnya.
Slivová, 2014). Sedangkan Strawbridge Renee Hobbs menegaskan bahwa literasi
(2006) menggarisbawahi bahwa netiket adalah media adalah kemampuan seseorang untuk
pengaturan perilaku pengguna internet saat mengakses, menganalisis, mengevaluasi, serta
menggunakan e-mail, papan buletin, ruang mengomunikasikan pesan dalam beragam
obrolan, newsgroup, dan lain sebagainya. bentuk (Hobbs, 2011). Tujuan literasi akses
Virginia Shea dalam Agustina (2016) terhadap informasi kuat, lingkungan
mengatakan ada beberapa peraturan ketika pendidikan tumbuh, dan akses terhadap
berkomunikasi di dunia maya (netiket), yaitu: berbagai sumber informasi dapat berkembang.
48
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

Kemampuan literasi masyarakat menjadikan yang dikembangkan yang dapat


pemilihan informasi lebih kritis sesuai diinterpretasikan guna ditemukan signifikansi
kebutuhan dan berbagai pesan di media dapat secara teoretis.
dimaknai dengan baik (Hobbs, 2011). Teknik pengumpulan data dalam kajian
Sedangkan Potter (2001) berpendapat bahwa ini adalah dengan mengunduh tiga video di
literasi media memiliki beberapa elemen yaitu YouTube yang viral selama masa pandemi
masyarakat dan individu sadar akan dampak Corona-19 yaitu video dengan judul “Video
media; proses komunikasi massa dapat Prank Sembako Sampah”, “Video Indira
dipahami, pengembangan strategi-strategi Kalistha Corona” dan video “Selalu Ada Telor
yang digunakan dapat dianalisis, pesan-pesan Ceplok”. Alasan pemilihan “Video Prank
media dapat dibahas; dapat menumbuhkan Sembako Sampah” dan “Video Indira Kalistha
kesadaran akan isi media sebagai ‘teks’ yang Corona” sebagai bahan kajian karena selain
memberikan pengetahuan dan wawasan; dan viral juga membuat kontroversial karena
kesenangan, pemahaman dan apresiasi kontennya yang dinilai negatif, sementara
terhadap isi media dapat ditingkatkan. video video “Selalu Ada Telor Ceplok” cukup
Salah satu platform media sosial yang memberikan inspirasi positif bagi masyarakat
paling populer di dunia dan juga di Indonesia di masa pandemi Covid-19. Kemudian
adalah YouTube. YouTube mulai didirikan melakukan transkrip seluruh percakapan
oleh Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed dalam video sebagai bahan kajian. Data yang
Karim pada Februari 2005 dengan nama telah diperoleh tersebut kemudian
YouTube.com. Melalui YouTube, orang- dikumpulkan dalam lembar koding kemudian
orang mulai membuat berbagai video untuk dibedakan berdasarkan kategori netiket yang
diunggah, berbagi, dan ditonton. Sejak itu, telah ditetapkan. Adapun kategorisasi yang
YouTube memiliki miliyaran audiensi menjadi pedoman kajian seperti terlihat pada
pengguna (Alias et al., 2013). Dengan Tabel 1.
YouTube, semua masyarakat memiliki Teknik analisis data dalam penelitian ini
kebebasan untuk dapat berperan baik sebagai yaitu secara deskriptif sesuai dengan temuan
kreator maupun penonton. Hal ini menjadi perkategori secara umum. Hasil penelitian ini
daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk juga dibandingkan dengan kajian serta
bebas memilih konten dan juga penelitian-penelitian sebelumnya, konsep-
memproduksinya. Tidak heran jika YouTube konsep ilmiah serta sumber lainnya yang
menjadi media hiburan terlaris. Khalayak aktif tujuannya untuk memperkuat hasil penelitian
pengguna YouTube meningkat tajam serta secara ilmiah.
mampu menandingi televisi sebagai media
hiburan konvensional. Frekuensi minat
audiens yang cukup tinggi terhadap YouTube HASIL PENELITIAN DAN
disebabkan ada peran kreator lokal maupun PEMBAHASAN
internasional yang menjadi penyedia konten di
laman YouTube (Ulya, 2019). Selama masa pandemi banyak konten
kreator YouTuber yang membuat konten dari
rumah bermunculan. Isinya pun sangat
METODE PENELITIAN
beragam, ada yang berhubungan dengan
Covid-19 ada juga dengan tema yang lebih
Penelitian ini menggunakan metode
umum. Dalam kondisi seperti ini, persaingan
analisis isi kualitatif. Krippendorf (2004)
konten pun terjadi, sehingga YouTuber harus
menjelaskan bahwa analisis isi adalah suatu
bekerja keras untuk menghasilkan ide dan
teknik penelitian yang tujuannya guna
konten kreatif yang bisa bersaing dan
mendapatkan simpulan dari makna sebuah
menghibur. Sayangnya beberapa kasus konten
teks. Prosedur penelitian ini dapat dipercayai
kontroversial di masa pandemi ini juga sempat
serta dapat atau diaplikasikan dalam konteks
viral di antaranya Video Prank Sembako
yang berbeda dan sah. Sedangkan menurut
Sampah dan Video Indira Kalistha Corona.
Fields (1988), analisis isi kualitatif adalah data

49
Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19
Christiany Juditha

Tabel 1
Kategori Netiket di Ruang Virtual
Kategori
Mengunggah konten yang tidak menyinggung perasaan orang lain
Menghargai pendapat orang lain, etis, dan jangan melanggar hukum
Menaati aturan yang berlaku di setiap media sosial
Mengunggah hal-hal yang bermanfaat serta yang belum diketahui oleh orang lain dan masuk akal
Menggunakan ejaan dan tata bahasa yang sesuai ketika berkomunikasi online
Mengendalikan emosi
Menghargai privasi orang lain
Sumber: diadaptasi dari konsep netiket dan literasi media (Virginia Shea dalam Agustina, 2016; Ess, 2013; Hobbs, 2011, dan
Potter, 2001)

Seorang YouTuber bernama Ferdian sebagai juru kamera yang merekam seluruh
Paleka membuat video prank sembako isi adegan pemberian paket tersebut. Dua hari
sampah. Video ini dibuat demi hiburan semata setelah rekaman video itu yaitu tanggal 3 Mei
yang kemudian diunggah di akun YouTube 2020 para pelaku mengunggah video prank itu
miliknya. Kronologi pembuatan ini sebagai di kanal YouTube di akun Ferdian Paleka.
berikut; pada 30 April 2020, Ferdian dan Namun setelah kejadian itu salah seorang
kawan-kawannya berkumpul di rumah Ferdian penerima paket sembako isi sampah itu merasa
Paleka untuk mendiskusikan konten YouTube terhina dengan aksi Ferdian dan kawan-
tersebut. Saat ini seorang teman Ferdi bernama kawannya, sehingga melaporkan kejadian
Aidil memberikan ide untuk membuat video tersebut ke Polrestabes Bandung. Beberapa
prank pemberian makanan dan sembako hari kemudian, Ferdi dan rekan-rekannya
kepada waria-waria di pinggir jalan di Kota diamankan petugas setelah sempat menjadi
Bandung. Tetapi paket itu diisi dengan batu buron (Farisi, 2012). Sebelum menjadi buron
dan sampah. polisi, sebenarnya Ferdian sudah meminta
Keesokan harinya Ferdian dan kawan- maaf melalui story di akun Instagramnya.
kawannya mulai melakukan aksi mereka Sayangnya permintaan maaf tersebut lagi-lagi
dengan sasaran para waria di Jalan Ibrahim mengundang kecaman publik karena Ferdian
Adjie, Bandung. Paket sembako yang berisi terkesan tidak serius dan mempermainkan
sampah dan batu itu diberikan langsung oleh keadaan. “Saya pribadi meminta maaf atas
Ferdian dan Tubagus. Sementara tugas Aidil kelakuan saya yaitu…tapi boong yaaa”.

(Sumber: YouTube.com, https://www.YouTube.com/watch?v=trp1XiMMZe0)


Gambar 1. Video prank sampah di kanal YouTube Ferdian Paleka

50
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

Konten video prank sampah yang Ramadan ini karena tujuan mereka untuk
berdurasi 11 menit 48 detik ini menceritakan membantu pemerintah membersihkan sampah
kronologis pemberian paket batu dan sampah masyarakat dari kaum sodomi (waria).
ini. Mulai dari para pelaku mempersiapkan Video selanjutnya adalah video Indira
paket sampah, kemudian dilanjutkan dengan Kalistha Corona. Berawal dari seorang
perjalanan mencari waria-waria yang mangkal YouTuber bernama Gritte Agatha yang
di jalan-jalan untuk diberikan paket tersebut, membuat konten dengan mewawancarai
hingga pemberian paket kepada target yang YouTuber lainnya, Indira Kalistha yang
dimaksud. Kepada para korban-korbannya, kemudian diunggah di kanal YouTube milik
Ferdian juga mengatakan “Jangan lupa ya Gritte Agatha pada 13 Mei 2020. Konten yang
subscribe kanal YouTube kita ya”. Setelah dibahas dalam wawancara ini adalah tentang
pemberian paket itu para pelaku kembali ke Covid-19. Dalam konten video itu Indira
dalam mobil dan menertawakan korban- mengaku enggan mengenakan masker dan
korbannya disertai kata yang tidak pantas mencuci tangan untuk mencegah penularan
seperti anjing, idiot, goblok, dan lain Covid-19. Indira juga mengaku menanggapi
sebagainya. Di bagian terakhir, Ferdian munculnya virus Corona dengan biasa saja dan
mengatakan “Pasti ada yang ngomong, Bang tetap beraktivitas seperti biasa dan tidak
lu gak kasian sama banci-banci itu? Ya, mau mengenakan masker untuk mencegah
gimana lagi?” Salah satu pelaku mengatakan penularan virus. “Aku percaya corona itu ada,
“Karena mereka bandel, kan ini bulan suci penyakitnya ada, cuma
Ramadhan, harusnya beribadah. Apalagi dia sebenarnya enggak seheboh itu lho.
juga tidak mematuhi pemerintah yang Terkadang tuh masyarakat terlalu
harusnya PSBB karena Covid. Kan Covid itu gampang ngambil berita padahal
bisa tertular dari dia”. Ferdian juga mereka enggak ngedengerin dari beberapa
mengatakan, jangan ada yang menghujat pihak, cuma satu pihak aja. Nah aku tuh tipe
mereka atas aksi yang dilakukan di Bulan yang, ‘corona? B (biasa) aja gitu’,” katanya.

Sumber: YouTube.com, https://www.YouTube.com/watch?v=3161pQB316w&t=63s)


Gambar 2. Video Indira Kalistha Corona

51
Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19
Christiany Juditha

“Aku jarang pakai masker. Kalau sheet Video berdurasi singkat hanya 2:07
mask, aku pakai setiap hari, ya. Kalau masker menit dapat dikatakan video kreatif di awal-
yang udara-udara gitu, aku enggak pakai. Tapi awal masa pandemi mulai terjadi di Indonesia.
kalau enggak ditegur, kita lepas lagi. Ini napas Isinya soal kampanye agar masyarakat tidak
sayang-sayang ditutup-tutup gitu, lho, ya. panik dengan melakukan panic buying di masa
Sesak, nih, dada juga sesak, ya," ujar Indira. pandemi Covid-19 hanya karena takut
Bukan hanya itu, Indira juga mengaku kehabisan makanan. Edward menuliskan
tak mencuci tangan sebelum makan ataupun bahwa: “Bukan soal orang susah makan, tapi
memegang barang bersama. "Terus habis itu soal membuat suasana keruh yang berbuntut
misalnya kalau ke mall atau ke pasar segala panjang kemana-mana. Padahal makan sama
macem pegang-pegang. Misalnya abis beli telor ceplok udah bikin merem melek. Bagikan
makanan nih dari ojek online, aku nggak cuci ini yuk. Saya sudah buat dengan sederhana
tangan baru makan. Jadi kayak ambil-ambil supaya dimengerti, dan semoga
aja segala terus makan aja pakai tangan,'' mengurungkan niat latah panic buying”.
ujarnya. "Wallahualam, lu kena corona Sejak pandemi Covid-19 merebak di
kek, kena penyakit apa kek, demam Indonesia, terjadi belanja berlebihan atau
berdarah kek, semua bisa panic buying di kalangan masyarakat.
mati, lu tahu, hah? Emosi gue jadinya," Masyarakat dari golongan menengah ke atas
katanya. memborong berbagai barang dan kebutuhan
Pernyataan Indira itu menjadi viral dan sehari-hari karena khawatir stok makanan
ramai dibicarakan di media sosial, bahkan akan habis dan mereka kelaparan. Kondisi ini
sempat menjadi trending nomor satu di menjadi perhatian banyak orang dan juga
Twitter. Namun pernyataannya yang menjadi prihatin. Salah satunya adalah Edward
kontroversial ini juga menuai kecaman dari Suhadi, yang juga adalah seorang Creative
publik. Indira dianggap meremehkan Director di sebuah perusahaan di Jakarta.
penyebaran virus Corona dan melanggar Keadaan tersebut membuat Edward miris
instruksi pemerintah sekaligus juga melukai melihatnya. Merespons kondisi ini, Edward
hati para petugas medis yang selama ini berada melakukan kampanye agar masyarakat tidak
di garda terdepan penanganan Covid-19 panik di tengah pandemi Covid-19 dengan
(Anitha, 2020). membuat video "Selalu Ada Telur Ceplok".
Setelah mendapat banyak kecaman dari Video ini pun disambut positif dan viral di
publik termasuk seorang dokter yang media sosial. Merespons panic buying di
menuliskan pernyataan terbuka kepada Indira, tengah masyarakat, Edward mengingatkan
akhirnya Indira meminta maaf kepada bahwa hanya telur ceplok yang dibutuhkan
masyarakat umum. Indira meminta maaf setiap orang untuk hidup. Karena telur ceplok,
melalui akun Instagramnya dan juga dalam apalagi kalau ditambah kecap hampir digemari
wawancara dengan Deddy Corbuzier melalui oleh semua masyarakat di Indonesia (Lova,
kanal YouTube Deddy. Sementara Gritte 2020).
Agatha pemilik akun juga meminta maaf serta Hal yang menarik untuk didiskusikan
menghapus video tersebut dari kanal bahwa kedua konten video prank Ferdian dan
YouTubenya. Indira dapat dikatakan minim etika dan sama
Video “Selalu Ada Telur Ceplok” dibuat sekali tidak mengedukasi masyarakat. Meski
oleh Edward Suhadi yang juga adalah seorang Ferdian sendiri mengaku membuat aksi
komika. Video ini diunggah pertama kali di membagikan sembako sampah bagi para waria
akun Twitter dan Instagram Edward pada adalah untuk membantu pemerintah memberi
tanggal 18 Maret 2020. Video ini banyak efek jera bagi waria yang masih beraktivitas
mendapat tanggapan positif dari publik, selama bulan Ramadan dan di tengah pandemi
sehingga dibagikan (repost, regram, retweet) Covid-19. Kepada polisi, Ferdian mengaku
berkali-kali. Termasuk akun dari YouTuber membuat konten prank tersebut untuk
lain menggunggah kembali video tersebut di meningkatkan jumlah subscriber atau
kanal YouTubenya. pengikut di kanal YouTubenya.

52
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

(Sumber: Twitter: https://twitter.com/edwardsuhadi/status/1240154990590730241


Youtube: https://www.YouTube.com/watch?v=zWlwpbVEzpw)
Gambar 3. Video Selalu Ada Telur Ceplok

Sama dengan Ferdian, apa yang apapun dengan sangat cepat dengan jangkauan
dilakukan Indira juga dianggap tidak memiliki yang lebih luas (Juditha, 2019).
etika. Pernyataan Indira yang meremehkan Saat ini konten-konten prank banyak
soal virus Corona ini, ditanggapi negatif oleh dibuat oleh para kreator mulai dari yang
publik (warganet) termasuk oleh salah seorang sederhana hingga yang dianggap tidak etis
influencer yang juga adalah dokter. Dr. Tirta dapat ditemui di kanal YouTube. Prank
melalui akun Instagramnya menuliskan bahwa dianggap sebagai sebuah kreativitas untuk
saat seseorang memilik followers yang banyak memenuhi keinginan khalayak akan sebuah
maka otomatis orang tersebut memiliki hiburan. Pengamat budaya dan komunikasi
pengaruh, karena setiap kontennya juga bisa digital dari Universitas Indonesia, Firman
memiliki dampak. Karena itu setiap orang Kurniawan mengatakan para YouTuber
yang memiliki akun dengan pengikut yang memproduksi prank karena adanya
banyak sebaiknya lebih memperhatikan permintaan di dunia hiburan melalui media
dampak dari unggahan mereka. sosial. Hal ini membutuhkan kreativitas yang
Sejalan pendapat Tirta, Nurudin juga tidak berhenti untuk menciptakan kebaruan.
menambahkan bahwa etika dalam berinteraksi Apalagi audiensi selalu ingin sebuah hiburan
harus diperhatikan saat melakukan aktivitas di yang baru dengan konten yang tidak monoton.
media sosial. Hal ini sangat penting agar tidak Konten prank yang dibuat juga semata-mata
berdampak buruk dalam kehidupan baik untuk merebut perhatian audiensi, karena yang
secara langsung maupun tidak langsung terjadi saat ini adalah persaingan yang ketat
(Nurudin, 2009). Media sosial juga seharusnya antara kreator konten untuk mendapatkan
menciptakan ruang untuk diseminasi gagasan banyak like, retweet, reposting, traffic, hingga
secara rasional dan menyejukkan dan menjadi trending topic (CNN Indonesia, 2020). Dalam
tempat untuk mendudukkan proses dialog menciptakan konten kreatif tersebut kadang
dalam berkomunikasi sesuai etika yang mengesampingkan keetisan sebuah konten.
berlaku (Wahyudin, 2016). Apalagi sifat Meski konten tidak etis tersebut sempat lolos
media sosial yang dapat memproduksi dan dan banyak ditonton namun akhirnya berhenti
berbagi berita begitu mudah, ditambah dengan akibat publik yang marah dan melakukan
sifat viralnya memfasilitasi berbagi konten protes karena dinilai tidak etis dan melukai
banyak pihak di masa pandemi ini.
53
Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19
Christiany Juditha

Sementara itu, Enda Nasution yang juga 3.000 penerima manfaat di panti asuhan, panti
adalah pengamat media sosial, dalam jompo, rumah singgah/belajar, dan keluarga
(Mukaromah & iOS: pra-sejahtera yang terkena dampak. Menurut
https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) Co-founder Food Cycle Indonesia, Herman
mengatakan, sebenarnya aksi prank telah biasa Andryanto, kampanye ini awalnya
dilakukan. Pembuat konten di YouTube atau terinsipirasi dari video “Nasi Telor Ceplok”
internet tidak saja yang sering membuat prank, yang dibuat Edward Suhadi yang mendorong
namun di media lain seperti televisi, konten masyarakat untuk tidak melakukan panic
prank juga biasa diproduksi. Prank merupakan buying atas kebutuhan pangannya (Sarah,
genre khusus di kalangan pembuat konten, 2020).
karena dianggap relatif lebih mudah untuk Konten video Edward yang memberi
membuatnya. Namun prank akan menjadi inspirasi untuk orang lain untuk melakukan
hiburan serta dapat menghasilkan jumlah hal-hal yang positif karena ada sensitivitas
pengikut yang banyak jika kontennya dapat kreator di masa pandemi Covid-19. Enda
dikelola dengan baik. Prank akan menjadi dalam (Mukaromah & iOS:
positif jika formatnya hiburan namun berupa https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) mengatakan
kritik sosial misalnya. Seharusnya pesan bahwa pembuat konten harus sensitif dengan
positif dalam konten prank juga diselipkan keadaan dalam kondisi seperti ini. Meski
sehingga berguna bagi setiap orang yang pembuatan konten merupakan bentuk
menyaksikannya. Enda menilai konten prank kebebasan berekspresi, namun kreator konten
Ferdian Paleka seharusnya tidak terjadi juga dibatasi oleh audiensi. Karena itu kreator
apalagi di masa pandemi virus Corona yang mempunyai pilihan untuk membuat sesuatu
sangat menyakiti hati banyak orang karena dengan kualitas tinggi, benar, dan tujuannya
dinilai keterlaluan mengerjai orang sementara baik. Hal ini sesuai juga dengan hasil
saat seperti ini banyak orang yang sedang penelitian yang dilakukan oleh Khasanah
membutuhkan (Mukaromah & iOS: bahwa sebagai komunikator dalam
https://apple.co/3hXWJ0L, 2020). Hal ini juga berkomunikasi tidak mengandung unsur adu
memperkuat pendapat Tumanggor dalam domba, hoaks, ghibah, menyampaikannya
Wibawa (2020) yang menyebutkan bahwa dengan lembut yang disesuaikan dengan lawan
persoalan Covid-19 bukan sebatas masalah bicaranya, serta tidak diperkenankan
medis dan ekonomi saja namun juga persoalan merendahkan orang lain (Khasanah, 2019).
etika termasuk etika komunikasi. Kadang kecepatan dan kebebasan di
Berbeda dengan Ferdian dan Indira, internet membuat pengguna lupa bahwa
konten Edward Suhadi justru sebaliknya. mereka dibatasi oleh etika dan moral yang
Konten nasi telur ceploknya ini menjadi viral berlaku di masyarakat. Penggunaan media
dan ditanggapi secara positif oleh banyak sosial menjadikan pengguna berhak bertindak,
warganet. “Terlintas aja, ini kan keseharian berinisiatif, berkreasi apa saja tanpa ada yang
aja, ngingetin orang untuk tidak panic buying melarang dan menentang. Flew mengatakan
dalam keadaan yang begini. Kenapa telur bahwa media sosial yang adalah bagian dari
ceplok, karena kita suka lupa makanan favorit media baru bersifat imparsial. Konten-
yang sebenernya murah, kalorinya tinggi, kontennya tidak berpihak pada siapapun dan
enggak usah panik, makan telur itu udah tidak dikuasai oleh segelintir orang saja karena
kenyang,” ujar Edward dalam Kompascom sering disebut sebagai media yang sangat
(Lova, 2020). demokratis. Setiap orang dapat menjadi
Konten kampanye nasi telur ceplok ini produsen dan konsumen secara bersamaan dan
juga menginspirasi banyak pihak untuk setiap pengguna dapat berlaku aktif di sana
melakukan gerakan sosial di masa pandemi (Flew, 2008).
Covid-19. Di antaranya Zomato Meski bersifat bebas dan terbuka masih
Indonesia dan Food Cycle Indonesia yang ada netiket atau batasan-batasan yang
bekerja sama menggalang dana mengaturnya (Sikape, 2014). Karena itu
mendistribusikan bahan pangan seperti beras, pengguna siapapun dia baik kreator konten
telur, minyak goreng, dan kecap kepada sekitar ataupun warganet tetap harus menyadari
54
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

bahwa sistem jaringan sosial di media sosial lain, pahami konten yang diunggah, dan
sama dengan yang ada di kehidupan nyata. pastikan hal tersebut masuk akal, konten yang
Interaksi di media sosial juga dibatasi oleh sifatnya berbagi pengetahuan dan wawasan,
etika, nilai, norma, dan aturan kemanusiaan serta menghargai privasi orang lain.
lainnya (Fahrimal, 2006). Etika komunikasi di YouTube sendiri dalam laman
media sosial inilah menjadi standar etika yang websitenya dengan tegas menuliskan aturan
harus digunakan oleh komunikator dan main dan syarat mengunggah konten di
komunikan dalam menilai teknik, isi, dan YouTube yaitu tidak mengunggah konten
tujuan komunikasi (Haryatmoko, 2007). yang berhubungan dengan seksual atau
Literasi juga dibutuhkan dalam berinteraksi di ketelanjangan, konten yang merugikan atau
media sosial, yaitu perlu memiliki berbahaya, konten yang mengandung
keterampilan tidak hanya untuk mengakses kebencian, konten kekerasan atau vulgar,
tetapi mampu juga berpikir kritis untuk pelecehan dan cyberbullying, spam, metadata
melihat dampak yang menyertai kehadiran yang menyesatkan, dan scam, ancaman,
konten di sebuah media (Juditha, 2017). menghargai hak cipta, menghargai privasi,
Tidak dipungkiri, YouTuber dan Vloger tidak melakukan peniruan identitas, serta
seperti Ferdian dan Indira terbilang berusia konten yang melindungi keselamatan anak.
masih sangat muda. Vromen dalam Rennie & Adapun kebijakan tambahan dari YouTube
Thomas mengungkapkan bahwa anak muda meliputi “Jika perilaku kreator YouTube, baik
memiliki tingkatan penggunaan media digital di dalam maupun di luar platform,
lebih tinggi daripada orang dewasa (Zaenudin membahayakan pengguna, komunitas,
et al., 2020). Kalangan muda biasanya karyawan, atau ekosistem kami, kami dapat
memiliki kreativitas dan produktivitas yang merespons berdasarkan sejumlah faktor
tinggi dan dianggap paling berpengaruh. termasuk, namun tidak terbatas pada, seberapa
Seperti simpulan dari hasil penelitian yang buruk tindakan tersebut dan apakah ada pola
dilakukan oleh Kuncoro et.al bahwa generasi perilaku yang membahayakan atau tidak.
muda merupakan pelaku utama yang akan Respons yang kami berikan akan berkisar dari
mendorong kemajuan bangsa melalui penangguhan hak istimewa kreator hingga
produktivitas mereka, salah satunya dengan penghentian akun” (YouTube, 2020).
membuat vlog. Menjadi seorang vlogger YouTube memberikan saran agar
artinya menjadi influencer serta menjadi masyarakat melaporkan konten-konten ke
panutan dan inspirator bagi masyarakat pihaknya jika merasa tidak menyukai konten
(Kuncoro, Putri & Pradita, 2018). Ada tertentu dan dianggap tidak pantas ditampilkan
beberapa contoh YouTuber muda di Indonesia di YouTube. Masyarakat bisa menggunakan
yang memberikan inspirasi positif antara lain fitur pelaporan yang ada di website YouTube
Gita Savitri Devi, Fiersa Besari, Benazio untuk ditinjau oleh staf YouTube dengan
Putra, Vikra Ijas, dan masih banyak lagi seksama, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu,
YouTuber milenial yang inspiratif yang untuk memutuskan sebuah konten yang
membahas berbagai bidang mereka yang bisa dilaporkan melanggar Pedoman Komunitas
ditiru konten positifnya oleh YouTuber YouTube atau tidak (YouTube, 2020). Hal ini
lainnya. juga sebagai upaya untuk menegakkan netiket
Peraturan konten daring harus tetap serta menghentikan konten-konten bermuatan
dipahami oleh para kreator konten sebagai negatif. Seperti yang disampaikan oleh Enda
netiket yang memagari ide dan kreativitas (Mukaromah & iOS:
mereka. Seperti netiket yang disarankan oleh https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) bahwa di
Virginia Shea dalam (Agustina, 2016) yaitu semua platform media sosial memiliki fitur
sebaiknya mengunggah konten yang tidak pelaporan baik yang menyangkut konten
menyinggung perasaan orang lain, menghargai maupun yang sifatnya ofensif atau melanggar
pendapat orang lain, dan tidak melanggar community guidelines. Masyarakat dapat
hukum, menaati aturan yang berlaku di setiap menggunakan jalur yang dimaksud jika
media sosial, mengunggah hal-hal yang belum menemukan konten atau tindakan yang
diketahui atau hal yang bermanfaat bagi orang melanggar netiket. Cara lain menurut Enda
55
Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19
Christiany Juditha

(Mukaromah & iOS: Melalui media sosial juga, pengguna


https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) untuk berhak bertindak, berinisiatif, berkreasi bebas
menghentikan peredaran konten negatif yang melakukan apa saja tanpa ada yang menentang
melanggar netiket, maka masyarakat dapat atau pun melarang. Tetapi masih ada netiket
bertindak keras dengan tidak menonton video atau aturan-aturan yang membatasi. Karena itu
yang dimaksud, memberikan komentar, pengguna siapapun dia baik kreator konten
berhenti subscribe dan juga dapat membuat ataupun warganet tetap harus sadar bahwa
petisi atau melaporkan ke pihak yang sistem jaringan sosial di media sosial tidak
berwajib. Hal ini untuk memberikan terapi berbeda dengan yang ada di kehidupan nyata.
hukum bagi kreator konten yang tidak
menerapkan netiket. Saran
Agar para YouTuber mematuhi benar
peraturan konten daring serta memahami
PENUTUP netiket yang berlaku dan yang memagari ide
dan kreatifitas mereka. Hal ini supaya kasus
Simpulan serupa tidak terulang dan para YouTuber dapat
Penelitian ini menyimpulkan video menghasilkan konten yang positif, inspiratif,
prank sembako sampah Ferdian Paleka dan dan berguna bagi masyarakat umum seperti
video Indira Kalista Corona sangat minim yang dilakukan oleh Edward Suhadi dalam
etika dan sama sekali tidak mengedukasi video “Selalu Ada Telor Ceplok”.
masyarakat. Kedua YouTuber juga tidak Masyarakat umum juga berhak
memperhitungkan akibat dari konten tersebut melaporkan konten-konten yang dianggap
dapat berdampak negatif kepada pengikut melanggar etika kepada platform media sosial,
mereka. Mereka juga tidak menyadari pemerintah (Kementerian Kominfo) serta
memiliki kekuatan untuk memengaruhi para aparat keamanan. Hal ini sebagai upaya untuk
pengikutnya dengan konten-konten negatif. menegakkan netiket serta menghentikan
Padahal keduanya memiliki jumlah pengikut konten-konten bermuatan negatif. Selain itu
yang banyak. Sementara video Edward masyarakat juga dapat bertindak tegas dengan
Suhadi, nasi telur ceploknya ini menjadi viral memberikan komentar serta tidak lagi
dan mendapat banyak tanggapan positif dari menonton video atau subscribe jika konten
warganet karena mengampanyekan agar videonya tidak menerapkan netiket.
masyarakat tidak melakukan panic buying di
masa pandemik Covid-19. Video ini juga
menginspirasi masyarakat untuk melakukan DAFTAR PUSTAKA
aksi sosial bagi mereka yang berdampak
langsung Covid-19. Agustina, A. (2016) Analisis Etika Dalam
Konten-konten prank seperti yang Penggunaan Media Sosial Path (Studi Kasus
dibuat oleh Ferdian Paleka kini banyak dibuat Pada Mahasiswa STMIK Perguruan Tinggi
oleh para kreator mulai dari yang sederhana Teknokrat Lampung. [Online]. Lampung,
hingga yang dianggap tidak etis dapat ditemui Fakultas ISIP Universitas Lampung.
Available from:
di kanal YouTube. Prank dianggap sebagai http://digilib.unila.ac.id/23487/.
sebuah kreativitas untuk memenuhi keinginan Alias, N., Razak, S.H.A., ElHadad, G., Kunjambu,
khalayak akan sebuah hiburan dan diproduksi N.R.M.N.K., et al. (2013) A Content
oleh para YouTuber karena adanya permintaan Analysis in the Studies of YouTube in
di dunia hiburan melalui media sosial. Konten Selected Journals. Procedia - Social and
prank yang dibuat juga semata-mata untuk Behavioral Sciences. [Online] 103, 10–18.
merebut perhatian audiens, karena yang terjadi Available from:
saat ini adalah persaingan yang ketat antara doi:10.1016/j.sbspro.2013.10.301.
kreator. Dalam menciptakan konten kreatif Anitha (2020) Alur Kasus YouTuber Indira
tersebut keetisan sebuah konten Kalistha: Viral, Trending, Minta Maaf,
dikesampingkan. sampai Video di-Take Down. [Online]. 2020.
Tribunnews. Available from:
56
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

https://jogja.tribunnews.com/2020/05/17/alu Haryatmoko (2007) Etika Komunikasi.


r-kasus-youtuber-indira-kalistha-viral- Yogyakarta, Kanisius.
trending-minta-maaf-sampai-video-di-take- Hobbs, R. (2011) Digital and Media Literacy:
down. Connecting Culture and Classroom. Corwin
Annisa, T. (2020) Berapa gaji Youtuber Press.
Indonesia? Begini cara menghitungnya! Juditha, C. (2019) Agenda Setting Penyebaran
[Online]. 2020. Available from: Hoaks di Media Sosial. Jurnal Penelitian
https://www.ekrut.com/media/sebelum- Komunikasi. [Online] 22 (2), 155–168.
ikutan-terjun-cari-tahu-dulu-gaji-youtuber- Available from: doi:10.20422/jpk.v22i2.669.
di-sini. Juditha, C. (2017) Tingkat Literasi Teknologi
Bailey, D. (2008) Cyber Ethics: Cyber Citizenship informasi Komunikasi pada Masyarakat Kota
and Cyber Safety. New York, The Rosen Makassar. Jurnal Penelitian Komunikasi.
Publishing Group. [Online] 14 (1), 41–52. Available from:
Baum, J.J. (2005) CyberEthics: The new frontier. doi:10.20422/jpk.v14i1.167.
TechTrends. [Online] 49 (6), 54–55. Karimah, K.E. (2010) Filsafat dan Etika
Available from: doi:10.1007/BF02763731. Komunikasi: Aspek Ontologis,
CNN Indonesia (2020) Tuntutan Tambah Epistemologis, dan Aksiologis dalam
Subscriber dan Etika di Kasus Prank Memandang Ilmu Komunikasi. Bandung,
Yotuber. [Online]. 2020. Available from: Widya Padjajaran.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20 Khasanah, F. (2019) Communication Ethic in
200515142241-185-503757/tuntutan- Social Media: Analitical Study of Surah Al-
tambah-subscriber-dan-etika-di-kasus- Hujarât. Epistemé: Jurnal Pengembangan
prank-yotuber. Ilmu Keislaman. [Online] 14 (1), 209–228.
Departemen Pendidikan Nasional (2005) KBBI. Available from:
3rd edition. Jakarta, Balai Pustaka. doi:10.21274/epis.2019.14.1.209-228.
Ess, C. (2013) Digital Media Ethics, Digital Media Kozík, T. & Slivová, J. (2014) Netiquette in
And Society Series. UK, Polity Press. Electronic Communication. International
Fahrimal, Y. (2006) Etika Berkomunikasi di Dunia Journal of Engineering Pedagogy (iJEP).
Maya dengan Netiquette. Seminar Nasional [Online] 4 (3), 67. Available from:
Matematika dan Pendidikan Matematika. 22 doi:10.3991/ijep.v4i3.3570.
(1), 69–78. Krippendorf, K. (2004) Content Analysis: an
Farisi, M.I. (2012) Pengembangan Asesmen Diri Introduction to its Methodology. London,
Siswa (Student Self-Assessment) sebagai SAGE Publications.
Model Penilaian dan Pengembangan Kuncoro, A.M., Putri, A.O. & Pradita, A. (2018)
Karakter. In: Konferensi Ilmiah Nasional Vlogger Sebagai Saluran Menuju Generasi
“Asesmen dan Pembangunan Karakter Milenial Produktif Indonesia. In: Isti Fadah
Bangsa” HEPI UNESA 2012. 2012 pp. 68– (ed.). Sinergitas Quadruple Helix: e-
77. Business dan Fintech sebagai Daya Dorong
Fidiyani, R., Sulistianingsih, D. & Pujiono, P. Pertumbuhan Ekonomi Lokal. 2018 Jember,
(2017) Law And Ethics In Social Media UPT. PENERBITAN UNIVERSITAS
Communication. Jurnal Dinamika Hukum. JEMBER. pp. 193–199.
[Online] 17 (3), 258. Available from: Lova, C. (2020) Telur Ceplok, Kampanye Edward
doi:10.20884/1.jdh.2017.17.3.1665. Suhadi agar Masyarakat Tak Panic Buying di
Fields, E.E. (1988) Qualitative Content Analysis Tengah Pandemi Covid-19. [Online]. 2020.
Of Television News: Systematic Techniques. Kompas.com. Available from:
Qualitative Sociology. [Online] 11 (3), 183– https://megapolitan.kompas.com/read/2020/
193. Available from: 03/28/14560461/telur-ceplok-kampanye-
doi:10.1007/BF00988954. edward-suhadi-agar-masyarakat-tak-panic-
Flew, T. (2008) New Media: an Introduction. buying-di.
Australia, Oxford University Press. Mohamad, H.I. (2019) Berapa, sih, Pajak
Gimeno, J.D.M. & Freeman, B.C. (2011) YouTuber dan Selebgram? [Online].
‘Videoblogging’ Human Rights on YouTube. Available from:
In: Information Communication https://majalahpajak.net/berapa-sih-pajak-
Technologies and the Virtual Public Sphere. youtuber-dan-selebgram/.
[Online]. IGI Global. pp. 116–140. Available Mukaromah, V.F. & iOS:
from: doi:10.4018/978-1-60960-159- https://apple.co/3hXWJ0L (2020) Viral
1.ch006. Video Ferdian Paleka, Kenapa YouTuber
57
Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19
Christiany Juditha

Sering Membuat Konten Prank? [Online]. Controversies, Qeustions, and Strategies for
2020. Kompas.com. Available from: Ethical Computing. MA, John Wiley and Son
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/ Inc.
04/113000465/viral-video-ferdian-paleka- Tumanggor, R.O. (2020) Problematika Etis dalam
kenapa-youtuber-sering-membuat-konten- Penanganan Virus Corona Covid-19.
prank. [Online]. 2020. Available from:
Nurudin (2009) Pengantar Komunikasi Massa. https://www.kompas.com/sains/read/2020/0
Jakarta, Rajawali Pers. 4/28/193000623/problematika-etis-dalam-
Potter, J.W. (2011) Media Literacy. penanganan-virus-corona-covid-19.
Pręgowski, M.P. (2009) Rediscovering The Ulya, H. (2019) Komodifikasi Pekerja Pada
Netiquette: The Role Of Propagated Values Youtuber Pemula Dan Underrated (Studi
And Personal Patterns In Defining Identity Kasus YouTube Indonesia). Interaksi: Jurnal
Of The Internet User. Observatorio (OBS*). Ilmu Komunikasi. [Online] 8 (2), 1. Available
3 (1). from: doi:10.14710/interaksi.8.2.1-12.
Sarah (2020) Feeding Indonesia Nasitelorceplok Wahyudin, U.K. (2016) Etika Komunikasi di
Kerjasama Zomato dan Foodcycle. [Online]. Media Sosial. In: Prosiding Seminar
2020. Lasak.id. Available from: Nasional Komunikasi. 2016 pp. 216–224.
https://www.lasak.id/feeding-indonesia- We Are Social (2020) Digital 2020 Global Digital
nasitelorceplok-kerjasama-zomato-dan- Overview. [Online]. Available from:
foodcycle/. https://wearesocial.com/digital-2020.
Sikape, H.J. (2014) Persepsi Komunikasi YouTube (2020) Policies and Safety. [Online].
Pengguna Media Sosial pada Blackberry 2020. Available from:
Messenger Twitter dan Facebook Oleh Siswa https://www.youtube.com/intl/en_be/about/p
SMAN 1 Tahuna. Acta Diurna. [Online] 3 olicies.
(1). Available from: Zaenudin, H.N., Affandi, A.F.M., Priandono, T.E.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadi & Haryanegara, M.E.A. (2020) Tingkat
urnakomunikasi/article/view/55. Literasi Digital Siswa SMP di Kota
Strawbridge, M. (2006) Netiquette. London, Sukabumi. Jurnal Penelitian Komunikasi. 2
Software Reference Ltd. (23).
Tavani, H.T.I. (2013) Ethic and Technology:

58

You might also like